bab 2 landasan teori 2.1. strategi...
TRANSCRIPT
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Strategi Bisnis
Dalam menghadapi persaingan bisnis maka perusahaan harus mempersiapkan
strategi bisnis yang tepat. Strategi itu sendiri menurut Porter (Kotler et
al.,2003,p.33) yang berpendapat bahwa strategi pada intinya adalah penciptaan
posisi yang unik dan bernilai, yang melibatkan sekumpulan kegiatan. Jika hanya
terdapat satu posisi ideal maka tidak diperlukan strategi. Sedang menurut
Thomson dan Strickland (2001,p.3) menyatakan bahwa strategi perusahaan
merupakan suatu rencana yang dipakai pihak manajemen untuk mencapai suatu
posisi dalam pasar, menjalankan operasi perusahaan, menarik dan
menyenangkan pelanggan, sukses dalam persaingan, dan mencapai tujuan
organisasi. Maka rangkaian tugas untuk merumuskan, mengimplementasikan dan
menjalankan strategi perusahaan adalah inti dan jiwa dari pengelolaan bisnis
perusahaan.
2.2. E-Business
Pengertian e-business (Kalakota et al,2001,p.7) adalah melakukan berbagai
macam aktivitas bisnis secara elektronik dengan menggunakan teknologi yang
berbasis internet. Fokus daripada e-business adalah pada aplikasi teknologi
internet dalam manajemen proses bisnis harian. Proses e-business mencakup
tidak hanya pemasaran dan penjualan online, tetapi manajemen rantai suplai dan
saluran, manufacturing dan kontrol persediaan, operasi keuangan dan prosedur
arus kerja pegawai yang melintasi keseluruhan organisasi.
8
2.2.1. Model Business to Business (B2B)
B2B adalah transaksi diadakan secara elektronik antara bisnis melalui
internet, ekstranet, intranet , atau jarirngan priibadi. Transaksi demikian dapat
terjadi antara bisnis dengan bisnis lainnya. Bisnis tersebut merujuk pada
organisasi, umum atau swasta, profit atau nonprofit.
Karakteristik utama dari B2B adalah bahwa perusahaan berusaha untuk
mengotomatisasi proses perdagangan dalam rangka meningkatkannya. Oleh
karena itu, ini akan menguntungkan untuk melihat pada proses perdagangan
dengan lebih detil.
Model B2B adalah :
1. Model Berpusat pada perusaan (One-to-many, many-to-one)
Dalam model ini , satu perusahaan melakukan penjualan yang disebut tempat
pemasaran sisi-penjualan (one-to-many), dan satu perusahaan yang lain
melakukan semua pembelian yang disebut tempat pemasaran sisi-pembelian
(many-to-one).
2. Tempat Pemasaran Banyak-ke-Banyak – Pertukaran
Ini merupakan tempat pemasaran elektronik dimana banyak pembeli dan
penjual bertemu secara elektonik untuk tujuan perdagangan secara elektonik
antar yang lain.
3. Model B2B Lain dan Jasa
Persetujuan bisnis dengan bisnis-bisnis untuk tujuan lain selain hanya
penjualan dan pembelian. Salah satu contohnya adalah perdagangan
kolaboratif, beberapa tipe jasa dan hubungan seperti penggabungan value-
chain, penyedia jasa value-chain, dan perantara informasi
9
2.2.2. Faktor Pembeda e-business model
Faktor-faktor yang membedakan e-business model adalah:
1. Produk atau jasa yang dijualnya.
Produk atau jasa yang ditawarkan atau dijual oleh suatu perusahaan.
2. Sumber pendapatan.
Sumber pendapatan yang diperoleh utnuk setiap model berbeda-beda
tergantung model e-business yang digunakan oleh suatu perusahaan.
3. Posisi dalam rantai suplai.
Posisi perusahaan dalam rantai suplai berbeda-beda tergantung dari model e-
business yang dianutnya, dapat berada pada supplier, produsen, wholesaler,
retailer, atau bisa berada diantaranya (seperti diantara supplier dengan
produsen).
Suplier produsen wholesaler retailer konsumen
Gambar 2.1. Posisi perusahaan dalam rantai suplai
2.3. Procurement
Menurut Kalakota dan Robinson (2000), procurement mengacu pada semua
aktivitas yang melibatkan mendapatkan barang-barang dari pemasok; hal ini
meliputi pembelian, dan tapi juga kegiatan logistic ke dalam seperti transportasi,
barang masuk dan penyimpanan di gudang sebelum barang tersebut digunakan.
Berikut merupakan alur proses pembelian barang secara tradisional yang
digambarkan dari gambar berikut:
10
Sumber :ariba.com, Febuari 2001
Gambar 2.2. A Traditional Purchasing Process Flow
Menurut Donald (2002, P40) Procurement menyangkut informasi untuk
melengkapi persiapan purchase order (PO), modifikasi dan pencarian pemasok
secara keseluruhan.
Hal ini digambarkan secara demikian :
Sumber : Donald, 2002, 40
Gambar 2.3. : Procurement cycle acivities
Maka istilah purchasing dan procurement sering tertukar, meskipun berbeda
pelaksanaannya. Purchasing umumnya berhubungan dengan aktual material dan
segala aktivias yang berhubungan dengan proses pembelian. Aktivitas
procurement dikenal sebagai process-oriented dan strategik.
Sourcing Order Placement and Expediting
Receiving Transportation
Suplier
11
2.3.1. Peranan strategik purchasing (The Strategic Role of purchasing)
Purchasing dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan strategik
organisasi melalui salah satu peranannya sebagai fungsi boundary-spanning
organisasi.
Akses Menuju pasar eksternal (Access to External Markets).
Melalui kontak eksternal dengan pasar supply, purchasing dapat
memperoleh informasi mengenai teknologi baru, material baru, dan
pelayanan yang berpotensial, sumber persediaan baru dan perubahan
kondisi dalam pasar sehingga merancang organisasi di pasaran.
Perkembangan supplier dan Manajeman hubungan (Supplier Development
and Relation Management)
Purchasing dapat membantu mendukung keberhasilan strategik
organisasi dengan pengidentifikasian dan pengembangan supplier yang baru
maupun yang telah ada. Melibatkan supplier sejak awal dalam
pengembangan produk dan jasa atau modifikasi yang telah ada dapat
mengurangi masa pengembangan produk. Ide untuk menekan waktu (yaitu
mencapai pasar secepatnya dengan ide-ide baru) bagi kesuksesan ide-ide
tersebut dan mungkin juga bagi posisi-posisi di dalam organisasi, seperti
sebagai market leader atau innovator. Untuk mencapainya perlu dukungan
dari pemilihan supplier, evaluasi, sourcing, manajemen mutu total dan
perencanaan dan penelitian purchasing.
Hubungan dengan Fungsi-Fungsi lainnya (Relationship to other Functions).
Purchasing memberi kontribusi pada fungsi lainnya berupa keputusan-
keputusan penting yang pada dasarnya juga mempengaruhi keputusan yagn
12
dibuat di bagian purchasing. Misalnya dengan bagian logistik bekerjasama
mengatur logistik inbound dan aliran material.
2.3.2. Manajemen Pembelian
Menurut Render (2001, p420) Manajemen Pembelian mempertimbangkan
berbagai faktor seperti biaya persediaan dan transportasi, ketersediaan pasokan,
kinerja pengiriman dan mutu pasokan.
Hubungan penjual yang efektif mengharuskan pembelian dilakukan dengan
proses 3 tahap yaitu:
1. Evaluasi Penjual
Evaluasi penjual mencakup pencarian penjual potensial dan penentuan
kemungkinan penjual tersebut menjadi pemasok yang baik. Bila yang dipilih
bukan pemasok yang baik makan usaha pembelian menjadi sia-sia.
Seiring dengan pergerakkan perusahaan kearah sedikitnya jumlah
pemasok dengan hubungan jangka panjang, isu mengenai kekuatan
keuangan, mutu, manajemen penelitian dan kemampuan teknis memegang
peranan penting. Atribut-atiribut ini harus dicatat dan diperhatikan di proses
evaluasi.
2. Pengembangan Penjual
Dengan asumsi bahwa perusahaan itu ingin menggunakan jasa penjualan
tertentu, bagaimana perusahaan itu mengintegrasikan pemasok-pemasok ini
ke dalam sistem yang berlaku? Pembelian memastikan bahwa penjualnya
menghargai kebutuhan akan mutu, dan kebijakan pemerolehan bahan baku.
13
Pengembagan penjual dapat mencakup kesemuanya, mulai dari pelatihan
sampai ke bantuan rekayasa dan produksi, sampai ke format untuk tranfer
informasi elektronik. Kebijakan pembelian bisa meliputi isu-isu semacam
presentasi bisnis yang dilakukan dengn pemasok manapun atau bisnis
minoritas.
3. Negosiasi
Strategi negosisasi terdiri dari tiga jenis klasik, yaitu :
a) Model berdasarkan biaya (cost-based proce model). Model ini
mengharuskan bahwa pemasok membuka bukunya bagi pembeli. Harga
kontrak kemudian didasarkan pada waktu dan bahan baku atau pada
biaya tetap dengan klausa eskalasi untuk mengakomodasi perubahan
biaya tenaga kerja dan bahan baku penjual.
b) Model harga berdasarkan pasar (market-based price model). Di model ini
harga didasarkan pada publikasi atau indeks. Harga papan kertas,
misalnya, dipublikasikan secar minguan di Yellow Pages dan harga metal
non sulfida di Metals Week.
c) Model perebutan tender (competitive bidding). Di kasus-kasus di mana
pemasoknya tidak bersedia membahas biaya atau di mana tidak ada pasar
yang mendekati sempurna, perebutan tender seringkali tepat. Kebijakan
ini mengharuskan bahwa agen pembelian mempunyai daftar pemasok
potensial dari produk yang diinginkan atau ekuivalennya.
14
2.3.3. Metode-metode Procurement
Turban (2004, p231) mengemukakan Perusahaan-perusahaan menggunakan
metode-metode yang berbeda untuk memperoleh barang-barang dan jasa
tergantung apa yang mereka beli, jumlah yang dibutuhkan, berapa banyak uang
yang dipakai. Metode-metode utama procurement mencakup:
Membeli dari manufaktur, penjual grosir, maupun pengecer dari katalog-
katalog mereka dan memungkinkan negosiasi.
Membeli dari katalog yang terhubung dengan para penjual atau membeli di
mal-mal industri.
Membeli dari katalog pembeli internal dimana perusahaan menyetujui
katalog-katalog vendor mencakup kesepakatan harga. Pendekatan ini
menggunakan pengimplementasian desktop purchasing, dimana mengizinkan
requisition untuk memesan secara langsung dari vendor dengan melewati
departemen procurement.
Mengadakan penawaran tender dari sistem dimana suppliers bersaing dengan
yang lainnya. Metode ini digunakan untuk pembelian jumlah besar.
Membeli dari situs pelelangan umum dimana organisasi berpatisipasi sebagai
salah satu pembeli.
Bergabung dengan suatu group sistem pembelian dimana permintaan
partisipan dikumpulkan, menciptakan jumlah besar. Kemudian group
menegosiasikan harga atau menginisiasikan sebuah proses tender.
15
Berkolaborasi dengan para supplier untuk berbagi informasi tentang
penjualan dan persediaan untuk mengurangi persediaan dan stock-out dan
mempertinggi ketepatan waktu pengiriman.
2.4. E-Procurement
Menurut Chafey e-Procurement (electronic procurement), “The electronic
integration and management of all procurement activities including purchase
request, authorization, ordering, delivery and payment between a purchaser and
supplier.” Maka menurut Chafey e-Procurement merupakan integrasi dan
manajemen elektronik terhadap semua aktivitas pengadaan termasuk permintaan
pembelian, pemberian hak, pemesanan, pengantaran dan pembayaran antara
pembeli dengan pemasok.
Menurut Richardus Eko Indrajit dalam situs webnya (www.ebizasia.com) ,
mengemukakan banyak hal mengenai pengertian e-procurement yaitu dimana e-
Procurement merupakan suatu mekanisme pembelian masa kini – atau dapat
dikatakan sebagai teknik pembelian moderen – dengan memanfaatkan sejumlah
aplikasi berbasis internet dan perangkat teknologi informasi terkait lainnya
sebagai enabler dalam menjalankan proses tersebut.
E-procurement adalah bentuk e-commerce untuk perantaraan barang dan jasa
atau digunakan untuk tendering barang dan jasa antara perusahaan dengan
pemasok. E-procurement kebanyakan diakses dari web oleh perusahaan-
perusahaan besar dan badan-badan usaha umum. E-procurement merupakan
aplikasi e-commerce untuk proses negosiasi dan perjanjian (contracting).
16
2.4.1. Sistem Aplikasi e-Procurement
Dalam konsep ini, dikenal sejumlah istilah yang kerap dipergunakan oleh para
praktisi bisnis dan teknologi informasi. Memang karena sekilas terlihat sama,
sejumlah istilah tersebut sering diputarbalikkan (tergantung dengan konteks yang
ada), namun pada dasarnya masing-masing istilah tersebut memiliki definisi dan
ruang lingkup arti yang cukup berbeda, seperti:
• Aplikasi e-Procurement – merupakan perangkat lunak atau software yang
dipergunakan untuk mengaplikasikan konsep e-Procurement dalam
perusahaan.
• Sistem e-Procurement – merupakan kumpulan dari sejumlah komponen-
komponen atau entitas-entitas di dalam perusahaan, yang saling terkait satu
dengan lainnya, yang memiliki fungsi untuk menjalankan konsep e-
Procurement di dalam perusahaan. Adapun yang dimaksud dengan
komponen terkait misalnya: perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software), sumber daya manusia (brainware) dan pemakai atau pengguna
(users), kebijakan (policy), tata kelola (governance), proses (business
process), dan infrastruktur perusahaan.
• Sistem Aplikasi e-Procurement merupakan kumpulan dari sejumlah
komponen-komponen atau modul-modul aplikasi (sejumlah sub-program dan
database), yang saling terkait satu dengan lainnya, untuk membentuk suatu
aplikasi holistik (utuh) dan terintegrasi dengan fungsi utama mengaplikasikan
konsep e-Procurement dalam perusahaan.
17
Biasanya istilah “aplikasi e-Procurement” dipergunakan dalam konteks
penyusunan portofolio proyek perencanaan dan pengembangan aplikasi-aplikasi
yang dibutuhkan perusahaan, sementara “sistem e-procurement” dipakai jika
ingin membahas konsep pembelian moderen dimana terjadi hubungan yang erat
antara strategi bisnis dan strategi sistem dan teknologi informasi, sementara
“sistem aplikasi e-Procurement” akan mengemuka dalam penyusunan technical
blueprint untuk membuat perangkat lunak (software engineering).
2.4.2. Konsep e-Procurement
E-procurement adalah perolehan barang-barang dan jasa untuk organisasi
dengan menggunakan fasilitas elektonik. (Turban, 2004,232). Manajemen e-
procurement ditunjukan melalui diagram berikut.
Complete Procurement Life cycle Partial Functional solutions
Complete Integration Solutions
Interenterprise Processes Breaking Down Process Wall
Sumber : Kalakota, 2000, 339
Gambar 2.4. : e-procurement management
Search & select
Order approval & placement
Order Receipt & schedule
Deliver& invoce
Multi-supplier catalog search
Approval workflow Engine
Order Management
Pricing and availiability
Supplier-side Order Entry
Receipt and Invoicing
Shipping and Distribution
Integrated e-Procurement Management Applications
18
2.4.3. E-procurement process
Gambar 2.5. E-procurement proses
Pre-purchase activities After purchase activities
Search for Vendors and Product E-Catalogs, brosur,conventions, exhibit, telephone calls, visits
Quality Vendors Which vendor we can do business with? Research firm, financial, stability, credit history
Select a market mechanism Privat, public, auctions, exchange Tendering system has a special process
Compare and Negotiate Price, financing, delivery, quality, etc
Make a purchase (individual or committee) Have a contact Arrange payment
Initiate a purchase order Electronic form or trigger ready order
Arrange a pick-up or receive shipment
Check shipping document, billing, quality
Make payment Approve payment. Arrange money transfer
19
Semua proses manual dari membuat requisition, permintaan kuota, undangan
tender, pengeluaran Purchase Order dan implementasi permintaan dapat
didukung secara atomatis. (Turban, 2004, p.233)
2.4.4. Manfaat dan Keuntungan E-procurement
Manfaat dari e-procurement adalah :
Meningkatkan produktivitas para agen pembelian (menyediakan waktu lebih
banyak dan mengurangi tekanan kerja)
Menurunkan harga pembelian melalui standarsasi produk dan penggabungan
pembelian
Memperbaiki proses pembayaran
Meningkatkan efisiensi, menjaga hubungan dengan supplier
Memastikan pengiriman tepat waktu, setiap waktu
Mengurangi permintaan keahlian dan pelatihan agen-agen pembelian
Mengurangi jumlah pemasok
Merampingkan proses procurement, membuat secara sederhana dan cepat
Menemukan suppliers baru dan penjual yang dapat menyediakan produk
secara cepat dan murah.
Mengintegrasikan proses procurement dengan pengawasan anggaran
Mengurangi kesalahan manusia dalam pembelian dan proses pengiriman
20
Sedangkan keuntungan yang didapat dari pihak-pihak yang melakukan e-
procurement adalah :
• Keuntungan yang diperoleh perusahaan antara lain adalah memiliki
pilihan pemasok yang lebih luas sehingga perusahaan dapat
membandingkan tawaran pemasok-pemasok tersebut seperti
membandingkan harga, kualitas, kecepatan pengiriman pesanan. Selain
itu juga menggunakan e-procurement berarti mengurangi biaya dan
waktu untuk perantaraan karena spesifikasi penawaran tender dapat
didownload dari internet tanpa harus dikirimkan melalui pos.
• Keuntungan yang diperoleh pemasok adalah dapat memperoleh
kesempatan tender yang lebih luas karena dapat memperoleh informasi
melalui web di internet dan mengurangi biaya untuk pengajuan tender.
2.5. Efisien dan Efektif
Usaha untuk meningkatkan efisiensi kerja selalu dikaitkan dengan cara kerja
yang mencakup tata kerja, prosedur kerja, dan sistem kerja. Dalam terminologi
proses suatu proses yang efisien menghasilkan keluaran yang dibutuhkan pada
biaya yang serendah mungkin atau seminimum mungkin (Ricardo, 1995).
Menurut Anthony et al (1995) menyatakan efisiensi berarti memproduksi
sejumlah output dengan input seminimum mungkin atau memproduksi output
sebesar-besarnya dengan input yang telah ditetapkan, sehingga efisiensi dapat
digambarkan sebagai sejumlah output yang dihasilkan dari unit input yang
digunakan.
21
Efisiensi merupakan determinan dari produktifitas dan ditentukan oleh aspek
organisasi kerja dan rancangan pekerjaan. Efisiensi akan berkurang jika
perkerjaan menjadi lebih rumit, kurang terspesialisasi dan kurang mekanis.
Menurut Soehardjo (1989) dinyatakan bahwa sumber-sumber munculnya
inefisiensi mecakup ketidakjelasan tujuan perusahaan, tidak adanya rasa turut
memiliki perusahaan, kurangnya komunikasi antar tingkatan manajemen, dan
kebijakan strategi korporasi (corporate strategy) yang kurang tepat. Peningkatan
efisiensi hanya dapat dicapai melalui program terpadu yang memerlukan
pengawasan terus menerus (consistency) untuk menjamin efektivitasnya.
Efektif berhubungan dengan tujuan perusahaan sedangkan efisiensi tidak
demikian. Apabila output tidak dapat dicapai sesuai dengan tujuan perusahaan
maka tidak dikatakan efektif. Dalam melakukan aktifitas fungsi produksi untuk
mencapai tujuan perusahaan dan untuk keberhasilan perusahaan harus
memperhatikan keefektifan dan efisiensi untuk melakukan hal-hal benar sesuai
dengan tujuan yang telah direncanakan.
Definisi efektif menurut Anthony et al (1995) menggambarkan seberapa jauh
tanggung jawab dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan, keefektifan juga
menggambarkan seberapa jauh target yang dicapai baik secara kuantitas maupun
secara ukuran waktu.
Wilkinson (1982) mengajukan beberapa faktor yang dapat diteliti menyangkut
masalah keefisienan ini dan diantaranya adalah uraian tugas, kebijakan, prosedur,
produktifitas, target atau sasaran yang ingin dicapai.
22
Pada tingkat paling dasar pembelian adalah suatu aktifitas yang mudah untuk
dimengerti karena semua pembelian produk dan jasa terkait dengan aktifitas
setiap personal, ketika keputusan pembelian dibuat, diperlukan 4 (empat) kriteria
dasar prioritas:
• Harga (Price) “membayar dengan benar atau harga yang adil (fair price)”
• Jumlah (Volume) “membeli dengan jumlah yang tepat”
• Kualitas (Quality) “mendapatkan kualitas untuk barang dan jasa yang
dibutuhkan”
• Waktu(Time) “Efisiensi pemesanan dan pengiriman pada waktu yang tepat”
Filosofi pembelian yang dicanangkan perusahaan adalah bagaimana membeli
dengan harga kompetitif untuk sejumlah barang yang diperlukan dan kualitas
barang dan jasa yang bisa dipertanggungjawabkan serta efisien dalam proses dan
tepat waktu.
Keuntungan strategis perusahaan dalam penerapan e-procurement adalah
penyempurnaan manajemen dalam proses langsung maupun tidak langsung pada
pencarian sumber pembelian. Penerapan e-procurement secara umum
menguntungkan kedua belah pihak baik pembeli maupun pemasok. Proses
pembelian dari hulu sampai ke hilir mulai dari permintaan kebutuhan sampai
diterimanya barang atau jasa hingga pembayaran kepada pemasok, dengan
adanya penerapan e-procurement dapat terlaksana dengan cepat dan termonitor
dengan baik, sehingga akan meningkatkan daya saing perusahaan di waktu yang
akan datang.
23
2.6. Sistem Informasi
2.6.1. Pengertian Sistem
Menurut Mcleod (2001, p.11) seperti yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia oleh Hendra Teguh, SE, Ak.,, sistem adalah sekelompok elemen-
elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu
tujuan. Suatu organisasi seperti perusahaan atau suatu area fungsional cocok
dengan definisi ini. Organisasi terdiri dari sejumlah sumber daya, dan bekerja
menuju tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditentukan oleh pimpinan
atau pihak manajemen.
2.6.2. Pengertian Sistem Informasi
Menurut Whitten (2002, p.8), Information system is an arrangement of
people, data, processes, information presentation, and information technology
that interact to support and improve day-to-day operations in a business as well
as support the problem-solving and decision-making needs of management and
users.
Sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan
untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi
untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengendalian dalam
suatu organisasi. Sistem informasi juga membantu para manajer dan karyawan
untuk menganalisis masalah, memvisualisasikan hal-hal kompleks, dan
menciptakan produk baru.
24
2.7. Pengertian Teknologi Informasi
Menurut James A. O’ Brien ( 2003, p 7 ), teknologi informasi adalah
seperangkat perangkat keras, piranti lunak, telekomunikasi, manajemen basis data,
dan teknologi pemrosesan informasi lainnya yang digunakan berdasarkan CBIS
(Computer Based Information System ).
Uraian rinci tersebut di atas memiliki tiga komponen yang mempunyai
hubungan yang sangat erat dan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Komputer
Komputer terdiri dari perangkat keras dan piranti lunak.
Perangkat keras pada umumnya terdiri dari :
- perangkat masukan seperti keyboard, mouse, dan jenis perangkat
lainnya.
- perangkat proses atau CPU ( Central Processing Unit ).
- perangkat keluaran seperti monitor dan printer.
Piranti lunak terdiri dari aplikasi piranti lunak, dan bahasa
pemrograman.
2. Jaringan komunikasi
Adalah suatu hubungan antara lokasi stasiun yang berbeda melalui suatu
media yang dapat memungkinkan manusia untuk saling mengirim dan
menerima informasi.
3. Pengetahuan
Adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baik dan meliputi :
- Mengenal dengan baik elemen-elemen TI
25
- Kemampuan yang dibutuhkan untuk menggunakan elemen-elemen
tersebut
- Memahami kapan saatnya menggunakan TI untuk memecahkan
masalah atau sebagai kesempatan
Sedangkan tujuan dari TI adalah untuk memecahkan masalah, menciptakan
kreatifitas, dan membuat manusia menjadi lebih efektif dalam melakukan
kegiatannya dibandingkan dengan jika mereka tidak menggunakan TI.
2.8. Pengertian Internet, Intranet dan Ekstranet
Zeid (2000,p.19) mengemukakan bahwa interconnected network- atau yang
lebih populer dengan sebutan internet – adalah sebuah sistem komunikasi global
yang menghubungkan komputer-komputer dan jaringan-jaringan komputer di
seluruh dunia. Pada internet dapat terjadi berbagai macam transaksi bisnis yang
terjadi secara online.
Menurut Macleod (2004, p.222) Organisasi dapat membatasi akses jaringan
mereka hanya bagi anggota organisasinya dengan menggunkan intranet. Intranet
menggunakan protokol jaringan yang sama dalam internet tetapi membatasi
akses ke sumber daya komputer hanya bagi sekelompok orang pilihan di dalam
organisasi. Bagaimana intranet berbeda dari LAN? LAN tidak memiliki koneksi
fisik ke jaringan fisik lain. Intranet memiliki koneksi jaringan lain tetapi
menggunakan perangkat lunak, perangkat keras, atau kombinasi keduanya –-
disebut firewall –-untuk mencegah komunikasi dari alat-alat selain yang
diijinkan untuk menggunakan intranet tersebut.
26
Mcleod (2004, p.222) menjelaskan intranet yang diperluas hingga
menyertakan para pemakai luar organisasi dinamakan ekstranet. Hanya para
pelanggan dan mitra bisnis terpercaya yang mendapat akses ekstranet karena
akses ini memungkinkan pengguna sistem informasi dan sumber daya komputer
yang tidak berhubungan langsung dengan komunikasi. Firewall juga digunakan
ekstranet untuk mencegah pemakai tidak sah mengakses sumber daya. komputer.
Dalam pemanfaatan sistem e-procurement yang akan menghubungkan khusus
dengan para pemasok (supplier) saja dalam jaringan yang terbatas, maka akan
dipakai jaringan ekstranet. Mcleod (2004, p.222) menjelaskan intranet yang
diperluas hingga menyertakan para pemakai luar organisasi dinamakan ekstranet.
Hanya para pelanggan dan mitra bisnis terpercaya yang mendapat akses ekstranet
karena akses ini memungkinkan pengguna sistem informasi dan sumber daya
komputer yang tidak berhubungan langsung dengan komunikasi. Firewall juga
digunakan ekstranet untuk mencegah pemakai tidak sah mengakses sumber daya
komputer.
2.8.1. Keuntungan Internet dan World Wide Web
Organisasi tidak dapat lari terobosan adanya internet. E-business dapat secara
radikal berubah dengan cara ini dimana perusahaan mempengaruhi pasar mereka
dengan:
o Teknologi yang ada dimana-mana secara alami, dimana kesan bahwa strategi
e-business dapat menerima orang lebih banyak tiap tahun dengan akses
internet.
o Meningkatnya transparansi dan pilihan bagi konsumen
27
o Penelitian secara global dalam mensuplai produk-produk dan service
o Supplier-supplier baru akan masuk dalam sebuah fokus e-strategy
o Munculnya jasa-jasa baru secara elektronik dalam pasar
o Transfomasi pada channel penjualan; hilangnya hubungan dalam value-chain
tradisional.
World Wide Web merupakan suatu jaringan hypermedia global yang
menyediakan jaringan komputer pada user dengan biaya efektif dan metode
akses yang konsisten dengan beragam sumber daya informasi. Keuntungan
signifikan dari world wide web yaitu informasi yang tersedia dapat diakses untuk
banyak komputer dan autorisasi yang mengharuskan hanya satu orang
mengakses sebuah program. (Phillips, 2003, p.1)
2.8.2. Web Server
Menurut Turban dan Lee (2000, p.393), Web Server merupakan suatu piranti
lunak yang berfungsi untuk :
1. Mengawasi dan menyediakan akses, menentukan siapa yang dapat
mengakses informasi tertentu di server.
2. Menjalankan skrip dan program eksternal untuk memberikan fungsi
tambahan bagi dokumen web atau akses ke basisdata.
3. Mengelola dan menjalankan fungsi server maupun isi situs pada suatu
website.
4. Mencatat transaksi yang digunakan pengguna, yang dapat berisikan karakter
umum dari pengguna dan isi yang mereka minati untuk bereaksi terhadap
permintaan dari klien atau pengguna melalui browser.
28
2.9. ASP (Active Server Package)
ASP merupakan suatu bahasa pemograman web yang dikembangkan oleh
Microsoft Corporation untuk mendukung bahasa HTML (Hyper Text Markup
Language) biasa yang biasanya statis untuk dapat lebih dinamis dimana mampu
melakukan koneksi dengan database di server.
Saat ini bahasa pemograman web ASP yang banyak digunakan adalah ASP3.0
yang berupa script yang berjalan pada aplikasi IIS (Internet Information Services)
yang juga merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh pihak Microsoft.
2.10. Metode Penelitian
2.10.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian
2.10.1.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam proses penulisan skripsi ini adalah
studi kasus yang dilakukan dengan mempelajari kasus penerapan suatu
aktivitas di lapangan, mengamati dan melakukan wawancara kepada pihak-
pihak yang terkait.
2.10.1.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yakni dengan
cara melakukan penelitian studi kasus pada objek penelitian, kemudian
melaporkannya dalam bentuk laporan deskriptif yang menggambarkan hasil
penelitian.
29
2.10.2. Teknik Pengumpulan Data
Data-data penelitian diperoleh dari data primer dan data sekunder dengan
melakukan kegiatan berikut :
• Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer di tempat
objek penelitian secara langsung dengan menggunakan metode observasi
dan wawancara baik secara tatap muka langsung maupun melalui telepon
atau e-mail.
• Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder dan
landasan teoritis serta berpikir dengan mempelajari beberapa sumber
literature yang berkaitan dengan topik penelitian yang sedang dilakukan.
2.11. Analisis Porter
Sumber : Rangkuti (2004, p.11)
Gambar 2.6. : Kekuatan persaingan dalam industri
Pendatang Baru
Kekuatan Pemasok
Produk Pengganti
Kekuatan Pembeli
Persaingan Industri
30
Menurut Porter (Rangkuti, 2004, p.11) dalam industri manapun, baik industri
domestik ataupun internasional, kita perlu mengetahui terlebih dahulu keunggulan
bersaing yang dimiliki, atu yang kan diciptakan. Penciptaan keunggulan bersaing
tersebut mengacu pada pendatang baru yang masuk di industri ini, kekuatan daya
beli konsumen, kekuatan pemasok serta produk substitusi sejenis lainnya yang
dapat dianggap sebagai pesaing bagi produk yang dianalisis.
2.11.1. Ancaman Pendatang Baru (Threat of New Entrance)
Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri akan tergantung dari
besar atau kecilnya hambatan masuk yang ada. Jika hambatan ini besar maka
ancaman masuknya pendatang baru akan rendah. Hambatan-hambatan itu
merupakan situasi dan kondisi yangmembatasi perusahaan dalam memperoleh
jalan masuk ke dalam suatu industri.
Ada tujuh sumber utama rintangan masuk bagi pendatang baru yaitu :
• Skala ekonomi.
• Diferensiasi produk.
• Kebutuhan modal.
• Biaya beralih pemasok(switching cost).
• Akses ke saluran distribusi.
• Biaya yang tidak menguntungkan terlepas dari skala ekonomi (cost
advantages independent scale).
• Kebijakan pemerintah.
31
2.11.2. Daya Tawar Pemasok (the bargaining power of suppliers)
Daya tawar pemasok kuat jika :
• Didominasi oleh sejumlah kecil perusahaan besar dan lebih terkonsentrasi
daripada industri yang menjadi pembeli mereka.
• Produk substitusi yang baik tidak tersedia bagi pembeli.
• Pembeli bukan konsumen penting bagi pemasok.
• Produk pemasok penting bagi pembeli.
• Efektivitas produk pemasok menciptakan biaya peralihan (switching cost)
yang tinggi bila beralih ke pemasok lain.
• Pemasok merupakan ancaman serius bila berintegrasi ke depan (forward
integration) ke arah pembeli, atau dengan kata lain bila pemasok bergabung
dengan pembeli.
2.11.3. Daya tawar pembeli (The bargaining power of buyers)
Daya tawar pembeli kuat jika:
• Membeli sejumlah besar hasil industri.
• Produk yang dibeli dari suatu industri merupakan suatu komponen yang
signifikan dari biaya produksi pembeli, sebagai contoh : perusahaan
memproduksi barang A, B, C, dan D, tetapi keuntungan terbesar yang
diperoleh perusahaan berasal dari barang A, sehingga konsumen pembeli
barang A memiliki daya tawar yang kuat.
• Produk pemasok tidak eksklusif atau standar dan emiliki ancaman kuat
untuk berintegrasi ke belakang industri pemasok.
32
• Biaya switching costnya rendah untuk pindah ke pemasok lain.
2.11.4. Ancaman produk substitusi (threat of substitute product)
Produk pengganti yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah produk-
produk yang:
• Harganya cenderung menjadi semakin murah dibandingkan dengan
produk yang dihasilkan perusahaan.
• Dihasilkan oleh industri yang berskala besar dan sangat menguntungkan.
2.11.5. Persaingan antar perusahaan sejenis (rivalry among existing firms)
Tingginya tingkat persaingan antar pesaing di dalam suatu industri merupakan
akibat dari:
• Jumlah pesaing yang banyak atau seimbang.
• Pertumbuhan industri yang lamban.
• Biaya tetap yang tinggi.
• Ketiadaan diferensiasi.
• Penambahan kapasitas dalam jumlah besar.
• Pesaing yang bergam.
• Taruhan strategis yang besar.
• Hambatan pengunduran diri yang tinggi.
33
2.12. Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2004, p.31), analisis SWOT adalah alat yang dipakai
untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan, atau analisis sistematis untuk
mengidentifikasikam faktor-faktor kekuatan, kelemahan intern perusahaan serta
peluang (opportunities) dan ancaman (threat) dalam lingkungan yang dihadapi
perusahaan.
2.12.1. Kekuatan (Strength)
Kekuatan adalah sumber daya, ketrampilan atau keunggulan-keunggulan lain
relatif terhadap pesaing. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan
keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar.
2.12.2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
ketrampilan dan kapabilitas yang menghambat kinerja perusahaan.
2.12.3. Peluang (Opportunity)
Peluang adalah suatu situasi yang paling menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan. Identifikasi pada segmen pasar sebelumnya membawa peluang
dalam persaingan atau kegiatan pengaturan, perubahan teknologi, dan
peningkatan hubungan dengan pembeli dapat menghasilkan peluang bagi
perusahaan.
34
2.12.4. Ancaman (Threat)
Ancaman adalah suatu situasi yang merugikan dalam lingkungan
perusahaan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat,
peningkatan daya tawar dari pihak pembeli, perubahan teknologi, dan peraturan
baru atau yang diperbaharui dapat menghasilkan ancaman bagi perusahaan.
2.12.5. Matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary)
Setelah faktor – faktor strategis internal suatu perusahaan di indentifikasi,
maka kemudian disusun untuk tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis
Summary) untuk merumuskan faktor – faktor strategis internal tersebut didalam
kerangka Strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan) Tahapan – tahapan
didalam penyusunan matriks IFAS adalah :
1. Susun kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan pada kolom1
2. Beri bobot faktor kekuatan dan kelemahan pada kolom 2 dengan
menggunakan teknik perbandingan berpasangan, di mana total bobot
kolom 2 harus tepat 1. Konsep dari teknik ini adalah dengan
membandingkan 2 (dua) alternatif dari faktor-faktor internal yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan pada suatu kriteria dan memilih salah
satu diantaranya. Adapun bobot yang diberikan adalah :
3: pengaruhnya paling atau sangat besar.
2: pengaruhnya sedang.
1: pengaruhnya kecil.
Pemberian bobot yang diberikan dapat dijelaskan sebagai berikut. Jika
alternatif I lebih dipilih dibanding alternatif II dan bobotnya adalah 3,
35
maka alternatif I mendapat bobot 3, sedangkan alternatif II mendapat
bobot 1/3. Jika alternatif II lebih dipilih dibanding alternatif III dan
diberi bobot sebesar 2, maka alternatif II berbobot 2, sedangkan alternatif
III berbobot ½. Demikian pula halnya dengan pemberian bobot sebesar 1.
setelah diperoleh masing-masing bobot, langkah selanjutnya adalah
menjumlahkan bobot-bobot tersebut berdasarkan kolomnya. Kemudian
nilai pada masing-masing kolom dibagi dengan hasil penjumlahan kolom
tersebut. Hasilnya kemudian dinormalisasi. Langkah terakhir adalah
merata-ratakan nilai pada masing-masing baris. Kemudian bobot yang di
dapat dari perhitungan di atas di masukkan dalam kolom 2.
3. Kalkulasikan rating untuk faktor kekuatan dan kelemahan kemudian
masukan pada kolom 3. Rating ditentukan pada skala 1 (poor) sampai 4
(Outstanding).
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh skor pembobotan untuk masing – masing faktor, skor
diletakan pada kolom 4.
5. Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang dinilai.
36
Tabel 2.1. : Matriks IFAS Faktor - faktor strategi internal Bobot Rating B * R Kekuatan - X X X - X X X - X X X - X X X Kelemahan - X X X - X X X - X X X Total 1 X
Sumber : Rangkuti( 2004, p.25)
2.12.6. Matriks EFAS (External Factor Analysis Summary)
Setelah faktor – faktor strategis eksternal suatu perusahaan diindentifikasi,
maka kemudian disusun untuk tabel EFAS (External Strategic Factors Analysis
Summary) untuk merumuskan faktor – faktor strategis eksternal tersebut didalam
kerangka Opportunities (Peluang) dan Threats (Ancaman) Tahapan – tahapan
didalam penyusunan matriks EFAS adalah
1. Susun peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan pada kolom 1
Beri bobot faktor peluang dan ancaman pada kolom 2 dengan
menggunakan teknik perbandingan berpasangan, di mana total bobot kolom
2 harus tepat 1. Konsep dari teknik ini adalah dengan membandingkan 2
(dua) alternatif dari faktor-faktor internal yang telah ditetapkan sebelumnya
berdasarkan pada suatu kriteria dan memilih salah satu diantaranya.
Adapun bobot yang diberikan adalah:
3: pengaruhnya paling atau sangat besar.
2: pengaruhnya sedang.
1: pengaruhnya kecil.
37
Pemberian bobot yang diberikan dapat dijelaskan sebagai berikut. Jika
alternatif I lebih dipilih dibanding alternatif II dan bobotnya adalah 3, maka
alternatif I mendapat bobot 3, sedangkan alternatif II mendapat bobot 1/3.
Jika alternatif II lebih dipilih dibanding alternatif III dan diberi bobot
sebesar 2, maka alternatif II berbobot 2, sedangkan alternatif III berbobot
½. Demikian pula halnya dengan pemberian bobot sebesar 1. setelah
diperoleh masing-masing bobot, langkah selanjutnya adalah menjumlahkan
bobot-bobot tersebut berdasarkan kolomnya. Kemudian nilai pada masing-
masing kolom dibagi dengan hasil penjumlahan kolom tersebut. Hasilnya
kemudian dinormalisasi. Langkah terakhir adalah merata-ratakan nilai pada
masing-masing baris. Kemudian bobot yang di dapat dari perhitungan di
atas di masukkan dalam kolom 2.
2. Kalkulasikan rating untuk faktor peluang dan ancaman kemudian masukan
pada kolom 3. Rating ditentukan pada skala 1 (poor) sampai 4 (Outstanding).
Peluang terbesar diberikan rating 4 dan peluang terkecil diberikan rating 1.
Untuk ancaman adalah sebaliknya, sehingga ancaman terkecil diberikan
rating 4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh skor pembobotan untuk masing – masing faktor, skor diletakan
pada kolom 4.
3. Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang dinilai.
38
3. Mendukung strategi turn around
Tabel 2.2. : Matriks EFAS Faktor - faktor strategi eksternal Bobot Rating B * R Peluang - X X X - X X X - X X X - X X X Ancaman - X X X - X X X - X X X Total 1 X
Sumber : Rangkuti (2004, p.24)
2.12.7. Diagram SWOT
Setelah didapat hasil tabel bobot skor dari masing – masing IFAS dan EFAS,
langkah selanjutnya adalah memasukan angka total bobot skor tersebut kedalam
diagram analisis SWOT berikut ini
Gambar 2.7. : Diagram SWOT
Berbagai Peluang
Berbagai Ancaman
KelemahanInternal
Kekuatan Internal
1. Mendukung Strategi agresif
4. Mendukung strategi defensif2. Mendukung strategi diversifikasi
39
Keterangan :
Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan, perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada, strategi yang harus diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (Growth oriented strategy)
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal, strategi yang harus diterapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
penjang dengan cara strategi diversifikasi (produk / pasar)
Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain
pihak ia menghadapi beberapa kendala / kelemahan internal. Fokus
strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah – masalah
internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih
baik.
Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
40
2.12.8. Matrik SWOT
Sumber :Rangkuti (2004, p.31)
Gambar 2.8. : Matrik SWOT
• Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
• Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
untuk mengatsi ancaman.
• Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
IFAS
EFAS
Strengths (S) Weakness (W)
Opportunities (O) Strategi SO
Strategi ST Threats (T) Strategi WT
Strategi WO
41
• Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
2.12.9. Kegunaan analisis SWOT
Kegunaan analisis SWOT adalah:
• Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan sendiri dalam rangka
menyusun strategi bersaing.
• Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing dalam rangka
memenangkan persaingan.
• Informasi dari hasil analisa internal dan eksternal perusahaan sebagai
bahan dasar untuk melakukan pengembangan ataupun investasi baru.
• Hasil analisis internal dan eksternal yang akurat sebgai acuan untuk
pengambilan keputusan meneruskan atau memberhentikan satu divisi
usaha (untuk perusahaan multibisnis).
• Semua hasil analisis dapat digunakan sebagai bahan perencanaan membuat
rencana bisnis (business plan), action plan bisnis (berkaitan dengan tugas
konsultan bisnis).
2.13. Analisis dan Perancangan Sistem Berorientasi Objek
Untuk analisis dan perancangan sistem digunakan pendekatan OOAD
(Object Oriented Analysis and design). Menurut Mathiassen et al, dalam suatu
proyek pengembangan akan dimulai dengan menerjemahkan kebutuhan sistem
42
dengan merumuskan suatu definisi sistem yang mendeskripsikan suatu sistem
terkomputerisasi dalam bahasa alami, yang mencakup informasi tentang fungsi
yang harus ada, di mana sistem akan dipakai dan kondisi pengembangan.
2.13.1. Analisis Problem Domain
Problem domain sebagai bagian dari konteks sistem yang dikelola, diawasi,
atau dikendalikan oleh sistem, sedangkan model adalah suatu deskripsi dari
class, object, struktur, dan perilaku dalam suatu problem domain. Tujuan
dilakukannya analisis problem domain adalah untuk mengidentifikasikan dan
membuat model dari suatu problem domain. Analisis problem domain terdiri
dari tiga aktivitas yakni: class, struktur, dan perilaku seperti yang terdapat
dalam table berikut ini:
Tabel 2.3. Aktivitas dalam analisis Problem Domain.
Aktivitas Konten Konsep Kelas (Class) Object dan event apa saja
yang merupakan bagian dari problem domain?
Class, object, dan event
Struktur (structure) Bagaimana seluruh class dan object dihubungkan bersama secara konseptual?
Generalization, aggregation, association, dan cluster
Perilaku (behavior) Properti dinamis apa saja yang dimiliki object?
Event trace, pola perilaku (behavioral pattern), dan atribut.
Sumber : Mathiassen et al (2000, p.48)
2.13.1.1. Kelas (Class)
Untuk memodelkan problem domain, pertama harus dimulai terlebih
dahulu dengan melakukan suatu aktivitas yaitu membuat suatu class. Definisi
object adalah suatu entitas yang memiliki identitas, kondisi (state), dan
43
perilaku. Sedangkan event didefinisikan sebagai suatu kejadian langsung yang
melibatkan satu atau lebih object, dan class didefinisikan sebagai suatu
kumpulan object yang memiliki struktur, pola perilaku dan atribut yang
serupa. Dalam tahap ini kan dihasilkan suatu event table yang menunjukkan
hubungan class dengan event yang ada dalam sistem. Contoh class : class
mahasiswa dengan atribut NIM, nama, alamat, no. telpon, jurusan, kelas, ipk.
Operasi yang ada di class mahasiswa adalah insert, update, delete.
2.13.1.2. Struktur (Structure)
Adapun tujuan dari tahap ini adalah untuk menggambarkan hubungan
struktural antara class dan object dalam suatu problem domain. Dalam tahap
ini akan dihasilkan suatu diagram class yang menunjukkan class dan
strukturnya.
Adapun struktur antar class antara lain :
• Generalization
Merupakan suatu class umum atau super class menggambarkan property
umum untuk suatu kelompok dari class khusus (subclass).
• Cluster
Merupakan suatu kumpulan class yang saling berhubungan.
• Aggregation
Merupakan suatu object superior yang memiliki sejumlah object inferior.
• Association
Merupakan suatu relasi berarti antar sejumlah object.
44
2.13.1.3. Perilaku (Behavior)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk membuat model dinamis dari suatu
problem domain. Dari tahap ini akan diperoleh suatu pola perilaku dengan
atribut-atribut untuk setiap class dalam suatu diagram class yang
digambarkan dengan diagram state chart.
• Event Trace
Merupakan urutan dari event yang terjadi pada suatu object.
• Behavioral Pattern
Daftar kemungkinan event traces yang terjadi pada semua object di
dalam class.
• Atribut
Keterangan properti dari class atau event.
2.13.2. Analisis Application Domain
Application domain sebagai suatu organisasi yang mengelola, mengawasi,
atau mengendalikan suatu problem domain. Tujuan dilakukannya analisis
application domain adalah untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan
penggunaan dari suatu sistem. Proses analisis application domain terdiri dari
tiga tahap, yakni: usage, function, dan interface seperti yang ditunjukkan dalam
tabel 2.4 berikut:
45
Tabel 2.4. Aktivitas dalam analisis Application Domain. Aktivitas Konten Konsep Kegunaan (usage) Bagaimana sistem
bersangkutan berinteraksi dengan orang dan sistem lain?
Use case dan actor
Fungsi (function) Kemampuan proses informasi apa yang dimiliki oleh sistem?
Function
Tampilan (interface) Kebutuhan tampilan apa yang menjadi tujuan dari sistem?
Interface, user interface, dan system interface
Sumber : Mathiassen et al (2000, p.117)
2.13.2.1. Kegunaan (usage)
Tujuan dari tahap usage adalah untuk menentukan bagaimana actor
berinteraksi dengan sistem, yang digambarkan dengan suatu diagram use case.
Actor adalah suatu abstraksi dari pengguna atau sistem lain yang berinteraksi
dengan sistem sasaran, sedangkan use case adalah suatu pola interaksi antara
sistem dan actor dalam application domain.
2.13.2.2. Fungsi (Function)
Tujuan dalam tahap function adalah untuk menentukan kemampuan
pemrosesan informasi dari sistem yang bersangkutan yang ditunjukkan dengan
suatu tabel fungsi dengan spesifikasi dari fungsi-fungsi yang kompleks.
Function juga sebagai suatu fasilitas untuk membuat suatu model berguna bagi
actor.
46
Tipe-tipe dari fungsi adalah sebagai berikut:
• Update, diaktifkan oleh suatu event dari problem domain dan
menghasilkan perubahan status dari model.
• Signal, diaktifkan oleh suatu perubahan status model dan menghasilakn
suatu reaksi dalam konteks bersangkutan. Reaksi ini dapat berupa
tampilan untuk actor dalam application domain.
• Read, diaktifkan oleh suatu kebutuhan akan informasi dalam tugas actor
dan menghasilkan sistem menampilkan bagian-bagian relevan dari suatu
model.
• Compute, diaktifkan oleh suatu kebutuhan akan informasi dalam tugas
actor dan terdiri dari suatu komputasi yang melibatkan informasi yang
disediakan oleh actor atau model yang menghasilkan suatu tampilan dari
hasil komputasi tersebut.
2.13.2.3. Tampilan (Interface)
Tujuan dari tahap interface ini adalah untuk menentukan tampilan dari
suatu sistem. Interface didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas yang membuat
suatu model dan fungsi dari sistem tersedia untuk actor.
Ada dua tipe interface, yaitu:
• User interface, yang merupakan gaya dialog dan bentuk presentasi,
diagram navigasi, atau interface untuk berhubungan dengan user.
47
• System interface, yang merupakan interface untuk mengintegrasikan
dengan sistem lain,Iatau yang merupakan diagram class bagi alat-alat
eksternal dan protocol untuk berinteraksi dengan sistem lain.
2.13.3. Rancangan Arsitektural
Tujuan dari rancangan arsitektural adalah untuk membuat struktur dari suatu
sistem terkomputerisasi. Hal ini dilakukan dengan beberapa tahap yakni:
kriteria, komponen, dan proses, seperti yang diperlihatkan pada tabel berikut.
Tabel 2.5. Aktivitas dalam perancangan asitektural.
Aktivitas Konten Konsep Kriteria (criteria) Kondisi dan kriteria apa
yang digunakan dalam rancangan?
Criterion
Komponen (component) Bagaimana sistem bersangkutan terstruktur ke dalam komponennya?
Arsitektur komponen dan komponen
Proses (process) Bagaimana proses sistem bersangkutan didistribusikan dan dikoordinasikan?
Arsitektur proses dan proses
Sumber : Mathiassen et al (2000, p.176)
2.13.3.1. Kriteria (criteria)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menentukan prioritas rancangan dengan
ditunjukkan dalam table kriteria sesuai dengan prioritas bersangkutan.
Menurut Mathiassen et al (2000, p.178), criterion merupakan properti yang
diinginkan dari suatu arsitektur, sedangkan kondisi merupakan kesempatan
dan keterbatasan secara teknis, organisasional, dan manusia yang terlibat
dalam pelaksanaan suatu tugas.
48
Kriteria-kriteria yang perlu diperhatikan untuk kualitas piranti lunak
ditunjukkan dalam tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6. Kriteria untuk kualitas piranti lunak
Kriteria Pengukuran terhadap Usable Kemampuan adaptasi sistem terhadapa konteks
organisasionla, hubungan kerjaan, dan teknis.
Secure Pencegahan atas akses tidak terotorisasi.
Efficient Eksploitasi ekonomis dari fasilitas platform teknis.
Correct Pemenuhan kebutuhan.
Reliable Pemenuhan akan ketepatan yang dibutuhkan dalam
menjalankan fungsi.
Maintainable Biaya atas pencarian dan perbaikan kerancuan sistem.
Testable Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang
dijalankan melakukan fungsi-fungsi yang dimaksud.
Flexible Biaya memodifikasi sistem yang dijalalankan.
Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk mencapai pengertian
logis dan konsistensi dari sistem.
Reusable Potensi pengguanaan bagian sistem ke dalam sistem
lain yang terkait.
Portable Biaya pemindahan sistem ke platform teknis lain.
Interoperable Biaya coupling (keeratan hubungan antar modul)
sistem kepada sistem lain.
Sumber : Mathiasen et al (2000, p.178)
49
2.13.3.2. Komponen (component)
Dalam tahap komponen ini tujuannya adalah untuk menciptakan suatu
struktur sistem yang komprehensif dan fleksibel yang digambarkan dalam
suatu diagram class dengan spesifikasi dari komponen yang kompleks.
Komponen didefinisikan sebagai suatu kumpulan bagian-bagian program
yang membentuk suatu kesatuan dan memiliki kewajiban yang terdefinisi
dengan baik, sedangkan arsitektur komponen didefinisikan sebagai suatu
struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling
berhubungan.
2.13.3.3. Proses (process)
Tujuan dari rancangan proses adalah untuk mendefinisikan struktur fisik
dari suatu sistem yang digambarkan dalam suatu deployment diagram.
2.13.4. Use Case Modelling
Use-case modeling menurut Whitten (2004,p 270) disebutkan yaitu “the
process of modeling a system’s function in terms of business events, who initiated
the events, and how the system responds to those events”. Yang dapat diartikan
yaitu bahwa pemodelan use case merupakan suatu proses dari pemodelan suatu
fungsi sistem dalam hubungannya dengan kejadian-kejadian bisnis, yang
menginisiasikan kejadian-kejadian, dan bagaimana sistem menjawab dari
kejadian-kejadian itu.
Ada dua komponen utama dalam menampilkan use-case modeling, yaitu use
case diagram dan use-case narrative.
50
Menurut Whitten (2004,p 271), use-case diagram disebutkan yaitu “a
diagram that depicts the interaction between the system and external systems and
users. In other words, it graphically describes who will use the system and in
what ways the user expects to interact with the system”. Jadi use-case diagram
merupakan sebuah diagram yang mengambarkan interaksi antara sistem dan
sistem-sistem eksternal dan pengguna-pengguna. Dengan kata lain, ini secara
jelas menerangkan siapa yang menggunakan sistem dan dengan cara bagaimana
si pengguna mengharapkan untuk berinteraksi dengan sistem.
Sedangkan menurut Whitten (2004,p 272), use-case narrative disebutkan
yaitu “a textual description of the business event and how the user will interact
with the system to accomplish the task”. Maka use-case narrative dapat diartikan
sebagai sebuah penjelasan tekstual mengenai kejadian bisnis dan bagaimana
pengguna akan berinteraksi dengan sistem untuk menyelesaikan tugas.
Use-case modeling mengidentifikasikan dan menjelaskan fungsi-fungsi
sistem dengan menggunakan peralatan yang dinamakan use-case. Menurut
Whitten (2004,p 272), use-case diartikan yaitu “a behaviorally related sequence
of steps (a scenario), both automated and manual, for the purpose of completing
a single business task”. Yaitu adalah sebuah rangkaian yang berifat saling
berhubungan dari langkah-langkah (sebuah skenario), yang baik otomatis atau
manual, untuk tujuan dari menyelesaikan sebuah tugas bisnis. Jadi use-case juga
mendeskripsikan fungsi-fungsi sistem dari perspektif pengguna-pengguna
eksternal dalam cara dan isteilah yang mereka pahami. Use-case adalah sebuah
hasil dari dekomposisi sebuah jangkauan fungsionalitas sistem ke dalam banyak
pernyataan-pernyataan yang lebih kecil dari fungsionalitas sistem.
51
nama_aktor
Diagram use-case memiliki komponen-komponen yaitu: use-case, actor,
lingkup sistem, dan garis relasi. Berikut merupakan bentuk-bentuk dari
komponen diagram use-case:
Use case selalu dinotasikan dalam bentuk elips dengan nama mengandung
kata kerja aktif. Misalnya :
Gambar 2.9. contoh use case
Setiap use case memiliki ruang lingkup sendiri dalam sebuah sistem, ruang
lingkup ini disebut system boundaries (lingkup sistem), yang dalam gambar
diagramnya berupa garis yang membentuk persegi dengan nama sistem yang
digunakan sebagai judulnya.
Aktor digambarkan dalam notasi sebagai berikut :
Gambar 2.10. Actor
52
Berikut merupakan gambar dari diagram use case :
Gambar 2.11. Use case diagram
Use case diinisiasikan atau dipicu oleh pengguna-pengguna eksternal yang
dinamakan aktor. Aktor merupakan sesuatu yang butuh untuk berinteraksi
dengan sistem untuk bertukar data. Maka sebuah aktor akan menentukan
aktivitas sistem, sebuah use case, untuk tujuan dari penyelesaian beberapa tugas
bisnis yang menghasilkan sesuatu yang bernilai. Garis relasi merupakan sebuah
garis antara dua simbol dalam diagram use case. Garis relasi juga dapat
menunjukan sifat hubungan dari kedua simbol-simbol yang dihubungkannya,
seperti misalnya hubungan asosiasi, perpanjangan, penggunaan, ketergantungan,
dan penurunan sifat.
Proses-proses dari kebutuhan pemodelan use case
Tujuan dari perancangan akan kebutuhan model use case adalah untuk
mendapatkan dan menganalisa kebutuhan yang cukup akan informasi untuk
53
mempersiapkan sebuah model yang mengkomunikasikan apa yang dibutuhkan
dari pandangan seorang pengguna tapi bebas dari detil yang spesifik mengenai
bagaimana sistem akan dibuat dan diimplementasikan. Langkah-langkah yang
dibutuhkan dalam menghasilkan model tersebut adalah sebagai berikut:
• Langkah 1. Identifikasikan Aktor-aktor Bisnis
Fokus pada aktor dapat membantu dalam menyaring dan lebih jauh
menjelaskan ruang lingkup dan batasan dati sistem. Aktor juga menentukan
kepenuhan dari kebutuhan-kebutuhan system. Ketika aktor diidentifikasi,
buatlah sebuah definisi tekstual dari aktor tersebut menurut pandangan
pengguna dan menggunakan istilah-istilah mereka.
• Langkah 2. Identifikasikan Kebutuhan-kebutuhan Use Case Bisnis
Yaitu dengan mengidentifikasikan dan mendokumentasikan hanya yang
paling kritis, kompleks, dan penting, kadang dijadikan sebagai use case yang
perlu karena pertimbangan waktu dan biaya. Sebuah kebutuhan-kebutuhan
bisnis use case menangkap interaksi dengan pengguna dalam sebuah cara
yang bebas dari detil teknologi dan implementasi.
• Langkah 3. Membangun Diagram Model Use Case
Saat use case dan aktor telah diidentifikasikan, sebuah diagram model
use-case dapat digunakan untuk menggambarkan secara detil ruang lingkup
sistem dan batasannya.
• Langkah 4. Mendokumentasikan Kebutuhan-Kebutuhan Bisnis Use-Case
Naratif
54
Adalah dengan mendokumentasikan mereka pada level yang tinggi utnuk
dapat secara cepat mendapatkan pengertian dari kejadian-kejadian dan
besarnya sistem. Lalu kembali pada setiap use-case dan kembangkan ke
bentuk dokumentasi menyeluruh kebutuhan bisnis naratif.
2.13.5. Pengantar Pemodelan Objek
Pengertian object-oriented analysis (OOA) menurut Whitten (2004, p 430)
merupakan sebuah pendekatan untuk (1) mempelajari objek-objek yang ada
untuk melihat apakah mereka dapat digunakan kembali atau diadaptasikan
untuk penggunaan baru dan (2) mendefinisikan atau objek yang baru atau yang
dimodifikasi yang akan digabungkan dengan objek yang ada kedalam
perhitungan aplikasi bisnis yang berguna. Object modeling (pemodelan obyek)
merupakan sebuah teknik untuk mngidentifikasikan obyek dalam sebuah
lingkungan system dan mengidentifikasikan hubungan antara obyek-obyek
tersebut. Unified Modeling Language (UML) merupakan suatu perangkat dari
kaidah pemodelan yang digunakan untuk menspesifikasikan atau menerangkan
sebuah sistem dalam istilah obyek-obyek. Diagram UML menyediakan
berbagai kelompok diagram-diagram yang dikelompokan dalam lima perspektif
yang berbeda pada model suatu sistem.
Kelompok-keompok diagram itu adalah :
Kelompok 1: Diagram Model Use-Case
Yaitu diagram yang menggambarkan hubungan antara sistem dengan
sistem eksternal dan pengguna-pengguna.
55
Kelompok 2 : Diagram Struktus Statis
• Class Diagrams, yang menggambarkan struktur obyek sistem. Disini
akan ditampilkan obyek kelas yang dibentuk oleh sistem sekaligus
juga hubungan antar obyek kelas tersebut.
• Object Diagrams, serupa dengan diagram kelas, tapi selain
menampilkan obyek kelas juga memodelkan object instances (suatu
obyek yang spesifik seperti orang, tempat atau kejadian dengan nilai-
nilai atribut dari obyek tersebut) yang aktual. Menampilkan nilai
sekarang dari atribut instance.
Kelompok 3 : Diagram Interaksi
Diagram interaksi memodelkan interaksi, terdiri dari kumpulan obyek-
obyek, hubungannya, dan pesan-pesan yang dikirim diantara obyek-
obyek tersebut. Diagram ini memodelkan sifat yang dinamis dari sistem.
Dalam UML diagram ini ada dua macam yaitu:
• Sequence Diagram, yang secara jelas menjelaskan bagaimana obyek-
obyek berinteraksi dengan yang lainnya melalui pesan-pesan dalam
eksekusi dari sebuah use case atau sebuah operasi. Diagram ini
mengilustrasikan bagaimana pesan-pesan dikirimkan dan diterima
antara obyek-obyek dan dalam urutan (sequence) yang mana.
• Collaboration Diagrams, serupa dengan sequence diagram, tapi
diagram ini tidak fokus pada urutan dari pesan-pesan. Sebaliknya
mereka merepresentasikan hubungan antara obyek-obyek dalam
format jaringan.
56
Antara sequence diagram dan collaboration diagram bersifat
isomorphic, yaitu antara keduanya dapat saling berubah ke bentuk yang
lainnya.
Kelompok 4 : State Diagram
Diagram ini memodelkan sifat-sifat yang dinamis dari sistem.
Diagram ini memodelkan sifat-sifat yang kompleks dari obyek-obyek
khusus (statechart diagram) dan sebuah diagram untuk memodelkan
perilaku dari use case atau sebuah metode. Mereka adalah :
• Statechart diagrams, yang digunakan untuk memodelkan perilaku
yang dinamis pada obyek-obyek khusus. Mereka mengilustrasikan
sebuah daur hidup obyek – bermacam-macam state dimana sebuah
obyek dapat ambil dan kejadian-kejadian yang dapat menyebabkan
obyek untuk berpindah dari satu state ke yang lainnya.
• Activity diagrams, yang menggambarkan aliran sekuensial dari
aktivitas proses bisnis atau sebuah use case. Diagram ini juga dapat
digunakan untuk memodelkan aksi-aksi yang akan ditampilkan ketika
operasi dijalankan sebagai hasil dari aksi.
Kelompok 5 : Implementation Diagrams
Yaitu memodelkan struktur dari system informasi. Mereka adalah
sebagai berikut:
• Component diagrams, digunakan untuk menggambarkan organisasi
dan ketergantungan dari komponen software sistem. Mereka
57
digunakan untuk menunjukan bagaimana kode program dibagi ke
dalam modul-modul (atau komponen).
• Deployment diagrams, menjelaskan arsitektur fisik dalam istilah
“simpul” untuk hardware dan software dalam sistem. Mereka
menggambarkan konfigurasi dari waktu berjalan komponen software
dalam sistem, prosesor, dan peralatan-peralatan yang membentuk
arsitektur sistem.
2.13.6. Sequence diagram
Sequence menggambarkan hubungan antara object melalui pesan, di mana
pesan itu berurutan dengan waktu. Beberapa jenis pesan pada sequence diagram :
Simple message yang dapat bersifat aynchronous
Simple message return (optional)
a synchronous
2.14. Database
2.14.1. Pengertian Database
Menurut Whitten (2002, p.548), “database is a collection of interrelated files”
Menurut Faried Irmansyah (2003, ilmukomputer.com), database adalah
kumpulan dari jenis data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya
yang diorganisasikan menurut sebuah skema atau struktur tertentu, tersimpan di
hardware komputer dan dengan menggunakan software komputer untuk
melakukan manipulasi tertentu.
58
Database adalah suatu kumpulan data yang saling berhubungan dan
diorganisasikan sedemikian rupa dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu.
Database diperlukan karena:
• Salah satu komponen penting dalam sistem informasi, karena merupakan
dasar dalam menyediakan informasi.
• Mengurangi duplikasi data (data redundancy)
• Meningkatkan keamanan data.
• Menyediakan manipulasi data yang baik.
• Menjaga independensi data.
• Dengan database, data dapat menjadi lebih mudah diakses dan digunakan.
• Meningkatkan integritas data.
2.14.2. Model dan Struktur Data Relasional
Model relasional pertama kali diperkenalkan oleh E.F. Codd, dimana konsep
dasarnya berdasarkan konsep matematika, yaitu konsep relasi yang ditampilkan
dalam bentuk tabel.
Struktur dari data relasional dapat dibagi menjadi beberapa bagian, sebagai
berikut :
• Atribut merupakan keterangan yang menjelaskan beberapa hal dari suatu
obyek dan kemudian menampilkannya dalam bentuk kolom.
• Degree merupakan banyaknya atribut yang dimiliki sebuah relasi atau
tabel.
59
• Domain merupakan kumpulan nilai yang diperbolehkan untuk satu atau
lebih atribut.
• Normalisasi merupakan proses dekomposisi struktur data kompleks
menjadi bentuk yang normal berdasarkan aturan mengenai
ketergantungan data.
• Relasi merupakan tabel yang berisikan kolom dan baris.
• Tuple atau record merupakan kumpulan dari field-field yang diatur dalam
format yang telah ditentukan.
2.14.3. Objek-Objek Database Relasional
1. Tabel
Tabel adalah sekelompok data homogen yang ditampilkan dalam bentuk
baris serta kolom. Tabel dapat diartikan sebagai sebuah File.
Contoh : Tabel Data Mahasiswa Tabel 2.7. Struktur table
ID Siswa Nama Siswa Kelas Jurusan
0500586771 Chandra Widjaja 09 PAY Sistem Informasi dan Manajemen
0500587042 Pengkuh Ibnu Sudana 09 PAY Sistem Informasi dan Manajemen
0500583984 Susana 09 PAY Sistem Informasi dan Manajemen
Struktur dari tabel :
o Heading dan Body. Bagian heading biasanya terdiri atas nama field atau
dapat juga berupa himpunan attribute. Body berfungsi sebagai tempat
kumpulan record, dengan setiap record-nya merupakan pasangan dari
attribute beserta nilainya.
60
o Baris merupakan suatu data dalam tabel yang mempunyai nilai. Kolom
merupakan penejelasan dari data unik dalam baris tersebut atau kumpulan
data yang memiliki kesamaan tipe.
2. Diagram Hubungan (Relationships)
Relasi menghubungkan semua tabel-tabel dalam database relasional. Yang
menentukkan relasi dari data adalah nilai dari data tersebut.
Ada 3 macam jenis relasi yaitu:
One To One
Adalah relasi dimana satu key hanya mempunyai hubungan dengan
satu key pada tabel lain.
Contoh: Satu Mahasiswa hanya mempunyai satu NIM. Atau satu NIM
hanya dipunyai oleh satu mahasiswa.
One to Many
Adalah relasi dimana satu key dapat mempunyai hubungan lebih dari
satu pada key dari tabel lain.
Contoh: Satu mahasiswa dapat memilih beberapa mata kuliah. Atau
banyak mata kuliah dapat dipilih oleh satu mahasiswa.
Many to Many
Adalah relasi dimana banyak key dapat mempunyai hubungan lebih
dari satu degan key pada tabel lain.
Contoh: Satu dosen dapat mengajar banyak mahasiswa dan banyak
mahasiswa dapat mempunyai banyak dosen.
61
3. SQL language
Merupakan bahasa pemrograman dari berbagai sistem database. Dengan
adanya SQL, dapat dibuat suatu database relasional dan juga dengan SQL
dapat dilakukan inquiry, yaitu proses permintaan informasi pada database.
SQL mempunyai dua fungsi utama dalam database relasional, yaitu :
• Fungsi DDL
DDL (Data Definition Language) merupakan sebuah bahasa yang
dapat menerangkan suatu skema eksternal, internal dan konseptual ke
dalam bentuk yang sesuai.
Contoh DDL :
- Alter Table
- Create Table
- Drop Table
• Fungsi DML
DML (Data Manipulation Language) merupakan sebuah bahasa yang
digunakan dalam memanipulasi data pada database.
Contoh DML :
- Delete
- Insert
- Update
62
2.14.4. Relational Keys
Duplikasi record tidak boleh terjadi dalam sebuah relasi. Untuk
mengantisipasi adanya duplikasi record dalam sebuah relasi, maka dibutuhkan
suatu key yang unik, yang dinamakan primary key. Foreign key merupakan satu
atau lebih atribut di dalam sebuah relasi yang juga merupakan primary key pada
relasi atau tabel lain, sehingga dapat digunakan untuk menghubungkan satu
relasi dengan relasi lain.
2.15. DBMS (Database Management System)
2.15.1. Definisi
Menurut Michael V. Mannino (2004, p.7), database management system is
the software that support the take over of data, dissemination, maintain, retrieve,
and formatting.
DBMS adalah sebuah software yang mendukung pengambilalihan data,
penyebaran, pemeliharaan, pengambilan, dan pemformatan. DBMS dapat
mengatur multiple file, tabel, atau objek pada waktu yang bersamaan. DBMS
menyediakan fungsi Data Manipulation Language (DML) dan Data Definition
Language (DDL).
DML dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
• Procedural
Procedural language, pengguna harus menjelaskan bagaimana data
tersebut diperoleh.
63
• Non-Procedural
Non-Procedural language, pengguna hanya menentukan data apa yang
diperlukan.
Contoh : SQL (Structured Query Language).
2.15.2. Komponen DBMS
DBMS dipisahkan menjadi lima komponen utama, yaitu:
• Hardware
Adalah peralatan yang dibutuhkan dalam mengoperasikan DBMS.
Contoh: PC, Mainframe.
• Software
Adalah perangkat lunak yang digunakan dalam mengoperasikan DBMS.
Contoh: MySQL, Oracle, Windows.
• Data
Adalah informasi yang akan digunakan dalam database.
• Prosedur
Adalah metode serta aturan yang digunakan dalam penggunaan dan
perancangan database.
• Pengguna
Adalah orang yang meggunakan database tersebut, dibagi menjadi:
- Database Administrator
- Database Designer
- Software Developer
- End-User
64
2.16. Delapan Aturan Emas Perancangan IMK
Delapan aturan emas dalam perancangan antarmuka pengguna yang interaktif
adalah : (Shneiderman, 1998, pp74-75)
1. Berusaha keras untuk konsisten.
Harus selalu berusaha keras untuk menjaga konsistensi fungsi dan
format tampilan pada setiap halaman.
2. Memungkinkan pengguna yang sering menggunakan untuk memakai
shortcuts.
Ketika frekuensi penggunaan meningkat, maka pengguna ingin
mengurangi jumlah interaksi dan meningkatkan kecepatan interaksi.
Penyingkatan, tombol khusus, perintah tersembunyi, fasilitas macro, waktu
respon yang singkat dan display rate yang cepat akan memudahkan
pengguna yang ahli.
3. Memberikan umpan balik yang informatif
Untuk setiap aksi pengguna, harus ada umpan baliknya sehingga
pengguna mengetahui apa yang telah dan akan dilakukan. Umpan balik
dapat berupa konfirmasi, informasi atau gambaran visual yang
menunjukkan perubahan yang telah terjadi.
4. Merancang dialog untuk menghasilkan keadaan akhir
Rangkaian aksi harus dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok
sesuai fungsi mereka. Umpan balik yang informatif setelah menyelesaikan
kelompok aksi tersebut akan memberikan penyelesaian yang memuaskan
kepada pengguna, dan indikasi bahwa sistem siap untuk melakukan
kelompok aksi berikutnya.
65
5. Memberikan pencegahan kesalahan dan penanganan kesalahan yang
sederhana
Sebisa mungkin, rancang sistem dimana pengguna tidak dapat
membuat kesalahan yang serius. Jika pengguna melakukan kesalahan,
sistem harus dapat mendeteksi kesalahan dan memberikan instruksi yang
sederhana, bersifat membangun, dan khusus guna melakukan perbaikan.
6. Memungkinkan pembalikan aksi (undo) yang mudah
Sebisa mungkin, setiap aksi harus dapat dibalik. Fitur pembalikan aksi
ini menghilangkan ketakutan pengguna karena mereka mengetahui
kesalahan yang telah dilakukan dapat di-undo sehingga mendorong
penjelajahan terhadap fitur yang belum pernah dipakainya.
7. Mendukung pengendalian dari dalam
Pengguna yang berpengalaman sangat menginginkan perasaan bahwa
mereka menguasai sistem dan sistem merespon aksi mereka. Aksi sistem
yang tiba-tiba, rangkaian data entry yang membosankan,
ketidakmampuan atau kesulitan dalam mendapatkan informasi yang
dibutuhkan, dan ketidakmampuan menghasilkan aksi sistem
menyebabkan pengguna khawatir dan tidak puas.
8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek
Keterbatasan manusia untuk mengingat dalam jangka pendek
menyebabkan tampilan haruslah sederhana, tampilan yang terdiri dari
banyak halaman harus digabungkan, pergerakan window harus dikurangi,
dan waktu pelatihan harus efisien.
66
2.17. Kerangka Berpikir dan Kerja
Gambar 2.12
Analisis 5 kekuatan Porter
Analisis SWOT
Validasi Strategi
E-Procurement
Tahap Perancangan E-Procurement
Analisis dan perancangan aplikasi
Analisis Problem Domain