bab 2 landasan teori 2.1 pengertian restoran · kebutuhan pokok manusia yakni makanan dan minuman....
TRANSCRIPT
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Restoran
Menurut Abdillah (2007), Restoran adalah salah satu sarana dalam memenuhi
kebutuhan pokok manusia yakni makanan dan minuman. Suatu bentuk usaha yang
menyediakan makanan dan minuman yang diperuntukan bagi tamunya ini tidak
cukup hanya dengan menyediakan makanan dan minuman saja, tetapi juga perlu
adanya unsur pelayanan yang baik sebagai faktor penunjang.
Menurut Soekresno (2000), restoran adalah suatu operasi layanan makanan
yang mendatangkan keuntungan di mana basis utamanya termasuk didalamnya
adalah penjualan makanan atau minuman kepada individu-individu dan tamu-tamu
dalam kelompok kecil.
Jadi dapat disimpulkan bahwa restoran adalah sebuah tempat yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan makanan dan minuman seseorang dengan menjual jasa
dan produk sebagai bisnis utamanya.
2.2 Jenis Restoran
Menurut Soekresno (2000), dilihat dari pengelolaan sistem penyajian restoran
dapat diklarifikasikan menjadi tiga, yaitu :
1. Formal Restoran, adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang
dikelola secara komersial dan profesional dengan pelayanan ekslusif.
Contoh: Main Dinning Room.
2. Informal Restoran, adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang
dikelola secara komersial dan profesional dengan lebih mengutamakan
kecepatan pelayanan, kepraktisan dan percepatan frekuensi yang silih berganti.
Contoh: Cafe, Coffee Shop, Canteen.
3. Specialities Restoran, adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman
yang dikelola secara komersial dan profesional dengan menyediakan makanan
khas dari suatu negara atau wilayah tertentu.
Contoh: Japanese Restoran, Chinese Restoran, Restoran Padang
8
Menurut Marsum (1991), secara lebih detail mengklasifikasikan restoran
dilihat dari pengelolaan dan sistem penyajian menjadi beberapa tipe yaitu:
1. A’la Carte Restoran
Restoran yang telah mendapatkan izin untuk menjual makanan lengkap dengan
banyak variasi di mana tamu bebas memilih sendiri makanan yang mereka
inginkan.
2. Table D’hote Restoran
Restoran yang khusus menjual menu yang lengkap dari hidangan pembuka
sampai hidangan penutup dengan harga yang sudah ditetapkan.
1) Coffee Shop or Berraserie
Restoran yang khusus menjual pelayanan menggunakan American service
dan penyajian makanannya kadang dilakukan dengan cara buffet, di mana
pada restoran ini tamu dapat mendapatkan makan siang dan makan malam.
2) Cafetaria/Cafe
Restoran yang mengutamakan penjualan sandwich, cake, coffee, dan tea.
Pilihan makanannya terbatas dan tidak menjual minuman berakohol.
3) Canteen
Restoran yang diperuntukan kepada para pekerja dan pelajar, di mana di
restoran ini mereka bisa mendapatkan makan pagi, makan siang, makan
malam dan coffee break.
4) Continental Restoran
Restoran yang menitikberatkan hidangan continental dengan pelayanan
yang elaborate atau megah. Adapun hidangan yang termasuk dalam
continental food adalah chicken salad hawaiian, black papper steak dan
fillet fish meuniere.
5) Carvery
Restoran yang menyediakan hidangan yang dipanggang, di mana pada
restoran ini para tamu dapat mengiris sendiri hidangan panggang sebanyak
yang mereka inginkan dengan harga yang sudah ditetapkan.
6) Dinning Room
Restoran yang terdapat di restoran kecil, model atau inn dengan harga
yang lebih ekonomis dibandingkan dengan restoran yang ada di restoran
bintang tiga, tetapi restoran ini terbuka bagi para tamu dari luar restoran.
9
7) Discotheque .
Restoran yang hanya menyediakan makanan ringan, di mana pada restoran
ini tamu dapat menikmati makanan ringan ditemani dengan alunan musik.
8) Grill Room
Restoran yang menyediakan berbagai macam daging panggang. Pada
umumnya antara restoran dengan dapur dibatasi oleh sekat dinding kaca
sehingga para tamu dapat mimilih sendiri potongan daging yang
dikehendaki serta para tamu dapat memilih bagaimana proses pembuatan
makanan tersebut.
9) Fish and Chip Shop
Restoran yang menyediakan berbagai macam kripik dan ikan goreng.
10) Inn Tavern
Restoran yang terletak ditepi kota yang dikelola oleh perorangan dengan
harga yang diberikan cukup murah.
11) Night Club
Restoran yang menyediakan makan malam dengan pelayanan megah, pada
umumnya dibuka menjelang larut malam.
12) Pizzeria
Restoran yang khusus menjual masakan italia seperti pizza dan spaghetti.
13) Pub
Restoran yang dibuka untuk umum yang dibuka pada malam hari dengan
menghidangkan snack seperti pies dan sandwich serta menyediakan
berbagai minuman beralkohol, di mana para pengunjung dapat menikmati
makanan dan minuman sambil berdiri atau sambil duduk.
14) Pan Cake House
Restoran yang khusus menjual pancake serta crepe yang diisi dengan
berbagai macam manisan didalamnya.
15) Speciality Restaurnt
Restoran yang suasana dan dekorasi seluruh ruangan disesuaikan dengan
tipe khas makanan yang disajikan. Sistem pelayanannya sedikit lebih
banyak berdasarkan tata cara negara tempat asal makanan tersebut.
10
16) Terrace Restoran
Restoran yang terletak di luar bangunan, umumnya restoran ini masih
berhubungan dengan restoran maupun restoran induk. Di negara-negara
barat pada umumnya restoran tersebut hanya dibuka pada waktu musim
panas saja.
17) Gourmet Restoran
Restoran yang menyediakan pelayanan makan dan minuman untuk
seorang-orang yang berpengalaman luas dalam bidang kuliner.
Keistimewaan restoran ini adalah makanan dan minumannya lezat-lezat
serta pelayanannya megah dengan harga yang cukup mahal.
18) Family Type Restoran
Restoran sederhana yang menghidangkan makanan dan minuman yang
tidak mahal dan disediakan untuk tamu keluarga atau rombongan.
19) Main Dining Room
Restoran yang terdapat pada restoran-restoran besar. Penyajian makannya
secara resmi, pelan tapi terikat oleh suatu peraturan yang ketat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis restoran memiliki bermacam-macam cara
untuk mennyajikan makanan dan minuman sesuai dengan ciri khas restoran tersebut.
2.3 Pengertian Pelayanan
Menurut Assauri (1999), pelayanan adalah bentuk pemberian yang diberikan
oleh produsen baik terhadap pelayanan barang yang diproduksi maupun terhadap
jasa yang ditawarkan guna memperoleh minat konsumen, dengan demikian
pelayanan mempengaruhi minat konsumen terhadap suatu barang atau jasa dari pihak
perusahaan yang menawarkan produk atau jasa.
Menurut Kotller (2002), pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang
dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak
berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikian apapun.
Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu tindakan yang ditunjukan kepada
pelanggan untuk menawarkan produk atau jasa sehingga dapat mempengaruhi
pelanggan.
11
2.4 Sistem Pelayanan di Restoran
Menurut Soekresno dan Pendit (1998), pelayanan di restoran bagi pelanggan
harus diberikan secara profesional dan semaksimal mungkin. Sistem yang mendasari
pelayanan dan selalu dipakai diberbagai Restoran adalah sebagai berikut :
1. Table Service
Yang dimaksud dengan table service adalah suatu sistem pelayanan restoran
di mana para tamu duduk di kursi menghadap meja makan, dan kemudian
makanan maupun minuman diantarkan, disajikan kepada para tamu tadi.
Dalam hal ini yang menyajikan makanan dan minuman bisa Waiter maupun
Waitress.
Table service pada umumnya dapat dibedakan menjadi empat yaitu : American
Service (Sistem Pelayanan A’la Amerika), English Service (Pelayanan Ala
Inggris), Service A’la Ritz. French Service (Pelayanan Ala Perancis), Russian
Service
2. Counter Service
Yang dimaksud counter service ialah suatu sistem pelayanan restoran di
mana para tamu yang datang terus duduk di counter. Apabila makanan dan
minuman yang dipesannya sudah siap maka akan disajikan kepada tamu tadi di
atas counter.
Petugas yang menyajikan makanan dan minuman bisa Waiter, Waitress,
atau langsung oleh juru masaknya. Pelayanan model ini lebih praktis, hemat
tenaga dan waktu.
Yang dimaksud dengan counter di sini ialah meja panjang yang
membatasi dua ruangan yaitu ruangan dapur dengan ruangan restoran.
3. Self Service
Yang dimaksud dengan self service atau kadang-kadang disebut juga
dengan buffet service ialah suatu sistem pelayanan restoran di mana semua
makanan secara lengkap (dari hidangan pembuka, soup, hidangan utama,
hidangan penutup, dan sebagainya) telah ditata dan diatur dengan rapi di atas meja
hidang atau meja prasmanan. Para tamu secara bebas mengambil sendiri
hidangannya sesuai dengan selera maupun kesukaannya. Sedangkan untuk
minuman panas, seperti teh atau kopi, pada umumnya disajikan kepada tamu
oleh petugas.
12
4. Buffet Service
Dalam buffet service tamu mengambil makanan dari meja buffet. Buffet
dan penataan makanan di meja dapat bervariasi dari yang sangat sederhana,
seperti sup dan salad, hingga buffet yang variatif, seperti yang sering dilihat
pada banyak restoran mewah. Banyak restoran komersial yang membangun
reputasinya pada variasi dan beranekaragamnya meja buffet yang mereka
tawarkan. Buffet adalah alat penjualan yang efektif dan dapat digunakan
untuk mendatangkan keuntungan bagi penyelenggara restoran, khususnya bila
penawaran dilakukan pada hari libur dan Minggu. Karena sedikitnya produksi
dan staff yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan yang efisien bila
dibandingkan dengan pelayanan a la carte, baik staf produksi maupun pelayanan
dapat diberi hari libur tanpa mengganggu reputasi bisnis. Kualitas makanan
dapat tinggi, dan masing-masing pramusaji dapat melayani tamu lebih banyak
secara efisien, karena para tamu melakukan sendiri beberapa fungsi atau tugas
pramusaji. Pekerja bagian produksi makanan dapat pula lebih produktif, karena
proses persiapan makanan dibuat untuk jangka waktu yang lama dan dibuat
dalam kuantitas yang memadai dan tidak dibuat berdasarkan pesanan atau porsi
perorangan.
Personel pelayanan akan menikmati bekerja dengan sistem buffet karena
pelayanan yang diberikan lebih mudah dan dapat melayani lebih banyak
orang dan mendapatkan lebih banyak tip. Tamu jarang membedakan antara buffet
dan plate service dan biasanya tip yang diberikan 15 persen. Manajer dan
pramusaji harus waspada akan tanggung jawab tambahan bila menggunakan
buffet. Jenis menu dapat diganti atau penggantian dapat terjadi selama proses
makan, kadang-kadang, sering, dan adalah tanggung jawab masing-masing
pramusaji untuk memeriksa meja buffet untuk pergantian ini dan memastikan agar
para tamu memperoleh informasi tentang pergantian. Staff pelayanan atau
pengganti yang telah ditetapkan harus melihat meja buffet untuk meyakinkan
bahwa makanannya tetap panas dan terlihat menarik.
13
5. Carry Out Service
Carry out service kadang-kadang disebut juga sebagai Take out service
yaitu sistem pelayanan restoran di mana tamu datang untuk membeli makanan
yang telah siap atau disiapkan terlebih dahulu, dibungkus dalam box (kotak) untuk
dibawa pergi. Jadi makanan tidak dinikmati di tempat itu, mungkin dibawa pulang
untuk dinikmati bersama keluarga, di bawa piknik, ke kantor, ke pabrik, ke
kampus, dan sebagainya. Dalam hal ini harga makanan dan minuman jauh lebih
murah bila dibandingkan dengan restoran pada umumnya sebab pengusaha tidak
perlu menyediakan peralatan - peralatan yang mewah dan lengkap. Kalau untuk
makan diperlukan pisau, sendok atau garpu, maka dapat dilengkapi dengan alat
makan dari plastik yang sekali dipakai terus dibuang. Jadi menjadi serba praktis
dan murah.
2.5 Menu
Menurut Caserani & Kinton (2000), menu adalah sebuah daftar makanan
yang telah dilengkapi dengan harga masing-masing, yang disediakan dan
ditampilkan untuk menarik pelanggan serta memberikan nilai terhadap sejumlah
uang terhadap makanan yang ditawarkan.
Menurut Ir. Endar Sugiarto & Sri Sulartiningrum (1996), menu adalah daftar
makanan yang telah dipersiapkan yang tersedia didalam restoran tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sebuah media yang digunakan untuk
menunjukkan informasi tentang makanan dan minuman.
Berikut adalah pembagian jenis menu :
1. Jenis-jenis Menu
Jenis menu adalah merupakan jenis hidangan yang ditawarkan kepada tamu,
yang datang, baik yang datang perorangan maupun yang datang secara rombongan.
Kita mengenal beberapa jenis menu berdasarkan bentuk penawaran, yaitu dilihat dari
sisi bagaimana menu itu disusun dan ditawarkan kepada tamu yang menyangkut
harga.
14
Berdasarkan bentuk penawaran ini, maka menu dapat diklasifikasikan
menjadi:
1) A’la carte menu
Suatu daftar makanan yang mencantumkan berbagai jenis makanan dari appetizer
atau makanan pembuka sampai dengan makanan penutup di mana masing-masing
makanan tersebut memiliki harga tersendiri. Ini berarti tamu memiliki kesempatan
untuk memilih makanan sesuai dengan seleranya dan kemampuannya untuk
membayar.
2) Table D’hote menu
Daftar makanan yang membentuk atau tersusun dalam set makanan dengan satu
harga yang pasti.
2. Special Party Menu
Menu untuk banquet dan perayaan sejenis biasanya dibuat setelah diadakan
persetujuan antara pemesan dan pihak restoran. Setelah melalui pembicaraan dengan
banquet manager atau lain yang ditunjukan itu, dibuatlah susunan menu.
Disini bisa diberikan dua kemungkinan, pertama harganya ditetapkan oleh
pemesan dan menu disusun pihak restoran atau kemungkinan kedua susunan menu
diberikan pemesan dan harga ditentukan oleh pihak penyelenggara, dalam hal ini
adalah pihak restoran.
2.6 Pengertian Pelanggan
Menurut Lupiyoadi (2001), pelanggan adalah seseorang individu secara
continue dan berulang kali datang ke tempat yang sama untuk memuaskan keinginan
dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan memuaskan produk
atau jasa tersebut.
Menurut Nasution (2004), pelanggan adalah semua orang yang menuntut
perusahaan untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu yang akan memberikan
pengaruh pada performa kita atau perusahaan manajemen.
Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang yang secara pribadi melakukan
keinginan untuk mendapatkan sebuah produk dan jasa secara terus menerus.
15
2.7 Jenis Pelanggan
Menurut Fandy Tjiptono (2005), mengelompokan jenis pelanggan kedalam
tiga ketegori yaitu : user, buyer, dan payer.
Jadi dapat disimpulkan jenis pelanggan hanya terbagi menjadi tiga kategori
yaitu pengguna, pembeli, dan penjual.
2.8 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010), sistem informasi merupakan
kumpulan komponen yang saling berhubungan, yang mengumpulkan, memproses,
menyimpan dan mendistribusikan informasi sebagai hasil dari informasi.
Menurut O’Brien dan James (2006) menyatakan bahwa pengertian sistem
informasi merupakan kombinasi teratur dari orang-orang, hardware,
software, jaringan komunikasi dan sumber daya yang mengumpulkan, mengubah,
dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kombinasi
seperangkat komponen yang terdiri dari orang, hardware, software, jaringan
telekomunikasi dan data yang saling bekerja sama untuk mengumpulkan, mengolah,
menyimpan, dan menyebarkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan,
pengendalian, analisis masalah dan visualisasi dalam organisasi.
2.9 Komponen Sistem Informasi
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010) Sistem informasi terdiri dari
komponen-komponen penting, antara lain sebagai berikut :
1) Hardware (perangkat keras)
Adalah sekumpulan perangkat keras yang digunakan untuk menerima data dan
informasi, memprosesnya, dan menampilkannya kembali.
2) Software (perangkat lunak)
Adalah koleksi atau sekumpulan program yang dapat memerintah perangkat
keras yang ada untuk memproses data.
3) Database (basis data)
Adalah basis data yang berisikan dari sekumpulan file atau table yang berkaitan
dan berhubungan antara satu sama lain, dan di dalam file atau table tersebut
berisikan data.
16
4) Network (jaringan computer)
Adalah sebuah sistem jembatan perhubungan, baik menggunakan kabel
(wireline) maupun tanpa menggunakan kabel (wireless) yang memiliki peranan
penting dalam menghubungkan beberapa computer yang berbeda untuk berbagi
sumberdaya yang mereka miliki.
5) Procedures (prosedur)
Adalah sekumpulan instruksi, aturan, dan prosedur yang berisikan cara
bagaimana menggabungkan komponen-komponen diatas dalam rangka
memproses informasi dan menghasilkan apa yang diinginkan.
6) People (orang)
Adalah sumber daya manusia yang betugas untuk mengoperasikan hardware dan
software, berhubungan dengan mereka dan menggunakan hasil dari pemrosesan
tersebut.
2.10 Pengertian Management Information System
Menurut McLeod dan George (2008), suatu sistem informasi dirancang untuk
menyediakan informasi yang akurat, memiliki rentang waktu dan relevan untuk
mendukung efektivitas pengambilan keputusan manajemen. Tipe utama dari sistem
informasi manajemen miliki tujuan-tujuan berikut :
1) Information Reporting System (IRS)
Menyediakan informasi mengenai produk yang mendukung kebutuhan
pengambilan keputusan bagi end user manajerial. Produk informasi berupa
tampilan dan laporan yang dapat diatur berdasarkan : permintaan, periode,
bergantung pada jadwal yang ditentukan, atau kapanpun diinginkan.
2) Decision Support System (DSS)
Merupakan sistem yang interaktif dan berbasis komputer yang menggunakan
model keputusan dan spesialiasi basis data untuk membantu proses pengambilan
keputusan manajerial. DSS menyediakan mode analisis, pembacaan data
kemampuan presentasi informasi yang memungkinkan para manajer untuk
menghasilkan informasi yang mereka butuhkan dalam bentuk yang tidak
terstruktur.
17
3) Excecutive Information System (EIS)
Merupakan sistem informasi manajemen yang dibuat untuk kebutuhan informasi
strategis bagi para top manager. Informasi berasal dari berbagai sumber,
termasuk surat-surat, memo, laporan berkala, hasil rapat, telepon, dan aktivitas
sosial.
2.10.1 Pengertian Knowledge Management
Menurut Dalkir (2011), sebuah kordinasi sistematis dalam sebuah organisasi
yang mengatur sumber daya manusia, teknologi, proses dan struktur organisasi
dalam rangka meningkatkan value melalui penggunaan ulang dan inovasi. Kordinasi
ini bisa dicapai melalui menciptakan, membagi dan mengaplikasikan pengetahuan
dengan menggunakan pengalaman dan tindakan yang telah diambil perusahaan demi
kelangsungan pembelajaran organisasi.
Menurut Turban, Efraim, & Volonino (2010), merupakan sebuah proses
membantu identitas perusahaan, memilih, mengatur, menyebarkan, dan mengirim
informasi penting serta keahlian termasuk bagian dari ingatan organisasi yang
terletak secara khas dalam organisasi di area tersusun.
Menurut Honeycutt (2000), mendefinisikan bahwa knowledge management
adalah suatu disiplin ilmu yang memperlakukan modal intelektual sebagai aset yang
dikelola.
Menurut Rusell Ackoff (2007), mendefinisikan bahwa knowledge management
isi atau kandungan dari intelektualitas dan mentalitas manusia dapat diklarifikasikan
dalam lima kategori, yaitu Data, Informasi, Pengetahuan, Pengertian, dan
Kebijaksanaan.
Menurut Amrit Tiwana (1999), mendefinisikan Knowledge Management secara
luas dalam arti memanajemen sebagaian “management or organizational knowledge
for creating business value and generating a competitive advantage” artinya
Knowledge Management memberikan kemampuan untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, dan menerapkan pengetahuan yang diperlukan dan berguna
bagi pencapaian semua jenis tujuan bisnis.
Menurut Bellinger (1998), mendefinisikan Knowledge Management berfungsi
meningkatkan kemampuan organisasi untuk belajar dari lingkungannya dan
menggabungkan pengetahuan ke dalam proses bisnis.
18
Jadi dapat disimpulkan bahwa Knowledge Management yaitu berupa tempat
untuk menyimpan berisikan data, skill, dan informasi untuk dikelola oleh organisasi
untuk menjalankan tugas dan proses pengambilan keputusan.
2.10.1.1 Knowledge
2.10.1.1.1 Pengertian Knowledge
Menurut Drucker (2013), mendefinisikan knowledge sebagai informasi yang
mengubah sesuatu atau seseorang. Hal ini terjadi karena informasi tersebut menjadi
dasar seseorang untuk bertindak, dimana pengetahuan tersebut akan memampukan
seseorang atau institusi untuk mengambil tindakan yang berbeda atau tindakan yang
lebih efektif dibandingkan tindakan seseorang yang tidak memiliki pengetahuan.
Menurut Probst (2013), mendefinisikan pengetahuan merupakan seluruh
kesadaran dan keterampilan yang digunakan individu untuk memecahkan masalah.
Pengetahuan mencangkup teori maupun praktis, aturan sehari-hari atau petunjuk
untuk bertindak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang
meliputi keterampilan untuk melakukan tindakan yang bermanfaat.
2.10.1.1.2 Metode Untuk Menciptakan Knowledge
Menurut Davenport, Thomas dan Laurence (1998), Metode yang dapat
digunakan untuk menciptakan knowledge dalam perusahaan (five modes of
knowledge generation) yaitu sebagai berikut:
1. Acquisition, yaitu menyewa, membeli, atau merekrut orang atau perusahaan
yang telah memiliki intangible assets sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Intangible assets tersebut diharapkan dapat memberikan skill dan pengalaman
mereka untuk dikembangkan dalam perusahaan. Menyewa konsultan termasuk
salah satunya.
2. Dedicated resources, yaitu menciptakan suatu unit kerja tertentu yang
bertanggung jawab terhadap pengembangan pemikiran atau ide-ide baru.
Pembentukan atau pemgembangan divisi R&D adalah salah satu contoh.
3. Fusion, yaitu membangun kerjasama tim (teamwork) yang terdiri dari berbagai
orang dari latar belakang atau perspektif keahlian yang berbeda-beda untuk
menciptakan sinergi.
19
4. Adaptation, yaitu melakukan penyesuaian terhadap perkembangan pasar. Hal ini
terutama sangat dibutuhkan SDM yang mampu menyerap dan memanfaatkan
new knowledge dan skill secara cepat.
5. Networks, yaitu knowledge yang dihasilkan dari pembentukan tim non struktural
dan tim informal yang dibentuk sendiri oleh pegawai berdasarkan minat tertentu.
Jika tim-tim ini semakin meluas dalam perusahaan maka network akan
terbentuk. Networks dapat pula dibentuk melalui pembicaraan langsung, lewat
telpon, lewat E-mail, dan groupware untuk saling share expertise dan solve
problem bersamasama.
2.10.1.1.3 Jenis dan Konversi Knowledge
Knowledge pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1) Tacit knowledge adalah knowledge yang ada pada diri seseorang dan relatif sulit
untuk diformalkan atau diterjemahkan, sehingga masih ada hambatan untuk
dikomunikasikan dengan individu lain. Tacit knowledge bersifat subyektif,
intuisi, terkait erat dengan aktivitas dan pengalaman individu serta idealisme,
values, dan emosi. Tacit knowledge memiliki 2 dimensi, yaitu:
a) Dimensi teknis, yang lebih bersifat informal dan know-how dalam melakukan
sesuatu. Dimensi teknis yang mengandung prinsip-prinsip dan teknis
pengetahuan yang diperoleh karena pengalaman ini, relatif sulit didefinisikan
dan dijelaskan.
b) Dimensi kognitif, terdiri dari kepercayaan persepsi, idealisme, values, emosi
dan mental yang juga sulit dijelaskan. Dimensi ini akan membentuk cara
seseorang menerima segala sesuatu yang ada di lingkungannya.
2) Explicit Knowledge adalah knowledge yang sudah dapat dikemukakan dalam
bentuk data, formula, spesifikasi produk, manual, prinsip-prinsip umum, dan
sebagainya. Knowledge ini telah menjadi milik perusahaan dan siap untuk
ditransfer kepada semua individu dalam perusahaan secara formal dan
sistematis. Interaksi antara tacit dan explicit knowledge ini disebut sebagai
proses konversi knowledge (process knowledge conversion). Proses konversi
dapat berasal dari knowledge yang bersifat tacit atau explicit untuk diubah
menjadi knowledge yang bersifat tacit atau explicit. Apabila knowledge telah
berubah menjadi tacit, maka knowledge siap digunakan antara lain untuk
20
menghasilkan produk baru dan melakukan pelayanan yang lebih baik, sedangkan
bila knowledge telah diubah menjadi explicit, maka knowledge siap untuk
ditransfer kepada seluruh karyawan dalam perusahaan atau diubah ke dalam
expert system.
Menurut cara yang digunakan, terdapat 4 proses konversi knowledge yaitu:
1) Socialization adalah proses mentransfer pengalaman untuk menciptakan
tacit knowledge melalui aktivitas pengamatan, imitasi, dan praktek. Proses
ini tidak cukup hanya dilakukan dengan mendengarkan dan berpikir.
2) Externalization adalah proses mengungkapkan dan menterjemahkan tacit
knowledge ke dalam konsep yang eksplisit seperti buku, manual, laporan,
dan sebagainya.
3) Combination adalah proses mengkombinasikan explicit knowledge yang
berbeda menjadi explicit knowledge yang baru melalui analisis,
pengelompokkan, dan penyusunan kembali. Alat untuk melakukan proses
ini misalnya data base dan computer network .
4) Internalization adalah proses penyerapan explicit knowledge menjadi tacit
knowledge yang biasanya dilakukan melalui belajar sambil bekerja atau
melakukan simulasi.
2.10.1.2 Management
2.10.1.2.1 Pengertian Management
Menurut Malayu (2003), mendefinisikan management berasal dari kata “to
manage” yang berarti mengatur. Management termasuk kelompok ilmu sosial dan
proses, karena di dalam management terdapat adanya kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan, misalnya kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan.
Menurut Sondang (2004), mendefinisikan Management adalah kemampuan
atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan
melalui orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa management merupakan bentuk kelompok
yang mempunyai tujuan untuk melakukan perencanaan, kordinasi, pengarahan,
pengawasan, pemecahan masalah, kepemimpinan terhadap tercapainya tujuan.
21
2.10.2 Pengertian Customer Knowledge Management
Menurut Rollins dan Halinen (2005) sejenis pengetahuan data atau informasi
yang dapat dianalisis, ditafsirkan, dan akhirnya diubah menjadi pengetahuan yang
ditargetkan pelanggan mencapai untuk mengetahui perusahaan lebih baik.
Menurut Davenport, H, dan Laurence (1998), sejenis pengetahuan data atau
informasi yang dapat dianalisis, ditafsirkan, dan akhirnya diubah menjadi
pengetahuan bahwa perusahaan mencapai dalam rangka untuk mengetahui target
pelanggan yang lebih baik.
Menurut Paquette (2006), Customer Knowledge Management adalah proses
untuk mengelola, identifikasi, akuisisi, dan penggunaan pengetahuan konsumen
secara kolektif juga sebagai proses yang perusahaan mempekerjakan untuk
mengelola identifikasi, akuisisi dan penggunaan internal pengetahuan pelanggan.
Menurut Zhang (2011), mendefinisikan Customer Knowledge Management
adalah proses untuk menangkap, berbagi, menerapkan data, informasi, dan
knowledge yang berhubungan dengan customer untuk manfaat perusahaan.
Menurut Gibbert, Michael, Leibold, Marius, Probst (2002), CKM sebagai
manajemen pengetahuan dari pelanggan dan menekankan CKM sebagai proses
strategis di mana nasabah diberdayakan sebagai mitra pengetahuan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Customer Knowledge Management yaitu suatu
pengetahuan yang mempelajari tentang pelanggan untuk mengetahui target kepuasan
atau pengetahuan pelanggan terhadap produk atau jasa dan pelayanan dari
perusahaan.
2.10.2.1 Pengertian Customer
Menurut Robbins (1998), berbagai organisasi itu ada untuk memenuhi
kebutuhan para customer. Para customer atau klienlah yang menyerap output
organisasi itu. Customer adalah mereka yang memberikan perhatian dan tanggapan
atas output yang dikeluarkan oleh perusahaan. Para customer secara jelas
memperlihatkan potensi ketidakpastian bagi organisasi. Selera para customer dapat
berubah, mereka dapat menjadi tidak puas dengan jasa atau produk organisasi itu.
Menurut Turban, Efraim, & Volonino (2010), customer adalah pembeli
(individual) yang akan menggunakan barang dan jasa atau pembeli (organisasional)
yang membeli untuk mengubah dan menambah nilai atas barang.
22
Jadi dapat disimpulkan bahwa, customer sebagai peran yang memberikan
perhatian dan tanggapan tentang barang atau jasa yang menarik perhatian untuk
dibeli.
2.10.2.2 Nilai Customer
Menurut Kottler (2005), nilai pelanggan (customer value) adalah selisih
antara evaluasi calon pelanggan atas semua manfaat serta semua biaya tawaran
tertentu dan alternative-alternatif lain yang dipikirkan. Total customer value adalah
nilai moneter yang dipikirkan atas sekumpulan manfaat ekonomis, fungsional, dan
psikologis, yang diharapkan oleh pelanggan atas tawaran pasar tertentu. Biaya
pelanggan total adalah sekumpulan biaya yang pelanggan harapkan untuk
dikeluarkan guna mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan, dan membuang
tawaran pasar tertentu.
Menurut Amin (2000), jika penawaran diberikan oleh perusahaan memenuhi
harapan pelanggan, kemungkinan pelanggan akan kembali membeli. Oleh karena itu,
perusahaan harus mendeliver nilai pelanggan setinggi-tingginya sehingga pelanggan
memilih untuk membeli di perusahaan tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, nilai moneter yang dipikirkan atas
sekumpulan manfaat ekonomis, fungsional, dan psikologis, yang diharapkan oleh
pelanggan atas tawaran pasar tertentu. jika penawaran diberikan oleh perusahaan
memenuhi harapan pelanggan, kemungkinan pelanggan akan kembali membeli.
2.10.2.3 Perilaku Customer
Menurut Kotller dan Amstrong (2003), perilaku customer dipengaruhi
beberapa faktor salah satunya adalah karakteristik customer. Menurut Turban, hal ini
didukung oleh bahwa perilaku customer dipengaruhi beberapa faktor antara lain :
1) Karakteristik personal
Karakteristik personal merupakan hal-hal yang berhubungan dengan usia, jenis
kelamin, gaya hidup, latar belakang, pengetahuan, kepribadian, faktor
psikologis.
2) Karakteristik lingkungan
Meliputi karakteristik sosial, budaya, keluarga dan kumpulan atau komunitas.
3) Rangsangan
23
Terdiri dari dua bagian, yaitu rangsangan pemasaran (harga, promosi, produk,
kualitas) dan rangsangan eksternal (faktor politik ekonomi, budaya, teknologi).
4) Sistem yang dimiliki oleh penjual
Sistem ini terdiri dari tiga bagian yaitu dukungan logistic meliputi pembayaran
dan jasa pengantar; dukungan teknis meliputi web design dan intelligent agent,
piranti lunak yang berperan sebagai asisten bagi pelanggan; dan layanan
pelanggan meliputi FAQ, e-mail, call center, one-to-one marketing.
2.10.3 Tipe-tipe Customer Knowledge Management
Menurut Michael, Marius dan Gilbert (2002), Customer Knowledge
Management mempunyai tiga tipe dalam implementasinya sebagai berikut :
1) Knowledge about customer
Pengetahuan yang dapat secara pasif melalui riset pasar seperti informasi
tentang pembelian motivasi dan tuntutan dari customer.
2) Knowledge from the customer
Pengetahuan yang dapat langsung dari customer mengenai produk suatu
perusahaan dan harapannya ke depan untuk kualitas dari barang tersebut.
3) Knowledge for customer
Memberi pelanggan pengetahuan supaya pelanggan tidak
memberitahukan tentang kualitas dan harga barang tersebut kepada
perusahaan lain yang dapat membuat perusahaan mengalami kerugian.
2.10.4 Five Styles of Customer Knowledge Management
Menurut Michael, Marius dan Gilbert (2002), Customer Knowledge
Management mempunyai lima gaya dalam implementasinya sebagai berikut :
24
Gambar 2.1 Bagan Tabel Five Styles of Customer Knowledge Management
1) Prosumerism
Pelanggan dapat memainkan dua peran, yaitu produser dan konsumer.
Pelanggan dapat membuat produk sesuai keinginannya.
2) Team-based Co-learning
Pelanggan diikutsertakan dalam menjual produknya melalui situs tersebut.
3) Mutual Innovation
Organisasi percaya bahwa pelanggan adalah seseorang yang dapat
menyediakan ide baru yang belum pernah ada.
4) Communities of Creation
Organisasi memberikan aplikasi gratis ke beberapa komunitas untuk
mendapatkan feedback mengenai produknya. Komunitas tersebut akan saling
berunding yang akan menghasilkan kelebihan dan kelemahan produk tersebut.
5) Join Intellectual Property
Organisasi yang menempatkan pelanggan sebagai sumber inti kehidupan
organisasi tersebut. Organisasi merasa bahwa pelanggan yang memiliki
organisasi tersebut bukan pemilik ataupun direktur.
25
2.11 Metode Kuantitatif
Menurut Sugiyono (2006) merupakan pengukuran data kuantitatif dan
statistik objektif melalui perhitungan ilmiah yang berasal dari sampel orang-orang
yang diminta untuk menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei berupa
kuesioner untuk menentukan presentase tanggapan mereka.
2.11.1 Uji Validitas
Menurut Ferdinand (2006), valid berarti insrumen yang digunakan dapat
mengukur apa yang hendak diukur validitas yang digunakan dalam penelitian ini
(content validity) menggambarkan kesesuaian sebuah pengukur data dengan apa
yang akan diukur. Biasanya digunakan dengan menghitung korelasi antara setiap
skor butir instrumen dengan skor total.
Menurut Umar (2006), uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukuran dapat mengukur apa yang ingin diukur. Jika menggunakan kuesioner
sebagai instrumen atau alat dalam pengumpulan data, kuesioner yang disusun harus
mengukur apa yang ingin diukur oleh peneliti. Instrumen yang valid dapat diartikan
bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan data adalah
valid.
Langkah-langkah dalam menguji validitas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur.
2. Melakukan uji coba pengukuran tersebut pada sejumlah responden.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4. Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pernyataan dengan
skor total, dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 22, atau dengan
memakai rumus teknik korelasi Pearson product moment berikut :
Di mana :
R = Korelasi product moment
N = Jumlah responden
X = Skor masing-masing
pernyataan dari tiap responden
Y = Skor total semua pernyataan dari tiap responden.
26
2.11.2 Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2006), reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan alat pengukuran konstruk atau variabel. Suatu kuesioner
dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang, terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam mengukur
suatu gejala atau kejadian. Semakin tinggi reliabilitas suatu alat pengukur, semakin
stabil pula alat pengukur tersebut. Dalam melakukan perhitungan Alpha, digunakan
alat bantu program komputer yaitu SPSS for Windows 22 dengan menggunakan
model Alpha. Sedangkan dalam pengambilan keputusan reliabilitas, suatu instrumen
dikatakan reliable jika nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6.
2.11.3 Ukuran Sampel
Menurut Sevilla (2007), untuk menentukan ukuran sampel sehingga sampel
yang diambil dapat menggambarkan kondisi populasi sesungguhnya dengan akurat.
Rumus Slovin ini mensyaratkan anggota populasi diketahui jumlahnya.
2.11.4 Teknik Sampling
Menurut Sugiyono (2012) yang umum digunakan dalam suatu penelitian, yaitu:
1) Metode Probabilistik
Probabilistik merupakan pengambilan sampel secara acak dengan memberikan
peluang yang sama seluruh populasi untuk dipilih sebagai sampel penelitian.
Untuk mendapatkan sampel secara acak biasanya dilakukan dengan undian atau
menggunakan tabel bilangan acak.
2) Metode Non Probabilistik
Non Probabilistik merupakan pengambilan sampel yang tidak memberi peluang
yang sama bagi mewakili populasi untuk dipilih menjadi sampel penelitian, atau
pengambilan sampel yang dipilih dengan tidak acak, biasanya disebut dengan
sampel tetap.
27
2.11.4.1 Purposive Sampling
Menurut Sugiyono (2012), mendapatkan informasi dari kelompok tertentu
yaitu pelanggan laki-laki dan perempuan yang tergolong dewasa (17 tahun ke atas).
Kelompok ini langsung dicatat namanya sebagai responden tanpa melalui proses
seleksi secara random. Purposive sampling dapat dibedakan dalam dua bentuk
yaitu :
1.) Judgement Sampling
2.) Quota Sampling
2.12 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)
Menurut Mario Susanto (2008), diartikan dari Venkatesh Unified Theory Of
Acceptance and Use of Technology menggabungkan fitur-fitur yang berhasil dari
delapan teori penerimaan teknologi terkemuka menjadi satu teori. Kedelapan teori
terkemuka yang disatukan di dalam UTAUT sebagai berikut :
1) Theory of Reasoned Action (TRA)
2) Technology Acceptance Model (TAM)
3) Motivational Model (MM)
4) Theory of Planned Behavior (TPB)
5) Combined TAM and TPB, Model of PC Utilization (MPTU)
6) Innovation Diffusion Theory (IDT)
7) Social Cognitive Theory (SCT)
Setelah mengevaluasi kedelapan model, Venkatesh menemukan tujuh konstruk
yang tampak menjadi determinan langsung yang signifikan terhadap behavioral
intention atau use behavior dalam satu atau lebih di masing-masing model.
Konstruk-konstruk tersebut sebagai berikut :
1) Performance Expectancy
2) Effort Expectancy
3) Social Influence
4) Facilitating Conditions
5) Attitude Toward using Technology
6) Self-Efficacy
28