bab 1 perkembangan ekonomi makro - bi.go.id · pdf yang tumbuh negatif.sementara investasi...

63
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau Triwulan I - 2008 1 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau pada tw.I-2008 diperkirakan tumbuh 8,05%, lebih rendah dibanding pertumbuhan tw.IV-2007 sebesar 8,75% (y-o-y). Tinjauan secara triwulan (q-t-q) memperlihatkan perlambatan yang lebih mild, dengan laju pertumbuhan turun dari 1,98% pada tw.IV-2007 menjadi 1,68% pada tw.I-2008. Sesuai dengan karakteristiknya sebagai daerah industri, ekspor dan investasi masih menjadi penggerak utama perekonomian provinsi ini. Aktivitas ekspor antar negara menunjukkan pertumbuhan signifikan dibanding tw.IV-2007 yang tumbuh negatif. Sementara investasi semakin berperan penting dalam mendorong perekonomian. Meningkatnya konsumsi rumah tangga dan swasta turut menopang pertumbuhan pada triwulan laporan. Respon dari sisi penawaran ditandai dengan pertumbuhan hampir seluruh ekonomi di Kepulauan Riau kecuali sektor Pertambangan. Sektor bangunan mencatat pertumbuhan tertinggi disebabkan oleh perkembangan properti yang cukup pesat terutama di kota Batam, namun belum berkontribusi positif bagi pertumbuhan tw.I-2008. Akselerasi pertumbuhan dihasilkan oleh sektor Perdagangan, Pertanian, Keuangan, Pengangkutan, Listrik dan Jasa-jasa terkait perayaan Imlek dan perayaan hari besar lainnya. Perlambatan ekonomi Kepulauan Riau sebagian besar disebabkan oleh menurunnya kinerja sektor industri pengolahan dan pertambangan. 0 1 1 2 2 3 3 4 q-t-q (%) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 y-o-y (%) qtq yoy qtq 2.6 0.87 0.74 0.2 2.37 2.18 2.4 1.62 1.24 1.98 1.68 0.42 1.96 1 3.19 1.96 1.68 yoy 8.07 7.36 5.99 4.47 4.24 5.59 7.34 8.85 7.64 7.44 6.68 5.43 6.57 5.55 7.11 8.75 8.05 Tw.I- 04 Tw.II- 04 Tw.III- 04 Tw.IV- 04 Tw.I- 05 Tw.II- 05 Tw.III- 05 Tw.IV- 05 Tw.I- 06 Tw.II- 06 Tw.III- 06 Tw.IV- 06 Tw.I- 07 Tw.II- 07 Tw.III- 07 Tw.IV- 07 Tw.I- 08* Sumber : BPS * ) angka sementara Grafik 1.1 - Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Upload: lykhanh

Post on 01-Mar-2018

222 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

1

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro

1.1. KONDISI UMUM

Perekonomian Kepulauan Riau pada tw.I-2008 diperkirakan tumbuh 8,05%, lebih

rendah dibanding pertumbuhan tw.IV-2007 sebesar 8,75% (y-o-y). Tinjauan secara triwulan

(q-t-q) memperlihatkan perlambatan yang lebih mild, dengan laju pertumbuhan turun dari

1,98% pada tw.IV-2007 menjadi 1,68% pada tw.I-2008. Sesuai dengan karakteristiknya

sebagai daerah industri, ekspor dan investasi masih menjadi penggerak utama perekonomian

provinsi ini. Aktivitas ekspor antar negara menunjukkan pertumbuhan signifikan dibanding

tw.IV-2007 yang tumbuh negatif. Sementara investasi semakin berperan penting dalam

mendorong perekonomian. Meningkatnya konsumsi rumah tangga dan swasta turut

menopang pertumbuhan pada triwulan laporan. Respon dari sisi penawaran ditandai dengan

pertumbuhan hampir seluruh ekonomi di Kepulauan Riau kecuali sektor Pertambangan.

Sektor bangunan mencatat pertumbuhan tertinggi disebabkan oleh perkembangan properti

yang cukup pesat terutama di kota Batam, namun belum berkontribusi positif bagi

pertumbuhan tw.I-2008. Akselerasi pertumbuhan dihasilkan oleh sektor Perdagangan,

Pertanian, Keuangan, Pengangkutan, Listrik dan Jasa-jasa terkait perayaan Imlek dan

perayaan hari besar lainnya.

Perlambatan ekonomi Kepulauan Riau sebagian besar disebabkan oleh menurunnya

kinerja sektor industri pengolahan dan pertambangan.

0

1

1

2

2

3

3

4 q-t-q (%)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10y-o-y (%)

qtq

yoy

qtq 2.6 0.87 0.74 0.2 2.37 2.18 2.4 1.62 1.24 1.98 1.68 0.42 1.96 1 3.19 1.96 1.68

yoy 8.07 7.36 5.99 4.47 4.24 5.59 7.34 8.85 7.64 7.44 6.68 5.43 6.57 5.55 7.11 8.75 8.05

Tw.I-

04

Tw.II-

04

Tw.III-

04

Tw.IV-

04

Tw.I-

05

Tw.II-

05

Tw.III-

05

Tw.IV-

05

Tw.I-

06

Tw.II-

06

Tw.III-

06

Tw.IV-

06

Tw.I-

07

Tw.II-

07

Tw.III-

07

Tw.IV-

07

Tw.I-

08*

Sumber : BPS *) angka sementara

Grafik 1.1 - Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

2

Meski pangsanya terus menurun, sektor industri pengolahan tetap memberi

kontribusi dominan (59,13%) terhadap pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kepulauan Riau. Turunnya pertumbuhan sektor ini pada tw.I-2008 disebabkan

penurunan kinerja industri alat angkutan, mesin dan peralatan. Keadaan ini juga tercermin

dari penurunan ekspor barang-barang mesin dan elektronik pada bulan Januari dan Februari

2008. Sementara itu sektor pertambangan tumbuh negatif disebabkan oleh menurunnya

realisasi produksi dari pertambangan gas bumi di Natuna yang salah satunya dipicu oleh

kenaikan biaya produksi akibat tingginya harga minyak dunia.

Tumbuhnya perekonomian tw.I-2008 juga didukung oleh penguatan sektor

keuangan, terutama pada lembaga keuangan non-bank. Meningkatnya kinerja lembaga

keuangan non-bank didorong oleh tumbuhnya konsumsi masyarakat terkait produk-produk

ritel rumah tangga yang menggunakan pembiayaan non-bank.

1.2. SISI PERMINTAAN

Pertumbuhan ekspor dan investasi barang modal atau Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) menjadi pengerak perekonomian Kepulauan Riau tw.I-2008 dari sisi

permintaan. Turunnya laju pertumbuhan (yoy) disebabkan oleh penurunan porsi pengeluaran

pemerintah akibat terlambatnya penyelesaian beberapa proyek.

Tabel 1.1 - Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (berdasarkan harga konstan 2000)

2008Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 8.98 8.73 9.21 4.55 4.42 10.33 16.03 19.59 23.04

a. Makanan 15.52 14.94 13.95 7.36 1.51 5.90 12.79 16.48 24.10

b. Non Makanan 4.87 4.86 6.20 2.74 6.43 13.35 18.24 21.67 22.34

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 7.71 2.35 2.61 0.61 2.52 8.53 11.29 15.26 16.74

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 11.05 13.27 11.44 12.13 8.13 11.50 16.07 20.67 18.06

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto -0.13 12.05 30.07 25.11 67.98 28.42 9.94 17.96 26.50

5. Perubahan Stok 22.17 7.85 -94.24 252.51 57.17 -5.38 2,082.19 3.63 27.14

6. Ekspor 16.02 5.51 -59.75 58.87 13.55 -6.73 161.34 -0.79 6.89

a. Antar Negara 15.64 5.50 -60.23 60.46 13.38 -6.95 164.40 -1.00 6.76

b. Antar Pulau 96.85 7.50 -8.20 -26.45 34.39 22.80 21.52 22.86 20.58

7. Impor 7.58 7.34 -1.55 -3.08 20.05 18.24 15.57 13.06 12.95

a. Antar Negara 2.56 42.66 -11.47 -19.45 -14.84 -37.20 -35.57 -1.25 4.25

b. Antar Pulau 7.69 6.64 -1.28 -2.78 20.77 19.70 16.85 13.28 13.08

7.64 7.44 6.68 5.43 6.57 5.55 7.11 8.75 8.05 Produk Domestik Regional Bruto

Komponen2006 2007

Sumber : BPS, data diolah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

3

a. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga dan swasta mengalami akselerasi (yoy) dibanding

triwulan-triwulan sebelumnya, sementara konsumsi pemerintah mengalami tren

menurun. Pada triwulan laporan, konsumsi rumah tangga tumbuh 23,04% lebih tinggi

dibanding pertumbuhan tw.IV-2007 sebesar 19,59%. Pengeluaran untuk konsumsi

makanan meningkat 23,04% dari 16,48% pada triwulan sebelumnya, sementara

konsumsi non-makanan naik 22,34% dari 21,67% pada tw.IV-2007. Gejolak harga

kebutuhan pokok yang terjadi selama tiga bulan terakhir sangat mempengaruhi tingkat

pengeluaran rumah tangga. Sedangkan peningkatan konsumsi non-makanan tercermin

dari berbagai indikator konsumsi, antara lain penjualan kendaraan roda empat dan roda

dua baru, konsumsi listrik, penjualan semen, serta penyaluran kredit konsumsi oleh

perbankan di Kepulauan Riau dimana sebagian besar disalurkan dalam bentuk kredit

perumahan (58%) dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor (35%).

Grafik 1.2 –Konsumsi Listrik Rumah Tangga

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 20070%

4%

8%

12%

16%

20%Konsumsi listrik RT MWh

Pertumbuhan

Sumber : PT. PLN Batam

Grafik 1.3 –Konsumsi Listrik Usaha/Bisnis

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

Konsumsi listrik Usaha/Bisnis MWh

Pertumbuhan

Sumber : PT.PLN

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2006 2007 2008

-0.4

-0.3

-0.2

-0.1

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7Kendaraan Roda 4

Pertumbuhan

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2006 2007 2008

-0.6

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6Kendaraan Roda 2 (RHS)

Pertumbuhan

Grafik 1.4 –Volume Kendaraan Roda 4 Baru

Sumber : Dipenda Kepri

Grafik 1.5 –Volume Kendaraan Roda 2 Baru

Sumber : Dipenda Kepri

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

4

Meningkatnya konsumsi ritel rumah tangga juga didukung oleh lembaga

pembiayaan non-bank. Hal ini diindikasikan dari relatif lambatnya laju pertumbuhan

kredit konsumsi oleh perbankan dibandingkan semester II tahun 2005 seperti yang

terlihat pada tabel 1.2 diatas. Penyaluran kredit konsumsi bank umum pada bulan Maret

2007 relatif meningkat sebesar 26,16% dari Rp 2,6 triliun menjadi Rp 3,3 triliun.

Sementara itu, laju pertumbuhan konsumsi pemerintah pada tw.I-2008

melambat, dimana hanya meningkat 18,06% dibanding tw.IV-2007 yang tumbuh

20,67%. Melambatnya pertumbuhan dipengaruhi oleh tertundanya penyelesaian

beberapa proyek publik pemerintah yang antara lain disebabkan oleh kenaikan harga-

harga bahan bangunan seperti yang terlihat pada tabel 1.3.

Tabel 1.2 – Harga Beberapa Bahan Bangunan Harga

Sebelumnya Harga Sekarang (Rp) (Rp)

Semen Tiga Roda (per sak/50 kg) 43000 52000 Semen Padang (per sak/50 kg) 43000 45000 Semen Holcim (per sak/50 kg) 43000 44000 Pasir (per kubik) 60000 62000 Besi Beton 6 mm (per batang/12 mtr) 31000 32000 Besi Beton 10 mm (per batang/12 mtr) 64000 70000 Besi Beton 16 mm (per batang/12 mtr) 165000 169000 Triplek 3mm (per lembar) 36000 39000 Kayu Balok 24 (per batang) 47000 50000 Batu Bata (per buah) 300 350 Pipa 3 inches (per batang) 55000 65000 Paku ¾ (per kg) 8000 10000 Seng 6 feet (per lembar) 21000 25000 Asbes (per lembar) 20000 21000

Bahan Bangunan

Sumber : Survei Batam Pos, 4 Maret 2008

0.00

50,000.00

100,000.00

150,000.00

200,000.00

250,000.00

300,000.00

350,000.00

400,000.00

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2006 2007 2008

0%

5%

10%

15%

20%

25%Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pertumbuhan

Grafik 1.8 – Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Sumber : BPS

Grafik 1.7 – Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber : BI Batam

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

0

10

20

30

40

50

60Kredit Konsumsi (juta)

Pertumbuhan (%)

Grafik 1.6 – Volume Penjualan Semen

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

2005 2006 2007 2008

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%Vol Penjualan Semen (ton)

Pertumbuhan (%)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

5

b. Investasi

Pertumbuhan investasi barang modal (PMTB) tercermin dari meningkatnya

realisasi investasi di provinsi Kepulauan Riau. Investasi-PMTB tumbuh (yoy) 26,5% pada

tw.I-2008, lebih tinggi dibanding pertumbuhan tw.IV-2007 sebesar 17,96%.

Pertumbuhan investasi-PMTB sejalan dengan meningkatnya realisasi investasi PMDN dan

PMA. Berdasarkan data Otorita Batam, jumlah persetujuan investasi selama bulan Januari

s/d. Februari 2008 sebanyak 15 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 22,2 juta.

Adapun realisasi investasi pada periode yang sama mencapai US$ 22.229.401 dengan

jumlah proyek sebanyak 15 proyek, baik investasi baru maupun proyek perluasan usaha.

Jumlah ini naik 56% dibandingkan periode yang sama di tahun 2007 dimana hanya

terealisasi 11 proyek. Proyek yang direalisasi antara lain pada bulan Januari 2008, dimana

telah diresmikannya 5 perusahaan baru di Kawasan Industri PT. Bintan Offshore, Bintan,

yang terdiri dari 4 PMA dan 1 PMDN dengan total investasi mencapai US$ 19 juta.

0

1

2

3

4

5

6

7

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

2006 2007 2008

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%PMTB

Pertumbuhan (yoy)

Grafik 1.9 – Perkembangan PMTB

Sumber : BPS

Grafik 1.10 – Perkembangan Investasi PMA

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2002 2003 2004 2005 2006 2007

0

50

100

150

200

250

300

350Persetujuan Inv.

Realisasi Inv.

Sumber : BKPM dan Otorita Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

6

Meningkatnya investasi barang modal juga tercermin dari peningkatan impor

capital goods sampai dengan Februari 2008. Impor capital goods naik 21,97% (yoy) dari

US$ 434 juta menjadi US$ 555 juta, lebih tinggi dibanding peningkatan pada tw.IV-2007

yang tercatat sebesar 11,57% (yoy).

Dari sisi perbankan, posisi penyaluran kredit investasi pada bulan Maret 2008

tumbuh 24,22% (yoy) dari Rp 1,8 triliun menjadi Rp 2,2 triliun, lebih tinggi dari posisi

pertumbuhan tw.IV-2007 sebesar 22,59% (yoy). Pertumbuhan kredit investasi yang

disalurkan perbankan di wilayah Kepulauan Riau menggambarkan peningkatan investasi

barang modal dari kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), karena hampir

seluruh perusahaan skala besar yang berdomisili di Kepulauan Riau adalah Perusahaan

Modal Asing (PMA) dimana kebutuhan pembiayaan diperoleh dari perbankan negara

asalnya.

1

10

100

1000

2002 2003 2004 2005 2006 2007

Persetujuan Inv.Realisasi Inv.

Sumber : BKPM dan Otorita Batam

Grafik 1.11 – Perkembangan Investasi PMDN Grafik 1.12 – Perkembangan Nilai Impor Kepri

Sumber : BI - DSM

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

2006 2007 2008

0

20

40

60

80

100

120

140

160Capital GoodsIntermediate GoodsConsumer Goods

Sumber : BI Batam

Grafik 1.13 – Penyaluran Kredit Investasi

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180Kredit Investasi (juta)

Pertumbuhan (%)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

7

c. Ekspor-Impor

Sebagai daerah industri kegiatan ekspor-impor memegang peranan yang sangat

penting dalam perekonomian Kepulauan Riau, khususnya kota Batam. Hal ini disebabkan

karena hampir seluruh PMA yang bertempat di berbagai kawasan industri berfungsi

sebagai tempat manufacturing, dimana barang-barang modal yang diimpor akan

diekspor kembali baik dalam bentuk barang modal (capital goods) maupun barang

olahan (intermediate goods).

Di samping industri besar, aktivitas ekspor-impor juga dilakukan oleh industri

menengah dan kecil. Provinsi Kepulauan Riau memiliki keunikan tersendiri karena

lokasinya yang sangat berdekatan dengan Singapura dan Malaysia, sehingga akan lebih

efisien mendatangkan barang dari negara tersebut dibanding dari wilayah Indonesia

lainnya. Selain kebutuhan pokok, sebagian besar barang sandang dan perumahan berasal

dari Singapura dan Malaysia. Karena kondisi geografis daerah yang kurang subur,

barang-barang kebutuhan pokok sebagian besar dipasok dari provinsi lain, seperti

Medan, Padang dan Pekanbaru. Hal tersebut mengakibatkan aktivitas impor Kepulauan

Riau hampir selalu lebih besar dari pada ekspor, seperti dikonfirmasi oleh data Ekspor-

Impor Bank Indonesia berikut ini.

0

200,000,000

400,000,000

600,000,000

800,000,000

1,000,000,000

1,200,000,000

1,400,000,000

1,600,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2006 2007 2008

Total Nilai Ekspor

Total Nilai Impor

Grafik 1.14 – Perkembangan Nilai Ekspor - Impor

0

500,000,000

1,000,000,000

1,500,000,000

2,000,000,000

2,500,000,000

3,000,000,000

3,500,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2006 2007 2008

Total Volume Ekspor

Total Volume Impor

Sumber : BI - DSM

Grafik 1.15 – Perkembangan Volume Ekspor-Impor

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

8

Peran Singapura sangat menentukan dalam aktivitas perdagangan provinsi

Kepulauan Riau. Dari segi ekspor, Singapura menguasai sekitar 70% pasar ekspor, diikuti

Eropa (5,1%), Jepang (4,9%), Amerika (4,5%) dan Hongkong (2,4%). Pangsa ekspor ke

negara maju (G3) semakin kecil sedangkan ke intraregional Asia semakin besar. Meskipun

ketergantungan impor terhadap Singapura semakin berkurang sejak tahun 2003,

Singapura masih mendominasi 80% pasar Impor diikuti Jepang (4,43%), Eropa (3,80%),

Amerika (3,17%) dan China (1,60%). Adapun peran Hongkong, Cina dan India semakin

penting dalam aktivitas perdagangan (ekspor-impor) Provinsi Kepulauan Riau.

Pada bulan Februari 2008, produk ekspor utama meliputi logam dasar (24,6%),

elektronik (19,8%), mesin elektrik (16,2%), mesin-mesin dan peralatan mesin (14,5%)

serta produk perlengkapan kantor (5,43%). Kelima barang ekpor tersebut sekaligus

merupakan produk impor yang dominan. Hal ini mengindikasikan bahwa barang modal

yang diimpor akan diekspor kembali dalam bentuk barang modal juga. Dengan demikian

data ini mengkonfirmasi bahwa proses manufacturing yang dilakukan industri di

Kepulauan Riau lebih kepada proses coating tanpa memberi value added yang signifikan

terhadap nilai produk.

Sumber : BI - DSM

Sumber : BI - DSM

Tabel 1.3 - Pangsa Ekspor ke Beberapa Negara

2001 2003 2006 2007

AS 4.4 5.2 5.5 4.5

Euro 5.7 6.0 4.9 5.1

Japang 10.2 9.1 5.7 4.9

ASEAN 75.3 73.4 73.6 70.4

Singapore 68.0 65.3 68.6 66.0

Hongkong 0.9 1.6 1.9 2.4

China 0.9 0.9 1.6 2.3

India 0.2 0.3 0.4 0.7

2001 2003 2006 2007

AS 0.23 0.08 1.71 3.17

Euro 1.50 3.58 3.90 3.80

Japang 7.28 2.26 5.42 4.43

ASEAN 67.61 91.34 85.90 84.52

Singapore 66.85 91.17 82.82 80.31

Hongkong 0.00 0.00 0.55 0.51

China 0.82 0.76 0.74 1.60

India 0.08 0.99 0.50 0.25

Tabel 1.4 - Pangsa Impor ke Beberapa Negara

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

9

Kinerja ekspor Kepulauan Riau pada bulan Februari 2008 menunjukkan

penurunan yang signifikan dibanding akhir tahun 2007. Ekspor Februari 2008 tercatat

turun sebesar -10,92% dibanding Februari 2007 (yoy) menjadi US$ 493 milyar.

Sedangkan pada akhir tahun (tw.IV-2007), nilai ekspor mengalami peningkatan 24,10%

dibanding periode yang sama tahun 2007 (yoy). Dibanding posisi Desember 2007, ekspor

produk logam dasar dan olahan pada bulan Februari 2008 mencapai US$ 75 juta, diikuti

penurunan ekspor elektronik sebesar US$ 30 juta dan perlengkapan kantor sekitar US$

19 juta.

Sementara itu, laju pertumbuhan (yoy) impor bulan Februari 2008 juga relatif

menurun dari 14,1% pada Februari 2007 menjadi 7,8%. Penurunan terbesar terjadi pada

produk perlengkapan transportasi serta produk elektronik seperti televisi, radio dan

perangkat komunikasi.

0

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

700,000,000

800,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2007 2008

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%Total Nilai Ekspor

Pertumbuhan (yoy)

Grafik 1.18 – Pertumbuhan Ekspor Kepri

Sumber : BI - DSM

0

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

700,000,000

800,000,000

900,000,000

1,000,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2007 2008

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%Nilai Impor

Pertumbuhan

Grafik 1.19 – Pertumbuhan Impor Kepri

Sumber : BI - DSM

0

20,000,000

40,000,000

60,000,000

80,000,000

100,000,000

120,000,000

140,000,000

160,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2006 2007 2008

Produk Logam Dasar Produk Mesin & PeralatanProduk Perlengkapan Kantor Produk Mesin ElektrikProduk Radio, Tv & Alat Komunikasi

Grafik 1.16 – Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama

Sumber : BI - DSM

0

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

250,000,000

300,000,000

350,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2006 2007 2008

Produk Logam Dasar Produk Mesin & PeralatanProduk Perlengkapan Kantor Produk Mesin ElektrikProduk Radio, Tv & Alat Komunikasi

Grafik 1.17 – Perkembangan Nilai Impor Produk Utama

Sumber : BI - DSM

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

10

Menurunnya kinerja perdagangan Kepuluauan Riau diduga merupakan efek tidak

langsung dari perlambatan ekonomi Amerika Serikat yang berimbas terhadap

perekonomian secara global.

Berdasarkan grafik 1.17 dapat terlihat bahwa dampak langsung perlambatan

ekonomi Amerika Serikat terhadap penurunan kinerja ekspor Kepulauan Riau sangat

kecil, namun menjadi leading penurunan ekspor secara keseluruhan. Hal ini disebabkan

karena share ekspor ke Amerika Serikat tidak mencapai 5%, dan mampu dikompensir

oleh peningkatan peran intraregional Asia dan Australia. Namun demikian, dampak tidak

langsung (second round effect) melambatnya perekonomian Singapura sangat

mempengaruhi penurunan ekspor sejak bulan Desember 2007, karena Batam termasuk

dalam isi substansial kerjasama Singapura dengan Amerika Serikat dalam Singapore-

America Free Trade Agreement (FTA). Hasil asesment menunjukkan bahwa peran

Australia, Cina dan India semakin besar dalam mempengaruhi kinerja perdagangan

ekspor Kepulauan Riau.

1.3. SISI PENAWARAN

Respon dari sisi penawaran ditunjukkan dengan pertumbuhan positif hampir seluruh

sektor ekonomi di Kepulauan Riau, kecuali sektor Pertambangan yang mencatat

pertumbuhan negatif. Sebagai daerah industri, sektor Industri Pengolahan sangat

berkontribusi terhadap pembentukan PDRB Kepulauan Riau. Di samping itu, keunggulan

komparatif faktor lokasi yang berdekatan dengan negara Singapura dan Malaysia menjadikan

sektor Perdagangan dan Jasa-jasa semakin berkontribusi terhadap perekonomian.

Grafik 1.20 – Perkembangan Ekspor ke Negara G3

Sumber : BI - DSM

0

200,000,000

400,000,000

600,000,000

800,000,000

Jan'06 Mei'06 Sep'07 Jan'08

0

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

Total EksporASEuroJapang

0

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

700,000,000

Jan'06 Mei'06 Sep'07 Jan'080

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

30,000,000

35,000,000

40,000,000

45,000,000Total Ekspor SingaporeHongkong (RHS) China (RHS)India (RHS)

Grafik 1.21 – Perkembangan Ekspor ke Asia

Sumber : BI - DSM

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

11

Secara sektoral, struktur perekonomian provinsi Kepuluan Riau pada tw.I-2008 masih

didominasi oleh sektor Industri Pengolahan, Pertambangan, dan Perdagangan. Namun

demikian, kontribusi sektor Industri Pengolahan dan Pertambangan dalam pembentukan

PDRB semakin kecil. Di lain pihak, peran sektor Perdagangan, Bangunan, Listrik,

Pengangkutan, Keuangan dan Jasa-jasa semakin penting terhadap perekonomian Kepulauan

Riau. Sedangkan sumbangan ekonomi yang diberikan oleh sektor Pertanian cenderung

berfluktuatif dan stagnan.

Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting sektor Bangunan, sehingga

perannya terhadap pembentukan PDRB lebih besar dari sektor Keuangan, Pengangkutan dan

Pertanian. Kondisi ini tidak terlepas dari perkembangan bisnis properti dan bertumbuhnya

proyek-proyek konstruksi sejalan dengan pertumbuhan investasi. Sejak tw.I-2007, sektor

Bangunan mencatat tingkat pertumbuhan tertinggi, dimana pada tw.I-2008 tumbuh sebesar

45,93% (yoy).

Tabel 1.5 – Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Kepulauan Riau (harga konstan 2000)

Sumber : BPS, diolah

2008

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I

Pertanian 6.02 7.99 3.98 3.81 1.76 3.45 5.46 9.07 9.84

Pertambangan & Penggalian 1.14 2.44 0.71 2.65 1.18 0.11 -2.42 -3.06 -1.74

Industri Pengolahan 8.15 7.37 7.04 4.75 6.63 4.53 5.86 6.35 4.03

Listrik, Gas & Air Bersih 145.77 143.55 150.21 142.98 4.36 3.36 6.07 9.06 13.49

Bangunan 11.32 13.58 10.04 9.76 17.54 19.59 32.31 46.12 45.93

Perdagangan, Hotel & Restoran 3.05 2.52 2.49 5.70 7.67 10.36 12.96 18.10 23.54

Pengangkutan & Komunikasi 15.25 13.98 10.52 9.19 8.54 9.50 11.36 15.32 18.56

Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 6.71 9.82 8.82 7.17 7.54 8.63 10.12 11.51 11.69

Jasa-jasa 4.27 5.05 6.56 7.61 9.81 11.02 12.88 19.16 21.64

PDRB 7.64 7.44 6.68 5.43 6.57 5.55 7.11 8.75 8.05

2006 2007Lapangan Usaha

Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tw.I-2008

Pertanian 4.32 4.74 5.14 5.42 5.49 5.32 5.13 4.98 4.93

Pertambangan & Penggalian 20.17 13.62 9.83 8.34 9.68 9.95 10.53 9.75 9.41Industri Pengolahan 56.97 62.90 64.51 63.01 61.18 60.68 59.95 59.13 57.31

Listrik, Gas & Air Bersih 0.20 0.24 0.27 0.35 0.32 0.31 0.54 0.55 0.56

Bangunan 2.31 2.59 2.94 3.23 3.64 3.77 4.15 5.12 5.89

Perdagangan, Hotel & Restoran 6.84 7.21 7.76 7.85 8.45 8.34 7.91 8.18 9.00

Pengangkutan & Komunikasi 2.73 3.00 3.35 4.47 3.77 3.84 4.01 4.27 4.56Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 4.78 3.81 4.16 5.24 5.31 5.51 5.45 5.51 5.57

Jasa-jasa 1.68 1.88 2.05 2.09 2.15 2.26 2.33 2.52 2.76

Tabel 1.6 – Sumbangan Ekonomi Sektoral (harga berlaku)

Sumber : BPS, diolah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

12

a. Sektor Industri Pengolahan

Sektor Industri Pengolahan tumbuh 4,03% (yoy) lebih rendah dibanding

pertumbuhan pada tw.IV-2007 sebesar 6,35% (yoy), disebabkan oleh pertumbuhan

negatif sub-sektor Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya serta sub-sektor Tekstil,

Barang Kulit dan Alas Kaki. Sektor Industri Pengolahan sangat berperan penting dalam

perekonomian Kepulauan Riau, dimana sumbangannya secara sektoral mencapai

57,31% pada tw.I-2008.

Tumbuhnya sektor ini tidak terlepas dari meningkatnya investasi terutama

investasi PMA yang mengalir ke wilayah Kepulauan Riau. Meningkatnya konsumsi listrik

sebagai energi vital selain BBM, dapat memberikan gambaran bertumbuhnya sektor ini.

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 20070

50

100

150

200

250Konsumsi listrik Industri MWh (LHS)

Jumlah pelanggan Industri (RHS)

Grafik 1.24 – Konsumsi Listrik Industri

Sumber : PT. PLN Batam

-60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30

Makanan, Minuman dan Tembakau

Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki

Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya

Kertas dan Barang Cetakan

Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet

Semen & Brg. Galian bukan logam

Logam Dasar Besi & Baja

Alat Angk., Mesin & Peralatannya

Grafik 1.23 – Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan Tw.I-2008 (y-o-y)

Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.22 – Pertumbuhan Sektoral Tw.I-2008 (y-o-y)

Sumber : BPS, diolah

- 1 . 7 4 %

4 5 . 9 3 %

4 . 0 3 %

1 3 . 4 9 %

2 3 . 5 4 %

1 8 . 5 6 %

1 1 . 6 9 %

2 1 . 6 4 %

9 . 8 4 %P e r t a n i a n

P e r t a m b a n g a n

Indus t r i

L G A

B a n g u n a n

P e r d a g a n g a n

P e n g a n g k u t a n

K e u a n g a n

J a s a - j a s a

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

13

Pertumbuhan negatif sub-sektor Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya sebesar

0,3% (yoy) sangat mempengaruhi perlambatan sektor Industri, mengingat kontribusinya

bagi sektor Industri Pengolahan mencapai 62%. Seperti yang digambarkan pada grafik

1.14 sebelumnya bahwa terjadi penurunan kinerja 5 produk ekspor utama pada bulan

Januari dan Februari 2008, dimana selain produk logam dasar adalah bagian dari sub-

sektor dimaksud.

Menurunnya kinerja sub-sektor Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki dikonfirmasi

oleh penurunan kinerja ekspor dan impor produk-produk tersebut. Seperti yang terlihat

pada grafik 1.22, impor Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki turun signifikan pada bulan

Januari dan Februari 2008.

Secara garis besar, kegiatan sektor Industri di Kepulauan Riau dilakukan di

Kawasan Industri (60%) dan Luar Kawasan Industri (40%). Adapun Kawasan Industri

didominasi oleh PMA dengan skala menengah-besar yang banyak menyerap tenaga kerja

dan berorientasi ekspor. Sementara di luar Kawasan Industri sebagian besar adalah

UMKM dengan penyerapan tenaga kerja relatif sedikit dan lebih berorientasi lokal.

Dari sisi pembiayaan perbankan, industri skala besar cenderung memperoleh

fasilitas kredit dari luar negeri atau negara asal perusahaan. Sedangkan kebutuhan

pembiayaan industri UMKM biasanya dipenuhi oleh perbankan daerah. Meski

pertumbuhan industri besar cenderung melambat pada tw.I-2008, namun industri

UMKM diperkirakan mengalami pertumbuhan positif dibanding triwulan yang sama

tahun sebelumnya. Asesmen tersebut didasarkan pada indikator kredit industri

perbankan Kepulauan Riau yang memperlihatkan tren meningkat.

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

16,000,000

18,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2006 2007 2008

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000Produk Tekstil

Produk KulitProduk Alas Kaki

Grafik 1.25 – Ekspor Tekstil, Kulit & Alas Kaki Grafik 1.26 – Impor Tekstil, Kulit & Alas Kaki

Sumber : BI - DSM Sumber : BI - DSM

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2006 2007 2008

Produk Kulit

Produk Tekstil

Produk Alas Kaki

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

14

Melambatnya kinerja sektor Industri diduga selain akibat penurunan permintaan

Singapura, juga dipengaruhi oleh kondisi politik regional isu Free Trade Zone (FTZ) yang

masih belum dapat terlaksana akibat permasalahan struktural yang belum disetujui oleh

pemerintah pusat.

b. Sektor Bangunan

Sektor Bangunan mencatat pertumbuhan tertinggi dalam satu tahun terakhir,

dimana pada tw.I-2008 tumbuh 45,93% (yoy) meski relatif melambat dibanding tw.IV-

2007 yang tumbuh 46,12% (yoy). Akselerasi sektor bangunan dalam satu tahun terakhir

selain dihasilkan dari booming industri properti terutama perumahan skala kecil-

menengah dan rumah toko (ruko), juga terkait pertumbuhan proyek konstruksi swasta

dan pemerintah. Melambatnya pertumbuhan pada tw.I-2008 diduga disebabkan karena

terkendalanya distribusi semen merek Semen Padang akibat kerusakan kapal pengangku,

serta terhambatnya penyelesaian beberapa proyek pemerintah.

Tertahannya pertumbuhan sektor bangunan dikonfirmasi oleh penurunan volume

penjualan semen di Kepulauan Riau pada bulan Januari dan Februari, namun kembali

meningkat pada bulan Maret 2008 dan mencatat angka penjualan tertinggi dengan total

penjualan sebanyak 69,865 ton atau meningkat 35,32% (yoy) dibanding periode yang

sama tahun sebelumnya.

Indikator lainnya yang menggambarkan melambatnya aktivitas sektor bangunan

adalah penurunan impor produk logam dasar seperti besi dan baja, produk kayu, serta

perabotan seperti yang terlihat pada grafik 1.28 berikut ini. Komponen bangunan,

Grafik 1.27 – Penyaluran Kredit Sektor Industri

Sumber : BI Batam

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80Kredit Industri (juta)

Pertumbuhan (%)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

15

terutama besi dan baja merupakan produk yang paling banyak diimpor dari luar negeri

khususnya Singapura.

Dari sisi pembiayaan, perbankan di wilayah Kepulauan Riau masih cenderung

kurang berminat untuk membiayai sektor properti, terutama sejak bisnis properti

mengalami slowdown sejak tahun 2005. Kondisi ini terlihat dari pembiayaan kredit

konstruksi yang memasuki fase terendah sejak tahun 2006, meski mulai menunjukkan

tren meningkat pada tahun 2008. Untuk merespon booming-nya kembali sektor properti

pada tahun 2007, perbankan menyalurkan kreditnya kepada end-user dalam bentuk

kredit investasi dan konsumsi (KPR) seperti yang dikonfirmasi oleh indikator kredit

konstruksi dan kredit investasi berikut ini.

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180Kredit Investasi (juta)

Pertumbuhan (%)

Sumber : BI Batam

Grafik 1.30 – Perkembangan Kredit Konstruksi

Sumber : BI Batam

Grafik 1.31 – Perkembangan Kredit Investasi

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

-50

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450Kredit Konstruksi (juta)

Pertumbuhan (%)

Grafik 1.28 – Perkembangan Penjualan Semen

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : BI - DSM

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

2005 2006 2007 2008

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%Vol Penjualan Semen (ton)

Pertumbuhan (%)

0

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

250,000,000

300,000,000

2006 2007 2008

0

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

30,000,000Produk Besi & BajaProduk Kayu Produk Perabot/Furniture

Grafik 1.29 – Perkembangan Impor Produk Besi, Baja, Kayu & Furniture

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

16

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

0

10

20

30

40

50

60Kredit Konsumsi (juta)

Pertumbuhan (%)

c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terus berakselerasi sejak ditetapkannya

Batam sebagai kota MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) pada tahun

2007, dimana pada triwulan laporan tumbuh 23,54% (yoy). Sub-sektor Perdagangan

besar dan eceran memberi kontribusi dominan dengan tingkat pertumbuhan tw.I-2008

sebesar 22,78%. Meski demikian perumbuhan tertinggi terjadi pada sub-sektor Restoran

yakni sebesar 28,6% diikuti sub-sektor Hotel yang meningkat 27,37% dibanding

triwulan yang sama tahun sebelumnya (yoy).

Sumber : BI Batam

Grafik 1.32 – Perkembangan Kredit Konsumsi

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008*

Perdagangan Besar & EceranHotel Restoran

Grafik 1.33 – Pertumbuhan (y-o-y) Sub-sektor Perdagangan, Hotel & Restoran

Sumber : BPS Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.34 – Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Kepulauan Riau

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Tingkat Hunian 50.3 51.18 53.6 48.7 46.8 48.5 46.5 48.7 48.2 49.51 48.7 56.4 40.7 84.3

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb

2007 2008

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

17

Tingginya aktivitas di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikonfirmasi oleh

indikator jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke

Kepulauan Riau melalui bandara Hang Nadim, serta rata-rata tingkat hunian hotel

berbintang (occupancy rate) di Kepulauan Riau.

Jumlah wisatawan domestik dan mancanegara tahun 2007 mengalami lonjakan

mencapai 32,6% dibanding tahun 2006. Sedangkan jumlah wisatawan mancanegara s/d.

Februari 2008 tercatat sebanyak 164.862 orang, atau meningkat 5,23% dibanding

periode yang sama tahun 2007. Bandara Hang Nadim Batam merupakan pintu masuk

wisatawan terbesar ketiga setelah Ngurah Rai dan Soekarno-Hatta dengan pangsa

sebesar 18,6% dari total wisatawan mancanegara pada bulan Februari 2008.

Rata-rata tingkat hunian hotel di Kepulauan Riau khususnya Batam meningkat

signifikan pada bulan Februari 2008 saat perayan Imlek, dimana banyak wisatawan

Singapura dan Malaysia yang berlibur ke Batam. Dari informasi yang diperoleh, tingkat

hunian hampir seluruh hotel berbintang di Batam pada saat Imlek mencapai 100%.

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%Jumlah Pengunjung (juta orang)

Pertumbuhan (%)

Sumber : BPS

Grafik 1.35 – Jumlah Wisatawan melalui Bandara Hang Nadim Batam

Tabel 1.7 – Jumlah Wisman berdasarkan Pintu Masuk Periode Jan-Feb (orang)

Sumber : BPS

Keterangan Jan-Feb.2007 Jan-Feb.2008

Soekarno-Hatta 166,913 192,643Ngurah Rai 238,777 307,000Polonia 16,977 16,903Hang Nadim 156,662 164,862Manado 2,146 2,255Juanda 19,061 19,446Entikong 2,416 2,656Adi Sumarno 1,994 2,977Minangkabau 3,650 4,088Lainnya 163,291 171,561

Total 771,887 884,391

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

0

20

40

60

80

100

120Kredit Perdagangan, Hotel & Restoran (juta)

Pertumbuhan (%)

Sumber : BI Batam

Grafik 1.36 – Perkembangan Penyaluran Kredit Perdagangan, Hotel & Restoran

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

Jan Feb Mar

2005 2006 2007 2008

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

Perdagangan eceran (RHS)Distribusi (LHS)Restoran dan hotel (RHS)

Sumber : BI Batam

Grafik 1.37 –Penyaluran Kredit Perdagangan Eceran, Distribusi, Restotan & Hotel

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

18

Pertumbuhan pembiayaan perbankan pada sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran juga menunjukkan tren meningkat sejak tahun 2006, setelah sempat

mengalami fase perlambatan mulai tahun 2003. Pertumbuhan kredit sektor ini sempat

mencapai titik terendah pada awal tahun 2006 diduga merupakan dampak dicabutnya

kembali hak khusus Batam sebagai kawasan perdagangan bebas pada tahun 2004.

Aktivitas perdagangan dan pariwisata Provinsi Kepulauan Riau khususnya Batam mulai

kembali bangkit pada semester II-2006.

Pembiayaan terbesar disalurkan kepada sub-sektor perdagangan eceran (52,5%)

dan distribusi (22,(%), sedangkan pangsa kredit untuk sub-sektor hotel dan restoran

sebesar 16,3%. Total pembiayaan perbankan Kepulauan Riau kepada sektor ini pada

bulan Maret 2007 sebesar Rp 2,1 triliun, atau meningkat 28.89% (yoy) dibanding bulan

Maret 2007.

d. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan secara konsisten mengalami

percepatan hingga pada tw.I-2008 tercatat tumbuh 11,69% (yoy). Sektor Perbankan

memiliki pangsa kredit dominan sebesar 67,3%, diikuti sub-sektor Sewa Bangunan

dengan share 28,26%. Pertumbuhan sub-sektor Sewa Bangunan melambat menjadi

8,43% (yoy) pada tw.I-2008, sedangkan laju pertumbuhan sub-sektor lainnya mengalami

percepatan baik dibanding tw.IV-2007 maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya,

sebagaimana tergambar pada indikator-indikator utama perbankan.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008

BankLembaga Keuangan Non-BankSewa BangunanJasa Perusahaan

Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.38 – Pertumbuhan per Sub-Sektor (yoy)

Grafik 1.39 –Konsumsi Listrik Usaha/Bisnis

Sumber : PT.PLN Batam Batam

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

Konsumsi listrik Usaha/Bisnis MWh

Pertumbuhan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

19

Sub-sektor Bank meningkat (yoy) 12,95% pada tw.I-2008, sedikit lebih tinggi

dibanding peningkatan pada tw.IV-2007 sebesar 12,52%. Tertahannya peningkatan

kinerja industri Perbankan disebabkan oleh menurunnya laju pertumbuhan DPK dan

Asset. Hal ini diduga terkait dengan sikap pengusaha yang cenderung wait and see

terhadap penundaan pemberlakuan kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas (free

trade zone ) di kota Batam, Bintan dan Karimun. Keadaan tersebut dikonfirmasi oleh

menurunnya laju pertumbuhan kredit kepada sektor Jasa Dunia Usaha, meski mulai

berakselerasi memasuki tahun 2008. Secara keseluruhan, peningkatan kinerja perbankan

sangat ditentukan oleh pertumbuhan kredit yang diimbangi dengan penurunan jumlah

kredit bermasalah (NPL).

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 9 12 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Asset

DPK

Kredit

Sumber : BI Batam

Grafik 1.42 – Pertumbuhan Aset, DPK & Kredit Perbankan

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

0

20

40

60

80

100

120Kredit Jasa Dunia Usaha (juta)

Pertumbuhan (%)

Sumber : BI Batam

Grafik 1.40 – Perkembangan LDR&NPL Perbankan

Sumber : BI Batam

Grafik 1.41 – Penyaluran Kredit Jasa Dunia Usaha

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 9 12 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

NPL (LHS)

LDR (RHS)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

20

e. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh (yoy) 18,56% melebihi

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15,32%, disebabkan meningkatnya mobilitas

barang dan penduduk saat perayaan Imlek. Selain kembali ke daerah asalnya, sebagian

penduduk juga merayakan liburan di Singapura atau Malaysia.

Tingginya aktivitas barang/jasa dan penduduk juga dibarengi dengan

meningkatnya kebutuhan terhadap komunikasi seperti yang dikonfirmasi pada indikator

lalu lintas kapal dan barang di pelabuhan laut Batu Ampar Batam, lalu lintas pesawat di

Bandara Hang Nadim Batam serta jumlah pelanggan telepon fixed-line.

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

9 6 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

pesawat

pertumbuhan

-500,000

500,000

1,500,000

2,500,000

3,500,000

4,500,000

95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07

( ton)

Muat

Bongkar

Sumber : Kantor BPP Laut Batu Ampar

Grafik 1.43 – Perkembangan Lalu Lintas Kapal Grafik 1.44 – Perkembangan Lalu Lintas Barang

Grafik 1.45 – Perkembangan Lalu Lintas Pesawat

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

Jumlah Kapal

pertumbuhan

Sumber : Kantor BPP Laut Batu Ampar

Sumber : Kantor BPP Laut Batu Ampar

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

96 97 98 9 9 00 01 02 03 0 4 0 5 06-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

Jumlah Langganan

Pertumbuhan

Sumber : Telkom Batam

Grafik 1.46 – Perkembangan Pelanggan Telepon

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

21

Sementara di sisi pembiayaan, kinerja penyaluran kredit kepada sektor

pengangkutan menunjukkan tren menurun disebabkan oleh turunnya outstanding kredit

sub-sektor pengangkutan umum akibat adanya pelunasan plafon salah satu kreditur di

Bank Syariah Mandiri. Sementara posisi kredit sub-sektor biro perjalanan, pergudangan

dan komunikasi terus meningkat akibat tingginya aktivitas barang dan jasa ke dan antar

wilayah Kepulauan Riau.

f. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor Pertambangan dan Penggalian tercatat sebagai satu-satunya sektor yang

mengalami pertumbuhan negatif (yoy), dimana pada tw.I-2008 tumbuh -1,74% sedikit

membaik dibanding tw.IV-2007 yang tumbuh -3,06%. Keadaan ini disebabkan oleh

menurunnya realisasi produksi minyak akibat masalah teknis penggantian peralatan miliki

Conoco Phillips di Lapangan Belanak, Natuna. Penggantian peralatan disebabkan

kesalahan estimasi kandungan mercuri di lapangan tersebut dimana pada awalnya

diperkirakan hanya 54 part per billion (ppb) ternyata mencapai 1.200 ppb. Kesalahan

tersebut mengakibatkan produksi minyak Lapangan Belanak turun hampir 50% atau

sekitar 10.000-15.000 barel per hari dari target produksi 30.000 barel per hari. Di

samping itu, penertiban beberapa areal tambang yang menimbulkan dampak kerusakan

lingkungan sejak tahun 2007 masih berpengaruh terhadap melambatnya kinerja sub-

sektor Penggalian.

Sub-sektor pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang berkontribusi 83,1%

terhadap total PDRB sektor Pertambangan dan Penggalian melambat 2,62%

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

-20

0

20

40

60

80

100

120

140Kredit Pengangkutan (juta)

Pertumbuhan (%)

Sumber : BI Batam

Grafik 1.47 – Penyaluran Kredit Pengangkutan & Komunikasi

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

22

dibandingkan tw.I-2007. Sedangkan sub-sektor Pertambangan tana Migas dan

Penggalian masing-masing mencatat pertumbuhan 3,97% dan 1,07%.

Adapun daerah yang memberikan kontribusi bagi hasil migas untuk

perekonomian Kepulauan Riau adalah Kabupaten Natuna. Di sebelah barat terdapat

tambang Gas Alam yang sangat besar yang dikelola oleh Conoco Philips dan Star

Energy, sedangkan di sebelah timur terdapat potensi minyak bumi yang akan

dieksplorasi oleh Pertamina.

Berdasarkan data Dinas Pertambangan Provinsi Kepulauan yang dirilis oleh BPS,

jenis bahan tambang/galian bauksit dihasilkan oleh kabupaten Bintan, Karimun dan kota

Tanjung Pinang. Sedangkan pertambangan timah terdapat di kabupaten Karimun dan

Lingga. Di samping itu, masih terdapat potensi pertambangan granit yang cukup besar

di kabupaten Bintan, seperti yang terlihat pada tabel 1.8 berikut ini.

Tabel 1.8 – Luas Areal & Jumlah Perusahaan Pertambangan Non Migas di Kepulauan Riau Tahun 2005-2006

Bauksit Timah Batu Besi Granit Pasir Darat Kabupaten/Kota

Luas (ha)

Jumlah Prshn

Luas (ha)

Jumlah Prshn

Luas (ha)

Jumlah Prshn

Luas (ha)

Jumlah Prshn

Luas (ha)

Jumlah Prshn

1. Karimun 16.000

2 37.847 1 - - 446 11 630 13

2. Bintan 22.322 12 - - - - 4.533 5 576 14

3. Natuna - - - - - - - - - -

4. Lingga - 1 39.135 3 43 1 50 1 - -

5. Batam - - - - - - - - - -

6. Tanjung Pinang 2.250 5 - - - - - - - -

Total 40.572

20 76.982 4 43 1 5.029 17 1.206 27

Sumber : Badan Pusat Statistik

Melambatnya kinerja sektor Pertambangan dan Penggalian dikonfirmasi oleh

turunnya outstanding kredit sektor Pertambangan, terutama pada sub-sektor

pertambangan Bijih Logam atau bauksit. Posisi kredit pertambangan Bijih Logam pada

bulan Maret 2008 turun Rp 10,2 milyar (27,8%) dibanding posisi bulan sebelumnya

menjadi Rp 26,4 milyar. Di samping itu, kredit pertambangan Migas tercatat menurun

Rp 9,1 milyar (20,7%) menjadi Rp 34,6 milyar pada posisi Maret 2008.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

23

g. Sektor Pertanian

Laju pertumbuhan sektor Pertanian secara konsisten terus meningkat sejak tw.I-

2007, dimana pada tw.I-2008 tumbuh (yoy) 9,84% lebih tinggi dibanding pertumbuhan

tw.IV-2007 sebesar 9,07%. Akselerasi dihasilkan dari terus meningkatnya pertumbuhan

sub-sektor Perikanan yang semakin berperan dalam pembentukan PDRB Provinsi

Kepulauan Riau. Sebaliknya, sub-sektor Tanaman Bahan Makanan, Tanaman

Perkebunan dan Peternakan mengalami perlambatan dibanding tw.I-2007.

Penurunan kinerja sub-sektor Tanaman Bahan Makanan dan Tanaman

Perkebunan diduga merupakan efek dari turunnya luas panen lahan sayur-sayuran dan

produksi buah-buahan serta tanaman palawija akibat berlanjutnya musim pengujan di

awal tahun 2008, seperti yang digambarkan oleh indikator luas panen dan produksi

tanaman buah-buahan, sayur-sayuran serta palawija di kota Batam.

Grafik 1.49 – Pertumbuhan per Sub-Sektor

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2007 2008

Tanaman panganTanaman PerkebunanPerikananPeternakan

Sumber : BPS

0

100

200

300

400

500

600

700

800

2002 2003 2004 2005 2006 2007

ha

0

500

1000

1500

2000

2500

3000t o n

Luas Panen Tanaman Buah-Buahan (ha)

Produksi Tanaman Buah-buahan (ton)

Grafik 1.50 – Luas Panen & Produksi Buah-Buahan

Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam

Grafik 1.48 – Penyaluran Kredit Sektor Pertambangan

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2006 2007 2008

(Rp juta)

Minyak dan gas bumi

Bijih logam

Pertambangan Lainnya

Sumber : BI Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

24

Sedangkan sub-sektor Perikanan pada tw.I-2008 mengalami pertumbuhan

12,62% (yoy), lebih tinggi dibanding tw.IV-2007 yang tumbuh 7,56% (yoy). Kemajuan

industri perikanan tidak terlepas dari usaha dan perhatian pemerintah daerah untuk

menjadikan sektor ini sebagai competitive advantage provinsi Kepulauan Riau sebagai

wilayah perairan. Akselerasi sektor perikanan mampu dikonfirmasi oleh indikator luas

panen dan produksi perikanan di kota Batam, dimana hasil produksi Januari-Agustus

2007 telah melampaui hasil produksi Januari-Desember 2006, dengan peningkatan

sebesar 2% menjadi 32 juta ton, dengan nilai produksi periode yang sama meningkat

12,2% menjadi Rp 83 milyar.

Sementara dari sisi pembiayaan tidak mampu menggambarkan kinerja sektor

Pertanian, dimana pertumbuhan kredit untuk Pertanian cenderung turun. Resistensi

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

0

20

40

60

80

100

120Kredit Pertanian (juta)

Pertumbuhan (%)

0

3000

6000

9000

12000

15000

18000

21000

24000

27000

30000

33000

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007*

ha

0100002000030000400005000060000700008000090000100000110000120000130000140000150000160000

ton

Produksi Perikanan (ton)

Nilai Produksi Perikanan (Rp juta)

Grafik 1.51 – Luas Panen & Produksi Perikanan Grafik 1.52 – Penyaluran Kredit Pertanian

Sumber : BI Batam Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam *) s/d. Agustus 2007

Grafik 1.52 – Luas Panen & Produksi Palawija

Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

2002 2003 2004 2005 2006 2007

ha

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000t o n

Luas Panen Tanaman Sayuran (ha)

Produksi Tanaman Sayuran (ton)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2002 2003 2004 2005 2006 2007

ha

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600ton

Luas Panen Tanaman Palawija (ha)

Produksi Tanaman Palawija (ton)

Grafik 1.51 – Luas Panen & Produksi Sayuran

Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

25

perbankan dalam melakukan pembiayaan ke sektor ini tampaknya masih berlanjut

disebabkan sangat bergantungnya industri tersebut pada faktor alam.

h. Sektor Jasa - Jasa

Sektor Jasa-jasa semakin berperan penting dalam pembangunan ekonomi

Kepulauan Riau, dimana pada tw.I-2008 mengalami pertumbuhan (yoy) sebesar 21,64%,

lebih berakselerasi dibanding tw.IV-2007 yang mencatat peningkatan sebesar 19,16%.

Pencanangan tahun pariwisata dengan menjadikan Batam sebagai koa MICE (Meeting,

Incentive, Convention and Exhibition) mampu meningkatkan pendapatan yang diperoleh

dari industri jasa, terutama terkait dengan sarana publik dan aktivitas hiburan.

Program pemerintah daerah kota Batam dalam menata kembali sumber-sumber

penerimaan publiknya antara lain dengan menaikkan pajak bandara dan pelabuhan laut

memberi kontribusi positif terhadap kinerja sub-sektor Jasa Pemerintahan Umum yang

pada tw.I-2008 mengalami pertumbuhan (yoy) 26,95% dibanding triwulan sebelumnya

sebesar 24,17%.

Sedangkan meningkatnya pendapatan yang dihasilkan industri jasa swasta

dihasilkan oleh sub-sektor Hiburan dan Rekreasi dari 22,25% pada tw.IV-2007 manjadi

27,54% pada triwulan laporan. Peningkatan aktivitas jasa swasta sejalan dengan

pertumbuhan pembiayaan perbankan terhadap sektor tersebut.

Sumber : BPS, diolah

Grafik 1.56 – Penyaluran Kredit Sektor Jasa Lainnya

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450Kredit Jasa Lainnya (juta)

Pertumbuhan (%)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

26

i. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sebagai provinsi yang baru berkembang, kebutuhan masyarakat terhadap sarana

publik relatif tinggi, sehingga memberikan pengaruh positif terhadap kinerja sektor

Listrik, Gas dan Air Bersih dimana pada tw.I-2008 tumbuh (yoy) 13,49%, di atas

petumbuhan tw.IV-2007 sebesar 9,06%. Kinerja sektor ini sangat ditentukan oleh

persetujuan pemerintah Pusat dan Daerah dalam hal penentuan tarif dasar yang

dibebankan kepada masyarakat.

Khusus di kota Batam, sistem pengelolaan sarana Listrik dan Air Bersih memiliki

perbedaan dengan beberapa daerah di Indonesia. Sejak awal tahun 2006, pengelolaan

kelistrikan oleh PT. PLN Batam dilakukan melalui kerja sama jual-beli tenaga listrik

dengan Independend Power Plant (IPP) yang dikelola swasta. Komposisi supply tenaga

listrik di kota Batam dilakukan oleh mesin pembangkit PT. PLN Batam sebesar 27%,

sedangkan sisanya dipenuhi oleh IPP. Adapun kebutuhan energi mesin pembangkit

sebagian besar menggunakan bahan bakar Gas (85%) dan sisanya (15%) menggunakan

bahan bakar Diesel. Kondisi ini dikonfirmasi oleh pertumbuhan sub-sektor Gas yang

selalu konvergen dengan sub-sektor Listrik, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.

Pertumbuhan sub-sektor Gas pada tw.I-2008 meningkat signifikan dari 8,58%

pada tw.IV-2007 menjadi 14,19%, melebihi pertumbuhan sub-sektor Listrik yang

meningkat dari 10,44% menjadi 13,53%. Tingginya pendapatan pada sektor Gas lebih

disebabkan oleh kenaikan harga jual Gas Industri yang telah disetujui pemerintah pada

akhir tahun 2007, dari US$3,38/MMBTU menjadi US$ 5,69/MMBTU. Di sisi lain, tarif

Sumber : BPS

Grafik 1.53 – Pertumbuhan Sub-Sektor Listrik, Gas & Air Bersih

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008

Listrik

Gas

Air Bersih

Sumber : PT. PLN Batam, diolah

Grafik 1.54 – Perkembangan Penjualan Listrik & Total Pelanggan PT. PLN Batam

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

180000

200000

? ? ? ? ? ? ? Jan Feb Mar

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000Total Pelanggan (RHS)

Total Penjualan MWh (LHS)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

27

dasar listrik PT.PLN Batam belum mengalami kenaikan pada periode yang sama. Adapun

PT.PLN Batam baru mengusulkan kenaikan tarif sebesar 12% pada bulan Maret 2008

yang masih dalam proses pembahasan di tingkat pemerintah daerah.

Sementara itu, kebutuhan masyarakat kota Batam terhadap air bersih dikelola

secara independen oleh PT. Adhya Tirta Batam. Sub-sektor Air Bersih mencatat

pertumbuhan 7,92% pada triwulan laporan, meningkat dibandingkan tw.IV-2007 yang

tumbuh sebesar 5,94%. Meningkatnya kinerja sub-sektor Air Bersih tidak terlepas dari

perkembangan industri properti yang cukup ekspansif sejak tahun 2007.

Dari sisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan kredit sektor Listrik, Gas dan

Air Bersih cukup mengkonfirmasi kenaikan pendapatan yang diperoleh oleh sektor

tersebut. Pembiayaan perbankan Kepulauan Riau pada posisi Maret 2008 sebesar

Rp 22,6 milyar atau meningkat 452,8% dibanding posisi kredit bulan Maret 2007, lebih

tinggi dibanding posisi Desember 2007 sebesar Rp 22,5 milyar atau tumbuh 364%

terhadap posisi Desember 2006 (yoy).

Sumber : BI Batam

Grafik 1.55 – Perkembangan Kredit Sektor Listrik, Gas & Air Bersih

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

2003 2004 2005 2006 2007 2008

(Rp ju ta )

-500

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

(%)Kredit Listrik, Gas & Air Bersih (juta)

Pertumbuhan (%)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

28

Bab 2 Perkembangan Inflasi Regional

2.1. KONDISI UMUM

Laju inflasi Provinsi Kepulauan Riau yang diukur Kota Batam pada triwulan I-2008 mengalami peningkatan. Laju inflasi sampai dengan Maret 2008 tercatat sebesar 2,89% (ytd), lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2007 yang mencapai 1,42% (ytd). Sedangkan inflasi tahunan tercatat sebesar 6,41% (yoy) lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,17% (yoy). Tekanan inflasi yang cukup tinggi di awal tahun terutama disebabkan oleh pasokan barang kebutuhan pokok masyarakat mengalami gangguan.

GRAFIK 2.1 – PERKEMBANGAN LAJU INFLASI TAHUNAN BATAM & NASIONAL

9,859,10

5,16

8,34 8,30

6,88

8,87

6,46 6,63

12,54

4,585,35 5,26

6,416,20

5,11

6,836,27 6,40

8,81

7,40

9,06

6,52 6,59

8,17

4,84

7,69

5,415,76

6,83

11,68

7,466,95

14,55

17,11

5,77

5,06

6,837,12

15,53

15,74

6,6

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

18,00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Persen

Kota Batam Nasional

2.2. INFLASI TRIWULANAN (qtq)

Secara triwulanan, laju inflasi Kota Batam juga mengalami peningkatan pada triwulan

I 2008 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan IV 2007 laju inflasi kota

Batam tercatat 1,56% (qtq) maka pada triwulan I 2008 laju inflasi Kota Batam tercatat

sebesar 2,89% (qtq). Peningkatan laju inflasi ini disebabkan karena kenaikan harga pangan

akibat kelangkaan pasokan dan distribusi yang terganggu akibat cuaca buruk.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

29

-15,00

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2003 2004 2005 2006 2007 2008

UMUM / TOTAL

BAHAN MAKANANMAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR

SANDANG

KESEHATANPENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN

Berdasarkan kontribusinya, kelompok bahan makanan masih merupakan

penyumbang utama dalam pembentukan angka inflasi sampai dengan triwulan awal 2008

yang tercatat sebesar 1,85%. Sementara itu kelompok lain memberikan sumbangan inflasi

secara total sebesar 0,96%, dimana kontributor utama adalah perumahan, air, listrik dan

bahan bakar (0,45%) dan kelompok sandang (0,18%). Peningkatan sumbangan inflasi

kelompok bahan makanan yang cukup signifikan pada triwulan laporan (0,97%) terutama

disebabkan karena masalah pasokan kebutuhan bahan makanan ke Kota Batam yang

terganggu di awal tahun 2008.

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Batam

Triwulan III-2007 Triwulan IV-2007 Triwulan I -2008 KELOMPOK Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan

I Bahan Makanan 5,07 1,43 3,16 0,88 6,74 1,85

II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,32 0,05 0,10 0,01 0,78 0,14

III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar

0,86 0,22 0,91 0,22 1,82 0,45

IV Sandang 1,73 0,08 6,67 0,29 3,98 0,18

V Kesehatan 0,42 0,01 0,64 0,02 4,39 0,13

VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga

9,85 0,35 0,23 0,01 0,75 0,03

VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,16 0,03 0,54 0,09 0,15 0,03

INFLASI 2,14 1,56 2,89

Sumber : BPS (diolah)

Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

30

2.3. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG

Dilihat dari komoditasnya, penyumbang utama inflasi pada triwulan I 2008 masih

didominasi dari kelompok makanan (food) antara lain minyak goreng, cabai merah, beras,

kacang panjang, tongkol, mujair, sotong dan tahu mentah. Sedangkan penyumbang inflasi

terbesar yang bukan berasal dari kelompok makanan (non food) antara lain emas perhiasan

dan gas elpiji. Sementara itu, komoditas yang mengalami penurunan harga dan memberikan

sumbangan deflasi yang sebagian besar berasal dari kelompok makanan (food) adalah

bawang merah, bawang putih, jeruk, bayam, tomat sayur, selar, kentang, udang basah dan

ikan kembung.

Tabel 2.2. 10 Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Kota Batam

No. Komoditas Sumbangan Inflasi Komoditas Sumbangan Deflasi

1. Minyak Goreng 0,4717 28,82 Bawang Merah -0,1972 -24,94

2. Cabai Merah 0,3772 36,75 Bawang Putih -0,1397 -34,78

3. Beras 0,3526 7,78 Jeruk -0,0798 -11,98

4. Kacang Panjang 0,1563 4,87 Bayam -0,0690 -10,92

5. Tongkol 0,1519 59,18 Tomat Sayur -0,0426 -11,54

6. Emas & Perhiasan 0,1502 8,16 Selar -0,0241 -2,99

7. Mujair 0,1393 15,37 Kentang -0,0121 -4,41

8. Sotong 0,1318 31,67 Udang Basah -0,0033 -0,41

9. Tahu Mentah 0,1154 49,64 Kerang -0,0024 -2,00

10. Gas Elpiji 0,1094 17,85 Ikan Kembung -0,0018 -0,72

2.3.1. Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada triwulan I 2008 mengalami inflasi sebesar 6,74%

(qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 1,85%. Sementara itu laju inflasi tahunan kelompok

bahan makanan tercatat sebesar 12,94% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya inflasi

tertinggi berasal dari inflasi sub kelompok kacang-kacangan sebesar 26,89% (qtq) dengan

sumbangan inflasi 0,16% diikuti inflasi sub kelompok lemak dan minyak sebesar 24,91%

(qtq) dengan sumbangan sebesar 0,52% dan sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan

hasil-hasilnya sebesar 8,73% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,46%, terhadap

pembentukan inflasi Kota Batam.

Berdasarkan komoditasnya, minyak goreng merupakan penyumbang terbesar

pembentukan inflasi Kota Batam pada triwulan laporan yang menyumbang sebesar 0,47%

disusul cabai merah dan beras masing-masing sebesar 0,37% dan 0,35%. Sedangkan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

31

ditinjau dari perkembangan harga secara triwulanan, komoditas tongkol mengalami kenaikan

sebesar 59,18% (qtq), tahu mentah mengalami kenaikan sebesar 49,64% (qtq) dan cabai

merah mengalami kenaikan sebesar 36,75%(qtq).

Di sisi lain, komoditas bawang merah dan bawang putih merupakan penyumbang

deflasi terbesar pada triwulan laporan dengan sumbangan masing-masing sebesar 0,20%

dan 0,14%. Sedangkan pada peringkat ketiga penyumbang deflasi adalah komoditas jeruk

dengan sumbangan sebesar 0,08%. Sedangkan ditinjau dari perkembangan harga secara

triwulanan, komoditas bawang putih dan bawang merah mengalami kenaikan deflasi

terbesar dengan kenaikan harga masing-masing sebesar 34,78% (qtq) dan 24,94% (qtq).

Komoditas yang mengalami deflasi terbesar berikutnya adalah jeruk yang mengalami deflasi

sebesar 11,98 (qtq).

Kenaikan harga untuk kelompok bahan makanan yang cukup tinggi pada triwulan I

2008 antara lain dipengaruhi oleh ketergantungan pasokan kebutuhan pokok dari luar

daerah ke Kota Batam yang cukup tinggi. Terjadinya bencana banjir di Jawa Tengah,

gelombang tinggi di perairan selat sunda, serta rusaknya infrastruktur jalan membuat arus

distribusi komoditas tersebut tidak lancar yang berakibat pada kenaikan harga barang-barang

kebutuhan pokok dari kelompok bahan makanan.

Grafik 2.3. Perkembangan Harga Komoditas Bahan Makanan Terpilih

-60,00

-40,00

-20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2003 2004 2005 2006 2007 2008

BERAS

MINYAK GORENG

CABAI MERAH

BAWANG MERAH

BAWANG PUTIH

Jika dilihat dari trend perkembangan harga komoditas penyumbang inflasi terbesar,

sampai dengan triwulan I 2008 harga beras terus melanjutkan trend peningkatan harga

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

32

sebagaimana yang telah terjadi pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, harga minyak

goreng yang triwulan sebelumnya sempat mengalami penurunan harga dan memberikan

sumbangan deflasi yang cukup besar, pada triwulan laporan minyak goreng justru menjadi

komoditas penyumbang inflasi terbesar dengan angka inflasi sebesar 28,82% dengan

sumbangan sebesar 0,47%.

Sementara itu, bawang merah yang pada triwulan akhir 2007 menjadi penyumbang

inflasi terbesar dengan kenaikan harga sebesar 76,41% (qtq) dan sumbangan inflasi sebesar

0,35%, pada triwulan awal 2008 justru menjadi penyumbang deflasi terbesar dengan angka

deflasi sebesar 24,94% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,19%. Penurunan harga bawang

merah pada triwulan laporan salah satunya dipengaruhi oleh supply bawang merah yang

cukup besar terkait dengan kenaikan harga yang terjadi pada triwulan sebelumnya.

2.3.2. Kelompok Makanan Jadi

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan I 2008

mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,78% (qtq) atau dengan laju inflasi tahunan sebesar

1,48% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi tercatat pada kelompok

minuman yang tidak beralkohol sebesar 3,63% (qtq) dengan sumbangan 0,10% diikuti

kelompok makanan jadi sebesar 0,42% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,04%.

Komoditas penyumbang inflasi terbesar pada kelompok ini adalah gula pasir dengan

sumbangan inflasi sebesar 0,07% diikuti roti tawar dengan sumbangan inflasi sebesar 0,03%

dan minuman ringan dengan sumbangan inflasi sebesar 0,02%. Adapun kenaikan harga

yang dialami oleh ketiga komoditas tersebut masing-masing sebesar 9,24% (qtq), 13,93%

(qtq), dan 8,25% (qtq).

2.3.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan

mengalami inflasi triwulanan sebesar 1,82% (qtq) dengan laju inflasi tahunan sebesar 4,61%

(yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok

penyelenggaraan rumah tangga sebesar 5,57% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,11%,

diikuti oleh sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air dengan inflasi sebesar 1,67%

(qtq) dan sumbangan sebesar 0,12%.

Komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah gas elpiji dengan sumbangan inflasi

sebesar 0,109%, diikuti oleh sabun detergen bubuk dengan sumbangan inflasi sebesar

0,059%, dan upah pembantu rumah tangga dengan sumbangan inflasi sebesar 0,043%

dengan inflasi masing-masing sebesar 17,85% (qtq), 13,32% (qtq) dan 7,41% (qtq).

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

33

2.3.4. Kelompok Sandang

Kelompok sandang pada triwulan I 2008 mengalami inflasi sebesar 3,98% (qtq)

dengan laju inflasi tahunan sebesar 13,28% (yoy). Inflasi pada kelompok sandang pada

triwulan laporan lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 6,67% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi tercatat pada sub

kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 12,81% (qtq) dengan sumbangan

sebesar 0,150%, diikuti oleh sub kelompok sandang wanita dengan inflasi sebesar 1,83%

(qtq) dan sumbangan sebesar 0,024%.

Sedangkan komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah emas dan perhiasan

sebesar 0,150% dengan inflasi sebesar 15,37% (qtq). Komoditas penyumbang inflasi

terbesar berikutnya adalah celana dalam wanita yang memberikan sumbangan inflasi sebesar

0,01% dengan laju inflasi sebesar 15,06% (qtq). Berdasarkan data BPS, peningkatan harga

celana dalam wanita ini adalah yang pertama kali terjadi sejak mengalami kenaikan terakhir

pada triwulan II tahun 2005 yang mengalami kenaikan harga sebesar 88,47% (qtq).

2.3.5. Kelompok Kesehatan

Laju inflasi pada kelompok kesehatan di Kota Batam pada triwulan I tahun 2008

sebesar 4,39% (qtq) dengan laju inflasi tahunan sebesar 6,46% (yoy). Inflasi kelompok

kesehatan pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 0,64% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi dialami

oleh sub kelompok jasa kesehatan 13,91% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,087%.

Sub kelompok penyumbang berikutnya adalah sub kelompok jasa perawatan jasmani dengan

laju inflasi sebesar 3% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,007% yang diikuti oleh sub

kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang mengalami kenaikan harga sebesar 1,98%

(qtq) dengan sumbangan sebesar 0,034%.

Sementara itu dari sisi komoditas, penyumbang inflasi terbesar adalah tarif rumah

sakit dengan sumbangan sebesar 0,087% dengan inflasi sebesar 29,73% (qtq). Komoditas

penyumbang inflasi berikutnya adalah pasta gigi dan sabun mandi dengan sumbangan inflasi

masing-masing sebesar 0,010% dan 0,008%. Inflasi yang dialami oleh kedua kelompok

tersebut masing-masing sebesar 3,86% (qtq) dan 3,03% (qtq).

2.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan laporan mengalami inflasi

sebesar 0,75% (qtq) dengan inflasi tahunan sebesar 11% (yoy). Berdasarkan sub

kelompoknya, inflasi hanya dialami oleh sub kelompok jasa pendidikan yaitu sebesar 1,27%

(qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,03%. Sedangkan dari komoditasnya, penyumbang

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

34

inflasi terbesar untuk kelompok ini adalah jasa pendidikan akademi/perguruan tinggi dan

sekolah dasar dengan sumbangan inflasi masing-masing sebesar 0,15% dan 0,11%. Jasa

pendidikan perguruan tinggi dan sekolah dasar mengalami kenaikan harga masing-masing

sebesar 6,60% (qtq) dan 1,28% (qtq).

2.3.7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Kenaikan harga yang terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa

keuangan di Kota Batam pada triwulan I 2008 adalah sebesar 0,15% (qtq) dengan laju inflasi

tahunan sebesar 0,87% (yoy). Inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan

pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 0,54% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, laju inflasi tertinggi dialami oleh sub

kelompok jasa keuangan dengan angka inflasi sebesar 2,12% (qtq) dengan sumbangan

inflasi sebesar 0,009%. Sedangkan berdasarkan komoditasnya, inflasi tertinggi

disumbangkan oleh mobil sebesar 0,015% (qtq) dengan laju inflasi sebesar 1,15% (qtq).

2.4. Disagregasi Inflasi

Hasil perhitungan disagregasi inflasi di Kota Batam selama triwulan I 2008

menunjukkan bahwa inflasi inti (core inflation) secara tahunan maupun secara triwulanan

mengalami kenaikan. Hal yang sama juga terjadi pada inflasi volatile food baik yang

meningkat baik secara tahunan maupun triwulanan terhadap triwulan sebelumnya.

Sementara itu inflasi administred prices tidak mengalami perubahan baik secara tahunan

maupun triwulanan terhadap triwulan IV 2007.

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

TW II

TW

III

TW IV

TW I

TW II

TW

III

TW IV

TW I

TW II

TW

III

TW IV

TW I

TW II

TW

III

TW IV

TW I

TW II

TW

III

TW IV

TW I

TW II

TW

III

TW IV

TW I

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

IHK Administered PriceVolatile Food Inflasi Inti (Core)

Grafik 2.2. Pergerakan Disasgregasi Inflasi

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

35

2.4.1. Inflasi Inti

Inflasi inti (core inflation) Kota Batam yaitu inflasi yang murni dipengaruhi oleh faktor

permintaan dan penawaran tercatat secara tahunan mengalami kenaikan bila dibandingkan

dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,72% (yoy) menjadi sebesar

5,65% (yoy) pada triwulan laporan. Sedangkan secara triwulanan laju inflasi inti Kota Batam

mengalami meningkat sebesar 0,36% menjadi sebesar menjadi sebesar 2,27% (qtq).

Sumbangan inflasi inti triwulanan pada triwulan I 2008 tercatat sebesar 1,06% meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,96%.

2.4.2. Inflasi Non Inti

Inflasi non inti Kota Batam pada triwulan laporan mengalami peningkatan menjadi

sebesar 3,59% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,19%

(qtq). Peningkatan laju inflasi non inti Kota Batam salah satunya dipengaruhi oleh

peningkatan harga untuk barang-barang volatile food karena inflasi administred price pada

triwulan I 2008 tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Tabel 2.3 Disagregasi Inflasi Kota Batam

Triwulan IV-2007 Triwulan I-2008 KATEGORI

Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan

Inflasi Inti (Core Inflation) 1,91 0,96 2,27 1,06

Inflasi Non Inti (Non Core Inflation) 1,19 0,58 3,59 1,74

- Administered Price 0,51 0,11 0,51 0,11

- Volatile Food 1,75 0,47 6,06 1,63

Food 1,99 0,90 4,49 1,98

Non Food 1,19 0,64 1,54 0,82

Traded 1,55 1,20 2,19 1,22

Non Traded 1,28 0,34 -17,26 1,59

INFLASI 1.56 2,89

2.4.2.1. Volatile Food

Inflasi volatile food Kota Batam sampai dengan triwulan I tahun 2008 mengalami

tercatat sebesar 6,06% (qtq). Peningkatan harga volatile food terutama disumbangkan oleh

kenaikan harga kebutuhan pokok dari kelompok bahan makanan seperti minyak goreng,

cabai merah dan beras. Minyak goreng mengalami kenaikan harga sebesar 28,82% (qtq)

dengan sumbangan inflasi sebesar 0,47%. Kenaikan harga minyak goreng pada triwulan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

36

awal tahun 2008 salah satunya dipengaruhi oleh kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) di

pasar internasional yang menyebabkan produsen lokal lebih memilih untuk mengekspor CPO

alih-alih memenuhi kebutuhan lokal. Komoditas lain yang ikut memberikan sumbangan

terbesar terhadap pembentukan inflasi volatile food adalah cabai merah. Kebutuhan cabai

merah masyarakat Kota Batam yang sebagian besar dipenuhi dari pulau Jawa ini mengalami

kenaikan harga sebesar 36,75% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,38%. Kenaikan

harga cabai merah di Kota Batam juga dipengaruhi oleh terjadinya gagal panen di beberapa

daerah di pulau Jawa dan masa panen yang tidak sama untuk beberapa wilayah.

2.4.2.2. Administred Price

Administered prices pada triwulan I 2008 baik secara tahunan maupun triwulanan

tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu tercatat sebesar 0,51%

(qtq) dengan sumbangan sebesar 0,11%. Namun terkait dengan meningkatnya harga minyak

dunia yang sempat menyentuh level US $ 102 per barel harus tetap menjadi perhatian.

Kemungkinan pemerintah melakukan pengurangan subsidi BBM dalam rangka menghemat

APBN masih tetap terbuka yang akan berakibat pada kenaikan inflasi administred price.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

37

Bab 3 Perkembangan Perbankan Regional

3.1. Kondisi Umum

Kondisi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2008 menunjukkan

peningkatan yang cukup stabil terhadap periode sebelumnya. Beberapa indikator-indikator

perbankan, seperti total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit oleh perbankan

terus mengalami pertumbuhan.

Jumlah jaringan kantor cabang bank umum di wilayah Provinsi Kepulauan Riau

tercatat sebanyak 45 kantor cabang di triwulan awal 2008 atau bertambah sebanyak 1 (satu)

kantor cabang bank umum. Sedangkan jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang

pada akhir tahun 2007 tercatat sebanyak 12 kantor BPR dan 1 kantor cabang BPR, sampai

dengan triwulan awal 2008 terdapat 15 kantor BPR dan 1 kantor cabang BPR.

Total asset, DPK dan total kredit yang diberikan oleh perbankan menunjukkan trend

peningkatan jika dibanding triwulan IV 2007. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan

masyarakat terhadap perbankan semakin meningkat.

Kinerja perbankan Provinsi Kepulauan Riau untuk tahun 2007 terhitung baik, dimana

asset, DPK, kredit dan rasio LDR menunjukkan peningkatan. Sedangkan angka Non

Performing Loans (NPLs) mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih besar daripada penghimpunan dana menunjukkan

sudah membaiknya fungsi intermediasi oleh perbankan.

3.2. Total Asset Bank Umum

Kondisi industri perbankan menunjukkan pertumbuhan, seperti tercermin pada

pertumbuhan total asset bank umum yang berada di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia

Batam yang didukung oleh pertumbuhan aktiva produktif, termasuk kredit. Sampai dengan

triwulan I 2008, total asset bank umum mencapai Rp.16,07 triliun atau mengalami

peningkatan sebesar 0,41% dibanding triwulan IV 2007 yang tercatat sebesar Rp. 16 triliun,

sedangkan secara tahunan terdapat peningkatan sebesar Rp.1,45 triliun (9,91%) terhadap

triwulan yang sama di tahun sebelumnya.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

38

TABEL 3.1 – PERKEMBANGAN INDIKATOR BANK UMUM ( juta rupiah)

Periode 2007 2008

Indikator Tw.I Tw. II Tw. III Tw.IV Tw.I 1. Jaringan BU 40 41 44 44 45 a. Batam 27 27 28 28 29

b. Tj. Pinang 11 11 13 13 13

c. Karimun 2 2 2 2 2

d. Natuna 1 1 1 1 1 2. Total Asset 14.617.078 15.106.938 15.851.731 16.000.135 16.065.809

a. Batam 10.181.336 10.478.486 11.155.797 11.404.510 11.821.641

b. Tj. Pinang 3.320.778 3.730.356 3.897.759 3.787.352 3.586.531

c. Dati II lain 1.114.964 898.096 798.175 492.979 657.637

3. Total DPK 12.462.137 12.795.065 13.497.036 13.586.189 13.442.509 a. Batam 8.159.309 8.323.007 8.951.957 9.210.896 9.389.470

b. Tj. Pinang 3.182.499 3.562.510 3.726.971 3.597.598 3.421.781

c. Dati II lain 443.931 909.548 818.108 101.417 631.258

4. Total Kredit 6.713.064 7.228.680 7.726.078 8.215.755 8.583.889 a. Batam 5.622.513 6.025.843 6.374.627 6.817.304 7.100.350

b. Tj. Pinang 898.102 985.475 1.111.212 1.139.982 1.193.191

c. Dati II lain 192.449 217.362 240.239 185.294 290.348

5. LDR (%) 53,87 56.50 57,24 60,47 63,86

a. Batam 68,91 72.40 71,21 74,01 75,62

b. Tj. Pinang 28,22 27.66 29,82 31,69 34,87

c. Karimun 33,11 36.62 35,16 38,24 41,57

d. Natuna 6,72 11.75 20,58 24,96 62,4

6. NPLs (%) 4,46 4.28 3,47 2,6 1,57 a. Batam 4,19 4.01 3,16 2,37 1,4

b. Tj. Pinang 5,95 5.87 5,18 3,72 2,93

c. Karimun 6,86 6.28 8,48 5,43 0,57

d. Natuna 0 0.07 0,06 0 0

Sumber : Bank Indonesia

Berdasarkan Dati II, kegiatan perekonomian dan perbankan masih terkonsentrasi di

Kota Batam, dimana jumlah total asset perbankan sebagian besar masih tetap terhimpun di

Kota Batam. Total asset perbankan yang ada di Kota Batam pada triwulan I 2008 sebesar

Rp.11,82 triliun atau 73,58% dari seluruh total asset perbankan di Kepulauan Riau.

Sedangkan total asset yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Tanjung Pinang sebesar

Rp.3,59 triliun atau 22,32% dari seluruh total asset perbankan di Kepulauan Riau. Sementara

itu total asset perbankan di wilayah Kepulauan Riau (Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun,

dan Natuna) sebesar Rp.657 miliar (4,09%).

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

39

TABEL 3.2 – PERKEMBANGAN TOTAL ASSET PERBANKAN ( miliar rupiah)

2007 2008 Lokasi

Tw.I Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.I Kota Batam 10.181 10.478 11.156 11.404 11.822 Wil.Tj.Pinang 3.321 3.730 3.898 3.787 3.587 Kep. Riau*) 1.115 898 798 493 657 Total 14.617 15.106 15.851 16.000 16.066

Sumber : Bank Indonesia *) wilayah Kepulauan Riau meliputi Tj.Uban,. Tanjung Balai Karimun dan Kab. Natuna

Total asset perbankan di Kota Batam mengalami peningkatan sebesar 3,66% secara

triwulanan (qtq) sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan sebesar 16,11%.

Sedangkan untuk total asset perbankan di wilayah Kota Tanjung Pinang mengalami

penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,30%, namun secara

tahunan meningkat sebesar 8%. Untuk perbankan di wilayah Kepulauan Riau yang meliputi

Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun dan Natuna, total asset perbankan di wilayah tersebut

mengalami peningkatan secara triwulanan sebesar 33,4% namun secara tahunan menurun

sebesar 41,02%.

3.3 Dana Pihak Ketiga Bank Umum

Sampai dengan triwulan awal 2008, jumlah dana masyarakat yang dihimpun oleh

bank umum mengalami penurunan. Pada triwulan awal 2008 jumlah dana masyarakat

mencapai Rp13,44 triliun atau menurun sebesar Rp143 milyar (7,87%) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp13,57 triliun.

Penurunan DPK bank umum tersebut disebabkan oleh penurunan simpanan dalam

bentuk giro yang turun 3,69% (Rp212 miliar). Sedangkan simpanan dalam bentuk deposito

mengalami pertumbuhan terbesar yang mencapai 2,04% (Rp57,83 miliar). Demikian pula

simpanan dalam bentuk tabungan naik sebesar 0,22% (Rp11,17 miliar) terhadap triwulan

sebelumnya.

TABEL 3.3 – PENGHIMPUNAN DANA BANK UMUM

(Juta Rupiah) 2007 2008

Keterangan Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 - Giro 5.057.691 5.602.987 6.061.732 5.765.020 5.552.335

- Tabungan 3.844.020 3.999.732 4.303.432 4.980.529 4.991.700

- Deposito 3.560.426 3.196.346 3.131.872 2.840.640 2.898.474

Total 12.462.137 12.795.065 13.497.036 13.586.189 13.442.509

Sumber : Bank Indonesia Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

40

Meskipun mengalami penurunan, secara nominal porsi simpanan giro merupakan

jenis simpanan terbesar (41,43%) diantara dua jenis simpanan lain. Posrsi simpanan jenis

tabungan tercatat sebesar Rp4,99 triliun

(37,13%) sedangkan simpanan dalam

bentuk deposito tercatat sebesar Rp2,89

triliun (21,56%). Dominasi sektor industri

dan sektor perdagangan pada

perekonomian Kota Batam turut

mempengaruhi jenis transaksi perbankan

di Provinsi Kepulauan Riau. Kebutuhan

masyarakat akan dana likuid serta

transaksi ekonomi yang membutuhkan

waktu singkat menyebabkan simpanan berbentuk giro memiliki porsi terbesar terhadap total

simpanan masyarakat di perbankan.

3.4 Kredit Bank Umum

Jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah kerja Kantor Bank

Indonesia Batam pada triwulan I 2008 meningkat sebesar Rp368 miliar atau tumbuh sebesar

4,48% dibandingkan posisi akhir tahun 2007. Peningkatan jumlah kredit dan penurunan DPK

mengakibatkan tingkat LDR (Loan to Deposit Ratio) bank umum di Provinsi Kepulauan Riau

meningkat menjadi 63,86% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

60,47%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan di wilayah kerja KBI Batam

sebagian besar digunakan untuk kredit konsumsi sebesar Rp3,33 triliun atau 38,88% dari

total kredit yang diberikan. Sedangkan kredit untuk modal kerja dan investasi masing-masing

sebesar Rp3,06 triliun (35,59%) dan Rp2,16 triliun (25,53%).

Dari segi pertumbuhan, peningkatan jumlah kredit terbesar pada triwulan I 2008 terdapat

pada kredit untuk jenis kredit konsumsi yang meningkat sebesar Rp205 miliar atau 6,56%

terhadap triwulan IV 2007. Sementara itu kredit konsumsi modal kerja meningkat sebesar

Rp127 miliar (4,32%). Sedangkan kredit investasi meningkat sebesar Rp36 miliar (1,68%).

Giro; 41,43%

Tabungan; 37,13%

Deposito; 21,56%

GRAFIK 3.1 – PERBANDINGAN TOTAL DPK BANK UMUM TRIWULAN IV 2007

Sumber : Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

41

TABEL 3.4 – PERKEMBANGAN PENYALURAN KREDIT BANK UMUM (juta rupiah)

2007 2008 KETERANGAN Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 - Modal kerja 2.303.606 2.486.151 2.656.218 2.928.587 3.055.083

- Investasi 1.764.400 1.894.140 2.072.646 2.155.566 2.191.784

- Konsumsi 2.645.058 2.848.389 2.997.214 3.131.602 3.337.022

Total 6.713.064 7.228.680 7.726.078 8.215.755 8.583.889

Sumber : Bank Indonesia

NPL bank umum di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2008 menunjukkan

indikator yang menggembirakan. NPL bank umum menurun dari 2,6% pada triwulan IV 2007

menjadi 1,57% di triwulan awal tahun 2008. Secara nominal NPL bank umum juga

mengalami penurunan sebesar Rp.3,11 miliar.

TABEL 3.5 – PERKEMBANGAN KOLEKTIBILITAS KREDIT

(juta rupiah)

2007 2008 KETERANGAN Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1

Total 6.713.064 7.228.680 7.726.078 8.215.755 8.583.889

- Lancar 5.658.159 6.179.304 6.616.103 7.242.850 7.574.135

- Dalam Perhatian Khusus 755.618 739.891 841.514 759.171 799.132

- Kurang Lancar 43.591 91.848 41.766 25.161 32.220

- Diragukan 38.974 46.772 34.427 25.540 28.311

- Macet 216.722 170.865 192.268 163.033 150.091

>> NPL (Nominal) 299.287 309.485 268.461 213.734 210.622

>> NPL (%) 4,46 4.28 3,47 2,60 1,57 Sumber : Bank Indonesia

3.5. Total Asset dan DPK Bank Perkreditan Rakyat

Total asset BPR yang berada di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam mengalami

peningkatan. Sampai dengan triwulan I 2008, total asset BPR mengalami peningkatan

sebesar Rp13,54 miliar (2,16%) menjadi sebesar Rp642,37 miliar dibanding triwulan IV 2007

yang tercatat sebesar Rp628,81 miliar.

TABEL 3.6 – PERKEMBANGAN TOTAL ASSET DAN DPK BPR (dalam jutaan rupiah)

2007 2008 KETERANGAN Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1

1. TOTAL ASSET 497.396 498.558 593.383 628.812 642.366 2. TOTAL DANA 381.654 410.714 461.030 476.104 498.168

a. Tabungan 29.252 30.792 35.791 38.577 40.902

b. Deposito 352.402 379.922 425.239 437.528 457.266

Sumber: Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

42

Total dana yang berhasil dihimpun oleh BPR pada triwulan laporan meningkat dengan

triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan akhir 2007 total dana yang dihimpun BPR tercatat

sebesar Rp476,11 miliar, maka pada triwulan awal 2008 meningkat menjadi Rp498, 17 miliar

atau naik sebesar Rp22,06 miliar (4,63%). Sebagian besar dana masyarakat yang dihimpun

oleh BPR disimpan dalam bentuk deposito yaitu sebesar Rp.457,27 miliar atau 91,78% dari

seluruh total DPK BPR. Sedangkan 8,22% disimpan dalam bentuk tabungan sebesar Rp40,90

miliar.

3.6. Kredit BPR

Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR kepada masyarakat pada triwulan I 2008

meningkat terhadap triwulan IV 2007. Jumlah kredit yang diberikan oleh BPR yang beroperasi

di wilayah kerja KBI Batam pada triwulan awal 2007 sebesar Rp394,75 miliar atau meningkat

Rp.24,16 miliar (6,52%) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp370,59 miliar.

Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR di wilayah kerja KBI Batam sebagian besar

digunakan untuk keperluan konsumsi. Kredit untuk konsumsi yang disalurkan BPR di wilayah

kerja KBI Batam pada triwulan I 2008 tercatat sebesar Rp273,57 miliar atau 69,30% dari

seluruh total kredit yang diberikan oleh BPR. Sementara kredit untuk investasi yang diberikan

BPR di Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp90,34 miliar atau 22,89% dari seluruh total kredit

yang diberikan oleh BPR. Sedangkan porsi kredit modal kerja adalah sebesar Rp.30,84 miliar

(7,81%).

Besarnya kredit BPR untuk keperluan konsumsi mencerminkan intermediasi yang

dilakukan BPR terhadap dunia usaha masih belum optimal. Sebagian besar BPR di Provinsi

Kepulauan Riau menyalurkan kredit untuk keperluan pembelian mobil dan beberapa untuk

pembelian rumah atau ruko.

TABEL 3.8 – PERKEMBANGAN KREDIT BPR MENURUT JENIS PENGGUNAANNYA

(dalam jutaan rupiah) 2006 2007

KETERANGAN Tw IV Tw.I Tw II Tw III Tw IV

Total Kredit 218.224 266.329 306.565 348.435 370.558 a. Modal Kerja 18.646 20.355 20.320 22.119 27.510 b. Investasi 54.481 66.135 72.505 82.152 84.193 c. Konsumsi 145.097 179.839 213.740 244.164 258.884

Sumber: Bank Indonesia

Meskipun secara share, kredit BPR di Provinsi Kepulauan Riau masih didominasi oleh

kredit konsumsi, namun meskipun kredit investasi memiliki porsi terkecil, kredit investasi

mengalami peningkatan terbesar di antara dua jenis kredit yang lain. Kredit modal kerja

meningkat sebesar 12,12% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu kredit

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

43

investasi meningkat sebesar 7,30%. Sedangkan kredit konsumsi tumbuh sebesar 5,67%.

Peningkatan kredit modal kerja dan kredit investasi BPR yang cukup tinggi ini memberikan

sinyal positif bagi dunia usaha, khususnya UMKM, mengingat pangsa pasar BPR adalah usaha

mikro, kecil dan menengah.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

44

Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah

Jumlah dalam APBD tahun 2008 setelah dilakukan pembahasan adalah

sebesar Rp.1,389 triliun yang terdiri dari komponen Pendapatan sebesar Rp.1,178

triliun, Belanja sebesar Rp.1,382 triliun, dan Pembiayaan sebesar Rp.204 milyar.

Jumlah APBD tahun 2008 tersebut mengalami penurunan sebesar 5,32% apabila

dibandingkan dengan jumlah APBD tahun 2007 yang sebesar Rp.1,467 triliun.

Penurunan jumlah APBD tahun 2008 dibandingkan APDB tahun 2007 secara umum

disebabkan oleh menurunnya penerimaan dari Dana Perimbangan dan menurunnya

perhitungan pembiayaan dari Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA) sebagai akibat dari

semakin baiknya pelaksanaan program kegiatan tahun 2007. Disamping itu terdapat

komponen penerimaan yang berasal dari Lain-lain Pendapatan Yang Sah yang tidak

dianggarkan pada tahun 2008 karena Provinsi Kepulauan Riau tidak mendapat alokasi Dana

Penyesuaian dari pemerintah pusat pada tahun 2008.

Tabel 4.1 – Perkembangan APBD Provinsi Kepulauan Riau

TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007 TA.2008 No STRUKTUR

APBD Jumlah (Rp.)

1 PENDAPATAN 371,721,840,000 911,152,768,000 1,019,498,530,494 1,178,500,000,000

2 BELANJA 483,577,930,500 1,136,081,909,773 1,459,367,000,000 1,382,500,000,000

3 PEMBIAYAAN 111,856,090,500 224,929,141,773 439,868,869,506 204,000,000,000

Perkembangan APBD 501,134,743,000 1,189,966,909,773 1,467,000,000,000 1,389,000,000,000 Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah – Provinsi Kepulauan Riau

Secara keseluruhan, realisasi Penerimaan pada periode tw.I-2008 tergolong cukup

optimal yakni sebesar Rp 187 milyar atau 15,88% dari target penerimaan tahun 2008.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) telah terealisasi sebesar Rp 84,2 milyar atau 16,19% dari

target PAD 2008. Sedangkan penerimaan Dana Perimbangan sudah direalisasi pemerintah

pusat sebesar Rp 102 milyar atau 15,64% dari target 2008. Alokasi Dana Perimbangan baru

diterima pemerintah Provinsi Kepulauan Riau pada bulan Maret 2008.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

45

Tabel 4.2 – Target dan Realisasi Penerimaan Periode Januari - Maret 2008

Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah – Provinsi Kepulauan Riau

Penerimaan pada pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagian besar berasal dari Pajak

Daerah, dimana sampai dengan bulan Maret 2008 telah terkumpul sebanyak Rp 82,5 milyar

atau 18,26% dari target yang dicanangkan di tahun 2008. Selanjutnya penerimaan yang

berasal dari Lain-lain Pendapatan Asli Daerah pada periode Januari-Maret 2008 telah realisasi

sebesar Rp 1,5 milyar (2,63%) dari target Rp 58,3 milyar. Hasil pungutan/retribusi

berdasarkan kebijakan Daerah terealisasi sebesar Rp 117,5 juta atau 1,44% dari target

Retribusi Daerah di tahun 2008.

Dana Perimbangan selama tw.I-2008 telah terealisasi sebanyak Rp 187,2 milyar atau

15,9% dari target alokasi sebanyak Rp 1,18 triliun. Dari total dana perimbangan tersebut,

sebagian besar berasal dari transfer Dana Alokasi Umum dari pemerintah pusat sebesar Rp

72,2 milyar atau 25% dari total DAU yang disetujui tahun 2008. Penerbitan Permendagri

59/2007 sebagai revisi Permendagri 13/2006 menghasilkan perubahan terkait dengan

transfer dana perimbangan tersebut, dimana jadwal transfer dana bagi hasil yang semula

menumpuk di semester II akan dialokasikan secara lebih merata. Selanjutnya Dana Bagi Hasil

JAN 2008 FEB 2008 MAR 2008JUMLAH (Rp) JUMLAH (Rp) JUMLAH (Rp)

1. PENDAPATAN ASLI DAERAH

Pajak Daerah 452,130,165,000.00 27,586,550,195.00 26,753,772,181.00 28,239,830,754.00 Retribusi Daerah 8,140,000,000.00 27,019,500.00 56,280,000.00 34,220,000.00 - Retribusi Jasa Umum 640,000,000.00 9,629,500.00 2,130,000.00 -

- Retribusi Jasa Usaha 7,500,000,000.00 17,390,000.00 54,150,000.00 34,220,000.00 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 1,700,000,000.00 - - - Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 58,261,283,000.00 446,401,780.66 490,242,221.90 594,758,369.97

2. DANA PERIMBANGANBagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 156,882,237,000.00 2,728,848,961.00 1,439,553,672.00 26,580,493,425.00 - Bagi Hasil Pajak 86,114,000,000.00 2,728,848,961.00 1,439,553,672.00 13,876,645,897.00

- Bagi Hasil Bukan Pajak 7,249,000,000.00 - - - - Pajak Penghasilan Orang Pribadi 63,519,237,000.00 - - 12,703,847,528.00 Bagi Hasil Bukan Pajak 206,700,457,000.00 - - -

Dana Alokasi Umum 288,884,858,000.00 24,073,738,000.00 24,073,738,000.00 24,073,738,000.00 Dana Alokasi Khusus 5,801,000,000.00 - - -

REALISASI PENERIMAAN TARGET PENERIMAAN TAHUN 2008

JENIS PENERIMAAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

46

Pajak telah terealisasi sebanyak Rp 30,7 milyar atau 19,6% dari target yang ditetapkan.

Sedangkan penerimaan dari dana Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam belum terealisasi

sama sekali dari target Rp 206 milyar. Berdasarkan hasil perhitungan lifting dan asumsi harga

minyak bumi yang dilakukan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan

Departemen Keuangan menetapkan secara rata-rata untuk seluruh daerah Indonesia akan

terjadi penurunan DBH Migas pada tahun 2008 sebesar 14,4% dari estimasi DBH Migas

tahun 2007.

Tabel 4.3 – Target dan Realisasi Pengeluaran Periode Januari - Maret 2008

Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah – Provinsi Kepulauan Riau

Penyerapan anggaran belanja pemerintah provinsi Kepulauan Riau pada tw.I-2008

tergolong rendah, dimana selama Januari-Maret 2008 baru terealisasi Rp 82,2 milyar atau

5,95% dari target pengeluaran tahun 2008 sebesar Rp 1,38 triliun. Kondisi ini disebabkan

pengesahan APBD baru terjadi pada bulan Februari 2008, sehingga penggunaan anggaran

baru efektif dilakukan pada bulan April 2008.

Anggaran Belanja Langsung merupakan pos pengeluaran yang paling rendah tingkat

realisasinya, baru terserap Rp 30,7 milyar (3,20%) dari target Rp 960 milyar yang ditetapkan.

Adapun realisasi belanja barang/jasa dan belanja modal baru terealisasi 2,9% di tw.I-2008,

disebabkan tertundanya beberapa proyek pemerintah. Sedangkan sisanya adalah belanja

pegawai.

JAN 2008 FEB 2008 MAR 2008

JUMLAH (Rp) JUMLAH (Rp) JUMLAH (Rp)1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 421,891,865,046.00 5,976,480,676.00 8,997,538,060.00 36,552,456,882.00

- Belanja Pegawai 166,009,868,321.00 5,976,480,676.00 8,997,538,060.00 30,653,356,882.00

- Belanja Subsidi 4,376,150,000.00 - - -

- Belanja Hibah 19,515,100,000.00 - - 4,194,300,000.00

- Belanja Bantuan Sosial 43,423,000,000.00 - - 1,704,800,000.00

- Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pem. Desa 182,567,746,725.00 - - -

- Belanja bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pem. Desa 4,000,000,000.00 - - -

- Belanja Tidak Terduga 2,000,000,000.00 - - -

2. BELANJA LANGSUNG 960,608,134,954.00 1,165,129,741.00 6,312,446,532.00 23,214,729,455.00

- Belanja Pegawai 100,799,256,186.00 9,000,000.00 1,242,405,000.00 4,474,268,500.00 - Belanja Barang dan Jasa 414,187,312,005.95 1,156,129,741.00 5,070,041,532.00 13,812,813,635.00

- Belanja Modal 445,621,566,762.05 - - 4,927,647,320.00

REALISASI PENGELUARAN TARGET PENGELUARAN

TAHUN 2008 JENIS PENGELUARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

47

Sedangkan Belanja Tidak Langsung telah terealisasi Rp 51,5 milyar (12,21%) dari Rp

421,9 milyar yang ditargetkan untuk tahun 2008. Sebagian besar terealisasi untuk belanja

pegawai sekitar 27,5% dari target pengeluaran untuk belanja pegawai tahun 2008. Di

samping itu, belanja hibah telah terserap sebesar Rp 4,2 milyar atau 21,49% dari target

tahun 2008. Sedangkan sisanya terrealisasi untuk belanja Bantuan Sosial, dimana selama

periode tw.I-2008 telah disalurkan sebanyak Rp 1,7 milyar atau 3,93% dari target bantuan

sosial yang harus disalurkan di tahun 2008 sebesar Rp 43,4 milyar.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

48

Bab 5 Perkembangan Sistem Pembayaran

5.1. PENGEDARAN UANG KARTAL

Perkembangan aliran uang yang masuk (inflow) dan keluar (outflow) di wilayah kerja

Bank Indonesia Batam secara nominal menunjukkan outflow yang lebih besar daripada

inflow. Sampai dengan triwulan I 2008 terjadi outflow sebesar Rp403 miliar sedangkan

inflow sebesar Rp59 miliar sehingga terjadi net outflow Rp344 miliar. Uang yang masuk ke

Bank Indonesia Batam mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tercatat Rp70 miliar. Jumlah yang cukup tinggi pada triwulan akhir 2007 terkait dengan

penukaran yang terjadi disebabkan kebutuhan uang dalam pecahan kecil dalam rangka

menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Tabel 5.1 Perkembangan Uang Kartal

(dalam milyar rupiah) 2007 2008

KETERANGAN Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Inflow 121 21 14 70 59

Outflow 366 188 308 402 403

Net (245) (167) (294) (332) (344)

Sumber : Bank Indonesia

5.1.1. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Peracikan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) merupakan salah satu upaya yang dilakukan

oleh Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan uang bersih (clean money policy) yaitu

Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang layak kepada

masyarakat. Di samping itu, Bank Indonesia juga memberikan pelayanan kepada perbankan

dan masyarakat untuk kegiatan setoran, penarikan dan penukaran untuk pecahan besar ke

pecahan kecil serta untuk uang rupiah lusuh. Selama triwulan awal 2008, jumlah UTLE yang

diracik di KBI Batam Rp59 miliar atau mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp109 miliar.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

49

0102030405060708090

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

2006 2007 2008

Peracikan UTLE

5.2. LALU LINTAS PEMBAYARAN GIRAL

5.2.1. Kliring Lokal

Untuk wilayah kerja KBI Batam, terdapat 3 (tiga) wilayah kliring lokal, yaitu: di KBI

Batam untuk wilayah Kota Batam, PT. Bank Mandiri untuk wilayah Tanjung Pinang, dan PT.

BNI untuk wilayah Tanjung Balai Karimun. Nilai transaksi melalui sistem kliring lokal di wilayah

Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2008 mencapai Rp2,46 triliun dengan jumlah warkat

sebanyak 104.027 lembar. Nilai total kliring tersebut menurun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,65 triliun dengan jumlah warkat sebanyak 103.390

lembar. Sementara itu, penolakan Cek/BG kosong di wilayah kerja KBI Batam tercatat sebesar

Rp47,16 miliar dengan jumlah warkat sebanyak 1.875 lembar. Jika dilihat dari volumenya,

jumlah Cek/BG kosong yang ditolak mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, namun jika dilihat dari jumlah warkat terjadi peningkatan. Pada triwulan IV

2007 jumlah Cek/BG kosong yang ditolak tercatat sebesar Rp93,26 miliar dengan jumlah

warkat sebesar 1.665 lembar.

TABEL 3.17 – PERKEMBANGAN KLIRING LOKAL (miliar rupiah)

2007 2008 KETERANGAN Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Perputaran Kliring

Lembar 104.613 108.413 114.647 103.390 104.027

Nominal (Rp jt) 2.297 2.268 4.582 2.652 2.456

Penolakan Cek/BG Kosong

Lembar 1.449 1.395 1.474 1.665 1.873

Nominal (Rp jt) 33.885 20.547 29.269 93.261 47.160

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.1 Perkembangan UTLE

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

50

5.2.2. Transaksi BI-RTGS

Transaksi masyarakat melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

(RTGS) di Kantor Bank Indonesia Batam pada triwulan I 2008 mengalami penurunan baik

pada transaksi masuk maupun transaksi keluar. Transaksi yang masuk ke perbankan di

wilayah Provinsi Kepulauan Riau menurun sebesar Rp582 miliar (9,88%) menjadi sebesar

Rp5,31 triliun pada triwulan I 2008 dengan volume sebanyak 9.202 transaksi. Sedangkan

transaksi keluar perbankan di wilayah kerja KBI Batam mengalami penurunan sebesar Rp324

miliar (8,14%) menjadi sebesar Rp3,65 triliun pada triwulan I 2008.

TABEL 3.18 – PERKEMBANGAN BI-RTGS 2007 2008

KETERANGAN Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1

Transaksi Masuk

Nominal (miliar Rp) 3.724 4.090 5.200 5.889 5.307

Volume 6.865 6.668 8.113 8.757 9.202

Transaksi Keluar

Nominal (miliar Rp) 3.183 3.376 4.367 3.978 3.654

Volume 5.753 6.090 7.518 6.650 6.124

Sumber : Bank Indonesia

5.3. UANG PALSU

Jumlah uang rupiah palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Batam pada triwulan

awal 2008 berjumlah Rp240.000,00 dengan jumlah sebanyak 9 lembar. Apabila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terdapat peningkatan nominal sebesar

Rp30.000,00, namun dari jumlah lembar mengalami peningkatan sebesar 4 lembar.

Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp50.000,00

dilaporkan sebanyak 3 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp20.000,00 dilaporkan

sebanyak 5 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp10.000,00 dilaporkan sebanyak 1

lembar.

Terkait dengan uang palsu yang beredar di masyarakat, Bank Indonesia Batam terus

melakukan berbagai upaya untuk menekan peredarannya, antara lain dengan melakukan

sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada berbagai kalangan (perbankan, pelajar,

mahasiswa, masyarakat umum).

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

51

Bab 6 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

6.1. PENDUDUK

Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2007 meningkat dibandingkan

tahun sebelumnya. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau meningkat sebesar 55.055 jiwa

(0.04%) menjadi 1.392.918 jiwa dibandingkan tahun 2006 yang tercatat sebesar 1.337.863

jiwa.

Penyebaran penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2007 sebagian besar

masih terkonsentrasi di Kota Batam. Jumlah penduduk Kota Batam pada tahun 2007 tercatat

sebesar 695.739 jiwa atau 49,95% dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau. Selanjutnya

diikuti oleh jumlah penduduk Kabupaten Karimun yang tercatat sebesar 216.221 jiwa

(15,52%) dan jumlah penduduk Kota Tanjung Pinang yang tercatat sebesar 177.963 jiwa

(12,78%).

Peningkatan jumlah penduduk terbesar pada tahun 2007 juga terjadi di Kota Batam

yang mengalami peningkatan jumlah penduduk sebesar 39.738 jiwa (1,06%) dibandingkan

tahun 2006. Selanjutnya diikuti peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Karimun yang

meningkat sebesar 6.346 jiwa (1,03%) dan Kota Tanjung Pinang yang meningkat sebesar

5.347 (1.03%).

Tabel 6.1 Perkembangan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota

Kab./Kota 2006 2007 Pert. (%) Karimun 209.875 216.221 0,03 Bintan 121.303 122.677 0,01 Lingga 91.918 93.424 0,02 Karimun 86.150 86.894 0,01 Bintan 656.001 695.739 0,06 Lingga 172.616 177.963 0,03 Total 1.337.863 1.392.918 0,04

Sumber : BPS Prov. Kepri

6.2. KETENAGAKERJAAN

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau penduduk yang

bekerja di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2007 tercatat sebesar 535.797 jiwa. Penduduk

yang bekerja tersebut terbagi pada 3 (tiga) lapangan usaha agriculture yang terdiri atas sektor

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

52

pertanian, manufacturing yang terdiri atas sektor pertambangan, sektor industri, sektor listrik,

gas dan air, serta sektor bangunan, service yang terdiri atas sektor perdagangan, sektor

angkutan, sektor keuangan, sektor jasa perusahaan dan perorangan. Sebagian besar pekerja

Provinsi Kepulauan Riau bekerja di sektor service yang mencapai 48,77%, kemudian diikuti

oleh sektor manufacture yang menyerap pekerja sebesar 35,94% dan sektor agriculture yang

menyerap pekerja sebesar 15,29%.

Tabel 6.2. Perkembangan Pekerja Berdasarkan Lapangan Usaha

Keterangan Agust-06 Feb-07 Agust-07 Agriculture 100.868 93.525 81.914 Pertanian 100.868 93.525 81.914

Manufacture 165.031 223.779 192.550 Pertambangan 4.592 7.113 13.465

Industri 127.511 177.226 131.246

Listrik, Gas & Air 938 2.172 2.158

Bangunan 31.990 37.268 45.681

Service 249.661 265.881 261.333

Perdagangan 117.821 113.171 117.170

Angkutan dan Pergudangan 45.214 51.656 51.295

Keuangan dan Jasa Perusahaan

12.661 14.409 9.690

Jasa Kemasyarakatan 73.965 86.645 83.178

TOTAL 515.560 583.185 535.797

Sumber : BPS Prov. Kepri

Jika dilihat dari penyebaran pekerja di Provinsi Kepulauan Riau, sebagian besar

pekerja masih berada di Kota Batam yaitu sebesar 152.182 jiwa (28,4%). Selain itu, Kota

Batam juga mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan daerah lain di

Provinsi Kepulauan Riau. Sebagian besar pekerja di Kota Batam (61,76%) bekerja di sektor

manufacture padahal di daerah lain sebagian besar pekerja bekerja di sektor service.

Tabel 6.3. Pekerja Menurut Kabupaten/Kota dan Sektor

Sektor Keterangan

Agriculture Manufacture Service TOTAL

Kabupaten Karimun 18.134 18.754 46.469 83.357

Kabupaten Bintan 17.329 31.688 35.307 84.324

Kabupaten Natuna 19.589 10.404 20.077 50.070

Kabupaten Lingga 21.664 11.355 21.631 54.650

Kota Batam 2.119 93.990 56.073 152.182

Kota Tanjung Pinang 3.079 26.359 81.776 111.214

Total 81.914 192.550 261.333 535.797

Sumber : BPS Prov. Kepri

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

53

6.3 KESEJAHTERAAN DAERAH

Salah satu alat ukur untuk mengetahui pencapaian kesejahteraan penduduk adalah

kelangsungan hidup, pengetahuan dan daya beli yang terangkum dalam Indeks

Pengembangan Manusia (IPM). Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi

kelangsungan hidup dan sehat adalah angka harapan hidup, untuk mengukur dimensi

pengetahuan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan dimensi

kehidupan yang layak diukur dengan paritas daya beli.

Berdasarkan data dari BPS Provinsi Kepulauan Riau, tingkat IPM Provinsi Kepulauan

Riau pada tahun 2006 mencapai 72,8 dan menempati urutan ke-7 dari 33 Provinsi di

Indonesia. Sedangkan pada tingkat Kabupaten/Kota, Kota Batam menempati urutan IPM ke-

9 dari 440 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia dengan nilai 76,7 dan mengalami perbaikan

dibandingkan tahun 2005 yang tercatat sebesar 76,5.

TABEL 6.4 – IPM KAB/KOTA DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2006

Prov/Kab/Kota

Angka Harapan Hidup

(tahun)

Angka Melek Huruf

(persen)

Rata-rata

Lama sekolah (tahun)

Rata-rata Pengeluaran Riil Perkapita disesuaikan

(000Rp)

IPM Peringkat

Provinsi Kepri Karimun Bintan Natuna Lingga Batam Tj. Pinang

69,6 69,7 69,5 67,9 69,6 70,6 69,4

96,0 95,0 92,9 95,7 90,9 98,8 97,3

8,4 7,8 7,7 6,9 7,2 10,7 9,2

625,5 623,3 626,2 604,1 613,0 638,5 616,8

72,8 72,0 71,6 69,0 69,9 76,7 72,9

7 116 134 244 207 9

83

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau

Secara parsial, angka harapan hidup tertinggi terdapat di Kota Batam, sebesar 70,6

tahun. Sedangkan harapan hidup terendah terdapat di Kabupaten Natuna, yaitu sebesar 67,9

tahun. Sementara itu secara keseluruhan angka harapan hidup Provinsi Kepulauan Riau

adalah sebesar 69,6 tahun. Indikator melek huruf Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar

96%. Angka melek huruf tertinggi masih terdapat di Kota Batam yaitu sebesar 98,8%

sedangkan terendah terdapat di Kabupaten Lingga yaitu sebesar 90,9%.

Untuk indikator rata-rata lama sekolah, Kota Batam masih tercatat memiliki angka

rata-rata lama sekolah tertinggi yaitu 10,7 tahun. Sedangkan angka rata-rata lama sekolah

terendah terdapat di Kabupaten Natuna yaitu sebesar 6,9 tahun. Sementara angka rata-rata

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

54

lama sekolah Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 8,4 tahun. Indikator pengeluaran riil

per kapita Provinsi Kepulauan Riau tahun 2006 tercatat sebesar Rp625.500,00. Pengeluaran

riil per kapita tertinggi kembali terdapat di Kota Batam yang tercatat sebesar Rp638.500,00.

Sedangkan pengeluaran riil per kapita terendah terdapat di Kabupaten Natuna tercatat

sebesar Rp604.100,00.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

55

Bab 7 Prospek Ekonomi dan Inflasi

Perekonomian Kepulauan Riau pada tw.II-2008 diperkirakan masih mampu

berakselerasi meski dengan tekanan yang diyakini lebih berat dibanding periode

tw.I-2008. Dari sisi permintaan, konsumsi pemerintah dan ekspor masih menjadi sumber

pertumbuhan utama. Sementara itu, naiknya pengeluaran sektor industri dan perdagangan

mendorong pertumbuhan ekonomi di sisi penawaran. Asesmen terhadap inflasi IHK kota

Batam pada tw.II-2008 akan menunjukkan tren menurun dibandingkan tingkat inflasi tw.I-

2008. Tekanan pada harga barang-barang voletile food diperkirakan tidak setinggi tw.I-2008

karena distribusi barang yang mulai lancar sejalan dengan meredanya ombak laut. Namun

demikian, tekanan inflasi dari kelompok administered price karena adanya rencana kenaikan

tarif listrik penting diwaspadai agar tidak mendorong inflasi ke tingkat yang lebih tinggi.

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Sebagai wilayah industri dan pariwisata, perekonomian provinsi Kepulauan

Riau sangat bergantung pada investasi dan perdagangan. Sejalan dengan hal tersebut,

sektor industri pengolahan merupakan kekuatan ekonomi utama dari sisi penawaran. Namun

dalam lima tahun terakhir kontribusi sektor industri terus menurun, dikompensir oleh

peningkatan peran sektor perdagangan, bangunan, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa.

Perekonomian Kepulauan Riau pada tw.II-2008 diperkirakan tumbuh positif di kisaran

7,9% - 8,4% (y-o-y) atau 0,84% - 1,38% (q-t-q). Dari sisi penerimaan, asesmen

pertumbuhan berasal dari peningkatan investasi dan membaiknya kinerja perdagangan

(ekspor-impor). Realisasi investasi pada periode Januari-Februari 2008 mencapai US$

22.229.401 dengan jumlah proyek sebanyak 15 proyek, atau naik 56% dibandingkan

periode yang sama di tahun 2007. Selain itu, diresmikannya 5 perusahaan baru di Kawasan

Industri PT. Bintan Offshore pada bulan Februari 2008 dengan total investasi mencapai US$

19 juta diharapkan mampu mendorong kinerja investasi di tw.II-2008. Investasi barang modal

(PMTB) pada tw.II-2008 diproyeksi akan tumbuh 31%, melebihi tingkat pertumbuhan di

triwulan laporan yang tercatat sebesar 26,5% (yoy).

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

56

Ekspor pada tw.II-2008 diperkirakan mulai bergerak positif di tengah tren penurunan

impor memberi perbaikan pada kinerja perdagangan Kepulauan Riau. Berdasarkan data Bank

Indonesia, Kinerja ekspor dan impor provinsi Kepulauan Riau sampai dengan bulan Februari

2008 menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dibanding akhir tahun 2007.

Penurunan terutama terjadi pada produk logam dasar dan olahan, elektronik dan mesin

perlengkapan kantor. Melambatnya kinerja perdagangan sangat dipengaruhi oleh turunnya

permintaan dari Singapura, dimana peran negara tersebut sangat dominan terhadap ekspor-

impor Kepulauan Riau. Kondisi ini diduga merupakan efek tidak langsung dari melemahnya

perekonomian Amerika Serikat yang berimbas terhadap perekonomian global. Statement

terakhir dari pemerintah Singapura bahwa perekonomian negara tersebut mampu tumbuh

7,2% (yoy) pada tw.I-2008 yang ditopang oleh membaiknya industri manufaktur, konstruksi,

keuangan dan transportasi diyakini dapat memberi kontribusi positif terhadap kinerja

perdagangan Kepulauan Riau.

Sementara itu, konsumsi masih berperan strategis dalam menunjang pertumbuhan di

sisi penawaran. Pertumbuhan konsumsi diperkirakan berasal dari meningkatnya pengeluaran

pemerintah sehubungan dengan pencairan dana perimbangan pada awal bulan Maret 2008

lalu. Masih rendahnya daya serap anggaran sampai dengan tw.I-2008 yakni sekitar 5,95%

akan menjadi stimulus peningkatan porsi belanja pemerintah di triwulan-triwulan ke depan.

7,000,000

7,500,000

8,000,000

8,500,000

9,000,000

9,500,000

10,000,000

I II III IV I II III IV I II*

2006 2007 2008

0%

2%

4%

6%

8%

10%

PDRB

y-o-y

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

I II III IV I II III IV I II*

2006 2007 2008

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

PMTB

y-o-y

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.1 – Pertumbuhan PDRB Kepulauan Riau

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.2 – Pertumbuhan PMTB

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

57

Membaiknya kinerja ekspor di tw.II-2008 akan direspon dengan perkembangan

positif sektor Industri di sisi penawaran yang diperkirakan tumbuh 5,61%, lebih tinggi

dibanding pertumbuhan tw.I-2008 sebesar 4,03% (yoy). Perekonomian Singapura yang

diproyeksi kembali bangkit menuju semester I-2008 dipastikan menjadi stimulus bagi

pertumbuhan sektor industri di Kepulauan Riau.

Sektor Perdagangan, Bangunan dan Pengangkutan yang semakin berperan penting

dalam pembentukan PDRB Kepulauan Riau diproyeksi masih mengalami percepatan di tw.II-

2008. Aktivitas perdagangan dan angkutan barang/jasa menuju pertengahan tahun biasanya

akan lebih tinggi dibanding awal tahun. Pertumbuhan sektor-sektor tersebut juga didorong

oleh ekspektasi berlakunya kembali kawasan free Trade Zone (FTZ) di Batam, Bintan dan

Karimun, serta ditetapkannya Batam sebagai salah satu kota MICE (Meetings, Incentive,

Convention & Exhibition ) di Indonesia.

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

I II III IV I II III IV I II*

2006 2007 2008

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

Konsumsi

y-o-y

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

I II III IV I II III IV I II*

2006 2007 2008

-5%

0 %

5%

10%

15%

20%

25%

Impor

y-o-y

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.3 – Pertumbuhan Konsumsi

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.4 – Pertumbuhan Impor

5,000,000

5,250,000

5,500,000

5,750,000

6,000,000

6,250,000

I II III IV I II III IV I II*

2006 2007 2008

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%Industri

y-o-y

500,000

550,000

600,000

650,000

700,000

750,000

800,000

850,000

900,000

950,000

1,000,000

I II III IV I II III IV I II*

2006 2007 2008

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%Perdagangan

y-o-y

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.5 – Pertumbuhan Sektor Industri

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.6 – Pertumbuhan Sektor Perdagangan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

58

Proyek konstruksi pemerintah diduga akan tumbuh lebih tinggi karena realisasi

belanja barang/jasa dan belanja modal pemerintah secara keseluruhan baru terealisasi 2,9%

di tw.I-2008. Proyek konstruksi swasta tetap didominasi oleh perkembangan industri properti

dan galangan kapal (shipyard) yang diperkirakan masih tumbuh di tw.II-2008.

Khusus industri galangan kapal (shipyard), berdasarkan Jurnal World Shipbuilding

Statistics, Edisi Juni 2007, Indonesia ditempatkan sebagai salah satu negara pembangun

kapal terbesar di dunia. Walau masih dalam urutan ke 21 dari 22 negara, prestasi ini dapat

dijadikan momentum untuk terus memperkuat industri galangan kapal nasional. Di Indonesia

setidaknya terdapat sekitar 13 usaha galangan kapal yang sangat aktif seperti PT. PAL

Surabaya, Labroy Shipbuilding Batam, Pan-United Batam, Dumas-Surabaya, ASL Shipyard-

Batam, Batamec-Batam, Bristoil Offshore Indonesia-Batam, Jaya Asiatic -Batam, Kodja bahari-

Jakarta, Mariana Bahagia -Palembang, Noahtu Shipyard-Panjang, Dok Perkapalan Surabaya,

dan Tunas Karya Bahari. Secara kuantitas, Batam memberi kontribusi sekitar 21% terhadap

industri shipyard di Indonesia, dimana PT. PAL Surabaya menguasai 76% pangsa pasar serta

sisanya tersebar di daerah Jawa dan Kalimantan.

Hingga bulan Juni 2007, industri galangan kapal di Indonesia berhasil mendapatkan

order pembangunan kapal sekitar 586.000 GT (gross-tonnage ) atau sekitar 126 unit kapal

dimana empat unit kapal dengan kapasitas sekitar 36.000 GT telah diserahkan hingga akhir

Juni 2007. Dari 126 unit kapal yang diproduksi oleh galangan kapal Indonesia, 37 unit

diantaranya merupakan kapal jenis pengangkut barang sementara sisanya 89 unit kapal

merupakan kapal-kapal dalam kategori non-cargo vessels. Hingga tahun 2009, seluruh usaha

galangan kapal Indonesia masih akan menyerahkan sekitar 62 unit kapal dengan asumsi tidak

ada kontrak pemesanan baru dalam periode 2008-2009.

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

I II III IV I II III IV I II*

2006 2007 2008

0%

5%

10%

15%

20%Pengangkutan

y-o-y

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

I II III IV I II III IV I II*

2006 2007 2008

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

Bangunan

y-o-y

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.7 – Pertumbuhan Sektor Pengangkutan

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.8 – Pertumbuhan Sektor Bangunan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

59

Tabel 7.1 – Industri Galangan Kapal Dunia

Sumber : Lloyd Register-Fairplay, Juni 2007

Sektor yang mengalami perlambatan di tw.II-2008 diperkirakan terjadi pada sektor

Pertanian dan Pertambangan. Penurunan kinerja sektor pertanian disebabkan oleh

menurunnya kinerja sub-sektor Tanaman Bahan Makanan dan Peternakan karena tidak

adanya perayaan hari besar dalam periode triwulan II-2008. Sedangkan sektor Pertambangan

masih tetap tumbuh negatif dan diperkirakan akan lebih rendah dibanding tw.I-2008.

Menurunnya pertumbuhan sektor Pertambangan diperkirakan karena belum teratasinya

masalah teknis penggantian peralatan milik ConocoPhillips di Lapangan Belanak, Natuna

yang mengakibatkan berkurangnya produksi mencapai 50% per harinya.

500,000

520,000

540,000

560,000

580,000

600,000

I II III IV I II III IV I II*

2006 2007 2008

-5%

-4%

-3%

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

Pertambangan

y-o-y

300000

350000

400000

450000

500000

I II III IV I II III IV I II*

2006 2007 2008

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%Pertanian

y-o-y

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.9 – Pertumbuhan Sektor Pertambangan

Sumber : Proyeksi BI Batam

Grafik 7.10 – Pertumbuhan Sektor Pertanian

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

60

7.2. PROSPEK INFLASI Memperhatikan kecenderungan pergerakan indikator ekonomi wilayah Provinsi

Kepulauan Riau serta berdasarkan pemantauan pada hal-hal yang dapat memberikan

pengaruh bagi pergerakan dimaksud seperti dampak musiman, pengaruh alam dan

perkembangan terkini mengenai perekonomian dunia sampai dengan triwulan I 2008,

prospek inflasi pada periode triwulan II 2008 diperkirakan tetap mengalami kenaikan namun

dengan peningkatan harga yang tidak setinggi pada triwulan I 2008.

Prospek harga di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2008 diperkirakan akan

tetap mengalami peningkatan (inflasi) pada kisaran 6,41% - 7,85% (yoy) atau 0,83% -

1,77% (qtq) sehingga sampai dengan triwulan II 2008 inflasi tahunan diperkirakan akan

berada pada kisaran 3,72% - 4,66% (ytd).

Kelompok bahan makanan pada triwulan II 2008 diperkirakan masih tetap menjadi

penyumbang inflasi terbesar dengan angka inflasi sekitar 13,07% - 17,38% (yoy). Secara

triwulanan, kelompok bahan makanan pada triwulan II 2008 diperkirakan akan mengalami

inflasi pada kisaran 3,81% - 6,91% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada triwulan II 2008

inflasi kelompok bahan makanan diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata per

bulan sebesar 0,59% (mtm). Inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan diperkirakan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 2 3 4 5 67 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 34 5 6 7 8910 11 12 12 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6

2003 2004 2005 2006 2007 2008

-5,00%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%IHK IHK Est' Inflasi Yoy Inflasi Yoy' Inflasi MtM Inflasi MtM' Inflasi QtQ Inflasi QtQ'

Grafik 7.11 Estimasi IHK Umum

Sumber : Proyeksi BI Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

61

disebabkan karena distribusi bahan-bahan makanan yang berasal dari luar Provinsi Kepulauan

Riau belum sepenuhnya normal pada triwulan II 2008.

Berdasarkan assesmen terhadap data inflasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia

Batam, beberapa komoditas yang selalu menjadi penyumbang inflasi terbesar juga akan

mengalami pergerakan harga yang cukup beragam. Sebagaimana dijelaskan pada Bab II,

komoditas beras, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, dan cabai merah hampir

selalu menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan inflasi di Provinsi Kepulauan Riau

yang diwakili oleh Kota Batam.

Beras sebagai komoditas makanan pokok sebagian besar penduduk di Provinsi

Kepulauan Riau, pada triwulan II 2008 diperkirakan akan mengalami kenaikan harga secara

tahunan dengan kisaran 5,56% - 11,27% (yoy). Secara triwulanan inflasi komoditas beras

pada triwulan II 2008 diperkirakan akan berada pada kisaran 2,34% - 7,74% (qtq).

Sedangkan secara bulanan, komoditas beras diperkirakan akan mengalami penurunan harga

pada bulan awal triwulan II 2008 dengan kecenderungan meningkat pada bulan-bulan

berikutnya dengan rata-rata inflasi per bulan sebesar 0,18% (mtm).

-5,00%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

-10,00%

-5,00%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

-10,00%

-5,00%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

25,00%

30,00%

35,00%

40,00%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Transportasi

Grafik 7.12 Estimasi IHK Berdasarkan Kelompok Barang

Grafik 7.13 Estimasi Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan Kelompok Barang

Grafik 7.14 Estimasi Inflasi Bulanan (mtm) Berdasarkan Kelompok Barang

Grafik 7.15 Estimasi Inflasi Triwulanan (qtq) Berdasarkan Kelompok Barang

Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam

Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

62

Sementara itu, komoditas minyak goreng pada triwulan II diperkirakan akan terus

melanjutkan trend kenaikan harga sebagaimana yang terjadi pada triwulan I 2008. Terkait

dengan kenaikan harga minyak goreng yang cukup tinggi, pemerintah daerah telah

melakukan berbagai upaya dalam rangka mengatasi kenaikan harga minyak goreng tersebut

salah satunya melalui operasi pasar yang dilakukan secara intensif.

Komoditas bawang merah yang pada triwulan I 2008 mengalami penurunan harga

diperkirakan akan kembali melanjutkan trend penurunan harga meskipun pada bulan terakhir

triwulan II 2008 akan kembali mengalami kenaikan. Penurunan harga bawang merah ini

salah satunya dipengaruhi oleh distribusi komoditas ini dari Pulau Sumatera yang telah

kembali normal. Supply bawang putih yang kembali normal berpengaruh besar pada

pergerakan harga komoditas ini sehingga harga bawang putih yang pada triwulan I 2008

mengalami penurunan harga diperkirakan akan terus mengalami penurunan harga sampai

dengan akhir triwulan II 2008..

-60,00%

-40,00%

-20,00%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Beras

Minyak Goreng

Bawang Merah

Bawang Putih

Cabai Merah

-60,00%

-40,00%

-20,00%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

140,00%

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Beras

Minyak Goreng

Bawang Merah

Bawang Putih

Cabai Merah

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

350,00

1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6 7 8 91

01

11

2 1 2 3 4 5 6

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Beras

Minyak Goreng

Bawang Merah

Bawang Putih

Cabai Merah

-100,00%

-50,00%

0,00%

50,00%

100,00%

150,00%

200,00%

250,00%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Beras

Minyak Goreng

Bawang Merah

Bawang Putih

Cabai Merah

Grafik 7.16 Estimasi IHK Komoditas Barang Terpilih

Grafik 7.17 Estimasi Inflasi Tahunan (yoy) Komoditas Barang Terpilih

Grafik 7.17 Estimasi Inflasi Bulanan (mtm) Komoditas Barang Terpilih

Grafik 7.17 Estimasi Inflasi Triwulanan (qtq) Komoditas Barang Terpilih

Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam

Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan I - 2008

63

Cabai merah yang pada triwulan I 2008 merupakan penyumbang inflasi terbesar

kedua setelah minyak goreng, pada triwulan II 2008 diperkirakan akan kembali mengalami

peningkatan harga dengan kecenderungan menurun di akhir triwulan II 2008.