bab 1 tuga grahita

5
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Tuna grahita merupakan salah satu ketunaan yang dapat terjadi pada seorang individu. Tuna grahita merupakan instilah yang diambil dari kata tuna dan grahita. Tuna berarti merugi sedangkan grahita berarti pikiran. Istilah tuna grahita seringkali disebut dengan retardasi mental atau kondisi kemampuan intelektual yang berada di bawah rata-rata anak-anak normal. Anak- anak yang tergolong dalam tuna grahita pada dasarnya mengalami keterlambatan baik dalam perkembangan sosial maupun kecerdasannya. WHO mengelompokkan tuna grahita menjadi beberapa klasifikasi antara lain tunagrahita ringan dengan IQ 50-70 atau disebut debil, tunagrahita sedang dengan IQ 30-50 atau imbesil, dan tunagrahita yang berat/sangat berat dengan IQ kurang dari 30 atau idiot. Jumlah penyandang tuna grahita menurut estimasi Hallahan adalah sekitar 2,3 % dari total penduduk suatu negara, sedangkan Annual Report to Congress menyatakan bahwa terdapat 1,92% anak usia sekolah yang menyandang tuna grahita dengan perbandinagn laki-laki sebesar 60% dan perempuan sebesar 40%. Data pokok Sekolah Luar biasa (2003) menyatakan bahwa jumlah penyandang cacat di

Upload: dyna-eka-alphattinson

Post on 28-Dec-2015

135 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

e

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 Tuga Grahita

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Tuna grahita merupakan salah satu ketunaan yang dapat terjadi pada seorang

individu. Tuna grahita merupakan instilah yang diambil dari kata tuna dan grahita.

Tuna berarti merugi sedangkan grahita berarti pikiran. Istilah tuna grahita

seringkali disebut dengan retardasi mental atau kondisi kemampuan intelektual

yang berada di bawah rata-rata anak-anak normal. Anak-anak yang tergolong

dalam tuna grahita pada dasarnya mengalami keterlambatan baik dalam

perkembangan sosial maupun kecerdasannya. WHO mengelompokkan tuna

grahita menjadi beberapa klasifikasi antara lain tunagrahita ringan dengan IQ 50-

70 atau disebut debil, tunagrahita sedang dengan IQ 30-50 atau imbesil, dan

tunagrahita yang berat/sangat berat dengan IQ kurang dari 30 atau idiot.

Jumlah penyandang tuna grahita menurut estimasi Hallahan adalah sekitar

2,3 % dari total penduduk suatu negara, sedangkan Annual Report to Congress

menyatakan bahwa terdapat 1,92% anak usia sekolah yang menyandang tuna

grahita dengan perbandinagn laki-laki sebesar 60% dan perempuan sebesar 40%.

Data pokok Sekolah Luar biasa (2003) menyatakan bahwa jumlah penyandang

cacat di Indonesia sebanyak 48.100.548 orang dengan 2% diantaranya merupakan

anak dengan tuna grahita.

Jumlah tuna grahita atau cacat mental di Indonesia cukup tinggi, mencapai

6,6 juta orang atau 3% dari jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa. Gubernur

Lampung mengatakan bahwa di Provinsi Lampung pada tahun 2006, jumlah

siswa cacat mental yang tercatat di 12 sekolah luar biasa (SLB) daerah setempat

sebanyak 705 orang.

Keberadaan anak berkebutuhan khusus termasuk penyandang cacat secara

nasional maupun sebarannya pada masing-masing provinsi belum memiliki data

yang pasti. Menurut WHO jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia adalah

sekitar 7% dari total jumlah anak usia 0-18 tahun atau sebesar 6.230.000 pada

tahun 2007. Menurut data Sensus Nasional Biro Pusat Statistik tahun 2003 jumlah

penyandang cacat di Indonesia sebesar 0,7% dari jumlah penduduk sebesar

Page 2: BAB 1 Tuga Grahita

211.428.572 atau sebanyak 1.480.000 jiwa. Dari jumlah tersebut 24,45% atau

361.860 diantaranya adalah anak-anak usia 0-18 tahun dan 21,42% atau 317.016

anak merupakan anak cacat usia sekolah (5-18 tahun). Sekitar 66.610 anak usia

sekolah penyandang cacat (14,4% dari seluruh anak penyandang cacat) telah

terdaftar di Sekolah Luar Biasa (SLB). Ini berarti masih ada 295.250 anak

penyandang cacat (85,6%) ada di masyarakat dibawah pembinaan dan

pengawasan orang tua dan keluarga dan pada umumnya belum memperoleh akses

pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Pada tahun 2009 jumlah anak

penyandang cacat yang ada di Sekolah meningkat menjadi 85.645 dengan rincian

di SLB sebanyak 70.501 anak dan di sekolah inklusif sebanyak 15.144 anak.2

WHO memperkirakan jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia

sekitar 7-10 % dari total jumlah anak. Menurut data Sussenas tahun 2003, di

Indonesia terdapat 679.048 anak usia sekolah berkebutuhan khusus atau 21,42 %

dari seluruh jumlah anak berkebutuhan khusus dengan jumlah keseluruhan

penyandang tunagrahita adalah 2,3%. Di Swedia diperkirakan 0,3% anak yang

berusia 5-16 tahun merupakan penyandang retardasi mental yang berat dan 0,4%

retardasi mental ringan. Data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, dari 222 juta

penduduk Indonesia terdapat 0,7% atau 2,8 juta jiwa adalah penyandang cacat.

Populasi anak tunagrahita menempati angka paling besar dibanding dengan

jumlah anak dengan keterbatasan lainnya. Prevalensi tunagrahita di Indonesia saat

ini diperkirakan 1-3% dari penduduk Indonesia, sekitar 6,6 juta jiwa. Anak

tunagrahita ini memperoleh pendidikan formal di Sekolah Luar Biasa (SLB)

Negeri dan SLB swasta (Sako dan Hapsara, 2006).

Page 3: BAB 1 Tuga Grahita

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep pemberian makanan dengan menu gizi seimbang pada

anak dengan tuna grahita?

DAFTAR PUSTAKA

Antara news. 2007. Tuna grahita di Indonesia mencapai 6,6 juta orang [edisi

online] http://www.antara.co.id/view/?i=1195207146&c=NAS&s=

(diakses tanggal 12 November 2013]

Direktorat jenderal bina kesehatan masyarakat. 2010. Pedoman pelayanan

kesehatan anak di sekolah luar biasa (SLB) bagu petugas kesehatan.

http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/01/

PEDOMAN-YANKES-ANAK-DI-SLB-BAGI-PETUGAS-

KESEHATAN.pdf

Hurlock, E. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Gramedia

Maman, A. 2011. Pendidikan Luar Biasa. [Edisi Online] http://file.

upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195706131985031M

AMAN_ABDURAHMAN_SAEPUL_R/

MENGEANAL_ANK__LUAR__BIASA.pdf [diakses tanggal 10

November 2013]

Triana, et. Al. Tanpa tahun. Stres Dan Koping Keluarga Dengan Anak

Tunagrahita Di SLB C Dan SLB C1 Widya Bhakti Semarang [Edisi

Online] http://eprints.undip.ac.id/16469/3/JURNAL_SKRIPSI.pdf

(diakses tanggal 12 November 2013]