pembahasan tuna grahita

33
BAB II LANDASAN TEORI A. Anak Tunagrahita 1. Pengertian Anak tunagrahita adalah bagian dari anak berkebutuhan khusus yang memerlukan layanan pendidikan khusus. Kebutuhan anak tunagrahita terhadap layananan pendidikan khusus disebabkan oleh keberadaan mereka yang memiliki berbagai kelemahan. Sebagai tinjauan untuk mengetahui keberadaan mereka. Berikut ini pengertian tunagrahita sebagai mana dikemukakan astati (2001:2) sebagai berikut: “Ketunagrahitaan mengacu kepada fungsi intelektual yang secara jelas berada di bawah rata-rata/normal disertai dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian dan terjadi dalam masa perkembangan“. Dari kutipan tersebut terlihat keberadaan ketunagrahitaan yang meliputi: kekurangan dalam kecerdasan; kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian yang terjadi pada 1

Upload: adhi-s

Post on 03-Aug-2015

492 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan Tuna Grahita

BAB IILANDASAN TEORI

A. Anak Tunagrahita

1. Pengertian

Anak tunagrahita adalah bagian dari anak berkebutuhan khusus yang

memerlukan layanan pendidikan khusus. Kebutuhan anak tunagrahita

terhadap layananan pendidikan khusus disebabkan oleh keberadaan

mereka yang memiliki berbagai kelemahan. Sebagai tinjauan untuk

mengetahui keberadaan mereka. Berikut ini pengertian tunagrahita sebagai

mana dikemukakan astati (2001:2) sebagai berikut: “Ketunagrahitaan

mengacu kepada fungsi intelektual yang secara jelas berada di bawah rata-

rata/normal disertai dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian

dan terjadi dalam masa perkembangan“. Dari kutipan tersebut terlihat

keberadaan ketunagrahitaan yang meliputi: kekurangan dalam kecerdasan;

kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian yang terjadi pada periode

perkembangan. Sementara itu T. Sutjihati Somantri (2006:103)

mengemukakan pengertian tunagrahita sebagai berikut: “istilah yang

digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual

di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah

mental retardation, mentally retarded, mental defisiency, mental defective,

dan lain-lain”.

Bertitik tolak dari kutipan di atas, penulis menarik kesimpulan

bahwa anak tunagrahita adalah anak yang mengalamii hambatan dalam

1

1

Page 2: Pembahasan Tuna Grahita

perkembangan intelektual, penyesuaian diri dan mereka memerlukan

pendidikan khusus.

2. Klasifikasi

Pada umumnya pengelompokan anak tunagrahita didasarkan pada

taraf intelegensinya. Mengenai klasifikasi/pengelompokan anak

tunagrahita ini menurut amin (1986:5) adalah sebagai berikut:

a. Tunagrahita RinganAnak yang paling cerdas diantara anak tunagrahita mereka masih memiliki potensi untuk mempelajari mata pelajaran seperti membaca,berhitung, menulis. Mereka dikatakan tunagrahita ringan pembendaharaan katanya terbatas tetapi penguasaan bahasanya memadai, sekurang-kurangnya memadai untuk situasi-situasi tertentu. Kecerdasan anak tunagrahita ringan tidak akan lebih dari anak berumur 8-12 tahun. Kecepatan perkembangannya kira-kira tiga perempat kecepatan anak normal.

b. Tunagrahita SedangAnak tunagrahita sedang dapat berkomunikasi dengan beberapa kata tetapi tidak dapat berkomunikasi secara tertulis serta berhitung sebenarnya, kemampuan bahasanya terbatas, kata-kata sederhana, bias diajarkan tetapi tanpa pengertian. Mereka harus dibingbing sebab mereka harus memerlukan pemeliharaan dan pengawasan serta bantuan ekonomi dari orang lain. Tetapi mereka dapat membedakan beberapa bahaya yang bersifat umum. Kecerdasan anak limbesil tidak akan lebih dari anak berumur 6 tahun. Kecepatan perkembangannya kira-kira setengah kecepatan anak normal.

c. Tunagrahita BeratGolongan ini termasuk golongan paling rendah dan sama sekali tidak dapat mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi dan bekerja. Pekerjaan-pekerjaan sederhana seperti memakai pakaian, membua pakaian kebelakang, makan sama sekali tidak dapat mereka pelajari. Mereka tidak dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya, sepanjang waktunya memerlukan uluran dan bantuan dari orang lain. Pembendaharaan katanya terbatas bahkan ada yang sama sekali tidak mempunyai pembendaharaan kata. Kecerdasan anak tunagrahita berat tidak akan lebih dari anak normal yang berumur tiga tahun kecepatan perkembangan kecerdasan kira-kira seperempat kecepatan anak normal.

d. Tunagrahita Sangat Berat Hampir semua anak yang cacat mental mempunyai cacat ganda yang menghambat prosedur pengajaran normal. Misalnya sebagai tambahan cacat mental tersebut sianak lumpuh (karena cacat otak) dan tuli. Tujuan pelatihan bagi anak-anak ini adalah untukmembentuk suatu

2

Page 3: Pembahasan Tuna Grahita

tingkatan penyesuaian sosial dalam situasi lingkungan terbatas (terkendali).

Berdasarkan penjelasan di atas jelas bahwa akibat hambatan

kecerdasannya, anak tunagrahita memiliki klasifikasi yang berbeda dengan

anak pada umumnya, sehingga dalam penanganannya mereka memerlukan

layanan pendidikan khusus.

3. Karakteristik

Karakteristik anak tunagrahita merupakan cirri tertentu yang ada

pada anak tunagrahita yang berbeda dengan anak normal (biasa) lainnya.

Dalam rangka memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan

kebutuhan anak tunagrahita, sebaiknya diketahui dulu karakteristik yang

dimiikinya. Mengenai karakteristik anak tunagrahita, astati (2001 : 3)

mengemukakan sebagai berikut:

a. Kecerdasan IntelektualKapasitas anak tunagrahita sangat terbatas terutama dalam hal ynag abstrak. Mereka belajar dengan membeo (rote learning); bukan dengan pengertian.

b. SosialDalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara dan meminpin dir. Mereka bermain dengan teman yag lebih muda darinya. Setelah dewasa kepentingan ekonominya sangat tergantung pada bantuan orang lain. Tanpa bingbingan dan pengawasan mereka mudah terjerumus kedalam tingkah laku yang terlarang .

c. Fungsi Mental LainMereka mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian. Mereka pelupa dan menglami kesulitan untuk mengungkapkan kembali suatu ingatan sukar dalam membuat kreasi yang baru. Mereka juga menghindar dari hal-hal yang membutuhkan pemikiran.

d. Dorongan Dan EmosiKehidupan emosi anak tunagrahita lemah. Penghayatan terbatas. Mereka jarang menghayati perasaan bangga, tanggung jawab dan hak sosial. Bagi anak tunagrahita berat hampir-hampir tidak memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan diri.

3

Page 4: Pembahasan Tuna Grahita

e. OrganismeBaik struktur maupun fugsi –fungsi organisme pada umumnya kurang dari anak normal. Mereka dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal sikap dan gerakannya kurang indah dan dinamis. Bagi anak-anak tunagrahita berat kurang rentan terhadap penyakit. Badannya relative kecil seperti kurang segar.

Mengacu pada kutipan diatas, tunagrahita mempunyai kelemahan yaitu

pada segi kecerdasan intelektual, sosial, fungsi mental lain, dorongan emosi

dan organisme. Kelemahan yang dialami mereka jelas menghambat dalam

proses pengmbangan potensi diri mereka.

B. Anak Tunagrahita Ringan

1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan

Setelah membahas anak tunagrahita secara umum, penulis akan

membahas salah satu kelompok dari anak tunagrahita, sesuai dengan ynag

diteliti yaitu anak tunagrahita ringan.

Anak tunagrahita ringan ini adalah anak yang tergolong intelegrasiya

rendah dengan IQ antara 50-70, akan tetapi secara intensif memperoleh

pelayanan pendidikan dengan program dan metode khusus maka akan

mencapai perkembangan yang optimal. Bahkan dengan bingbingan dan

pendidikan yang baik, anak tunagrahita ringan pada saatnya akan dapat

memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri.

Adapun pengertian anak tunagrahita ringan menurut Moh. Amin

(1995 :2) sebagai berikut :

Anak tunagrahita ringan adalah mereka yang kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat namun mempunyai kemampuan sosial dan bekerja dalam mata pelajaran tingkat sekolah lanjutan baik SLTP dan SMALB maupaun disekolah luar biasa dengan program khusus sesuai dengan berat ringanny ketunagrahitaan yang disandangnya.

4

Page 5: Pembahasan Tuna Grahita

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita

ringan adalah anak yang tergolong intelegensinya rendah IQ antara 50-70

secara fisik sama dengan anak normal, mereka masih dapat bersekolah di

sekolah khusus dengan layanan pendidikan yang khusus dan guru yang

khusus. Dengan program dan metode yang khusus serta memperoleh

pelayanan pendidikan secara intensif maka akan mencapai perkembangan

yang optimal, bahkan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya

sendiri.

2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan

Dibawah ini akan dikemukakan beberapa karakteristik anak

tunagrahita ringan sebagaimana dikemukakan oleh Moh. Amin (1984: 25)

sebagai berikut :

a. Karakteristik MentalMereka menunjukan kecenderungan menjawab dengan ulang respon terhadap peranyaan yang berbeda. Tidak mampu menyimpan intruksi yang sulit dalam jiwanya atau mengingatnya kecenderungan memiliki kemampuan berpikir konkrit daripada abstrak. Mereka tidak mampu mendeteksi kesalahan-kesalahan dalam pertanyaan. Terbatas kemampuannya dalam penalaran dan visualisasi serta mengalami kesulitan dalam konsentrasi.

b. Karakteristik FisikBagi mereka yang memiliki keterbelakangan ringan sebagian besar tidak mengalami kelainan fisik

c. Karakteristik Emosional Dan SosialMinat permainan mereka lebih cocok dengan anak yang sama usia mentalnya dari pada usia kronologisnya . memiliki problem dari tingkah laku dan lebih banyak yang nakal dari pada anak yang normal intelegensinya.

d. Karakteristik AkademikKemampuan mereka lemah dan lambat, bagi mereka yang tergolong ringan masih dapat memberikan mata pelajaran akademis (membaca, menulis, menghitung)

e. Karakteristik PekerjaanYang dapat dituntut bekerja hanya mereka yang tergolong ringan dan usia dewasa dapat belajar pekerjaan yang sifatnya “skill” dan “semi skill”.

5

Page 6: Pembahasan Tuna Grahita

Jadi kesimpulannya bahwa karakteristik anak tunagrahita ringan

dilihat dari keadaan fisiknya tidak berbeda dengan anak normal, akan

tetapi dari keadaan mental, sosial, dan emosionalnya menunjukan

perbedaan yang cukup berarti, sehingga berpengaruh terhadap hal-hal

yang lainnya seperti: kemampuan berpikir lambat, daya perhatian

kurang dan sebagainya.

3. Permasalahan Anak Tunagrahita Ringan

Sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak tunagrahita ringan

maka dapat timbul berbagai masalah, walaupun usia perkembangan

fisik bertambah, tetapi kemampuan kognitif semakin tertinggal.

Menurut Moh. Amin (1995: 41-50) secara umun permasalahan-

permasalahan anak tunagrahita ringan dalam konteks pendidikan di

antaranya:

a. Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hariMasalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain: makan dan minum, menggosok gigi, berpakaian, memakai sepatu dan lain-lain.

b. Masalah kesulitan belajarKeterbatasan kemampuan terutama dalam segi intelektual sudah barang tentu sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar anak tunagrahita ringan, terutama untuk bidang yang bersifat akademik.

c. Masalah penyesuain diriKemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan. Hal inilah yang menyebabkan anak tunagrahita ringan dengan kecerdasannya yang terbatas mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya.

d. Masalah penyaluran ke tempat kerjaKenyataan menunjukan bahwa banyak anak tunagrahita ringan meskipun telah menyelesaikan pendidikannya tetapi masih menggantungkan diri pada keluarga, sedikit sekali yang dapat hidup mandiri.

6

Page 7: Pembahasan Tuna Grahita

Mengingat permasalahan yang dihadapi oleh anak tunagrahita

ringan begitu kompleks, maka selayaknya layanan pendidikan anak

tunagrahita ringan harus berakar dari permasalahan-permasalahan

yang dihadapi oleh anak tersebut.

Dengan demikian anak tunagrahita ringan diharapkan mampu

mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sehingga menjadi bekal

untuk hidup mandiri di masyarakat.

4. Kebutuhan Dalam Layanan Pembelajaran Anak Tunagrahita Ringan

Anak-anak tunagrahita memiliki potensi dalam belajar dan erat

kaitannya dengan berat dan ringannya anak tunagrahita. Menurut

Astati dan Lis Mulyani (2010: 25) bahwa kebutuhan anak tunagrahita

ringan secara khusus dapat di uraikan sebagai berikut:

a. Kebutuhan layanan pengajaran yang sama dengan siswa lainnya.Mereka hanya membutuhkan tambahan pengertian guru dan teman-temannya, tambahan waktu untuk mempelajari sesuatu.

b. Kebutuhan layanan pembelajaranyang sangat khusus. Mereka membutuhkan layanan, seperti: program simulasi dan intervensi dini meliputi: terapi bermain, okupasi, terapi bicara, kemampuan memelihara diri dan belajar akademik.

5. Pendidikan Anak Tunagrahita Ringan

Salah satu faktor yang paling penting dalam menyelanggarakan

pendidikan anak tunagrahita ringan adalah dengan melihat dari tujuan

yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan yang

akan diuraikan adalah :

a. Tujuan Umum

Tujuan umum pendidikan luar biasa, termasuk didalamnya tujuan

pendidikan anak tunagrahita adalah tujuan pendidikan nasional

7

Page 8: Pembahasan Tuna Grahita

yang tercantum dalam undang-undang republic Indonesia Nomor

20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional bab II pasal 3

yang berbunyi sebagai berikut :

Pendidikan Nasional Berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensipeserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pendidikan luar biasa yang tercantum dalam

peraturan pemerintah nomor 72 tahun 1991 bab II pasal 2 yang

menyatakan sebagai berikut:

Pendidikan luar biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengdakan hubungan timbale balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.

Berdasarka pernyataan di atas, bahwa tunagrahita mampu

mengembangkan kemampuan dan potensinya secara maksimal

terutama dalam pendidikan akademis oleh karena itu potensianak

tunagrahita dapat berkembang maka pemerintah membantunya

melalui pendidikan luar biasa.

8

Page 9: Pembahasan Tuna Grahita

C. Pendidikan Bina Diri

1. Pengertian

Pendidikan bina diri merupakan hal yang sangat penting bagi anak

tunagrahita sedang. Dengan kemampuan bina diri anak tunagrahita sedang

dapat melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari tanpa terlalu bergantung

pada pertolongan orang lain. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan

dalam standar kompetensi dasar (2007 : 1) sebagai berikut :

Program bina diri memiliki peran sentral dalam mengantarkan peserta didik dalam melakukan bina diri untu dirinya sendiri, seperti merawat diri, mengurus diri, komunikasi dan adaptasi lingkungan sesuai dengan kemampuannya.

Dari kutipan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

pendidikan bina diri adalah pembelajaran untuk melakukan bina diri yang

meliputi: merawat diri, mengurus diri, komunikasi dan adaptasi

lingkungan sesuai dengan kemampuannya.

2. Tujuan

Program bina diri anak tunagrahita sedang tingkat sekolah dasar luar

biasa meliputi tuuan-tujuan tertentu. Tujuan tersebut sebagaimana

tercantum dalam depdiknas (2007 : 2) sebagai berikut:

a. Mengenalkan cara-cara melakukan bina diri (merawat diri, mengurus diri, komunikasi dan adaptasi).

b. Dapat melakukan sendiri kegiatan bina diri secara minimal dalam hal merawat diri, mengurus diri, komunikasi dan adaptasi.

Dalam mempelajari hal-hal tersebut bagi anak pada umumnya tidak

banyak mengalami hambatan karena anak mempunyai kemampuan

melaksanakan sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Lain halnya dengan

9

Page 10: Pembahasan Tuna Grahita

anak tunagrahita sedang, mereka perlu latihan berulang-ulang, bimbingan

yang serius dan penuh kesabaran dalam menanganinya.

3. Ruang Lingkup

Macam-macam kebiasaan mengurus diri, erat kaitannya dengan

kehidupan sehari-hari. Adapun kegiatan-kegiatan yang termasuk bina diri

ialah :

Ruang lingkup program bina diri adalah sebagaimana tedapat dalam

depdiknas (2007:2) yaitu:

a. Merawat diri : makan minum, kebersihanb. Mengurus diri : berpakaian, berhiasc. Menolong diri : menjaga keselamatan, menghindari bahayad. Berkomunikasi : berkomunikasi melalui perbuatan dan lisane. Adaptasi : adaptasi dengan lingkungan, keluarga, sekolah,

masyarakat dan bermain/bekerja sama.

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa masalah memelihara

rambut yang merupakan objek penelitian termasuk pada segi merawat diri.

D. Pelaksanaan Program Pembelajaran Memelihara Rambut

Kegiatan suatu pembelajaran terdiri dari berbagai tahapan seperti

melaksanakan assesmen, menyusun program pembelajaran, pelaksanaan

kegiatan inti dan mnengakhiri kegiatan.

1. Pelaksanaan Asesmen

a. Pengertian

Istilah asesmen tidak asing lagi bagi kalangan pendidikan lebih-lebih

bagi pendidikan anak berkebutuhan khusus. Namun dalam

pelaksanaannya belum optimal sehingga guru dalam menyusun

program tidak/kurang menyentuh kebutuhan anak.

10

Page 11: Pembahasan Tuna Grahita

Asesmen berarti menilai kemampuan dan ketidakmampuan individu.

Berdasarkan hasil asesmen dapat diketahui kebutuhan tiap anak dan

lahirlah program yang berdasarkan kebutuhan anak sehingga dapat

memenuhi kebutuhan anak tersebut.

b. Tujuan

Tujuan mengadakan asesmen adalah :

a) Untuk menemukan hal-hal yang sudah dimiliki dan yang belum

dimiliki anak tentang suatu hal;

b) Untuk menemukan kebutuhan anak;

c) Untuk menemukan program pendidikan anak yang

diindividualisasikan (IEP)

d) Untuk menentukan strategi, lingkungan belajar, evaluasi, waktu,

dan alat (Adaptasi Dari Soendari, 2008:10)

c. Cara-cara pelaksanaan

Asesmen dapat dilakukan dengan observasi, tes informal (tes yang

dibuat oleh guru), wawancara dengan orang tua mengenai keberadaan

anak di rumah, dan tes standar.

d. Ruang lingkup asesmen

Dengan memperhatikan tujuan asesmen maka ruang lingkup asesmen

dapat dikelompokan, sebagai berikut:

1) Kemampuan sensorimotor dan persepsi, seperti kemampuan

motorik kasar dan halus, persepsi penglihatan, perabaan,

pengecapan, dan lain-lain.

11

Page 12: Pembahasan Tuna Grahita

2) Kemampuan memelihara diri, seperti makan-minum sendiri,

berpakaian sendiri, menggunakan kamar mandi, dan lain-lain.

3) Kemampuan berbahasa, seperti: bicara, menulis, penggunaan alat

komunikasi, dan lain-lain.

4) Kemampuan sosial emosi , seperti: mereaksi, bermain bersama,

menjalankan perintah, tata cara bergaul, dan lain-lain.

5) Kemampuan kognitif, seperti: mengerti bentuk, ukuran, warna,

angka, dan penggunaan uang.

6) Kemampuan menggunakan alat keterampilan, seperti

menggunting, memotong, mencungkil, memahat, menggunakan

alat jahit, memelihara pakaian, dan lain-lain.

e. Instrumen asesmen bina diri untuk anak tunagrahita

Instrumen asesmen bina diri memelihara rambut untuk anak

tunagrahita dapat dilihat pada tabel berikut :

Table 1.1

Instrumen Asesmen Bina Diri Untuk Anak Tunagrahita

NO MATERI POKOK KEMAMPUAN YANG DIASESMENPENGAMATAN

KET.1 2 3 4

1 Mengurus Diri : Berhias Diri

Menyisir rambut

Menggunakan minyak rambut

Menggunakan talk/bedak

Menggunakan kosmetik

sederhana

Menggunakan minyak wangi

12

Page 13: Pembahasan Tuna Grahita

Menggunakan dan melepaskan

pity/jepit rambut

(Adaptasi Dari Sri Widodo, 2008:15)

2. Penyusunan Program Pembelajaran Individual (PPI)

Setelah melakukan asesmen, selanjutnya hal yang harus

dilakukan guru adalah menyusun program pembelajaran penyusunan

program pembelajaran pun harus didasarkan pada hasil asesmen.

Apabila penyusunan program pembelajaran tidak berdasarkan hasil

asesmen, maka tidak akan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

Pembelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan anak tidak

akan memberikan hasil pembelajaran siswa yang sesuai dengan

harapan.

Tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan yang akan di uraikan

adalah:

a. Tujuan umum

Tujuan umum Pendidikan Luar Biasa, termasuk di dalamnya

tujuan pendididkan anak tunagrahita ringan adalah tujuan

pendidikan nasional yang tercantum dalam undang-undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional BAB II Pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

13

Page 14: Pembahasan Tuna Grahita

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus pendidikan luar biasa yang tercantum dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991 BAB II Pasal 2 yang

menyatakan sebagai berikut:

Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyanbdang kelainan fisik dan mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.

Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa tunagrahita tidak akan

mampu mengembangkan kemampuan atau potensinya secara

maksimal terutama dalam pendidikan akademis oleh karena itu

potensi anak tunagrahita dapat berkembang maka pemerintah

membantunya melalui pendidikan luar biasa.

3. Pelaksanaan Pembelajaran memelihara rambut berdasarkan

Program Pembelajaran Individual (PPI)

Komponen pengembangan program pembelajaran individual

dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus

Berdasarkan The US Code (PL. 94-142), IEP memuat enam

komponen (Mercer & Mercer, 1989 : 22), yaitu : 1) Tarap kemampuan

siswa saat ini, 2) Tujuan umum yang akan dicapai (annual goal), 3)

Tujuan pembelajaran khusus (short-term ovjectives), 4) Deskripsi

tetnang pelayanan pembelajaran, 5) Waktu dimulainya kegiatan dan

lamanya diberikan, 6) evlauasi.

14

Page 15: Pembahasan Tuna Grahita

a. Tarap kemampuan Siswa saat ini (level of performance)Komponen ini bermaksud untuk mengetahui gambaran

tetnang tingkat keadaan (disposisi) dan karakteristik perilaku dan pribadi siwa pada saat mereka akan memasuki dan memulai kegiatan pembelajaran yang akan diselnggerakan. Tingkat dan jenis karakteristik perilaku siswa yang telah dimilikinya pada saat akan memasuki kegiatan pembelajaran inilah yang dimaksud dengan tarap kemampuan saat ini. Tarap kemampuan siswa saat ini, diperoleh melalui asesmen baik secara formal maupun informal. Dengan diketahuinya gambaran tentang tarap kemampuan siswa ini akan memberikan banyak sekali bantuan kepada para guru. Karena itu, IEP sangat mengharapkan akan ketepatan dalam melakukan asesmen ini yang akan menjadi landasan bagi komponen-komponen IEP berikutnya. Syamsuddin, M (1981 : 196) mengemukakan bahwa bantuan yang diberikan tersebut antara lain:1) Untuk mengetahui seberapa jauhnya kesiapan (readinnes),

kematangan (maturation) serta tingkat penguasaan (mastery) dari pengetahuan dan keterampilan dasar (fundamental skills and knowledge) sebagai landasan (prerequisite) bagi penyajian bahan baru.

2) Dengan diketahuinya disposisi perilaku siswa tersebut, akan dapat dipertimbangkan dan dipilih bahan atau materi, prosedur, metode, teknik dan alat bantu pembelajaran yang sesuai.

3) Dengan membandingkan nilai (score) awal dengan score setelah proses pembelajaran, guru akan memperoleh indikator (petunjuk) seberapa jauh atau seberapa banyak perubahan perilaku itu telah tejadi pada diri siswa; perbedaan selisih diantara nilai-nilai (scores) tersebut merupakan indikator prestasi (achievement, gain) yang nyata sebagai pengaruh dari proses pembelajaran yang bersangkutan. Dalam menentukan kemampuan siswa saat ini, seyogyanya setiap guru dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sebelum ia merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan tingkatan kelas, bidang studi, usia siswa (MA dan CA) serta waktu yang tersedia dan sekurang-kurangnya dapat menjawab tiga pertanyaan, yaitu: Sejauhmanakah batas-batas (jenis dan ruang lingkup)

materi pengetahuan yang tlah diketahui dan dikuasai siswa yang akan kita ajar?

Tingkat dan tahap serta jenis kemampuan (kognitif, afektif, psikomotor) manakah yang telah dicapai dan dikuasai siswa yang akan kita ajar?

Apakah siswa sudah cukup siap dan matang secara intelektual, emosional untuk menerima bahan dan pola-pola perilaku yang akan kita ajarkan?

Pertanyaan-pertanyaan ini akan menjadikan landasan bagi guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran, baik Tujuan

15

Page 16: Pembahasan Tuna Grahita

Pembelajaran umum atau jangka panjang (Annual Goals) maupun tujuan jangka pendek (short-term objectives).

b. Tujuan Pembelajaran Umum yang akan dicapai (Annual goals)Annual goals yang dimaksud dalma komponen ini adalah suatu

pernyataan tentang apa yang dapat dilakukan siswa setelah ia menyelesaikan satu bidang pengajaran dalam jangka waktu satu semester, satu catur wulan, atau satu tahun. Tujuan ini menggambarkan aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk perilaku.

Dalam IEP setiap guru dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatan pembelajarannya. Tujuan pembelajaran umum ini bertitik tolak pada kebutuhan siswa yang diperoleh melalui asesmen. Tujuan ini masih bersifat umum, sehingga kata kerja yang digunakan dalam rumusan ini tidak dapat diukur, karena perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri individu (intern). Misalnya, “mengenal bilangan 1 s/d 5”. Dari tujuan umum inilah yang akan dijabarkan menjadi sejumlah tujuan pembelajaran khusus.

c. Tujuan Pembelajaran Khusus (short-term objectives)Tujuan pembelajaran khusus (short-term objectives)

merupakan suatu pernyataan tentang apa yang dapat dilakukan siswa setelah siswa menyelesaikan satu unit atau satuan bahasan pembelajaran. Short-term objectives ini merupakan penjabaran dari tujuan umum yang dinyatakan dengan rumusan yang operasional, khusus, dapat diamati, dandapat diukur serta menunjukkan perubahan perilaku. Dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus ini secara jelas akanmembantu para guru dalam membelajrkan siswanya, antara lain :1) Guru mempunyai arah untuk memilih materi, strategi, metode

alat dan prosedur pengajarannya.2) Siswa mengetahui arah belajarnya3) Guru mempunyai kriteria dalam mengadakan penilaian

kemajuan belajar siswa, mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pengajaran.Sehubungan dengan itu T. Tenbrink 1977 yang dikutip oleh

Nurhida Amir D. dan Roedhito (1980 : 46) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran khusus yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: Berorientasi pada siswa, yaitu memberikan tekanan pada apa

yang dilakukan siswa, bukanlah pada apa yang dilakukan guru Contoh : Siswa dapat membaca bilangan.

Bersifat menguraikan hasil belajar dan bukan proses belajar. Contoh : “Siswa dapat mengurutkan kumpulan benda berdasarkan banyaknya” (hasil belajar); dan bukan “Siswa berlatih mengurutkan” dan seterusnya. Rumusan seperti itu bukan hasil belajar melainkan proses belajar.

16

Page 17: Pembahasan Tuna Grahita

Jelas dan dapat dimengerti (explicitness), artinya tidak mempunyai arti ganda (unambigous). Jadi hanya memuat asatu perubahan tingkah laku, dan menggambarkan ukuran keberhasilan minimal. Contoh : siswa dapat menuliskan lambang bilangan 1 s/d 5.

Menggunakan kata-kata operasional, artinya rumusan tesbut menggambarkan perilaku yang dapat diamati dan dapat diukur (observable dan measurable) yang menyatakan dapat tidaknya seseorang melakukan tindakan/pekerjaan. Contoh : siswa dapast menunjukkan.Di samping melakukan pilihan kata kerjanya, perlu pula

pilihan objek dari kata kerja tersebut, jadi harus dipastikan bahwa baik kata kerjanya maupun objeknya keduanya dinyatakan dengan jelas, menunjuk pada tingkatan yang dapat diukur dan diobservasi. Secara visual dapat digambarkan hubungan komponen-komponen di atas sebagai berikut.

d. Deskripsi tentang Pelayanan Pembelajaran (Descripton of Service)Deskripsi tentang pelayanan pembelajaran (Description of

services) yang dimaksud dalam komponen ini adalah pernyataan tentang pelayanan dan perlengkapan materi secara khusus yang meliputi : a) siapa yang mengajar siswa, b) Materi apa yang diberikan dan c) Alat bantu pengajaran apa yang digunakan untuk mempermudah pemahaman pengajaran.1) Siapa yang mengajar siswa, maksudnya siapa yang

bertanggung jawab dalasm pembelajaran tersebut. Hal ini bergantung pada dimana ditempatkannya siswa tersebut. Jika siswa ditempatkan di sekolah khusus berarti orang yang bertanggung jawab adalah guru kelas yang bersangkutan. Jika siswa ditempatkan di sekolah reguler, maka yang bertanggung jawab adalah guru kelas yang bersangkutan atau guru khusus, atau mungkin juga guru ruang sumber.

2) Materi apa yang dituangkan dalam program pembelajaran; sudah barang tentu sangat bergantung kepada tujuan pembelajaran dan kebutuhan masing-masing siswa. Tugas guru disini adaslash memilih materi mana yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Sehubungan dengan pemilihan materi, Mecer & Mercer (1989 : 112) mengemukakan tentang langkah-langkah pemilihan materi sebagai berikut : a) mengidentifikasi

17

ASSESSMENT ANNUAL GOALS

SHORT-TERM OBJECTIVES

Page 18: Pembahasan Tuna Grahita

materi yang dibutuhkan berdasarkan kurikulu, b) membuat ranking dari pokok-pokok/sub-sub pokok dari prioritas yang tertinggi sampai yang terendah, c) membuat daftar materi atau penjabaran materi dari materi yang diprioritaskan, d) tentukan materi yang sesuai untuk dimasukkan dalam program pembelajaran.

3) Alat-alat pembelajaran yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan materi dan metode yang digunakan.

e. Waktu dimulainya kegiatan dan lamanya diberikan (date of services)

Waktu yang lamanya memberikan pelayanan (date of services), yaitu pernyataan tentang kapan dimulainya kegiatan pembelajaran, berapa lama waktu yang digunakan untuk memberikan pelayanan.

Komponen ini merupakan estimasi tenang pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

f. Evaluasi (evaluation)Evaluasi Pembelajaran (Evaluation). Dalam IEP tidak

menggunakan penilaian acuan norma melainkan menggunakan penilaian acuan patokan (PAP). Penilaian acuan patokan merupakan suatu cara penilaian yang mempertimbangkan taraf keberhasilan siswa dengan membandingkan prestasi yang dicapainya dengan siswa yang membandingkan prestasi yang dicapainya dengan kriteria yang telah ditetapkan lebih dahulu. Kriteria yang dimaksud adalah ukuran minimal perilaku yang dapat diterima seperti yang dinyatakan dalam tujuan intruksional khusus.

Penilaian IEP hendaknya bersifat: a) menyeluruh, artinya menyangkut semua aspek kepribadian siswa, yang meliputi: kognitif, afektif, dan psikomotor. Juga harus mencakup aspek proses dah hasil belajar; b) berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perubahan perilaku pada siswa sebagai hasil pembelajaran.

Dalam pelaksanan IEP akan terjadi siklus (sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini) yang secara kontinyu membentuk seubah spiral yang semakin lama semakin mengembang. Kemajuan belajar diukur secara teratur dan periodik (setiap hari) dan menggunakan hasil evaluasi untuk mengambil keputusan dalam merencanakan program pembelajaran selanjutnya. Keberhasilan atau kegagalan siswa dalam belajar merupakan input dalam merumuskan kembali tujuan pembelajaran, aktivitas pembelajaran, meode, dan media.

Data evaluasi dicatat dalam prosedur yang sederhana; Misalnya, mencatat jumlah jawaban lisan yang benar/salah, mencatat frekuensi perilaku yang sesuai dengan tujuan. Evaluasi dalam IEP lebih bersifat observatif terhadap perilaku siswa.

18

Page 19: Pembahasan Tuna Grahita

Pelaksanaan pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru adalah:

a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan untuk menyiapkan

mental siswa dalam memasuki kegiatan inti pembelajaran. Selain

itu, kegiatan awal dilaksanakan untuk membangkitkan motivasi dan

perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, memberikan

gambaran yang jelas tentang batas-batas tugas atau kegiatan yang

akan dilakasanakan, dan menunjukan hubungan antara pengalaman

anak dengan materi yang akan dipelajari.

Berikut ini kegiatan awal yang dilakukan oleh guru diantaranya:

a) Menata ruangan

Mengatur ruangan untuk melaksanakan praktek cara memelihara

rambut

b) Menyiapkan alat

Dalam hal ini guru menyiapkan alat-alat seperti: sisir, minyak

rambut, cermin kemudian guru mengajak anak duduk di depan

cermin, menyuruh anak duduk di depan cermin, anak duduk sendiri

c) Mengenalkan proses

Mengenalkan cara-cara memelihara rambut

19

ASESSMEN

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

EVALUASI

PELAKSANAAN

Page 20: Pembahasan Tuna Grahita

d) Mengenalkan alat

Mengenalkan alat-alat untuk memelihara rambut

e) Mengenalkan bahan

Mengenalkan bahan untuk memelihara rambut seperti: sisir, cermin

dan minyak rambut

b. Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti guru melaksanakan pembelajaran memelihara

rambut diantaranya sebagai berikut:

1) Menyisir rambut di depan cermin

a) Membuka tutup tempat minyak rambut

b) Memperagakan cara menyisir menggunakan

minyak rambut

c) Mencolek minyak rambut dengan ujung jari

d) Menaruh minyak rambut di telapak tangan

e) Mengusapkan minyak rambut di kepala

sampai rata

f) Menutup tempat minyak rambut

g) Mengambil sisir

h) Menyisir rambut ke belakang

i) Menyisir rambut samping kiri

j) Menyisir rambut samping kanan

k) Menyisir rambut bagian belakang

l) Merapikan alat

20

Page 21: Pembahasan Tuna Grahita

2) Membimbing anak menyisir rambut dengan

minyak rambut sesuai dengan urutan di atas

3) Menyuruh anak menyisir rambut

4) Anak menyisir rambut sendiri

c. Kegiatan Akhir

1) Memberikan evaluasi tulisan dan perbuatan

2) Merapikan hasil evaluasi

3) Menyimpan hasil evaluasi

4) Merapikan bahan

5) Merapikan alat

6) Membereskan ruangan

d. Tindak Lanjut

Guru memberikan pujian dan hadiah bagi keberhasilan siswa

dalam melaksanakan praktek memelihara rambut, hal ini dilakukan

sebagai salah satu upaya guru dalam meningkatkan motivasi siswa

untuk melakukan praktek selanjutnya. Selain itu guru memberikan

remedial bagi siswa yang belum berhasil melakukan praktek

memelihara rambut dengan baik dan memberikan reveral bagi siswa

yang telah berhasil melakukan proses pembelajaran memelihara

rambut.

21