bab 2 landasan teori 2.1 konsep sistem pendukung keputusan...

29
6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Konsep Sistem Pendukung Keputusan dikemukan pertama kali oleh Scott- Morton pada tahun 1971 (Turban, 2001, p13). Beliau mendefinisikan cikal bakal SPK tersebut sebagai “sistem berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan dengan menggunakan data dan model untuk memecahkan persoalan-persoalan tak terstruktur”. SPK dibuat sebagai reaksi atas ketidakpuasan terhadap Transaction Processing System (TPS) dan Management Information System (MIS). Sebagaimana diketahui, TPS lebih memfokuskan diri pada perekaman dan pengendalian transaksi yang merupakan kegiatan yanng bersifat berulang dan terdefinisi dengan baik, sedangkan MIS lebih berorientasi pada penyedia laporan bagi manajmen yang sifatnya tidak fleksibel. SPK lebih ditujukan untuk mendukung manajemen dalam melakukan pekerjaan yang bersifat analitis, dalam situasi yang kurang terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas. SPK tidak dimaksudkan untuk mengotomasikan pengambilan keputusan, tetapi memberikan perangkat interaktif yang memungkinkan pengambil keputusan dapat melakukan berbagai analisis dengan menggunakan model-model yang tersedia. (Kadir, 2003, p117).

Upload: leliem

Post on 05-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

6

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Konsep Sistem Pendukung Keputusan dikemukan pertama kali oleh Scott-

Morton pada tahun 1971 (Turban, 2001, p13). Beliau mendefinisikan cikal bakal

SPK tersebut sebagai “sistem berbasis komputer yang interaktif, yang membantu

pengambil keputusan dengan menggunakan data dan model untuk memecahkan

persoalan-persoalan tak terstruktur”.

SPK dibuat sebagai reaksi atas ketidakpuasan terhadap Transaction

Processing System (TPS) dan Management Information System (MIS).

Sebagaimana diketahui, TPS lebih memfokuskan diri pada perekaman dan

pengendalian transaksi yang merupakan kegiatan yanng bersifat berulang dan

terdefinisi dengan baik, sedangkan MIS lebih berorientasi pada penyedia laporan

bagi manajmen yang sifatnya tidak fleksibel. SPK lebih ditujukan untuk

mendukung manajemen dalam melakukan pekerjaan yang bersifat analitis, dalam

situasi yang kurang terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas. SPK tidak

dimaksudkan untuk mengotomasikan pengambilan keputusan, tetapi memberikan

perangkat interaktif yang memungkinkan pengambil keputusan dapat melakukan

berbagai analisis dengan menggunakan model-model yang tersedia. (Kadir, 2003,

p117).

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

7

2.1.1 Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan alternatif

tindakan untuk mencapai tujuan (Turban, 2001, p33).

Herbert A. Simon mengajukan model yang menggambarkan proses

pengambilan keputusan. Proses ini terdiri dari:

1. Intelligence

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup

problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan

diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan

masalah.

2. Design

Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan

menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini

meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi, dan

menguji kelayakan solusi.

3. Choice

Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan di antara berbagai alternatif

tindakan yang mungkin dijalankan.

4. Implementation

Menerapkan solusi yang telah dipilih pada tahap choice.

Suatu gambaran konseptual dari proses pengambilan keputusan

digambarkan pada Gambar 2.1

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

8

2.1.2 Jenis-jenis Keputusan

Gorry dan Scott Morton (Mallach, 2000, p42) membagi keputusan ke

dalam tiga kategori yaitu :

1. Keputusan Terstruktur

Sebuah keputusan terstruktur dapat merupakan keputusan yang

dihasilkan oleh program komputer, keputusan terstruktur diambil untuk

memecahkan masalah yang pernah terjadi sebelumnya.

Gambar 2.1 Gambaran Konseptual Proses Pengambilan Keputusan (Turban, 2001, p42)

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

9

2. Keputusan Tidak Terstruktur

Keputusan yang diambil untuk memecahkan masalah baru atau sangat

jarang terjadi, sehingga perlu dipelajari secara hati-hati. Komputer tetap

dapat membantu pembuat keputusan, tetapi hanya memberikan sedikit

dukungan.

3. Keputusan Semi Terstruktur

Merupakan keputusan di antara keputusan terstruktur dan tidak

terstruktur.

2.1.3 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

Menurut O’Brien (2001, p300) SPK adalah suatu sistem informasi

berbasiskan komputer yang menyediakan informasi pendukung yang

interaktif kepada manajer dan pelaku bisnis lainnya selama pengambilan

keputusan.

SPK adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi,

pemodelan, dan pemanipulasian data yang digunakan untuk membantu

pengambilan keputusan pada situasi yang semistruktur dan situasi yang

tidak terstruktur di mana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana

keputusan seharusnya dibuat.(Kadir, 2003, p117).

2.1.4 Tujuan Sistem Pendukung Keputusan

Tujuan dari SPK adalah (McLeod, 2001, p262):

1. Membantu pengambil keputusan dalam membuat keputusan untuk

memecahkan masalah semi terstruktur.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

10

2. Mendukung penilaian seorang pengambil keputusan bukan

menggantikan keputusan yang akan diambil oleh pengambil keputusan.

3. Meningkatkan efektifitas dari suatu keputusan, bukan dari sisi efisiensi.

2.1.5 Karakteristik dan Kemampuan Sistem Pendukung Keputusan

Karakteristik dan kemampuan SPK menurut Turban (2001, p98):

• SPK menyediakan dukungan bagi pengambil keputusan terutama dalam

situasi semiterstruktur dan tidak terstruktur dengan membawa secara

bersama penilaian manusia dan informasi yang dikomputerisasikan.

Seperti masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan sistem

komputerisasi lain atau dengan metode atau alat kuantitatif standar.

• Dukungan disediakan untuk berbagai tingkat manajerial, mulai dari

manajer tingkat atas hingga manajer tingkat manengah.

• Dukungan disediakan bagi individu sebaik bagi tim. Masalah yang

kurang terstruktur sering membutuhkan keikutsertaan beberapa individu

dari departemen-departemen yang berbeda dan tingkat organisasional

atau bahkan dari organisasi yang berbeda.

• SPK menyediakan dukungan untuk beberapa keputusan yang saling

bergantung dan atau sekuensial.

• SPK mendukung semua tahap dalam proses pengambilan keputusan,

yaitu tahap intelligence, design, choice dan implementasi.

• SPK mendukung berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

11

• SPK diadaptasi setiap saat. Pengambil keputusan harus bersikap aktif,

mampu menghadapi perubahan kondisi secara cepat, dan mampu

mengadaptasikan SPK untuk menemukan perubahan tersebut. SPK

fleksibel, sehingga user dapat menambah, menghapus,

mengkombinasikan perubahan, atau mengatur kembali elemen dasar.

• SPK haruslah bersifat user friendly, dilengkapi dengan kemampuan

grafikal yang kuat dan suatu mesin antarmuka yang dapat

meningkatkan keefektifan.

• SPK berusaha untuk meningkatkan keefektifan pembuat keputusan

(akurasi, kecepatan, dan kualitas) daripada efisiensi (biaya

membuat/menghasilkan keputusan).

• Pengambil keputusan harus melalui seluruh proses dalam pengambilan

keputusan dalam memecahkan masalah. Suatu SPK secara spesifik

bertujuan untuk mendukung dan bukan untuk menggantikan pengambil

keputusan.

• End user harus mampu untuk mengkonstruksi dan memodifikasi sistem

oleh diri mereka sendiri atau dapat juga dengan menggunakan bantuan

spesialis sistem informasi.

• SPK biasanya menggunakan model-model untuk menganalisa situasi

yang akan digunakan untuk mengambil keputusan, dimana penggunaan

model ini akan memudahkan penelitian dengan strategi dan konfigurasi

yang berbeda.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

12

• SPK harus menyediakan akses ke berbagai sumber data, format data,

dan tipe data dari suatu sistem informasi yang ada.

• SPK dapat dipekerjakan sebagai suatu alat yang berdiri sendiri oleh

pengambil keputusan individu dilokasi lain, atau dapat didistribusikan

melalui organisasi dan dalam beberapa organisasi-organisasi di antara

supply chain.

SPK

Masalah semiterstruktur

Untuk manajer padaberbagai tingkatan

Untuk kelompokdan individu

Keputusan yangsaling bergantung

dan sekuensial

Mendukung semuatahap prosespengambilan

keputusan

Mendukungberbagai gayakeputusan dan

proses

Mampu beradaptasidan fleksibel

Penggunaan yangmudah, interaktif

Efektifitas bukanefisiensi

Manusia mengontrolmesin

Mudah dikonstruksioleh end user

Pemodelan dananalisa

Akses data

Integrasi dankoneksi web

Gambar 2.2 Karakteristik dan Kemampuan SPK (Turban, 2001, p99)

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

13

2.1.6 Keuntungan dari Penggunaan Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Marakas (1999, p5), keuntungan dari penggunaan SPK

adalah:

1. Memperluas kemampuan pengambilan keputusan untuk memproses

informasi dan pengetahuan.

2. Memperluas kemampuan pengambilan keputusan untuk menangani

masalah yang kompleks, banyak memakan waktu, dan masalah dalam

skala besar.

3. Mempersingkat waktu yang digunakan dalam membuat keputusan.

4. Meningkatkan keandalan dari proses pengambilan keputusan atau

keputusan yang dihasilkan.

5. Mendorong perluasan dan penemuan pada bagian pengambilan

keputusan.

6. Mengungkapkan pendekatan-pendekatan baru mengenai suatu ruang

lingkup masalah atau konteks keputusan.

7. Menghasilkan fakta baru dalam mendukung suatu keputusan atau

memperkuat asumsi-asumsi yang ada.

8. Menciptakan keuntungan strategis atau kompetitif atas persaingan

organisasi.

2.1.7 Komponen Sistem Penunjang Keputusan

Menurut Turban (2001, p100) sebuah SPK dapat dibagi atas beberapa

subsistem, yaitu :

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

14

1. Subsistem Manajemen Data, di dalamnya terdapat basis data yang

berisikan data yang relevan untuk situasi yang ada dan organisasi oleh

sebuah perangkat lunak yang disebut DBMS (Data Base Management

System).

2. Subsistem Manajemen Model, yang di dalamnya terdapat sistem yang

dapat digunakan untuk melakukan analisis dan manajemen. Perangkat

lunak yang sering digunakan adalah MBMS (Model Base Management

System).

3. Subsistem Manajemen Pengetahuan, yang digunakan untuk mendukung

subsistem lainnya, di mana subsistem ini memiliki kemampuan untuk

menghasilkan suatu keputusan.

4. Subsistem Antarmuka Pemakai, di sinilah subsistem yang akan

mengkoordinasikan komunikasi antara user dan sistem.

2.1.7.1 Subsistem Manajemen Data

Subsistem ini dibagi atas:

1. Basisdata SPK (DSS Database)

Basisdata adalah kumpulan dari data yang terorganisasi dan

saling berinteraksi untuk mencapai tujuan dan struktur dari

suatu organisasi dan dapat digunakan oleh lebih dari satu orang

dan untuk lebih dari satu aplikasi.

2. Sistem Manajemen Basisdata (Database Management System)

Sistem ini digunakan untuk memanipulasi data yang terdapat di

dalam basisdata.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

15

3. Fasilitas Query (Query Facility)

Fasilitas query ini digunakan untuk mengakses dan

memanipulasi data yang terdapat dalam basisdata.

2.1.7.2 Subsistem Manajemen Model

Subsistem ini dapat diturunkan atas beberapa elemen yaitu:

1. Basis Model (Model Base)

Basis model ini berisikan berbagai rutin dan fasilitas-fasilitas

yang dapat digunakan untuk melakukan analisa di dalam SPK.

2. Sistem Manajemen Basis Model (Model Base Management

System)

Sistem Manajemen Basis Model yang digunakan untuk

mengembangkan model dengan bantuan subrutin dan model-

model lainnya. Sistem Manajemen Basis Model ini digunakan

untuk menggabungkan model-model dengan menggunakan

hubungan yang benar dalam sebuah basisdata.

2.1.7.3 Subsistem Manajemen Pengetahuan

Karena SPK berhubungan dengan masalah yang tidak

terstruktur di mana ketentuan ini berupa sistem pakar atau sistem

intelejensi buatan lainnya. Kesemuanya inilah yang terdapat di

dalam Subsistem Manajemen Pengetahuan.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

16

Subsistem ini dapat terdiri atas satu atau lebih sistem

intelejensia buatan. SPK ini disebut juga DSS/ES (Decision Support

System/Expert System).

2.1.7.4 Subsistem Antarmuka Pemakai

Subsistem ini digunakan untuk mengatur seluruh aspek

komunikasi antar user dengan sistem. Subsistem ini seharusnya

bersifat mudah digunakan serta dapat diakses secara cepat.

Subsistem ini terdiri atas dua bagian, yaitu:

1. Manajemen Subsistem Antarmuka Pemakai

Subsistem diatur dengan menggunakan perangkat lunak yang

disebut Sistem Manajemen Antarmuka Pemakai.

2. Proses Antarmuka Pemakai

Proses ini diawali dengan interaksi user dengan komputer,

interaksi ini sebaiknya menggunakan sistem Graphical User

Interface sehingga lebih bersifat user friendly.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

17

Other computer-based systems

Internet,intranets,extranets

DataManagement

ModelManagement

ExternalManagement

Knowledge-basedsubsystems

User interface

Manajer (user)Organizational KB

Data: eksternaldan internal

Gambar 2.3 Komponen SPK (Turban, 2001, p100)

2.2 Seleksi Penerimaan Karyawan

2.2.1 Definisi Seleksi

Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan dan penentuan pelamar yang

diterima atau ditolak untuk menjadi karyawan perusahaan. (Hasibuan,

2001, p47)

Sumber lain menyebutkan seleksi merupakan proses untuk

memutuskan pegawai yang tepat dari sekumpulan calon pegawai yang

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

18

didapat melalui proses perekrutan, baik perekrutan internal maupun

eksternal.(Hariandja, 2002, p125)

Menurut Simamora, seleksi adalah proses dengannya sebuah

perusahaan memilih dari sekelompok pelamar, orang atau orang-orang

yang paling memenuhi kriteria seleksi untuk posisi yang tersedia

berdasarkan kondisi yang ada saat ini. Proses seleksi dimulai ketika

pelamar melamar pekerjaan di perusahaan dan berakhir pada saat diambil

keputusan pengangkatan. (Simamora, 1997, p254)

2.2.2 Tujuan Seleksi

Tujuan proses seleksi menurut Simamora (1997, p254), adalah

mencocokkan secara benar orang-orang dengan pekerjaan-pekerjaan.

Seleksi penerimaan karyawan baru bertujuan untuk mendapatkan hal-

hal berikut ini (Hasibuan, 2001, p49):

Karyawan yang berkualitas dan potensial.

Karyawan yang jujur dan berdisiplin.

Karyawan yang cakap dengan penempatannya yang tepat.

Karyawan yang terampil dan bersemangat dalam bekerja.

Karyawan yang memenuhi persyaratan undang-undang perburuhan.

Karyawan yang dapat bekerjasama baik secara vertikal maupun

horisontal.

Karyawan yang dinamis dan kreatif.

Karyawan yang inovatif dan bertanggung jawab sepenuhnya.

Karyawan yang loyal dan berdedikasi tinggi.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

19

Mengurangi tingkat absensi dan turn over karyawan.

Karyawan yang mudah dikembangkan pada masa depan.

Karyawan yang dapat bekerja secara mandiri.

Karyawan yang mempunyai perilaku dan budaya malu.

2.2.3 Cara Seleksi

Cara seleksi yang dilaksanakan organisasi perusahaan maupun

organisasi sosial dalam penerimaan karyawan baru dikenal dengan dua

cara, yaitu : (Hasibuan, 2001, p52)

1. Nonilmiah

Seleksi dengan cara nonilmiah adalah seleksi yang dilaksanakan tidak

didasarkan kepada kriteria, standar, atau spesifikasi kebutuhan nyata

pekerja atau jabatan, tetapi hanya didasarkan kepada perkiraan dan

pengalaman saja. Seleksi dalam hal ini tidak berpedoman kepada uraian

pekerjaan dan spesifikasi jabatan (job specification) dari jabatan yang

akan diisi.

2. Ilmiah

Seleksi dengan metode ilmiah adalah seleksi yang didasarkan kepada

job specification dan kebutuhan nyata jabatan yang akan diisi, serta

berpedoman kepada kriteria dan standar-standar tertentu. Seleksi ilmiah

merupakan pengembangan seleksi nonilmiah dengan mengadakan

analisis cermat tentang unsur-unsur yang akan diseleksi supaya

diperoleh karyawan yang kompeten dengan penempatan yang tepat.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

20

2.2.4 Kriteria-kriteria Seleksi

Kriteria-kriteria seleksi adalah karakteristik yang berasal dari

deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan, yang dikelompokkan

menjadi: (Simamora, 1997, p258)

Pendidikan formal.

Pengalaman atau kinerja masa lalu.

Karakteristik fisik.

Karakteristik pribadi dan tipe kepribadian. Karakteristik pribadi

contohnya adalah status perkawinan, jenis kelamin, usia, dan lain-lain.

2.2.5 Tahapan Proses Seleksi

Terdapat perbedaan tahapan proses seleksi dari berbagai referensi

buku yang kami temui. Berikut tahap-tahap dalam proses seleksi menurut

Simamora (1997, p308) :

1. Wawancara pendahuluan.

2. Registrasi formulir lamaran.

3. Wawancara seleksi.

4. Tes-tes seleksi.

5. Pemeriksaan referensi dan latar belakang.

6. Pemeriksaan fisik.

7. Wawancara dengan penyelia.

8. Keputusan pengangkatan.

Sementara tahapan proses seleksi yang dikemukan oleh Michael

Harris adalah: (Hariandja, 2002, p130)

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

21

1. Pemeriksaan surat lamaran.

2. Memilih pelamar yang paling baik untuk wawancara.

3. Wawancara.

4. Ujian tertulis.

5. Melakukan pemeriksaan latar belakang dan referensi.

6. Melakukan uji bebas obat terlarang.

Namun, tahapan mana yang dipakai sebagaimana disebutkan di atas

dapat berbeda antara satu organisasi dengan organisasi lain, di mana itu

tergantung pada kebutuhan masing-masing dan jenis pegawai yang ingin

diseleksi. (Hariandja, 2002, p131)

2.2.6 Tes Seleksi

Tes adalah alat memperoleh sampel perilaku yang terstandarisasi. Tes

terstandarisasi dalam isi, penilaian, dan pelaksanaannya. Setiap kali tes

diberikan, pertanyaan-pertanyaan identik, atau paling tidak setara. Cara

penilaian tes adalah konstan. Pelaksanaan tes juga serupa: setiap yang ikut

akan mendapatkan instruksi yang sama, mempunyai waktu penyelesaian

yang sama, mempunyai jangka waktu penyelesaian yang sama, dan

mengikuti tes dibawah kondisi yang serupa. Karena tes-tes itu

terstandarisasi, tes-tes tersebut memberi informasi tentang pelamar-pelamar

kerja yang dapat dibandingkan untuk semua pelamar. Tujuan tes adalah

memberikan informasi objektif tentang kualifikasi pelamar dari sampel-

sampel perilakunya.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

22

Sungguhpun demikian, karena tes-tes didasarkan pada sebagian kecil

saja dari daftar keseluruhan prilaku individu, tes bisa tidak representatif,

banyak faktor yang dapat mempengaruhi skor-skor tes seseorang.

Kemampuan mereka dalam mengikuti tes, pemahaman mereka terhadap

instruksi-instruksi tes, motivasi mereka untuk mencapai skor tes, kadar

stres yang mereka alami, kesehatan mereka, dan kondisi dalam lingkungan

pengujian semuanya dapat mengganggu keaktualan tes. (Simamora, 1997,

p299)

2.2.6.1 Jenis-jenis Tes Seleksi

Tes yang dilakukan untuk menentukan calon pegawai sesuai

dengan persyaratan kerja, apakah tertulis ataupun praktek, sangat

tergantung pada persyaratan kerja. Setiap pekerjaan pasti memiliki

persyaratan kerja yang berbeda-beda, sehingga tes yang dilakukan

apakah tertulis atau tidak sukar menentukannya. Jenis tes seleksi

dikelompokan menjadi: (Hariandja, 2002, p138)

1. Psychological test

Tes ini untuk mengetahui kepribadian atau temperamen

seseorang. Ini juga sering disebut dengan tes kepribadian. Tes

ini dapat dilakukan secara tertulis melalui alat tes yang sudah

dikembangkan oleh para ahli.

2. Knowledge test

Tes ini untuk mengetahui pengetahuan seseorang, misalnya

pengetahuan mengenai ilmu tertentu. Tes ini umumnya tertulis,

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

23

tetapi untuk pengetahuan tertentu mungkin dapat dengan

praktek, seperti pengetahuan mengenai bahasa tertentu.

3. Performance test

Tes ini untuk mengetahui skill dan kemampuan pegawai pada

saat ini. Tes ini dapat dilakukan dengan tes tertulis atau praktek.

4. Aptitude test

Tes ini untuk mengetahui potensi seseorang, untuk ditempatkan

dalam pekerjaan tertentu atau untuk dikembangkan.

5. Intelligence test

Tes ini untuk mengetahui kemampuan mental seseorang secara

umum.

6. Medical test

Tes ini untuk mengetahui kesehatan umum seseorang calon,

apakah mendukung atau tidak dalam pelaksanaan pekerjaan.

2.2.6.2 Manfaat Tes Seleksi

Tes-tes seleksi menilai kemungkinan terpadunya antara

kemampuan, pengalaman, dan kepribadian pelamar, serta

persyaratan jabatan. Tes seleksi memberikan beberapa manfaat:

(Simamora, 1997, p303)

• Meningkatkan akurasi dalam menyeleksi karyawan. Setiap

individu berbeda keahlian, intelijensia, motivasi, minat,

kebutuhan-kebutuhan, dan tujuannya. Jika perbedaan-

perbedaan ini dapat diukur, dan jika perbedaan tersebut

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

24

berhubungan dengan kesuksesan pekerjaan, maka sampai pada

tingkat tertentu kinerja dapat diprediksi.

• Alat yang objektif dalam melakukan penilaian (jugding) setiap

pelamar menjawab pertanyaan yang sama dan jawaban

mereka lantas diberi skor. Skor seorang pelamar kemudian

dapat dibandingkan denagn skor pelamar yang lain.

• Informasi mengenai kebutuhan-kebutuhan karyawan saat ini.

Tes yang diberikan kepada karyawan yang ada saat ini

memberikan informasi pelatihan, pengembangan, dan

konseling.

2.3 Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk

2.3.1 Definisi Analitic Hierarchy Process (AHP)

AHP adalah satu model yang luwes yang memberikan kesempatan

bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan

mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-

masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. (Saaty, 1993,

p23).

Menurut Marshall (1995, p278), AHP adalah suatu metode yang

dikembangkan untuk menghasilkan tingkatan alternatif keputusan dengan

struktur matematis. Ide utamanya adalah untuk menemukan bobot trade-off

atribut melalui perbandingan atribut berpasangan. Menemukan nilai setiap

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

25

alternatif keputusan untuk setiap atribut yang tersedia melalui perbandingan

alternatif keputusan berpasangan dalam atribut tesebut.

2.3.2 Keuntungan Analitic Hierarchy Process

Saaty (1991, p25) menyebutkan berbagai keuntungan dari AHP yaitu:

1. Kesatuan

AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk

aneka ragam persoalan tak terstruktur.

2. Kompleksitas

AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem

dalam memecahkan persoalan kompleks.

3. Saling ketergantungan

AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam

suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

4. Penyusunan hierarki

AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-

milah elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan

mengelompokkan struktur yang serupa dalam setiap tingkat.

5. Pengukuran

AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu

metode untuk menetapkan prioritas.

6. Konsistensi

AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang

digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

26

7. Sintetis

AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap

alternatif.

8. Tawar-menawar

AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor

sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan

tujuan-tujuan mereka.

9. Penilaian dan konsensus

AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang

representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.

10. Pengulangan proses

AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu

persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka

melalui pengulangan.

2.3.3 Prinsip Dasar Analitic Hierarchy Process

Ada tiga prinsip dasar AHP (Saaty, 1993, p28):

1. Menggambarkan dan menguraikan secara hirarkis yang kita sebut

menyusun secara hirarkis—yaitu, memecah-mecah persoalan menjadi

unsur-unsur yang terpisah-pisah.

2. Pembedaan prioritas dan sintesis, yang kita sebut penetapan prioritas,

yaitu menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

27

3. Konsistensi logis—yaitu, menjamin bahwa semua elemen

dikelompokan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai

dengan suatu kriteria yang logis.

2.3.4 Struktur Analitic Hierarchy Process

Membuat struktur hierarki diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif

pada tingkat kriteria yang paling bawah.(Kadarsah, 2002, p131)

Goal

Criteria Criteria Criteria

Sub Criteria Sub Criteria Sub Criteria

Gambar 2.4 Struktur Proses Hierarki Analitik

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

28

2.3.5 Kelebihan Analitic Hierarchy Process Dibanding yang Lainnya

Menurut Kadarsah (2002, p131), kelebihan AHP dibanding dengan

model yang lainnya adalah :

1. Struktur yang hierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,

sampai pada sub-subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil

keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis

sensitivitas pengambilan keputusan.

2.3.6 Perhitungan Bobot Elemen

Pada dasarnya formulasi matematis pada model AHP dilakukan

dengan menggunakan suatu matriks. Misalkan, dalam satu subsistem

operasi terdapat n elemen operasi, yaitu elemen-elemen operasi A1, A2, …,

An, maka hasil perbandingan secra berpasangan elemen-elemen operasi

tersebut akan membentuk matriks perbandingan. Perbandingan

berpasangan dimulai dari tingkat hierarki paling tinggi, di mana suatu

kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan.

Gambar 2.5 Matriks Perbandingan Berpasangan

A1 A2 … An

A1 a11 a12 … a1n

A2 a21 a22 … a2n

. . . . .

. . . . .

An an1 an2 … ann

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

29

Matriks An x n merupakan matriks resiprokal. Dan diasumsikan

terdapat elemen, yaitu w1, w2, …, wn yang akan dinilai secara

perbandingan. Nilai perbandingan secara berpasangan secara antara (wi, wj)

dapat dipresentasikan seperti matriks tersebut.

wi /wj = a(i, j) ; i.j = 1, 2, … ,n

Dalam hal ini matriks perbandingan adalah matriks A dengan unsur-

unsurnya adalah aij dengan i, j = 1, 2, …, n.

Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu

elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk tingkat hirarki yang

sama.

Bila vektor pembobotan elemen-elemen operasi A1, A2, …, An

tersebut dinyatakan sebagai vektor W, dengan W = (W1,W2, …,Wn), maka

nilai intensitas kepentingan elemen operasi A1 dibandingkan A2 dapat pula

dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen operasi A1 terhadap A2

yakni W1/W2 yang sama dengan a12, sehingga matriks perbandingan pada

Gambar 2.5 dapat pula dinyatakan sebagai berikut:

A1 A2 … An

A1 w1/w1 w1/w2 … w1/wn

A2 w2/w1 w2/w2 … w2/wn

. . . . .

. . . . .

. . . . .

An wn/w1 wn/w2 … wn/wn

Gambar 2.6 Matriks Perbandingan Preferensi

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

30

Nilai-nilai wi/wj, dengan i,j = 1, 2, …,n, dijajagi dari partisipan, yaitu

orang-orang yang berkompeten dalam permasalahan yang dianalisis.

Bila matriks ini dikalikan dengan vektor kolom W = (W1, W2, …,

Wn), maka diperoleh hubungan :

AW = nW ……………………………….(1)

Bila matriks A diketahui dan ingin diperoleh nilai W, maka dapat

diselesaikan melalui persamaan berikut:

[ A – nI ] W = 0 ……………………… (2)

dimana I adalah matriks Identitas.

Persamaan (2) ini dapat menghasilkan solusi yang tidak nol bila (jika

dan hanya jika) n merupakan eigenvalue dari A dan W adalah eigenvektor-

nya.

Setelah eigenvalue matriks perbandingan A tersebut diperoleh,

misalnya λ1, λ2, …, λn, dan berdasarkan matriks A yanng mempunyai

keunikan, yaitu aii =1 dengan I = 1, 2, …, n, maka:

n ∑λi = n i =1

Di sini semua eigenvalue bernilai nol, kecuali satu yang tidak nol,

yaitu eigenvalue maksimum. Kemudian jika penilaian yang dilakukan

konsisten, akan diperoleh eigen value maksimum dari A yang bernilai n.

Untuk mendapatkan W, maka dapat dilakukan dengan

mendiatribusikan harga eigen value maksimum pada persamaan.

AW = λmaks W

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

31

Selanjutnya persamaan (2) dapat diubah menjadi:

[ A – λmaks I ] W = 0 …………………… (3)

Untuk memperoleh harga nol, maka yang perlu diset adalah:

A – λmaks I = 0 ……………………….. (4)

berdasarkan persamaan (4) dapat diperoleh harga λmaks

Dengan memasukan harga λmaks ke persamaan (3) dan ditambah

n

dengan persamaan ∑ Wi2

= 1 maka akan diperoleh bobot masing-masing i =1

elemen operasi (Wi, dengan i = 1, 2, …,n) yang merupakan eigenvektor

yang bersesuaian dengan eigenvalue maksimum.

2.4 Alat Bantu Perancangan Sistem

2.4.1 Activity Diagram

Alat bantu yang kami gunakan untuk menggambarkan sistem yang

berjalan adalah activity diagram. Activity diagram menggambarkan urutan

kegiatan, di mana diagram ini mendukung tingkah laku kondisional dan

paralel (Fowler, 2000, p129). Tingkah laku kondisional (Conditional

behavioral) digambarkan dengan branch dan merge.

• Branch adalah transisi masuk tunggal dan beberapa transisi keluar yang

dijaga.

• Merge memiliki transisi masukan berganda dan keluaran tunggal.

Merge menandakan akhir dari tingkah laku kondisional yang dimulai

oleh branch.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

32

Tingkah laku paralel (Parallel behavioral) ditandai oleh fork dan join:

• Fork memiliki satu transisi masuk dan beberapa transisi keluar.

• Join memilki beberapa transisi masuk dan satu transisi keluar. Transisi

keluar diambil hanya ketika semua keadaan pada transisi masuk telah

selesai dilakukan.

Activity diagram mengijinkan kita untuk memilih aturan untuk

melakukan sesuatu. Dengan kata lain, activity diagram hanya menyatakan

aturan urutan yang penting yang harus kita ikuti. Hal ini adalah kunci

perbedaan antara activity diagram dengan flowchart. Umumnya, flowchart

terbatas pada proses-proses sekuensial, sedangkan activity diagram dapat

menangani proses-proses yang paralel.

F in a n c eC u s to m e r S e rv ic eF u lfillm e n t

R e c e iv e O rd e r

S e n d I n v o ic eF ill O rd e r

O v e rn ig h t D e liv e ry

R e g u la r D e liv e ry

R e c e iv eP a ym e n t

C lo se O rd e r

S ta r t

F o r kA c t iv i ty

B r a n c h

M e rg eJ o in

E n d

Gambar 2.7 Contoh Activity Diagram dengan Swimlanes

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

33

2.4.2 Entity Relationship Diagram (ERD)

Entity Relationship Diagram adalah sebuah teknik pemodelan data

yang membuat gambaran secara grafik dari entity dan membuat relasi antar

entity dalam sebuah sistem informasi. Tiga komponen utama dalam sebuah

entity relationship diagram adalah:

Entity, merupakan sebuah objek, orang atau kejadian yang merupakan

tempat data dikumpulkan. Entity biasanya digambarkan dalam bentuk

bujur sangkar dan diberi nama dalam bentuk kata benda tunggal

(singular noun).

Relationship, merupakan interaksi atau hubungan antar entitas. Sebuah

relasi dapat digambarkan dengan bentuk belah ketupat atau lebih

sederhana dengan garis penghubung antar entity dan boleh diberi label.

Cardinality, merupakan relasi antar entitas dalam suatu jumlah yang

terbatas. Menurut James Martin (1990), dalam cardinality terdapat tiga

jenis relasi utama, yaitu: one to one, one to many dan many to many.

Beberapa simbol dalam cardinality terdapat pada tabel dibawah ini:

Simbol Keterangan

A dihubungkan dengan satu dan hanya satu (one and only one) B.

A dihubungkan dengan nol atau satu (zero or one) B.

A dihubungkan dengan satu atau lebih (one or more) B.

A dihubungkan dengan nol, satu atau lebih (zero, one or more) B.

A dihubungkan dengan lebih dari satu (more than one) B.

Gambar 2.8 Simbol Cardinality (James Martin, 1990, p163)

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/LBM2005-63-Bab 2.pdf · dari departemen-departemen yang berbeda ... Memperluas

34

2.4.3 State Transition Diagram (STD)

Alat bantu yang kami gunakan dalam merancang sistem adalah state

transition diagram. Menurut Whitten dan Bentley (1994, p684), state

transition diagram adalah variasi urutan layar dalam aliran program dan

diagram hierarki. Tujuan dari STD adalah untuk menggambarkan urutan

dan variasi layar yang dapat muncul ketika pengguna sistem menggunakan

terminal.