kerjaan teknik penyanggaan

Upload: juragandoank

Post on 02-Jun-2018

292 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    1/28

    BAB I

    TEKNIK PENYANGGAAN

    DAN PERKUATAN PADA TEROWONGAN

    1.1. Tujuan utama merancang penyangga pada lubang buka di bawah tanah

    adalah untuk membantu massa batuan menyangga dirinya sendiri.

    Gambar 1.1 adaiah contoh sebuah terowongan yang digali secara full face

    dengan pemboran dan peledakan, menggunakan penyangga besi (steel set

    support) yang dipasang sesudah mucking.

    Horisontal dan vertikal in-situ stress dianggap sama = po

    - Pada tahap 1, tunnel face belum mencapai seksi x-x.

    Massa batuan yang berada pada bagian dimana tunnel akan dibuat

    dalam keadaan seimbang dengan massa batuan disekelilingnya.Tekanan yang diberikan oleh penyangga p tpada profil yang akan

    digali sama dengan in-situ stress po (titik A pada Gambar 1.1).

    - Pada tahap 2, tunnel face sudah melewati seksi x-x dan tekanan penyangga pt

    yang sebelumnya diberikan oleh batuan yang berada didalam

    tunnel, turun menjadi 0.

    Bagaimanapun juga, tunnel tidak akan runtuh karena deformasi radial u

    dibatasi oleh ujung tunnel (tunnel face) dengan pengendalian yang cukup

    baik. Jika pengendalian u oleh face tidak ada, tekanan penyangga ptyang

    diberikan oleh titik B dan C pada gambar 1.1 yang dibutuhkan untuk

    membatasi u adalah sama.

    Tekanan penyangga pi yang dibutuhkan untuk membatasi u pada atap

    (roof) adalah lebih besar dari yang dibutuhkan untuk membatasi u pada

    dinding (side wall) karena berat dari daerah batu lepas (zone of loosened

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    2/28

    rock) diatas atap tunnel harus ditambahkan untuk menghitung tekanan

    penyangga yang dibutuhkan untuk membatasi strees yang menyebabkan

    displacement pada atap.

    -Pada tahap 3, tunnel sudah selesai di-"mucking" dan steel set sudah

    dipasang dekat dengan face. Pada keadaan ini, penyangga

    belum terbebani seperti ditunjukkan oleh titik D pada Gambar

    1.1, karena tidak ada deformasi yang terjadipada tunnel.

    Jika batuan mempunyai sifat deformasi yang tidak tergantung

    pada waktu, maka deformasi radial tunnel masih ditunjukkan

    oleh titik B dan C.

    -Pada tahap 4, tunnel face maju kira-kira 1 1/2 kali diameter dari seksi x-x

    dan pengendalian deformasi didekat face sudah berkurang

    sekali. Oleh karena itu deformasi radial selanjutnyadari dinding

    dan atap dinyatakan oleh kurva C E G dan B F H pada Gambar

    1.1.

    Deformasi radial atau convergence dari tunnel menyebabkan

    penyangga terbebani.

    Tekanan penyangga pt yang tersedia dari steel set bertambah dengan

    deformasi radial tunnel seperti digambarkan oleh garis D E F.

    - tahap 5, tunnel face maju jauh dari seksi x-x sehingga tidak ada lagi

    pengendalian untuk massa batuan pada seksi x-x.

    Jika tidak ada

    penyangga-penyangga yang dipasang, maka deformasi radial pada

    tunnel bertambah seperti digambarkan oleh kurva E G dan F H pada

    Gambar 1.1.

    Untuk dinding, tekanan yang dibutuhkan untuk membatasi deformasi

    turun menjadi 0 pada titik G dan dalam hal ini dinding akan stabil jika

    tidak ada lagi gaya yang dapat menyababkan deformasi.

    Dipihak lain, penyangga yang dibutuhkan untuk membatasi deformasi

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    3/28

    pada atap turun sampai minimum dan akan mulai lagi naik. Ini karena

    displacement kebawah atap dari daerah batuan lepas di dalam atap

    Po= Stress insitu vertikal = Stress insitu horizontal

    Gambar 1.1

    Kurva load-deformation massabatuan dansistem penyangga menurut DAEMAN

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    4/28

    menyebabkan tambahan batuan yang menjadi lepas dan berat dari

    tambanan batuan lepas, ditambahkan untuk tekanan penyangga yang dibutuhkan.

    Pada contoh diatas, atap akan runtuh jika tidak ada penyangga yang

    dipasang di dalam tunnel.

    Gambar 1.1 dibagian bawah, kurva reaksi penyangga untuk steel set

    berpotongan dengan kurva Load-deformasi dinding dan atap terowongan pada

    titik E dan F.

    Pada titik-titik ini, tekanan penyangga yang dibutuhkan untuk membatasi

    deformasi pada dinding dan atap adalah tepat seimbang dengan tekanan penyangga

    yang tersedia dari steel set dan terowongan dan sistem penyangga adalah dalam

    keseimbangan stabil.

    Gambar 1.2

    Grafik LANE

    P

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    5/28

    Penyangga Pada Pembuatan Tunnel Dengan Cara Klasik dan Dengan Cara

    NATM

    Tunneling dengan metoda klasik :

    - Pemasangan penyangga sementara (temporary support) membutuhkan

    waktu lama.

    - Kontak antara penyangga sementara dan batuan tidak kontinu.

    - Penyangga sementara membutuhkan tempat dan dapat mengurangi penampang

    terowongan sampai 30 %.

    - Karena pemasangan penyangga tetap (permanent support) lama maka batuan

    disekitar tunnel kehilangan tegangan dan mengalami deformasi yang besar -->

    akan terjadi "overbreak".

    Gambar1.3 menunjukkan penyangga pada metoda kiasik dan NATM.

    Kurva Intrinsic Untuk Metoda Klasik

    o ----> Kurva interinsic dari karakteristik batuan sebelum penggalian kurva

    intrinsic ini berubah secara tidak menguntungkan dari segi kestabilan selama

    penggalian dan sesudah lubang buka terbentuk , kurva ini menjadi kurva 1 (Kurva 1

    jika panggalian secara mekanis, kurva 1jika menggunakan bahan peledak).

    Disini tidak diperhatikan cara operasi dan rencana oenggalian yang merupakan

    faktor penting juga.

    Jika terjadi kehilangan tegangan, maka kekuatan batuan turun secara drastis (kurva 2

    atau 3) sehingga dengan mudan kekuatan batuan dapat dilampaui oleh stress yang

    bekerja (digambarkan oleh lingkaran Mohr).Fenomena ini dapat menyebabkan gangguan pada massa (seperti kelakuan

    batuan menjadi plastik, deformasi yang besar, terjadi hancuran dan retakan

    batuan setempat, dll).

    Menurut Prof. Muller (1964) pengembangan volumik sekitar 2 sampai 3 % dapat

    menyebabkan menurunnya kekuatan batuan sampai 80 - 90 %.

    Pada NATM degradasi batuan tidak akan terjadi karena :

    1.

    Cara penggalian tidak "full face".

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    6/28

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    7/28

    Gambar 1.3

    Penyangga Pada Metoda Klasik dan NATM

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    8/28

    1.2.

    Penyangga Kayu

    1.2.1. Material Kayu

    Kayu sudah sejak lama dikenal sebagai bah an penyangga di berbagai

    operasi penambangan bawah tanah. Sebagaibahan penyangga, keuntungan yang

    dimiliki material kayu adalah :

    a. Ringan, mudah bibawa, dibentuk dan dipasang.

    b. Akan retak sepanjang seratnya sehingga mudah dideteksi.

    c. Sisa potongan atau patahan dapat digunakan sebagai pasak, material isian

    dan sebagainya.

    Adapun kerugiannya adalah sebagai berikut :a. Kekuatan mekaniknya tergantung pada struktur serat dan cacat a 1ami.

    b. Kelembaban dapat mempengaruhi kekuatannya.

    c. Jamur dan hewan yang tinggal didaerah lembab berpengaruh dalam

    penurunan kekuatannya.

    d. Mudah terbakar.

    Kayu sebagai penyangga harus mampu menyangga beban dengan aman.

    Karenanya dalam perancangan penyangga kayu, kekuatan kayu dan beban yang

    akan diterima perlu diperhatikan.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu :

    a. Kandungan air.

    b. Struktur serat.

    c. Cacat alami seperti knot dan crack.

    Adapun kekuatan kayu dari berbagai kelas, menurut PKKI 1961, dapat dilihat

    pada Tabel I.1.

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    9/28

    Tabel I.1

    Kekuatan Kayu

    Sesuai dengan bentuk susunan dalam pemasangannya penyangga kayu

    mempunyai nama berbeda anatara lain :

    a. Three piece set

    b. Square set.

    c.

    Cribbing.

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.4.

    1.2.2. Perancangan Penyangga Kayu

    Perancangan penyangga kayu terdiri dari penentuan ukuran yang cocok

    untuk "cap", "post" dan perlengkapan lainnya. Susunan dari penyangga kayu

    yang sering digunakan adalah "three pieces set", Dengan mengetahui tegangan-

    tegangan yang terjadi, maka ukuran "cap dan "side post dapat ditentukan.

    a. Tegangan pada cap

    Kayu yang digunakan sebagai cap harus mempunyai kuat pelengkungan

    yang lebih besar dari tegangan pelengkungan yang dialami. Tegangan

    pelengkungan dihitung sebagai berikut :

    qt = t x a

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    10/28

    Mmax = 0, 125 qt 2

    b = M max / W ef

    W =bh2/ 6 (penampang persegi)

    = d3/ 32 (penampang lingkaran)Dengan qt =beban persatuan panjang (t/m)

    t = tekanan pada penyangga (t/m2)

    a =jarak antar penyangga (m)

    Mmax =momen pelengkungan maksimum (tm)

    =panjang cap

    b = tegangan pelengkungan

    ef = tegangan pelengkungan dari kayu yang diijinkan

    W = modulus tampang (m3)

    b = lebar penampang kayu (m)

    h = tinggi penampang kayu (m)

    d = diameter penampang kayu (m)

    b. Tegangan pada side post

    sidepost menerima tekanan dari samping dan reaksi panjang ujung cap.

    Karenanya dalam perancangan tegangan tekan dan tegangan pelengkungan

    harus dihitung, biasanya diameter side post yang digunakan relatif sama

    dengan cap. Tegangan pada side post dihitung sebagai berikut :

    ef n t

    ef - W R/F 0,85 Mmax / w

    F = dy 2 = 0,785 dy 2Mmax= 0,125 qy y2W = 0,098 dy

    3

    = 4 k/dy= 4 y/dy = f ()

    R

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    11/28

    ef - 0,637 / dy2 1,084 y 2/dy2dengan :

    n = tegangan normal (t/m2)

    f = buckling factor (lihat tabel I.2)

    = angka kerampingan ( slenderness)

    R = Beban reaksi (ton)

    = beban samping (t/m)y = panjang side post (m)dy = diameter side post (m)

    k

    y = panjang untuk penekukan (m)

    Tabel I.2

    Buckling Faktor

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    12/28

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    13/28

    1.3.

    PENYANGGA BAJA

    1.3.1.

    Material Baja

    Baja dalam penggunaannya sebagai bahan bangunan memiliki beberapa

    keuntungan antara lain :a. Dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan

    b. Mempunyai modulus elastisitas E yang besar, sehingga deformasi yang

    diakibatkan oleh beban menjadi kecil

    c.

    Relatif mudah dalam pelaksanaan.

    Kekuatan baja sesuai dengan PBBI 1984 dapat dilihat pada tabel I.3

    Tabel I.3

    Kekuatan Baja

    Baja yang banyak terdapat dipasaran dan banyak digunakan adalah Bj 37 dengan

    tegangan dasar 1600 kg/cm2.

    Pada umumnya modulus elastisitas baja adalah sama besarnya walaupun

    tegangan lelehnya berbeda begitu juga dengan angka pembanding Poisson (Poissons

    ratio). Sifat mekanik dari baja adalah :

    E = 2,1 x 106kg/ cm

    2

    = 0,3

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    14/28

    1.3.2.

    Jenis Penyangga Baja

    Terdapat bermacam-macam cara penyanggan dengan baja seperti terlihat pada

    gambar 1.5 :

    a.

    Countiniuous rib type (leg dan rib bersatu)b. rib and post type (rib diatas post)

    c. rib andpost wall type

    d.

    rib wall plate and post type (rib diatas well plate dan post)

    e.

    full circle rib type

    Pada umumnya, untuk mencegah pergerakan dan keruntuhan atap rib dipasang

    lagging. Pada umumnya lagging dipasang searah dengan sumbu memanjang

    terowongan (gambar 1.6)

    1.3.3. Analisa Tegangan pada Bubur Baja

    Ay = By =

    .(1.1)

    M = 0,5 untuk 0 < < (1.2)M = - Ay .x untuk 0 < x < h (1.3)

    N = -

    r cos

    2

    - Aysin

    . (1.4)

    Dimana : Ay= By = reaksi horisontal (ton)

    h = jarak vertikal dari busur (m)

    r = jari-jari busur (m)

    = beban merata (uniform load) dalam ton/mM = momen

    N = gaya normal terhadap penampang (ton)

    Untuk menentukan momen maksimal, persamaan 1.2 harus di deferensialkan :

    ( ) .. (1.5)

    ( i ) cos = 0 , maka = /2 .. (1.6)( ii ) ( )= 0 .. (1.7)

    .. (1.8)

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    15/28

    Dengan memasukkan nilai ke persamaan 1.2 akan diperoleh

    momen maksimum :

    Mmax = 0,5 - Ay ( h + r ) .. (1.9)Mmax = - Ay( h + 0,5 Ay/ ) (1.10)

    N = - Ay ............... (1.11)

    N = - (1.12)Persamaan 3.10 dan 3.12 mempunyai harga lebih besar dibanding persamaan 3.9

    dan 3.11.

    Penampang dan mutu baja yang dipilih dapat menggunakan persamaan berikut :

    ||

    =

    . (1.13)

    Dengan || = tegangan absolut (ton/m2)F = luas penampang baja yang dipilih (m

    2)

    W = Modulus tampang (m3)

    = tegangan dasar, dari baja yang dipilih (t/m2)Harga-harga F dan W dapat dilihat pada tabel salah satu contoh penampang baja

    (tabel 1.4)

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    16/28

    Gambar 1.5Macam-macam Peyangga Baja

    Gambar 3.6

    Macam-macam Lagging

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    17/28

    Gambar 1.7Tegangan dan momen yang bekerja pada penyangga Busur Baja

    Tabel 1.4

    Penampang Baja

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    18/28

    1.4.

    BAUT BATUAN (ROCK BOLT)

    Penggunaan baut batuan untuk menjaga kestabilan atap dan dinding lubang

    bukaan, tergantung kepada kuat ikat (anchoring capacity) baut batuan dengan

    batuan, selain tegangan dasar (yeild strength) dari baut batuan tersebut.Persyaratan yang harus dipenuhi untuk pengikatan (anchoring) baut batu

    adalah :

    a.

    Pengikatan harus kuat

    b.

    Batuan tempat pengikatan harus kuat dan kontinyu

    c. Panjang baut batuan harus cukup untuk menciptakan pre-compression

    zone sekitar lubang bukaan untuk mengatasi stress failure. Baut batuan

    harus terikat di belakang daerah tarikan (tension zone)

    Sedangkan Talobre memberikan aturan yaitu :

    a. Pemasangan dan ukura/dimensi baut batuan bergantung kepada keadaan

    batuan. Baut batuan pada batuan agak kuat, mempunyai jarak dan panjang

    lebih rapat dan lebih panjang. Batuan plastis tidak cocok untuk dilakukan

    penyanggaan dengan baut batuan (roof bolting)

    b. Ketebalan dari batuan (tempat pengikatan) harus mampu menerima beban

    c. Panjang baut batuan harus paling sedikit sama dengan ketebalan batuan

    yang disangga ditambah dengan jarak rata-rata antar baut batuan

    d.

    Jarak tiap baut batuan diusahakan seragam

    Terdapat bermacam-macam baut batuan antara lain (gambar 1.8) :

    a. Slot & wedge bolt

    b. Expansion bolt

    c. Grouted bolt

    d. Resin bolt

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    19/28

    Gambar 1.8

    Macammacam baut batuan

    Pada batuan dengan kualitas baik, pengikatan cara mekanis (mechanical

    anchoring) misalnya expansion shell sangat cocok digunakan. Pada batuan lebih

    lemah atau batuan lebih lunak, egektifitasnya menurun dengan adanya kehancuran

    lokal (local crushing).

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    20/28

    Gambar 1.9

    Perfobolt

    Pengikatan dengan adonan semen (grouted/mortar) kurang baik dibandingkan

    dengan pengikanan secara mekanis atau dengan resin. Kesulitannya adalah

    penempatan aonan semen pada bagian ujung baut batuan (anchor root) di dalam

    lubang bor. Pengikatannya pun bergantung kepada besarnya gaya geser antara

    dinding lubang bor dengan adonan ketika mengering. Karena adonan tidak

    menerima tekanan yang besar, kemungkinan kecil adonan akan masuk ke dalam

    celah-celah pada dinding bor sehingga kurang memberikan pengikatan yang kuat.

    Contoh dari baut batuan dengan adonan semen adalah perfobolt. Pada perfobolt, adonan semen kental ditaruh dalam tabung berlubang

    (perfotube) dan dimasukkan dalam lubang bor. Ketika batang baut batuan

    (tendon/rebar bolt) dimasukkan ke dalam perfotube, adonan semen keluar dari

    tabung dan mengisi ruang antar dinding lubang bor dengan baut batuan.

    Pengikatan dengan resin(resin anchoring) memberikan kuat ikat yang besar

    dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara grout anchoring.

    Resin terdiri dari campuran :

    Polyester resin 28,5%

    Filler (crushea limestone) 66 % + catalist

    Accelator 0,5 %

    Panjang dan jarak baut batuan adalah :

    - Panjang 1 :

    atap yang kuat (strong roof) = L/3 (1.14)atap yang lemah (weak roof) = L/2 (1.15)

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    21/28

    - Jarak b :

    b = 2/3 = 2/9 L (1.16)

    .(1.17)

    Diameter baut batuan ditentukan berdasarkan yield strength dari bahan baut

    batuan :

    Rmax = . F (1.18)R = Rmax / n =

    (1.19)

    Dimana :

    L = lebar lubang bukaan

    Rmax = beban maksimum yang boleh diberikan kepada baut batuan

    = bobot isi batuan = tegangan ijin atau yield strength dari baut batuanF = luas penampang baut batuan

    R = beban tarik yang boleh diberikan kepada baut batuan

    N = faktor keamanan 2 - 4

    Untuk menstabilkan suatu block failure pada suatu dinding lubang buka, dapat

    digunakan perhitungan seperti terlihat pada gambar 1.10.

    a) b)

    Gambar 1.10

    Rock Bolting pada dinding

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    22/28

    Gambar 1.10 a :

    PB =

    =

    =

    ..(1.20)

    Gambar 1.10 b :

    R = PF = =

    PF =

    (1.21)

    1.5. PENYANGGA BETON

    Beton adalah campuran antara semen, pasir dan air yang kadang-kadang

    ditambah CaCl2 (Calcium Chlorida) yang berfungsi mempercepat waktu

    pengerasan (curing time).

    Dalam bidang teknik, beton banyak digunakan karena antara lain :

    a. Mempunyai kuat tekan tinggi

    b. Mudah dalam pelaksanaan kontruksi

    c.

    Bahan-bahan mudah didapat

    d. Tahan terhadap pengaruh cuaca

    e. Relatif ekonomis

    Kelemahan dari beton adalah :

    a. Mempunyai kuat tarik rendah

    b. Dapat hancur tiba-tiba, tanpa menunjukkan tanda-tanda lebih dahulu

    c. Hancuran beton tak dapat digunakan lagi.

    Untuk mengatasi kuat tarik yang rendah, beton dipasang tulungan baja yang

    ditanam di dalam kontruksi beton sehingga membentuk satu kesatuan yang

    disebut beton bertulang (reinforced concrete).

    Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971, kelas dan

    mutu beton terlihat pada Tabel I.5.

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    23/28

    1.5.1.

    Selimut beton (Concrete Lining)

    Dalam kontruksi beton berbentuk lengkung yang disebut selimut beton,

    tekanan yang dapat dihasilkan oleh selimt beton atau tekanan maksimum yang

    diperbolehkan adalah :

    Pscmax =Pc con [

    ] (5.1)Dengan :

    Pscmax = tekanan yang dapat dihasilkan oleh selimut beton ( kg/cm2)

    Pc con = Kuat tekan veton yang digunakan ( kg/cm2)

    =jari-jari dalam (cm) = tebal selimut beton (cm)

    Tabel 3.5

    Kelas dan Mutu Beton

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    24/28

    Gambar 1.11

    Selimut Beton

    1.5.2.

    Beton Tembak (Shotcrete)

    Persyaratan yang harus dipenuhi oleh beton tembak adalah :

    a.Shotability yaitu kemampuan untuk dapat melekat di atas dengan

    kemungkinan kecil untuk dapat lepas.

    b.Kekuatan awal (early strenght) harus cukup kuat untuk menyediakan

    penyanggaan dalam waktu kurang dari 4-8 jam.

    c.Harus mampu mencapai kekuatan 28 hari dengan komposisi

    pemercepat (accelator) yang dibutuhkan untuk mendapatkan kekuatan

    awal.

    d.

    Tahan lama terhadap pengaruh cuaca

    e.Ekonomis

    Karena beton tembak dipergunakan beberapa saat setelah penggalian, maka

    diperlukan kekuatan awal sehingga mampu memberikan penyanggaan dengan

    segera. Untuk itu pada campuran bahan untuk semen ditambahkan pemercepat

    yang mengandung garam-garam larut dalam air (water soluble salts), yang

    berfungsi mempercepat pengerasan.

    Dengan menggunakan pemercepat 3 %, campuran beton tembak dapatmencapat kekuatan 0,69 Mpa (6,9 kg/cm

    2) dalam jangka waktu antara 2 sampai 3

    jam dan dapat bertambah kekuatannya dalam jangka waktu yang relatif pendek.

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    25/28

    Tabel 1.6

    Pengaruh Penambahan Pemercepat (Accelerator)

    Tehadap Kuat Tekan Beton Tembak

    Ketebalan beton tembak dapat dihitung dengan rumus Rabcewicz

    t = 0, 434

    dengan : t = tebal beton tembak (m)

    p = tekanan pada beton tembak ( t/m2)

    r = jari-jari (m)

    = tegangan geser yang diijinkan dari bahanBeton tembak (t/m

    2)

    = 0,2 t (kuat tekan beton)

    1.6. PENYANGGAAN KHUSUS

    1.6.1. Forepoling

    Ini adalah salah satu bentuk penyanggan dari kayu atau baja atau kombinasi

    yang diterapkan untuk pemuka kerja pada penggalian di batuan lunak. Pemasangan

    forepoling dimaksudkan untuk mencegah runtuhnya atap pada saat penggalian

    dilakukan.

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    26/28

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    27/28

    1.6.4.

    Powered Roof Support

    Powered Roof Support adalah suatu bentuk penyangga yang diterapkan pada

    suatu tambang Batubara Modern (Modern Long Wall). Powered Roof Support ini

    tidak hanya bertugas menyangga atap tetapi juga bertugs untuk mendorong

    Conveyor depan dan Spill plate, bergerak maju dengan etenaganya sendiri, dan

    menyediakan ruang yang cukup aman untuk kegiatan penambangan. Bentuk dari

    salah satu Powered Roof Support (Shield Support) dapat dilihat gambar 1.14.

    Gambar 1.13

    Hydraulics Props

  • 8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan

    28/28

    Gambar 1.14

    Shield Support

    1.6.5.

    Truss Bolting

    Truss Bolting ini diperkenalkan pada akhir 1960-an sebagai alat untuk

    mengatasi kondisi atap yang jelek dimana kondisi tersebut tidak dapat diatasi

    dengan Roof Bolt atau metoda konventional lainnya. Metoda ini dikembangkan

    pada tambang Batubara di Inggris dan merupakan patent dari Birmingham Bolt

    Co.

    Prinsip dari penyangga jenis ini dapat dilihat pada gambar 1.15.

    Gambar 1.15

    Truss Bolting