bps ketenaga kerjaan

70
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya agar terwujud manusia Indonesia yang bermutu, sehat, dan produktif. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dilaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Kedua upaya adalah pelayanan berkesinambungan atau continuum care. Upaya kesehatan masyarakat dilaksanakan pada sisi hulu

Upload: irfan-harianto

Post on 31-Jan-2016

248 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPORAN PRAKTEK KERJA

TRANSCRIPT

Page 1: BPS KETENAGA KERJAAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan

ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan

kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu

investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam

pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah

satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-

undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa

kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya agar terwujud manusia

Indonesia yang bermutu, sehat, dan produktif. Untuk mencapai tujuan

pembangunan kesehatan dilaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perorangan. Kedua upaya adalah pelayanan

berkesinambungan atau continuum care. Upaya kesehatan masyarakat

dilaksanakan pada sisi hulu untuk mempertahankan agar masyarakat tetap

sehat dan tidak jatuh sakit, sedangkan upaya kesehatan perorangan

dilaksanakan pada sisi hilir.

Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan

menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan,

diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero)

yang melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran,

dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu,

pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).

Page 2: BPS KETENAGA KERJAAN

2

Namun demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi, terbagi-

bagi. Biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali.

Untuk mengatasi hal itu, pada 2004, dikeluarkan Undang-Undang

No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini

mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk

termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Dengan telah disahkan dan diundangkannya UU No. 24 Tahun 2011

tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), pada tanggal 25

November 2011, maka PT Askes (Persero) dan PT (Persero) Jamsostek

ditranformasi menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

1.2.Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan Praktek Bisnis

Tujuan dan manfaat pelaksanaan Praktek Bisnis adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui program Jaminan Hari Tua di BPJS Ketenagakerjaan.

2. Mengetahui cara bagaimana peserta program untuk mengklaim pada

pihak BPJS Ketenagakerjaan tentang Jaminan Hari Tua

3. Mengetahui hubungan perusahaan dan BPJS Ketenagakerjaan

tentang program Jaminan Hari Tua

1.2.2 Manfaat Praktek Bisnis

1. Bagi Perguruan Tinggi

a) Merupakan salah satu evaluasi dari pencapaian materi yang

telah dikuasai oleh mahasiswa.

b) Dapat menjalin hubungan dengan PT atau perusahaan.

2. Bagi perusahaan

Page 3: BPS KETENAGA KERJAAN

3

a) Memperoleh sumber daya manusia sementara dengan

kualifikasi yang sesuai dengan tuntunan bidangnya.

b) Sebagai sarana pengabdian kepada masyarakat, khususnya

dibidang asuransi.

c) Memperoleh masukan objektif yang dapat

dipertanggungjawabkan secara akademis, guna meningkatkan

produktivitas perusahaan.

3. Bagi Mahasiswa

a) Sebagai masa orientasi terhadap dunia kerja yang

sesungguhnya, sehingga mendapatkan pengalaman dalam

bekerja dan dapat dipakai untuk mempersiapkan mahasiswa

dari segi menal maupun kemampuan yang dihadapi.

b) Menjalin hubungan mutualistis dengan pihak industri atau

perusahaan.

c) Sebagai usaha mahasiswa untuk menambah wawasan tentang

pencairan dana Program Jaminan Hari Tua di BPJS

Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY)

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1. Waktu

Mahasiswa melaksanakan Praktek Bisnis di BPJS

Ketenagakerjaan kantor wilayah V (Jawa Tengah dan DIY) selama dua

bulan yang dimulai tanggal 27 Januari 2014 sampai dengan 28 Maret

Page 4: BPS KETENAGA KERJAAN

4

2014. Praktek Bisnis dilakukan dengan menyesuaikan waktu jam

kerja( untuk di kantor ) pukul 08.00 – 17.00 WIB.

2. Tempat Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan magang di Jalan Pemuda Nomor 130 Kota

Semarang Lantai 2 , yang digunakan sebagai kantor oleh BPJS

Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY).

1.4 Bentuk Kegiatan

Pada kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan praktek bisnis ini, walaupun

penulis ditugaskan pada satu bagian saja yaitu pada bagian Umum & SDM tetapi

penulis tidak dibatasi untuk mengetahui pada satu bagian saja, jadi penulis bisa

leluasa mengetahui proses kerja di setiap bagian-bagian pada BPJS

Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY).

1.5 Pengertian Asuransi

Pada hakekatnya, asuransi merupakan suatu pelimpahan resiko atas

kerugian keuangan ( Financial Loos ) oleh tertanggung kepada penanggung.

Resiko yang dilimpahkan kepada penanggung merupakan resiko kerugian

keuangan sebagai akibat hilangnya jiwa seseorang atau seseorang yang sudah

mencapai umur tua sehingga tidak produktif lagi, maka asuransi menggaransi nilai

ekonomis seseorang, sehingga apabila terjadi hal – hal yang tidak diinginkan dan

kehilangan nilai ekonomis, maka akan tetap ada yang menanggung nilai ekonomis

tersebut. Asuransi menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung terhadap

resiko yang dihadapi perorangan maupun resiko yang dihadapi perusahaan

(Herman Darmawi, 2004:1).

Asuransi jiwa pada umumnya

Sepanjang hidup manusia selalu dihadapkan kepada kemungkinan

terjadinya peristiwa-peristiwa yang dapat menyebabkan lenyap atau

Page 5: BPS KETENAGA KERJAAN

5

berkurang nilai ekonominya. Ini mengakibatkan kerugian bagi diri

sendiri dan keluarganya atau orang lain yag berkepentingan.

Dengan perkataan lain manusia selalu menghadapi peristiwa-peristiwa

yang menimbulan risiko antara lain sebagai berikut :

Meninggal dunia (death) baik secara alamiah (natural death) atau

meninggal pada umur muda , misalnya karena sakit, kecelakaan .

Cacat badan (disability, invalidity, incapacity) karena sakit atau

kecelakaan.

Hilangnya atau merosotnya keadaan kesehatan (loos of health)

Umur tua (old age)

Pengangguran (unemployment)

Hilang atau merosotnya nilai ekonomi karena peristiwa-peristiwa tersebut

diatas membawa akibat berupa beban hidup yang harus dipikul oleh yang

berkepentingan.

Tiap orang dihadapkan pada masalah yang tidak dapat diperhitungkan

secara pasti atas beban hidupnya sendiri. Orang berada dalam keadaan

tidak tenang arena tidak mengetahui dengan pasti beberapa beban

keuangan yang harus dipikul selama menjalani hari tuanya dan tidak tahu

umur berapa ia akan hidup. Jadi orang yang berada dalam keadaan

“ketidak pastian” selalu berpautan dengan rasa bingung dan tidak tentram.

Dalam rangka inilah lembaga perasuransian jiwa berusaha mengalihkan

ketidakpastian dari perseorangan ke dalam kelompok besar orang. Disini

risiko perorangan akan dibagi rata pada banyak orang.

Page 6: BPS KETENAGA KERJAAN

6

Lembaga persuransian jiwa dapat melakukan ini, sekalipun tidak

dapat menentukan umur orang perorangan (individu) namun umur rata-rata dari

kelompok besar orang secara statistic dapat ditentukan. Pada hakekatnya dasar

dari pada asuransi jiwa adalah adanya sekelompok orang yang menyadari bahwa :

a. Setiap orang pasti akan

meninggal, tetapi tidak pasti kapan terjadinya kematian tersebut.

b. Kematian pencari nafkah

akan berakibat hilangnya sumber pendapatan bagi yang berkepentingan.

Oleh karena itu diperlukan jaminan keuangan dalam jangka waktu

tertentu selama yang ditinggalkan belum dapat menyesuaikan diri

dengan kondisi baru.

c. Hari tua mengakibatkan

hilang atau berkurangnya pendaatan bagi yang berkepentingan, oleh

karena itu diperlukan jaminan keuangan pada hari tuanya sampai

meninggal.

Jenis asuransi jiwa menurut jangka waktu perlindungan :

1. Therm Insurance

Asuransi yang ada batas waktunya, biasanya untuk asuransi

kerugian, tidak ada pengembalian bila tidak ada klaim

2. Ekawaktu

Merupakan asuransi yang berjangka dan ada pengembalian

Page 7: BPS KETENAGA KERJAAN

7

1.5.1 Apa saja Manfaat ber-Asuransi :

1. Ketika habis kontrak, Nasabah mencapai akhir masa kontrak ber-

Asuransi, nasabah akanmendapatkan kembali seluruh dana yang di

setorkan + hasil pengembangan/bunga tabungan 10% per tahun dari

nilai investasinya.

2. Bila terjadi krisis, ketika jatuh tempo kontrak Asuransi selesai tetapi

dalam keadaan terjadi kekacauan ekonomi negara ataupun perusahaan

Asuransinya, Dana nasabah tetap aman karena mendapat jaminan

garansi pengembangan investasi sebesar 4.5% per tahun (tetap

kembali).

3. Ketika terjadi keterlambatan, Nasabah dalam pembayaran premi atau

sempat terhenti hingga beberapa bulan maksimal hingga 3 thn masih

dapat dipulihkan kembali polis Asuransinya dengan ketentuan nasabah

harus membayar seluruh setoran yang tertunda + bunga tunggakan dan

polis aktif kembali.

4. Ketika berhenti tengah jalan, Dalam perjalanan ber-Asuransi nasabah

ingin berhenti dari pembayaran premi Asuransi bisa saja di lakukan dan

nasabah akan mendapatkan dana tabungannya sebesar nilai tunai yang

ada pada saat itu + bunga pengembangan, tetapi disarankan nasabah

boleh berhenti dalam pembayaran premi dan dana yang ada tetap di

simpan di sini saja, cukup dilakukan penggantian jenis perlindungan

Asuransinya tanpa bayar setoran  premi lagi cukup dengan nilai tunai

yang ada sebagai preminya.Dan nasabah beseta dananya tetap

Page 8: BPS KETENAGA KERJAAN

8

terproteksi dan tetap di kembang hingga10% per tahun dari pada

disimpan di Bank umum ( karena hanya berkembang maksimal 6%

pertahun + dipotongan biaya Administrasi + bunga per bulannya ).

5. Apabila nasabah mengalami perawatan di rumah sakit atau mengalami

cacat total atau sebagian, nasabah akan mendapatkan santunan (sesuai

ketentuan dalam polis).

6. Dan manfaat terakhir, bagi nasabah yang mengalami musibah kematian

dalam masa kontrak ber-Asuransi, maka kepada ahli waris yang di

tunjuk dalam polis akanmenerima pengembalian seluruh dana yang

telah di investasikan + bunga pengembangan dana + dana santunan

pertanggungan 100% atau 200% (bila meninggal karena kecelakaan).

Page 9: BPS KETENAGA KERJAAN

9

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah Perkembangan BPJS Kesehatan

Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang

secara khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi

tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan. Secara garis besar

ada dua jenis perawatan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan asuransi,

yaitu rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (out-patient treatment).

Produk asuransi kesehatan diselenggarakan baik oleh perusahaan asuransi sosial,

perusahaan asuransi jiwa, maupun juga perusahaan asuransi umum. Di Indonesia,

PT Askes Indonesia merupakan salah satu perusahaan asuransi social yang

menyelenggarakan asuransi kesehatan kepada para anggotanya yang utamanya

merupakan para pegawai negeri baik sipil maupun non-sipil. Anak-anak mereka

juga dijamin sampai dengan usia 21 tahun. Para pensiunan beserta istri ataupun

suami juga dijamin seumur hidup.

PT Askes (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang

ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan

pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan

TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan

Usaha lainnya. Sejarah singkat penyelenggaraan program Asuransi Kesehatan

sebagai berikut :

a. Tahun 1968

Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas mengatur

pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun (PNS dan

ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230

Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk Badan Khusus di lingkungan

Departemen Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan

Kesehatan (BPDPK), dimana oleh Menteri Kesehatan RI pada waktu itu (Prof. Dr.

G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai cikal-bakal Asuransi Kesehatan Nasional.

Page 10: BPS KETENAGA KERJAAN

10

b. Tahun 1984

Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi

peserta dan agar dapat dikelola secara profesional, Pemerintah menerbitkan

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan

bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara)

beserta anggota keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

1984, status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada

Bhakti.

c. Tahun 1991

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991, kepesertaan

program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti

ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya.

Disamping itu, perusahaan diijinkan memperluas jangkauan kepesertaannya k

badan usaha dan badan lainnya sebagai peserta sukarela.

d. Tahun 1992

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status Perum diubah

menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan pertimbangan fleksibilitas

pengelolaan keuangan, kontribusi kepada Pemerintah dapat dinegosiasi untuk

kepentingan pelayanan kepada peserta dan manajemen lebih mandiri.

e. Tahun 2005

PT. Askes (Persero) diberi tugas oleh Pemerintah melalui Departemen

Kesehatan RI, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005, sebagai

Penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin

(PJKMM/ASKESKIN).

Dasar penyelenggaraan:

a) UUD 1945.

Page 11: BPS KETENAGA KERJAAN

11

b) UU No. 23/1992 tentang Kesehatan.

c) UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

d) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004

dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005.

Prinsip penyelenggaraan Mengacu pada:

a. Diselenggarakan secara serentak di seluruh Indonesia dengan azas gotong

royong sehingga terjadi subsidi silang.

b. Mengacu pada prinsip asuransi kesehatan sosial.

c. Pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care dilaksanakan secara

terstruktur dan berjenjang.

d. Program diselenggarakan dengan prinsip nirlaba.

e. Menjamin adanya protabilitas dan ekuitas dalam pelayanan kepada

peserta.

f. Adanya akuntabilitas dan transparansi yang terjamin dengan

mengutamakan prinsip kehati-hatian, efisiensi dan efektifitas.

f. Tahun 2014

Mulai tanggal 1 Januari 2014, PT Askes Indonesia (Persero) berubah nama

menjadi BPJS Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang No. 24 tahun 2011

tentang BPJS.

2.1.2 Landasan Hukum Terbentuknya BPJS Kesehatan

Dasar hukum transformasi Askes menjadi BPJS Kesehatan ialah:

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional.

2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial.

3. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional, menjelaskan bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional

adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh

beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial.

Page 12: BPS KETENAGA KERJAAN

12

Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas

kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan

terpenuhinya dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota

keluarganya.

Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada prinsip:

a. Kegotong-royongan

Gotong-royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam

hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam

kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang

mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat

membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat

membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat

wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian,

melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. Nirlaba

Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).

Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya

kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana

amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-

besarnya untuk kepentingan peserta.

c. Prinsip Keterbukaan, Kehati-hatian dan Akuntabilitas

Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan

dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.

d. Portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan

jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah

Page 13: BPS KETENAGA KERJAAN

13

pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

e. Kepesertaan Bersifat Wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta

sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi

seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan

ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.

Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan

itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada

akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh

rakyat.

f. Dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada

badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka

mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

g. Hasil Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan

program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.pengelolaan Dana.

Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial, menjelaskan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk

menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS bertujuan untuk mewujudkan

terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang

layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya.

BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas :

a) kemanusiaan;

b) manfaat; dan

c) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Page 14: BPS KETENAGA KERJAAN

14

Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan

menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu

lembaga asuransi jaminan kesehatan PT Askes dan lembaga jaminan sosial

ketenaga kerjaan PT Jamsostek. Transformasi PT Askes dan PT Jamsostek

menjadi BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan

menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya pada 2015 giliran PT Jamsostek menjadi

BPJS Ketenagakerjaan.

Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di

Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai

pasal 14 UU BPJS. Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai

anggota BPJS. Sedangkan orang atau keluarga yang tidak bekerja pada

perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya pada BPJS. Setiap

peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan kemudian. Sedangkan

bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program Bantuan

Iuran.

Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun

juga pekerja informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS

Kesehatan. Para pekerja wajib mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai

dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.

Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara

bertahap pada 2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah

memiliki jaminan kesehatan tersebut. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi

menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan untuk menanggung segala jenis

penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi. Kementerian Sosial

mengklaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang berlaku

pada awal 2014 akan menjadi program jaminan sosial terbaik dan terbesar di Asia.

Namun pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh BPJS pada 2014

diperkirakan terkendala persiapan dan infrastruktur. Misalnya, jumlah kamar

rumah sakit kelas III yang masih kurang 123 ribu unit. Jumlah kamar rumah sakit

kelas III saat ini tidak bisa menampung 29 juta orang miskin. Kalangan DPR

menilai BPJS Kesehatan belum siap beroperasi pada 2014 mendatang.

Page 15: BPS KETENAGA KERJAAN

15

2.1.3 Transformasi Askes menjadi BPJS Kesehatan

UU SJSN dan UU BPJS memberi arti kata ‘transformasi’ sebagai

perubahan bentuk BUMN Persero yang menyelenggarakan program jaminan

sosial, menjadi BPJS. Perubahan bentuk bermakna perubahan karakteristik badan

penyelenggara jaminan sosial sebagai penyesuaian atas perubahan filosofi

penyelenggaraan program jaminan sosial. Perubahan karakteristik berarti

perubahan bentuk badan hukum yang mencakup pendirian, ruang lingkup kerja

dan kewenangan badan yang selanjutnya diikuti dengan perubahan struktur

organisasi, prosedur kerja dan budaya organisasi. Transformasi menjadi kosakata

penting sejak tujuh tahun terakhir di Indonesia, tepatnya sejak diundangkannya

UU SJSN pada 19 Oktober 2004.

Transformasi akan menghadirkan identitas baru dalam penyelenggaraan

program jaminan sosial di Indonesia. Perintah transformasi kelembagaan badan

penyelenggara jaminan social diatur dalam UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN). Penjelasan Umum alinea kesepuluh UU

SJSN menjelaskan bahwa, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang

dibentuk oleh UU SJSN adalah transformasi dari badan penyelenggara jaminan

sosial yang tengah berjalan dan dimungkinkan membentuk badan penyelenggara

baru. Transformasi badan penyelenggara diatur lebih rinci dalam UU No. 24

tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS). UU BPJS

adalah pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No. 007/PUU-

III/2005. Penjelasan Umum UU BPJS alinea keempat mengemukakan bahwa UU

BPJS merupakan pelaksanaan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 UU SJSN pasca

Putusan Mahkamah Konstitusi. Kedua pasal ini mengamanatkan pembentukan

BPJS dan transformasi kelembagaan PT ASKES (Persero), PT ASABRI

(Persero), PT JAMSOSTEK (Persero) dan PT TASPEN (Persero) menjadi

BPJS. Transformasi kelembagaan diikuti adanya pengalihan peserta, program,

aset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban.

Dengan telah disahkan dan diundangkannya UU No. 24 Tahun 2011

tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), pada tanggal 25

November 2011, maka PT Askes (Persero) ditranformasi menjadi BPJS

Kesehatan. Transformasi tersebut meliputi perubahan sifat, organ dan prinsip

Page 16: BPS KETENAGA KERJAAN

16

pengelolaan, atau dengan kata lain berkaitan dengan perubahan stuktur dan

budaya organisasi.

UU BPJS menentukan bahwa PT Askes (Persero) dinyatakan bubar tanpa

likuidasi pada saat mulai beroperasinya BPJS Kesehatan pada tanggal 1 Januari

2014. Tranformasi PT Askes (Persero) menjadi badan hukum publik BPJS

Kesehatan diantarkan oleh Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero)

sampai dengan mulai beroperasinya BPJS Kesehatan.

Masa persiapan transformasi PT ASKES (Persero) menjadi BPJS

Kesehatan adalah selama dua tahun terhitung mulai 25 November 2011 sampai

dengan 31 Desember 2013. Dalam masa persiapan, Dewan Komisaris dan

Direksi PT Askes (Persero) ditugasi untuk menyiapkan operasional BPJS

Kesehatan, serta menyiapkan pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak

dan kewajiban PT Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan.

Penyiapan operasional BPJS Kesehatan mencakup:

1. Penyusunan sistem dan prosedur operasional BPJS Kesehatan.

2. Sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan.

3. Penentuan program jaminan kesehatan yang sesuai dengan UU

SJSN.

4. Koordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mengalihkan

penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas).

5. Kordinasi dengan KemHan,TNI dan POLRI untuk

mengalihkan penyelenggaraan program pelayanan kesehatan bagi

anggota TNI/POLRI dan PNS di lingkungan KemHan,TNI/POLRI;

dan

6. Koordinasi dengan PT Jamsostek (Persero) untuk mengalihkan

penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan

Jamsostek.

Penyiapan pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan

kewajiban PT Askes (Persero) ke BPJS Kesehatan, mencakup penunjukan kantor

akuntan publik untuk melakukan audit atas:

1. Laporan keuangan penutup PT Askes(Persero).

Page 17: BPS KETENAGA KERJAAN

17

2. Laporan posisi keuangan pembukaan BPJS Kesehatan.

3. Laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan kesehatan.

Pada saat BPJS Kesehatan mulai beroperasi pada 1 Januari 2014, PT Askes

(Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi. Semua asset dan liabilitas serta hak

dan kewajiban hukum PT Askes (Persero) menjadi asset dan liabilitas serta hak

dan kewajiban hukum BPJS Kesehatan, dan semua pegawai PT Askes

(Persero) menjadi pegawai BPJS Kesehatan.

Pada saat yang sama, Menteri BUMN selaku RUPS mengesahkan laporan

posisi keuangan penutup PT Askes (Persero) setelah dilakukan audit kantor

akuntan publik. Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan

pembuka BPJS Kes dan laporan keuangan pembuka dana jaminan kesehatan.

Untuk pertama kali, Dewan Komisaris dan Direksi PT Askes (Persero) diangkat

menjadi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Kesehatan untuk jangka waktu

paling lama 2 tahun sejak BPJS Kesehatan mulai beroperasi.

Mulai 1 Januari 2014, program-program jaminan kesehatan sosial yang telah

diselenggarakan oleh pemerintah dialihkan kepada BPJS Kesehatan. Kementerian

kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program Jamkesmas. Kementerian

Pertahanan, TNI dan POLRI tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan

kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu

berkaitan dengan kegiatan operasionalnya yang ditentukan dengan Peraturan

Pemerintah. PT Jamsostek (Persero) tidak lagi menyelenggarakan program

jaminan kesehatan pekerja.

Mencermati ruang lingkup pengaturan transformasi badan penyelenggara

jaminan sosial yang diatur dalam UU SJSN dan UU BPJS, keberhasilan

transformasi bergantung pada ketersediaan peraturan pelaksanaan yang harmonis,

konsisten dan dilaksanakan secara efektif. Kemauan politik yang kuat dari

Pemerintah dan komitmen pemangku kepentingan untuk melaksanakan

trasnformasi setidaknya tercermin dari kesungguhan menyelesaikan agenda-

agenda regulasi yang terbengkalai.

Peraturan perundangan jaminan sosial yang efektif akan berdampak pada

kepercayaan dan dukungan publik akan transformasi badan penyelenggara. Publik

hendaknya dapat melihat dan merasakan bahwa transformasi badan penyelenggara

Page 18: BPS KETENAGA KERJAAN

18

bermanfaat bagi peningkatan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan SJSN,

sebagai salah satu pilar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Pembangunan

dukungan publik diiringi dengan sosialisasi yang intensif dan menjangkau

segenap lapisan masyarakat. Sosialisasi diharapkan dapat menumbuhkan

kesadaran pentingnya penyelenggaraan SJSN dan penataan kembali

penyelenggaraan program jaminan sosial agar sesuai dengan prinsip-prinsip

jaminan sosial yang universal, sebagaimana diatur dalam Konstitusi dan UU

SJSN.

2.2 Visi dan Misi BPJS Kesehatan

Berikut ini adalah visi dan misi BPJS Ketenagakerjaan, dan juga beberapa

hal yang berkaitan dengan visi dan misi tersebut.

2.2.1 Visi

Visi BPJS Ketenagakerjaan adalah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya, bersahabat dan unggul dalam

Operasional dan Pelayanan.

2.2.2 Misi

Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi

perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:

Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan

keluarga

Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan

kepada tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas

Page 19: BPS KETENAGA KERJAAN

19

Negara: Berperan serta dalam pembangunan

2.3 Filosofi BPJS Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk

mengatasi resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung

orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari

tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan

tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain.

Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program BPJS

Ketenagakerjaan dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda

membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang

berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah.

2.4 Motto Perusahaan

"Menjadi Jembatan Menuju Kesejahteraan Pekerja"

 

2.5 Tata Nilai Budaya/Pedoman Perilaku Insan BPJS Ketenagakerjaan

Iman: Insan BPJS Ketenagakerjaan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, selalu berpikiran positif, dan memberikan pelayanan yang tulus

ikhlas.

Profesional: Insan BPJS Ketenagakerjaan selalu mengupayakan hal yang

terbaik dalam berbuat, kompeten dan bertanggung jawab, proaktif serta

selalu mengasah diri agar siap menghadapi perubahan.

Page 20: BPS KETENAGA KERJAAN

20

Teladan: Insan BPJS Ketenagakerjaan sadar bahwa harus menjadi

panutan, menghormati sesama serta saling memberi bantuan, dukungan

dan bimbingan.

Integritas: Insan BPJS Ketenagakerjaan harus dapat dipercaya, komitmen,

berani mengemukakan pendapat, dan menjujung tinggi kode etik profesi.

Kerjasama: Insan BPJS Ketenagakerjaan mengutamakan keberhasilan

perusahaan, selalu menjaga kebersamaan, menghargai perbedaan pendapat

dan tercapainya sinergi.

2.6 Etika Kerja Insan BPJS Ketenagakerjaan

Teamwork : Memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama dengan

orang lain atau dengan kelompok untuk mencapai tujuan perusahaan.

Open Mind : Memiliki kemampuan untuk membuka pikiran dan menerima

gagasan-gagasan baru yang lebih baik.

Passion : Bersemangat dan antusias dalam melaksanakan pekerjaan.

Action : Segera melaksanakan rencana/pekerjaan/tugas yang telah

disepakati dan ditetapkan bersama

Sense : Rasa memiliki kepedulian, ikut bertanggung jawab dan memiliki

inisiatif yang tinggi untuk memecahkan masalah perusahaan.

Page 21: BPS KETENAGA KERJAAN

21

2.7 Logo BPJS Ketenagakerjaan

Gambar 2.1 Logo BPJS Ketenagakerjaan

Sebelum tahun 2014, BPJS Ketenagakerjaan lebih dikenal sebagai brand

Jamsostek, yang mana brand awareness-nya sudah cukup kuat di masyarakat.

Dengan bertransformasinya Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan, tim

pembuatan logo mencoba mengambil elemen dari brandmark Jamsostek yang

masih dapat  mengingatkan masyarakat terhadap brand tersebut, yaitu icon huruf

‘J’, yang kemudian harus kita kombinasikan dengan pesan BPJS Ketenagakerjaan

sebagai jembatan atau jalan yang dapat menjamin kesejahteraan masyarakat dan

peserta.

Logo Jamsostek terdiri dari 1 warna, hijau saja. Kini BPJS

Ketenagakerjaan menjadi 3 warna, hijau, orange muda dan biru. Makna dari

warna-warna tersebut adalah sebagai berikut:

Hijau melambangkan pertumbuhan dan kesejahteraan

Biru melambangkan sustainability dan kepercayaan

Kuning melambangkan optimisme.

Page 22: BPS KETENAGA KERJAAN

22

Adanya warna – warna baru dalam brandmark BPJS Ketenagakerjaan

bertujuan untuk mendukung wujud transformasi BPJS Ketenagakerjaan dan

memperkuat citra BPJS Ketenagakerjaan sebagai institusi publik yang siap

melayani serta menjamin kesejahteraan peserta secara menyeluruh.

Prosesnya dimulai pembuatan logo ini melalui research komprehensif

yang dilakukan oleh consultant team dan kemudian untuk proses

mendesain brandmark dan aplikasi dilanjutkan oleh creative team. Tantangannya

adalah bagaimana mempertahankan equity dari brandmark Jamsostek yang telah

lebih dulu melekat di benak masyarakat, namun tetap harus di-craft dan memiliki

makna khusus yang dapat menyampaikan sebuah pesan transformasi dari BPJS

Ketenagakerjaan.

2.8 BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY)

Sebagai Ibu Kota Provonsi Jawa Tengah, Kota Semarang dipilih oleh

BPJS Ketenagakerjaan sebagai lokasi untuk berdirinya BPJS Ketenagakerjaan

Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY). Kota Semarang merupakan salah satu

kota besar di Indonesia yang terus berkembang sesuai pesatnya laju ekonomi dan

bidang-bidang usaha serta kehidupan sosial masyarakatnya. Dengan lokasi Kantor

Wilayah V di Semarang, diharapkan dapat menunjang operasional Kantor Cabang

serta Kantor Cabang Pembantu yang dibawahinya, karena seperti yang telah kita

ketahui bahwa Kota Semarang memiliki letak yang relatif strategis, mudah dicapai

dan dekat dengan pusat pemerintahan dan perekonomian.

Page 23: BPS KETENAGA KERJAAN

23

BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY)

membawahi 12 Kantor Cabang dan 4 Kantor Cabang Pembantu. Berikut adalah

daftar kantor-kantor yang dibawahinya tersebut beserta alamatnya:

1. Kantor Cabang Semarang I

Jalan Pemuda No.130 Semarang. Kode pos 50132.

Telepon (024) 3520279, 3588880, 3520281. Fax. (024) 3553712.

2. Kantor Cabang Semarang II

Jalan Soekarno Hatta No.78 A Semarang. Kode Pos 50119.

Telepon (024) 76747997. Fax. (024) 76746682.

3. Kantor Cabang Surakarta

Jalan Bhayangkara No.42 Surakarta. Kode Pos 57149.

Telepon (0271) 736637, 736630. Fax. (0271) 716261.

4. Kantor Cabang Cilacap

Jalan MT Haryono No.18 Cilacap. Telepon (0282) 537979.

Fax. (0282) 534567

5. Kantor Cabang Yogyakarta

Jalan Urip Sumoharjo No.106 Yogyakarta. Kode Pos 55222.

Telepon (0274) 518953, 519670. Fax. (0274) 518223, 519671.

6. Kantor Cabang Pekalongan

Komp. Perkantoran Podosugih Jalan Majapahit Pekalongan.

Telepon (0285) 425857, 425858. Fax. (0285) 425859.

7. Kantor Cabang Kudus

Jalan Pramuka No.368 Kudus. Kode Pos 59319. Telepon (0291) 437874.

Fax. (0291) 431151.

Page 24: BPS KETENAGA KERJAAN

24

8. Kantor Cabang Magelang

Jalan Jendral Gatot Subroto No.8 Pakelan, Magelang.

Telepon (0293) 310430, 310247. Fax. (0293) 310431.

9. Kantor Cabang Tegal

Ruko Palm Town House B R-5 Jalan Perintis Kemerdekaan Tegal.

Telepon (0283) 341545, 341546. Fax. (0283) 343543.

10. Kantor Cabang Klaten

Jalan Kopral Sayom No.11 Klaten. Telepon (0272) 326602, 327331.

Fax. (0272) 326016.

11. Kantor Cabang Purwokerto

Jalan Jend.S. Parman No.80 Purwokerto. Telepon (0281) 642484, 642486.

Fax. (0281) 642482.

12. Kantor Cabang Ungaran

Jalan Soekarno Hatta No.10 Ungaran. Kode Pos 50552.

Telepon (024) 6923036, 6926928, 6926929. Fax. (024) 76913460.

13. Kantor Cabang Pembantu Sleman

Jalan Godean Km.4,5 No.23 Sleman. Kode Pos 55592.

Telepon (0274) 4547475. Fax. (0274) 4539141.

14. Kantor Cabang Pembantu Sukoharjo

Jalan Slamet Riyadi No.27 Sukoharjo. Telepon (0271) 591908.

15. Kantor Cabang Pembantu Boyolali

Jalan Raya Boyolali Solo Km.3 Randusari Teras Boyolali.

Telepon (0276) 324546.

16. Kantor Cabang Pembantu Purbalingga

Page 25: BPS KETENAGA KERJAAN

25

Jalan S. Parman No.17 Purbalingga. Telepon (0281) 895705.

2.9 Struktur Organisasi

Pada sub-bab ini, akan dijelaskan struktur organisasi BPJS

Ketenagakerjaan secara umum maupun BPJS KetenagaKerjaan pada Kantor

Wilayah V (Jawa Tengah dan DIY). Berikut ini adalah struktur organisasinya.

2.9.1 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Secara Umum

Struktur Organisasi PT. Jamsostek (Persero) sebagaimana tertuang dalam

Surat Keputusan Direksi Nomor: KEP/111/032013 tentang Struktur Organisasi,

adalah sebagai berikut:

Page 26: BPS KETENAGA KERJAAN

26

Gambar 2.2 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Secara Umum

2.9.2 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V

Page 27: BPS KETENAGA KERJAAN

27

Gambar 2.3 Struktur Organisasi BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V

Page 28: BPS KETENAGA KERJAAN

28

2.10 Deskripsi Kerja dan Tanggung Jawab

Berikut adalah deskripsi kerja tanggung jawab pada BPJS

Ketenagakerjaan pada Kantor Wilayah V:

1. Kepala Kantor Wilayah

Mengkoordinasikan, mengarahkan, mengevaluasi dan mengendalikan

kegiatan operasional di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang yang berada di

wilayahnya, selaras dengan kebijakan dan strategi yang ditetapkan di Kantor

Pusat, guna memastikan pencapaian target wilayah secara optimal, sesuai dengan

standar dan ketentuan yang berlaku diperusahaan.

2. Sekretaris Wilayah

Melaksanakan pengelolaan administrasi surat menyurat, rapat

intern/ekstern, administrasi personil, serta sarana dan prasarana kerja pada Kantor

Wilayah, guna mendukung kelancaran kerja Kepala Kantor Wilayah.

3. Senior Analisis Wilayah

Menyusun dan membuat analisa, kajian dan usulan rencana pengembangan

pemasaran, pelayanan, keuangan & teknologi informasi, umum & sumber daya

manusia, manajemen mutu dan risiko serta melakukan pemantauannya di

lapangan serta melakukan perbaikan berkesinambungan di Kantor Wilayah, guna

mendukung kelancaran operasional dan pelayanan secara optimal selaras dengan

kebijakan kantor pusat, sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku di

perusahaan, agar dapat mendukung pencapaian tujuan Kantor Wilayah.

4. Kepala Pemasaran Wilayah

Page 29: BPS KETENAGA KERJAAN

29

Mengarahkan dan memantau kegiatan pengembangan dan pengelolaan

kepesertaan formal, informal dan program khusus di Kantor Cabang/Kantor

Cabang Pembantu yang berada di wilayahnya, mengendalikan pengelolaan

kemitraan, PKP serta hubungan kerja dengan instansi pemerintah/non pemerintah

yang dapat mendukung kegiatan pemasaran, guna mencapai target kepesertaan

dan nilai iuran di wilayah.

5. Spesialis Pemasaran Formal Wilayah

Melaksanakan sosialisasi strategi dan program pemasaran kepesertaan

formal wilayah ke Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu (KCP), memantau

dan menganalisa tingkat pencapaian Kantor Cabang serta melakukan pembinaan

dalam hal terjadi kendala, serta mengembangkan kemitraan di wilayah sesuai

arahan atasan, guna mendukung efektivitas kinerja pemasaran formal Kantor

Cabang/Kantor Cabang Pembantu untuk mencapai target kepesertaan formal.

6. Spesialis Manajemen Account Wilayah

Mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan akun untuk Kantor

Cabang/Kantor Cabang Pembantu (KCP) di wilayah, melakukan analisa terkait

dengan pengimplementasian strategi/program pengelolaan akun, pembinaan

pelanggan dan Relationship Officer (RO) di Kacab/KCP, guna mendukung atasan

dalam peningkatan pendapatan dari peserta aktif.

7. Penata Utama Pemasaran Informal Wilayah

Melaksanakan sosialisasi strategi dan porgram pemasaran kepesertaan

informal wilayah ke Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu (KCP), memantau

dan menganalisa tingkat pencapaian Kantor Cabang serta melakukan pembinaan

dalam hal terjadi kendala, serta mengambangkan kemitraan di wilayah sesuai

Page 30: BPS KETENAGA KERJAAN

30

arahan atasan, guna mendukung efektivitas kinerja pemasaran informal Kantor

Cabang/Kantor Cabang Pembantu untuk mencapai target kepesertaan Informal.

8. Penata Utama Pemasaran Formal Wilayah

Melaksanakan sosialisasi strategi dan porgram pemasaran kepesertaan

formal wilayah ke Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu (KCP), memantau

dan menganalisa tingkat pencapaian Kantor Cabang serta melakukan pembinaan

dalam hal terjadi kendala, serta mengambangkan kemitraan di wilayah sesuai

arahan atasan, guna mendukung efektivitas kinerja pemasaran formal Kantor

Cabang/Kantor Cabang Pembantu untuk mencapai target kepesertaan formal.

9. Penata Madya Pengelolaan PKP

Mengkoordinasikan kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan program

PKP di Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu, menganalisa penerapan dan

efektivitas program, guna mendukung optimalisasi dan efektivitas program PKP

dalam upaya pencapaian target pemasaran wilayah.

10. Kepala Pelayanan Wilayah

Mengarahkan dan memantau penyelenggaraan program jaminan sosial dan

pelaksanaan kegiatan pelayanan di seluruh titik pelayanan yang berada dibawah

koordinasi Kantor Wilayah, melakukan pembinaan kepada para petugas serta

mengelola dan mengolah data base, guna menjaga kualitas penyelenggaraan

program dan tingkat pelayanan bagi peserta jaminan sosial.

11. Spesialis Manajemen Program JPK-JKK

Mengkompilasi data dan menganalisa penyelenggaraan program JPK dan

JKK pada Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu di wilayahnya, mengevaluasi

Page 31: BPS KETENAGA KERJAAN

31

efektivitas kerjasama dengan PPK, guna mendukung atasan dalam pemantauan

efektivitas penyelenggaraan program JPK dan JKK.

12. Penata Utama Manajemen Pelayanan

Mengkompilasi dan menganalisa data kinerja pelayanan dan petugas

pelayanan di titik pelayanan dibawah koordinasi wilayahnya sesuai standar mutu

yang telah ditetapkan, melakukan pembinaan bagi petugas pelayan dan

mengkoordinasikan pengelolaan kanal pelayanan, guna mendukung atasan dalam

meningkatkan mutu pelayanan di Kantor Cabang/KCP.

13. Penata Utama Manajemen Program JHT-JK

Mengkompilasi data dan menganalisa penyelenggaran program JHT-JK

pada Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu di wilayahnya, menyusun laporan

dan mengelola database, guna mendukung atasan dalam pemantauan efektivitas

penyelenggaraan program JHT-JK.

14. Kepala Umum dan Sumber Daya Manusia Wilayah

Mengarahkan, memantau dan mengendalikan kegiatan yang terkait dengan

pengelolaan sumber daya manusia, pengadaan barang dan jasa, pemeliharaan aset

dan pelayanan umum bagi pegawai/perusahaan (seperti kerumahtanggaan,

kebersihan, keamanan, kearsipan, dan lain-lain), serta hubungan komunikasi

dengan pihat internal dan eksternal, guna memberikan dukungan bagi kelancaran

seluruh kegiatan pengelolaan bisnis di wilayahnya.

15. Penata Madya Umum

Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan pengadaan, pemeliharan

aset, pelayanan umum bagi pegawai dan organisasi, serta melaksanakan program

Page 32: BPS KETENAGA KERJAAN

32

komunikasi kepada pihak internal dan eksternal sesuai program dan arahan atasan,

guna mendukung kelancaran pelaksanaan kerja.

16. Penata Madya Sumber Daya Manusia

Melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pengelolaan sumber daya

manusia di Kantor Wilayah, serta melakukan koordinasi untuk pengelolaan SDM

di Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu di area wilayahnya, guna mendukung

terlaksananya pengelolaan sistem SDM dan untuk tertib administrasi

kepegawaian.

17. Kepala Keuangan dan Teknologi Informasi Wilayah

Mengarahkan, memantau dan mengendalikan kegiatan yang terkait dengan

pengelolaan keuangan dan teknologi informasi di Kantor Wilayah beserta Kantor

Cabang dan Cabang Pembantu yang berada dibawah koordinasinya, guna

memberikan dukungan bagi kegiatan operasional yang efektif dan efisien.

18. Penata Madya Keuangan

Melaksanakan pengelolaan keuangan di kantor wilayah (mencakup

penyusunan anggaran, pengelolaan dana, pencatatan transaksi keuangan, serta

pelaporan kewajiban perpajakan), menghimpun, mengkompilasi dan menganalisa

efisiensi pengelolaan keuangan di Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu,

guna mendukung atasan dalam perwujudan kondisi keuangan yang sehat, yang

dapat mendukung pelaksanaan kegiatan operasional dengan optimal.

19. Penata Madya Teknologi Informasi

Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan pemberian dukungan

teknis dalam kegiatan pemeliharaan dan penyelesaian gangguan sistem/teknologi

informasi di Kantor Wilayah/Kantor cabang/Kantor Cabang Pembantu, serta

Page 33: BPS KETENAGA KERJAAN

33

menjaga keamanan dan memelihara data, guna mendukung upaya untuk

menciptakan proses kerja berbasis teknologi informasi yang handal.

20. Kepala Manajemen Mutu dan Risiko Wilayah

Mengarahkan, memantau dan mengendalikan kegiatan yang terkait dengan

pengelolaan aspek hukum, penerapan manajemen mutu dan risiko, serta kegiatan

yang terkait dengan pengendalian internal, guna memastikan kegiatan operasional

di Kantor Wilayah/Cabang/KCP selaras dengan strategi dan kebijakan

perusahaan.

21. Penata Utama Manajemen Mutu

Mengkomunikasikan kepada pegawai di Kantor Wilayah dan Kantor

Cabang serta Kantor Cabang Pembantu di wilayah kerjanya mengenai sistem

manajemen mutu yang berlaku, memantau penerapannya dan melaksanakan

pembinaan, serta mengumpulkan informasi dan mengelola dokumen mutu, guna

mendukung tercapainya kinerja yang berkualitas sesuai dengan standar mutu yang

diharapkan.

22. Penata Utama Manajemen Risiko

Menyusun Laporan Profil Risiko unit kerja di wilayahnya, dan melakukan

fungsi fasilitasi dan konsultasi untuk menjamin terlaksananya proses pengelolaan

risiko secara efektif di seluruh unit kerja di wilayahnya, guna meminimalisir

potensi risiko yang dapat terjadi.

23. Penata Utama Pengendalian Internal

Melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pengendalian pemenuhan

standar tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) serta pengelolaan

aspek hukum di Kantor Wilayah (beserta Cabang dan Cabang Pembantu), guna

Page 34: BPS KETENAGA KERJAAN

34

mendukung terwujudnya budaya kepatuhan di lingkungan Kantor Wilayah secara

keseluruhan.

2.11 Program-program Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan

Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat

dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan

kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin

arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari

terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha

dan tenaga kerja.

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program jaminan sosial

tersebut terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat,

hari tua dan meninggal dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya

penghasilan tenaga kerja dan/atau membutuhkan perawatan medis

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme Asuransi

Sosial.

Saat ini BPJS Ketenagakerjaan memiliki beberapa program-program

jaminan, berikut ini adalah program-program jaminan saat ini dijalankan oleh

BPJS Ketenagakerjaan:

a) Program Jaminan Hari Tua

b) Program Jaminan Kecelakaan Kerja

c) Program Jaminan Kematian

d) Program Jaminan Pensiun, program ini di rencanakan akan dimulai pada

tahun 2015.

Page 35: BPS KETENAGA KERJAAN

35

BAB III

PROSES PENCAIRAN DANA PROGRAM JAMINAN HARI TUA PADA

BPJS KETENAGAKERJAAN

3.1 Program Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan

Page 36: BPS KETENAGA KERJAAN

36

Pada Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya

penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan

diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua

memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga

kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.

  Iuran Program Jaminan Hari Tua:

 Ditanggung Perusahaan = 3,7%

 Ditanggung Tenaga Kerja = 2%

 Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil

pengembangannya.

  Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang

terkumpul ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:

Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap

Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun

dengan masa tunggu 1 bulan (dan tidak bekerja lagi di perusahaan lain).

Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI

Tata Cara Pengajuan Jaminan Hari Tua adalah sebagai berikut:

1.      Setiap permintaan JHT, tenaga kerja harus mengisi dan menyampaikan

formulir 5 Jamsostek kepada kantor Jamsostek setempat dengan melampirkan:

a.       Kartu peserta Jamsostek (KPJ) asli

b.       Kartu Identitas diri KTP/SIM (fotokopi)

c.       Surat keterangan pemberhentian bekerja dari perusahaan atau Penetapan

Pengadilan Hubungan Industrial

Page 37: BPS KETENAGA KERJAAN

37

d.       Kartu Keluarga (KK)

2.     Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang mengalami cacat total

dilampiri dengan Surat Keterangan Dokter

3.     Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggalkan wilayah

Republik Indonesia dilampiri dengan:

a.       Pernyataan tidak bekerja lagi di Indonesia

b.       Photocopy Paspor

c.       Photocopy VISA

4.     Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggal dunia

sebelum usia 55 thn dilampiri:

a.       Surat keterangan kematian dari Rumah Sakit/Kepolisian/Kelurahan

b.       Photocopy Kartu keluarga

5.     Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja dari

perusahaan sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun

telah melewati masa tunggu 1 (satu) bulan terhitung sejak tenaga kerja yang

bersangkutan berhenti bekerja, dilampiri dengan:

a.       Photocopy surat keterangan berhenti bekerja dari perusahaan

b.       Surat pernyataan belum bekerja lagi

c.      Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang menjadi Pegawai

Negeri Sipil/POLRI/ABRI 

Selambat-lambatnya 30 hari setelah pengajuan tersebut PT Jamsostek (Persero)

melakukan pembayaran JHT.

Page 38: BPS KETENAGA KERJAAN

38

3.2 Prosedur Klaim Program Jaminan Hari Tua

Sumber : Kantor Cabang Semarang 1

Dalam flowchart gambar diatas menjelaskan proses pencairan dana

program jaminan hari tua pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng

& DIY.

Di dalam perusahaan asuransi disetiap para peserta pasti juga terkadang

para peserta ingin mencairkan dananya pada saat waktunya klaim itu dapat di

cairkan. Di BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Semarang 1 ini juga mengatasi

Meminta map pada door women

Masukan map ke drop box

Perlengkapan surat-surat

Mulai

Selesai

Benar dan

Lengkap?

wawancara

Pencairan dana klaim

Dokumentasi

Memeriksa data-data pencairan

danaPengolahan data

peserta

Page 39: BPS KETENAGA KERJAAN

39

berbagai macam cara dalam pencairan dana habis kontrak syaratnya foto copy

KTP / kartu identitas dan kuitansi premi asli seperti yang tadi sudah di jelaskan

sebelumnya. Jika surat- suratnya lengkap proses klaim pun akan cepat dilakukan

bila sudah memasukan data pada drop box sebelum jam 12 siang maka proses

pencairan klaim pun dapat di lakukan hari itu juga sedangkan bila memasukan

persyaratannya melebihi jam 12 maka proses klain dapat di ambil besok harinya.

Dalam pencairan dana ini pemegang polis harus hadir sendiri tidak boleh

diwakilkan kecuali peserta tersebut meninggal dunia. Karena salah satu syarat

pencairan dana program jaminan hari tua ada proses wawancara yang harus

dilakukan oleh peserta tersebut. Peserta juga wajib mengisi data – data

perlengkapan untuk memenuhi kewajiban buku administrasi agar data-data dapat

segera diproses.

Proses pencairan dana program jaminan hari tua pada BPJS Ketenagakerjaan

dijelaskan pada flowchart diatas yaitu :

1. Mulai / Start yaitu menjelaskan awal mulai untuk proses pencairan

dana Program Jaminan Hari Tua.

2. Meminta map pada door women yaitu meminta map yang berisi

formulir pengambilan dana program jaminan hari tua dan check list

untuk mengetahui data tersebut kurang atau tidak.

3. Perlengakapan surat – surat yaitu surat - surat yang berisi persyartan

yang berupa foto copy KTP/kartu identitas dan lain-lain sesuai

kebutuhan klaim.

Page 40: BPS KETENAGA KERJAAN

40

4. Memeriksa data pencairan dana yang dilakukan oleh peserta sendiri

dan dibantu door women untuk perlengkapan data pemegang peserta

program tersebut dan surat – surat pemegang peserta.

5. Kemudian setelah di cek data – data dan persyaratan apakah sudah

benar dan lengkap.

6. Memasukan map ke drop box yaitu dimana data yang sudah lengkap

tadi dimasukan ke dalam dalam map yang sudah diberikan oleh door

women yang kemudian dimasukan ke dalam drop box untuk

mendapatkan nomer antrian.

7. Pengolahan data peserta yaitu dimana data setelah dimasukan ke drop

box akan diperiksa oleh bagian administrasi apa sudah lengkap atau

belum yang kemudian akan ke tahap wawancara.

8. Wawancara yaitu dimana pihak BPJS Ketenagakerjaan mewawancara

peserta tersebut untuk mengecek tingkat valid data yang telah

dibelikan oleh peserta.

9. Pencairan Dana Klaim yaitu dimana setelah proses wawancara

menemukan tingkat valid maka klaim akan di cairkan.

10. Dokumentasi yaitu untuk pegangan kantor bahwa dana program

jaminan hari tua tersebut sudah dicairkan.

11. Setelah itu selesai yang pada akhirnya proses pencairan dana program

jaminan hari tua selesai ,uang tersebut sudah ditangan para peserta

program jaminan hari tua.

Page 41: BPS KETENAGA KERJAAN

41

3.3 Hubungan Perusahaan dan BPJS Ketenagakerjaan Pada Program

Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat

dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan

kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin

arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari

terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha

dan tenaga kerja.

 

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas

saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan

meninggal dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya

penghasilan tenaga kerja dan/atau membutuhkan perawatan medis

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme Asuransi

Sosial. Adapun program yang di bayarkan oleh perusahaan tersebut mengenai

program Jaminan Hari Tua ke BPJS adalah sebagai berikut.

  Iuran Program Jaminan Hari Tua:

 Ditanggung Perusahaan = 3,7%

 Ditanggung Tenaga Kerja = 2%

 Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil

pengembangannya.

Dengan adanya program Jaminan Hari Tua yang di sediakan oleh BPJS

Ketenagakerjaan maka hubungannya dengan perusahaan yang mengikuti program

tersebut adalah para pekerja di perusahaan tersebut masa depannya akan lebih

Page 42: BPS KETENAGA KERJAAN

42

terjamin karena adanya tunjangan berupa tabungan yang telah di bayarkan pada

tiap bulan sebelumnya yang bisa di ambil pada saat pekerja tersebut berusia 55

tahun. Dengan adanya kerjasama program tersebut maka perusahaan sudah

mengikuti UU tentang ketenagakerjaan dan terhindari dari sanksi yang ada.

Dengan adanya kerja sama perusahaan dengan BPJS tentang program

tersebut maka perusahaan yangmengikuti program tersebut para pekerja merasa

lebih aman mengenai masa tua nanti, dengan begitu maka para pekerja akan

bekerja lebih semangat lagi tanpa terpikirkan masa tuanya nanti lalu secara

otomatis akan berdampak pada maksimalnya kinerja karyawan perusahaan

tersebut yang akan menghasilkan laba yang maksimal unyuk perusahaan tersebut

nantinya. Perusahaan juga nantinya akan menanggung beban yang lebih kecil bila

terjadi kecelakaan terhadap resiko pekerjaan tersebut karena sudah mengikuti

program BPJS.

3.4 Kegiatan dan Isi Kegiatan Praktek Bisnis

Merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh penulis selama praktek bisnis

BPJS Ketenagakerjaan Kanwil V Jateng & DIY ialah sebagai berikut :

a. Mengikuti test wawancara seperti halnya karyawan baru yang mau

bekerja pada BPJS Ketenagakerjaan.

b. Penulis memperkenalkan diri pada semua karyawan yang ada pada

bidang masing – masing, mulai dari kepala kanwil, kepala divisi, staff,

hingga office boy dan lain-lain .

Page 43: BPS KETENAGA KERJAAN

43

c. Pengenalan program BPJS yang telah ada dan yang nantinya aka nada

program baru yaitu jaminan pensiun yang rencananya akan di luncurkan

pada tahun 2015 ini.

d. Pelatihan atau arahan apa yang harus dilakukan oleh penulis pada proses

praktek bisnis tersebut.

3.5 Metode Praktek Bisnis

Metode praktek bisnis pada BPJS ketenagakerjaan Kantor wilayah V

jateng & DIY menggunakan metode langsung, metode yang menempatkan

mahasiswa langsung pada kantor dan kunjungan wawancara langsung oleh

mahasiswa. Sedangkan sebagai pembimbing lapangan yakni Kepala Divisi dan

karyawan lainnya.

3.6 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

3.6.1 Faktor Pendukung

Penulis selama melakukan praktek bisnis di BPJS Ketenagakerjaan

kantor wilayah V Jateng & DIY menemui kemudahan dalam bekerjanya,

karena adanya faktor – faktor sebagai berikut :

a. Ketersediaan peralatan kerja yang lengkap, meliputi computer,

printer, scanner, alat kantor lainnya, papan tulis dsb

b. Tempat kerja yang nyaman dan bersih, meliputi tata ruang dan

kelengkapan seperti meja kantor, kursi kantor, ruangan ber AC

Page 44: BPS KETENAGA KERJAAN

44

sehingga suasana kerja yang nyaman yang berdampak pada

maksimalnya kinerja.

c. Mahasiswa memperoleh bimbingan dari semua karyawan mulai

dari cara membuat kliping yang benar, hingga cara mendata mitra

binaan BPJS Ketenagakerjaan, serta diskusi akan dinamika

prospek, hingga bagaimana para nasabah jika ingin mencairkan

dana program yang ada di BPJS Ketenagakerjaan.

d. Sikap karyawan yang ramah dan suka bercanda sehingga membuat

cair suasana kantor yang terkadang tenang dan penuh konsentrasi.

e. Mahasiswa mampu mengoperasikan fitur standar dasar – dasar

computer, seperti mengetik saleskit, kutipan premi dsb.

f. Mahasiswa mengikuti pelatihan dan dibekali buku pedoman BPJS

Ketenagakerjaansehingga mengetahui tentang program-program

yang ada di BPJS Ketenagakerjaan.

3.6.2 Faktor Penghambat

Penulis juga mengalami berbagai hambatan dalam melaksanakan praktek

bisnis di BPJS Ketenagakerjaan kantor wilayah V Jateng & DIY, faktor

penghambatnya:

a. Kesulitan dalam berkomunikasi dalam tahap pendekatan dengan

para karyawan karena penulis merasa gugup pada awal praktek

bisnis.

Page 45: BPS KETENAGA KERJAAN

45

b. Keterbatasan penggunaan softwere computer dalam hal ini

khususnya adalah softwere EDMS yang digunakan untuk

menyimpan arsip perusahaan sehingga berdampak pada

menumpuknya surat yang masuk yang belum dimasukan ke

softwere EDMS tersebut.

c. Kesulitan dalam mencari arsip perusahaan dikarenakan dampak

dari kurangnya softwere tersebut.

d. Keterbatasan jumlah karyawan yang belum terisi yang berdampak

pada adanya pekerjaan yang di limpahkan ke posisi lain untuk

segera dikerjakan.

e. Terlalu seringnya periode pergantian kepala kantor wilayah yang

berdampak pada akan terjadinya proses adaptasi baru.

f. Keterbatasan wawasan penulis akan perasuransian sehingga

mengalami kesulitan dalam memahami bidang perasuransian

dikarenakan sedikitnya mata kuliah yang berhubungan dengan

asuransi, sehingga pada awalnya penulis kurang paham

bagaimana asuransi itu bisa meringankan beban kelak di masa

yang akan datang.

BAB IV

Page 46: BPS KETENAGA KERJAAN

46

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Selama praktek bisnis ini berlangsung, penulis mendapatkan beberapa hal

yang tidak pernah didapat di bangku perkuliahan, seperti misalnya pengalaman

dalam menghadapi situasi kerja disamping itu juga dapat mengenal lebih jauh

sebuah perusahaan pelayanan jasa yang memiliki karakteristik tersendiri yang

dalam hal ini adalah BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng & DIY

selama 2 bulan (27 Januari 2014 sampai dengan 28 Maret 2014), dapat diambil

kesimpulan antara lain :

1. Dalam hal proses kerja pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V

Jateng & DIY memiliki mekanisme kerja yang sistematis dan

berkesinambungan, bekerja secara profesional dan tidak hanya bertindak

sebagai tenaga pemasaran saja, namun juga sebagai pihak yang

memberikan pelayanan.

2. Dalam pekerjaan dilakukan dengan sikap yang santai tetapi serius,

sehingga pekerjaan tetap berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan

rasa tegang.

3. Sikap kesediaan saling membantu dari para karyawan merupakan wujud

profesionalisme dalam menghadapi persaingan dalam kegiatan

perusahaan.

4. Adanya sikap yang diberikan oleh para karyawan yang ada di BPJS

Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng & DIY sangat terbuka dan

mau membagi ilmu mereka kepada pemagang. Jadi, pemagang

Page 47: BPS KETENAGA KERJAAN

47

mendapatkan banyak ilmu dan benar-benar merasa terbantu dengan sikap

mereka yang terbuka tersebut.

5. Situasi kerja pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah V Jateng &

DIY sangat kondusif karena adanya sikap kekeluargaan dan

keramahtamahan antar pegawai yang berdampak pada maksimalnya

kinerja para pegawai.

4.2 Saran – Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah di jabarkan oleh penulis, berikut adalah

saran yang dapat di berikan untuk BPJS Ketenagakerjaan Kanwil V Jateng &

DIY.

1. Perlu adanya penambahan sumber daya manusia agar tidak ada posisi

yang kosong dalam struktur perusahaan dan berdampak pada

menumpuknya pekerjaan, penambahan sumber daya manusia ini akan

berdampak pada kinerja yang lebih efektif lagi.

2. Sistem komputerisasinya harus lebih ditingkatkan yaitu khususnya

softwere EDMS agar memudahkan dalam pencarian berkas yang akan

digunakan.

3. Hendaknya pengetahuan terhadap suatu bidang pekerjaan tidak hanya

diketahui oleh penanggung jawab bidang tersebut saja tetapi keseluruhan

karyawan agar bila salah satu karyawan berhalangan hadir dapat

ditangani oleh karyawan lain.