bab 1 perkembangan ekonomi makro - bi.go.id · pdf yang tumbuh negatif.sementara investasi...
TRANSCRIPT
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
1
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro
1.1. KONDISI UMUM
Perekonomian Kepulauan Riau pada tw.I-2008 diperkirakan tumbuh 8,05%, lebih
rendah dibanding pertumbuhan tw.IV-2007 sebesar 8,75% (y-o-y). Tinjauan secara triwulan
(q-t-q) memperlihatkan perlambatan yang lebih mild, dengan laju pertumbuhan turun dari
1,98% pada tw.IV-2007 menjadi 1,68% pada tw.I-2008. Sesuai dengan karakteristiknya
sebagai daerah industri, ekspor dan investasi masih menjadi penggerak utama perekonomian
provinsi ini. Aktivitas ekspor antar negara menunjukkan pertumbuhan signifikan dibanding
tw.IV-2007 yang tumbuh negatif. Sementara investasi semakin berperan penting dalam
mendorong perekonomian. Meningkatnya konsumsi rumah tangga dan swasta turut
menopang pertumbuhan pada triwulan laporan. Respon dari sisi penawaran ditandai dengan
pertumbuhan hampir seluruh ekonomi di Kepulauan Riau kecuali sektor Pertambangan.
Sektor bangunan mencatat pertumbuhan tertinggi disebabkan oleh perkembangan properti
yang cukup pesat terutama di kota Batam, namun belum berkontribusi positif bagi
pertumbuhan tw.I-2008. Akselerasi pertumbuhan dihasilkan oleh sektor Perdagangan,
Pertanian, Keuangan, Pengangkutan, Listrik dan Jasa-jasa terkait perayaan Imlek dan
perayaan hari besar lainnya.
Perlambatan ekonomi Kepulauan Riau sebagian besar disebabkan oleh menurunnya
kinerja sektor industri pengolahan dan pertambangan.
0
1
1
2
2
3
3
4 q-t-q (%)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10y-o-y (%)
qtq
yoy
qtq 2.6 0.87 0.74 0.2 2.37 2.18 2.4 1.62 1.24 1.98 1.68 0.42 1.96 1 3.19 1.96 1.68
yoy 8.07 7.36 5.99 4.47 4.24 5.59 7.34 8.85 7.64 7.44 6.68 5.43 6.57 5.55 7.11 8.75 8.05
Tw.I-
04
Tw.II-
04
Tw.III-
04
Tw.IV-
04
Tw.I-
05
Tw.II-
05
Tw.III-
05
Tw.IV-
05
Tw.I-
06
Tw.II-
06
Tw.III-
06
Tw.IV-
06
Tw.I-
07
Tw.II-
07
Tw.III-
07
Tw.IV-
07
Tw.I-
08*
Sumber : BPS *) angka sementara
Grafik 1.1 - Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
2
Meski pangsanya terus menurun, sektor industri pengolahan tetap memberi
kontribusi dominan (59,13%) terhadap pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kepulauan Riau. Turunnya pertumbuhan sektor ini pada tw.I-2008 disebabkan
penurunan kinerja industri alat angkutan, mesin dan peralatan. Keadaan ini juga tercermin
dari penurunan ekspor barang-barang mesin dan elektronik pada bulan Januari dan Februari
2008. Sementara itu sektor pertambangan tumbuh negatif disebabkan oleh menurunnya
realisasi produksi dari pertambangan gas bumi di Natuna yang salah satunya dipicu oleh
kenaikan biaya produksi akibat tingginya harga minyak dunia.
Tumbuhnya perekonomian tw.I-2008 juga didukung oleh penguatan sektor
keuangan, terutama pada lembaga keuangan non-bank. Meningkatnya kinerja lembaga
keuangan non-bank didorong oleh tumbuhnya konsumsi masyarakat terkait produk-produk
ritel rumah tangga yang menggunakan pembiayaan non-bank.
1.2. SISI PERMINTAAN
Pertumbuhan ekspor dan investasi barang modal atau Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) menjadi pengerak perekonomian Kepulauan Riau tw.I-2008 dari sisi
permintaan. Turunnya laju pertumbuhan (yoy) disebabkan oleh penurunan porsi pengeluaran
pemerintah akibat terlambatnya penyelesaian beberapa proyek.
Tabel 1.1 - Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (berdasarkan harga konstan 2000)
2008Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 8.98 8.73 9.21 4.55 4.42 10.33 16.03 19.59 23.04
a. Makanan 15.52 14.94 13.95 7.36 1.51 5.90 12.79 16.48 24.10
b. Non Makanan 4.87 4.86 6.20 2.74 6.43 13.35 18.24 21.67 22.34
2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 7.71 2.35 2.61 0.61 2.52 8.53 11.29 15.26 16.74
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 11.05 13.27 11.44 12.13 8.13 11.50 16.07 20.67 18.06
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto -0.13 12.05 30.07 25.11 67.98 28.42 9.94 17.96 26.50
5. Perubahan Stok 22.17 7.85 -94.24 252.51 57.17 -5.38 2,082.19 3.63 27.14
6. Ekspor 16.02 5.51 -59.75 58.87 13.55 -6.73 161.34 -0.79 6.89
a. Antar Negara 15.64 5.50 -60.23 60.46 13.38 -6.95 164.40 -1.00 6.76
b. Antar Pulau 96.85 7.50 -8.20 -26.45 34.39 22.80 21.52 22.86 20.58
7. Impor 7.58 7.34 -1.55 -3.08 20.05 18.24 15.57 13.06 12.95
a. Antar Negara 2.56 42.66 -11.47 -19.45 -14.84 -37.20 -35.57 -1.25 4.25
b. Antar Pulau 7.69 6.64 -1.28 -2.78 20.77 19.70 16.85 13.28 13.08
7.64 7.44 6.68 5.43 6.57 5.55 7.11 8.75 8.05 Produk Domestik Regional Bruto
Komponen2006 2007
Sumber : BPS, data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
3
a. Konsumsi
Konsumsi rumah tangga dan swasta mengalami akselerasi (yoy) dibanding
triwulan-triwulan sebelumnya, sementara konsumsi pemerintah mengalami tren
menurun. Pada triwulan laporan, konsumsi rumah tangga tumbuh 23,04% lebih tinggi
dibanding pertumbuhan tw.IV-2007 sebesar 19,59%. Pengeluaran untuk konsumsi
makanan meningkat 23,04% dari 16,48% pada triwulan sebelumnya, sementara
konsumsi non-makanan naik 22,34% dari 21,67% pada tw.IV-2007. Gejolak harga
kebutuhan pokok yang terjadi selama tiga bulan terakhir sangat mempengaruhi tingkat
pengeluaran rumah tangga. Sedangkan peningkatan konsumsi non-makanan tercermin
dari berbagai indikator konsumsi, antara lain penjualan kendaraan roda empat dan roda
dua baru, konsumsi listrik, penjualan semen, serta penyaluran kredit konsumsi oleh
perbankan di Kepulauan Riau dimana sebagian besar disalurkan dalam bentuk kredit
perumahan (58%) dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor (35%).
Grafik 1.2 –Konsumsi Listrik Rumah Tangga
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 20070%
4%
8%
12%
16%
20%Konsumsi listrik RT MWh
Pertumbuhan
Sumber : PT. PLN Batam
Grafik 1.3 –Konsumsi Listrik Usaha/Bisnis
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
Konsumsi listrik Usaha/Bisnis MWh
Pertumbuhan
Sumber : PT.PLN
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006 2007 2008
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7Kendaraan Roda 4
Pertumbuhan
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006 2007 2008
-0.6
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6Kendaraan Roda 2 (RHS)
Pertumbuhan
Grafik 1.4 –Volume Kendaraan Roda 4 Baru
Sumber : Dipenda Kepri
Grafik 1.5 –Volume Kendaraan Roda 2 Baru
Sumber : Dipenda Kepri
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
4
Meningkatnya konsumsi ritel rumah tangga juga didukung oleh lembaga
pembiayaan non-bank. Hal ini diindikasikan dari relatif lambatnya laju pertumbuhan
kredit konsumsi oleh perbankan dibandingkan semester II tahun 2005 seperti yang
terlihat pada tabel 1.2 diatas. Penyaluran kredit konsumsi bank umum pada bulan Maret
2007 relatif meningkat sebesar 26,16% dari Rp 2,6 triliun menjadi Rp 3,3 triliun.
Sementara itu, laju pertumbuhan konsumsi pemerintah pada tw.I-2008
melambat, dimana hanya meningkat 18,06% dibanding tw.IV-2007 yang tumbuh
20,67%. Melambatnya pertumbuhan dipengaruhi oleh tertundanya penyelesaian
beberapa proyek publik pemerintah yang antara lain disebabkan oleh kenaikan harga-
harga bahan bangunan seperti yang terlihat pada tabel 1.3.
Tabel 1.2 – Harga Beberapa Bahan Bangunan Harga
Sebelumnya Harga Sekarang (Rp) (Rp)
Semen Tiga Roda (per sak/50 kg) 43000 52000 Semen Padang (per sak/50 kg) 43000 45000 Semen Holcim (per sak/50 kg) 43000 44000 Pasir (per kubik) 60000 62000 Besi Beton 6 mm (per batang/12 mtr) 31000 32000 Besi Beton 10 mm (per batang/12 mtr) 64000 70000 Besi Beton 16 mm (per batang/12 mtr) 165000 169000 Triplek 3mm (per lembar) 36000 39000 Kayu Balok 24 (per batang) 47000 50000 Batu Bata (per buah) 300 350 Pipa 3 inches (per batang) 55000 65000 Paku ¾ (per kg) 8000 10000 Seng 6 feet (per lembar) 21000 25000 Asbes (per lembar) 20000 21000
Bahan Bangunan
Sumber : Survei Batam Pos, 4 Maret 2008
0.00
50,000.00
100,000.00
150,000.00
200,000.00
250,000.00
300,000.00
350,000.00
400,000.00
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
2006 2007 2008
0%
5%
10%
15%
20%
25%Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pertumbuhan
Grafik 1.8 – Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Sumber : BPS
Grafik 1.7 – Penyaluran Kredit Konsumsi
Sumber : BI Batam
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008
0
10
20
30
40
50
60Kredit Konsumsi (juta)
Pertumbuhan (%)
Grafik 1.6 – Volume Penjualan Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
2005 2006 2007 2008
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%Vol Penjualan Semen (ton)
Pertumbuhan (%)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
5
b. Investasi
Pertumbuhan investasi barang modal (PMTB) tercermin dari meningkatnya
realisasi investasi di provinsi Kepulauan Riau. Investasi-PMTB tumbuh (yoy) 26,5% pada
tw.I-2008, lebih tinggi dibanding pertumbuhan tw.IV-2007 sebesar 17,96%.
Pertumbuhan investasi-PMTB sejalan dengan meningkatnya realisasi investasi PMDN dan
PMA. Berdasarkan data Otorita Batam, jumlah persetujuan investasi selama bulan Januari
s/d. Februari 2008 sebanyak 15 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 22,2 juta.
Adapun realisasi investasi pada periode yang sama mencapai US$ 22.229.401 dengan
jumlah proyek sebanyak 15 proyek, baik investasi baru maupun proyek perluasan usaha.
Jumlah ini naik 56% dibandingkan periode yang sama di tahun 2007 dimana hanya
terealisasi 11 proyek. Proyek yang direalisasi antara lain pada bulan Januari 2008, dimana
telah diresmikannya 5 perusahaan baru di Kawasan Industri PT. Bintan Offshore, Bintan,
yang terdiri dari 4 PMA dan 1 PMDN dengan total investasi mencapai US$ 19 juta.
0
1
2
3
4
5
6
7
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
2006 2007 2008
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%PMTB
Pertumbuhan (yoy)
Grafik 1.9 – Perkembangan PMTB
Sumber : BPS
Grafik 1.10 – Perkembangan Investasi PMA
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2002 2003 2004 2005 2006 2007
0
50
100
150
200
250
300
350Persetujuan Inv.
Realisasi Inv.
Sumber : BKPM dan Otorita Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
6
Meningkatnya investasi barang modal juga tercermin dari peningkatan impor
capital goods sampai dengan Februari 2008. Impor capital goods naik 21,97% (yoy) dari
US$ 434 juta menjadi US$ 555 juta, lebih tinggi dibanding peningkatan pada tw.IV-2007
yang tercatat sebesar 11,57% (yoy).
Dari sisi perbankan, posisi penyaluran kredit investasi pada bulan Maret 2008
tumbuh 24,22% (yoy) dari Rp 1,8 triliun menjadi Rp 2,2 triliun, lebih tinggi dari posisi
pertumbuhan tw.IV-2007 sebesar 22,59% (yoy). Pertumbuhan kredit investasi yang
disalurkan perbankan di wilayah Kepulauan Riau menggambarkan peningkatan investasi
barang modal dari kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), karena hampir
seluruh perusahaan skala besar yang berdomisili di Kepulauan Riau adalah Perusahaan
Modal Asing (PMA) dimana kebutuhan pembiayaan diperoleh dari perbankan negara
asalnya.
1
10
100
1000
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Persetujuan Inv.Realisasi Inv.
Sumber : BKPM dan Otorita Batam
Grafik 1.11 – Perkembangan Investasi PMDN Grafik 1.12 – Perkembangan Nilai Impor Kepri
Sumber : BI - DSM
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
2006 2007 2008
0
20
40
60
80
100
120
140
160Capital GoodsIntermediate GoodsConsumer Goods
Sumber : BI Batam
Grafik 1.13 – Penyaluran Kredit Investasi
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180Kredit Investasi (juta)
Pertumbuhan (%)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
7
c. Ekspor-Impor
Sebagai daerah industri kegiatan ekspor-impor memegang peranan yang sangat
penting dalam perekonomian Kepulauan Riau, khususnya kota Batam. Hal ini disebabkan
karena hampir seluruh PMA yang bertempat di berbagai kawasan industri berfungsi
sebagai tempat manufacturing, dimana barang-barang modal yang diimpor akan
diekspor kembali baik dalam bentuk barang modal (capital goods) maupun barang
olahan (intermediate goods).
Di samping industri besar, aktivitas ekspor-impor juga dilakukan oleh industri
menengah dan kecil. Provinsi Kepulauan Riau memiliki keunikan tersendiri karena
lokasinya yang sangat berdekatan dengan Singapura dan Malaysia, sehingga akan lebih
efisien mendatangkan barang dari negara tersebut dibanding dari wilayah Indonesia
lainnya. Selain kebutuhan pokok, sebagian besar barang sandang dan perumahan berasal
dari Singapura dan Malaysia. Karena kondisi geografis daerah yang kurang subur,
barang-barang kebutuhan pokok sebagian besar dipasok dari provinsi lain, seperti
Medan, Padang dan Pekanbaru. Hal tersebut mengakibatkan aktivitas impor Kepulauan
Riau hampir selalu lebih besar dari pada ekspor, seperti dikonfirmasi oleh data Ekspor-
Impor Bank Indonesia berikut ini.
0
200,000,000
400,000,000
600,000,000
800,000,000
1,000,000,000
1,200,000,000
1,400,000,000
1,600,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008
Total Nilai Ekspor
Total Nilai Impor
Grafik 1.14 – Perkembangan Nilai Ekspor - Impor
0
500,000,000
1,000,000,000
1,500,000,000
2,000,000,000
2,500,000,000
3,000,000,000
3,500,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008
Total Volume Ekspor
Total Volume Impor
Sumber : BI - DSM
Grafik 1.15 – Perkembangan Volume Ekspor-Impor
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
8
Peran Singapura sangat menentukan dalam aktivitas perdagangan provinsi
Kepulauan Riau. Dari segi ekspor, Singapura menguasai sekitar 70% pasar ekspor, diikuti
Eropa (5,1%), Jepang (4,9%), Amerika (4,5%) dan Hongkong (2,4%). Pangsa ekspor ke
negara maju (G3) semakin kecil sedangkan ke intraregional Asia semakin besar. Meskipun
ketergantungan impor terhadap Singapura semakin berkurang sejak tahun 2003,
Singapura masih mendominasi 80% pasar Impor diikuti Jepang (4,43%), Eropa (3,80%),
Amerika (3,17%) dan China (1,60%). Adapun peran Hongkong, Cina dan India semakin
penting dalam aktivitas perdagangan (ekspor-impor) Provinsi Kepulauan Riau.
Pada bulan Februari 2008, produk ekspor utama meliputi logam dasar (24,6%),
elektronik (19,8%), mesin elektrik (16,2%), mesin-mesin dan peralatan mesin (14,5%)
serta produk perlengkapan kantor (5,43%). Kelima barang ekpor tersebut sekaligus
merupakan produk impor yang dominan. Hal ini mengindikasikan bahwa barang modal
yang diimpor akan diekspor kembali dalam bentuk barang modal juga. Dengan demikian
data ini mengkonfirmasi bahwa proses manufacturing yang dilakukan industri di
Kepulauan Riau lebih kepada proses coating tanpa memberi value added yang signifikan
terhadap nilai produk.
Sumber : BI - DSM
Sumber : BI - DSM
Tabel 1.3 - Pangsa Ekspor ke Beberapa Negara
2001 2003 2006 2007
AS 4.4 5.2 5.5 4.5
Euro 5.7 6.0 4.9 5.1
Japang 10.2 9.1 5.7 4.9
ASEAN 75.3 73.4 73.6 70.4
Singapore 68.0 65.3 68.6 66.0
Hongkong 0.9 1.6 1.9 2.4
China 0.9 0.9 1.6 2.3
India 0.2 0.3 0.4 0.7
2001 2003 2006 2007
AS 0.23 0.08 1.71 3.17
Euro 1.50 3.58 3.90 3.80
Japang 7.28 2.26 5.42 4.43
ASEAN 67.61 91.34 85.90 84.52
Singapore 66.85 91.17 82.82 80.31
Hongkong 0.00 0.00 0.55 0.51
China 0.82 0.76 0.74 1.60
India 0.08 0.99 0.50 0.25
Tabel 1.4 - Pangsa Impor ke Beberapa Negara
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
9
Kinerja ekspor Kepulauan Riau pada bulan Februari 2008 menunjukkan
penurunan yang signifikan dibanding akhir tahun 2007. Ekspor Februari 2008 tercatat
turun sebesar -10,92% dibanding Februari 2007 (yoy) menjadi US$ 493 milyar.
Sedangkan pada akhir tahun (tw.IV-2007), nilai ekspor mengalami peningkatan 24,10%
dibanding periode yang sama tahun 2007 (yoy). Dibanding posisi Desember 2007, ekspor
produk logam dasar dan olahan pada bulan Februari 2008 mencapai US$ 75 juta, diikuti
penurunan ekspor elektronik sebesar US$ 30 juta dan perlengkapan kantor sekitar US$
19 juta.
Sementara itu, laju pertumbuhan (yoy) impor bulan Februari 2008 juga relatif
menurun dari 14,1% pada Februari 2007 menjadi 7,8%. Penurunan terbesar terjadi pada
produk perlengkapan transportasi serta produk elektronik seperti televisi, radio dan
perangkat komunikasi.
0
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
600,000,000
700,000,000
800,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2007 2008
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%Total Nilai Ekspor
Pertumbuhan (yoy)
Grafik 1.18 – Pertumbuhan Ekspor Kepri
Sumber : BI - DSM
0
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
600,000,000
700,000,000
800,000,000
900,000,000
1,000,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2007 2008
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%Nilai Impor
Pertumbuhan
Grafik 1.19 – Pertumbuhan Impor Kepri
Sumber : BI - DSM
0
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
140,000,000
160,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008
Produk Logam Dasar Produk Mesin & PeralatanProduk Perlengkapan Kantor Produk Mesin ElektrikProduk Radio, Tv & Alat Komunikasi
Grafik 1.16 – Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama
Sumber : BI - DSM
0
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
350,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008
Produk Logam Dasar Produk Mesin & PeralatanProduk Perlengkapan Kantor Produk Mesin ElektrikProduk Radio, Tv & Alat Komunikasi
Grafik 1.17 – Perkembangan Nilai Impor Produk Utama
Sumber : BI - DSM
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
10
Menurunnya kinerja perdagangan Kepuluauan Riau diduga merupakan efek tidak
langsung dari perlambatan ekonomi Amerika Serikat yang berimbas terhadap
perekonomian secara global.
Berdasarkan grafik 1.17 dapat terlihat bahwa dampak langsung perlambatan
ekonomi Amerika Serikat terhadap penurunan kinerja ekspor Kepulauan Riau sangat
kecil, namun menjadi leading penurunan ekspor secara keseluruhan. Hal ini disebabkan
karena share ekspor ke Amerika Serikat tidak mencapai 5%, dan mampu dikompensir
oleh peningkatan peran intraregional Asia dan Australia. Namun demikian, dampak tidak
langsung (second round effect) melambatnya perekonomian Singapura sangat
mempengaruhi penurunan ekspor sejak bulan Desember 2007, karena Batam termasuk
dalam isi substansial kerjasama Singapura dengan Amerika Serikat dalam Singapore-
America Free Trade Agreement (FTA). Hasil asesment menunjukkan bahwa peran
Australia, Cina dan India semakin besar dalam mempengaruhi kinerja perdagangan
ekspor Kepulauan Riau.
1.3. SISI PENAWARAN
Respon dari sisi penawaran ditunjukkan dengan pertumbuhan positif hampir seluruh
sektor ekonomi di Kepulauan Riau, kecuali sektor Pertambangan yang mencatat
pertumbuhan negatif. Sebagai daerah industri, sektor Industri Pengolahan sangat
berkontribusi terhadap pembentukan PDRB Kepulauan Riau. Di samping itu, keunggulan
komparatif faktor lokasi yang berdekatan dengan negara Singapura dan Malaysia menjadikan
sektor Perdagangan dan Jasa-jasa semakin berkontribusi terhadap perekonomian.
Grafik 1.20 – Perkembangan Ekspor ke Negara G3
Sumber : BI - DSM
0
200,000,000
400,000,000
600,000,000
800,000,000
Jan'06 Mei'06 Sep'07 Jan'08
0
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
Total EksporASEuroJapang
0
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
600,000,000
700,000,000
Jan'06 Mei'06 Sep'07 Jan'080
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
35,000,000
40,000,000
45,000,000Total Ekspor SingaporeHongkong (RHS) China (RHS)India (RHS)
Grafik 1.21 – Perkembangan Ekspor ke Asia
Sumber : BI - DSM
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
11
Secara sektoral, struktur perekonomian provinsi Kepuluan Riau pada tw.I-2008 masih
didominasi oleh sektor Industri Pengolahan, Pertambangan, dan Perdagangan. Namun
demikian, kontribusi sektor Industri Pengolahan dan Pertambangan dalam pembentukan
PDRB semakin kecil. Di lain pihak, peran sektor Perdagangan, Bangunan, Listrik,
Pengangkutan, Keuangan dan Jasa-jasa semakin penting terhadap perekonomian Kepulauan
Riau. Sedangkan sumbangan ekonomi yang diberikan oleh sektor Pertanian cenderung
berfluktuatif dan stagnan.
Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting sektor Bangunan, sehingga
perannya terhadap pembentukan PDRB lebih besar dari sektor Keuangan, Pengangkutan dan
Pertanian. Kondisi ini tidak terlepas dari perkembangan bisnis properti dan bertumbuhnya
proyek-proyek konstruksi sejalan dengan pertumbuhan investasi. Sejak tw.I-2007, sektor
Bangunan mencatat tingkat pertumbuhan tertinggi, dimana pada tw.I-2008 tumbuh sebesar
45,93% (yoy).
Tabel 1.5 – Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Kepulauan Riau (harga konstan 2000)
Sumber : BPS, diolah
2008
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I
Pertanian 6.02 7.99 3.98 3.81 1.76 3.45 5.46 9.07 9.84
Pertambangan & Penggalian 1.14 2.44 0.71 2.65 1.18 0.11 -2.42 -3.06 -1.74
Industri Pengolahan 8.15 7.37 7.04 4.75 6.63 4.53 5.86 6.35 4.03
Listrik, Gas & Air Bersih 145.77 143.55 150.21 142.98 4.36 3.36 6.07 9.06 13.49
Bangunan 11.32 13.58 10.04 9.76 17.54 19.59 32.31 46.12 45.93
Perdagangan, Hotel & Restoran 3.05 2.52 2.49 5.70 7.67 10.36 12.96 18.10 23.54
Pengangkutan & Komunikasi 15.25 13.98 10.52 9.19 8.54 9.50 11.36 15.32 18.56
Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 6.71 9.82 8.82 7.17 7.54 8.63 10.12 11.51 11.69
Jasa-jasa 4.27 5.05 6.56 7.61 9.81 11.02 12.88 19.16 21.64
PDRB 7.64 7.44 6.68 5.43 6.57 5.55 7.11 8.75 8.05
2006 2007Lapangan Usaha
Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tw.I-2008
Pertanian 4.32 4.74 5.14 5.42 5.49 5.32 5.13 4.98 4.93
Pertambangan & Penggalian 20.17 13.62 9.83 8.34 9.68 9.95 10.53 9.75 9.41Industri Pengolahan 56.97 62.90 64.51 63.01 61.18 60.68 59.95 59.13 57.31
Listrik, Gas & Air Bersih 0.20 0.24 0.27 0.35 0.32 0.31 0.54 0.55 0.56
Bangunan 2.31 2.59 2.94 3.23 3.64 3.77 4.15 5.12 5.89
Perdagangan, Hotel & Restoran 6.84 7.21 7.76 7.85 8.45 8.34 7.91 8.18 9.00
Pengangkutan & Komunikasi 2.73 3.00 3.35 4.47 3.77 3.84 4.01 4.27 4.56Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 4.78 3.81 4.16 5.24 5.31 5.51 5.45 5.51 5.57
Jasa-jasa 1.68 1.88 2.05 2.09 2.15 2.26 2.33 2.52 2.76
Tabel 1.6 – Sumbangan Ekonomi Sektoral (harga berlaku)
Sumber : BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
12
a. Sektor Industri Pengolahan
Sektor Industri Pengolahan tumbuh 4,03% (yoy) lebih rendah dibanding
pertumbuhan pada tw.IV-2007 sebesar 6,35% (yoy), disebabkan oleh pertumbuhan
negatif sub-sektor Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya serta sub-sektor Tekstil,
Barang Kulit dan Alas Kaki. Sektor Industri Pengolahan sangat berperan penting dalam
perekonomian Kepulauan Riau, dimana sumbangannya secara sektoral mencapai
57,31% pada tw.I-2008.
Tumbuhnya sektor ini tidak terlepas dari meningkatnya investasi terutama
investasi PMA yang mengalir ke wilayah Kepulauan Riau. Meningkatnya konsumsi listrik
sebagai energi vital selain BBM, dapat memberikan gambaran bertumbuhnya sektor ini.
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 20070
50
100
150
200
250Konsumsi listrik Industri MWh (LHS)
Jumlah pelanggan Industri (RHS)
Grafik 1.24 – Konsumsi Listrik Industri
Sumber : PT. PLN Batam
-60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30
Makanan, Minuman dan Tembakau
Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki
Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya
Kertas dan Barang Cetakan
Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet
Semen & Brg. Galian bukan logam
Logam Dasar Besi & Baja
Alat Angk., Mesin & Peralatannya
Grafik 1.23 – Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan Tw.I-2008 (y-o-y)
Sumber : BPS, diolah
Grafik 1.22 – Pertumbuhan Sektoral Tw.I-2008 (y-o-y)
Sumber : BPS, diolah
- 1 . 7 4 %
4 5 . 9 3 %
4 . 0 3 %
1 3 . 4 9 %
2 3 . 5 4 %
1 8 . 5 6 %
1 1 . 6 9 %
2 1 . 6 4 %
9 . 8 4 %P e r t a n i a n
P e r t a m b a n g a n
Indus t r i
L G A
B a n g u n a n
P e r d a g a n g a n
P e n g a n g k u t a n
K e u a n g a n
J a s a - j a s a
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
13
Pertumbuhan negatif sub-sektor Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya sebesar
0,3% (yoy) sangat mempengaruhi perlambatan sektor Industri, mengingat kontribusinya
bagi sektor Industri Pengolahan mencapai 62%. Seperti yang digambarkan pada grafik
1.14 sebelumnya bahwa terjadi penurunan kinerja 5 produk ekspor utama pada bulan
Januari dan Februari 2008, dimana selain produk logam dasar adalah bagian dari sub-
sektor dimaksud.
Menurunnya kinerja sub-sektor Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki dikonfirmasi
oleh penurunan kinerja ekspor dan impor produk-produk tersebut. Seperti yang terlihat
pada grafik 1.22, impor Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki turun signifikan pada bulan
Januari dan Februari 2008.
Secara garis besar, kegiatan sektor Industri di Kepulauan Riau dilakukan di
Kawasan Industri (60%) dan Luar Kawasan Industri (40%). Adapun Kawasan Industri
didominasi oleh PMA dengan skala menengah-besar yang banyak menyerap tenaga kerja
dan berorientasi ekspor. Sementara di luar Kawasan Industri sebagian besar adalah
UMKM dengan penyerapan tenaga kerja relatif sedikit dan lebih berorientasi lokal.
Dari sisi pembiayaan perbankan, industri skala besar cenderung memperoleh
fasilitas kredit dari luar negeri atau negara asal perusahaan. Sedangkan kebutuhan
pembiayaan industri UMKM biasanya dipenuhi oleh perbankan daerah. Meski
pertumbuhan industri besar cenderung melambat pada tw.I-2008, namun industri
UMKM diperkirakan mengalami pertumbuhan positif dibanding triwulan yang sama
tahun sebelumnya. Asesmen tersebut didasarkan pada indikator kredit industri
perbankan Kepulauan Riau yang memperlihatkan tren meningkat.
0
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
16,000,000
18,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000Produk Tekstil
Produk KulitProduk Alas Kaki
Grafik 1.25 – Ekspor Tekstil, Kulit & Alas Kaki Grafik 1.26 – Impor Tekstil, Kulit & Alas Kaki
Sumber : BI - DSM Sumber : BI - DSM
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2006 2007 2008
Produk Kulit
Produk Tekstil
Produk Alas Kaki
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
14
Melambatnya kinerja sektor Industri diduga selain akibat penurunan permintaan
Singapura, juga dipengaruhi oleh kondisi politik regional isu Free Trade Zone (FTZ) yang
masih belum dapat terlaksana akibat permasalahan struktural yang belum disetujui oleh
pemerintah pusat.
b. Sektor Bangunan
Sektor Bangunan mencatat pertumbuhan tertinggi dalam satu tahun terakhir,
dimana pada tw.I-2008 tumbuh 45,93% (yoy) meski relatif melambat dibanding tw.IV-
2007 yang tumbuh 46,12% (yoy). Akselerasi sektor bangunan dalam satu tahun terakhir
selain dihasilkan dari booming industri properti terutama perumahan skala kecil-
menengah dan rumah toko (ruko), juga terkait pertumbuhan proyek konstruksi swasta
dan pemerintah. Melambatnya pertumbuhan pada tw.I-2008 diduga disebabkan karena
terkendalanya distribusi semen merek Semen Padang akibat kerusakan kapal pengangku,
serta terhambatnya penyelesaian beberapa proyek pemerintah.
Tertahannya pertumbuhan sektor bangunan dikonfirmasi oleh penurunan volume
penjualan semen di Kepulauan Riau pada bulan Januari dan Februari, namun kembali
meningkat pada bulan Maret 2008 dan mencatat angka penjualan tertinggi dengan total
penjualan sebanyak 69,865 ton atau meningkat 35,32% (yoy) dibanding periode yang
sama tahun sebelumnya.
Indikator lainnya yang menggambarkan melambatnya aktivitas sektor bangunan
adalah penurunan impor produk logam dasar seperti besi dan baja, produk kayu, serta
perabotan seperti yang terlihat pada grafik 1.28 berikut ini. Komponen bangunan,
Grafik 1.27 – Penyaluran Kredit Sektor Industri
Sumber : BI Batam
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80Kredit Industri (juta)
Pertumbuhan (%)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
15
terutama besi dan baja merupakan produk yang paling banyak diimpor dari luar negeri
khususnya Singapura.
Dari sisi pembiayaan, perbankan di wilayah Kepulauan Riau masih cenderung
kurang berminat untuk membiayai sektor properti, terutama sejak bisnis properti
mengalami slowdown sejak tahun 2005. Kondisi ini terlihat dari pembiayaan kredit
konstruksi yang memasuki fase terendah sejak tahun 2006, meski mulai menunjukkan
tren meningkat pada tahun 2008. Untuk merespon booming-nya kembali sektor properti
pada tahun 2007, perbankan menyalurkan kreditnya kepada end-user dalam bentuk
kredit investasi dan konsumsi (KPR) seperti yang dikonfirmasi oleh indikator kredit
konstruksi dan kredit investasi berikut ini.
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180Kredit Investasi (juta)
Pertumbuhan (%)
Sumber : BI Batam
Grafik 1.30 – Perkembangan Kredit Konstruksi
Sumber : BI Batam
Grafik 1.31 – Perkembangan Kredit Investasi
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008
-50
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450Kredit Konstruksi (juta)
Pertumbuhan (%)
Grafik 1.28 – Perkembangan Penjualan Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : BI - DSM
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
2005 2006 2007 2008
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%Vol Penjualan Semen (ton)
Pertumbuhan (%)
0
50,000,000
100,000,000
150,000,000
200,000,000
250,000,000
300,000,000
2006 2007 2008
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000Produk Besi & BajaProduk Kayu Produk Perabot/Furniture
Grafik 1.29 – Perkembangan Impor Produk Besi, Baja, Kayu & Furniture
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
16
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008
0
10
20
30
40
50
60Kredit Konsumsi (juta)
Pertumbuhan (%)
c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terus berakselerasi sejak ditetapkannya
Batam sebagai kota MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) pada tahun
2007, dimana pada triwulan laporan tumbuh 23,54% (yoy). Sub-sektor Perdagangan
besar dan eceran memberi kontribusi dominan dengan tingkat pertumbuhan tw.I-2008
sebesar 22,78%. Meski demikian perumbuhan tertinggi terjadi pada sub-sektor Restoran
yakni sebesar 28,6% diikuti sub-sektor Hotel yang meningkat 27,37% dibanding
triwulan yang sama tahun sebelumnya (yoy).
Sumber : BI Batam
Grafik 1.32 – Perkembangan Kredit Konsumsi
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008*
Perdagangan Besar & EceranHotel Restoran
Grafik 1.33 – Pertumbuhan (y-o-y) Sub-sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
Sumber : BPS Sumber : BPS, diolah
Grafik 1.34 – Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Kepulauan Riau
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Tingkat Hunian 50.3 51.18 53.6 48.7 46.8 48.5 46.5 48.7 48.2 49.51 48.7 56.4 40.7 84.3
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
2007 2008
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
17
Tingginya aktivitas di sektor perdagangan, hotel dan restoran dikonfirmasi oleh
indikator jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke
Kepulauan Riau melalui bandara Hang Nadim, serta rata-rata tingkat hunian hotel
berbintang (occupancy rate) di Kepulauan Riau.
Jumlah wisatawan domestik dan mancanegara tahun 2007 mengalami lonjakan
mencapai 32,6% dibanding tahun 2006. Sedangkan jumlah wisatawan mancanegara s/d.
Februari 2008 tercatat sebanyak 164.862 orang, atau meningkat 5,23% dibanding
periode yang sama tahun 2007. Bandara Hang Nadim Batam merupakan pintu masuk
wisatawan terbesar ketiga setelah Ngurah Rai dan Soekarno-Hatta dengan pangsa
sebesar 18,6% dari total wisatawan mancanegara pada bulan Februari 2008.
Rata-rata tingkat hunian hotel di Kepulauan Riau khususnya Batam meningkat
signifikan pada bulan Februari 2008 saat perayan Imlek, dimana banyak wisatawan
Singapura dan Malaysia yang berlibur ke Batam. Dari informasi yang diperoleh, tingkat
hunian hampir seluruh hotel berbintang di Batam pada saat Imlek mencapai 100%.
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%Jumlah Pengunjung (juta orang)
Pertumbuhan (%)
Sumber : BPS
Grafik 1.35 – Jumlah Wisatawan melalui Bandara Hang Nadim Batam
Tabel 1.7 – Jumlah Wisman berdasarkan Pintu Masuk Periode Jan-Feb (orang)
Sumber : BPS
Keterangan Jan-Feb.2007 Jan-Feb.2008
Soekarno-Hatta 166,913 192,643Ngurah Rai 238,777 307,000Polonia 16,977 16,903Hang Nadim 156,662 164,862Manado 2,146 2,255Juanda 19,061 19,446Entikong 2,416 2,656Adi Sumarno 1,994 2,977Minangkabau 3,650 4,088Lainnya 163,291 171,561
Total 771,887 884,391
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008
0
20
40
60
80
100
120Kredit Perdagangan, Hotel & Restoran (juta)
Pertumbuhan (%)
Sumber : BI Batam
Grafik 1.36 – Perkembangan Penyaluran Kredit Perdagangan, Hotel & Restoran
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
Jan Feb Mar
2005 2006 2007 2008
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
Perdagangan eceran (RHS)Distribusi (LHS)Restoran dan hotel (RHS)
Sumber : BI Batam
Grafik 1.37 –Penyaluran Kredit Perdagangan Eceran, Distribusi, Restotan & Hotel
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
18
Pertumbuhan pembiayaan perbankan pada sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran juga menunjukkan tren meningkat sejak tahun 2006, setelah sempat
mengalami fase perlambatan mulai tahun 2003. Pertumbuhan kredit sektor ini sempat
mencapai titik terendah pada awal tahun 2006 diduga merupakan dampak dicabutnya
kembali hak khusus Batam sebagai kawasan perdagangan bebas pada tahun 2004.
Aktivitas perdagangan dan pariwisata Provinsi Kepulauan Riau khususnya Batam mulai
kembali bangkit pada semester II-2006.
Pembiayaan terbesar disalurkan kepada sub-sektor perdagangan eceran (52,5%)
dan distribusi (22,(%), sedangkan pangsa kredit untuk sub-sektor hotel dan restoran
sebesar 16,3%. Total pembiayaan perbankan Kepulauan Riau kepada sektor ini pada
bulan Maret 2007 sebesar Rp 2,1 triliun, atau meningkat 28.89% (yoy) dibanding bulan
Maret 2007.
d. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan secara konsisten mengalami
percepatan hingga pada tw.I-2008 tercatat tumbuh 11,69% (yoy). Sektor Perbankan
memiliki pangsa kredit dominan sebesar 67,3%, diikuti sub-sektor Sewa Bangunan
dengan share 28,26%. Pertumbuhan sub-sektor Sewa Bangunan melambat menjadi
8,43% (yoy) pada tw.I-2008, sedangkan laju pertumbuhan sub-sektor lainnya mengalami
percepatan baik dibanding tw.IV-2007 maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya,
sebagaimana tergambar pada indikator-indikator utama perbankan.
0%
5%
10%
15%
20%
25%
I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008
BankLembaga Keuangan Non-BankSewa BangunanJasa Perusahaan
Sumber : BPS, diolah
Grafik 1.38 – Pertumbuhan per Sub-Sektor (yoy)
Grafik 1.39 –Konsumsi Listrik Usaha/Bisnis
Sumber : PT.PLN Batam Batam
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
Konsumsi listrik Usaha/Bisnis MWh
Pertumbuhan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
19
Sub-sektor Bank meningkat (yoy) 12,95% pada tw.I-2008, sedikit lebih tinggi
dibanding peningkatan pada tw.IV-2007 sebesar 12,52%. Tertahannya peningkatan
kinerja industri Perbankan disebabkan oleh menurunnya laju pertumbuhan DPK dan
Asset. Hal ini diduga terkait dengan sikap pengusaha yang cenderung wait and see
terhadap penundaan pemberlakuan kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas (free
trade zone ) di kota Batam, Bintan dan Karimun. Keadaan tersebut dikonfirmasi oleh
menurunnya laju pertumbuhan kredit kepada sektor Jasa Dunia Usaha, meski mulai
berakselerasi memasuki tahun 2008. Secara keseluruhan, peningkatan kinerja perbankan
sangat ditentukan oleh pertumbuhan kredit yang diimbangi dengan penurunan jumlah
kredit bermasalah (NPL).
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 9 12 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Asset
DPK
Kredit
Sumber : BI Batam
Grafik 1.42 – Pertumbuhan Aset, DPK & Kredit Perbankan
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008
0
20
40
60
80
100
120Kredit Jasa Dunia Usaha (juta)
Pertumbuhan (%)
Sumber : BI Batam
Grafik 1.40 – Perkembangan LDR&NPL Perbankan
Sumber : BI Batam
Grafik 1.41 – Penyaluran Kredit Jasa Dunia Usaha
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 9 12 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
NPL (LHS)
LDR (RHS)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
20
e. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh (yoy) 18,56% melebihi
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15,32%, disebabkan meningkatnya mobilitas
barang dan penduduk saat perayaan Imlek. Selain kembali ke daerah asalnya, sebagian
penduduk juga merayakan liburan di Singapura atau Malaysia.
Tingginya aktivitas barang/jasa dan penduduk juga dibarengi dengan
meningkatnya kebutuhan terhadap komunikasi seperti yang dikonfirmasi pada indikator
lalu lintas kapal dan barang di pelabuhan laut Batu Ampar Batam, lalu lintas pesawat di
Bandara Hang Nadim Batam serta jumlah pelanggan telepon fixed-line.
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
9 6 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
pesawat
pertumbuhan
-500,000
500,000
1,500,000
2,500,000
3,500,000
4,500,000
95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07
( ton)
Muat
Bongkar
Sumber : Kantor BPP Laut Batu Ampar
Grafik 1.43 – Perkembangan Lalu Lintas Kapal Grafik 1.44 – Perkembangan Lalu Lintas Barang
Grafik 1.45 – Perkembangan Lalu Lintas Pesawat
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
Jumlah Kapal
pertumbuhan
Sumber : Kantor BPP Laut Batu Ampar
Sumber : Kantor BPP Laut Batu Ampar
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
96 97 98 9 9 00 01 02 03 0 4 0 5 06-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
Jumlah Langganan
Pertumbuhan
Sumber : Telkom Batam
Grafik 1.46 – Perkembangan Pelanggan Telepon
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
21
Sementara di sisi pembiayaan, kinerja penyaluran kredit kepada sektor
pengangkutan menunjukkan tren menurun disebabkan oleh turunnya outstanding kredit
sub-sektor pengangkutan umum akibat adanya pelunasan plafon salah satu kreditur di
Bank Syariah Mandiri. Sementara posisi kredit sub-sektor biro perjalanan, pergudangan
dan komunikasi terus meningkat akibat tingginya aktivitas barang dan jasa ke dan antar
wilayah Kepulauan Riau.
f. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor Pertambangan dan Penggalian tercatat sebagai satu-satunya sektor yang
mengalami pertumbuhan negatif (yoy), dimana pada tw.I-2008 tumbuh -1,74% sedikit
membaik dibanding tw.IV-2007 yang tumbuh -3,06%. Keadaan ini disebabkan oleh
menurunnya realisasi produksi minyak akibat masalah teknis penggantian peralatan miliki
Conoco Phillips di Lapangan Belanak, Natuna. Penggantian peralatan disebabkan
kesalahan estimasi kandungan mercuri di lapangan tersebut dimana pada awalnya
diperkirakan hanya 54 part per billion (ppb) ternyata mencapai 1.200 ppb. Kesalahan
tersebut mengakibatkan produksi minyak Lapangan Belanak turun hampir 50% atau
sekitar 10.000-15.000 barel per hari dari target produksi 30.000 barel per hari. Di
samping itu, penertiban beberapa areal tambang yang menimbulkan dampak kerusakan
lingkungan sejak tahun 2007 masih berpengaruh terhadap melambatnya kinerja sub-
sektor Penggalian.
Sub-sektor pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang berkontribusi 83,1%
terhadap total PDRB sektor Pertambangan dan Penggalian melambat 2,62%
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008
-20
0
20
40
60
80
100
120
140Kredit Pengangkutan (juta)
Pertumbuhan (%)
Sumber : BI Batam
Grafik 1.47 – Penyaluran Kredit Pengangkutan & Komunikasi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
22
dibandingkan tw.I-2007. Sedangkan sub-sektor Pertambangan tana Migas dan
Penggalian masing-masing mencatat pertumbuhan 3,97% dan 1,07%.
Adapun daerah yang memberikan kontribusi bagi hasil migas untuk
perekonomian Kepulauan Riau adalah Kabupaten Natuna. Di sebelah barat terdapat
tambang Gas Alam yang sangat besar yang dikelola oleh Conoco Philips dan Star
Energy, sedangkan di sebelah timur terdapat potensi minyak bumi yang akan
dieksplorasi oleh Pertamina.
Berdasarkan data Dinas Pertambangan Provinsi Kepulauan yang dirilis oleh BPS,
jenis bahan tambang/galian bauksit dihasilkan oleh kabupaten Bintan, Karimun dan kota
Tanjung Pinang. Sedangkan pertambangan timah terdapat di kabupaten Karimun dan
Lingga. Di samping itu, masih terdapat potensi pertambangan granit yang cukup besar
di kabupaten Bintan, seperti yang terlihat pada tabel 1.8 berikut ini.
Tabel 1.8 – Luas Areal & Jumlah Perusahaan Pertambangan Non Migas di Kepulauan Riau Tahun 2005-2006
Bauksit Timah Batu Besi Granit Pasir Darat Kabupaten/Kota
Luas (ha)
Jumlah Prshn
Luas (ha)
Jumlah Prshn
Luas (ha)
Jumlah Prshn
Luas (ha)
Jumlah Prshn
Luas (ha)
Jumlah Prshn
1. Karimun 16.000
2 37.847 1 - - 446 11 630 13
2. Bintan 22.322 12 - - - - 4.533 5 576 14
3. Natuna - - - - - - - - - -
4. Lingga - 1 39.135 3 43 1 50 1 - -
5. Batam - - - - - - - - - -
6. Tanjung Pinang 2.250 5 - - - - - - - -
Total 40.572
20 76.982 4 43 1 5.029 17 1.206 27
Sumber : Badan Pusat Statistik
Melambatnya kinerja sektor Pertambangan dan Penggalian dikonfirmasi oleh
turunnya outstanding kredit sektor Pertambangan, terutama pada sub-sektor
pertambangan Bijih Logam atau bauksit. Posisi kredit pertambangan Bijih Logam pada
bulan Maret 2008 turun Rp 10,2 milyar (27,8%) dibanding posisi bulan sebelumnya
menjadi Rp 26,4 milyar. Di samping itu, kredit pertambangan Migas tercatat menurun
Rp 9,1 milyar (20,7%) menjadi Rp 34,6 milyar pada posisi Maret 2008.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
23
g. Sektor Pertanian
Laju pertumbuhan sektor Pertanian secara konsisten terus meningkat sejak tw.I-
2007, dimana pada tw.I-2008 tumbuh (yoy) 9,84% lebih tinggi dibanding pertumbuhan
tw.IV-2007 sebesar 9,07%. Akselerasi dihasilkan dari terus meningkatnya pertumbuhan
sub-sektor Perikanan yang semakin berperan dalam pembentukan PDRB Provinsi
Kepulauan Riau. Sebaliknya, sub-sektor Tanaman Bahan Makanan, Tanaman
Perkebunan dan Peternakan mengalami perlambatan dibanding tw.I-2007.
Penurunan kinerja sub-sektor Tanaman Bahan Makanan dan Tanaman
Perkebunan diduga merupakan efek dari turunnya luas panen lahan sayur-sayuran dan
produksi buah-buahan serta tanaman palawija akibat berlanjutnya musim pengujan di
awal tahun 2008, seperti yang digambarkan oleh indikator luas panen dan produksi
tanaman buah-buahan, sayur-sayuran serta palawija di kota Batam.
Grafik 1.49 – Pertumbuhan per Sub-Sektor
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2007 2008
Tanaman panganTanaman PerkebunanPerikananPeternakan
Sumber : BPS
0
100
200
300
400
500
600
700
800
2002 2003 2004 2005 2006 2007
ha
0
500
1000
1500
2000
2500
3000t o n
Luas Panen Tanaman Buah-Buahan (ha)
Produksi Tanaman Buah-buahan (ton)
Grafik 1.50 – Luas Panen & Produksi Buah-Buahan
Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam
Grafik 1.48 – Penyaluran Kredit Sektor Pertambangan
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006 2007 2008
(Rp juta)
Minyak dan gas bumi
Bijih logam
Pertambangan Lainnya
Sumber : BI Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
24
Sedangkan sub-sektor Perikanan pada tw.I-2008 mengalami pertumbuhan
12,62% (yoy), lebih tinggi dibanding tw.IV-2007 yang tumbuh 7,56% (yoy). Kemajuan
industri perikanan tidak terlepas dari usaha dan perhatian pemerintah daerah untuk
menjadikan sektor ini sebagai competitive advantage provinsi Kepulauan Riau sebagai
wilayah perairan. Akselerasi sektor perikanan mampu dikonfirmasi oleh indikator luas
panen dan produksi perikanan di kota Batam, dimana hasil produksi Januari-Agustus
2007 telah melampaui hasil produksi Januari-Desember 2006, dengan peningkatan
sebesar 2% menjadi 32 juta ton, dengan nilai produksi periode yang sama meningkat
12,2% menjadi Rp 83 milyar.
Sementara dari sisi pembiayaan tidak mampu menggambarkan kinerja sektor
Pertanian, dimana pertumbuhan kredit untuk Pertanian cenderung turun. Resistensi
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008
0
20
40
60
80
100
120Kredit Pertanian (juta)
Pertumbuhan (%)
0
3000
6000
9000
12000
15000
18000
21000
24000
27000
30000
33000
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007*
ha
0100002000030000400005000060000700008000090000100000110000120000130000140000150000160000
ton
Produksi Perikanan (ton)
Nilai Produksi Perikanan (Rp juta)
Grafik 1.51 – Luas Panen & Produksi Perikanan Grafik 1.52 – Penyaluran Kredit Pertanian
Sumber : BI Batam Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam *) s/d. Agustus 2007
Grafik 1.52 – Luas Panen & Produksi Palawija
Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
2002 2003 2004 2005 2006 2007
ha
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000t o n
Luas Panen Tanaman Sayuran (ha)
Produksi Tanaman Sayuran (ton)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
2002 2003 2004 2005 2006 2007
ha
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600ton
Luas Panen Tanaman Palawija (ha)
Produksi Tanaman Palawija (ton)
Grafik 1.51 – Luas Panen & Produksi Sayuran
Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
25
perbankan dalam melakukan pembiayaan ke sektor ini tampaknya masih berlanjut
disebabkan sangat bergantungnya industri tersebut pada faktor alam.
h. Sektor Jasa - Jasa
Sektor Jasa-jasa semakin berperan penting dalam pembangunan ekonomi
Kepulauan Riau, dimana pada tw.I-2008 mengalami pertumbuhan (yoy) sebesar 21,64%,
lebih berakselerasi dibanding tw.IV-2007 yang mencatat peningkatan sebesar 19,16%.
Pencanangan tahun pariwisata dengan menjadikan Batam sebagai koa MICE (Meeting,
Incentive, Convention and Exhibition) mampu meningkatkan pendapatan yang diperoleh
dari industri jasa, terutama terkait dengan sarana publik dan aktivitas hiburan.
Program pemerintah daerah kota Batam dalam menata kembali sumber-sumber
penerimaan publiknya antara lain dengan menaikkan pajak bandara dan pelabuhan laut
memberi kontribusi positif terhadap kinerja sub-sektor Jasa Pemerintahan Umum yang
pada tw.I-2008 mengalami pertumbuhan (yoy) 26,95% dibanding triwulan sebelumnya
sebesar 24,17%.
Sedangkan meningkatnya pendapatan yang dihasilkan industri jasa swasta
dihasilkan oleh sub-sektor Hiburan dan Rekreasi dari 22,25% pada tw.IV-2007 manjadi
27,54% pada triwulan laporan. Peningkatan aktivitas jasa swasta sejalan dengan
pertumbuhan pembiayaan perbankan terhadap sektor tersebut.
Sumber : BPS, diolah
Grafik 1.56 – Penyaluran Kredit Sektor Jasa Lainnya
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450Kredit Jasa Lainnya (juta)
Pertumbuhan (%)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
26
i. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sebagai provinsi yang baru berkembang, kebutuhan masyarakat terhadap sarana
publik relatif tinggi, sehingga memberikan pengaruh positif terhadap kinerja sektor
Listrik, Gas dan Air Bersih dimana pada tw.I-2008 tumbuh (yoy) 13,49%, di atas
petumbuhan tw.IV-2007 sebesar 9,06%. Kinerja sektor ini sangat ditentukan oleh
persetujuan pemerintah Pusat dan Daerah dalam hal penentuan tarif dasar yang
dibebankan kepada masyarakat.
Khusus di kota Batam, sistem pengelolaan sarana Listrik dan Air Bersih memiliki
perbedaan dengan beberapa daerah di Indonesia. Sejak awal tahun 2006, pengelolaan
kelistrikan oleh PT. PLN Batam dilakukan melalui kerja sama jual-beli tenaga listrik
dengan Independend Power Plant (IPP) yang dikelola swasta. Komposisi supply tenaga
listrik di kota Batam dilakukan oleh mesin pembangkit PT. PLN Batam sebesar 27%,
sedangkan sisanya dipenuhi oleh IPP. Adapun kebutuhan energi mesin pembangkit
sebagian besar menggunakan bahan bakar Gas (85%) dan sisanya (15%) menggunakan
bahan bakar Diesel. Kondisi ini dikonfirmasi oleh pertumbuhan sub-sektor Gas yang
selalu konvergen dengan sub-sektor Listrik, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.
Pertumbuhan sub-sektor Gas pada tw.I-2008 meningkat signifikan dari 8,58%
pada tw.IV-2007 menjadi 14,19%, melebihi pertumbuhan sub-sektor Listrik yang
meningkat dari 10,44% menjadi 13,53%. Tingginya pendapatan pada sektor Gas lebih
disebabkan oleh kenaikan harga jual Gas Industri yang telah disetujui pemerintah pada
akhir tahun 2007, dari US$3,38/MMBTU menjadi US$ 5,69/MMBTU. Di sisi lain, tarif
Sumber : BPS
Grafik 1.53 – Pertumbuhan Sub-Sektor Listrik, Gas & Air Bersih
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008
Listrik
Gas
Air Bersih
Sumber : PT. PLN Batam, diolah
Grafik 1.54 – Perkembangan Penjualan Listrik & Total Pelanggan PT. PLN Batam
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
180000
200000
? ? ? ? ? ? ? Jan Feb Mar
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000Total Pelanggan (RHS)
Total Penjualan MWh (LHS)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
27
dasar listrik PT.PLN Batam belum mengalami kenaikan pada periode yang sama. Adapun
PT.PLN Batam baru mengusulkan kenaikan tarif sebesar 12% pada bulan Maret 2008
yang masih dalam proses pembahasan di tingkat pemerintah daerah.
Sementara itu, kebutuhan masyarakat kota Batam terhadap air bersih dikelola
secara independen oleh PT. Adhya Tirta Batam. Sub-sektor Air Bersih mencatat
pertumbuhan 7,92% pada triwulan laporan, meningkat dibandingkan tw.IV-2007 yang
tumbuh sebesar 5,94%. Meningkatnya kinerja sub-sektor Air Bersih tidak terlepas dari
perkembangan industri properti yang cukup ekspansif sejak tahun 2007.
Dari sisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan kredit sektor Listrik, Gas dan
Air Bersih cukup mengkonfirmasi kenaikan pendapatan yang diperoleh oleh sektor
tersebut. Pembiayaan perbankan Kepulauan Riau pada posisi Maret 2008 sebesar
Rp 22,6 milyar atau meningkat 452,8% dibanding posisi kredit bulan Maret 2007, lebih
tinggi dibanding posisi Desember 2007 sebesar Rp 22,5 milyar atau tumbuh 364%
terhadap posisi Desember 2006 (yoy).
Sumber : BI Batam
Grafik 1.55 – Perkembangan Kredit Sektor Listrik, Gas & Air Bersih
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3
2003 2004 2005 2006 2007 2008
(Rp ju ta )
-500
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
(%)Kredit Listrik, Gas & Air Bersih (juta)
Pertumbuhan (%)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
28
Bab 2 Perkembangan Inflasi Regional
2.1. KONDISI UMUM
Laju inflasi Provinsi Kepulauan Riau yang diukur Kota Batam pada triwulan I-2008 mengalami peningkatan. Laju inflasi sampai dengan Maret 2008 tercatat sebesar 2,89% (ytd), lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2007 yang mencapai 1,42% (ytd). Sedangkan inflasi tahunan tercatat sebesar 6,41% (yoy) lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,17% (yoy). Tekanan inflasi yang cukup tinggi di awal tahun terutama disebabkan oleh pasokan barang kebutuhan pokok masyarakat mengalami gangguan.
GRAFIK 2.1 – PERKEMBANGAN LAJU INFLASI TAHUNAN BATAM & NASIONAL
9,859,10
5,16
8,34 8,30
6,88
8,87
6,46 6,63
12,54
4,585,35 5,26
6,416,20
5,11
6,836,27 6,40
8,81
7,40
9,06
6,52 6,59
8,17
4,84
7,69
5,415,76
6,83
11,68
7,466,95
14,55
17,11
5,77
5,06
6,837,12
15,53
15,74
6,6
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
18,00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Persen
Kota Batam Nasional
2.2. INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Secara triwulanan, laju inflasi Kota Batam juga mengalami peningkatan pada triwulan
I 2008 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan IV 2007 laju inflasi kota
Batam tercatat 1,56% (qtq) maka pada triwulan I 2008 laju inflasi Kota Batam tercatat
sebesar 2,89% (qtq). Peningkatan laju inflasi ini disebabkan karena kenaikan harga pangan
akibat kelangkaan pasokan dan distribusi yang terganggu akibat cuaca buruk.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
29
-15,00
-10,00
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2003 2004 2005 2006 2007 2008
UMUM / TOTAL
BAHAN MAKANANMAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR
SANDANG
KESEHATANPENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA
TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN
Berdasarkan kontribusinya, kelompok bahan makanan masih merupakan
penyumbang utama dalam pembentukan angka inflasi sampai dengan triwulan awal 2008
yang tercatat sebesar 1,85%. Sementara itu kelompok lain memberikan sumbangan inflasi
secara total sebesar 0,96%, dimana kontributor utama adalah perumahan, air, listrik dan
bahan bakar (0,45%) dan kelompok sandang (0,18%). Peningkatan sumbangan inflasi
kelompok bahan makanan yang cukup signifikan pada triwulan laporan (0,97%) terutama
disebabkan karena masalah pasokan kebutuhan bahan makanan ke Kota Batam yang
terganggu di awal tahun 2008.
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Batam
Triwulan III-2007 Triwulan IV-2007 Triwulan I -2008 KELOMPOK Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan
I Bahan Makanan 5,07 1,43 3,16 0,88 6,74 1,85
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,32 0,05 0,10 0,01 0,78 0,14
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar
0,86 0,22 0,91 0,22 1,82 0,45
IV Sandang 1,73 0,08 6,67 0,29 3,98 0,18
V Kesehatan 0,42 0,01 0,64 0,02 4,39 0,13
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
9,85 0,35 0,23 0,01 0,75 0,03
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,16 0,03 0,54 0,09 0,15 0,03
INFLASI 2,14 1,56 2,89
Sumber : BPS (diolah)
Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
30
2.3. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG
Dilihat dari komoditasnya, penyumbang utama inflasi pada triwulan I 2008 masih
didominasi dari kelompok makanan (food) antara lain minyak goreng, cabai merah, beras,
kacang panjang, tongkol, mujair, sotong dan tahu mentah. Sedangkan penyumbang inflasi
terbesar yang bukan berasal dari kelompok makanan (non food) antara lain emas perhiasan
dan gas elpiji. Sementara itu, komoditas yang mengalami penurunan harga dan memberikan
sumbangan deflasi yang sebagian besar berasal dari kelompok makanan (food) adalah
bawang merah, bawang putih, jeruk, bayam, tomat sayur, selar, kentang, udang basah dan
ikan kembung.
Tabel 2.2. 10 Komoditas Penyumbang Inflasi dan Deflasi Kota Batam
No. Komoditas Sumbangan Inflasi Komoditas Sumbangan Deflasi
1. Minyak Goreng 0,4717 28,82 Bawang Merah -0,1972 -24,94
2. Cabai Merah 0,3772 36,75 Bawang Putih -0,1397 -34,78
3. Beras 0,3526 7,78 Jeruk -0,0798 -11,98
4. Kacang Panjang 0,1563 4,87 Bayam -0,0690 -10,92
5. Tongkol 0,1519 59,18 Tomat Sayur -0,0426 -11,54
6. Emas & Perhiasan 0,1502 8,16 Selar -0,0241 -2,99
7. Mujair 0,1393 15,37 Kentang -0,0121 -4,41
8. Sotong 0,1318 31,67 Udang Basah -0,0033 -0,41
9. Tahu Mentah 0,1154 49,64 Kerang -0,0024 -2,00
10. Gas Elpiji 0,1094 17,85 Ikan Kembung -0,0018 -0,72
2.3.1. Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada triwulan I 2008 mengalami inflasi sebesar 6,74%
(qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 1,85%. Sementara itu laju inflasi tahunan kelompok
bahan makanan tercatat sebesar 12,94% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya inflasi
tertinggi berasal dari inflasi sub kelompok kacang-kacangan sebesar 26,89% (qtq) dengan
sumbangan inflasi 0,16% diikuti inflasi sub kelompok lemak dan minyak sebesar 24,91%
(qtq) dengan sumbangan sebesar 0,52% dan sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan
hasil-hasilnya sebesar 8,73% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,46%, terhadap
pembentukan inflasi Kota Batam.
Berdasarkan komoditasnya, minyak goreng merupakan penyumbang terbesar
pembentukan inflasi Kota Batam pada triwulan laporan yang menyumbang sebesar 0,47%
disusul cabai merah dan beras masing-masing sebesar 0,37% dan 0,35%. Sedangkan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
31
ditinjau dari perkembangan harga secara triwulanan, komoditas tongkol mengalami kenaikan
sebesar 59,18% (qtq), tahu mentah mengalami kenaikan sebesar 49,64% (qtq) dan cabai
merah mengalami kenaikan sebesar 36,75%(qtq).
Di sisi lain, komoditas bawang merah dan bawang putih merupakan penyumbang
deflasi terbesar pada triwulan laporan dengan sumbangan masing-masing sebesar 0,20%
dan 0,14%. Sedangkan pada peringkat ketiga penyumbang deflasi adalah komoditas jeruk
dengan sumbangan sebesar 0,08%. Sedangkan ditinjau dari perkembangan harga secara
triwulanan, komoditas bawang putih dan bawang merah mengalami kenaikan deflasi
terbesar dengan kenaikan harga masing-masing sebesar 34,78% (qtq) dan 24,94% (qtq).
Komoditas yang mengalami deflasi terbesar berikutnya adalah jeruk yang mengalami deflasi
sebesar 11,98 (qtq).
Kenaikan harga untuk kelompok bahan makanan yang cukup tinggi pada triwulan I
2008 antara lain dipengaruhi oleh ketergantungan pasokan kebutuhan pokok dari luar
daerah ke Kota Batam yang cukup tinggi. Terjadinya bencana banjir di Jawa Tengah,
gelombang tinggi di perairan selat sunda, serta rusaknya infrastruktur jalan membuat arus
distribusi komoditas tersebut tidak lancar yang berakibat pada kenaikan harga barang-barang
kebutuhan pokok dari kelompok bahan makanan.
Grafik 2.3. Perkembangan Harga Komoditas Bahan Makanan Terpilih
-60,00
-40,00
-20,00
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2003 2004 2005 2006 2007 2008
BERAS
MINYAK GORENG
CABAI MERAH
BAWANG MERAH
BAWANG PUTIH
Jika dilihat dari trend perkembangan harga komoditas penyumbang inflasi terbesar,
sampai dengan triwulan I 2008 harga beras terus melanjutkan trend peningkatan harga
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
32
sebagaimana yang telah terjadi pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, harga minyak
goreng yang triwulan sebelumnya sempat mengalami penurunan harga dan memberikan
sumbangan deflasi yang cukup besar, pada triwulan laporan minyak goreng justru menjadi
komoditas penyumbang inflasi terbesar dengan angka inflasi sebesar 28,82% dengan
sumbangan sebesar 0,47%.
Sementara itu, bawang merah yang pada triwulan akhir 2007 menjadi penyumbang
inflasi terbesar dengan kenaikan harga sebesar 76,41% (qtq) dan sumbangan inflasi sebesar
0,35%, pada triwulan awal 2008 justru menjadi penyumbang deflasi terbesar dengan angka
deflasi sebesar 24,94% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,19%. Penurunan harga bawang
merah pada triwulan laporan salah satunya dipengaruhi oleh supply bawang merah yang
cukup besar terkait dengan kenaikan harga yang terjadi pada triwulan sebelumnya.
2.3.2. Kelompok Makanan Jadi
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan I 2008
mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,78% (qtq) atau dengan laju inflasi tahunan sebesar
1,48% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi tercatat pada kelompok
minuman yang tidak beralkohol sebesar 3,63% (qtq) dengan sumbangan 0,10% diikuti
kelompok makanan jadi sebesar 0,42% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,04%.
Komoditas penyumbang inflasi terbesar pada kelompok ini adalah gula pasir dengan
sumbangan inflasi sebesar 0,07% diikuti roti tawar dengan sumbangan inflasi sebesar 0,03%
dan minuman ringan dengan sumbangan inflasi sebesar 0,02%. Adapun kenaikan harga
yang dialami oleh ketiga komoditas tersebut masing-masing sebesar 9,24% (qtq), 13,93%
(qtq), dan 8,25% (qtq).
2.3.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan
mengalami inflasi triwulanan sebesar 1,82% (qtq) dengan laju inflasi tahunan sebesar 4,61%
(yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok
penyelenggaraan rumah tangga sebesar 5,57% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,11%,
diikuti oleh sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air dengan inflasi sebesar 1,67%
(qtq) dan sumbangan sebesar 0,12%.
Komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah gas elpiji dengan sumbangan inflasi
sebesar 0,109%, diikuti oleh sabun detergen bubuk dengan sumbangan inflasi sebesar
0,059%, dan upah pembantu rumah tangga dengan sumbangan inflasi sebesar 0,043%
dengan inflasi masing-masing sebesar 17,85% (qtq), 13,32% (qtq) dan 7,41% (qtq).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
33
2.3.4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang pada triwulan I 2008 mengalami inflasi sebesar 3,98% (qtq)
dengan laju inflasi tahunan sebesar 13,28% (yoy). Inflasi pada kelompok sandang pada
triwulan laporan lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 6,67% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi tercatat pada sub
kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 12,81% (qtq) dengan sumbangan
sebesar 0,150%, diikuti oleh sub kelompok sandang wanita dengan inflasi sebesar 1,83%
(qtq) dan sumbangan sebesar 0,024%.
Sedangkan komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah emas dan perhiasan
sebesar 0,150% dengan inflasi sebesar 15,37% (qtq). Komoditas penyumbang inflasi
terbesar berikutnya adalah celana dalam wanita yang memberikan sumbangan inflasi sebesar
0,01% dengan laju inflasi sebesar 15,06% (qtq). Berdasarkan data BPS, peningkatan harga
celana dalam wanita ini adalah yang pertama kali terjadi sejak mengalami kenaikan terakhir
pada triwulan II tahun 2005 yang mengalami kenaikan harga sebesar 88,47% (qtq).
2.3.5. Kelompok Kesehatan
Laju inflasi pada kelompok kesehatan di Kota Batam pada triwulan I tahun 2008
sebesar 4,39% (qtq) dengan laju inflasi tahunan sebesar 6,46% (yoy). Inflasi kelompok
kesehatan pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 0,64% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi dialami
oleh sub kelompok jasa kesehatan 13,91% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,087%.
Sub kelompok penyumbang berikutnya adalah sub kelompok jasa perawatan jasmani dengan
laju inflasi sebesar 3% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,007% yang diikuti oleh sub
kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang mengalami kenaikan harga sebesar 1,98%
(qtq) dengan sumbangan sebesar 0,034%.
Sementara itu dari sisi komoditas, penyumbang inflasi terbesar adalah tarif rumah
sakit dengan sumbangan sebesar 0,087% dengan inflasi sebesar 29,73% (qtq). Komoditas
penyumbang inflasi berikutnya adalah pasta gigi dan sabun mandi dengan sumbangan inflasi
masing-masing sebesar 0,010% dan 0,008%. Inflasi yang dialami oleh kedua kelompok
tersebut masing-masing sebesar 3,86% (qtq) dan 3,03% (qtq).
2.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan laporan mengalami inflasi
sebesar 0,75% (qtq) dengan inflasi tahunan sebesar 11% (yoy). Berdasarkan sub
kelompoknya, inflasi hanya dialami oleh sub kelompok jasa pendidikan yaitu sebesar 1,27%
(qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,03%. Sedangkan dari komoditasnya, penyumbang
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
34
inflasi terbesar untuk kelompok ini adalah jasa pendidikan akademi/perguruan tinggi dan
sekolah dasar dengan sumbangan inflasi masing-masing sebesar 0,15% dan 0,11%. Jasa
pendidikan perguruan tinggi dan sekolah dasar mengalami kenaikan harga masing-masing
sebesar 6,60% (qtq) dan 1,28% (qtq).
2.3.7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Kenaikan harga yang terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa
keuangan di Kota Batam pada triwulan I 2008 adalah sebesar 0,15% (qtq) dengan laju inflasi
tahunan sebesar 0,87% (yoy). Inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan
pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 0,54% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, laju inflasi tertinggi dialami oleh sub
kelompok jasa keuangan dengan angka inflasi sebesar 2,12% (qtq) dengan sumbangan
inflasi sebesar 0,009%. Sedangkan berdasarkan komoditasnya, inflasi tertinggi
disumbangkan oleh mobil sebesar 0,015% (qtq) dengan laju inflasi sebesar 1,15% (qtq).
2.4. Disagregasi Inflasi
Hasil perhitungan disagregasi inflasi di Kota Batam selama triwulan I 2008
menunjukkan bahwa inflasi inti (core inflation) secara tahunan maupun secara triwulanan
mengalami kenaikan. Hal yang sama juga terjadi pada inflasi volatile food baik yang
meningkat baik secara tahunan maupun triwulanan terhadap triwulan sebelumnya.
Sementara itu inflasi administred prices tidak mengalami perubahan baik secara tahunan
maupun triwulanan terhadap triwulan IV 2007.
-10,00
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
TW II
TW
III
TW IV
TW I
TW II
TW
III
TW IV
TW I
TW II
TW
III
TW IV
TW I
TW II
TW
III
TW IV
TW I
TW II
TW
III
TW IV
TW I
TW II
TW
III
TW IV
TW I
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
IHK Administered PriceVolatile Food Inflasi Inti (Core)
Grafik 2.2. Pergerakan Disasgregasi Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
35
2.4.1. Inflasi Inti
Inflasi inti (core inflation) Kota Batam yaitu inflasi yang murni dipengaruhi oleh faktor
permintaan dan penawaran tercatat secara tahunan mengalami kenaikan bila dibandingkan
dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,72% (yoy) menjadi sebesar
5,65% (yoy) pada triwulan laporan. Sedangkan secara triwulanan laju inflasi inti Kota Batam
mengalami meningkat sebesar 0,36% menjadi sebesar menjadi sebesar 2,27% (qtq).
Sumbangan inflasi inti triwulanan pada triwulan I 2008 tercatat sebesar 1,06% meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,96%.
2.4.2. Inflasi Non Inti
Inflasi non inti Kota Batam pada triwulan laporan mengalami peningkatan menjadi
sebesar 3,59% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,19%
(qtq). Peningkatan laju inflasi non inti Kota Batam salah satunya dipengaruhi oleh
peningkatan harga untuk barang-barang volatile food karena inflasi administred price pada
triwulan I 2008 tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Tabel 2.3 Disagregasi Inflasi Kota Batam
Triwulan IV-2007 Triwulan I-2008 KATEGORI
Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan
Inflasi Inti (Core Inflation) 1,91 0,96 2,27 1,06
Inflasi Non Inti (Non Core Inflation) 1,19 0,58 3,59 1,74
- Administered Price 0,51 0,11 0,51 0,11
- Volatile Food 1,75 0,47 6,06 1,63
Food 1,99 0,90 4,49 1,98
Non Food 1,19 0,64 1,54 0,82
Traded 1,55 1,20 2,19 1,22
Non Traded 1,28 0,34 -17,26 1,59
INFLASI 1.56 2,89
2.4.2.1. Volatile Food
Inflasi volatile food Kota Batam sampai dengan triwulan I tahun 2008 mengalami
tercatat sebesar 6,06% (qtq). Peningkatan harga volatile food terutama disumbangkan oleh
kenaikan harga kebutuhan pokok dari kelompok bahan makanan seperti minyak goreng,
cabai merah dan beras. Minyak goreng mengalami kenaikan harga sebesar 28,82% (qtq)
dengan sumbangan inflasi sebesar 0,47%. Kenaikan harga minyak goreng pada triwulan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
36
awal tahun 2008 salah satunya dipengaruhi oleh kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) di
pasar internasional yang menyebabkan produsen lokal lebih memilih untuk mengekspor CPO
alih-alih memenuhi kebutuhan lokal. Komoditas lain yang ikut memberikan sumbangan
terbesar terhadap pembentukan inflasi volatile food adalah cabai merah. Kebutuhan cabai
merah masyarakat Kota Batam yang sebagian besar dipenuhi dari pulau Jawa ini mengalami
kenaikan harga sebesar 36,75% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,38%. Kenaikan
harga cabai merah di Kota Batam juga dipengaruhi oleh terjadinya gagal panen di beberapa
daerah di pulau Jawa dan masa panen yang tidak sama untuk beberapa wilayah.
2.4.2.2. Administred Price
Administered prices pada triwulan I 2008 baik secara tahunan maupun triwulanan
tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu tercatat sebesar 0,51%
(qtq) dengan sumbangan sebesar 0,11%. Namun terkait dengan meningkatnya harga minyak
dunia yang sempat menyentuh level US $ 102 per barel harus tetap menjadi perhatian.
Kemungkinan pemerintah melakukan pengurangan subsidi BBM dalam rangka menghemat
APBN masih tetap terbuka yang akan berakibat pada kenaikan inflasi administred price.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
37
Bab 3 Perkembangan Perbankan Regional
3.1. Kondisi Umum
Kondisi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2008 menunjukkan
peningkatan yang cukup stabil terhadap periode sebelumnya. Beberapa indikator-indikator
perbankan, seperti total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit oleh perbankan
terus mengalami pertumbuhan.
Jumlah jaringan kantor cabang bank umum di wilayah Provinsi Kepulauan Riau
tercatat sebanyak 45 kantor cabang di triwulan awal 2008 atau bertambah sebanyak 1 (satu)
kantor cabang bank umum. Sedangkan jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang
pada akhir tahun 2007 tercatat sebanyak 12 kantor BPR dan 1 kantor cabang BPR, sampai
dengan triwulan awal 2008 terdapat 15 kantor BPR dan 1 kantor cabang BPR.
Total asset, DPK dan total kredit yang diberikan oleh perbankan menunjukkan trend
peningkatan jika dibanding triwulan IV 2007. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan semakin meningkat.
Kinerja perbankan Provinsi Kepulauan Riau untuk tahun 2007 terhitung baik, dimana
asset, DPK, kredit dan rasio LDR menunjukkan peningkatan. Sedangkan angka Non
Performing Loans (NPLs) mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih besar daripada penghimpunan dana menunjukkan
sudah membaiknya fungsi intermediasi oleh perbankan.
3.2. Total Asset Bank Umum
Kondisi industri perbankan menunjukkan pertumbuhan, seperti tercermin pada
pertumbuhan total asset bank umum yang berada di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia
Batam yang didukung oleh pertumbuhan aktiva produktif, termasuk kredit. Sampai dengan
triwulan I 2008, total asset bank umum mencapai Rp.16,07 triliun atau mengalami
peningkatan sebesar 0,41% dibanding triwulan IV 2007 yang tercatat sebesar Rp. 16 triliun,
sedangkan secara tahunan terdapat peningkatan sebesar Rp.1,45 triliun (9,91%) terhadap
triwulan yang sama di tahun sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
38
TABEL 3.1 – PERKEMBANGAN INDIKATOR BANK UMUM ( juta rupiah)
Periode 2007 2008
Indikator Tw.I Tw. II Tw. III Tw.IV Tw.I 1. Jaringan BU 40 41 44 44 45 a. Batam 27 27 28 28 29
b. Tj. Pinang 11 11 13 13 13
c. Karimun 2 2 2 2 2
d. Natuna 1 1 1 1 1 2. Total Asset 14.617.078 15.106.938 15.851.731 16.000.135 16.065.809
a. Batam 10.181.336 10.478.486 11.155.797 11.404.510 11.821.641
b. Tj. Pinang 3.320.778 3.730.356 3.897.759 3.787.352 3.586.531
c. Dati II lain 1.114.964 898.096 798.175 492.979 657.637
3. Total DPK 12.462.137 12.795.065 13.497.036 13.586.189 13.442.509 a. Batam 8.159.309 8.323.007 8.951.957 9.210.896 9.389.470
b. Tj. Pinang 3.182.499 3.562.510 3.726.971 3.597.598 3.421.781
c. Dati II lain 443.931 909.548 818.108 101.417 631.258
4. Total Kredit 6.713.064 7.228.680 7.726.078 8.215.755 8.583.889 a. Batam 5.622.513 6.025.843 6.374.627 6.817.304 7.100.350
b. Tj. Pinang 898.102 985.475 1.111.212 1.139.982 1.193.191
c. Dati II lain 192.449 217.362 240.239 185.294 290.348
5. LDR (%) 53,87 56.50 57,24 60,47 63,86
a. Batam 68,91 72.40 71,21 74,01 75,62
b. Tj. Pinang 28,22 27.66 29,82 31,69 34,87
c. Karimun 33,11 36.62 35,16 38,24 41,57
d. Natuna 6,72 11.75 20,58 24,96 62,4
6. NPLs (%) 4,46 4.28 3,47 2,6 1,57 a. Batam 4,19 4.01 3,16 2,37 1,4
b. Tj. Pinang 5,95 5.87 5,18 3,72 2,93
c. Karimun 6,86 6.28 8,48 5,43 0,57
d. Natuna 0 0.07 0,06 0 0
Sumber : Bank Indonesia
Berdasarkan Dati II, kegiatan perekonomian dan perbankan masih terkonsentrasi di
Kota Batam, dimana jumlah total asset perbankan sebagian besar masih tetap terhimpun di
Kota Batam. Total asset perbankan yang ada di Kota Batam pada triwulan I 2008 sebesar
Rp.11,82 triliun atau 73,58% dari seluruh total asset perbankan di Kepulauan Riau.
Sedangkan total asset yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Tanjung Pinang sebesar
Rp.3,59 triliun atau 22,32% dari seluruh total asset perbankan di Kepulauan Riau. Sementara
itu total asset perbankan di wilayah Kepulauan Riau (Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun,
dan Natuna) sebesar Rp.657 miliar (4,09%).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
39
TABEL 3.2 – PERKEMBANGAN TOTAL ASSET PERBANKAN ( miliar rupiah)
2007 2008 Lokasi
Tw.I Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.I Kota Batam 10.181 10.478 11.156 11.404 11.822 Wil.Tj.Pinang 3.321 3.730 3.898 3.787 3.587 Kep. Riau*) 1.115 898 798 493 657 Total 14.617 15.106 15.851 16.000 16.066
Sumber : Bank Indonesia *) wilayah Kepulauan Riau meliputi Tj.Uban,. Tanjung Balai Karimun dan Kab. Natuna
Total asset perbankan di Kota Batam mengalami peningkatan sebesar 3,66% secara
triwulanan (qtq) sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan sebesar 16,11%.
Sedangkan untuk total asset perbankan di wilayah Kota Tanjung Pinang mengalami
penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,30%, namun secara
tahunan meningkat sebesar 8%. Untuk perbankan di wilayah Kepulauan Riau yang meliputi
Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun dan Natuna, total asset perbankan di wilayah tersebut
mengalami peningkatan secara triwulanan sebesar 33,4% namun secara tahunan menurun
sebesar 41,02%.
3.3 Dana Pihak Ketiga Bank Umum
Sampai dengan triwulan awal 2008, jumlah dana masyarakat yang dihimpun oleh
bank umum mengalami penurunan. Pada triwulan awal 2008 jumlah dana masyarakat
mencapai Rp13,44 triliun atau menurun sebesar Rp143 milyar (7,87%) dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp13,57 triliun.
Penurunan DPK bank umum tersebut disebabkan oleh penurunan simpanan dalam
bentuk giro yang turun 3,69% (Rp212 miliar). Sedangkan simpanan dalam bentuk deposito
mengalami pertumbuhan terbesar yang mencapai 2,04% (Rp57,83 miliar). Demikian pula
simpanan dalam bentuk tabungan naik sebesar 0,22% (Rp11,17 miliar) terhadap triwulan
sebelumnya.
TABEL 3.3 – PENGHIMPUNAN DANA BANK UMUM
(Juta Rupiah) 2007 2008
Keterangan Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 - Giro 5.057.691 5.602.987 6.061.732 5.765.020 5.552.335
- Tabungan 3.844.020 3.999.732 4.303.432 4.980.529 4.991.700
- Deposito 3.560.426 3.196.346 3.131.872 2.840.640 2.898.474
Total 12.462.137 12.795.065 13.497.036 13.586.189 13.442.509
Sumber : Bank Indonesia Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
40
Meskipun mengalami penurunan, secara nominal porsi simpanan giro merupakan
jenis simpanan terbesar (41,43%) diantara dua jenis simpanan lain. Posrsi simpanan jenis
tabungan tercatat sebesar Rp4,99 triliun
(37,13%) sedangkan simpanan dalam
bentuk deposito tercatat sebesar Rp2,89
triliun (21,56%). Dominasi sektor industri
dan sektor perdagangan pada
perekonomian Kota Batam turut
mempengaruhi jenis transaksi perbankan
di Provinsi Kepulauan Riau. Kebutuhan
masyarakat akan dana likuid serta
transaksi ekonomi yang membutuhkan
waktu singkat menyebabkan simpanan berbentuk giro memiliki porsi terbesar terhadap total
simpanan masyarakat di perbankan.
3.4 Kredit Bank Umum
Jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah kerja Kantor Bank
Indonesia Batam pada triwulan I 2008 meningkat sebesar Rp368 miliar atau tumbuh sebesar
4,48% dibandingkan posisi akhir tahun 2007. Peningkatan jumlah kredit dan penurunan DPK
mengakibatkan tingkat LDR (Loan to Deposit Ratio) bank umum di Provinsi Kepulauan Riau
meningkat menjadi 63,86% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
60,47%.
Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan di wilayah kerja KBI Batam
sebagian besar digunakan untuk kredit konsumsi sebesar Rp3,33 triliun atau 38,88% dari
total kredit yang diberikan. Sedangkan kredit untuk modal kerja dan investasi masing-masing
sebesar Rp3,06 triliun (35,59%) dan Rp2,16 triliun (25,53%).
Dari segi pertumbuhan, peningkatan jumlah kredit terbesar pada triwulan I 2008 terdapat
pada kredit untuk jenis kredit konsumsi yang meningkat sebesar Rp205 miliar atau 6,56%
terhadap triwulan IV 2007. Sementara itu kredit konsumsi modal kerja meningkat sebesar
Rp127 miliar (4,32%). Sedangkan kredit investasi meningkat sebesar Rp36 miliar (1,68%).
Giro; 41,43%
Tabungan; 37,13%
Deposito; 21,56%
GRAFIK 3.1 – PERBANDINGAN TOTAL DPK BANK UMUM TRIWULAN IV 2007
Sumber : Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
41
TABEL 3.4 – PERKEMBANGAN PENYALURAN KREDIT BANK UMUM (juta rupiah)
2007 2008 KETERANGAN Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 - Modal kerja 2.303.606 2.486.151 2.656.218 2.928.587 3.055.083
- Investasi 1.764.400 1.894.140 2.072.646 2.155.566 2.191.784
- Konsumsi 2.645.058 2.848.389 2.997.214 3.131.602 3.337.022
Total 6.713.064 7.228.680 7.726.078 8.215.755 8.583.889
Sumber : Bank Indonesia
NPL bank umum di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2008 menunjukkan
indikator yang menggembirakan. NPL bank umum menurun dari 2,6% pada triwulan IV 2007
menjadi 1,57% di triwulan awal tahun 2008. Secara nominal NPL bank umum juga
mengalami penurunan sebesar Rp.3,11 miliar.
TABEL 3.5 – PERKEMBANGAN KOLEKTIBILITAS KREDIT
(juta rupiah)
2007 2008 KETERANGAN Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1
Total 6.713.064 7.228.680 7.726.078 8.215.755 8.583.889
- Lancar 5.658.159 6.179.304 6.616.103 7.242.850 7.574.135
- Dalam Perhatian Khusus 755.618 739.891 841.514 759.171 799.132
- Kurang Lancar 43.591 91.848 41.766 25.161 32.220
- Diragukan 38.974 46.772 34.427 25.540 28.311
- Macet 216.722 170.865 192.268 163.033 150.091
>> NPL (Nominal) 299.287 309.485 268.461 213.734 210.622
>> NPL (%) 4,46 4.28 3,47 2,60 1,57 Sumber : Bank Indonesia
3.5. Total Asset dan DPK Bank Perkreditan Rakyat
Total asset BPR yang berada di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam mengalami
peningkatan. Sampai dengan triwulan I 2008, total asset BPR mengalami peningkatan
sebesar Rp13,54 miliar (2,16%) menjadi sebesar Rp642,37 miliar dibanding triwulan IV 2007
yang tercatat sebesar Rp628,81 miliar.
TABEL 3.6 – PERKEMBANGAN TOTAL ASSET DAN DPK BPR (dalam jutaan rupiah)
2007 2008 KETERANGAN Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1
1. TOTAL ASSET 497.396 498.558 593.383 628.812 642.366 2. TOTAL DANA 381.654 410.714 461.030 476.104 498.168
a. Tabungan 29.252 30.792 35.791 38.577 40.902
b. Deposito 352.402 379.922 425.239 437.528 457.266
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
42
Total dana yang berhasil dihimpun oleh BPR pada triwulan laporan meningkat dengan
triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan akhir 2007 total dana yang dihimpun BPR tercatat
sebesar Rp476,11 miliar, maka pada triwulan awal 2008 meningkat menjadi Rp498, 17 miliar
atau naik sebesar Rp22,06 miliar (4,63%). Sebagian besar dana masyarakat yang dihimpun
oleh BPR disimpan dalam bentuk deposito yaitu sebesar Rp.457,27 miliar atau 91,78% dari
seluruh total DPK BPR. Sedangkan 8,22% disimpan dalam bentuk tabungan sebesar Rp40,90
miliar.
3.6. Kredit BPR
Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR kepada masyarakat pada triwulan I 2008
meningkat terhadap triwulan IV 2007. Jumlah kredit yang diberikan oleh BPR yang beroperasi
di wilayah kerja KBI Batam pada triwulan awal 2007 sebesar Rp394,75 miliar atau meningkat
Rp.24,16 miliar (6,52%) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp370,59 miliar.
Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR di wilayah kerja KBI Batam sebagian besar
digunakan untuk keperluan konsumsi. Kredit untuk konsumsi yang disalurkan BPR di wilayah
kerja KBI Batam pada triwulan I 2008 tercatat sebesar Rp273,57 miliar atau 69,30% dari
seluruh total kredit yang diberikan oleh BPR. Sementara kredit untuk investasi yang diberikan
BPR di Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp90,34 miliar atau 22,89% dari seluruh total kredit
yang diberikan oleh BPR. Sedangkan porsi kredit modal kerja adalah sebesar Rp.30,84 miliar
(7,81%).
Besarnya kredit BPR untuk keperluan konsumsi mencerminkan intermediasi yang
dilakukan BPR terhadap dunia usaha masih belum optimal. Sebagian besar BPR di Provinsi
Kepulauan Riau menyalurkan kredit untuk keperluan pembelian mobil dan beberapa untuk
pembelian rumah atau ruko.
TABEL 3.8 – PERKEMBANGAN KREDIT BPR MENURUT JENIS PENGGUNAANNYA
(dalam jutaan rupiah) 2006 2007
KETERANGAN Tw IV Tw.I Tw II Tw III Tw IV
Total Kredit 218.224 266.329 306.565 348.435 370.558 a. Modal Kerja 18.646 20.355 20.320 22.119 27.510 b. Investasi 54.481 66.135 72.505 82.152 84.193 c. Konsumsi 145.097 179.839 213.740 244.164 258.884
Sumber: Bank Indonesia
Meskipun secara share, kredit BPR di Provinsi Kepulauan Riau masih didominasi oleh
kredit konsumsi, namun meskipun kredit investasi memiliki porsi terkecil, kredit investasi
mengalami peningkatan terbesar di antara dua jenis kredit yang lain. Kredit modal kerja
meningkat sebesar 12,12% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu kredit
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
43
investasi meningkat sebesar 7,30%. Sedangkan kredit konsumsi tumbuh sebesar 5,67%.
Peningkatan kredit modal kerja dan kredit investasi BPR yang cukup tinggi ini memberikan
sinyal positif bagi dunia usaha, khususnya UMKM, mengingat pangsa pasar BPR adalah usaha
mikro, kecil dan menengah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
44
Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah
Jumlah dalam APBD tahun 2008 setelah dilakukan pembahasan adalah
sebesar Rp.1,389 triliun yang terdiri dari komponen Pendapatan sebesar Rp.1,178
triliun, Belanja sebesar Rp.1,382 triliun, dan Pembiayaan sebesar Rp.204 milyar.
Jumlah APBD tahun 2008 tersebut mengalami penurunan sebesar 5,32% apabila
dibandingkan dengan jumlah APBD tahun 2007 yang sebesar Rp.1,467 triliun.
Penurunan jumlah APBD tahun 2008 dibandingkan APDB tahun 2007 secara umum
disebabkan oleh menurunnya penerimaan dari Dana Perimbangan dan menurunnya
perhitungan pembiayaan dari Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA) sebagai akibat dari
semakin baiknya pelaksanaan program kegiatan tahun 2007. Disamping itu terdapat
komponen penerimaan yang berasal dari Lain-lain Pendapatan Yang Sah yang tidak
dianggarkan pada tahun 2008 karena Provinsi Kepulauan Riau tidak mendapat alokasi Dana
Penyesuaian dari pemerintah pusat pada tahun 2008.
Tabel 4.1 – Perkembangan APBD Provinsi Kepulauan Riau
TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007 TA.2008 No STRUKTUR
APBD Jumlah (Rp.)
1 PENDAPATAN 371,721,840,000 911,152,768,000 1,019,498,530,494 1,178,500,000,000
2 BELANJA 483,577,930,500 1,136,081,909,773 1,459,367,000,000 1,382,500,000,000
3 PEMBIAYAAN 111,856,090,500 224,929,141,773 439,868,869,506 204,000,000,000
Perkembangan APBD 501,134,743,000 1,189,966,909,773 1,467,000,000,000 1,389,000,000,000 Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah – Provinsi Kepulauan Riau
Secara keseluruhan, realisasi Penerimaan pada periode tw.I-2008 tergolong cukup
optimal yakni sebesar Rp 187 milyar atau 15,88% dari target penerimaan tahun 2008.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) telah terealisasi sebesar Rp 84,2 milyar atau 16,19% dari
target PAD 2008. Sedangkan penerimaan Dana Perimbangan sudah direalisasi pemerintah
pusat sebesar Rp 102 milyar atau 15,64% dari target 2008. Alokasi Dana Perimbangan baru
diterima pemerintah Provinsi Kepulauan Riau pada bulan Maret 2008.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
45
Tabel 4.2 – Target dan Realisasi Penerimaan Periode Januari - Maret 2008
Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah – Provinsi Kepulauan Riau
Penerimaan pada pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagian besar berasal dari Pajak
Daerah, dimana sampai dengan bulan Maret 2008 telah terkumpul sebanyak Rp 82,5 milyar
atau 18,26% dari target yang dicanangkan di tahun 2008. Selanjutnya penerimaan yang
berasal dari Lain-lain Pendapatan Asli Daerah pada periode Januari-Maret 2008 telah realisasi
sebesar Rp 1,5 milyar (2,63%) dari target Rp 58,3 milyar. Hasil pungutan/retribusi
berdasarkan kebijakan Daerah terealisasi sebesar Rp 117,5 juta atau 1,44% dari target
Retribusi Daerah di tahun 2008.
Dana Perimbangan selama tw.I-2008 telah terealisasi sebanyak Rp 187,2 milyar atau
15,9% dari target alokasi sebanyak Rp 1,18 triliun. Dari total dana perimbangan tersebut,
sebagian besar berasal dari transfer Dana Alokasi Umum dari pemerintah pusat sebesar Rp
72,2 milyar atau 25% dari total DAU yang disetujui tahun 2008. Penerbitan Permendagri
59/2007 sebagai revisi Permendagri 13/2006 menghasilkan perubahan terkait dengan
transfer dana perimbangan tersebut, dimana jadwal transfer dana bagi hasil yang semula
menumpuk di semester II akan dialokasikan secara lebih merata. Selanjutnya Dana Bagi Hasil
JAN 2008 FEB 2008 MAR 2008JUMLAH (Rp) JUMLAH (Rp) JUMLAH (Rp)
1. PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pajak Daerah 452,130,165,000.00 27,586,550,195.00 26,753,772,181.00 28,239,830,754.00 Retribusi Daerah 8,140,000,000.00 27,019,500.00 56,280,000.00 34,220,000.00 - Retribusi Jasa Umum 640,000,000.00 9,629,500.00 2,130,000.00 -
- Retribusi Jasa Usaha 7,500,000,000.00 17,390,000.00 54,150,000.00 34,220,000.00 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 1,700,000,000.00 - - - Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 58,261,283,000.00 446,401,780.66 490,242,221.90 594,758,369.97
2. DANA PERIMBANGANBagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 156,882,237,000.00 2,728,848,961.00 1,439,553,672.00 26,580,493,425.00 - Bagi Hasil Pajak 86,114,000,000.00 2,728,848,961.00 1,439,553,672.00 13,876,645,897.00
- Bagi Hasil Bukan Pajak 7,249,000,000.00 - - - - Pajak Penghasilan Orang Pribadi 63,519,237,000.00 - - 12,703,847,528.00 Bagi Hasil Bukan Pajak 206,700,457,000.00 - - -
Dana Alokasi Umum 288,884,858,000.00 24,073,738,000.00 24,073,738,000.00 24,073,738,000.00 Dana Alokasi Khusus 5,801,000,000.00 - - -
REALISASI PENERIMAAN TARGET PENERIMAAN TAHUN 2008
JENIS PENERIMAAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
46
Pajak telah terealisasi sebanyak Rp 30,7 milyar atau 19,6% dari target yang ditetapkan.
Sedangkan penerimaan dari dana Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam belum terealisasi
sama sekali dari target Rp 206 milyar. Berdasarkan hasil perhitungan lifting dan asumsi harga
minyak bumi yang dilakukan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan
Departemen Keuangan menetapkan secara rata-rata untuk seluruh daerah Indonesia akan
terjadi penurunan DBH Migas pada tahun 2008 sebesar 14,4% dari estimasi DBH Migas
tahun 2007.
Tabel 4.3 – Target dan Realisasi Pengeluaran Periode Januari - Maret 2008
Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah – Provinsi Kepulauan Riau
Penyerapan anggaran belanja pemerintah provinsi Kepulauan Riau pada tw.I-2008
tergolong rendah, dimana selama Januari-Maret 2008 baru terealisasi Rp 82,2 milyar atau
5,95% dari target pengeluaran tahun 2008 sebesar Rp 1,38 triliun. Kondisi ini disebabkan
pengesahan APBD baru terjadi pada bulan Februari 2008, sehingga penggunaan anggaran
baru efektif dilakukan pada bulan April 2008.
Anggaran Belanja Langsung merupakan pos pengeluaran yang paling rendah tingkat
realisasinya, baru terserap Rp 30,7 milyar (3,20%) dari target Rp 960 milyar yang ditetapkan.
Adapun realisasi belanja barang/jasa dan belanja modal baru terealisasi 2,9% di tw.I-2008,
disebabkan tertundanya beberapa proyek pemerintah. Sedangkan sisanya adalah belanja
pegawai.
JAN 2008 FEB 2008 MAR 2008
JUMLAH (Rp) JUMLAH (Rp) JUMLAH (Rp)1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 421,891,865,046.00 5,976,480,676.00 8,997,538,060.00 36,552,456,882.00
- Belanja Pegawai 166,009,868,321.00 5,976,480,676.00 8,997,538,060.00 30,653,356,882.00
- Belanja Subsidi 4,376,150,000.00 - - -
- Belanja Hibah 19,515,100,000.00 - - 4,194,300,000.00
- Belanja Bantuan Sosial 43,423,000,000.00 - - 1,704,800,000.00
- Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pem. Desa 182,567,746,725.00 - - -
- Belanja bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pem. Desa 4,000,000,000.00 - - -
- Belanja Tidak Terduga 2,000,000,000.00 - - -
2. BELANJA LANGSUNG 960,608,134,954.00 1,165,129,741.00 6,312,446,532.00 23,214,729,455.00
- Belanja Pegawai 100,799,256,186.00 9,000,000.00 1,242,405,000.00 4,474,268,500.00 - Belanja Barang dan Jasa 414,187,312,005.95 1,156,129,741.00 5,070,041,532.00 13,812,813,635.00
- Belanja Modal 445,621,566,762.05 - - 4,927,647,320.00
REALISASI PENGELUARAN TARGET PENGELUARAN
TAHUN 2008 JENIS PENGELUARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
47
Sedangkan Belanja Tidak Langsung telah terealisasi Rp 51,5 milyar (12,21%) dari Rp
421,9 milyar yang ditargetkan untuk tahun 2008. Sebagian besar terealisasi untuk belanja
pegawai sekitar 27,5% dari target pengeluaran untuk belanja pegawai tahun 2008. Di
samping itu, belanja hibah telah terserap sebesar Rp 4,2 milyar atau 21,49% dari target
tahun 2008. Sedangkan sisanya terrealisasi untuk belanja Bantuan Sosial, dimana selama
periode tw.I-2008 telah disalurkan sebanyak Rp 1,7 milyar atau 3,93% dari target bantuan
sosial yang harus disalurkan di tahun 2008 sebesar Rp 43,4 milyar.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
48
Bab 5 Perkembangan Sistem Pembayaran
5.1. PENGEDARAN UANG KARTAL
Perkembangan aliran uang yang masuk (inflow) dan keluar (outflow) di wilayah kerja
Bank Indonesia Batam secara nominal menunjukkan outflow yang lebih besar daripada
inflow. Sampai dengan triwulan I 2008 terjadi outflow sebesar Rp403 miliar sedangkan
inflow sebesar Rp59 miliar sehingga terjadi net outflow Rp344 miliar. Uang yang masuk ke
Bank Indonesia Batam mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang tercatat Rp70 miliar. Jumlah yang cukup tinggi pada triwulan akhir 2007 terkait dengan
penukaran yang terjadi disebabkan kebutuhan uang dalam pecahan kecil dalam rangka
menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Tabel 5.1 Perkembangan Uang Kartal
(dalam milyar rupiah) 2007 2008
KETERANGAN Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Inflow 121 21 14 70 59
Outflow 366 188 308 402 403
Net (245) (167) (294) (332) (344)
Sumber : Bank Indonesia
5.1.1. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar
Peracikan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) merupakan salah satu upaya yang dilakukan
oleh Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan uang bersih (clean money policy) yaitu
Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang layak kepada
masyarakat. Di samping itu, Bank Indonesia juga memberikan pelayanan kepada perbankan
dan masyarakat untuk kegiatan setoran, penarikan dan penukaran untuk pecahan besar ke
pecahan kecil serta untuk uang rupiah lusuh. Selama triwulan awal 2008, jumlah UTLE yang
diracik di KBI Batam Rp59 miliar atau mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp109 miliar.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
49
0102030405060708090
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I
2006 2007 2008
Peracikan UTLE
5.2. LALU LINTAS PEMBAYARAN GIRAL
5.2.1. Kliring Lokal
Untuk wilayah kerja KBI Batam, terdapat 3 (tiga) wilayah kliring lokal, yaitu: di KBI
Batam untuk wilayah Kota Batam, PT. Bank Mandiri untuk wilayah Tanjung Pinang, dan PT.
BNI untuk wilayah Tanjung Balai Karimun. Nilai transaksi melalui sistem kliring lokal di wilayah
Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I 2008 mencapai Rp2,46 triliun dengan jumlah warkat
sebanyak 104.027 lembar. Nilai total kliring tersebut menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,65 triliun dengan jumlah warkat sebanyak 103.390
lembar. Sementara itu, penolakan Cek/BG kosong di wilayah kerja KBI Batam tercatat sebesar
Rp47,16 miliar dengan jumlah warkat sebanyak 1.875 lembar. Jika dilihat dari volumenya,
jumlah Cek/BG kosong yang ditolak mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, namun jika dilihat dari jumlah warkat terjadi peningkatan. Pada triwulan IV
2007 jumlah Cek/BG kosong yang ditolak tercatat sebesar Rp93,26 miliar dengan jumlah
warkat sebesar 1.665 lembar.
TABEL 3.17 – PERKEMBANGAN KLIRING LOKAL (miliar rupiah)
2007 2008 KETERANGAN Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Perputaran Kliring
Lembar 104.613 108.413 114.647 103.390 104.027
Nominal (Rp jt) 2.297 2.268 4.582 2.652 2.456
Penolakan Cek/BG Kosong
Lembar 1.449 1.395 1.474 1.665 1.873
Nominal (Rp jt) 33.885 20.547 29.269 93.261 47.160
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.1 Perkembangan UTLE
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
50
5.2.2. Transaksi BI-RTGS
Transaksi masyarakat melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
(RTGS) di Kantor Bank Indonesia Batam pada triwulan I 2008 mengalami penurunan baik
pada transaksi masuk maupun transaksi keluar. Transaksi yang masuk ke perbankan di
wilayah Provinsi Kepulauan Riau menurun sebesar Rp582 miliar (9,88%) menjadi sebesar
Rp5,31 triliun pada triwulan I 2008 dengan volume sebanyak 9.202 transaksi. Sedangkan
transaksi keluar perbankan di wilayah kerja KBI Batam mengalami penurunan sebesar Rp324
miliar (8,14%) menjadi sebesar Rp3,65 triliun pada triwulan I 2008.
TABEL 3.18 – PERKEMBANGAN BI-RTGS 2007 2008
KETERANGAN Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1
Transaksi Masuk
Nominal (miliar Rp) 3.724 4.090 5.200 5.889 5.307
Volume 6.865 6.668 8.113 8.757 9.202
Transaksi Keluar
Nominal (miliar Rp) 3.183 3.376 4.367 3.978 3.654
Volume 5.753 6.090 7.518 6.650 6.124
Sumber : Bank Indonesia
5.3. UANG PALSU
Jumlah uang rupiah palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Batam pada triwulan
awal 2008 berjumlah Rp240.000,00 dengan jumlah sebanyak 9 lembar. Apabila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terdapat peningkatan nominal sebesar
Rp30.000,00, namun dari jumlah lembar mengalami peningkatan sebesar 4 lembar.
Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp50.000,00
dilaporkan sebanyak 3 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp20.000,00 dilaporkan
sebanyak 5 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp10.000,00 dilaporkan sebanyak 1
lembar.
Terkait dengan uang palsu yang beredar di masyarakat, Bank Indonesia Batam terus
melakukan berbagai upaya untuk menekan peredarannya, antara lain dengan melakukan
sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada berbagai kalangan (perbankan, pelajar,
mahasiswa, masyarakat umum).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
51
Bab 6 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
6.1. PENDUDUK
Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2007 meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau meningkat sebesar 55.055 jiwa
(0.04%) menjadi 1.392.918 jiwa dibandingkan tahun 2006 yang tercatat sebesar 1.337.863
jiwa.
Penyebaran penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2007 sebagian besar
masih terkonsentrasi di Kota Batam. Jumlah penduduk Kota Batam pada tahun 2007 tercatat
sebesar 695.739 jiwa atau 49,95% dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau. Selanjutnya
diikuti oleh jumlah penduduk Kabupaten Karimun yang tercatat sebesar 216.221 jiwa
(15,52%) dan jumlah penduduk Kota Tanjung Pinang yang tercatat sebesar 177.963 jiwa
(12,78%).
Peningkatan jumlah penduduk terbesar pada tahun 2007 juga terjadi di Kota Batam
yang mengalami peningkatan jumlah penduduk sebesar 39.738 jiwa (1,06%) dibandingkan
tahun 2006. Selanjutnya diikuti peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Karimun yang
meningkat sebesar 6.346 jiwa (1,03%) dan Kota Tanjung Pinang yang meningkat sebesar
5.347 (1.03%).
Tabel 6.1 Perkembangan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Kab./Kota 2006 2007 Pert. (%) Karimun 209.875 216.221 0,03 Bintan 121.303 122.677 0,01 Lingga 91.918 93.424 0,02 Karimun 86.150 86.894 0,01 Bintan 656.001 695.739 0,06 Lingga 172.616 177.963 0,03 Total 1.337.863 1.392.918 0,04
Sumber : BPS Prov. Kepri
6.2. KETENAGAKERJAAN
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau penduduk yang
bekerja di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2007 tercatat sebesar 535.797 jiwa. Penduduk
yang bekerja tersebut terbagi pada 3 (tiga) lapangan usaha agriculture yang terdiri atas sektor
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
52
pertanian, manufacturing yang terdiri atas sektor pertambangan, sektor industri, sektor listrik,
gas dan air, serta sektor bangunan, service yang terdiri atas sektor perdagangan, sektor
angkutan, sektor keuangan, sektor jasa perusahaan dan perorangan. Sebagian besar pekerja
Provinsi Kepulauan Riau bekerja di sektor service yang mencapai 48,77%, kemudian diikuti
oleh sektor manufacture yang menyerap pekerja sebesar 35,94% dan sektor agriculture yang
menyerap pekerja sebesar 15,29%.
Tabel 6.2. Perkembangan Pekerja Berdasarkan Lapangan Usaha
Keterangan Agust-06 Feb-07 Agust-07 Agriculture 100.868 93.525 81.914 Pertanian 100.868 93.525 81.914
Manufacture 165.031 223.779 192.550 Pertambangan 4.592 7.113 13.465
Industri 127.511 177.226 131.246
Listrik, Gas & Air 938 2.172 2.158
Bangunan 31.990 37.268 45.681
Service 249.661 265.881 261.333
Perdagangan 117.821 113.171 117.170
Angkutan dan Pergudangan 45.214 51.656 51.295
Keuangan dan Jasa Perusahaan
12.661 14.409 9.690
Jasa Kemasyarakatan 73.965 86.645 83.178
TOTAL 515.560 583.185 535.797
Sumber : BPS Prov. Kepri
Jika dilihat dari penyebaran pekerja di Provinsi Kepulauan Riau, sebagian besar
pekerja masih berada di Kota Batam yaitu sebesar 152.182 jiwa (28,4%). Selain itu, Kota
Batam juga mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan daerah lain di
Provinsi Kepulauan Riau. Sebagian besar pekerja di Kota Batam (61,76%) bekerja di sektor
manufacture padahal di daerah lain sebagian besar pekerja bekerja di sektor service.
Tabel 6.3. Pekerja Menurut Kabupaten/Kota dan Sektor
Sektor Keterangan
Agriculture Manufacture Service TOTAL
Kabupaten Karimun 18.134 18.754 46.469 83.357
Kabupaten Bintan 17.329 31.688 35.307 84.324
Kabupaten Natuna 19.589 10.404 20.077 50.070
Kabupaten Lingga 21.664 11.355 21.631 54.650
Kota Batam 2.119 93.990 56.073 152.182
Kota Tanjung Pinang 3.079 26.359 81.776 111.214
Total 81.914 192.550 261.333 535.797
Sumber : BPS Prov. Kepri
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
53
6.3 KESEJAHTERAAN DAERAH
Salah satu alat ukur untuk mengetahui pencapaian kesejahteraan penduduk adalah
kelangsungan hidup, pengetahuan dan daya beli yang terangkum dalam Indeks
Pengembangan Manusia (IPM). Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi
kelangsungan hidup dan sehat adalah angka harapan hidup, untuk mengukur dimensi
pengetahuan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan dimensi
kehidupan yang layak diukur dengan paritas daya beli.
Berdasarkan data dari BPS Provinsi Kepulauan Riau, tingkat IPM Provinsi Kepulauan
Riau pada tahun 2006 mencapai 72,8 dan menempati urutan ke-7 dari 33 Provinsi di
Indonesia. Sedangkan pada tingkat Kabupaten/Kota, Kota Batam menempati urutan IPM ke-
9 dari 440 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia dengan nilai 76,7 dan mengalami perbaikan
dibandingkan tahun 2005 yang tercatat sebesar 76,5.
TABEL 6.4 – IPM KAB/KOTA DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2006
Prov/Kab/Kota
Angka Harapan Hidup
(tahun)
Angka Melek Huruf
(persen)
Rata-rata
Lama sekolah (tahun)
Rata-rata Pengeluaran Riil Perkapita disesuaikan
(000Rp)
IPM Peringkat
Provinsi Kepri Karimun Bintan Natuna Lingga Batam Tj. Pinang
69,6 69,7 69,5 67,9 69,6 70,6 69,4
96,0 95,0 92,9 95,7 90,9 98,8 97,3
8,4 7,8 7,7 6,9 7,2 10,7 9,2
625,5 623,3 626,2 604,1 613,0 638,5 616,8
72,8 72,0 71,6 69,0 69,9 76,7 72,9
7 116 134 244 207 9
83
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau
Secara parsial, angka harapan hidup tertinggi terdapat di Kota Batam, sebesar 70,6
tahun. Sedangkan harapan hidup terendah terdapat di Kabupaten Natuna, yaitu sebesar 67,9
tahun. Sementara itu secara keseluruhan angka harapan hidup Provinsi Kepulauan Riau
adalah sebesar 69,6 tahun. Indikator melek huruf Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar
96%. Angka melek huruf tertinggi masih terdapat di Kota Batam yaitu sebesar 98,8%
sedangkan terendah terdapat di Kabupaten Lingga yaitu sebesar 90,9%.
Untuk indikator rata-rata lama sekolah, Kota Batam masih tercatat memiliki angka
rata-rata lama sekolah tertinggi yaitu 10,7 tahun. Sedangkan angka rata-rata lama sekolah
terendah terdapat di Kabupaten Natuna yaitu sebesar 6,9 tahun. Sementara angka rata-rata
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
54
lama sekolah Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 8,4 tahun. Indikator pengeluaran riil
per kapita Provinsi Kepulauan Riau tahun 2006 tercatat sebesar Rp625.500,00. Pengeluaran
riil per kapita tertinggi kembali terdapat di Kota Batam yang tercatat sebesar Rp638.500,00.
Sedangkan pengeluaran riil per kapita terendah terdapat di Kabupaten Natuna tercatat
sebesar Rp604.100,00.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
55
Bab 7 Prospek Ekonomi dan Inflasi
Perekonomian Kepulauan Riau pada tw.II-2008 diperkirakan masih mampu
berakselerasi meski dengan tekanan yang diyakini lebih berat dibanding periode
tw.I-2008. Dari sisi permintaan, konsumsi pemerintah dan ekspor masih menjadi sumber
pertumbuhan utama. Sementara itu, naiknya pengeluaran sektor industri dan perdagangan
mendorong pertumbuhan ekonomi di sisi penawaran. Asesmen terhadap inflasi IHK kota
Batam pada tw.II-2008 akan menunjukkan tren menurun dibandingkan tingkat inflasi tw.I-
2008. Tekanan pada harga barang-barang voletile food diperkirakan tidak setinggi tw.I-2008
karena distribusi barang yang mulai lancar sejalan dengan meredanya ombak laut. Namun
demikian, tekanan inflasi dari kelompok administered price karena adanya rencana kenaikan
tarif listrik penting diwaspadai agar tidak mendorong inflasi ke tingkat yang lebih tinggi.
7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Sebagai wilayah industri dan pariwisata, perekonomian provinsi Kepulauan
Riau sangat bergantung pada investasi dan perdagangan. Sejalan dengan hal tersebut,
sektor industri pengolahan merupakan kekuatan ekonomi utama dari sisi penawaran. Namun
dalam lima tahun terakhir kontribusi sektor industri terus menurun, dikompensir oleh
peningkatan peran sektor perdagangan, bangunan, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa.
Perekonomian Kepulauan Riau pada tw.II-2008 diperkirakan tumbuh positif di kisaran
7,9% - 8,4% (y-o-y) atau 0,84% - 1,38% (q-t-q). Dari sisi penerimaan, asesmen
pertumbuhan berasal dari peningkatan investasi dan membaiknya kinerja perdagangan
(ekspor-impor). Realisasi investasi pada periode Januari-Februari 2008 mencapai US$
22.229.401 dengan jumlah proyek sebanyak 15 proyek, atau naik 56% dibandingkan
periode yang sama di tahun 2007. Selain itu, diresmikannya 5 perusahaan baru di Kawasan
Industri PT. Bintan Offshore pada bulan Februari 2008 dengan total investasi mencapai US$
19 juta diharapkan mampu mendorong kinerja investasi di tw.II-2008. Investasi barang modal
(PMTB) pada tw.II-2008 diproyeksi akan tumbuh 31%, melebihi tingkat pertumbuhan di
triwulan laporan yang tercatat sebesar 26,5% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
56
Ekspor pada tw.II-2008 diperkirakan mulai bergerak positif di tengah tren penurunan
impor memberi perbaikan pada kinerja perdagangan Kepulauan Riau. Berdasarkan data Bank
Indonesia, Kinerja ekspor dan impor provinsi Kepulauan Riau sampai dengan bulan Februari
2008 menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dibanding akhir tahun 2007.
Penurunan terutama terjadi pada produk logam dasar dan olahan, elektronik dan mesin
perlengkapan kantor. Melambatnya kinerja perdagangan sangat dipengaruhi oleh turunnya
permintaan dari Singapura, dimana peran negara tersebut sangat dominan terhadap ekspor-
impor Kepulauan Riau. Kondisi ini diduga merupakan efek tidak langsung dari melemahnya
perekonomian Amerika Serikat yang berimbas terhadap perekonomian global. Statement
terakhir dari pemerintah Singapura bahwa perekonomian negara tersebut mampu tumbuh
7,2% (yoy) pada tw.I-2008 yang ditopang oleh membaiknya industri manufaktur, konstruksi,
keuangan dan transportasi diyakini dapat memberi kontribusi positif terhadap kinerja
perdagangan Kepulauan Riau.
Sementara itu, konsumsi masih berperan strategis dalam menunjang pertumbuhan di
sisi penawaran. Pertumbuhan konsumsi diperkirakan berasal dari meningkatnya pengeluaran
pemerintah sehubungan dengan pencairan dana perimbangan pada awal bulan Maret 2008
lalu. Masih rendahnya daya serap anggaran sampai dengan tw.I-2008 yakni sekitar 5,95%
akan menjadi stimulus peningkatan porsi belanja pemerintah di triwulan-triwulan ke depan.
7,000,000
7,500,000
8,000,000
8,500,000
9,000,000
9,500,000
10,000,000
I II III IV I II III IV I II*
2006 2007 2008
0%
2%
4%
6%
8%
10%
PDRB
y-o-y
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
I II III IV I II III IV I II*
2006 2007 2008
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
PMTB
y-o-y
Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.1 – Pertumbuhan PDRB Kepulauan Riau
Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.2 – Pertumbuhan PMTB
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
57
Membaiknya kinerja ekspor di tw.II-2008 akan direspon dengan perkembangan
positif sektor Industri di sisi penawaran yang diperkirakan tumbuh 5,61%, lebih tinggi
dibanding pertumbuhan tw.I-2008 sebesar 4,03% (yoy). Perekonomian Singapura yang
diproyeksi kembali bangkit menuju semester I-2008 dipastikan menjadi stimulus bagi
pertumbuhan sektor industri di Kepulauan Riau.
Sektor Perdagangan, Bangunan dan Pengangkutan yang semakin berperan penting
dalam pembentukan PDRB Kepulauan Riau diproyeksi masih mengalami percepatan di tw.II-
2008. Aktivitas perdagangan dan angkutan barang/jasa menuju pertengahan tahun biasanya
akan lebih tinggi dibanding awal tahun. Pertumbuhan sektor-sektor tersebut juga didorong
oleh ekspektasi berlakunya kembali kawasan free Trade Zone (FTZ) di Batam, Bintan dan
Karimun, serta ditetapkannya Batam sebagai salah satu kota MICE (Meetings, Incentive,
Convention & Exhibition ) di Indonesia.
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
I II III IV I II III IV I II*
2006 2007 2008
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
Konsumsi
y-o-y
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
I II III IV I II III IV I II*
2006 2007 2008
-5%
0 %
5%
10%
15%
20%
25%
Impor
y-o-y
Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.3 – Pertumbuhan Konsumsi
Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.4 – Pertumbuhan Impor
5,000,000
5,250,000
5,500,000
5,750,000
6,000,000
6,250,000
I II III IV I II III IV I II*
2006 2007 2008
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%Industri
y-o-y
500,000
550,000
600,000
650,000
700,000
750,000
800,000
850,000
900,000
950,000
1,000,000
I II III IV I II III IV I II*
2006 2007 2008
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%Perdagangan
y-o-y
Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.5 – Pertumbuhan Sektor Industri
Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.6 – Pertumbuhan Sektor Perdagangan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
58
Proyek konstruksi pemerintah diduga akan tumbuh lebih tinggi karena realisasi
belanja barang/jasa dan belanja modal pemerintah secara keseluruhan baru terealisasi 2,9%
di tw.I-2008. Proyek konstruksi swasta tetap didominasi oleh perkembangan industri properti
dan galangan kapal (shipyard) yang diperkirakan masih tumbuh di tw.II-2008.
Khusus industri galangan kapal (shipyard), berdasarkan Jurnal World Shipbuilding
Statistics, Edisi Juni 2007, Indonesia ditempatkan sebagai salah satu negara pembangun
kapal terbesar di dunia. Walau masih dalam urutan ke 21 dari 22 negara, prestasi ini dapat
dijadikan momentum untuk terus memperkuat industri galangan kapal nasional. Di Indonesia
setidaknya terdapat sekitar 13 usaha galangan kapal yang sangat aktif seperti PT. PAL
Surabaya, Labroy Shipbuilding Batam, Pan-United Batam, Dumas-Surabaya, ASL Shipyard-
Batam, Batamec-Batam, Bristoil Offshore Indonesia-Batam, Jaya Asiatic -Batam, Kodja bahari-
Jakarta, Mariana Bahagia -Palembang, Noahtu Shipyard-Panjang, Dok Perkapalan Surabaya,
dan Tunas Karya Bahari. Secara kuantitas, Batam memberi kontribusi sekitar 21% terhadap
industri shipyard di Indonesia, dimana PT. PAL Surabaya menguasai 76% pangsa pasar serta
sisanya tersebar di daerah Jawa dan Kalimantan.
Hingga bulan Juni 2007, industri galangan kapal di Indonesia berhasil mendapatkan
order pembangunan kapal sekitar 586.000 GT (gross-tonnage ) atau sekitar 126 unit kapal
dimana empat unit kapal dengan kapasitas sekitar 36.000 GT telah diserahkan hingga akhir
Juni 2007. Dari 126 unit kapal yang diproduksi oleh galangan kapal Indonesia, 37 unit
diantaranya merupakan kapal jenis pengangkut barang sementara sisanya 89 unit kapal
merupakan kapal-kapal dalam kategori non-cargo vessels. Hingga tahun 2009, seluruh usaha
galangan kapal Indonesia masih akan menyerahkan sekitar 62 unit kapal dengan asumsi tidak
ada kontrak pemesanan baru dalam periode 2008-2009.
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
I II III IV I II III IV I II*
2006 2007 2008
0%
5%
10%
15%
20%Pengangkutan
y-o-y
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
I II III IV I II III IV I II*
2006 2007 2008
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
Bangunan
y-o-y
Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.7 – Pertumbuhan Sektor Pengangkutan
Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.8 – Pertumbuhan Sektor Bangunan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
59
Tabel 7.1 – Industri Galangan Kapal Dunia
Sumber : Lloyd Register-Fairplay, Juni 2007
Sektor yang mengalami perlambatan di tw.II-2008 diperkirakan terjadi pada sektor
Pertanian dan Pertambangan. Penurunan kinerja sektor pertanian disebabkan oleh
menurunnya kinerja sub-sektor Tanaman Bahan Makanan dan Peternakan karena tidak
adanya perayaan hari besar dalam periode triwulan II-2008. Sedangkan sektor Pertambangan
masih tetap tumbuh negatif dan diperkirakan akan lebih rendah dibanding tw.I-2008.
Menurunnya pertumbuhan sektor Pertambangan diperkirakan karena belum teratasinya
masalah teknis penggantian peralatan milik ConocoPhillips di Lapangan Belanak, Natuna
yang mengakibatkan berkurangnya produksi mencapai 50% per harinya.
500,000
520,000
540,000
560,000
580,000
600,000
I II III IV I II III IV I II*
2006 2007 2008
-5%
-4%
-3%
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
Pertambangan
y-o-y
300000
350000
400000
450000
500000
I II III IV I II III IV I II*
2006 2007 2008
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%Pertanian
y-o-y
Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.9 – Pertumbuhan Sektor Pertambangan
Sumber : Proyeksi BI Batam
Grafik 7.10 – Pertumbuhan Sektor Pertanian
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
60
7.2. PROSPEK INFLASI Memperhatikan kecenderungan pergerakan indikator ekonomi wilayah Provinsi
Kepulauan Riau serta berdasarkan pemantauan pada hal-hal yang dapat memberikan
pengaruh bagi pergerakan dimaksud seperti dampak musiman, pengaruh alam dan
perkembangan terkini mengenai perekonomian dunia sampai dengan triwulan I 2008,
prospek inflasi pada periode triwulan II 2008 diperkirakan tetap mengalami kenaikan namun
dengan peningkatan harga yang tidak setinggi pada triwulan I 2008.
Prospek harga di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2008 diperkirakan akan
tetap mengalami peningkatan (inflasi) pada kisaran 6,41% - 7,85% (yoy) atau 0,83% -
1,77% (qtq) sehingga sampai dengan triwulan II 2008 inflasi tahunan diperkirakan akan
berada pada kisaran 3,72% - 4,66% (ytd).
Kelompok bahan makanan pada triwulan II 2008 diperkirakan masih tetap menjadi
penyumbang inflasi terbesar dengan angka inflasi sekitar 13,07% - 17,38% (yoy). Secara
triwulanan, kelompok bahan makanan pada triwulan II 2008 diperkirakan akan mengalami
inflasi pada kisaran 3,81% - 6,91% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada triwulan II 2008
inflasi kelompok bahan makanan diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata per
bulan sebesar 0,59% (mtm). Inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan diperkirakan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 2 3 4 5 67 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 34 5 6 7 8910 11 12 12 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6
2003 2004 2005 2006 2007 2008
-5,00%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%IHK IHK Est' Inflasi Yoy Inflasi Yoy' Inflasi MtM Inflasi MtM' Inflasi QtQ Inflasi QtQ'
Grafik 7.11 Estimasi IHK Umum
Sumber : Proyeksi BI Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
61
disebabkan karena distribusi bahan-bahan makanan yang berasal dari luar Provinsi Kepulauan
Riau belum sepenuhnya normal pada triwulan II 2008.
Berdasarkan assesmen terhadap data inflasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia
Batam, beberapa komoditas yang selalu menjadi penyumbang inflasi terbesar juga akan
mengalami pergerakan harga yang cukup beragam. Sebagaimana dijelaskan pada Bab II,
komoditas beras, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, dan cabai merah hampir
selalu menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan inflasi di Provinsi Kepulauan Riau
yang diwakili oleh Kota Batam.
Beras sebagai komoditas makanan pokok sebagian besar penduduk di Provinsi
Kepulauan Riau, pada triwulan II 2008 diperkirakan akan mengalami kenaikan harga secara
tahunan dengan kisaran 5,56% - 11,27% (yoy). Secara triwulanan inflasi komoditas beras
pada triwulan II 2008 diperkirakan akan berada pada kisaran 2,34% - 7,74% (qtq).
Sedangkan secara bulanan, komoditas beras diperkirakan akan mengalami penurunan harga
pada bulan awal triwulan II 2008 dengan kecenderungan meningkat pada bulan-bulan
berikutnya dengan rata-rata inflasi per bulan sebesar 0,18% (mtm).
-5,00%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
-10,00%
-5,00%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
-10,00%
-5,00%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
40,00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Grafik 7.12 Estimasi IHK Berdasarkan Kelompok Barang
Grafik 7.13 Estimasi Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan Kelompok Barang
Grafik 7.14 Estimasi Inflasi Bulanan (mtm) Berdasarkan Kelompok Barang
Grafik 7.15 Estimasi Inflasi Triwulanan (qtq) Berdasarkan Kelompok Barang
Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam
Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
62
Sementara itu, komoditas minyak goreng pada triwulan II diperkirakan akan terus
melanjutkan trend kenaikan harga sebagaimana yang terjadi pada triwulan I 2008. Terkait
dengan kenaikan harga minyak goreng yang cukup tinggi, pemerintah daerah telah
melakukan berbagai upaya dalam rangka mengatasi kenaikan harga minyak goreng tersebut
salah satunya melalui operasi pasar yang dilakukan secara intensif.
Komoditas bawang merah yang pada triwulan I 2008 mengalami penurunan harga
diperkirakan akan kembali melanjutkan trend penurunan harga meskipun pada bulan terakhir
triwulan II 2008 akan kembali mengalami kenaikan. Penurunan harga bawang merah ini
salah satunya dipengaruhi oleh distribusi komoditas ini dari Pulau Sumatera yang telah
kembali normal. Supply bawang putih yang kembali normal berpengaruh besar pada
pergerakan harga komoditas ini sehingga harga bawang putih yang pada triwulan I 2008
mengalami penurunan harga diperkirakan akan terus mengalami penurunan harga sampai
dengan akhir triwulan II 2008..
-60,00%
-40,00%
-20,00%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Beras
Minyak Goreng
Bawang Merah
Bawang Putih
Cabai Merah
-60,00%
-40,00%
-20,00%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
120,00%
140,00%
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Beras
Minyak Goreng
Bawang Merah
Bawang Putih
Cabai Merah
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
300,00
350,00
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Beras
Minyak Goreng
Bawang Merah
Bawang Putih
Cabai Merah
-100,00%
-50,00%
0,00%
50,00%
100,00%
150,00%
200,00%
250,00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Beras
Minyak Goreng
Bawang Merah
Bawang Putih
Cabai Merah
Grafik 7.16 Estimasi IHK Komoditas Barang Terpilih
Grafik 7.17 Estimasi Inflasi Tahunan (yoy) Komoditas Barang Terpilih
Grafik 7.17 Estimasi Inflasi Bulanan (mtm) Komoditas Barang Terpilih
Grafik 7.17 Estimasi Inflasi Triwulanan (qtq) Komoditas Barang Terpilih
Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam
Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2008
63
Cabai merah yang pada triwulan I 2008 merupakan penyumbang inflasi terbesar
kedua setelah minyak goreng, pada triwulan II 2008 diperkirakan akan kembali mengalami
peningkatan harga dengan kecenderungan menurun di akhir triwulan II 2008.