kata pengantar - bi.go.id · pdf filekata pengantar . puji syukur kami ... impor barang...

98
v KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku “Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-2012” ini telah dapat diselesaikan. Dalam kajian ini kami informasikan bahwa pertumbuhan perekonomian Jawa Barat pada triwulan IV- 2012 melambat dari 6,56% pada triwulan III-2012 menjadi 5,47%. Sementara itu, dari sisi harga, inflasi Jawa Barat melambat dari 4,84% (yoy) menjadi 3,86% pada periode laporan. Peran intermediasi perbankan terhadap perekonomian Jawa Barat menunjukkan perbaikan ke arah yang diharapkan yang disertai dengan kondisi ketahanan perbankan yang semakin solid. Dari sisi keuangan daerah, melalui program percepatan realisasi anggaran belanja pemerintah maka terjadi perubahan alokasi realisasi yang lebih baik pada semester pertama. Dengan perkembangan tersebut, kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat membaik sebagaimana diindikasikan dengan ketersediaan lapangan pekerjaan dan Nilai Tukar Petani yang meningkat. Uraian di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan perbankan, serta hasil-hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten), juga kami peroleh dari berbagai pihak, seperti Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dinas-dinas terkait, Badan Pusat Statistik Jawa Barat, BULOG Divre IIII Jawa Barat, Kementerian Keuangan c.q. DJP Jawa Barat I, Kepolisian Daerah Jawa Barat, PT. Angkasa Pura III, PT. Jasa Marga, PT. PLN Distribusi Jabar dan Banten serta PT. Kereta Api, dan PT. Pelindo. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kesempatan ini, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi setiap langkah kita. Bandung, 7 Februari 2013 Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) ttd M. Zaeni Aboe Amin Direktur Eksekutif

Upload: lamhanh

Post on 06-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-

Nya, buku “Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-2012” ini telah dapat diselesaikan.

Dalam kajian ini kami informasikan bahwa pertumbuhan perekonomian Jawa Barat pada triwulan IV-

2012 melambat dari 6,56% pada triwulan III-2012 menjadi 5,47%. Sementara itu, dari sisi harga, inflasi

Jawa Barat melambat dari 4,84% (yoy) menjadi 3,86% pada periode laporan.

Peran intermediasi perbankan terhadap perekonomian Jawa Barat menunjukkan perbaikan ke

arah yang diharapkan yang disertai dengan kondisi ketahanan perbankan yang semakin solid. Dari sisi

keuangan daerah, melalui program percepatan realisasi anggaran belanja pemerintah maka terjadi

perubahan alokasi realisasi yang lebih baik pada semester pertama. Dengan perkembangan tersebut,

kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat membaik sebagaimana diindikasikan

dengan ketersediaan lapangan pekerjaan dan Nilai Tukar Petani yang meningkat.

Uraian di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain

berasal dari Bank Indonesia, laporan perbankan, serta hasil-hasil survei yang dilakukan oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten), juga kami peroleh dari berbagai pihak,

seperti Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dinas-dinas terkait, Badan Pusat Statistik Jawa Barat, BULOG

Divre IIII Jawa Barat, Kementerian Keuangan c.q. DJP Jawa Barat I, Kepolisian Daerah Jawa Barat, PT.

Angkasa Pura III, PT. Jasa Marga, PT. PLN Distribusi Jabar dan Banten serta PT. Kereta Api, dan PT.

Pelindo. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kesempatan ini, perkenankanlah kami mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan

buku ini.

Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini

masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran

membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini. Kiranya kerjasama yang sangat

baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan

Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi setiap langkah kita.

Bandung, 7 Februari 2013

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten)

ttd

M. Zaeni Aboe Amin Direktur Eksekutif

vii

DAFTAR ISI Kata Pengantar ............................................................................................................................. v Daftar Isi ....................................................................................................................................... Daftar Tabel Indikator Ekonomi Jawa Barat ................................................................................... Daftar Grafik ................................................................................................................................. Tabel Indikator Ekonomi Jawa Barat.............................................................................................. xiii RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................................ 1 BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL ...................................................................................... 5

1. Sisi Permintaan ............................................................................................................................... 8 1.1. Konsumsi .............................................................................................................................. 1.2. Investasi ................................................................................................................................ 11

Boks 1. Dampak Kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)........................................................................................................ ........... 13

1.3. Ekspor Impor......................................................................................................................... 15 2. Sisi Penawaran............ ................................................................................................................... 16

2.1. Sektor Pertanian ..................................................................................................................... 17 2.2. Sektor Industri Pengolahan ..................................................................................................... 18 2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ............................................................................... 23 2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ................................................................................... 25 2.5. Sektor Bangunan/Konstruksi .................................................................................................. 27 2.6. Sektor Lainnya ........................................................................................................................ 28

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ................................................................................. 29

1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa....... ................................................... 31 Inflasi Bulanan.......................................................................................................... .................. 31

Inflasi Triwulanan...................................................................................................... ................. 32 Inflasi Tahunan..................................................................................................... ...................... 33

2. Perkembangan Inflasi Menurut Kota ............................................................................................. 33 Kota Bandung.......................................................................................................... .................. 34 Kota Bekasi.......................................................................................................... ...................... 35 Kota Depok.......................................................................................................... ...................... 36 Kota Bogor................................................................................................................................. 37 Kota Cirebon.......................................................................................................... ................... 38 Kota Sukabumi.......................................................................................................... ................ 39 Boks 2. Pemanfaatan Sistem Resi Gudang Di Kabupaten Cianjur .................................. 39 Kota Tasikmalaya....................................................................................................... ................ 40

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi........ ............................................................................. 41 3.1 Non Fundamental......................................................................................................... ...... 42 Volatile Foods ..... ................................................................................................................. 42

Administered Price ................................................................................................................. 42

3.2 Fundamental/ Inti....................................................................................................... ........ 43 Interaksi Permintaan dan Penawaran.............................................................................. 43 Ekspektasi Inflasi............... ................................................................................... 43 Eksternal ................................................................................................................................ 44 Boks 3. Upaya Pengendalian Inflasi Pada Akhir Tahun 2012 ................................................. 45

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN ............................ 47

1. Analisis Perbankan Daerah ............................................................................................................ 48 1.1 Bank Umum Konvensional ............................................................................................ ...... 48 1.2 Bank Umum Syariah...................................................................................................... ...... 53 1.3 Bank Perkreditan Rakyat................................................................................................ ..... 54

2. Analisis Sistem Pembayaran ........................................................................................................... 55 2.1 Pengedaran Uang Kartal................................................................................................. ..... 55 2.1.1 Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow). ..................................................... 55

viii

2.1.2 Penyediaan Uang Kartal Layak Edar....................................................................... 57 2.1.3 Uang Palsu ................................................................................................................ 58 2.2 Sistem Pembayaran Non Tunai .......................................................................................... 58 2.2.1 Kliring lokal ............................................................................................................... 58 2.2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS) .......................................................................... 59

BAB 4 KEUANGAN DAERAH............................... ....................................................................... 61 1. Penerimaan Pemerintah Pusat di Jawa Barat .......................................................................... 63

2. Realisasi APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 ............................................................................. 64 Boks 4. APBD Jawa Barat Tahun 2013 ............................................................................................. .. 66 Boks 5. Analisis Resiliensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Dikaitkan Dengan Peran Desentralisasi Fiskal 67

BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH ................. 71

1. Ketenagakerjaan .......................................................................................................................... 73 2. Kesejahteraan .............................................................................................................................. 73

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH................................................................................................... 75 1. Prospek Ekonomi Makro .............................................................................................................. 77 2. Prakiraan Inflasi ............................................................................................................................ 79

LAMPIRAN .......................................................................................................................................................... 83 DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................................................. 87

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat dari Sisi Permintaan (yoy) ........................ 8 Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat - Sisi Penawaran

(yoy).................................................................................... ..................................................... 17 Tabel 1.3. Jumlah Penumpang Kereta Api Jawa Barat (ribu orang) ................................................ 26 Tabel 1.4. Pembangunan Rumah (unit) …………………………. ............................................... 27 Tabel 1.5. Pemakaian Listrik di Jawa Barat (Juta Kwh)...................... ......................................... 28 Tabel 2.1. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) .......................................................... 32 Tabel 2.2. Inflasi Triwulan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ....................................... 32 Tabel 2.3. Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) ....................................... 33 Tabel 2.4. Inflasi Tahunan di Jawa Barat Menurut Kota & Kelompok Barang/Jasa Triwulan IV-2012

(yoy)......... ................................................................................................................................... 34 Tabel 2.5. Inflasi Tahunan Kota Bandung Menurut Kelompok Barang dan Jasa ............................ 35 Tabel 2.6. Inflasi Tahunan Kota Bekasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ............................................. 36 Tabel 2.7. Inflasi Tahunan Kota Depok Menurut Kelompok Barang dan Jasa ...................................... 37 Tabel 2.8. Inflasi Tahunan Kota Bogor Menurut Kelompok Barang dan Jasa ............................................. 37 Tabel 2.9. Inflasi Tahunan Kota Cirebon Menurut Kelompok Barang dan Jasa .......................................... 38 Tabel 2.10. Inflasi Tahunan Kota Sukabumi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ....................................... 39 Tabel 2.11. Inflasi Tahunan Kota Tasikmalaya Menurut Kelompok Barang dan Jasa .................................... 41 Tabel 2.12. Kapasitas Produksi Terpakai (%) ................................................................................................. 43

Tabel 3.1. Perkembangan Kredit per Kota/Kab di Jawa Barat ..................................................................... 51 Tabel 3.2. Perkembangan Jumlah Kantor BPR Jawa Barat ..................................................................... 55 Tabel 3.3. Perkembangan Indikator Kinerja BPR Jawa Barat ..................................................................... 55 Tabel 3.4. Perkembangan Outflow Uang Kertas dan Uang Logam melalui Kantor Perwakilan

Wilayah VI ................................................................................................................ 57 Tabel 3.5. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal di Jawa Barat ................................................ 59 Tabel 4.1. Perkembangan Penerimaan Pajak Pemerintah

Pusat........................................................................................... ........................................... 63 Tabel 4.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Provinsi Jawa Barat ................ 64 Tabel 4.3. Realisasi Pendapatan dan Dana Perimbangan Pemerintah Provinsi Jawa

Barat............................................. ........................................................................... 65 Tabel 4.4. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat ....................................................................... 65 Tabel 5.1. Nilai Tukar Petani per Sub Sektor di Jawa Barat (2007 = 100) ........................................ 74 Tabel 6.1. Indeks Ekspektasi Produksi Bahan Makanan pada Triwulan IV-2012 ............................. 79

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat (yoy) ....................................................................... 7 Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen ...................................................................................................... 9 Grafik 1.3. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini .............................................................................. 9 Grafik 1.4. Indeks Tendensi Konsumen ........................................................................................................ 9 Grafik 1.5. Konsumsi Listrik Rumah Tangga.................................................................................... ......... 9 Grafik 1.6. Impor Barang Konsumsi .............................................................................................................. 10 Grafik 1.7. Pangsa Komoditas Impor Barang Konsumsi ............................................................................... 10 Grafik 1.8. Indeks Penjualan Eceran ............................................................................................................. 10 Grafik 1.9. Kredit Konsumsi .......................................................................................................................... 10 Grafik 1.10. Penjualan Semen ........................................................................................................................ 11 Grafik 1.11. Indeks Penjualan Bahan Konstruksi ............................................................................................ 11 Grafik 1.12. Impor Barang Modal ................................................................................................................... 12 Grafik 1.13. Kredit Investasi ............................................................................................................................ 12 Grafik 1.14. Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Nilai Proyek .......................................................... 12 Grafik 1.15. Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Jumlah Proyek ..................................................... 12 Grafik 1.16. Distribusi Realisasi Investasi PMA & PMDN Berdasarkan Kabupaten/Kota ..................... 13 Grafik 1.17. Distribusi Realisasi Investasi PMA & PMDN Berdasarkan Sektor Usaha .......................... 13 Grafik 1.18. Nilai Ekspor Jawa Barat ........................................................................................................... 15 Grafik 1.19. Volume Ekspor Jawa Barat........................... ............................................................................. 15 Grafik 1.20. Pangsa Negara Tujuan Ekspor........................... ................................................................... 16 Grafik 1.21. Pangsa Nilai Produk Ekspor Jawa Barat........................... .......................................................... 16 Grafik 1.22. Nilai Impor Jawa Barat ................................................................................................................ 16 Grafik 1.23. Volume Impor Jawa Barat ........................................................................................................... 16 Grafik 1.24. Produksi Padi Sawah dan Ladang........................................................................ .................... 17 Grafik 1.25. Luas Panen Sawah dan Ladang....................................................................... ........................ 17 Grafik 1.26. Volume Ekspor Komoditas Pertanian .......................................................................................... 18 Grafik 1.27. Baki Debet Penyaluran Kredit Sektor Pertanian .......................................................................... 18 Grafik 1.28. Volume Ekspor Manufaktur................................................................................................ 19 Grafik 1.29. Tujuan Ekspor Industri Manufaktur.......................................................................... ............... 19 Grafik 1.30. Utilisasi Kapastitas Produksi Industri..................................................................... ................... 19 Grafik 1.31. Konsumsi Listrik Industri ............................................................................................................. 19 Grafik 1.32. Kredit Sektor Industri .................................................................................................................. 20 Grafik 1.33. Volume Impor Bahan Baku ......................................................................................................... 20 Grafik 1.34. Pertumbuhan Produksi Manufaktur ........................................................................................... 20 Grafik 1.35. Nilai Ekspor TPT .......................................................................................................................... 21 Grafik 1.36. Volume Ekspor TPT ..................................................................................................................... 21 Grafik 1.37. Indeks Penjualan Eceran : Pakaian & Perlengkapannya .............................................................. 21 Grafik 1.38. Produksi Mobil ............................................................................................................................ 22 Grafik 1.39. Penjualan Motor.............................................................................. ..................................... 22 Grafik 1.40. Nilai Ekspor Kendaraan ........................................................................................................... 22 Grafik 1.41. Volume Ekspor Kendaraan................................................................. ................................. 22 Grafik 1.42. Nilai Ekspor Elektronika .......................................................................................................... 22 Grafik 1.43. Volume Ekspor Elektronika .................................................................................................... 22 Grafik 1.44. Nilai Ekspor Mesin............................................................................... ................................. 23 Grafik 1.45. Volume Ekspor Mesin.......................................................................... ................................ 23 Grafik 1.46. Indeks Penjualan Eceran............................................................................ .............................. 23 Grafik 1.47. Kredit Sektor PHR......................... ............................................................................................. 23 Grafik 1.48. Indeks Penjualan Ecerean Tiap Kelompok......................................... ................................ 24 Grafik 1.49. Tingkat Penghunian Hotel ................................................................................................... 25 Grafik 1.50. THK Bintang dan Non Bintang .................................................................................. 25 Grafik 1.51. Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat.......... ..... 25 Grafik 1.52. Asal Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat.............................. ... 25 Grafik 1.53. Jumlah Penumpang Pesawat Melalui Bandara Husein Sastranegara................................... ..... 26

xi

Grafik 1.54. Jumlah Penumpang Pesawat Domestik dan Internasional........................................... ............. 26 Grafik 1.55. Arus Bongkar Muat Pelabuhan Cirebon ..................................................................................... 26 Grafik 1.56. Kredit Sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi…………………………………………… ...... 26 Grafik 1.57. Penjualan Semen di Jawa Barat................................................................... .................. 27 Grafik 1.58. Penyaluran Kredit Sektor Konstruksi ......................................................................... 27 Grafik 1.59. Penjualan Eceran Bahan Konstruksi .......................................................................... 27 Grafik 1.60. Penyaluran Kredit ke Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih .............................................. 28 Grafik 1.61. Penjualan Gas Eceran .................................................................................. ............. 28 Grafik 1.62. Penyaluran Kredit ke Sektor Jasa-Usaha.................................................................... 28 Grafik 2.1. Inflasi Bulanan (mtm) Jawa Barat dan Nasional ......................................................................... 31 Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Jawa Barat dan Nasional ............................................................................... 32 Grafik 2.3. Inflasi Tahunan Jawa Barat dan Nasional .................................................................................. 33 Grafik 2.4. Inflasi Tahunan Jawa Barat menurut Kota ................................................................................. 33 Grafik 2.5. Inflasi Tahunan Kota Bandung .................................................................................................. 34 Grafik 2.6. Ekspektasi Konsumen di Kota Bandung ............................................................................. 35 Grafik 2.7. Inflasi Tahunan Kota Bekasi ..................................................................................................... 35 Grafik 2.8. Inflasi Tahunan Kota Depok ........................................................................... ...................... 36 Grafik 2.9. Inflasi Tahunan Kota Bogor ............................................................................... ..... 37 Grafik 2.10. Inflasi Tahunan Kota Cirebon ............................................................................ ..... 38 Grafik 2.11. Ekspektasi Harga Konsumen di Kota Cirebon ........................................ ................. 41 Grafik 2.12. Inflasi Tahunan Kota Sukabumi ......................................................................... ..... 39 Grafik 2.13. Inflasi Tahunan Kota Tasikmalaya................................................... ......................... 41 Grafik 2.14. Ekspektasi Konsumen di Kota Tasikmalaya... ........................................................... 41 Grafik 2.15. Inflasi Tahunan Menurut Sumber Penyebab (yoy, %) ............................................... 41 Grafik 2.16. Perkembangan Harga Komoditas Bahan Pangan ..................................................... 42 Grafik 2.17. Kapasitas Terpakai Industri Pengolahan .................................... .............................. 43 Grafik 2.18. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa 3 Bulan Ke Depan . ........... 44 Grafik 2.19. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa 6 Bulan Ke Depan... .......... 44 Grafik 2.20. Perkembangan Harga Emas dan Minyak Dunia di Pasar Internasional ....... .............. 44 Grafik 2.21. Perkembangan Kurs Rupiah .............................................................................. ..... 44

Grafik 3.1. Perkembangan Aset Perbankan di Wilayah Jawa Barat .............................................................. 48 Grafik 3.2. Perkembangan DPK di Wilayah Jawa Barat ................................................................................ 48 Grafik 3.3. Porsi DPK per Jenisnya............................................................................................................... 49 Grafik 3.4. Perkembangan DPK per Jenisnya ................................................................................................ 49 Grafik 3.5. Porsi DPK per Kelompok Bank............................................................................................... 49 Grafik 3.6. Perkembangan DPK per Kelompok Bank......... .......................................................................... 49 Grafik 3.7. Porsi DPK per Jenis Valuta....................... .................................................................................. 50 Grafik 3.8. Perkembangan DPK per Jenis Valuta .......................................................................................... 50 Grafik 3.9. Perkembangan Kredit di Jawa Barat .................................................................................... 50 Grafik 3.10. Porsi Kredit per Jenis Penggunaan ........................................................................................ 50 Grafik 3.11. Perkembangan Kredit per Jenis Penggunaan ..................................................................... 50 Grafik 3.12. Porsi Kredit per Kelompok Bank ........................................................................................... 51 Grafik 3.13. Perkembangan Kredit per Kelompok Bank ......................................................................... 51 Grafik 3.14. Perkembangan Kredit UMKM di Jawa Barat ...................................................................... 52 Grafik 3.15. Kredit UMKM Per Skala Usaha di Jawa Barat ..................................................................... 52 Grafik 3.16. Perkembangan Intermediasi Perbankan .............................................................................. 52 Grafik 3.17. Perkembangan NPL .................................................................................................................... 52 Grafik 3.18. Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Perbankan ........................................ 53 Grafik 3.19. Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit Menurut Jenis

Penggunaan ............................................................................................................................. 53 Grafik 3.20. Perkembangan FDR Perbankan Syariah di Jawa Barat ...................................................... 53 Grafik 3.21. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di Jawa Barat ........................................ 54 Grafik 3.22. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Jawa Barat ............................. 54 Grafik 3.23. Perkembangan NPF Perbankan Syariah di Jawa Barat....................................................... 54 Grafik 3.24. Perkembangan Aset BPR Jawa Barat ......................................................................... 54 Grafik 3.25. Perkembangan DPK dan Kredit BPR Jawa Barat ........................................................ 54

xii

Grafik 3.26. Perkembangan BOPO BPR Jawa Barat ...................................................................... 55 Grafik 3.27. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal Di Jawa Barat ................................ 56 Grafik 3.28. Proporsi PTTB Berdasarkan Bilyet Pecahan Uang ....................................................... 57 Grafik 3.29. Perkembangan Transaksi BI-RTGS Di Jawa Barat Menurut Nominal .......................... 59 Grafik 3.30. Perkembangan Transaksi BI-RTGS Di Jawa Barat Menurut

Volume…………………….. ..................................................................................... 59 Grafik 4.1. Penerimaan Pajak PPh Pasal 21 Non Migas ................................................................................ 63 Grafik 5.1. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja................................ ......................................................... 73 Grafik 5.2. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Jumlah Tenaga Kerja............................ ................... 73 Grafik 5.3. Indeks Penghasilan........................................................... ........................................................ 74 Grafik 5.4. Nilai Tukar Petani............................................................................................................... .... 74 Grafik 6.1. Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha (Saldo Bersih Tertimbang) .......................................... 77 Grafik 6.2. Ekspektasi Konsumen ............................................................................................... 78 Grafik 6.3. Ekspektasi Penghasilan ............................................................................................................... 78 Grafik 6.4. Perkiraan Produksi Padi ............................................................................................................... 78 Grafik 6.5. Luas Tanam per Musim Tanam ................................................................................................... 78 Grafik 6.6. Leading Indikator Inflasi Jawa Barat ........................................................................................... 79

xiii

TABEL INDIKATOR EKONOMI JAWA BARAT I. MAKRO

INDIKATOR 2011 2012

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV PDRB - harga konstan (Rp Miliar) 92.210

- Pertanian 10.660 10.763 11.122 9.556 11.004 10.863 11.097 8.837 - Pertambangan & Penggalian 1.780 1.798 1.824 1.683 1.666 1.696 1.763 1.451

- Industri Pengolahan 35.003 35.732 36.612 36.663 36.563 37.239 37.759 38.116

- Listrik. Gas. dan Air Bersih 1.806 1.854 1.851 1.915 1.870 2.004 2.019 2.115

- Bangunan 3.149 3.333 3.413 3.587 3.463 3.713 3.918 4.223 - Perdagangan. Hotel. dan Restoran 17.503 18.495 19.309 20.463 20.102 20.610 21.697 22.115

- Pengangkutan dan Komunikasi 4.258 4.333 4.473 4.581 4.580 4.841 5.128 5.214

- Keuangan. Persewaan. dan Jasa 2.904 2.944 3.003 3.135 3.138 3.243 3.390 3.439 - Jasa 5.996 5.871 5.897 5.842 5.925 6.431 6.470 6.700

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 7,3 6,1 5,9 6,6 6,3 6,5 6,6 5,5

Ekspor-Impor 2.910 2.906 4.028 3.487 3.620 3.423 3.504 3.294

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 5.970 6.243 6.847 6.687 6.610 6.815 6.647 6.304

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 1.604 1.648 1.736 1.702 1.761 1.766 1.606 1.672

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 3.059 3.315 2.818 3.200 2.985 3.392 3.143 3.010

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 419,25 445,30 389,41 393,87 419,11 500 451 482

Indeks Harga Konsumen* 124,17 124,21 125,74 127.33 128.30 129.28 132.88 132.25

- Kota Bandung 120,60 120,93 121,77 123.60 125.14 125.77 128.02 128.57

- Kota Bekasi 125,1 124,64 126,21 128.21 129.18 129.97 132.51 132.65

- Kota Bogor 126,92 124,92 128,92 129.89 128.84 130.69 134.66 135.16

- Kota Sukabumi 125,13 125,81 128,71 130.04 130.16 132.41 134.12 135.21

- Kota Cirebon 129,77 129,86 132,57 134.34 134.43 135.11 138.24 138.86

- Kota Tasikmalaya 127,51 127,83 129,90 131.80 133.39 134.12 136.49 136.90

- Kota Depok 125,27 125,05 127,23 128.26 128.84 130.69 133.09 133.53

Laju Inflasi Tahunan (yoy %)*) 6,18 4,66 3,29 3.10 3.33 4.08 4.70 3.86

- Kota Bandung 3,92 3,71 2,17 2.75 3.76 4.00 5.13 4.02

- Kota Bekasi 7,54 4,96 3,33 3.45 3.26 4.28 4.99 3.46

- Kota Bogor 5,93 5,26 3,25 2.85 2.85 2.17 4.45 4.06

- Kota Sukabumi 5,12 4,63 3,97 4.26 2.55 5.25 4.20 3.97

- Kota Cirebon 5,99 4,75 3,30 3.20 3.59 4.04 4.28 3.36

- Kota Tasikmalaya 4,97 4,38 4,19 4.17 4.61 4.92 5.07 3.87

- Kota Depok 7,75 5,22 4,42 2.95 2.85 4.51 4.61 4.11

Keterangan: *) Data IHK menggunakan Tahun Dasar 2007

xiv

II. PERBANKAN

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

A Bank Umum Konvensional

1 Total Aset 239.15 253.54 210.61 278.38 291.67 303.48 317.49 334.69 2 DPK 178.03 188.94 163.23 208.15 211.90 223.48 229.33 244.71

- Giro 34.23 35.03 31.71 39.59 38.85 42.15 45.64 47.39 - Tabungan 72.15 75.98 66.81 90.48 88.87 94.71 97.45 105.95 - Deposito 71.66 77.93 64.72 78.08 84.18 86.62 86.24 91.37

3 Kredit berdasarkan lokasi proyek 224.66 240.12 248.86 254,87 262.70 283.59 299.19 315.33 - Investasi 33.32 35.00 36.86 39,49 42.06 45.16 49.66 53.26 - Modal Kerja 98.74 107.49 109.09 111,60 113.20 126.63 132.51 140.41 - Konsumsi 92.59 97.64 102.92 103,78 107.43 111.80 117.03 121.66

4 Kredit berdasarkan lokasi kantor cabang 135.93 144.80 150.39 160.08 165.91 182.31 188.90 203.36 - Investasi 15.30 16.45 17.72 19.17 20.86 22.79 24.52 26.44 - Modal Kerja 61.88 65.65 67.74 72.16 72.71 83.34 83.50 91.34 - Konsumsi 58.74 62.70 64.93 68.75 72.34 76.19 80.88 85.58

5 LDR 74.69 76.64 77.04 76.91 78.29 81.58 82.37 83.10 6 Rasio NPL Gross 3.03 3.00 3.09 2.38 2.67 2.57 2.59 2.42 7 Kredit MKM * 41.65 46.57 48.07 50.82 51.54 56.21 52.86 58.89 B Bank Umum Syariah1 DPK 9.13 9.51 10.97 13.05 13.34 14.06 15.16 17.73 2 Pembiayaan berdasarkan lokasi kantor cabang 8.50 8.74 10.71 11.97 12.55 13.72 14.98 16.90 3 FDR 93.11 91.89 97.69 91.72 94.06 97.55 98.81 95.34 C BPR Konvensional1 Aset 8.73 8.97 9.19 10.47 10.76 11.16 11.61 12.07 2 DPK 6.27 6.34 6.48 6.86 7.06 7.13 7.46 7.74

- Tabungan 1.47 1.46 1.49 1.69 1.77 1.83 1.83 2.03 - Deposito 4.80 4.88 4.99 5.17 5.29 5.30 5.63 5.71

3 Kredit berdasarkan lokasi kantor cabang 6.24 6.67 6.95 7.04 7.30 7.66 7.80 7.87

No. Indikator2011 2012

Keterangan: *) Sejak Januari 2011 Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah pemberian kredit kepada debitur yang memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM

III. SISTEM PEMBAYARAN

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IVTransaksi TunaiPosisi Kas gabungan (Rp Triliun) 8.51 6.97 9.81 7.74 10.70 9.08 15.85 10.54Inflow (Rp Triliun) 7.39 8.98 15.54 11.74 14.42 13.04 12.06 13.87Outflow (Rp Triliun) 1.37 3.74 9.38 6.16 3.64 7.81 6.63 8.35Transaksi Non TunaiBI-RTGS

Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 170.88 194.89 221.55 218.99 187.97 243.01 319.36 257.96

Volume Transaksi BI-RTGS 286,393 306,731 214,454 345,536 297,292 233,082 242,181 371,037 Rata-rata Harian Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp Triliun) 2.67 3.14 3.69 3.42 2.94 3.86 5.24 4.23Rata-rata Harian Volume Transaksi BI-RTGS 4,475 4,947 3,574 5,399.00 4,645.19 3,700 3,970.18 6,082.57 KliringNominal Perputaran Kliring (Rp Triliun) 34.9 35.6 37.8 37.7 37.0 41.1 42.8 42.0 Volume Perputaran Kliring 1,421,771 1,478,064 1,480,705 1,447,060 1,441,314 1,541,815 1,518,882 1,535,642 Rata-rata Harian Nominal Transaksi Kliring (Rp Triliun) 0.55 0.57 0.63 0.59 0.58 0.65 0.70 0.69 Rata-rata Harian Volume Transaksi Kliring 22,215 23,840 24,678 22,610 22,521 24,473 24,900 25,174

Indikator2011 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF

2

RINGKASAN EKSEKUTIF

3

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat melambat.

Dari sisi permintaan,

faktor penyebab perlambatan adalah

penurunan kinerja Ekspor – Impor serta kontraksi

Konsumsi Pemerintah

Dari sisi penawaran, melambatnya

pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh kontraksi

sektor Pertanian serta melambatnya sektor PHR

dan Pengangkutan & Komunikasi

Perekonomian Jawa Barat pada triwulan IV-2012 tumbuh melambat dari 6,56% (yoy) menjadi 5,47%. Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi Nasional sedikit melambat dari 6,2% menjadi 6,1%. Perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh belum pulih sepenuhnya permintaan ekspor dari negara tujuan utama sementara permintaan domestik yang dipenuhi melalui impor barang konsumsi maupun pengolahan impor bahan baku semakin kuat. Selain itu, dengan adanya program percepatan realisasi anggaran pemerintah maka belanja fiskal terdistribusi lebih baik di semester pertama tahun 2012 sehingga pada periode akhir tahun Konsumsi Pemerintah cenderung tertahan.

Dampak gangguan cuaca terhadap produksi padi menyebabkan kontraksi sektor Pertanian semakin dalam pada triwulan IV-2012. Dengan berkurangnya transaksi perdagangan produk pertanian dan makanan jadi pada periode laporan, maka kinerja subsektor Perdagangan serta subsektor Pengangkutan mengalami perlambatan pertumbuhan.

Di lain pihak, kuatnya permintaan domestik sebagaimana tercermin dalam peningkatan Konsumsi Masyarakat, dapat meningkatkan kinerja sektor Industri Pengolahan tumbuh lebih tinggi pada periode laporan. Dengan dukungan fundamental ekonomi regional yang cukup baik, prospek investasi cenderung membaik sehingga pertumbuhan sektor Bangunan/Konstruksi tumbuh lebih tinggi.

PERKEMBANGAN INFLASI

Laju inflasi tahunan Jawa Barat menurun terutama

disebabkan tekanan inflasi dari bahan makanan

(volatile foods)

Laju inflasi Jawa Barat menurun dari 4,84% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi 3,86%. Seluruh penyumbang inflasi baik fundamental maupun non fundamental mengalami penurunan dengan penyumbang utama dari volatile foods (bahan makanan). Cukup terjaganya pasokan bahan makanan terutama dari sub-kelompok bumbu-bumbuan serta sub-kelompok padi-padian menyebabkan berkurangnya tekanan inflasi. Selain itu, ekspektasi konsumen terhadap inflasi yang relatif stabil meskipun terdapat gangguan pada distribusi dan produksi karena faktor cuaca, juga mampu mengurangi tekanan inflasi di inflasi inti.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kinerja perbankan di Jawa Barat menunjukkan perkembangan positif

Pada triwulan IV-2012, secara umum, perkembangan perbankan di Jawa Barat mengalami pertumbuhan. Penyaluran kredit perbankan tumbuh tinggi yakni 27,04% (yoy) dengan outstanding kredit mencapai 203,36 triliun. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai 244,71 triliun atau tumbuh dari 17.48% menjadi 17.56%. Demikian pula, total Aset tumbuh sebesar 20,23% mencapai 334,69 triliun. Di sisi lain perkembangan penyaluran Kredit Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tumbuh sebesar 15,89% menjadi 58,89 triliun. Fungsi intermediasi perbankan Jawa Barat yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 82,37% menjadi 83,10%. Meskipun secara tahunan LDR meningkat, perbankan tetap mampu memperbaiki kualitas kredit yang diberikan, tercermin dari risiko kredit yang tetap terjaga,

RINGKASAN EKSEKUTIF

4

dengan Non Performing Loans (NPL) sebesar 2,42%.

Aktivitas transaksi sistem pembayaran di Jawa Barat secara umum meningkat.

Selama triwulan IV-2012 transaksi sistem pembayaran tunai di Jawa Barat masih mengalami net inflow sebesar Rp5,52 triliun, meskipun mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Sementara aktivitas sistem pembayaran non tunai baik melalui kliring maupun RTGS mengalami kenaikan secara volume meskipun secara nominal mengalami penurunan.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Membaiknya realisasi belanja fiskal terutama

disebabkan oleh percepatan realisasi

anggaran di akhir tahun

Kinerja realisasi baik penerimaan maupun belanja APBD di Provinsi Jawa Barat pada periode laporan tercatat mengalami perbaikan, adapun untuk penerimaan pemerintah pusat di Jawa Barat juga menunjukkan peningkatan. Pos pendapatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat meningkat dengan realisasi sebesar 110,5%. Sementara itu, kinerja pemerintah daerah dalam belanja daerah secara intensif di triwulan IV-2012 dapat merealisasikan 92,5% anggarannya.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat mengalami

penurunan, sementara kesejahteraan masyarakat diindikasikan mengalami

peningkatan.

Selama triwulan IV-2012 perkembangan ketenagakerjaan mengalami penurunan sebagaimana diindikasikan dari penurunan realisasi penyerapan tenaga di Jawa Barat. Sementara itu, dari kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat menunjukkan perbaikan sebagaimana diindikasikan oleh peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) dari 114,6 pada triwulan sebelumnya menjadi 121,8.

PROSPEK PEREKONOMIAN Laju pertumbuhan

ekonomi Jawa Barat pada triwulan I-2013

diperkirakan meningkat

Pada triwulan I-2013 perekonomian Jawa Barat tumbuh lebih tinggi, yakni pada kisaran 6,0% - 6,5%. Dari sisi permintaan, perekonomian tetap ditopang oleh Konsumsi Rumah Tangga sementara kinerja Net Ekspor diperkirakan akan menunjukkan perbaikan. Sejalan dengan prospek perekonomian yang membaik Investasi diperkirakan akan masih berada pada tren peningkatan. Sementara di sisi penawaran, kinerja seluruh sektor ekonomi utama (Industri Pengolahan, PHR, dan Pertanian) diperkirakan membaik pada triwulan mendatang.

Inflasi triwulan I-2013 diperkirakan akan

meningkat

Laju inflasi Jawa Barat pada triwulan I-2013 diperkirakan meningkat dengan kecenderungan berada pada kisaran proyeksi inflasi sekitar 4,1% ± 0,5%, dengan faktor penyebab antara lain gangguan pada pasokan bahan makanan khususnya karena terganggunya distribusi dan produksi tanaman pangan akibat cuaca ekstrem pada periode tersebut. Di sisi lain, terdapat risiko peningkatan laju inflasi yang berasal dari kebijakan pemerintah menaikkan biaya energi yakni tarif dasar listrik untuk industri, gas LPG, maupun harga BBM bersubsidi serta dampak lanjutan dari kenaikan Upah Minimum yang akseleratif terhadap perkembangan harga barang/jasa.

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

5

,

BAB 1 KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

6

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

7

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat melambat dari 6,56% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi

5.47% pada triwulan IV-2012. Dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi akhir tahun tersebut,

maka pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2012 adalah sebesar 6,2%, atau sedikit

melambat dari tahun 2011 yang sebesar 6,5%. Dari sisi permintaan, faktor penyebab perlambatan

ekonomi pada periode laporan berasal dari kinerja Net Ekspor Jawa Barat yang masih mengalami

penurunan dan kontraksi Konsumsi Pemerintah yang semakin dalam. Sementara itu, dari sisi

penawaran, menurunnya kinerja sektor Pertanian serta melambatnya kinerja sektor Perdagangan,

Hotel, dan Restauran (PHR) serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi memperlambat perekonomian

Jawa Barat pada periode laporan, meskipun sektor lainnya mengalami peningkatan kinerja.

Struktur perekonomian Jawa Barat pada triwulan IV-2012 masih didominasi oleh 3 sektor utama, yakni

industri pengolahan (41,3%), PHR (24,0%), dan (9,6%). Jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, pangsa ketiga sektor dominan mengalami penurunan sementara sektor lainnya, yakni

Listrik, Gas, dan Air Bersih, Bangunan/Konstruksi, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan,

Persewaan dan Jasa Dunia Usaha serta Jasa-jasa mengalami peningkatan pangsa dalam total

perekonomian.

Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat dari 6,2% pada triwulan

III-2012 menjadi 6,1% pada triwulan IV-2012. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat

cenderung lebih dalam. Hal tersebut terutama disebabkan oleh penurunan kinerja sektor Pertanian

dan PHR Jawa Barat. Dengan perkembangan tersebut, maka perekonomian Jawa Barat pada periode

ini mencatat output riil1 sebesar Rp92,21 triliun atau mencapai 13,9% dari perekonomian Indonesia.

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat (yoy)

3.8%3.3%

4.5%

5.1%

5.6%

8.5%

5.8%

4.9%

7.3%

6.1%5.9%

6.6%

6.32%6.48%

6.56%

5.47%4.5%

4.1%4.2%

5.4%

5.7%

6.2%

5.8%

6.9%

6.5%

6.5% 6.5%

6.5%

6.3% 6.4%

6.2%

6.1%

Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV

2009 2010 2011 2012

Pertumbuhan Jabar (yoy)

Pertumbuhan Nasional (yoy)

Sumber: BPS, BPS Jawa Barat (diolah)

1 Berdasarkan Harga Konstan, tahun dasar 2000

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

8

1. Sisi Permintaan

Penurunan pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan terutama didorong oleh penurunan

konsumsi pemerintah. Penurunan net ekspor pun mendorong penurunan pertumbuhan ekonomi

pada triwulan IV-2012. Meskipun kinerja ekspor mengalami peningkatan, namun kenaikan

pertumbuhan impor yang lebih cepar sehingga menyebabkan penurunan pertumbuhan net

ekspor. Sementara itu konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB)

mengalami sedikit peningkatan yang relatif kecil (Tabel 1.1). Konsumsi rumah tangga tetap

mendominasi perekonomian Jawa Barat dengan kontribusi sebesar 62,8% terhadap total pengeluaran

ekonomi Jawa Barat. Sementara itu untuk konsumsi pemerintah, meskipun hanya memegang peranan

sebesar 6,4% dari total pengeluaran ekonomi Jawa Barat namun mampu memberikan tekanan pada

pertumbuhan ekonomi akibat penurunan konsumsi pemerintah yang relatif besar dibandingkan

dengan konsumsi pemerintah triwulan IV-2011. Penurunan konsumsi pemerintah tersebut disebabkan

oleh adanya percepatan penyerapan belanja pemerintah sehingga penyerapannya sudah mulai

terdistribusi merata. Hal tersebut bertolak belakang dengan penyerapan pada tahun-tahun

sebelumnya yang memiliki daya serap tertinggi pada triwulan keempat.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat – Sisi Permintaan (yoy) Pangsa SOG

I II III IV I Tw.II Tw.III Tw. IVKonsumsi Rumahtangga 5.2% 6.1% 6.0% 5.9% 5.6% 3.9% 4.1% 4.4% 62.8% 3.4%Konsumsi Pemerintah 7.0% 0.3% 0.0% 16.0% 6.6% 21.3% -1.0% -15.7% 6.4% 0.4%PMTB (Investasi) 7.2% 8.5% 10.0% 13.2% 9.0% 9.2% 8.3% 8.4% 18.8% 1.0%Ekspor 14.8% 6.9% 6.0% 2.6% 7.5% 8.2% 1.8% 4.9% 45.2% 2.5%Impor 20.0% 20.0% 6.6% 2.7% 3.2% -1.0% 4.1% 7.4% -34.5% -1.9%

PDRB 7.3% 6.1% 5.9% 6.6% 6.3% 6.5% 6.6% 5.5% 100.0% 5.5%

2012Tw. IV-12

2011Penggunaan

Keterangan: PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (sumber pertumbuhan) Sumber: BPS Jawa Barat (diolah)

1.1. Konsumsi Pertumbuhan konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan pada triwulan IV-2012 yaitu

sebesar 4,4% (yoy). Konsumsi rumah tangga tetap menjadi penopang perekonomian Jawa Barat

dan memberikan sumbangan sebesar 3,4% terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan ini yang

mencapai 5,47%. Peningkatan konsumsi ini tercermin dari tingkat optimis masyarakat yang semakin

meningkat dalam melakukan kegiatan konsumsi.

Indeks Keyakinan Konsumen/IKK hasil dari Survei Konsumen di Kota Bandung, Kota Cirebon dan Kota

Tasikmalaya masih menunjukkan optimisme masyarakat dalam melakukan kegiatan konsumsinya.

Pada triwulan IV-2012, IKK di Kota Bandung mencapai 109,4, di Kota Cirebon mencapai 119,2 dan di

Kota Tasikmalaya mencapai 123,9.

Sementara itu Indeks Tendensi Konsumen2 (ITK) meningkat yang mengindikasikan optimisme kondisi

konsumsi rumah tangga (lihat Grafik 1.4). ITK pada triwulan IV-2012 adalah sebesar 107,88, indeks

2 Hasil Survei Tendensi Konsumen BPS Jawa Barat

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

9

yang berada di atas 100 tersebut menunjukkan sikap optimis dari konsumen rumah tangga dalam

melakukan kegiatan konsumsinya walaupun tingkat optimisme konsumen tersebut lebih rendah jika

dibandingkan dengan triwulan III-2012 yang sebesar 109,33. Hal ini dipengaruhi oleh pendapatan

rumah tangga serta tingkat konsumsi masyarakat terhadap beberapa komoditi makanan dan bukan

makanan yang menunjukkan adanya perlambatan.

Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen

109.43

119.2

123.91

80

90

100

110

120

130

140

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Bandung Cirebon Tasikmalaya

Sumber: Survei Konsumen (KPw BI Wilayah VI, KPw BI Cirebon, KPw BI Tasikmalaya)

Grafik 1.3. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini

117,0 121,8

75,085,1

68,9

85,3

25

50

75

100

125

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Tingkat Penghasilan Ketersediaan KerjaPembelian Barang Tahan Lama

indeks

Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah VI

Grafik 1.4. Indeks Tendensi Konsumen

101,12

106,46

109,33

108,07

106,14

108,98

109,33107,88

90

95

100

105

110

115

120

I II III IV I II III IV

2011 2012

Indeks Tendensi Konsumsi

Pendapatan rumah tangga

Kaitan inflasi dengan konsumsi

Tingkat konsumsi*

*Konsumsi beberapa komoditas makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan dan rekreasi) Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat (diolah)

Grafik 1.5. Konsumsi Listrik Rumah Tangga

3,497 3.516

10.7%

5,0%

0%

5%

10%

15%

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%Juta kWh Konsumsi Listrik Rumah TanggaPertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: PT PLN Distribusi Jawa Barat & Banten (diolah)

Peningkatan konsumsi rumah tangga tidak tercermin dari pemakaian listrik oleh rumah tangga yang

mengalami perlambatan yaitu sebesar 5,0% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh 10,7%. Data dari PT PLN Distribusi Jawa Barat-Banten menunjukkan bahwa konsumsi listrik

pada triwulan IV-2012 sebesar 3.516 juta KwH (lihat Grafik 1.5), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mengkonsumsi sebesar 3.497 juta KwH. Peningkatan penggunaan listrik ini juga

memperhitungkan adanya pelanggan baru sebanyak 214 ribu sambungan sehingga sebanyak 8,93

juta rumah tangga telah teraliri listrik.

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

10

Dari indikator impor barang konsumsi, terlihat bahwa impor barang konsumsi mengalami peningkatan

secara volume. Peningkatan tersebut cukup signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Pada periode laporan, impor barang konsumsi mencapai 21,05 ribu ton atau tumbuh sebesar 66%

(yoy) (lihat Grafik 1.6). Sebagian besar barang konsumsi yang diimpor adalah barang non durable

(54,3%) dan semi durable (21,4%) dan kendaraan bermotor (10,7%) (lihat Grafik 1.7).

Grafik 1.6. Impor Barang Konsumsi

10,59

21,05

-12%

66%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

ribu tonVolume Impor Barang Konsumsi

Pertumbuhan, yoy (sb. kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.7. Pangsa Komoditas Impor Barang Konsumsi

10,7%

21,4%

54,3%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Alat Angkut Non-industri

Barang tidak tahan lama

Kendaraan bermotor

Barang semi tahan lama

Barang tahan lama

Makanan olahan

Makanan non olahan

Barang tidak tahan lama

Sumber: Bank Indonesia

Peningkatan konsumsi yang terjadi pada triwulan IV-2012 dicerminkan juga dari kredit konsumsi yang

tumbuh 24,5% (yoy). Baki debet kredit konsumsi pada triwulan IV-2012 mencapai Rp85,58 triliun,

bertambah sebesar Rp4,7 triliun3 dibandingkan dengan triwulan III-2012. Pembelian yang dilakukan

oleh rumah tangga di tingkat eceran (hasil Survei Penjualan Eceran) menunjukkan adanya

pertumbuhan sebesar 16% (yoy). Pada triwulan IV-2012 aktivitas penjualan barang eceran4 berada

pada level 114,5 atau lebih tinggi dari indeks triwulan sebelumnya yang berada pada level 101,7 (lihat

Grafik 1.8). Meningkatnya indeks pada triwulan-IV 2012 ini didorong oleh pembelian produk-produk

bahan kimia seperti kosmetik dan obat-obatan yang mengalami peningkatan sebesar 153% serta

pembelian barang elektronik dan komunikasi di triwulan ini. Sementara pembelian produk lainnya

mengalami perlambatan.

Grafik 1.8. Indeks Penjualan Eceran

101,7

114,5

9%

16%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

50

60

70

80

90

100

110

120

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

pertumbuhan (yoy)

Indeks Penjualan Eceran Pertumbuhan yoy (sb. Kanan)

indeks

Sumber: Survei Penjualan Eceran - KPw BI Wilayah VI

Grafik 1.9. Kredit Konsumsi

80.88 85.58

24.56

24.49

0

5

10

15

20

25

30

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%Triliun Rp Jumlah Kredit Konsumsi

Pertumbuhan (yoy, sb. kanan)

Sumber: KPw BI Wilayah VI

3 Penambahan setelah dikurangi dengan angsuran kredit pada triwulan berjalan 4 Hasil Survei Penjualan Eceran, Kantor Perwakilan BI Wilayah Jabar & Banten

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

11

1.2. Investasi Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) pada triwulan ini tumbuh sebesar 8,4% (yoy),

tumbuh meningkat dibandingkan triwulan III-2012 yang mencapai 8,3%. Kegiatan investasi

yang dilakukan berupa pembangunan konstruksi, pengadaan mesin baru, dan pembelian alat

transportasi untuk kegiatan usaha.

Pertumbuhan bidang konstruksi melambat yang diindikasikan dari melambatnya konsumsi semen di

Jawa Barat. Pada triwulan IV-2012 konsumsi semen di Jawa Barat, tumbuh sebesar 16,2% (yoy) atau

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2012 yang tumbuh sebesar 17,4% (Grafik 1.10).

Pertumbuhan konsumsi semen tersebut masih berada dalam level yang tinggi meski terjadi penurunan

aktivitas pembangunan konstruksi yang signifikan.

Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Bahan Konstruksi5 seperti semen, pasir, bahan bangunan dari

besi, dan perlengkapannya yang mengalami penurunan sebesar 21% (lihat Grafik 1.11). Hal ini sejalan

dengan kredit investasi yang juga mengalami penurunan. Kredit investasi pada triwulan IV-2012

tumbuh sebesar 37,9% (yoy) atau mengalami perlambatan dari triwulan III-2012 yang mencapai

38,4% (yoy) (lihat Grafik 1.13).

Grafik 1.10. Penjualan Semen

2.038

2.365

17,4%

16,2%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012

Ribu

Ton

Penjualan Semen Pertumbuhan (yoy) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (diolah)

Grafik 1.11. Indeks Penjualan Bahan Konstruksi

45,5046,65

6%

-21%-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

pertumbuhan (yoy)

Indeks Penjualan Barang Konstruksi Pertumbuhan yoy (sb.Kn)

indeks

Sumber: Survei Penjualan Eceran – KPw BI Wilayah VI

Sementara itu, impor barang modal seperti mesin dan perlengkapannya juga mengalami perlambatan

pada triwulan IV-2012. Setelah impor barang modal turun sebesar 3% (yoy) pada triwulan III-2012,

pada triwulan ini turun sebesar 19% (yoy). Pada periode ini sebanyak 27,4 ribu ton barang modal

diimpor ke Jawa Barat (lihat Grafik 1.12).

5 Hasil Survei Penjualan Eceran, KPw BI Wilayah VI

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

12

Grafik 1.12. Impor Barang Modal

27,7227,41

-3%

-19%-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

ribu ton

Volume Impor Barang Modal

Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.13. Kredit Investasi

24,52 26,44

38,36

37,91

0

10

20

30

40

50

60

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%Triliun Rp

Jumlah Kredit Investasi Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: KPw BI Wilayah VI

Grafik 1.14. Realisasi Investasi di Jawa Barat

Berdasarkan Nilai Proyek

12.916

5.212

144%

-49%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%Rp Miliar

Realisasi Investasi Pertumbuhan, yoy (sb.kn)

Sumber: Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat

Grafik 1.15. Realisasi Investasi di Jawa Barat Berdasarkan Jumlah Proyek

205

106

78%

-69% -100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%

Jumlah Proyek Pertumbuhan-yoy (sumbu kanan)

Sumber: Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat

Dari nominal PMTB triwulan IV-2012 sebesar Rp46,52 triliun (atas dasar harga berlaku), terdapat

11,2% atau Rp5,21 triliun yang merupakan investasi oleh penanam modal asing (PMA) maupun

domestik (PMDN). Data Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPPMD) Provinsi

Jawa Barat menunjukkan bahwa investasi PMA dan PMDN tumbuh negatif sebesar 49% (yoy) pada

periode laporan, lebih rendah dibanding pertumbuhan periode sebelumnya yang mencapai 144%

(yoy) (Grafik 1.14). Hal ini diduga salah satunya disebabkan para investor yang melakukan wait & see

terhadap perkembangan kebijakan pengupahan (penetapan UMK) di Jawa Barat (lihat Boks 1).

Investasi perusahaan pada periode laporan didominasi oleh Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar

85% dengan realisasi sebesar Rp4,34 triliun, lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar Rp7,38

triliun, sedangkan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menurun menjadi Rp0,77 triliun

(periode sebelumnya Rp5,53 triliun).

Dari sisi jumlah proyek, investasi pada triwulan IV-2012 menurun menjadi 106 proyek dari sebelumnya

205 proyek (lihat Grafik 1.15). Pada periode laporan jumlah proyek PMA mencapai 84 proyek,

sedangan PMDN hanya 22 proyek.

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

13

Grafik 1.16. Distribusi Realisasi Investasi PMA dan PMDN Berdasarkan Kabupaten/Kota

Kab. Bekasi32%

Kab. Karawang

21%

Kota Depok20%

Kab. Purwakarta

8%

Kab. Bogor6%

Kota/Kab Lainnya

13%

Sumber: Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat

Grafik 1.17. Distribusi Realisasi Investasi PMA dan PMDN Berdasarkan Sektor Usaha

Ind. Logam, Mesin, Elektronik

55%

Ind. Tekstil22%

Ind. Karet & Plastik

6%

Industri Lainnya

3%

Perdagangan & Reparasi

3%Sektor Lain

11%

Sumber: Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Jawa Barat

Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang masih menjadi daerah yang menarik investor PMA dan

PMDN terbesar di Jawa Barat. Investasi di Kabupaten Bekasi mencapai Rp1,68 triliun (pangsa 32%)

dari 37 proyek dan menyerap 9.690 tenaga kerja, sedangkan di Kabupaten Karawang mencapai Rp1,1

triliun (pangsa 21%) dari 14 proyek dan menyerap 2.081 tenaga kerja (Grafik 1.16). Sebagian besar

dari investasi yang dilakukan adalah pada sektor industri logam, mesin dan elektronik (54,9%), industri

tekstil (21,6%) dan industri karet & plastik (6,3%).

Sampai dengan triwulan IV-2012, penanam modal asing di Jawa Barat yang paling besar berasal dari

Jepang sebesar Rp4,4 triliun atau US$0,47 miliar, atau mencapai 59,6% dari keseluruhan investasi

PMA di triwulan ini. Selanjutnya disusul oleh investor gabungan negara (Rp1,85 triliun), Korea Selatan

(Rp597 miliar), dan Inggris (Rp175 miliar). Dengan investasi PMA tersebut, dapat terserap 28 ribu

pekerja di Jawa Barat pada triwulan IV-2012.

BOKS 1.

DAMPAK KENAIKAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK)

Sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor: 561/Kep.1405-Bangsos/2012 tentang Upah

Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat tahun 2013 bahwa mulai 1 Januari 2013 upah minimum

kabupaten atau kota (UMK) di Jawa Barat mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut didasari oleh

peningkatan penghitungan standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Standar KHL provinsi Jawa Barat naik

18,48% dari Rp1,39 juta menjadi Rp1,64 juta, hal ini dikarenakan komponen pada penghitungan KHL

bertambah dimana pada 2012 berjumlah 46 komponen meningkat menjadi 60 komponen. Besaran UMK

Provinsi Jawa Barat berada pada kisaran Rp0,85 - Rp2,1 juta dengan UMK terendah pada Kabupaten

Majalengka dan tertinggi pada Kota Bekasi. Kenaikan UMK pada kabupaten/kota di Jawa Barat melewati

angka 50% dengan kenaikan tertinggi pada Kota Bogor yaitu sebesar 70,5%. Sedangkan Kabupaten

Majalengka mengalami kenaikan UMK sebesar 6,25% yang merupakan kenaikan UMK terendah yaitu

hanya naik Rp50.000 dari UMK tahun 2012. Berikut merupakan peta besaran UMK dan kenaikan UMK

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

14

di provinsi Jawa Barat tahun 2013:

Gambar 1. Besaran UMK 2013

Gambar 2. Kenaikan UMK 2013

Dampak kenaikan upah minimum kabupaten/kota terhadap Industri di Jawa Barat

Beban operasional perusahaan atau industri semakin berat karena biaya untuk menggaji karyawan

semakin besar. Secara rata-rata biaya tenaga kerja meningkat sebesar 10%. Hal ini berdampak pada

penurunan margin perusahaan. Dalam hal perusahaan ingin mempertahankan margin perusahaannya,

perusahaan akan meningkatkan harga jualnya atau mengurangi jumlah tenaga kerjanya. Peningkatan

harga jual dapat menyebabkan meningkatnya tingkat inflasi di Jawa Barat dan melemahnya daya saing

industri domestik. Sedangkan pengurangan jumlah tenaga kerja dapat menyebabkan bertambahnya

angka pengangguran di Jawa Barat. Sektor usaha yang paling terkena dampak kenaikan UMK di Jawa

Barat adalah industri TPT (garmen) karena produksi bersifat padat karya, dengan rata-rata porsi biaya

tenaga kerja adalah sebesar 27% terhadap total biaya produksi.

Selain itu, dampak lainnya dari kenaikan UMK adalah relokasinya investor dan pengusaha ke wilayah di

luar Jawa Barat yang memiliki besaran UMK lebih rendah. Dampak paling buruknya adalah potensi para

pelaku usaha atau industri untuk menghentikan operasionalnya akibat tidak mampu membiayai kegiatan

operasional dan tidak mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankannya.

Upaya yang dilakukan dalam meminimalisasi dampak kenaikan UMK 2013

Perusahaan yang tidak mampu melaksanakan ketentuan UMK 2013 dapat mengajukan penangguhan

Upah Minimum kepada Gubernur Jawa Barat melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa

Barat. Sebagian besar anggota Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengajukan penangguhan UMK.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyetujui 257 perusahaan dari total 289 perusahaan yang mengajukan

pengangguhan UMK. Jumlah tenaga kerja perusahaan yang disetujui penangguhannya adalah sebesar

233.773 orang.

Dari sisi intern perusahaan, beberapa strategi dilakukan untuk dapat meminimalisasi dampak kenaikan

UMK 2013 diantaranya adalah meningkatkan volume penjualan dengan mendorong peningkatan

produktivitas tenaga kerja, melakukan efisiensi dengan cara penggantian tools mesin agar bisa lebih

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

15

produktif, melakukan otomasi produksi, menunda penambahan tenaga kerja baru, mengatur kembali

sistem tenaga kerja kontrak, dan sebagian perusahaan berencana mengalihkan jenis usahanya dari

manufaktur ke distribusi/perdagangan sehingga mengurangi beban manufaktur yang tinggi. Selain itu,

dalam membangun komunikasi yang baik dengan buruh, pengusaha dan investor di Jawa Barat, Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengadakan forum komunikasi secara rutin.

1.3. Ekspor Impor Pada triwulan IV-2012 kinerja ekspor Jawa Barat (antar negara maupun antar daerah) tumbuh

sebesar 4,9% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan impor yang juga mengalami peningkatan

sebesar 7,4% (yoy) menyebabkan pertumbuhan net ekspor mengalami penurunan. Ekspor Jawa

Barat pada triwulan ini lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 1,8%. Namun di

sisi lain, impor juga mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dari triwulan III-2012 yang tumbuh

sebesar tumbuh 4,1% (yoy).

Data perdagangan ekspor Jawa Barat ke negara lain triwulan IV-2012 secara nominal berada pada

tren yang menurun yaitu turun sebesar 5,7% (yoy) (Grafik 1.18). Nilai ekspor Jawa Barat pada triwulan

IV-2012 tercatat mencapai USD6,30 miliar dengan volume sebesar 1,67 juta ton (Grafik 1.19).

Sementara itu dari sisi volume, ekspor Jawa Barat juga mengalami penurunan sebesar 1,8% (yoy)

namun membaik dari periode sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar 8,0% (yoy).

Dilihat dari negara tujuannya, ekspor Jawa Barat ditujukan paling banyak ke negara-negara di

kawasan ASEAN (21,4%), Amerika Serikat dan ke kawasan Eropa. Kondisi perekonomian global yang

yang mulai membaik, mendorong peningkatan ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa walaupun saat ini

masih berada pada tren yang menurun (Grafik 1.20).

Komoditas utama yang diekspor pada triwulan IV-2012 adalah alat elektronik sebesar 22% dan tekstil

dan produk tekstil juga sebesar 22%. Produk mesin, bahan kimia, dan karet/plastik juga merupakan

komoditas ekspor yang memberikan kontribusi cukup besar mencapai 24% (lihat Grafik 1.21).

Grafik 1.18. Nilai Ekspor Jawa Barat

6,6366.304

-3,1%-5,7%

-10%

0%

10%

20%

30%

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

USD Juta

Nilai Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan)

Grafik 1.19. Volume Ekspor Jawa Barat

1,597

1.672

-8,0%-1,8%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

2.200

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Ribu Ton

Volume Ekspor Pertumbuhan (sumbu kanan)

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

16

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.20. Pangsa Negara Tujuan Ekspor

15,8%

21,4%

15,0%

11,7%

4,5% 3,9% 4,4% 2,8%

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0% 2009 2010 2011 TwIV 2012

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.21. Pangsa Nilai Produk Ekspor Jawa Barat

TPT22%

Elektro22%

Kimia8%Mesin

8%

Karet & plastik8%

Kulit4%

Logam2%

Makanan6%

Furniture5%

Kendaraan6%

Kertas4%

Lain5%

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.22. Nilai Impor Jawa Barat

3.1433.007

11,5%

-6,0%-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

USD Juta

Nilai Impor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.23. Volume Impor Jawa Barat

451,09

481,79

15,8%

22,3%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

250

300

350

400

450

500

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Ribu Ton

Volume Impor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Dari sisi impor yang berasal dari negara lain, volume impor Jawa Barat tumbuh 22,3% (yoy) sedangkan

nilainya mengalami penurunan sebesar -6% (yoy). Impor Jawa Barat pada triwulan IV-2012 mencapai

US$3,01 miliar, dimana pada periode sebelumnya mencapai US$3,14 miliar (lihat Grafik 1.22). Adapun

secara volume, impor Jawa Barat mencapai 481,8 ribu ton (lihat Grafik 1.23). Negara asal barang

impor paling dominan adalah berasal dari Cina sebesar 21,6%, Korea Selatan sebesar 18,5% dan

Jepang sebesar 10,9%. Sementara itu impor dari negara di kawasan ASEAN meningkat menjadi

21,28% dibandingkan periode sebelumnya yang hanya sebesar 16,3%.

2. Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran, berdasarkan sektor ekonomi dominannya, perlambatan ekonomi Jawa Barat

pada periode laporan terutama disebabkan oleh penurunan sektor Pertanian yang semakin

dalam serta perlambatan kinerja pertumbuhan sektor PHR dan Pengangkutan dan Komunikasi.

Di lain pihak, sektor ekonomi dominan lainnya mengalami peningkatan. Sektor industri pengolahan

dan jasa-jasa tumbuh meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sumbangan terhadap

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

17

pertumbuhan ekonomi pada periode laporan masih disumbang oleh sektor Industri Pengolahan, PHR,

dan Pertanian.

Perlambatan sektor PHR terutama berasal dari perdagangan produk-produk pertanian. Hal ini sejalan

dengan perkembangan sektor pertanian yang mengalami kontraksi pada periode laporan. Sementara

itu, sektor pertanian mengalami kontraksi yang lebih dalam terutama disebabkan oleh dampak

gangguan cuaca terhadap panen padi.

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat – Sisi Penawaran (yoy) Pangsa SOG

I II III IV I II III IV

Pertanian -0.3% 2.2% -4.1% 2.7% 3.2% 0.9% -0.2% -7.5% 9.6% 0.5%Pertambangan -3.5% -4.6% -4.3% -8.0% -6.4% -5.7% -3.4% -13.8% 1.6% 0.1%Industri Pengolahan 7.3% 4.5% 6.9% 6.1% 4.5% 4.2% 3.1% 4.0% 41.3% 2.3%Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.4% 0.1% -0.1% 4.6% 3.6% 8.1% 9.0% 10.5% 2.3% 0.1%Bangunan/Konstruksi 15.6% 16.2% 14.4% 10.9% 10.0% 11.4% 14.8% 17.7% 4.6% 0.3%PHR 4.3% 6.8% 8.3% 12.7% 14.8% 11.4% 12.4% 8.1% 24.0% 1.3%Pengangkutan & Komunikasi 25.4% 17.3% 11.8% 7.5% 7.6% 11.7% 14.7% 13.8% 5.7% 0.3%Jasa Dunia Usaha 18.6% 13.8% 10.2% 11.8% 8.1% 10.2% 12.9% 9.7% 3.7% 0.2%Jasa-jasa 18.1% 10.3% 7.2% -2.6% -1.2% 9.6% 9.7% 14.7% 7.3% 0.4%

PDRB 7.3% 6.1% 5.9% 6.6% 6.3% 6.5% 6.6% 5.5% 100.0% 5.5%

Tw. IV-122011Lapangan Usaha 2012

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat (diolah)

2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian Jawa Barat yang disumbang oleh produksi padi (33%) dan unggas (20%),

mengalami kontraksi yang lebih dalam pada triwulan IV-2012. Pada triwulan III-2012 sektor

pertanian mengalami kontraksi sebesar 0,2% (yoy), dan pada periode laporan semakin mengalami

penurunan kinerja menjadi sebesar -7,5%. Penurunan sektor pertanian berasal dari penurunan

produksi padi menjadi -7,3%, dibanding pertumbuhan sebesar 5,6% pada triwulan III-2012 (Grafik

1.24). Gangguan cuaca yang berdampak terjadinya banjir pada beberapa daerah sentra produksi

pertanian menyebabkan terganggunya hasil panen (Grafik 1.25).

Di lain pihak, produksi unggas khususnya ayam peternak di Jawa Barat pada tahun 2012 meningkat

14,7% menjadi 1,95 juta ton. Namun demikian pada akhir periode laporan, ditemukan kasus flu

burung menghambat produksi unggas khususnya ayam dan itik serta minat konsumsi masyarakat

pada produk peternakan unggas.

Grafik 1.24. Produksi Padi Sawah dan Ladang

5,6%

-7.3%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

1.0

2.0

3.0

4.0

TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV

2010 2011 2012

%Juta Ton

Produksi Padi Pertumbuhan-yoy (sumbu kanan)

Grafik 1.25. Luas Panen Padi Sawah dan Ladang

-10.6%

5.3%11.3%

34.0%

10.4%

-2.3%

-10.0%

-19.1%

-11.2%

0.2%

8.1%

70.6%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

200

400

600

800

TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV

2010 2011 2012

%Ribu Ha Luas Panen Padi Pertumbuhan-yoy (sumbu kanan)

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

18

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat *)Angka sementara Dinas

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat *)Angka sementara Dinas

Sementara itu, ekspor komoditas pertanian masih mengalami kontraksi, yakni 27,6% terutama

disebabkan oleh penurunan ekspor hasil agrikultur. Ekspor komoditas pertanian didominasi oleh hasil

agrikultur (93,8%), dan sisanya adalah hasil hutan dan perikanan. Penyaluran kredit di sektor ini

mengalami perlambatan dari pertumbuhan 81,01% pada triwulan III-2012 menjadi 40,63% pada

triwulan IV-2012 (Grafik 1.27). Hal ini mengingat sikap kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan

kredit pertanian pada periode dengan intensitas gangguan cuaca cukup tinggi. Dari sisi nominal

penyaluran kredit, jumlah outstanding kredit pada periode laporan meningkat dari Rp3,98 triliun

menjadi Rp4,11 triliun. Peningkatan penyaluran kredit perbankan kepada sektor pertanian perlu

semakin ditingkatkan khususnya mengingat sektor pertanian berkontribusi kepada PDRB sebesar 9,6%

tetapi pangsa kreditnya baru mencapai 1,9%.

Grafik 1.26. Volume Ekspor Komoditas Pertanian

22.89

20.45

22.46-0.1%

-25.0%

-6.1%-4.4%

6.3% 6.4%

15.4%21.2%

9.6%

-12.4%

-22.6%-27.6%

-40%

-20%

0%

20%

40%

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Ribu TonVolume Ekspor Pertanian Pertumbuhan (yoy, sb.kn)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.27. Baki Debet Penyaluran Kredit Sektor Pertanian

3,98 4,11

81,01

40,63

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%Triliun RpJumlah Kredit PertanianPertumbuhan (yoy, sb. kanan)

Sumber: KPw BI Wilayah VI

2.2. Sektor Industri Pengolahan

Pertumbuhan industri pengolahan di Jawa Barat meningkat dari 3,1% menjadi 4,0% dengan

pangsa terhadap perekonomian menjadi sebesar 41,3% dari total perekonomian. Meningkatnya

laju pertumbuhan sektor industri pengolahan sejalan dengan kondisi ekonomi global yang

membaik serta permintaan dalam negeri yang membaik sejalan dengan pertumbuhan konsumsi

domestik yang meningkat pada periode laporan, sebagaimana hasil Liaison KPw BI Wilayah VI

terhadap pengusaha industri manufaktur pada triwulan IV-2012.

Perkembangan ekonomi global yang membaik mendorong perbaikan kinerja ekspor industri

pengolahan pada periode laporan yang membaik dari kontraksi 11,1% pada triwulan III-2012 menjadi

7,5% pada triwulan IV-2012 (Grafik 1.28). Ekspor industri manufaktur kepada negara Amerika Serikat

dan Uni Eropa mengalami perbaikan meski masih berada pada fasa kontraksi, sementara ekspor ke

ASEAN telah tumbuh positif yakni 4,6% pada triwulan IV-2012 (Grafik 1.29). Di lain pihak, ekspor

industri manufaktur ke Jepang menurun, khususnya industri manufaktur subsektor otomotif, mesin

dan elektronik, serta makanan dan minuman.

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

19

Grafik 1.28. Volume Ekspor Manufaktur

1,663

1,9321,9652,035

1,5741,623

1,6971642 1627

1662

1508 1519

18.4%

2.2%

16.1%

3.9%

-5.4%

-16.0%-13.7%

-19.3%

3.4% 2.4%

-11.1%-7.5%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

2,000

2,200

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Ribu TonVolume Ekspor Manufaktur Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.29. Tujuan Ekspor Industri Manufaktur

0.8%

6.2%

-7.0%

6.7%

1.6%

-9.4%

-5.2%

-19.4%

-5.3% -5.3%-7.9%

-9.7%

-3.2%

-9.1%

4.6%

-3.6%

-25%

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

Amerika Serikat Jepang ASEAN EU

yoy

I - 2012 II - 2012 III - 2012 IV -2012

Sumber: Bank Indonesia

Peningkatan kinerja industri pengolahan pada periode laporan sejalan dengan hasil survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, yang menunjukkan terjadinya peningkatan kapasitas produksi

industri manufaktur yang meningkat dari 66,63% pada triwulan III-2012 menjadi 68,06% pada

triwulan IV-2012. Laju pertumbuhan kapasitas produksi industri manufaktur mengalami perbaikan

menjadi hanya terkontraksi 1,0% (yoy) (Grafik 1.30). Peningkatan kapasitas produksi terutama dialami

oleh responden yang berasal dari subsektor alat angkutan, mesin, dan peralatannya serta kertas dan

barang cetakan. Meningkatnya aktivitas produksi industri pengolahan di Jawa Barat juga diindikasikan

oleh peningkatan konsumsi listrik yang meningkat dari 4.514 juta kWH pada triwulan III-2012 menjadi

4.813 juta kWH pada triwulan IV-2012 sehingga mengalami kenaikan pertumbuhan tahunan menjadi

12,1% (Grafik 1.31).

Grafik 1.30. Utilisasi Kapasitas Produksi Industri

65.9

69.94

68.7267.61

66.32

69.33

66.6368.06

0.1%

6.2%

2.1%

-2.1%

-7.9%

5.2%

-4.7%

-1.0%

-10%

-8%

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

50

55

60

65

70

75

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2011 2012

%Kapasitas Terpakai Pertumbuhan (yoy, axis kanan)

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha - KPw BI Wilayah VI

Grafik 1.31. Konsumsi Listrik Industri

4,514

4.843

5.8%

12,1%

0%

10%

20%

30%

40%

3.000

3.200

3.400

3.600

3.800

4.000

4.200

4.400

4.600

4.800

5.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%Juta kWh Konsumsi Listrik IndustriPertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: PT PLN Distribusi Jabar dan Banten

Kinerja industri pengolahan yang membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, sejalan dengan

penyaluran kredit ke sektor ini. Outstanding kredit sektor industri menjadi Rp35,36 triliun atau

mencakup 16,3% dari total kredit perbankan Jawa Barat, dengan pertumbuhan penyaluran yang

meningkat 38,95% secara tahunan (Grafik 1.30). Sementara itu, dari sisi input, berdasarkan hasil

Liaison Industri manufaktur Jawa Barat diduga masih menggunakan bahan baku yang berasal dari stok

pada periode laporan sebelumnya sebagaimana diindikasikan dengan impor bahan baku yang tumbuh

melambat dari 22% pada triwulan III-2012 menjadi 6% pada triwulan IV-2012 (Grafik 1.31).

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

20

Grafik 1.32. Kredit Sektor Industri

31,97 35,36

35,53

38,95

1

1

2

2

3

3

4

4

5

2,0

7,0

12,0

17,0

22,0

27,0

32,0

37,0

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%Triliun Rp

Kredit Sektor Industri

Pertumbuhan yoy, sb kanan

Sumber: KPw BI Wilayah VI

Grafik 1.33. Volume Impor Bahan Baku

281

336 350

386 376

390

341

362

385

418 414

38459%

53%

43%

69%

34%

16%

-3%-6%

2%7%

22%

6%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

ribu ton Volume Impor Bahan Baku dan Barang Pembantu

Pertumbuhan, yoy (sb. kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.34. Pertumbuhan Produksi Manufaktur

0,92

-4,3

3,64

2,7

7,99

-7

8,8

2,6

1,23

-0,17

2,96

-1,3

-1,44

-11,63

-2,66

-1,42

-0,91

-2,32

-15 -10 -5 0 5 10

Tekstil

Pakaian Jadi

Kulit

Kertas

Kimia

Karet, Plastik

Logam

Kendaraan

Furnitur

Tw.III 2012Tw.IV 2012

Pertumbuhan (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Industri kendaraan dan logam, TPT, serta kimia

mengalami peningkatan pertumbuhan industri

produk manufaktur. Pada periode laporan industri

kendaraan dan logam tumbuh positif, yakni masing-

masing sebesar 2,6% (yoy) dan 8,8% (Grafik 1.34).

Perbaikan kinerja industri kendaraan dan logam

terutama sejalan dengan permintaan domestik yang

meningkat. Sementara itu, industri TPT mengalami

kinerja yang membaik terutama didorong oleh

perbaikan kinerja industri kulit dan tekstil yang pada

triwulan IV-2012 tumbuh masing-masing sebesar

3,64% dan 0,92%, sejalan dengan permintaan luar

negeri yang semakin membaik. Hal ini terutama

mengingat industri TPT Jawa Barat yang cenderung

berorientasi ekspor.

Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki

Penjualan ekspor industri TPT mengalami koreksi dari kontraksi 4,7% menjadi 2,5% pada triwulan IV-

2012, dengan nilai ekspor menjadi USD1.361 juta (Grafik 1.35). Hal ini terutama disebabkan

peningkatan harga jual produk TPT sejalan dengan peningkatan minat pembelian produk TPT dari luar

negeri, meski secara volume pertumbuhan penjualan melambat dari 8,3% menjadi 6,8% (yoy) (grafik

1.36). Berdasarkan hasil Liaison dengan pengusaha TPT, selama periode laporan menunjukkan adanya

pertumbuhan permintaan baik domestik maupun ekspor. Perusahaan tekstil yang berorientasi ekspor

tetap menjaga kualitas produk untuk mempertahankan buyer dan melakukan optimalisasi pemasaran

di dalam negeri untuk memperbesar penjualan di domestik.

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

21

Grafik 1.35. Nilai Ekspor TPT

10901206

1297 12821397

1480 15331396 1400 1470 1461

136117.6%17.6%20.4%

24.4%

28.2%

22.7%

18.2%

8.9%

0.2%-0.7%

-4.7%-2.5%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

500

1,000

1,500

2,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

USD Juta Nilai Ekspor TPT

Pertumbuhan (yoy, sb.Kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.36. Volume Ekspor TPT

169171

185

173168

159

172168

175179

186

17921.1%

6.8%

20.9%

8.7%

-0.5%

-7.0% -7.1%

-2.9%

3.9%

12.6%

8.3%6.8%

-10%

0%

10%

20%

30%

140

145

150

155

160

165

170

175

180

185

190

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Ribu Ton Volume Ekspor TPTPertumbuhan (yoy, sb.Kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.37. Indeks Penjualan Eceran: Pakaian & Perlengkapannya

30,9

20,3

25%

-7%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

pertumbuhan (yoy)

Indeks Penjualan Pakaian Pertumbuhan yoy (sb.Kn)

indeks

Sumber: Survei Penjualan Eceran - KPw BI Wilayah VI

Namun demikian, mengingat besarnya volume

perdagangan selama bulan Ramadhan yang

terselenggara pada triwulan III-2012

peningkatan perdagangan pada periode

laporan relatif lebih rendah. Hal ini

sebagaimana tercermin dalam Indeks

Penjualan Eceran yang menurun sebesar 7%.

Industri Mesin, Alat Angkutan, dan Elektronik

Produksi industri kendaraan bermotor meningkat pada periode laporan sebagaimana diindikasikan

dengan dengan pertumbuhan tahunan produksi mobil yang meningkat dari 14,4% pada triwulan III-

2012 menjadi 23,0% pada triwulan IV-2012 (Grafik 1.38) serta kontraksi produksi motor yang

membaik dari -23,0% menjadi 3,4% (Grafik 1.39). Pertumbuhan tersebut didorong oleh produksi jenis

kendaraan pribadi seperti sedan, tipe 4 x 2 dan tipe 4x4. Sementara itu, kinerja industri sepeda motor

mengalami perbaikan karena mulai beradaptasinya konsumen dan pihak dealer terhadap aturan batas

minimum uang muka (DP) pembelian sepeda motor, disamping strategi perusahaan yang bekerja sama

dengan perbankan syariah yang memiliki ketentuan kredit yang dianggap lebih longgar dibandingkan

konvensional.

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

22

Grafik 1.38. Produksi Mobil

263

278

14,4%

23,0%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

100

120

140

160

180

200

220

240

260

280

300

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Ribu Unit Produksi Mobil

Pertumbuhan yoy (sumbu kanan)

Sumber: Gaikindo (diolah)

Grafik 1.39. Penjualan Motor

1.648

1.760

-22,99%

-3,37%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Ribu Unit

Penjualan Motor Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: AISI (diolah)

Adapun untuk pasar ekspor, industri elektronika dan mesin masih mengalami perlambatan sehingga

menekan pertumbuhan sektor industri pengolahan untuk tumbuh lebih tinggi (Grafik 1.40, 1.41, 1.42,

1.43, 1.44, dan 1.45). Volume ekspor produk kendaraan, elektronika, dan mesin mengalami kontraksi

yang lebih dalam pada periode laporan atau melanjutkan tren penurunan ekspor di triwulan

sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan industri mesin, alat angkut, dan kendaraan

terutama disebabkan oleh kuatnya konsumsi domestik.

Grafik 1.40. Nilai Ekspor Kendaraan

219

274 268299

281 278 292

335372

415 411 408

52.7%

75.8%

42.6%

32.2%28.2%

1.6%

9.0%12.2%

32.3%

49.3%

40.8%

21.6%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

0

100

200

300

400

500

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

USD Juta Nilai Ekspor Kendaraan

Pertumbuhan (yoy, sb. kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.41. Volume Ekspor Kendaraan

27

3230 31 29

26

31

4239

4341 41

49.7%

83.9%

40.8%

9.9%8.5%

-17.8%

0.9%

35.9%32.0%

64.5%

33.0%

-1.6%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Ribu Ton

Volume Ekspor Kendaraan

Pertumbuhan (yoy, sb. Kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.42. Nilai Ekspor Elektronika

1,4851,6431,6491,710

1,5101,508

1,7301,5521489 1503

1623

1,411

34.8%

21.6%

5.2%

11.4%

1.7%

-8.2%

4.9%

-9.2%

-1.4% -0.3%

-6.2%-9.1%

-20%

0%

20%

40%

0

500

1,000

1,500

2,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

USD Juta

Nilai Ekspor Elektrik Pertumbuhan (yoy,sb.kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.43. Volume Ekspor Elektronika

83 86 85 84

7477

8683 80 81 83

6620.3%

10.9%

-4.7%-4.8%-10.9%-9.9%

1.9%-1.3%

9.0%4.9%

-3.8%

-19.7%

-40%

-20%

0%

20%

40%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Ribu Ton

Volume Ekspor Elektrik Pertumbuhan (yoy, sb.Kanan)

Sumber: Bank Indonesia

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

23

Grafik 1.44. Nilai Ekspor Mesin

663

669

26.8%

87.5%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

200

400

600

800

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

USD Juta

Nilai Ekspor Mesin Pertumbuhan (yoy, sb. kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.45. Volume Ekspor Mesin

46

50 52

60

5047

55

67

62 6058

49

61.1%63.5%

54.0%

33.3%

8.8%

-5.7%

7.2%11.1%

24.6%27.8%

4.2%

-26.3%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Ribu Ton

Volume Ekspor Mesin Pertumbuhan (yoy, sb. kanan)

Sumber: Bank Indonesia

2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) tumbuh melambat dari 12,9% menjadi 9,7%.

Berdasarkan pangsanya, pangsa sektor PHR pada periode laporan menjadi sebesar 24,0% atau kedua

terbesar setelah industri pengolahan. Melambatnya laju pertumbuhan sektor ini terutama yang

disebabkan oleh perdagangan produk pertanian dan makanan yang menurun. Perlambatan ini sejalan

dengan perlambatan pertumbuhan yang terjadi di sektor Pengangkutan dan Komunikasi.

Pada subsektor perdagangan, pertumbuhan perdagangan besar mengalami perlambatan, sementara

perdagangan eceran mengalami peningkatan pertumbuhan. Hal ini diindikasikan oleh hasil Survei

Penjualan Eceran Bank Indonesia yang tumbuh sebesar 16% pada triwulan IV-2012 (Grafik 1.46).

Selain itu, penyaluran kredit ke sektor PHR meningkat menjadi Rp43,7 triliun atau tumbuh sebesar

31,6% (Grafik 1.47). Hal ini terutama disebabkan oleh persepsi perbankan terhadap kondisi

perekonomian regional yang cukup baik.

Grafik 1.46. Indeks Penjualan Eceran

101,7

114,5

9%

16%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

50

60

70

80

90

100

110

120

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

pertumbuhan (yoy)

Indeks Penjualan Eceran Pertumbuhan yoy (sb. Kanan)

indeks

Sumber: Survei Penjualan Eceran - KPw BI Wilayah VI

Grafik 1.47. Kredit Sektor PHR

40,10 43,66

30,66

31,56

10

20

30

40

50

60

70

80

2,0

7,0

12,0

17,0

22,0

27,0

32,0

37,0

42,0

47,0

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%Triliun Rp

Kredit Sektor PHR

Pertumbuhan yoy, sb kanan

Sumber: KPw BI Wilayah VI

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

24

Peningkatan penjualan eceran terutama berasal dari meningkatnya penjualan barang-barang

elektronik dan kimia (Grafik 1.48). Sementara, penjualan bahan konstruksi, perlengkapan rumah

tangga, makanan, bahan bakar, pakaian, dan kertas mengalami perlambatan dibandingkan

sebelumnya.

Grafik 1.48. Indeks Penjualan Eceran Tiap Kelompok

280,3

291,2367105

-6% -6%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV

2011 2012

Suku Cadangindeksindeks28,0 31,6

63%

7%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0

I II III IV I II III IV

2011 2012

Perlengkapan RTindeksindeks

45,50 46,65

6%

-21%-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

I II III IV I II III IV

2011 2012

Bahan Konstruksiindeks

180,8

183,3

55%

40%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0,0

50,0

100,0

150,0

200,0

I II III IV I II III IV

2011 2012

Makanan & Tembakauindeks

333,3357,0

167%

55%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

0,0

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

300,0

350,0

400,0

I II III IV I II III IV

2011 2012

Bahan Bakarindeksindeks

27,4

20,3

11%

-7%-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%80%

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0

I II III IV I II III IV

2011 2012

Pakaian dan Perlengkapannyaindeksindeks

26,124,2

-32%

-6%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

I II III IV I II III IV

2011 2012

Elektronik & Komunikasiindeks

178,1

545,9

-12%

153%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

0,0

100,0

200,0

300,0

400,0

500,0

600,0

I II III IV I II III IV

2011 2012

Bahan Kimiaindeksindeks

59,668,5

85%

-20%-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

I II III IV I II III IV

2011 2012

Kertas & alat tulisindeksindeks

Sumber: Survei Penjualan Eceran - KPw BI Wilayah VI

Di lain pihak, kinerja subsektor hotel dan restoran yang memiliki pangsa 24% dari total sektor PHR

mengalami peningkatan. Hal ini sebagaimana diindikasikan oleh kinerja tingkat hunian hotel di Jawa

Barat yang membaik dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.49). Peningkatan terutama

disebabkan oleh lebih panjangnya hari libur pada akhir tahun 2012 dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan kelasnya, tingkat hunian hotel berbintang selalu lebih

tinggi dibandingkan dengan hotel non bintang. Pada triwulan IV-2012 tingkat hunian di hotel bintang

sebesar 51,2% sedangkan hotel non bintang sebesar 39,1% (Grafik 1.50).

Meskipun pertumbuhan tingkat hunian meningkat, terdapat indikasi pertumbuhan jumlah wisatawan

mancanegara mengalami perlambatan meskipun masih tumbuh tinggi sebesar 23% (yoy). Pada

triwulan IV-2012 sebanyak 40,8 ribu wisatawan masuk ke Jawa Barat (Grafik 1.51). Berdasarkan

asalnya, jumlah wisman yang datang masih didominasi oleh wisatawan Singapura dengan pangsa

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

25

sebesar 69% dari seluruh wisman disamping wisatawan Malaysia yang memiliki pangsa sebesar

22,5% (Grafik 1.52).

Grafik 1.49. Tingkat Penghunian Hotel

41,60

45,20

0,5%

4,2%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

37,038,039,040,041,042,043,044,045,046,047,048,0

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Tingkat Hunian Tingkat Hunian Hotel Pertumbuhan yoy

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat (diolah)

Grafik 1.50. THK Bintang dan Non Bintang

46,6251,18

37,5839,09

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Tingkat Hunian

Hotel Bintang Hotel Non Bintang

THK : Tingkat Huninan Kamar Hotel Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat (diolah)

2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2012 tumbuh melambat dari 14,7%

menjadi 13,8%. Dengan perkembangan tersebut, pangsa sektor tersebut dalam perekonomian Jawa

Barat mencapai 5,7%. Perlambatan kinerja pada sektor ini diindikasikan dengan penurunan arus

penumpang kereta api. Data dari PT. Kereta Api Indonesia menunjukkan bahwa penumpang kereta

api di Jawa Barat pada periode laporan mencapai 1,7 juta orang, atau mengalami kontraksi sebesar

64,9% (yoy) (Tabel 1.3). Sementara itu, pada triwulan ini jumlah penumpang yang menggunakan

moda transportasi udara mencapai 671 ribu orang, atau tumbuh 144% (yoy) (Grafik 1.53).

Berdasarkan asal penumpang, peningkatan terutama berasal dari penumpang penerbangan domestik,

sementara penumpang mancanegara yang menggunakan penerbangan internasional tumbuh relatif

stabil menjadi 164 ribu orang (Grafik 1.54). Sementara itu, arus bongkar muat masih tumbuh tinggi

yang sebesar 11,3% (yoy) dengan besar arus bongkar muat mencapai 1,1 juta ton (Grafik 1.55).

Penyaluran kredit pada sektor ini tumbuh melambat dari 11,7% menjadi 10,2% pada triwulan IV-

2012 sejalan dengan pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi (Grafik 1.56).

Grafik 1.51. Perkembangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat

32,679

40,819

27% 23%

-15%-10%-5%0%5%10%15%20%25%30%35%40%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Ribu OrangWisatawan Asing Pertumbuhan (yoy, sb.kanan)

Sumber: BPS Provinsi Jabar

Grafik 1.52. Asal Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Jawa Barat Tw III-2012

Malaysia; 22,5%

Singapura; 69,0%

Lainnya; 5,9%

Eropa; 1,3%

Amerika; 0,7%

Australia; 0,7%

Sumber: BPS Provinsi Jabar

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

26

Tabel 1.3. Jumlah Penumpang Kereta Api Jawa Barat (ribu orang)

I II III IV I II III IV TwI 2012 TwII 2012 TwIII 2012 TwIV 2012

Eksekutif 252.11 283.79 328.98 317.96 256.94 309.16 482.84 257.70 1.9% 8.9% 46.8% -19.0%Bisnis 232.50 273.17 315.07 239.42 219.91 208.36 344.16 189.37 -5.4% -23.7% 9.2% -20.9%Ekonomi 521.93 595.24 630.82 422.80 485.60 381.84 777.65 291.19 -7.0% -35.9% 23.3% -31.1%Lokal Bisnis 425.67 513.20 981.74 780.58 552.56 549.43 140.04 152.47 29.8% 7.1% -85.7% -80.5%Lokal Ekonomi 2,307.77 2,722.67 3,144.25 3,189.16 1,537.38 1,892.45 4,531.38 844.56 -33.4% -30.5% 44.1% -73.5%

Total 3,739.98 4,388.06 5,400.87 4,949.92 3,052.38 3,341.23 6,276.07 1,735.29 -18.4% -23.9% 16.2% -64.9%Sumber: PT. Kereta Api DAOP Jawa Barat.

Catatan: terdiri dari DAOP Bandung dan Cirebon

Pertumbuhan (yoy)Kelas

2011 2012

Grafik 1.55. Arus Bongkar Muat Pelabuhan Cirebon

796

947922 938

780

1,084

887

990 9881,030

990

1,102

-20.6%

14.4%

8.5%10.8%

-2.0%

14.5%

-3.8%

5.6%

26.6%

-5.0%

11.6%11.3%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

600

700

800

900

1,000

1,100

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Ribu TonArus Bongkar Muat

Pertumbuhan (yoy, sb. kanan)

Sumber: PT Pelindo II (diolah)

Grafik 1.56. Kredit Sektor Pengangkutan dan Telekomunikasi

7,04

7,46

11,6710,17

-20

0

20

40

60

80

100

120

5,5

6,0

6,5

7,0

7,5

8,0

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%Triliun RpKredit Sektor Pengangkutan

Pertumbuhan yoy, sb kanan

Sumber: KPw BI Wilayah VI

Grafik 1.53. Jumlah Penumpang Pesawat Melalui Bandara Husein Sastranegara

481.076

671.413

105%

144%

-25%

35%

95%

155%

0

150.000

300.000

450.000

600.000

750.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

orang

Jumlah Penumpang Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: PT Persero Angkasa Pura II

Grafik 1.54. Jumlah Penumpang Pesawat Domestik dan Internasional

336.872

506.581

144.204

164.832

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Penerbangan domestikPenerbangan internasional

Sumber: PT Persero Angkasa Pura II

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

27

2.5. Sektor Bangunan/Konstruksi

Sejalan dengan pertumbuhan investasi yang

masih tinggi, sektor bangunan/konstruksi pada

triwulan IV-2012 mengalami peningkatan

pertumbuhan dari 14,8% (yoy) menjadi 17,7%

Dengan demikian, pangsa sektor ini menjadi

4,6% dari total perekonomian Jawa Barat.

Peningkatan aktivitas pembangunan konstruksi

sebagaimana diindikasikan oleh penjualan semen

yang meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya (Grafik 1.57).

Grafik 1.57. Penjualan Semen di Jawa Barat

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0

200

400

600

800

1,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2011 2012

%Ribu Ton

Penjualan Semen (Ribu) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1.58. Penyaluran Kredit Sektor Konstruksi

6,35 6,75

47,89

46,92

10

15

20

25

30

35

40

45

50

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

5,5

6,0

6,5

7,0

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%Triliun RpKredit Sektor KonstruksiPertumbuhan yoy, sb kanan

Sumber: KPw BI Wilayah VI

Grafik 1.59. Penjualan Eceran Bahan Konstruksi

45,5046,65

6%

-21%-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

pertumbuhan (yoy)

Indeks Penjualan Barang Konstruksi Pertumbuhan yoy (sb.Kn)

indeks

Sumber: Survei Penjualan Eceran - KPw BI Wilayah VI

Dari sisi pembiayaan, kredit ke sektor konstruksi masih tumbuh tinggi yakni sebesar 46,92% meski

sedikit melambat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 47,89% (Grafik 1.58). Sementara itu,

penjualan eceran bahan konstruksi mengalami kontraksi sebesar 21% (Grafik 1.59). Berdasarkan jenis

propertinya, hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) menunjukkan bahwa pembangunan rumah

oleh responden developer/pengembang meningkat dari 436 unit menjadi 651 unit. Dengan

peningkatan terbesar terutama pada rumah tipe kecil (luas bangunan dibawah 36 m2) dan besar (luas

bangunan diatas 70 m2) (Tabel 1.4).

Tabel 1.4. Pembangunan Rumah (Unit)

I II III IV I II III IV

Kecil 516 480 857 550 472 492 167 341

Sedang 275 225 303 241 194 131 215 94

Besar 34 85 118 77 86 66 54 216

Jumlah (unit) 825 790 1278 868 752 689 436 651

2011 2012Tipe Ukuran Rumah

Sumber : Survei Harga Properti Residensial - KPw BI Wilayah VI

BAB 1. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL

28

2.6. Sektor Lainnya Pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air bersih meningkat dari 9,0% (yoy) pada triwulan III-

2012menjadi 10,5% pada triwulan IV-2012. Peningkatan kinerja sektor ini diindikasikan oleh

pertumbuhan pemakaian listrik di Jawa Barat sebesar 9,0% (yoy). Penggunaan listrik secara total

volume pada periode ini mengalami peningkatan menjadi 8,4 miliar Kwh (Tabel 1.5).

Tabel 1.5. Pemakaian Listrik di Jawa Barat (Juta Kwh)

I II III IV I II III IV I II III IV Tw.III-12 Tw.IV-12

Rumah Tangga 2.742 2.907 2.982 2.977 3.117 3.098 3.158 3.348 3.250 3.363 3.497 3.516 10,7% 5,0%Industri 3.889 4.205 4.113 3.712 4.102 4.326 4.266 4.320 4.462 4.713 4.514 4.843 5,8% 12,1%

Total 6.630 7.111 7.095 6.689 7.219 7.424 7.424 7.668 7.712 8.076 8.011 8.359 7,9% 9,0%

20122011Penggunaan

2010 Pertumbuhan (yoy)

Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat & Banten (diolah)

Kontribusi pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan pemakaian listrik rumah tangga sebesar 5,0%.

Sementara itu, penggunaan listrik paling banyak adalah untuk industri sebanyak 4,84 miliar KwH atau

58% dari total konsumsi listrik. Peningkatan sektor ini juga dapat diindikasikan dengan pertumbuhan

kredit yang tinggi. Pada triwulan IV-2012 kredit di sektor LGA mencapai Rp 0,72 triliun atau tumbuh

326 % (yoy) (Grafik 1.60). Selain itu, penjualan gas elpiji secara eceran berdasarkan hasil Survei

Penjualan Eceran juga masih tumbuh pada level yang tinggi, meskipun mengalami perlambatan dari

periode yang sama tahaun sebelumnya. Pada triwulan IV-2012 penjualan gas eceran tumbuh sebesar

55% (yoy) pada periode laporan, dari pertumbuhan sebelumnya sebesar 167% (Grafik 1.62).

Grafik 1.60. Penyaluran Kredit ke Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

0,69 0,72

208,69

326,97

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

350

0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

0,70

0,80

0,90

1,00

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%Triliun Rp

Kredit Sektor LGA

Pertumbuhan yoy, sb kanan

Sumber: KPw BI Wilayah VI

Grafik 1.61. Penjualan Gas Eceran

333,1

357,0

167%

55%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

0,0

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

300,0

350,0

400,0

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

pertumbuhan (yoy)

Indeks Penjualan Gas Eceran Pertumbuhan yoy (sb.Kn)

indeks

Sumber: Survei Penjualan Eceran - KPw BI Wilayah VI

Grafik 1.62. Penyaluran Kredit ke Sektor Jasa-Usaha

3,69 3,89

21,56

25,27

-50

0

50

100

150

200

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

%Triliun Rp Kredit Sektor Jasa Usaha.

Pertumbuhan yoy, sb kanan

Sumber: KPw BI Wilayah VI

Sementara itu kinerja sektor jasa usaha di

Jawa Barat melambat dari 12,9% menjadi

9,7%. Perlambatan pertumbuhan pada sektor

jasa dunia usaha sejalan dengan perkembangan

kinerja subsektor perdagangan di Jawa Barat.

Meski demikian, penyaluran kredit sektor jasa

usaha mengalami peningkatan pertumbuhan

dari triwulan sebelumnya, yakni dari 21,56%

menjadi 25,27% (Grafik 1.62).

30

BAB 2

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

30

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

31

Perkembangan inflasi Jawa Barat pada triwulan IV-2012 menunjukkan laju yang menurun di angka

3,86% dari sebelumnya 4,84% (yoy) pada triwulan III-2012. Seluruh penyumbang inflasi baik

fundamental/inti maupun non fundamental mengalami penurunan, dengan penyumbang utama berasal

dari volatile foods (bahan makanan). Cukup terjaganya pasokan bahan makanan terutama dari sub-

kelompok bumbu-bumbuan serta sub-kelompok padi-padian menyebabkan berkurangnya tekanan

inflasi. Selain itu ekspektasi konsumen terhadap inflasi yang relatif stabil meskipun terdapat gangguan

pada distribusi dan produksi karena faktor cuaca, juga mampu mengurangi tekanan inflasi di inflasi inti.

1. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Inflasi Bulanan

Secara bulanan, laju inflasi Jawa Barat

selama triwulan IV-2012 mengalami

peningkatan cukup tinggi yang terutama

terjadi pada akhir periode, meski sempat

mengalami deflasi pada bulan November

2012. Laju inflasi Jawa Barat pada bulan

Oktober, November, dan Desember secara

berturut-turut adalah sebesar 0,02% (mtm),

-0,05%, dan 0,34% (Grafik 2.1). Adanya

peningkatan inflasi bulanan di tahun 2012 ini

relatif sesuai dengan pola pergerakan inflasi

tahun 2011. Meskipun demikian, pada

triwulan IV-2012 pencapaian inflasi lebih baik

daripada periode yang sama tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan inflasi bulanan Nasional,

kinerja inflasi Jawa Barat juga lebih baik. Laju inflasi Nasional cenderung memiliki kenaikan pada bulan

Oktober, November dan Desember atau lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Barat pada periode yang

sama. Perkembangan inflasi nasional berturut-turut adalah Oktober sebesar 0,16%, November 0,07%,

dan Desember 0,54%.

Selama triwulan IV-2012, tekanan inflasi bersumber dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau (sub-kelompok makanan jadi) dan kelompok sandang. Kelompok bahan makanan

menyumbang inflasi Desember 2012 sebesar 0,94% (tabel 2.1) dengan penyumbang yang paling

signifikan dari sub-kelompok daging dan hasil-hasilnya. Sub-kelompok tersebut pada Oktober 2012

mengalami deflasi sebesar -0,55% dan -0,29%. Selain itu, tekanan inflasi pada bulan Oktober 2012 yang

disebabkan oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (sub-kelompok makanan jadi)

dan kelompok sandang dan kesehatan (sub kelompok barang pribadi dan lainnya serta sub kelompok

jasa kesehatan) yang terjadi pada bulan Oktober 2012 (tabel 2.1).

Grafik 2.1. Inflasi Bulanan Jawa Barat dan Nasional

0,02

-0,05

0,34

-0,60

-0,40

-0,20

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

% (mtm)

Nasional (2012)

Jabar (2011)

Jabar (2012)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 2007

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

32

Tabel 2.1. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Bahan makanan 1,36 -0,56 -0,61 -0,09 -0,31 1,61 2,62 1,58 -0,34 -0,55 -0,29 0,94

2Makanan jadi, minuman,rokok dan tembakau

1,16 0,35 0,25 0,54 0,56 0,55 0,68 0,56 0,28 0,54 0,09 0,37

3Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

0,78 0,14 0,19 0,21 -0,01 0,29 0,16 0,22 0,17 0,15 0,08 0,07

4 Sandang -0,52 0,63 0,24 -0,32 0,16 0,18 0,38 0,90 0,92 0,25 0,07 0,055 Kesehatan 0,45 0,15 0,17 0,28 0,20 0,19 0,65 0,28 0,08 0,32 0,25 0,13

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

0,27 -0,01 0,00 0,07 -0,01 0,01 0,60 2,95 1,00 0,03 0,02 0,00

7Transpor, komunikasi danjasa keuangan

0,11 0,05 0,17 0,17 -0,05 -0,16 -0,07 1,24 -0,77 0,07 -0,10 -0,05

0,79 -0,01 -0,02 0,15 0,03 0,58 0,94 1,03 0,00 0,02 -0,05 0,34

No. Kelompok2012

Umum Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 2007

Inflasi Triwulanan

Laju inflasi Jawa Barat maupun Nasional secara

triwulanan menurun dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Jawa Barat mengalami

penurunan inflasi dari 1,97% pada triwulan III-2012

menjadi sebesar 0,32% (qtq), begitu pula Nasional

turun dari 1,68% menjadi 0,77% (Grafik 2.2).

Penurunan inflasi terbesar dialami oleh kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga dari 4,61% pada

triwulan sebelumnya menjadi 0,06% (Tabel 2.2).

Kelompok penyumbang inflasi lainnya yakni

kelompok bahan makanan juga mengalami

penurunan laju inflasi yang cukup besar. Hal ini

sesuai dengan pola triwulanannya, dimana pada triwulan IV selalu mengalami penurunan dari triwulan

sebelumnya karena pada triwulan III terdapat bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Tabel 2.2 Inflasi Triwulanan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV1 Bahan makanan 1,39 4,30 5,85 4,25 -0,48 -1,61 2,76 2,89 0,18 1,20 3,89 0,09

2Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

1,88 1,35 1,34 1,25 0,97 0,98 0,57 0,75 1,77 1,65 1,53 0,99

3Perumahan, air, listrik, gas danbahan bakar

0,58 0,51 1,67 0,38 1,11 0,57 0,37 1,27 1,11 0,49 0,54 0,30

4 Sandang 0,85 1,57 1,67 2,00 0,05 1,21 3,25 1,14 0,34 0,02 2,21 0,375 Kesehatan 0,40 0,39 0,70 0,30 1,25 1,20 0,45 0,84 0,76 0,68 1,01 0,71

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

0,33 0,07 0,88 0,44 0,99 0,04 1,56 0,40 0,26 0,07 4,61 0,06

7Transpor, komunikasi dan jasakeuangan

0,31 -0,14 1,51 -0,28 0,69 0,17 0,32 -0,26 0,32 -0,04 0,39 -0,08

0,96 1,49 2,58 1,45 0,54 0,03 1,23 1,26 0,76 0,76 1,97 0,32

No. Kelompok2010

Umum

2011 2012

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 2007

Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Jawa Barat dan Nasional

1,97

0,32

1,68

0,77

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV

2010 2011 2012

Jabar Nasional

% (qtq)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 2007

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

33

Inflasi Tahunan Secara tahunan, laju inflasi Jawa Barat

menurun. Pada triwulan IV-2012 laju inflasi

tahunan turun dari 4,84% (yoy) menjadi

3,86% (Grafik 2.3). Berdasarkan kelompok

barang dan jasa, sumber utama penurunan

inflasi pada periode laporan berasal dari

kelompok bahan makanan yang menurun dari

8,37% pada triwulan III-2012 menjadi 5,42%

pada triwulan IV-2012 (Tabel 2.3). Namun

penurunan ini tidak diikuti oleh sub-kelompok

makanan jadi yang naik dari 3,75% pada

triwulan sebelumnya menjadi 4,70%. Adapun

kelompok lain yang mengalami penurunan terbesar adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan

bahan bakar dengan penurunan signifikan pada sub-kelompok biaya tempat tinggal.

Tabel 2.3 Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV1 Bahan makanan 3,42 9,67 10,60 16,70 14,55 8,05 4,90 3,53 4,21 7,19 8,37 5,42

2Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

6,52 7,05 8,27 5,94 4,99 4,61 3,82 3,31 4,13 4,82 5,82 6,07

3Perumahan, air, listrik, gas danbahan bakar

1,75 1,82 3,67 3,17 3,71 3,78 2,45 3,36 3,36 3,27 3,45 2,47

4 Sandang 1,32 4,34 5,89 6,22 5,38 5,01 6,65 5,74 6,05 4,80 3,74 2,955 Kesehatan 2,74 2,44 2,36 1,80 2,66 3,50 3,24 3,80 3,30 2,77 3,34 3,20

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

3,80 3,79 1,54 1,72 2,39 2,36 3,05 3,02 2,28 2,31 5,38 5,02

7Transpor, komunikasi dan jasakeuangan

0,53 0,38 1,22 1,40 1,78 2,09 0,90 0,92 0,55 0,35 0,41 0,59

2,99 4,68 5,41 6,62 6,18 4,66 3,29 3,10 3,33 4,08 4,84 3,86

No. Kelompok2010 2011 2012

Umum

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 2007

2. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA

Secara umum, pada triwulan IV-2012 semua

kota di Jawa Barat mengalami penurunan

laju inflasi, dalam hal ini laju inflasi di Jawa

Barat lebih rendah dibandingkan dengan

laju inflasi nasional pada periode yang sama

(Grafik 2.4). Laju inflasi tertinggi di Jawa Barat

dialami oleh kota Depok yaitu 4,11% masih di

bawah laju inflasi nasional 4,30%. Faktor yang

mempengaruhi turunnya inflasi di Jawa Barat

Grafik 2.4. Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kota

2

3

4

5

6

7

8

9

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2010 2011 2012

% (yoy) Bandung Bekasi DepokBogor Cirebon SukabumiTasikmalaya Jabar Nasional

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat (diolah)

Grafik 2.3 Inflasi Tahunan Jawa Barat dan Nasional

4,84

3,864,314,30

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV

2010 2011 2012

Jabar Nasional% (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 2007

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

34

dibandingkan nasional sebagian besar berasal dari kelompok bahan makanan, dimana 3 kota yaitu

Bandung, Sukabumi dan Tasikmalaya mengalami peningkatan inflasi dari 10,31%, 6,26%, dan 11,97%

menjadi 6,54%, 4,63% dan 8,17% pada triwulan IV-2012 (Tabel 2.4). Sementara itu, kota Cirebon

merupakan kota yang menghasilkan laju inflasi terendah dibandingkan ketujuh kota inflasi di Jawa Barat.

Tabel 2.4 Inflasi Tahunan Menurut Kota & Kelompok Barang/Jasa Triwulan IV-2012 (yoy, %)

Bd Bks Dpk Bgr Cn Skbm Tsm1 Bahan makanan 6,54 4,79 5,53 4,59 4,17 4,63 8,17 5,42

2Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

7,76 2,71 10,44 4,80 2,53 4,04 2,05 6,07

3Perumahan, air, listrik, gas danbahan bakar

1,53 3,28 2,54 2,46 1,46 4,64 3,44 2,47

4 Sandang 0,70 5,21 3,91 1,92 0,10 3,44 2,69 2,955 Kesehatan 1,13 6,68 1,07 2,33 6,59 6,56 2,74 3,20

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

5,83 3,88 0,59 13,90 17,30 2,76 4,83 5,02

7Transpor, komunikasi dan jasakeuangan

0,63 0,96 0,12 0,46 0,49 1,13 0,82 0,59

4,02 3,46 4,11 4,06 3,36 3,97 3,87 3,86Umum

No. KelompokKota

Gab.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Kota Bandung

Kota Bandung pada periode ini mengalami

penurunan laju inflasi dari 5,13% triwulan III-

2012 menjadi 4,02% (yoy) pada triwulan IV-

2012. Penurunan tajam laju inflasi pada triwulan IV

dialami komponen volatile foods (Grafik 2.5).

Berdasarkan kelompok barang dan jasa (Tabel 2.5),

penurunan tekanan inflasi yang paling signifikan

terjadi di kelompok bahan makanan disusul

kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan

bakar. Dari kelompok bahan makanan, sub-kelompok sayur-sayuran, bumbu-bumbuan, dan buah-

buahan mengalami penurunan laju inflasi tertinggi. Sedangkan kenaikan inflasi pada sub-kelompok

daging dan hasil-hasilnya (dari 5,42% di triwulan III-2012 menjadi 7,79% di triwulan IV-2012), ikan

diawetkan (dari 4,04% di triwulan III-2012 menjadi 7,99% di triwulan IV-2012), serta sub-kelompoktelur,

susu, dan hasil-hasilnya (dari 2,76% di triwulan III-2012 menjadi 4,18% di triwulan IV-2012) menahan

penurunan laju inflasi yang terjadi di triwulan IV-2012. Sejak November 2012 terjadi kenaikan harga

daging sapi yang dipicu dengan kelangkaan sapi siap potong. Kondisi ini disebabkan pemerintah yang

menghentikan impor daging sapi untuk tahun 2012, karena sejak September karena sudah mencapai

kuota impor daging sapi dimana kuota terakhir triwulan IV diimpor pada bulan Desember 2012 sebanyak

15.000 ekor sapi. Selain itu, kenaikan ini diikuti dengan peningkatan harga daging yang melonjak

Grafik 2.5. Inflasi Tahunan Kota Bandung

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Umum Volatile foods Administered price Inti% (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, TD 2007

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

35

sehubungan meningkatnya permintaan terkait perayaan Natal dan Tahun Baru di akhir bulan Desember

2012.

Tabel 2.5. Inflasi Tahunan Kota Bandung Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV1 Bahan makanan 3,96 7,18 8,87 12,61 9,31 7,10 2,42 3,60 6,81 7,94 10,31 6,54

2Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

5,39 4,75 3,49 2,57 1,81 2,35 1,89 2,16 4,64 5,32 6,58 7,76

3Perumahan, air, listrik, gas danbahan bakar

1,97 2,34 3,71 2,20 2,18 1,93 0,63 2,69 2,97 3,20 3,47 1,53

4 Sandang -1,74 0,12 2,49 3,44 3,36 4,00 3,67 1,95 0,95 -0,18 0,79 0,705 Kesehatan 2,20 1,33 1,50 0,97 0,98 3,70 3,13 3,21 3,35 0,97 1,08 1,13

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

3,71 3,55 1,14 2,13 4,00 4,07 6,07 4,60 3,39 3,34 5,86 5,83

7Transpor, komunikasi dan jasakeuangan

1,09 0,63 1,51 2,40 2,98 3,52 2,17 1,58 0,75 0,40 0,62 0,63

2,86 3,50 4,08 4,53 3,92 3,71 2,17 2,75 3,76 4,00 5,13 4,02Umum

No. Kelompok2010 2011 2012

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Sementara itu, inflasi inti mengalami sedikit

peningkatan dari 3,99% di triwulan III-2012

menjadi 4% di triwulanIV-2012. Adapun,

ekspektasi inflasi Kota Bandung pada akhir

periode laporan cenderung meningkat seiring

dengan kebijakan kenaikan Tarif Tenaga Listrik

(Grafik 2.6).

Kota Bekasi

Pada triwulan IV-2012, Bekasi mengalami

penurunan laju inflasi paling tinggi sebesar 1,53%

dari 4,99% menjadi 3,46% (yoy) (Grafik 2.9).

Penurunan inflasi ini ditopang dengan penurunan laju

inflasi pada volatile foods dari 7,29% menjadi 4,29%

dan juga inflasi inti dari 5,17% menjadi 3,4%.

Penurunan laju inflasi pada volatile foods atau

kelompok bahan makanan diakibatkan dengan

adanya deflasi -12,69% pada sub-kelompok bumbu-

bumbuan. Begitu pula sub-kelompok daging dan

hasil-hasilnya mengalami deflasi -0,86% dari inflasi pada triwulan III-2012 yaitu 6,96%. Kelompok

sandang juga mengalami penurunan dari 9,99% di triwulan sebelumnya menjadi 5,21% (Tabel 2.6).

Grafik 2.7. Inflasi Tahunan Kota Bekasi

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Umum Volatile foods Administered price Inti% (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Grafik 2.6. Ekspektasi Konsumen di Kota Bandung

-0,4

-0,2

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

1,4

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011 2012

SK* SK** Inflasi Bandung (mtm)

Keterangan : SK* ekspektasi harga 3 bulan y.a.d.; SK** ekspektasi harga 6

bulan y.a.d.

Sumber : Survei Konsumen Kota Bandung KPw BI Wilayah VI

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

36

Tabel 2.6. Inflasi Tahunan Kota Bekasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV1 Bahan makanan 2,85 9,61 10,97 16,55 17,23 8,51 5,67 4,25 1,91 5,96 7,29 4,79

2Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

8,54 10,75 10,84 10,08 7,04 5,54 3,93 3,01 3,20 3,10 3,36 2,71

3Perumahan, air, listrik, gas danbahan bakar

0,45 0,97 3,91 3,57 3,63 3,51 1,71 3,23 5,44 5,15 5,09 3,28

4 Sandang 6,23 10,85 12,81 12,16 9,14 6,75 8,17 10,62 12,05 11,18 9,99 5,215 Kesehatan 4,21 4,08 4,79 3,97 5,36 4,77 3,98 6,34 5,33 6,14 7,64 6,68

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

3,85 3,86 1,10 0,79 0,99 1,24 0,79 2,38 1,93 1,74 5,39 3,88

7Transpor, komunikasi dan jasakeuangan

0,68 0,58 1,40 1,34 1,78 1,92 0,76 0,90 0,71 0,72 0,90 0,96

3,20 5,62 6,76 7,88 7,54 4,96 3,33 3,45 3,26 4,28 4,99 3,46

No. Kelompok2010 2011 2012

Umum Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Kota Depok

Kota Depok pada triwulan IV-2012

mengalami laju inflasi paling tinggi yaitu

4,11% dari tujuh kota inflasi di Jawa Barat.

Tingginya inflasi ini disebabkan oleh tingginya

laju inflasi pada kelompok bahan makanan dan

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau yaitu 10,44% dan 5,53%, kenaikan

harga beberapa komoditi seperti nasi, beras,

daging sapi, mie, bawang putih, tahu mentah,

bawang merah, dan jeruk. Dari beberapa

komponen tersebut, beras dan turunannya

memiliki andil terbesar dalam kenaikan inflasi di Kota Depok. Salah satu penyebab kenaikan harga

diantaranya faktor cuaca atau curah hujan cukup tinggi dan berujung pada gagalnya panen padi.

Namun, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, Kota Depok mengalami penurunan laju inflasi

dari 4,61% (Grafik 2.7). Penurunan tekanan inflasi tersebut seiring dengan penurunan laju inflasi

kelompok bahan makanan khususnya sub-kelompok buahan-buahan dan sub-kelompok bumbu-

bumbuan yang mengalami penurunan sebesar 13,42% dan 18,50% bahkan untuk sub-kelompok

bumbu-bumbuan mengalami deflasi -6,22% dari 12,28%. Begitupula dengan sub-kelompok padi-

padian, umbi-umbian dan hasilnya yang mengalami penurunan sebesar 6,90% dari 13,30% menjadi

6,39%. Namun, untuk sub-kelompok sayur-sayuran mengalami peningkatan laju inflasi sebesar 6,62%

dari 2,21% pada triwulan III-2012 menjadi 8,75% pada triwulan IV-2012.

Grafik 2.8. Inflasi Tahunan Kota Depok

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Umum Volatile foods Administered price Inti% (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

37

Tabel 2.7. Inflasi Tahunan Kota Depok Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV1 Bahan makanan 5,24 14,81 12,77 21,96 18,39 7,62 5,83 2,24 3,80 9,06 9,25 5,53

2Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

6,50 6,86 6,51 7,69 7,58 7,24 6,75 5,01 5,70 7,91 9,34 10,44

3Perumahan, air, listrik, gas danbahan bakar

1,52 1,78 3,57 3,85 6,38 6,51 5,45 4,64 2,23 2,30 2,21 2,54

4 Sandang 0,68 4,35 4,76 5,01 4,54 4,67 8,20 5,24 6,21 4,51 1,96 3,915 Kesehatan 0,30 0,31 0,53 0,40 1,77 1,86 2,60 2,50 1,67 1,26 0,76 1,07

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

4,40 4,69 1,42 1,29 1,19 0,84 1,39 1,14 0,39 0,85 0,27 0,59

7Transpor, komunikasi dan jasakeuangan

-0,36 -0,42 1,03 0,79 0,99 1,31 -0,01 0,36 0,13 -0,10 -0,36 0,12

2,96 5,47 5,56 7,97 7,75 5,22 4,42 2,95 2,85 4,51 4,61 4,11

No. Kelompok2010 2011 2012

Umum

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Kota Bogor

Inflasi Kota Bogor pada triwulan IV-2012

mengalami penurunan dari 4,45% di triwulan

sebelumnya, menjadi 4,06% (yoy) (Grafik 2.11).

Penurunan tersebut didukung dengan penurunan laju

inflasi pada kelompok bahan makanan yaitu dari

5,32% pada triwulan III-2012 menjadi 4,59% pada

triwulan IV-2012 (Tabel 2.8). Selain itu, penurunan laju

inflasi yang cukup tinggi lainnya terjadi pada kelompok

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yaitu

0,97% dari 5,77% di triwulan III-2012.

Tabel 2.8. Inflasi Tahunan Kota Bogor Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV1 Bahan makanan 1,25 7,02 11,32 17,10 14,26 10,36 5,04 3,44 3,26 3,52 5,32 4,59

2Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

5,09 5,78 3,98 2,49 3,65 2,95 2,63 3,36 2,95 2,99 5,77 4,80

3Perumahan, air, listrik, gas danbahan bakar

2,34 2,38 3,58 3,94 2,92 4,30 2,97 2,90 2,48 1,32 2,49 2,46

4 Sandang 2,74 1,78 1,69 1,70 2,46 3,29 4,83 3,81 3,82 2,19 1,60 1,925 Kesehatan 7,93 8,44 4,27 1,95 3,10 3,46 2,96 2,63 1,94 1,68 2,27 2,33

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

2,58 1,68 2,50 2,65 3,31 3,31 1,92 1,69 1,04 1,04 13,88 13,90

7Transpor, komunikasi dan jasakeuangan

0,54 0,90 0,43 0,42 0,55 1,27 0,74 1,02 1,01 0,15 0,50 0,46

2,47 4,23 5,28 6,57 5,93 5,26 3,25 2,85 2,55 2,17 4,45 4,06

No. Kelompok2010 2011 2012

Umum

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Grafik 2.9. Inflasi Tahunan Kota Bogor

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Umum Volatile foods Administered price Inti% (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

38

Kota Cirebon

Laju inflasi Kota Cirebon masih mengalami

penurunan menjadi 3,36% pada triwulan IV-2012

dari 4,28% pada triwulan III-2012 (Grafik 2.12).

Sumber utama penyebab penurunan adalah inflasi

Volatile Foods (VF) yang disebabkan dari adanya

penurunan laju inflasi yang relatif besar pada kelompok

bahan makanan. Kelompok bahan makanan

mengalami laju inflasi sebesar 4,17% pada triwulan IV-

2012 lebih rendah dari laju inflasi triwulan III-2012 yaitu

8,60% (Tabel 2.9). Lebih lanjut, pada kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga, Cirebon mengalami

inflasi tertinggi dari tujuh kota inflasi lainnya yaitu 17,30%.

Tabel 2.9. Inflasi Tahunan Kota Cirebon Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV1 Bahan makanan 3,58 8,18 11,09 15,00 10,84 7,48 1,47 3,37 6,56 7,42 8,60 4,17

2Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

5,30 5,52 5,60 6,05 5,77 4,67 3,79 2,42 1,91 3,45 2,69 2,53

3Perumahan, air, listrik, gas danbahan bakar

2,31 1,77 3,17 2,41 3,28 3,53 2,50 2,85 2,85 1,45 1,12 1,46

4 Sandang 2,00 6,26 6,17 6,49 7,13 4,91 10,70 5,98 6,15 5,97 -0,54 0,105 Kesehatan 2,53 3,11 2,20 3,44 3,89 3,27 3,74 1,82 1,75 2,48 6,86 6,59

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

7,01 8,14 9,63 9,77 9,71 8,29 12,53 11,93 11,99 11,95 17,06 17,30

7Transpor, komunikasi dan jasakeuangan

2,29 2,56 1,95 2,01 2,14 1,48 0,42 0,46 0,38 0,39 0,25 0,49

3,54 4,79 5,84 6,70 5,99 4,75 3,30 3,20 3,59 4,04 4,28 3,36

No. Kelompok2010 2011 2012

Umum

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Sementara itu, kebanyakan masyarakat

Kota Cirebon, untuk enam bulan ke

depan, melihat adanya kenaikan harga

yang dipicu oleh kebijakan kenaikan Tarif

Tenaga Listrik dan kenaikan harga

beberapa bahan makanan.

Grafik 2.10. Inflasi Tahunan Kota Cirebon

0

2

4

6

8

10

12

14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Umum Volatile foods Administered price Inti% (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Grafik 2.11. Ekspektasi Harga Konsumen di Kota Cirebon

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011 2012

SK* SK** Inflasi Cirebon (mtm)

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Cirebon

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

39

Kota Sukabumi

Inflasi kota mengalami penurunan yang paling

rendah dibandingkan tujuh kota inflasi lainnya

yaitu sebesar 0,23%. Pada triwulan IV-2012, kota

Sukabumi mengalami inflasi sebesar 3,97% yang

sebelumnya sebesar 4,20% (grafik 2.14).

Kelompok barang dan jasa yang mengalami

penurunan laju inflasi paling tinggi yaitu kelompok

bahan makanan dari 6,26% menjadi 4,63% di

triwulan IV-2012 (Tabel 2.10). Kelompok barang dan

jas lain yang mengalami penurunan laju inflasi adalah

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang turun dari 4,48 % pada triwulan III-2012

menjadi 4,04%. Begitu pula kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami penurunan dari

3,31% menjadi 2,76% di triwulan IV-2012.

Tabel 2.10. Inflasi Tahunan Kota Sukabumi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV1 Bahan makanan -1,49 4,71 9,11 12,85 10,73 7,86 4,52 4,84 7,37 9,06 6,26 4,63

2Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

5,17 4,60 4,50 2,82 4,01 4,97 5,00 5,94 4,45 3,81 4,48 4,04

3Perumahan, air, listrik, gas danbahan bakar

7,06 2,19 3,21 2,94 3,11 2,74 2,68 2,81 2,96 3,94 3,80 4,64

4 Sandang -1,91 3,00 7,10 7,98 6,44 7,12 11,15 8,96 9,41 6,67 2,24 3,445 Kesehatan 1,02 -0,68 -0,23 -0,31 0,03 2,62 2,52 2,81 2,22 4,82 6,18 6,56

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

2,42 2,60 2,92 3,26 3,40 3,35 5,60 6,30 6,39 6,01 3,31 2,76

7Transpor, komunikasi dan jasakeuangan

0,83 0,56 0,94 0,69 0,97 0,95 0,16 0,41 0,25 0,75 0,48 1,13

2,41 3,09 4,83 5,43 5,12 4,63 3,97 4,26 4,69 5,25 4,20 3,97

No. Kelompok2010 2011 2012

Umum Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

BOKS 2

PEMANFAATAN SISTEM RESI GUDANG DI KABUPATEN CIANJUR

Pemanfaatan Gudang Sistem Resi Gudang (SRG) di Jalan Raya Cianjur – Sukabumi Desa Jambupida

Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan pada tahun

2012 dari tahun sebelumnya. Gudang seluas ± 36 x 20 m dengan kapasitas maksimal gudang 1.100 ton

gabah kering giling (gkg) tersebut sepanjang tahun 2011 berhasil menyimpan ±261 ton gabah dan

meningkat menjadi ±1.573 ton dengan total 57 resi senilai Rp. 9.007.541.000 di tahun 2012. Resi

tersebut dimanfaatkan petani untuk diagunkan ke Bank BJB cabang Cianjur dengan nilai kredit

keseluruhan ±Rp. 5.823.079.200 dan outstanding kredit sampai akhir Januari 2013 berjumlah

±Rp. 1.500.000.000 yang diperkirakan akan lunas pada Februari 2013.

Grafik 2.12. Inflasi Tahunan Kota Sukabumi

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012

Umum Volatile foods Administered price Inti% (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

40

Selain kemudahan dalam mendapatkan pinjaman bank, sistem ini juga memungkinkan petani

memperoleh keuntungan bersih ±Rp. 660/kg dengan melakukan tunda jual selama simpan 3 bulan.

Adapun perhitungan keuntungannya sebagai berikut :

Harga pada saat masuk gudang Rp. 4.620 x 35.000 kg = Rp. 161.700.000 Biaya : Bunga Bank selama 3 bulan (1,5%) = Rp. 2.425.500 Biaya simpan, perawatan, bongkar muat, Asuransi, pusat registrasi, uji mutu = Rp. 5.250.000 Total Biaya = Rp. 7.675.500 + Rp. 169.375.500 Harga pada saat keluar Rp. 5.550 x 35.000 kg = Rp. 192.500.000 - Keuntungan yang diperoleh petani = Rp. 23.124.500 Keuntungan per kilo gram = Rp. 23.124.500 : 35.000 kg = Rp. 660 Melalui pemanfaatan gudang SRG, dengan keuntungan Rp. 660/kg dan 1.573.000 kg gabah yang

disimpan, pada tahun 2012 petani mendapat tambahan pendapatan sebanyak Rp. 1.038.180.000.

Kota Tasikmalaya

Kota Tasikmalaya merupakan kota ketiga dengan laju inflasi terendah yakni 3,87% (yoy) pada

periode IV-2012. Penurunan inflasi tersebut disokong oleh penurunan laju inflasi pada ketiga komponen

inflasi (volatile foods, administered price, dan inti). Komoditas volatile foods mengalami penurunan laju

inflasi dari 11,97% di triwulan III-2012 menjadi 8,17% di triwulan IV-2012. Sedangkan komoditas

administered price mengalami penurunan dari 3,09% menjadi 2,82% dan komoditas inti turun dari

3,42% menjadi 2,56%. Jika melihat kelompok bahan makanan dan jasa, pada periode laporan kelompok

bahan makanan di Kota Tasikmalaya mengalami laju inflasi paling tinggi di antara ketujuh kelompok

lainnya (Tabel 2.11) selain juga paling tinggi diantara tujuh kota inflasi Jawa Barat.

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

41

Tabel 2.11. Inflasi Tahunan Kota Tasikmalaya Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw . II Tw . III Tw . IV1 Bahan makanan 7,09 9,98 12,35 16,73 10,77 6,30 6,20 6,38 10,34 12,75 11,97 8,17

2Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

6,98 6,63 7,09 3,53 3,88 4,48 3,84 3,27 3,17 3,21 3,00 2,05

3Perumahan, air, listrik, gas danbahan bakar

5,42 1,68 2,95 3,30 4,67 5,21 4,03 4,95 3,33 2,90 4,28 3,44

4 Sandang -0,03 3,42 3,85 5,66 6,12 5,31 8,93 5,97 5,46 4,64 2,56 2,695 Kesehatan 1,77 1,46 1,42 2,48 3,45 4,77 4,12 4,01 4,52 3,45 2,81 2,74

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

0,86 2,30 -0,91 -2,84 -2,39 -2,35 0,05 1,63 1,74 1,88 4,65 4,83

7Transpor, komunikasi dan jasakeuangan

0,43 -0,11 -0,59 0,94 1,18 1,35 1,00 0,31 0,54 0,56 0,32 0,82

4,74 4,47 5,21 5,56 4,97 4,38 4,19 4,17 4,61 4,92 5,07 3,87

No. Kelompok2010 2011 2012

Umum Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Sumber penyebab paling signifikan

menurunnya laju inflasi Jawa Barat dari

4,84% menjadi 3,86% pada periode

laporan yaitu kelompok bahan makanan

(volatile foods) (Grafik 2.17). Inflasi inti

(eksternal, interaksi permintaan-penawaran,

dan ekspektasi inflasi) dan administered price

juga turun menjadi sebesar 3,58% dan

2,90%.

Grafik 2.13. Inflasi Tahunan Kota Tasikmalaya

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Grafik 2.14. Ekspektasi Konsumen di Kota

Tasikmalaya

Sumber : Survei Konsumen, KPw BI Tasikmalaya

Grafik 2.15. Inflasi Tahunan Menurut Sumber Penyebab (yoy, %)

-5

0

5

10

15

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

%,yoy Disagregasi Inflasi Jabar

Inflasi IHK (yoy) Core

Adm Price Volatile Foods

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

42

3.1. NON FUNDAMENTAL Volatile Foods

Inflasi tahunan komoditas pangan strategis menurun terutama disebabkan oleh perkembangan

harga volatile foods serta relatif stabilnya faktor fundamental inti. Tingginya kinerja penyerapan

beras pada tahun 2012 membuat stok beras terjaga. Beras masyarakat yang diserap 540.000 ton, hampir

3 kali lipat dari serapan beras tahun 2011 yaitu 200.000 ton. Faktor pendukung tersedianya stok beras

karena tidak adanya perubahan cuaca ekstrim selama 2012 juga peningkatan pelayanan sepanjang 2012

di seluruh kantor Bulog Jabar. Pihak Bulog melakukan “jemput bola” ke petani untuk beli beras serta

membangun gudang-gudang Bulog di sentra-sentra beras.

Grafik 2.16. Perkembangan Harga Komoditas Bahan Pangan

Harga Beras

Harga Cabe Merah

Harga Daging Ayam Ras

Harga Telur Ayam Ras

Sumber : Survei Pemantauan Harga Mingguan, KPw BI Wilayah VI

Administered Price

Inflasi administered price turun tipis pada periode laporan sebesar 2,93% menjadi 2,90%.

Penurunan ini disumbangkan oleh kelompok tembakau dan minuman beralkohol. Harga tembakau turun

akibat masa panen. Selain itu, pemberlakuan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 tahun 2012 tentang

Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif mendorong impor tembakau ke Indonesia. Masuknya

tembakau impor berpotensi memukul harga tembakau di kalangan petani lokal.

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

43

3.2. FUNDAMENTAL / INTI

Laju inflasi inti Jawa Barat menurun dari 3,90% menjadi 3,58% pada periode laporan. Penurunan

tersebut didukung oleh faktor eksternal.

Interaksi Permintaan dan Penawaran

Kapasitas produksi terpakai pada bulan ini

belum memberikan tekanan inflasi yang

cukup berarti walaupun permintaan industri

meningkat. Kapasitas produksi terpakai sektor

usaha di Jawa Barat mengalami peningkatan

dari 67,74% menjadi 68,01% (Grafik 2.17).

Peningkatan kapasitas terpakai terutama

berasal dari industri peternakan, alat

angkutan, mesin dan perlengkapannya serta

pertambangan di Jawa Barat.

Tabel 2.12. Kapasitas Produksi Terpakai (%)

KETERANGAN

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Pertanian, Perkebunan, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan 63.65 72.96 65.17 74.89 68.29 68.48 70.22 73.23 75.20 69.65 68.06 68.53

1. Tanaman Pangan 60.83 69.90 62.33 71.55 64.90 64.68 67.23 71.00 74.88 68.07 68.16 65.42

2. Tanaman Perkebunan 50.00 100.00 83.33 75.00 83.33 83.33 70.00 70.00 80.00 58.00 50.00 48.33

3. Peternakan dan hasil-hasilnya 73.75 69.00 75.00 80.00 58.75 60.00 78.33 70.00 70.00 70.00 58.75 86.25

4. Kehutanan

5. Perikanan 80.83 84.38 66.43 90.00 82.22 79.44 82.22 83.00 77.50 79.00 82.00 81.25

Pertambangan 68.75 80.00 65.00 67.50 61.67 70.00 90.00 60.00 58.33 63.75 63.33 75.00

Industri Pengolahan 65.87 67.32 69.06 72.02 65.90 69.94 68.72 67.61 66.32 69.33 66.63 68.06

1. Makanan, minuman dan tembakau 57.56 62.06 69.21 69.10 64.43 67.95 68.88 68.96 70.56 66.71 62.74 62.52

2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 77.52 74.71 71.36 72.67 63.28 73.24 75.74 67.57 65.55 72.19 67.78 72.75

3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 45.00 58.13 53.75 72.00 69.50 66.43 47.00 53.67 51.50 57.50 65.00 51.82

4. Kertas dan barang cetakan 30.00 10.00 75.00 85.00 73.33 25.00 42.50 60.00 70.00 67.50 78.33 85.00

5. Kimia dan barang dari karet 70.00 70.00 85.00 72.50 72.50 90.00 82.50 75.00 70.00 77.50 75.00 75.00

6. Semen dan barang galian bukan loga, 57.67 58.33 67.50 76.25 89.00 68.33 71.67 70.00 66.67 75.00 68.33 73.75

7. Logam dasar, besi dan baja 100.00

8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 60.00 68.63 67.50 80.00 54.00 58.40 60.00 83.33 81.67 63.75 65.67 80.00

9. Barang lainnya 82.00 70.33 73.57 70.56 68.57 72.50 67.50 72.86 66.88 76.67 67.50 71.88

Listrik, Gas dan Air Bersih 57.34 77.74 73.50 75.08 73.33 70.40 56.86 67.50 71.08 74.85 76.24 62.65

Total Seluruh Sektor 64.50 70.43 67.61 73.14 67.12 69.50 68.65 69.31 69.39 69.65 67.74 68.01

2011 20122010

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha - KPw BI Wilayah VI

Ekspektasi Inflasi

Masyarakat Jawa Barat mengekspektasikan adanya kenaikan harga pada 3 hingga 6 bulan ke

depan. Hal ini tercermin dari hasil survei Bank Indonesia terhadap konsumen di wilayah Jawa Barat

(Bandung, Cirebon, dan Tasikmalaya) yang menunjukkan membaiknya kenaikan indeks hasil survei atas

Grafik 2.17. Kapasitas Terpakai

Industri Pengolahan

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha - KPw BI Wilayah VI

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

44

ekspektasi konsumen (Survei Konsumen) yang cenderung meningkat pada akhir periode laporan (Grafik

2.20 dan 2.21).

Grafik 2.18. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa 3 Bulan Ke Depan

Sumber: SK KPw BI Wilayah Jawa Barat

Keterangan: SK = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb, menurut SK 3 bulan sebelumnya

Grafik 2.19. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa 6 Bulan Ke Depan

Sumber: SK KPw BI Wilayah Jawa Barat

Keterangan: SK = Ekspektasi konsumen terhadap harga pada bulan tsb, menurut SK 6 bulan sebelumnya

Eksternal

Tekanan sisi eksternal turut menyumbangkan penurunan laju inflasi Jawa Barat pada periode

laporan. Harga emas di pasar internasional turun dari USD1.745,69 troy/ons menjadi 1.685,84 troy/ons

(Grafik 2.22). Selain itu, nilai tukar rupiah masih mengalami depresiasi pada periode laporan menjadi

rata-rata Rp9.670/USD (Grafik 2.23). Begitu pula harga minyak bumi yang lebih rendah dibandingkan

dengan kuartal III-2012 yaitu dari USD 94,66/barrel menjadi USD 88,15/barrel.

Grafik 2.20. Perkembangan Harga Emas dan Minyak Dunia di Pasar Internasional

Sumber: Bloomberg

Grafik 2.22. Perkembangan Kurs Rupiah

Sumber: Bank Indonesia-

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

45

BOKS 3

UPAYA PENGENDALIAN INFLASI PADA AKHIR TAHUN 2012

1. Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Jawa Barat melakukan pertemuan tim teknis pada

tanggal 29 Oktober 2012 untuk menyikapi tingginya tekanan inflasi di Jawa Barat khususnya Kota Bandung. Lebih tingginya inflasi Jawa Barat dibandingkan dengan Nasional terutama terjadi pada beberapa bulan, yakni Januari, Juli dan Agustus 2012 pada komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, dan beras.

Dalam pertemuan tersebut telah dirumuskan rekomendasi upaya pengendalian inflasi, yakni sebagai berikut :

Meningkatkan pengawasan terhadap penyaluran raskin kepada masyarakat Melakukan operasi pasar beras dengan menggunakan cadangan beras Bulog sebesar 10.000 ton Menyelenggarakan pasar murah dengan pembiayaan APBD Provinsi dan CSR dari pasar modern

dan Pemerintah Kota Bandung. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan TPID di 7 kota khususnya di kota-kota

konsumen seperti Bekasi, Depok, dan Bogor. Mengantisipasi kenaikan tarif dasar listrik pada industri.

2. Selain itu, FKPI Jawa Barat melakukan pertemuan tingkat tinggi serta koordinasi wilayah Jawa Barat

yang juga dihadiri oleh pejabat FKPI 7 kota pada tanggal 6 November 2012 untuk menyikapi tingginya tekanan inflasi di Jawa Barat khususnya Kota Bandung. Dalam pertemuan tersebut disepakati hal-hal sebagai berikut : Meningkatkan intensitas komunikasi FKPI antar kota Menghimbau kota-kota produsen di sekitar 7 kota untuk memperlancar distribusi seperti sistem

resi gudang (yg telah dibangun) bisa digunakan dan untuk menyerap beras-beras yg ada di kota-kota produsen sekitarnya.

Melakukan Operasi Pasar Beras untuk dua bulan terakhir serta menyelenggarakan pasar lelang komoditas beras pada tanggal 20 November.

Mensosialisasikan dengan bahasa yang mudah dimengerti tentang bahaya inflasi kepada

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

46

masing-masing walikota dan bupati di masing-masing kota agar dapat disebarkan ke para pedagang dan masyarakat umum serta diseminasi melalui media massa untuk mengarahkan ekspektasi inflasi.

Membatasi perkembangan properti yang merupakan penyumbang inflasi terbesar di Jawa Barat. Menyampaikan papan informasi harga elektronik (running text) guna menunjukkan benchmark

harga komoditas di wilayah masing-masing. TPID Bekasi akan mempertemukan APINDO dan Serikat Pekerja dalam satu forum informal agar

tercapai suatu kesepakatan, serta mengeluarkan dana hibah untuk membantu menurunkan inflasi dua bulan kedepan.

3. FKPI Jawa Barat bersama dengan FKPI Kota Tasikmalaya dan Cirebon menyelenggarakan diskusi

terbatas dengan BPS provinsi serta 7 kota pada tanggal 8-10 November 2012 di Kuningan. Dalam pertemuan dimaksud, dipaparkan perkembangan inflasi di masing-masing kota serta diidentifikasi komoditas-komoditas penyumbang inflasi. Pada akhir pertemuan tersebut dilakukan perumusan upaya pengendalian inflasi di masing-masing kota sebagai langkah aksi di akhir tahun.

4. Dalam rangka meningkatkan monitoring harga di Jawa Barat, maka FKPI Jawa Barat menyelenggarakan diskusi terbatas dengan BPS Jawa Barat tanggal 23 November 2012. Dalam pertemuan tersebut diperoleh informasi bahwa tekanan harga bulan November relatif minimal dan Jawa Barat diperkirakan mengalami deflasi. Beberapa potensi tekanan inflasi pada bulan Desember 2012 diantaranya adalah kenaikan harga beras, cabe merah, bawang merah, dan sayur-sayuran.

5. Bersama dengan TPID DKI Jakarta dan Banten, telah diselenggarakan rapat koordinasi wilayah TPID Jakarta – Jabar – Banten pada tanggal 21 November 2012 di Kota Bogor. Adapun, hasil pertemuan dimaksud adalah sebagai berikut : Memperkuat koordinasi antara Pemerintah baik di pusat dan daerah bersama dengan Bank

Indonesia dalam mendukung stabilisasi harga pangan. Dalam kaitan ini, TPID dapat lebih berperan untuk meningkatkan koordinasi dan memfasilitasi kerjasama yang lebih erat antar daerah yang selama ini telah dilakukan oleh Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP). Dalam pelaksanaanya, kerjasama antar daerah tersebut dilakukan dengan memperkuat peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ataupun melalui Kamar Dagang Indonesia Daerah (Kadinda).

Terkait dengan pengembangan Sistem Resi Gudang (SRG) perlu mendorong peran koperasi dan peningkatan kesiapan daerah untuk dapat mengimplementasikan SRG secara optimal.

Mengoptimalkan sistem informasi perdagangan antar daerah untuk mendukung berbagai program kerjasama perdagangan antar daerah. Selain itu, pengembangan pusat distribusi pangan perlu mempertimbangkan kesiapan multi moda transportasi dan partisipasi aktif pelaku usaha.

Mengawal berbagai kesepakatan terkait langkah-langkah yang diperlukan untuk mendorong kerjasama perdagangan antar daerah, termasuk merumuskan berbagai kendala yang perlu diselesaikan baik di tingkat pusat maupun daerah.

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

47

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

48

Kinerja perbankan Jawa Barat mengalami perkembangan yang positif sebagaimana tercermin

dari meningkatnya pertumbuhan kredit serta turunnya risiko kredit. Pertumbuhan penyaluran

kredit meningkat sebesar 27,04% (yoy) menjadi 203,36 triliun, sementara risiko kredit atau Non

Performing Loans (NPL) hanya sebesar 2,42%. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 17,56%

menjadi 244,71 triliun. Dengan pertumbuhan penyaluran kredit yang cukup tinggi diiringi dengan

pertumbuhan DPK yang sedikit lebih rendah, maka pada triwulan IV-2012 kinerja intermediasi

perbankan Jawa Barat meningkat dari 82,37% menjadi 83,10%.

Perkembangan sistem pembayaran di Jawa Barat pada triwulan IV-2012 menunjukkan angka

penurunan. Setelah mengalami peningkatan yang cukup tinggi karena adanya hari raya Idul Fitri pada

triwulan sebelumnya, sistem pembayaran tunai mengalami penurunan, namun demikian masih

mengalami net inflow sebesar Rp5,52 triliun. Sedangkan transaksi pembayaran non tunai baik melalui

kliring maupun RTGS mengalami kenaikan secara volume, namun mengalami penurunan secara

nominal.

1. ANALISIS PERBANKAN DAERAH Aset perbankan di Jawa Barat pada periode

laporan tumbuh sebesar 20,23% (yoy).

Hingga akhir tahun 2012, aset perbankan di

wilayah Jawa Barat mencapai Rp334,69 triliun

meningkat dibandingkan akhir tahun lalu yang

sebesar Rp278,38 triliun. Dari sisi pertumbuhan,

angka pertumbuhan aset pada tahun 2012

tumbuh meningkat 20,23%.

Grafik 3.1. Perkembangan Aset Perbankan di Wilayah Jawa Barat

303.48

317.49

334.69

29.51

18.15

19.70 19.84

20.23

12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32

150

200

250

300

350

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2010 2011 2012

%, yoyTriliun Rp Total Aset Pertumbuhan

Sumber: LBU Bank Pelapor

1.1. Bank Umum Konvensional

Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK

Grafik 3.2. Perkembangan DPK di Wilayah Jawa Barat

223.48 229.33

244.71

33.60

18.28

17.48

17.56

13

18

23

28

33

38

90

110

130

150

170

190

210

230

250

270

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2010 2011 2012

%, yoyTriliun Rp Total DPK Pertumbuhan

Sumber: LBU Bank Pelapor

Penghimpunan DPK oleh bank umum konvensional

di Jawa Barat pada triwulan IV-2012 menjadi

Rp244,71 triliun atau tumbuh sebesar 17,56%

(Grafik 3.2). Berdasarkan produknya, produk

tabungan dan deposito masih menguasai pangsa DPK

di Jawa Barat, yakni masing-masing sebesar 43% dan

37% (Grafik 3.3). Pertumbuhan tabungan mengalami

perlambatan yakni dari 20,60% menjadi 17,09%,

produk giro juga melambat dari 26,46% menjadi

19,70%, sementara deposito meningkat dari 10.12%

menjadi 17,03% (Grafik 3.4).

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

49

Grafik 3.3. Porsi DPK per Jenisnya

Giro 20%

Tabungan43%

Deposito37%

Sumber: LBU Bank Pelapor

Grafik 3.4. Perkembangan DPK per Jenisnya

18.28

17.48 17.56

6.19

20.31

26.46

19.70

24.65 20.60

17.09

11.15 10.12

17.03

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2010 2011 2012

yoy, %

Total DPK Giro Tabungan Deposito Sumber: LBU Bank Pelapor

Berdasarkan kelompok bank penghimpun dana, bank pemerintah dan bank swasta nasional masih

menguasai pangsa DPK di Jawa Barat, yakni masing-masing sebesar 54% dan 44% (Grafik 3.5). Di sisi

lain, bank swasta asing hanya menghimpun 2% dari total DPK Jawa Barat. Meningkatnya

pertumbuhan DPK perbankan Jawa Barat terutama disebabkan oleh meningkatnya kontribusi DPK

bank milik pemerintah yang pada akhir triwulan IV-2012 tumbuh sebesar 23,70% atau mencapai

Rp132,80 triliun. Sementara itu kelompok bank swasta nasional mengalami perlambatan, yakni dari

12,12% menjadi 10,94%, bank swasta asing juga melambat dari 17,17% menjadi 12,81% (Grafik

3.6).

Grafik 3.5. Porsi DPK per Kelompok Bank

Bank Pemerintah

54%

Bank Swasta

Nasional44%

Bank Swasta Asing2%

Sumber: LBU Bank Pelapor

Grafik 3.6. Perkembangan DPK per Kelompok Bank

18.28 17.48 17.56

20.58 22.43

23.70

15.55 12.12 10.94

21.13

17.17 12.81

-25-20-15-10

-505

1015202530354045

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2010 2011 2012

yoy, %

Total DPK Bank Pemerintah

Bank Swasta Nasional Bank Swasta Asing Sumber: LBU Bank Pelapor

Sementara itu, berdasarkan jenis valutanya, DPK rupiah masih mendominasi penghimpunan dana di

Jawa Barat dengan pangsa masih relatif stabil, yakni 92% (Grafik 3.7). Pertumbuhan DPK rupiah

melambat dari 18,46% menjadi 17,47%, sebaliknya DPK valas meningkat cukup tinggi, yakni 7,11%

menjadi Rp18,61 triliun (Grafik 3.8).

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

50

Grafik 3.7. Porsi DPK per Jenis Valuta

Rupiah92%

Valas8%

Sumber: LBU Bank Pelapor

Grafik 3.8. Perkembangan DPK per Jenis Valuta

18.28

17.48 17.56

19.66

18.46

17.47 4.55 7.11

18.61

-10-505

1015202530354045

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2010 2011 2012

yoy, %

Total DPK DPK Rupiah DPK Valas

Sumber: LBU Bank Pelapor

Perkembangan Kredit

Penyaluran kredit oleh bank umum

konvensional di Jawa Barat pada triwulan

IV-2012 tumbuh sebesar 27,04% atau

mencapai Rp203,36 triliun (Grafik 3.9). Dari

sisi pertumbuhan, angka pertumbuhan kredit

pada tahun 2012 tumbuh meningkat

dibanding dengan tahun 2011 yang mencapai

22,22%. Berdasarkan jenis penggunaannya,

pertumbuhan kredit masih didominasi kredit

modal kerja (KMK) yang memiliki pangsa

sebesar 45% (Grafik 3.10) dengan angka

pertumbuhan sebesar 26,58% (Grafik 3.11)

atau mencapai Rp91,34 triliun.

Grafik 3.9. Perkembangan Kredit di Jawa Barat

182.31 188.90

203.36

25.9125.60

27.04

13

15

17

19

21

23

25

27

29

90

110

130

150

170

190

210

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2010 2011 2012

%, yoyTriliun Rp Total kredit Pertumbuhan

Sumber: LBU Bank Pelapor

Sementara itu Kredit investasi (KI) tumbuh sedikit melambat dari 38,36% menjadi 37,91%,

sedangkan kredit konsumsi terjadi perlambatan pertumbuhan namun masih relatif stabil di level

24,49%.

Grafik 3.10. Porsi Kredit per Jenis Penggunaan

KMK45%

KI13%

KK42%

Sumber: LBU Bank Pelapor

Grafik 3.11. Perkembangan Kredit per Jenis Penggunaan

25.91 25.60

27.04

26.94

23.27

26.58

38.52 38.36 37.91

21.5124.56

24.49

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2010 2011 2012

%, yoy

Total Kredit KMK KI KK

Sumber: LBU Bank pelapor

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

51

Berdasarkan kelompok bank, kelompok Bank Pemerintah yang memiliki pangsa 60% (Grafik 3.12)

mencapai outstanding kredit sebesar Rp91,34 triliun dari total kredit perbankan sebesar Rp203,36

triliun atau tumbuh sebesar 28,01% (Grafik 3.13), Bank Swasta Asing mengalami pertumbuhan

cukup tinggi dari 23,57% menjadi 36,64%, sedangkan Bank Swasta Nasional mengalami perlambatan

dari 26,57% menjadi 25,01%

Grafik 3.12. Porsi Kredit per Kelompok Bank

Bank Pemerintah

60%

Bank Swasta Nasional

38%

Bank Swasta Asing2%

Sumber: LBU Bank Pelapor

Grafik 3.13. Perkembangan Kredit per Kelompok Bank

22.23 25.60 27.04

21.48 25.08

28.0124.51 26.57

25.01

4.75 23.57

36.64

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2010 2011 2012

%, yoy Total Kredit Bank Pemerintah

Bank Swasta Nasional Bank Swasta Asing

Sumber: LBU Bank Pelapor

Penyaluran kredit di Jawa Barat, didominasi oleh bank yang berkantor di Kota Bandung, yakni

mencapai 46,39% (Tabel 3.1). Berdasarkan angka pertumbuhannya, penyaluran kredit oleh bank yang

berkantor di Kabupaten Bekasi adalah yang tertinggi yakni 100,50%.

Tabel 3.1. Perkembangan Kredit per Kota/Kab di Jawa Barat

2011 2012Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.IV Tw.IV

Kab. Bekasi 0.31 1.17 1.26 1.43 1.63 1.84 2.06 2.33 3.02 3.69 57.18 100.50 1.95 Kab. Purwakarta 2.01 1.90 1.96 2.10 2.22 2.30 2.47 2.81 2.96 3.21 21.08 39.73 1.70 Kab. Karawang 3.45 3.71 4.11 4.47 4.63 4.80 5.33 5.69 7.91 8.24 29.35 71.76 4.36 Kab. Bogor 0.64 0.68 0.69 0.75 0.78 0.80 0.84 0.92 1.52 1.57 18.67 95.62 0.83 Kab. Sukabumi 0.90 0.90 0.95 1.00 1.05 1.12 1.17 1.24 1.29 1.33 24.21 19.07 0.71 Kab. Cianjur 1.72 1.75 1.79 1.85 1.88 1.89 1.91 2.04 2.13 2.19 8.21 15.66 1.16 Kab. Bandung 2.12 2.31 2.22 2.36 2.43 2.49 2.55 2.82 3.01 3.28 7.62 31.88 1.74 Kab. Sumedang 1.38 1.46 1.52 1.63 1.71 1.73 1.75 1.88 1.96 2.07 18.38 20.05 1.10 Kab. Tasikmalaya 0.41 0.42 0.45 0.46 0.47 0.46 0.46 0.49 0.52 0.55 10.55 18.06 0.29 Kab. Garut 2.16 2.27 2.41 2.58 2.73 2.81 2.93 3.21 3.39 3.60 23.37 28.31 1.91 Kab. Ciamis 1.13 1.19 1.25 1.32 1.37 1.37 1.38 1.45 1.51 1.55 15.19 13.20 0.82 Kab. Cirebon 0.55 0.57 0.60 0.66 0.69 0.72 0.75 0.83 0.87 0.91 24.42 27.00 0.48 Kab. Kuningan 1.17 1.22 1.28 1.34 1.40 1.41 1.43 1.54 1.56 1.61 15.60 14.72 0.85 Kab. Indramayu 1.70 1.81 1.94 2.03 2.14 2.16 2.22 2.37 2.48 2.56 19.06 18.60 1.36 Kab. Majalengka 1.41 1.46 1.51 1.59 1.63 1.60 1.59 1.68 1.73 1.79 9.66 11.59 0.95 Kab. Subang 2.64 2.73 2.83 2.93 3.00 3.04 3.17 3.41 3.50 3.61 11.50 18.86 1.91 Kotif Banjar 0.95 0.98 1.05 1.11 1.16 1.17 1.18 1.26 1.32 1.39 18.77 19.31 0.74 Kodya Bandung 53.75 57.06 58.41 61.74 63.55 68.66 70.11 78.30 79.61 87.62 20.33 27.61 46.39 Kodya Bogor 8.91 9.43 9.85 10.74 11.30 11.94 12.70 13.75 15.47 16.30 26.64 36.43 8.63 Kodya Sukabumi 3.02 3.14 3.32 3.59 3.72 3.83 3.96 4.35 4.64 5.05 21.90 31.74 2.67 Kodya Cirebon 6.90 7.27 7.64 8.24 8.54 9.27 9.77 10.51 10.83 11.24 27.58 21.27 5.95 Kotif Tasikmalaya 4.80 5.12 5.39 5.79 6.24 6.58 6.97 7.58 7.89 8.37 28.40 27.28 4.43 Kotif Cimahi 1.48 1.58 1.67 1.78 1.83 1.86 1.89 2.01 2.13 2.30 17.75 23.65 1.22 Kotif Depok 2.15 2.32 2.47 2.63 2.75 3.11 3.36 4.09 5.86 6.16 34.31 97.91 3.26 Kotif Bekasi 10.04 10.42 10.65 11.79 12.35 12.95 13.06 14.00 21.47 22.77 24.26 75.83 12.06

TOTAL 123.54 130.97 135.93 144.80 150.39 160.08 165.91 182.31 188.90 188.90 22.23 18.01 100.00

2012Pangsa

(%)

Kredit (Rp Triliun) Pertumbuhan (% yoy)

URAIAN2010 2011

Pangsa kredit kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) perbankan Jawa Barat pada periode

laporan sebesar 28,96% dengan penyaluran kredit UMKM mencapai Rp58,89 triliun (Grafik 3.14).

Peningkatan kredit UMKM tersebut terjadi pada semua skala usaha, usaha mikro mencapai Rp13,79

triliun, usaha kecil Rp18,55 triliun dan usaha menengah sebesar Rp26.55 triliun (Grafik 3.15).

Sementara itu, apabila dilihat dari angka pertumbuhannya terjadi pertumbuhan penyaluran kredit

UMKM dari 9,96% pada triwulan III-2012 menjadi 15,89% pada triwulan IV-2012.

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

52

Grafik 3.14. Perkembangan Kredit UMKM di Jawa Barat

56.21

52.86

58.89

29.86

32.16

30.83

27.98

28.96

27

28

29

30

31

32

33

30

35

40

45

50

55

60

65Tw

.III

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

2010 2011 2012

%Rp TriliunJumlah Kredit UMKM Rasio Kredit UMKM (Axis Kanan)

Sumber: LBU Bank Pelapor

Grafik 3.15. Kredit UMKM Per Skala Usaha di Jawa Barat

8.26 8.09 8.88 9.59 10.43 9.55 11.41 12.71 13.14 13.79

16.17 17.45 17.90 21.14 23.14 25.03 23.54 25.18 22.40 26.55

16.17 17.45 17.90 21.14 23.14 25.03 23.54 25.18 22.40 26.55

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2010 2011 2012

Mikro Kecil Menengah

Sumber: LBU Bank Pelapor

Intermediasi Perbankan

Fungsi intermediasi perbankan Jawa Barat semakin membaik yang tercermin pada peningkatan,

Loan-to-deposit ratio (LDR) perbankan pada triwulan IV-2012 yang mencapai 83,10% (Grafik 3.16).

Peningkatan ini terutama didorong oleh pertumbuhan kredit khususnya kredit ke sektor produktif

yang lebih tinggi daripada pertumbuhan DPK.

Grafik 3.16. Perkembangan Intermediasi Perbankan

76.25

81.58

82.37 83.10

75.90

83.12 83.77

83.99

62

66

70

74

78

82

86

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2009 2010 2011 2012

% Jabar Nasional

Sumber: LBU Bank Pelapor

Risiko kredit

Pada periode laporan, risiko kredit

perbankan di Jawa Barat yang tercermin dari

rasio kredit bermasalah terhadap total kredit

yang diberikan atau Non Performing Loans

(NPL) terus menunjukkan tren yang

menurun. NPL bank umum konvensioanl di

Jawa Barat pada triwulan IV-2012 sebesar

2,42% (Grafik 3.17). Selain itu, risiko kredit

UMKM juga turun dari 4,58% menjadi

3,90%.

Grafik 3.17. Perkembangan NPL

3.82

3.38

3.42

3.35

3.51

3.05 3.03

3.00 3.09

2.38

2.67

2.57

2.59

2.42

2.00

2.20

2.40

2.60

2.80

3.00

3.20

3.40

3.60

3.80

4.00

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2009 2010 2011 2012

%

Sumber: LBU Bank Pelapor

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

53

Perkembangan Suku Bunga Perbankan

Suku bunga kredit bank umum konvensional di wilayah Jawa Barat berada pada tren menurun

(Grafik 3.18), sedangkan suku bunga deposito menunjukkan adanya peningkatan. Spread antara

suku bunga deposito dan kredit pada periode laporan diindikasikan menyempit akibat lebih besarnya

penurunan suku bunga kredit. Perkembangan suku bunga kredit menunjukkan hal yang membaik

dimana seluruh jenis kredit mengalami tren penurunan suku bunga. Sementara itu, suku bunga kredit

modal kerja adalah yang terendah pada periode laporan, yakni sebesar 12,20% sedangkan suku

bunga kredit konsumsi masih menjadi yang tertinggi, yakni sebesar 13,62% (Grafik 3.19).

Grafik 3.18. Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Perbankan

15.2414.96

14.53 14.4614.34

14.24 14.39

14.70 14.10

13.78

14.09

13.96 13.85

13.62

6.89 6.29

6.136.12 6.09

6.21

6.22 6.176.32

6.08

5.73 5.30 5.23 5.29

0

4

8

12

16

20

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

Tw.I

Tw.II

Tw.II

I

Tw.IV

2009 2010 2011 2012

%Suku Bunga Kredit Konsumsi Suku Bunga Deposito

Sumber: LBU Bank Pelapor

Grafik 3.19. Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit Menurut Jenis Penggunaan

13.42

13.11

13.08

12.39

13.05

12.76 12.76

12.51 12.5112.20

12.64

12.56 12.62

12.73

12.69 12.63 12.80

12.68 12.6012.49

14.34

14.2414.39

14.70

14.10

13.78

14.0913.96

13.8513.62

12.0

12.5

13.0

13.5

14.0

14.5

15.0

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2010 2011 2012

%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Sumber: LBU Bank Pelapor

1.2. Bank Umum Syariah

Kinerja intermediasi perbankan syariah pada

periode laporan sedikit turun dari 98,81%

menjadi 95,34% (Grafil 3.20). Sementara itu,

penyaluran pembiayaan sedikit meningkat, yakni

tumbuh 41,15% (yoy) menjadi Rp16,90 triliun

(Grafik 3.21). Disisi lain, penghimpunan dana

mengalami perlambatan dari 38,21% menjadi

35,79 % (Grafik 3.22).

Meski intermediasi perbankan syariah sedikit turun, namun rasio Non Performing Financing (NPF)

menunjukkan tren yang menurun. NPF bank perbankan syariah di Jawa Barat triwulan IV-2012 sebesar

2,35% lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,50% (Grafik 3.23).

Grafik 3.20. Perkembangan FDR Perbankan Syariah di Jawa Barat

83.18

84.52

76.81

85.45 85.72

83.50

93.11 91.89

97.69

91.72 94.06

97.55 98.81

95.34

70

75

80

85

90

95

100

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2009 2010 2011 2012

%

Sumber: LBUS Bank Pelapor

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

54

Grafik 3.21. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di Jawa Barat

13.72 14.98

16.90 108.98

56.97

39.81

41.15

-

20

40

60

80

100

120

- 2 4 6 8

10 12 14 16 18 20

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2010 2011 2012

yoy (%)Triliun Rp Pembiayaan Pertumbuhan (RHS)

Sumber: LBUS Bank Pelapor

Grafik 3.22. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Jawa Barat

14.06 15.16

17.73

47.87

38.21

35.79

- 2 4 6 8

10 12 14 16 18 20

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2011 2012

yo Triliun Rp DPK Pertumbuhan (RHS)

Sumber: LBUS Bank Pelapor

Grafik 3.23. Perkembangan NPF Perbankan Syariah di Jawa Barat

4.01

3.13

4.80

3.87

3.30

2.64

1.93 2.24

2.28 2.68

2.89 2.64

2.50 2.35

1

2

3

4

5

6

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

2009 2010 2011 2012

%

Sumber: LBUS Bank Pelapor

1.3. Bank Perkreditan Rakyat Penyaluran kredit oleh BPR Jawa Barat pada triwulan IV-2012 mencapai Rp7.87 triliun atau tumbuh

melambat dari 14,91% menjadi 12,23% (Grafik 3.25). Pertumbuhan penghimpunan dana milik pihak

ketiga (DPK) tumbuh melambat dari 15,12% menjadi 12,84%. Sementara itu, aset BPR tumbuh

melambat 15,29% menjadi Rp12,07 triliun (Grafik 3.24).

Grafik 3.24. Perkembangan Aset BPR Jawa Barat

11.16

11.61

12.07

24.36

26.33

15.29

0

5

10

15

20

25

30

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

10.0

11.0

12.0

13.0

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III TW. IV

2010 2011 2012

%, yoyRp TriliunAset Pertumbuhan

Sumber: Laporan Statistik BPR

Grafik 3.25. Perkembangan DPK dan Kredit BPR Jawa Barat

12.44

15.12

12.84

14.91

12.2311.75

0

5

10

15

20

25

30

4.04.55.05.56.06.57.07.58.08.5

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III TW. IV

2010 2011 2012

%, yoyRp Triliun

DPK Pembiayaan Pertumbuhan DPK Pertumbuhan Pembiayaan

Sumber: Laporan Statistik BPR

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

55

Rasio Beban Operasional terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO) BPR

Jawa Barat pada triwulan IV-2012

sebesar 84,57% (Grafik 3.26). Sementara

itu, jumlah kantor BPR di Jawa Barat

sampai dengan Desember 2012 adalah

sebanyak 588 unit kantor cabang atau

bertambah 8 unit kantor cabang baru

selama triwulan IV-2012 (Tabel 3.2).

Grafik 3.26. Perkembangan BOPO BPR Jawa Barat

87.17

87.01

85.2584.81

85.56 85.51

83.84

84.80

85.8685.79

85.56

84.98

85.35

84.57

82

83

84

85

86

87

88

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III TW.IV

2009 2010 2010 2011 2012

%

Sumber: Laporan Statistik BPR

Tabel 3.2. Perkembangan Jumlah Kantor BPR Jawa Barat

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

Jumlah BPR 379 376 345 343 322 321 322 321 321 307Jumlah Kantor BPR 558 563 550 556 543 564 572 574 580 588

131 130 98 98 98 83 79 79 79 65

URAIAN

Jumlah PD BPR

2010 2011 2012

Sumber: Laporan Statistik BPR

Berdasarkan kecukupan modal, indikator CAR (Capital Adequacy Ratio) BPR Jawa Barat mengalami

sedikat peningkatan menjadi 20,36% (Tabel 3.3). Sementara itu, risiko kredit (Non Performing Loans)

BPR mencapai 6.36%.

Tabel 3.3. Perkembangan Indikator Kinerja BPR Jawa Barat

Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV22.12 21.43 22.10 20.76 20.29 20.45 20.86 19.80 19.92 20.36

LDR 74.47 73.43 75.63 79.43 80.29 76.04 77.58 79.21 77.53 74.11 85.56 85.51 83.84 84.80 85.86 85.79 85.56 84.98 85.35 84.57

8.13 7.28 7.14 7.13 7.08 6.46 6.62 6.33 6.61 6.36

2011 2012

CAR

NPL

URAIAN2010

BOPO

Sumber: Laporan Statistik BPR

2. ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN

2.1. Pengedaran Uang Kartal

2.1.1 Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)

Perkembangan aliran uang kartal di wilayah Jawa Barat pada triwulan IV-2012 masih mengalami

net inflow. Pada Triwulan IV-2012 jumlah aliran uang kartal yang masuk (inflow) ke Bank Indonesia

wilayah Jawa Barat lebih besar dibandingkan dengan aliran uang yang keluar (outflow) sehingga

secara keseluruhan mengalami net inflow sebesar Rp5,52 triliun. Net inflow yang terjadi pada periode

ini mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 40% (qtq). Demikian juga

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

56

bila dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya, net inflow pada triwulan IV-2012

mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 1,1% yoy).

Penurunan angka net inflow di triwulan IV-2012 ini terjadi karena adanya penurunan baik inflow

maupun outflow. Aliran uang yang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp16,68 triliun atau mengalami

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,68% (qtq). Demikian juga dengan outflow

tercatat mengalami penurunan dari sebesar Rp9,07 triliun pada triwulan III-2012 menjadi Rp8,91

triliun pada triwulan IV-2012 atau mengalami penurunan sebesar 1,80% (qtq).

Grafik 3.27. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal Di Jawa Barat

7.819.07

8.35

5.23 9.19

5.52

13.04

18.26

13.87

- 2 4 6 8

10 12 14 16 18 20

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

2010 2011 2012

(Rp

Trili

un)

Outflow Net Inflow Inflow

Sumber: Bank Indonesia

Setelah mengalami kenaikan yang cukup besar pada triwulan III-2012 karena adanya Hari Raya Idul

Fitri yang jatuh pada bulan Agustus 2012, aliran uang yang keluar (outflow) baik uang kertas maupun

logam yang keluar dari Bank Indonesia di Wilayah Jawa Barat mengalami penurunan baik dari sisi

nominal maupun jumlah bilyet. Secara nominal outflow uang kertas mengalami penurunan yaitu dari

Rp9,08 triliun pada triwulan III-2012 menjadi Rp8,35 triliun pada triwulan IV-2012 atau turun sebesar

8% (qtq). Demikian pula jumlah bilyet uang kertas yang keluar mengalami penurunan dari 299,15 juta

bilyet pada triwulan III-2012 menjadi 152,2 juta pada triwulan IV-2012 atau turun 49,12% (qtq).

Jumlah uang logam yang keluar secara nominal turun dari sebesar Rp18,48 miliar pada triwulan III-

2012 menjadi sebesar Rp2,7 miliar pada triwulan IV-2012, dari sisi volume outflow uang logam juga

mengalami penurunan yaitu dari 34,85 juta keping menjadi 6,75 juta keping.

Nominal pecahan yang paling banyak dibutuhkan masyarakat Jawa Barat pada triwulan IV-2012

adalah uang pecahan Rp50.000 (73,9 juta bilyet atau 48,55% dari total bilyet keluar) dan pecahan

Rp100.000 (44,15 juta bilyet atau 29% dari total bilyet keluar).

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

57

Grafik 3.28. Proporsi PTTB Berdasarkan Bilyet Pecahan Uang

29.99 24.80

2.76 0.40 0.62

20.64

20.51

14.13 36.07

54.56

76.73

85.47

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw.IV

Tw. I Tw. II Tw. III Tw.IV

2009 2010 2011 2012

Pecahan Besar (Rp50rb-Rp100rb)

Pecahan Sedang (Rp10rb-Rp20rb)

Pecahan Kecil (Rp1rb-Rp5rb)

Bilyet PTTB (%)

Sumber: Bank Indonesia

Tabel 3.4. Perkembangan Outflow Uang Kertas dan Uang Logam melalui Kantor Perwakilan BI

Wilayah VI

Nominal Bilyet/Keping Nominal Bilyet/Keping

(Rp Juta) (Juta) (Rp Juta) (Juta)

Uang Kertas100,000 4,589,985.00 45.90 4,415,056.60 44.15 -3.8%

50,000 3,376,304.65 67.53 3,695,050.35 73.90 9.4%20,000 320,140.40 16.01 110,590.98 5.53 -65.5%10,000 364,469.12 36.45 68,279.91 6.83 -81.3%

5,000 282,721.47 56.54 39,143.78 7.83 -86.2%2,000 143,665.85 71.83 19,910.30 9.96 -86.1%1,000 4,890.72 4.89 4,009.17 4.01 -18.0%

Total 9,082,177.21 299.15 8,352,041.09 152.20 -8.0%

Uang Logam1,000 10,669.05 10.67 830.49 0.83 -92.2%

500 6,280.00 12.56 1,505.93 3.01 -76.0%200 761.01 3.81 188.21 0.94 -75.3%100 756.19 7.56 169.59 1.70 -77.6%

50 12.84 0.26 13.59 0.27 5.8%25 - - 0.01 0.00 0.0%

Total 18,479.10 34.85 2,707.82 6.75 -85.3%

Jenis Pecahan

Tw. III-2012 Tw. IV-2012

Pertumbuhan (qtq)

Sumber: Bank Indonesia

2.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Bank Indonesia secara rutin melakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

terhadap uang tidak layak edar (UTLE) untuk kemudian dilakukan pemusnahan. Jumlah uang

yang dimusnahkan oleh Bank Indonesia di Wilayah Jawa Barat (KPw BI Wilayah VI, KPw BI Wilayah

Cirebon dan KPw BI Wilayah Tasikmalaya) pada triwulan IV-2012 mengalami kenaikan dari triwulan

sebelumnya yaitu dari 85,1 juta bilyet menjadi 181 juta bilyet.

Jenis pecahan yang paling banyak dimusnahkan pada periode laporan adalah jenis pecahan kecil

(Rp1.000 – Rp5.000) sebesar 63,3% dari keseluruhan bilyet yang dimusnahkan Bank Indonesia,

sementara jumlah uang dengan pecahan

sedang (Rp10.000 dan Rp20.000) sebesar

36,1% dan pecahan besar (Rp50.000 dan

Rp100.000) sebesar 0,62% dari total bilyet

yang dimusnahkan. Hal ini menunjukan

bahwa uang dengan pecahan kecil lebih cepat

rusak dibandingkan uang dengan pecahan

besar maupun sedang. Uang Tidak Layak Edar

(UTLE) yang telah dimusnahkan Bank

Indonesia akan digantikan dengan Uang

Layak Edar (ULE) yang siap digunakan untuk

kebutuhan transaksi masyarakat sebanyak

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

58

jumlah uang yang dimusnahkan. Sebagai upaya untuk memperpanjang umur uang, Bank Indonesia

memberikan sosialisasi mengenai cara memperlakukan uang dengan baik dan benar (3D- Didapat,

Disimpan, Disayang).

2.1.3. Uang Palsu

Selama triwulan IV-2012 tercatat sebanyak 10.302 lembar uang palsu yang ditemukan di

Wilayah Jawa Barat. Jumlah temuan tersebut mengalami penurunan sebesar 12,2% (qtq) bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 12.108 lembar. Secara nominal uang palsu

yang ditemukan juga turun dari Rp1,05 milyar pada triwulan III-2012 menjadi Rp865,02 juta pada

triwulan IV-2012 atau turun sebesar 17,4%(qtq).

Nominal pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan adalah uang pecahan besar yaitu yaitu

pecahan Rp100.000 sebanyak 7.116 lembar atau 69,07% dan pecahan Rp50.000 sebanyak 3.022

lembar atau 29,33% dari total bilyet uang palsu yang ditemukan.

Sebagai upaya untuk untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, Bank Indonesia terus

berupaya untuk meningkatkan security features uang yang dicetak dan terus memberikan sosialisasi

ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat serta iklan layanan masyarakat

mengenai 3D yaitu Dilihat, Diraba dan Diterawang.

2.2. Sistem Pembayaran Non Tunai

Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan non tunai masyarakat

melalui perbankan menggunakan sistem Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia.

2.2.1 Kliring lokal

Selama triwulan IV-2012 transaksi pembayaran non tunai melalui kliring1 di wilayah Jawa Barat

mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi nominal transaksi

kliring turun dari Rp42,85 triliun pada triwulan III-2012 menjadi Rp42,02 triliun pada triwulan IV-2012

atau mengalami penurunan sebesar 1,9% (qtq), namun demikian bila dibandingkan dengan periode

yang sama pada tahun 2011 masih tercatat mengalami kenaikan yaitu sebesar 11,3% (yoy).

Sedangkan dari sisi volumenya, jumlah lembar warkat kliring tercatat mengalami sedikit kenaikan yaitu

sebesar 1,1% (qtq), yaitu dari 1.518.882 lembar warkat kliring pada triwulan III-2012 menjadi

1.535.642 lembar warkat pada triwulan IV-2012, demikian juga bila dibandingkan triwulan IV-2011

juga mengalami kenaikan sebesar 6,1% (yoy).

1 Kliring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar-peserta kliring, dan perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

59

Tabel 3.5. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal di Jawa Barat

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV qtq yoyJawa Barat Nominal (Rp Triliun) 34.9 35.6 37.8 37.7 37.04 41.11 42.85 42.02 -1.9% 11.3%

Volume (Lembar) 1,421,771 1,478,064 1,480,705 1,447,060 1,441,314 1,541,815 1,518,882 1,535,642 1.1% 6.1%Bandung Nominal (Rp Triliun) 29.15 29.62 31.38 31.63 33.01 34.54 35.94 35.45 -1.4% 12.1%

Volume (Lembar) 1,167,898 1,218,176 1,211,860 1,191,947 1,243,930 1,265,649 1,243,376 1,275,448 2.6% 7.0%Tasikmalaya Nominal (Rp Triliun) 1.68 1.69 1.86 1.79 1.09 1.97 2.16 2.06 -4.7% 15.1%

Volume (Lembar) 79,089 81,763 89,459 80,134 73,349 90,683 94,077 85,645 -9.0% 6.9%Cirebon Nominal (Rp Triliun) 4.07 4.26 4.59 4.32 2.94 4.60 4.74 4.51 -4.9% 4.4%

Volume (Lembar) 174,784 178,125 179,386 174,979 124,035 185,483 181,429 174,549 -3.8% -0.2%

Wilayah KeteranganPertumbuhan2011 2012

Sumber: Bank Indonesia

2.2.2. Real Time Gross Settlement (RTGS)

Transaksi pembayaran non tunai melalui sarana BI-RTGS pada triwulan IV-2012 secara volume

mengalami kenaikan, namun secara nominal mengalami penurunan. Secara volume transaksi

RTGS pada triwulan IV-2012 tercatat mengalami kenaikan dari 242.181 transaksi pada triwulan III-

2012 menjadi 371.037 transaksi pada triwulan IV-2012 atau naik sebesar 53,21% (qtq). Demikian

juga bila dibandingkan periode yang sama pada tahun 2011 juga tercatat mengalami kenaikan

sebesar 7,38% (yoy). Dari sisi nominal, transaksi melalui RTGS justru mengalami penurunan sebesar

19,23% (qtq) yaitu dari Rp319,36 triliun pada triwulan III-2012 menjadi Rp257,96 triliun pada triwulan

IV-2012. Secara rata-rata bulanan, transaksi RTGS di masyarakat mencapai Rp85,99 triliun dan

123.679 transaksi.

Grafik 3.29. Perkembangan Transaksi BI-RTGS Di Jawa Barat Menurut Nominal

243.01

319.36

257.96

125

175

225

275

325

375

Tw. I Tw. II Tw.III

Tw.IV

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV

2010 2011 2012

Rp Triliun

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.30. Perkembangan Transaksi BI-RTGS Di Jawa Barat Menurut Volume

233,082 242,181

371,037

125

50,125

100,125

150,125

200,125

250,125

300,125

350,125

400,125

Tw. I Tw. II Tw.III

Tw.IV

Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV Tw.I Tw.II Tw.IIITw.IV

2010 2011 2012

Transaksi

Sumber: Bank Indonesia

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN

60

Halaman ini sengaja dikosongkan

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

61

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

62

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

63

Kinerja realisasi baik penerimaan maupun belanja APBD di Provinsi Jawa Barat pada periode

laporan tercatat mengalami perbaikan, adapun untuk penerimaan pemerintah pusat di Jawa

Barat juga menunjukkan peningkatan. Pos pendapatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat meningkat

dengan realisasi sebesar 110,5%. Penyebab lebih tingginya pendapatan adalah kuatnya konsumsi

kendaraan bermotor masyarakat sehingga pendapatan melalui pajak kendaraan bermotor lebih tinggi

dibandingkan proyeksi di awal tahun. Sementara itu, kinerja pemerintah daerah dalam belanja daerah

secara intensif di triwulan IV-2012 dapat merealisasikan 92,5% anggarannya.

1. Penerimaan Pemerintah Pusat di Jawa Barat Setelah mengalami kontraksi di periode lalu, pajak yang diterima oleh pemerintah pusat di Jawa Barat

naik sebesar 14,83% (yoy), yakni dari Rp3,47 triliun pada triwulan III-2012 menjadi Rp4,56 triliun pada

triwulan IV-2012. Kenaikan penerimaan pajak terjadi seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang

masih berada pada level cukup tinggi. Hal ini terlihat dari peningkatan yang cukup signifikan pada

penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang tumbuh 34% (yoy) mencapai Rp1,94 triliun.

Peningkatan upaya-upaya sosialisasi hak dan kewajiban wajib pajak yang dilakukan oleh Kanwil DJP

Jawa Barat pada tahun ini turut memberikan andil dari peningkatan pemasukan pemerintah pusat. Hal

ini terlihat dari peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) yang tumbuh 13% (yoy) mencapai

Rp2,24 triliun.

Tabel 4.1. Perkembangan Penerimaan Pajak Pemerintah Pusat

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

A. Pajak Penghasilan 1.418,41 1.736,00 2.321,88 1.990,84 1.688,62 N/A 1.905,63 2.244,61

B. PPN dan PPN BM 459,04 860,19 996,86 1.448,66 946,78 N/A 1.224,75 1.938,78

C. PL dan PIB 41,60 45,79 45,98 48,77 47,49 N/A 49,67 53,30

D. PBB dan BPTHB 28,38 121,59 402,01 486,13 61,90 N/A 287,49 327,05

Jumlah 1.947,43 2.763,58 3.766,73 3.974,40 2.744,79 - 3.467,55 4.563,74

Pertumbuhan (%, yoy) -3,97 8,50 15,95 14,22 40,94 -7,94 14,83

2012Jenis Pajak

2011

Sumber : DJP Kanwil Pajak I

Untuk pajak penghasilan, penerimaan pajak

terbesar adalah PPh pasal 21 yang sebesar

40%, sementara itu penerimaan pajak

penghasilan untuk badan hanya sebesar

10%. Adapun pajak final merupakan

sumber kedua terbesar mencapai 32%.

Grafik 4.1. Penerimaan Pajak PPh Pasal 21 Non Migas

Pasal 2140%

Pasal 224%

Pasal 22 Impor

4%Pasal 23

6%

Pasal 25/29 OP1%

Pasal 25/29 Badan10%

Pasal 263%

Final & FLN32%

Lainnya0%

Sumber : DJP Kanwil Pajak I

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

64

2. Realisasi APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2012

Berdasarkan angka sementara dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, realisasi belanja Pemerintah

Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 92,9% dari total APBD-P Jawa Barat tahun 2012 yang sebesar

Rp18,2 triliun (Tabel 4.2). Pencapaian tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya yang dapat mencapai 98,5% (tahun 2010) dan 99,2% (tahun 2011). Meskipun demikian,

secara nominal relalisasi belanja pada tahun 2012 adalah yang paling tinggi yaitu sebesar Rp16,9

triliun. Lebih besarnya volume APBD Jawa Barat tersebut karena ada penambahan pengelolaan dana

untuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari Pemerintah Pusat.

Sementara itu, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat menunjukkan kinerja yang

membaik yakni mencapai 110,6% dari alokasi APBD-P Jawa Barat 2012 yang sebesar Rp15,3 triliun

(Tabel 4.2). Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 104,6% dari

target APBD 2011 yang sebesar Rp8,4 triliun.

Tabel 4.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Provinsi Jawa Barat

APBD (Rp miliar)

% RealisasiAPBD

(Rp miliar)Realisasi

(Rp miliar)% Realisasi

I Pendapatan 8.424,71 104,59 15.280,67 4.970,62 110,55

1 Pendapatan Asli Daerah 6.316,40 105,28 8.737,12 2.185,85 114,43

2 Dana Perimbangan 2.096,14 102,20 2.326,94 723,65 121,74

3 Lain-lain PAD yang Sah 12,17 122,19 4.216,61 2.061,11 96,34

II Belanja 9.887,01 99,18 18.241,33 1.259,40 92,85

1 Belanja Operasi 6.931,58 99,27 13.494,93 1.192,77 93,62

2 Belanja Modal 765,27 96,03 1.307,25 66,63 86,82

3 Belanja tidak terduga 35,00 100,00 61,60 - 11,13

4 Belanja Transfer 2.155,16 100,00 3.377,55 - 93,60

III Pembiayaan 1.462,30 2.960,66 2.960,66

1 Penerimaan Daerah 1.500,00 -

2 Pengeluaran Daerah 37,70 42,53 42,53

3 SILPA - - 3.003,18 3.003,18

2011 2012

No. Uraian

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat

PENDAPATAN Besarnya realisasi penerimaan terutama disumbangkan oleh peningkatan pendapatan asli daerah dan

dana perimbangan. Berdasarkan komponennya, realisasi pajak daerah terbesar berasal dari pajak

kendaraan bermotor serta bea balik nama kendaraan bermotor. Hal ini juga tercermin dari data

Gaikindo yang menyatakan produksi kendaraan bermotor meningkat pada triwulan IV-2012.

Meningkatnya minat konsumsi kendaraan bermotor masyarakat juga diindikasikan dengan kenaikan

bea balik nama kendaraan bermotor yang merupakan salah satu komponen utama pajak daerah

tingkat provinsi.

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

65

Tabel 4.3. Realisasi Pendapatan dan Dana Perimbangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Realisasi (Rp Miliar)

% Realisasi

thd APBD

Realisasi (Rp Miliar)

% Realisasi thd APBD

I PAD 8.737,12 7.450,91 85,28 9.997,57 114,43

a. Pajak Daerah 8.090,52 6.777,27 83,77 9.149,21 113,09

b. Retribusi Daerah 58,27 38,96 66,86 57,33 98,39

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 233,64 232,21 99,39 232,65 99,57

d. Lain-lain PAD 354,69 402,48 113,47 558,38 157,43

II Dana Perimbangan 2.326,94 2.089,34 89,79 2.832,75 121,74

a. Bagi Hasil Pajak 1.008,63 762,04 75,55 1.514,43 150,15

b. Dana Alokasi Umum 1.269,96 1.058,30 83,33 1.269,96 100,00

c. Dana Alokasi Khusus 48,36 14,51 30,00 48,36 100,00

III Lain-lain Pendapatan 4.216,61 3.049,16 72,31 4.062,46 96,34

a. Bantuan Keuangan 31,67 11,01 34,76 31,95 100,88

b. Lain-lain Penerimaan 0,00 15,54 0,00

c. Dana Penyesuaian 4.184,95 3.022,61 72,23 4.030,51 96,31

15.280,68 12.589,41 82,39 16.892,78 110,55

APBD-P 2012 (Rp Miliar)

Triwulan III-2012 Triwulan IV-2012

Total Pendapatan

No. Uraian

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat

BELANJA Realisasi belanja pemerintah hingga triwulan IV-2012 khususnya belanja operasi lebih baik

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Besarnya realisasi belanja pada periode laporan

terutama didorong oleh peningkatan belanja hibah, yakni dari realisasi sebesar 40,2% pada triwulan

III-2012 menjadi 93,6% pada akhir tahun 2012. Sementara itu, realisasi belanja modal yang

diharapkan dapat meningkatkan kondisi infrastruktur hanya direalisasikan sebesar 86,8% dari target.

Tabel 4.4. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Realisasi (Rp Miliar)

% Realisasi thd APBD

Realisasi (Rp Miliar)

% Realisasi

thd APBD

1 Belanja Operasi 13.494,92 7.292,30 54,04 12.634,54 93,62

a. Belanja Pegawai 2.014,30 1.295,10 64,30 1.916,01 95,12

b. Belanja Barang 1.908,16 914,94 47,95 1.733,32 90,84

c. Belanja bunga - - - - -

d. Belanja Subsidi 5,00 - - - -

e. Belanja Hibah 6.480,64 3.619,45 55,85 6.153,07 94,95

f. Belanja Bantuan Sosial 17,41 - - 16,69 95,84

g. Belanja Bantuan Keuangan 3.069,41 1.482,31 48,29 2.815,46 91,73

2 Belanja Modal 1.307,25 515,99 39,47 1.134,97 86,82

3 Belanja Tidak Terduga 61,61 - - 6,86 11,13

4 Belanja Transfer 3.377,55 1.357,80 40,20 3.161,22 93,60

18.241,33 9.166,08 50,25 16.937,58 92,85

Triwulan III-2012 Triwulan IV-2012APBD-P

2012 (Rp Miliar)

No. Uraian

Total Belanja

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

66

BOKS 4.

APBD JAWA BARAT TAHUN 2013

Pada tanggal 17 Desember 2012 DPRD Provinsi Jawa Barat telah mengesahkan APBD Jawa Barat untuk

tahun 2013. Berdasarkan perda No.19/2012 mengenai APBD 2013 Provinsi Jawa Barat tersebut total

anggaran belanja adalah sebesar Rp17,52 triliun dengan target pendapatan sebesar Rp16,65 triliun. Jika

dibandingkan dengan APBD-P tahun 2012, maka untuk anggaran belanja terjadi penurunan sebesar 4%,

sementara untuk pendapatan terjadi peningkatan sebesar 9%.

APBD-P 2012 APBD 2013 Perubahan

PENDAPATAN DAERAHPAD 8.737.123 9.882.025 13%

Pajak Daerah 8.090.524 9.142.139 13%Retribusi Daerah 58.265 57.327 -2%Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 233.642 240.148 3%Lain lain 354.691 442.411 25%

DANA PERIMBANGAN 2.326.944 2.583.041 11%Dana bagi hasil 1.008.626 1.030.516 2%Dana alokasi umum 1.269.960 1.472.453 16%Dana Alokasi khusus 48.356 80.072 66%

LAIN LAIN 4.216.611 4.186.535 -1%Pendapatan Hibah 16.123 19.462 21%Dana penyesuaian dan OK 4.184.947 4.167.073 0%Dana Insentif Daerah 15.549 -100%

JUMLAH PENDAPATAN 15.280.678 16.651.601 9%

BELANJA DAERAHBELANJA TIDAK LANGSUNG 14.601.545 13.841.422 -5%

Belanja Pegawai 1.589.917 1.673.209 5%Belanja Subsidi 5.000 10.000 100%Belanja Hibah 6.480.640 5.350.065 -17%Belanja Bantuan Sosial 17.410 25.500.065 146368%Belanja bagi hasil 3.377.552 3.205.445 -5%Belanja bantuan keuangan 3.069.414 3.144.915 2%Belanja Tidak terduga 61.608 432.287 602%

BELANJA LANGSUNG 3.639.788 3.675.229 1%Belanja Pegawai 424.381 429.191 1%Belanja Barang dan Jasa 1.908.158 2.053.579 8%Belanja modal 1.307.248 1.192 -100%

JUMLAH BELANJA 18.241.333 17.516.652 -4%SURLPLUS/DEFISIT -2.960.655 -865.050

PEMBIAYAAN DAERAHPENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH

Silpa 3.003.184 989.950

PENGELUARAN PEMBIAYAANInvestasi Pemda 42.531 74.900 Dana Bergulir 50.000

URAIAN

Sumber : Pemerintah Provinsi Jawa Barat

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

67

BOKS 5.

ANALISIS RESILIENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DIKAITKAN DENGAN

PERAN DESENTRALISASI FISKAL

1. Perekonomian Jawa Barat relatif resilien terhadap dampak krisis ekonomi global

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sejak tahun 2000 mengalami tren kenaikan, dan pada tahun 2011

berada pada level yang tinggi, yakni sebesar 6,86%. Krisis ekonomi global memberikan imbas negatif

terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi dari 6,07% tahun 2008 menjadi 4,94% pada tahun

2009 kemudian kembali tumbuh tinggi pada tahun 2010, yakni sebesar 6,45%. Hal ini menunjukkan

relatif resiliennya perekonomian Jawa Barat terhadap krisis ekonomi global.

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat

6.29 7.01 8.18

4.15

-16.60

1.33

-7.77

3.46 3.78 4.72 5.31 5.72 6.02 6.29 6.074.61

6.45 6.86

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

% (yoy)LPE LPK-RT

2. Resiliensi pertumbuhan ekonomi Jawa Barat terutama disumbangkan oleh konsumsi rumah

tangga yang merupakan penyumbang utama PDRB Jawa Barat (pangsa konsumsi rumah tangga

36%). Konsumsi rumah tangga merupakan faktor endogenous dalam pertumbuhan ekonomi,

yakni dipengaruhi oleh komponen lain seperti investasi maupun konsumsi pemerintah sehingga

kenaikan dalam komponen pembentuk tersebut akan berdampak positif terhadap pertumbuhan

ekonomi.

Transmisi Resiliensi Pertumbuhan Ekonomi dalam Era Desentralisasi Fiskal

Desentralisasi Fiskal

Proyek pembangunan naik

Jumlah PNS naik

G atau belanja pegawai naik

I atau PMTB naik

Pendapatan naik C atau Konsumsi naik

Y naik

Persepsi investor & masyarakat baik

Permanent income hypothesis

Krisis ekonomi global Ekspor turun Pengalihan ke DN

Pembiayaan perbankan naik

Industri manufaktur naik

Struktur Demografi

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

68

3. Di samping itu, terdapat faktor lain yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga :

a. Struktur demografis penduduk Jawa Barat dan Banten. Berdasarkan sensus penduduk, jumlah penduduk usia produktif pada tahun 2010 meningkat dibandingkan tahun 1985. Penduduk pada usia produktif memiliki tingkat konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis usia lain sehingga menjadi penopang utama konsumsi rumah tangga.

Struktur Usia Penduduk Jawa Barat dan Banten

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000 Jml Penduduk (org)

Usia

1985

2005

2010

b. Berdasarkan teori permanent income hypothesis, bahwa konsumen cenderung

berbelanja dengan berdasarkan ekspektasi kondisi ekonomi ke depan. Dengan prospek ekonomi Jawa Barat yang cukup baik di masa mendatang dan pendapatan masyarakat diekspektasikan meningkat, maka pertumbuhan konsumsi rumah tangga relatif tinggi. Hal ini sebagaimana dikonfirmasi dengan hasil survei konsumen terkait indeks keyakinan dan kondisi ekonomi ke depan yang mengalami tren peningkatan.

Prompt Indicator Persepsi dalam Mempengaruhi Tingkat Konsumsi

98.4

101.3

101.7109.4

60

70

80

90

100

110

120

130

I II III IV I II III IV I II III III

2010 2011 2012

IKK IKE IEKindeks

OPTIMISPESIMIS

Keterangan : IKK (Indeks Keyakinan Konsumen), IKE (Indeks Kondisi Ekonomi saat ini), IEK (Indeks Ekspektasi Konsumen atas penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, serta kegiatan usaha)

c. Pangsa investasi/PMTB sejak tahun 2001 menurun pada level 11% hingga sekarang. Sementara itu, pertumbuhan investasi relatif stagnan dari tahun ke tahun. Namun demikian, berdasarkan komposisi investasi, pangsa investasi terbesar di Jawa Barat adalah dari PMA yakni mencapai 90%, sementara PMDN yang diantaranya adalah konsumsi pemerintah hanya sekitar 10%.

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

69

Pangsa dan Perkembangan Investasi / PMTB

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

Pangsa Pertumbuhan (yoy)

d. Pangsa konsumsi pemerintah sejak tahun 2001 menurun pada level 3% hingga

sekarang. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi pemerintah relatif stagnan dari tahun ke tahun.

Pangsa dan Perkembangan Konsumsi Pemerintah

-10

-5

0

5

10

15

20

Pangsa Pertumbuhan (yoy)

Dengan demikian desentralisasi fiskal yang diimplementasikan sejak tahun 2001 turut memberikan

andil dalam ketahanan perekonomian di Jawa Barat meskipun kontribusinya masih kecil.

BAB 4. KEUANGAN DAERAH

70

Halaman ini sengaja dikosongkan

Halaman ini sengaja dikosongkan

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

72

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

73

Kesejahteraan masyarakat di Jawa Barat dalam kondisi cukup baik seiring dengan pertumbuhan

ekonomi yang relatif tinggi dan terjaganya kinerja inflasi. Hal tersebut terutama dapat dilihat dari

semakin meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP) serta indeks penghasilan konsumen di Jawa Barat pada

triwulan IV ini meskipun penyerapan tenaga kerja diperkirakan tidak sebesar kinerja sebelumnya.

1. KETENAGAKERJAAN Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2012 ini berpengaruh juga pada penurunan

penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia, indeks ketersediaan

lapangan pekerjaan mengalami kenaikan yaitu dari 78,5 pada triwulan III-2012 menjadi 85,1 pada

triwulan IV-2012 (Grafik 5.1). Namun demikian indeks tersebut masih berada di bawah angka 100 yang

artinya masyarakat masih merasa pesimis terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan di Jawa Barat.

Sementara itu, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-2012 mengindikasikan penurunan

realisasi penggunaan tenaga kerja pada dunia usaha di Jawa Barat, dimana tercermin dari angka saldo

bersih tertimbang (SBT) realisasi penggunaan tenaga kerja pada triwulan IV-2012 yang sebesar -0.30

mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 7,32 (Grafik 5.2). Kondisi

tersebut terutama disebabkan oleh berlalunya faktor musiman bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang

menyebabkan produksi mengalami penurunan. Berdasarkan hasil SKDU triwulan IV-2012, ketiga sektor

utama di Jawa Barat mengalami penurunan jumlah tenaga kerja, terutama pada sektor PHR dan industri

pengolahan.

Grafik 5.1. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

75.0 78.5

85.1

25

50

75

100

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Indeks Ketersediaan lapangan kerja

indeks

Sumber: Survei Konsumen - KPwBI Wilayah VI

Grafik 5.2. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Jumlah Tenaga Kerja

(0.04)

5.47

1.13

(0.59)

(0.55)

(1.70)

4.78

2.28

-2.09

7.32

-0.30

(8.00)

(6.00)

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

SBT

Total Sektor Pertanian PHR Industri Pengolahan

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha - KPw BI Wilayah VI

2. KESEJAHTERAAN Kondisi kesejahteraan Jawa Barat pada triwulan IV-2012 semakin membaik dan berada pada tren

yang terus meningkat. Meningkatnya kesejahteraan tercermin dari meningkatnya indikator pendapatan.

Pendapatan masyarakat Jawa Barat meningkat sebagaimana diindikasikan oleh hasil Survei Konsumen di

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH

74

Kota Bandung yang menunjukkan angka indeks yang berada diatas 100, dimana masyarakat lebih optimis

dalam mempersepsikan kenaikan penghasilan pada triwulan IV-2012 (Grafik 5.3).

Membaiknya pendapatan juga tercermin dari dari angka NTP (Nilai Tukar Petani) yang meningkat dari

114,6 pada triwulan III-2012 menjadi 121,8 pada triwulan IV-2012. Hal ini didorong oleh indeks yang

diterima petani yang sebesar 162,53 lebih tinggi dari indeks yang dibayarkan yaitu sebesar 145,7 (Grafik

5.4). Hal ini mencerminkan bahwa kesejahteraan petani di Jawa Barat dalam kondisi yang cukup baik.

Grafik 5.3. Indeks Penghasilan

111.0

117.0114.6

121.8

75

100

125

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Indeks Penghasilan Konsumen

indeks

Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah VI

Grafik 5.4. Nilai Tukar Petani

107.87108.36

109.10

111.55

152.48 154.52157.56

162.53

141.35

142.60 144.42

145.7

100

110

120

130

140

150

160

170

80

90

100

110

120

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

NTP (LHS)Garis 100Indeks yang diterima petani (RHS)Indeks yang dibayar petani (RHS)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan sektornya, NTP mengalami kenaikan hampir di semua sub sektor terutama disumbangkan

oleh naiknya NTP kesejahteraan petani sub kelompok tanaman pangan & tanaman perkebunan rakyat.

NTP tanaman pangan naik dari 106,4 menjadi 110,5 dan NTP ranaman perkebunan rakyat naik dari 116,6

menjadi 118,2. NTP pada sub sektor hortikultura dan perikanan naik tipis dibandingkan periode

sebelumnya. Sedangkan sub sektor peternakan mengalami sedikit penurunan dari 98,7 menjadi 98,3.

Tabel 5.1. Nilai Tukar Petani per Sub Sektor di Jawa Barat (2007 = 100)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

1 Tanaman pangan 96.9 98.2 101.4 105.3 105.8 105.4 106.4 110.5

2 Hortikultura 112.5 112.0 111.7 115.3 115.1 117.4 118,1 118.3

3 Tanaman Perkebunan Rakyat 112.0 116.8 118.4 119.4 117.0 116.5 116.6 118.2

4 Perternakan 97.1 97.9 97.8 98.0 97.8 98.6 98.7 98.3

5 Perikanan 113.2 114.5 114.5 113.3 112.3 112.0 112.5 113.0

6 Gabungan/Provinsi 102.6 103.7 105.5 108.2 108.1 108.4 109.1 111.6

Sektor, Kelompok, & Subkelompok

No.2011 2012

Keterangan : Nilai NTP yang disajikan adalah NTP pada akhir periode Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

75

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

76

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

77

1. PROSPEK EKONOMI MAKRO

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat

diperkirakan meningkat dari 5,5% (yoy)

pada triwulan IV-2012 menjadi dalam

kisaran 6,0% – 6,5% pada triwulan I-

2013. Hal ini sebagaimana diindikasikan

dengan persepsi pengusaha dalam Survei

Kegiatan Dunia Usaha yang lebih optimis

dalam menyikapi kegiatan usaha pada

triwulan I-2013. Saldo Bersih Tertimbang

(SBT) Prakiraan Kegiatan Usaha meningkat

dari 19,5% menjadi 25,2% (Grafik 6.1).

Sejalan dengan geliat aktivitas perekonomian pada awal tahun 2013, maka kinerja subsektor

perdagangan diperkirakan meningkat sehingga kinerja sektor PHR akan tumbuh lebih tinggi.

Perekonomian ke depan diperkirakan membaik khususnya mengingat kondisi perekonomian global

terutama negara tujuan ekspor Jawa Barat yang membaik serta permintaan domestik yang masih kuat

sehingga meningkatkan kinerja industri pengolahan dan konsumsi domestik. Lembaga internasional

memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2013 akan meningkat. International

Monetary Fund (IMF) pada siaran pers bulan Oktober 2012 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi

dunia meningkat dari 3.3% pada tahun 2012 menjadi 3,6% pada tahun 2013 sementara itu

consensus forecast lembaga internasional dunia pada siaran pers bulan Desember 2012

memperkirakan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,12% menjadi 3,40%.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia tersebut terutama akan berasal dari perbaikan kinerja

ekonomi negara-negara Uni Eropa dan berkembang. Sementara laju pertumbuhan ekonomi Amerika

Serikat akan tertahan terutama dengan adanya risiko fiscal cliff.

Dengan prospek perkembangan ekonomi global yang cenderung positif, ekspor Jawa Barat

diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan I-2013. Hasil liaison kepada beberapa

perusahaan menunjukkan mulai datangnya pesanan ekspor. Pengusaha industri TPT menyebutkan

bahwa dengan strategi pengalihan penjualan kepada Timur Tengah dan Asia serta meningkatnya

pesanan produk TPT yang berasal dari negara maju maka ekspor cenderung lebih baik dibandingkan

sebelumnya.

Dari sisi permintaan domestik, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih tumbuh tinggi sehingga

mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I-2013. Konsumen memperkirakan

kondisi perekonomian dan penghasilan mereka akan mengalami kenaikan, dengan demikian rumah

tangga akan menambah keyakinannya untuk melakukan kegiatan konsumsi. Hal tersebut didasarkan

pada hasil Survei Konsumen, dimana masyarakat menilai bahwa kondisi ekonomi pada triwulan I-2013

akan mengalami peningkatan kinerja terutama karena bertambahnya penghasilan (Grafik 6.2. dan

6.3). Kenaikan UMK di Jawa Barat yang berkisar antara 5% - 20% turut mendorong ekspektasi

Grafik 6.1. Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha (Saldo Bersih Tertimbang)

19.5

25.2

-20

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

%Perkembangan Kegiatan Usaha Prakiraan Kegiatan Usaha

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) - KPw BI Wilayah VI

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

78

kenaikan penghasilan tenaga kerja sektor formal yang selanjutnya mengerek kenaikan upah para

tenaga kerja non formal.

Grafik 6.2. Ekspektasi Konsumen

80

85

90

95

100

105

110

115

120

60

65

70

75

80

85

90

95

100

I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013

Kondisi ekonomi aktual

Perkiraan kondisi ekonomi (sb. kanan)

Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah VI

Grafik 6.3. Ekspektasi Penghasilan

105

110

115

120

125

130

135

90

95

100

105

110

115

120

125

I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013

Tingkat Penghasilan

Ekspektasi Penghasilan (sb. kanan)

Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah VI

Adapun, investasi di Jawa Barat diperkirakan masih tumbuh tinggi sehingga mendorong pertumbuhan

sektor Bangunan/konstruksi meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Berdasarkan data Badan

Koordinasi Promosi Penanaman Modal Daerah (BKPPMD) Jawa Barat, minat perusahaan yang

dilaporkan pada triwulan IV-2012 akan melakukan investasi ke depan1 mencapai Rp1,47 triliun dengan

alokasi terbesar pada daerah Kab. Bekasi (Rp788 miliar), Karawang (Rp257 miliar) dan Kab. Bogor

(Rp251 miliar). Dengan adanya investasi tersebut diperkirakan tenaga kerja yang terserap mencapai

1.475 orang. Sebagian besar investasi pada subsektor industri Logam, Mesin, dan Elektronik (59,3%)

dengan penanam modal prospektif yang berasal dari Jepang, dengan nilai minat investasi sebesar

Rp611 miliar. Hal ini juga diindikasikan dengan hasil Survei Penjualan Eceran, indeks penjualan eceran

bahan konstruksi pada bulan Januari 2013 menunjukkan perbaikan (Grafik 6.4).

Grafik 6.4. Penjualan Eceran Bahan Konstruksi

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1

2011 2012 2013

Pertumbuhan (yoy)

Penjualan Eceran Bahan Konstruksi Pertumbuhan yoy (sb. Kanan)

Indeks

Sumber : Survei Penjualan Eceran – KPw BI Wilayah VI

Grafik 6.5. Perkiraan produksi padi

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

1.0

2.0

3.0

4.0

TwI TwII TwIIITwIV TwI TwII TwIIITwIV TwI TwII TwIIITwIVTwI*

2010 2011 2012 2013

%Juta Ton Produksi Padi

Pertumbuhan Produksi Padi (yoy, sb.kanan)

Pertumbuhan Sektor Pertanian (yoy, sb.kanan)

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, Proyeksi KPw BI Wilayah VI

1 Minat perusahaan PMA dan PMDN untuk melakukan investasi yang akan direalisasikan dalam jangka waktu maksimal 2 (dua) tahun.

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

79

Selain itu, kinerja sektor pertanian diperkirakan mengalami perbaikan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Produksi padi padi triwulan I-2013 diperkirakan naik dari 1,5 juta ton GKG pada triwulan

IV-2012 menjadi 3,0 juta ton karena mulai berlangsungnya panen di beberapa daerah (Grafik 6.5).

Dengan perkembangan tersebut, maka diperkirakan laju penurunan sektor pertanian akan membaik

dibandingkan sebelumnya, meski diperkirakan masih mengalami kontraksi.

2. PRAKIRAAN INFLASI

Laju inflasi Jawa Barat pada triwulan I-2013

diperkirakan meningkat dengan kecenderungan

berada pada kisaran proyeksi inflasi sekitar 4,1% ±

0,5%, dengan faktor penyebab antara lain gangguan

pada pasokan bahan makanan khususnya karena

terganggunya distribusi dan produksi tanaman

pangan akibat cuaca ekstrem pada periode tersebut.

Di sisi lain, terdapat risiko peningkatan laju inflasi

yang berasal dari kebijakan pemerintah menaikkan

biaya energi yakni tarif dasar listrik untuk industri,

gas LPG, maupun harga BBM bersubsidi serta dampak lanjutan dari kenaikan Upah Minimum yang

akseleratif terhadap perkembangan harga barang/jasa.

Dari sisi fundamental, inflasi inti diperkirakan sedikit meningkat akibat ekspektasi masyarakat terhadap

harga yang lebih pesimis serta adanya kenaikan pendapatan masyarakat setelah diberlakukannya UMK

yang baru. Namun demikian kenaikan laju inflasi inti tersebut dapat ditahan oleh respon sisi

penawaran yang masih baik dalam memenuhi tekanan dari sisi permintaan.

Sementara itu, dari sisi non fundamental, kebijakan pemerintah menaikkan tarif dasar listrik serta

belum jelasnya kebijakan mengenai BBM dapat meningkatkan tekanan inflasi. Dari sisi kelompok

bahan makanan (volatile foods), potensi tekanan inflasi diduga dapat berasal dari kenaikan harga beras

dan daging ayam ras akibat gangguan cuaca terhadap produksi komoditas tersebut. Meskipun

demikian, pada akhir triwulan tekanan inflasi pada sisi ini akan mengalami penurunan dapat menahan

kenaikan laju inflasi.

Tabel 6.1. Indeks Ekspektasi Produksi Bahan Makanan pada Triwulan IV-2013

2013

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV* Tw.I* Tw.IV-2012Ekspektasi Tw.I-

2013

1 Beras 100,00 99,85 92,41 96,35 104,17 100,65 83,73 88,02 -9,4% -8,6%

2 Daging ayam ras 100,00 116,19 131,69 117,13 140,40 147,02 140,03 136,07 6,3% 16,2%

3 Telur ayam ras 100,00 101,89 105,02 95,52 95,47 99,36 99,65 99,14 -5,1% 3,8%

4 Daging sapi 100,00 123,46 117,95 92,88 97,42 157,63 132,55 124,56 12,4% 34,1%

5 Cabe merah 100,00 105,55 104,76 103,45 104,49 169,67 171,11 172,64 63,3% 66,9%

6 Bawang merah 100,00 162,13 77,29 113,13 13,82 13,67 2,47 12,83 -96,8% -88,7%

7 Kangkung 100,00 127,53 85,27 92,68 98,50 101,48 100,39 73,51 17,7% -20,7%

8 Tomat sayur 100,00 53,33 43,58 43,53 57,03 56,38 150,23 149,80 244,7% 244,2%

9 Tahu mentah 100,00 121,58 113,20 132,43 121,46 91,72 90,31 90,44 -20,2% -31,7%

Pertumbuhan Produksi (%, yoy)2011

No. Uraian

2012

Sumber : Survei Stok Bahan Pangan - KPw BI Wilayah VI

Grafik 6.5. Leading Indikator Inflasi Jawa Barat

-2.5

-2

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Jan-

01Ap

r-01

Jul-0

1O

ct-0

1Ja

n-02

Apr-

02Ju

l-02

Oct

-02

Jan-

03Ap

r-03

Jul-0

3O

ct-0

3Ja

n-04

Apr-

04Ju

l-04

Oct

-04

Jan-

05Ap

r-05

Jul-0

5O

ct-0

5Ja

n-06

Apr-

06Ju

l-06

Oct

-06

Jan-

07Ap

r-07

Jul-0

7O

ct-0

7Ja

n-08

Apr-

08Ju

l-08

Oct

-08

Jan-

09Ap

r-09

Jul-0

9O

ct-0

9Ja

n-10

Apr-

10Ju

l-10

Oct

-10

Jan-

11Ap

r-11

Jul-1

1O

ct-1

1Ja

n-12

Apr-

12Ju

l-12

Oct

-12

Jan-

13

yoy (%)

Inflasi IHK LII

Sumber: Kantor Perwakilan BI Wilayah VI

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

80

LAMPIRAN

81

LAMPIRAN

LAMPIRAN

82

LAMPIRAN

83

1. Ekonomi Makro Tabel 1.A. Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan Menurut Sektor Ekonomi (Juta Rupiah)

I II III IV I II III IVPertanian 10,659,933 10,763,401 11,121,508 9,556,213 11,004,386 10,863,349 11,097,460 8,836,534 Pertambangan dan Penggalian 1,779,958 1,798,107 1,824,144 1,682,528 1,666,189 1,695,902 1,762,837 1,450,800 Industri Pengolahan 35,003,044 35,732,306 36,611,886 36,662,812 36,563,316 37,238,792 37,759,121 38,115,940 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,805,945 1,853,764 1,851,393 1,915,035 1,870,205 2,004,435 2,018,897 2,115,261 Bangunan/Konstruksi 3,149,456 3,333,069 3,413,063 3,587,129 3,463,381 3,713,437 3,918,047 4,222,969 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 17,502,881 18,495,181 19,308,756 20,463,419 20,101,849 20,609,695 21,696,895 22,115,300 Pengangkutan dan Komunikasi 4,258,490 4,332,534 4,473,089 4,581,031 4,580,207 4,840,945 5,128,410 5,213,831 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Peru 2,903,767 2,943,663 3,003,248 3,134,751 3,137,718 3,243,274 3,389,686 3,439,183 Jasa-jasa 5,996,468 5,870,671 5,896,571 5,842,030 5,925,103 6,431,336 6,470,477 6,700,239

PDRB 83,059,942 85,122,696 87,503,657 87,424,948 88,312,354 90,641,165 93,241,829 92,210,057 PDRB (Tanpa Minyak & Gas

Bumi)80,871,422 82,926,829 85,294,883 85,363,980 86,221,495 86,221,495 86,221,495 86,221,495

2012Lapangan Usaha

2011

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Tabel 1.B. Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan Menurut Jenis Penggunaan (Triliun Rupiah)

Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IVKonsumsi Rumahtangga 52,722,457 54,191,072 55,336,232 55,423,002 55,677,241 56,279,299 57,618,604 57,877,907 Konsumsi Pemerintah 3,544,601 4,325,940 5,123,419 7,005,986 3,778,829 5,248,989 5,070,686 5,904,360 PMTB 14,413,066 15,089,041 15,488,106 15,999,135 15,714,265 16,474,688 16,780,822 17,337,189 Per. Stok + Disk Stat. 1,914,554 3,402,218 (638,744) (1,067,550) 764,195 1,163,443 1,976,207 1,275,279 1. Perubahan Stok 3,054,350 3,627,936 3,226,091 2,806,512 3,985,883 4,203,831 4,100,428 3,545,289 2. Diskrepansi Statistik (1,139,796) (225,717) (3,864,835) (3,874,062) (3,221,688) (3,040,388) (2,124,221) (2,270,010) Ekspor 36,745,382 37,603,534 39,584,218 39,695,080 39,489,674 40,679,987 40,303,083 41,639,903 Impor 26,280,117 29,489,110 27,389,573 29,630,706 27,111,848 29,205,242 28,507,572 31,824,581

PDRB 83,059,942 85,122,696 87,503,657 87,424,948 88,312,354 90,641,165 93,241,829 92,210,057

Lapangan Usaha2011 2012

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

LAMPIRAN

84

2. Inflasi

Tabel.3.A. Perkembangan Inflasi IHK Tahun Dasar 2007 Bulanan (mtm) di Jawa Barat Menurut

Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Bulan Oktober 2012 (%)

Bd Bks Dpk Bgr Cn Skbm Tsm1 Bahan makanan -0,06 -1,24 -0,69 -0,07 0,23 0,43 -0,01 -0,61

2Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

1,59 -0,03 0,13 0,31 -0,08 0,45 -0,02 0,25

3Perumahan, air, listrik, gas danbahan bakar

0,11 0,03 -0,03 0,88 0,02 0,55 0,49 0,19

4 Sandang 0,07 0,12 0,37 0,51 0,39 0,82 0,64 0,245 Kesehatan 0,10 0,73 0,14 0,19 0,00 0,68 0,08 0,17

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

0,00 0,13 -0,04 0,00 0,02 -0,02 -0,02 0,00

7Transpor, komunikasi dan jasakeuangan

0,06 0,09 0,09 0,03 0,20 0,01 0,12 0,17

0,34 -0,29 -0,14 0,27 0,09 0,42 0,00 -0,02Umum

No. KelompokKota

Gab.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Keterangan: Bd= Bandung, Bks=Bekasi, Dpk=Depok, Bgr=Bogor, Cn=Cirebon, Skbm=Sukabumi, Ts=Tasikmalaya Tabel.3.B. Perkembangan Inflasi IHK Tahun Dasar 2007 Bulanan (mtm) di Jawa Barat Menurut

Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Bulan November 2012 (%)

Bd Bks Dpk Bgr Cn Skbm Tsm1 Bahan makanan -0,37 -0,55 -0,02 -0,01 -0,05 -0,29 -0,56 -0,61

2Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

-0,01 0,04 0,28 -0,09 0,07 0,47 0,05 0,25

3Perumahan, air, listrik, gas danbahan bakar

0,08 0,00 0,08 -0,04 0,57 0,68 0,01 0,19

4 Sandang -0,13 0,11 0,45 -0,22 -0,24 0,04 0,06 0,245 Kesehatan 0,05 0,72 0,10 -0,22 0,00 0,02 0,57 0,17

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

0,01 0,00 0,09 0,00 0,10 0,07 0,02 0,00

7Transpor, komunikasi dan jasakeuangan

-0,19 -0,04 -0,11 -0,11 -0,07 0,19 -0,06 0,17

-0,10 -0,12 0,08 -0,06 0,12 0,19 -0,10 -0,02

KotaGab.

Umum

No. Kelompok

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Keterangan: Bd= Bandung, Bks=Bekasi, Dpk=Depok, Bgr=Bogor, Cn=Cirebon, Skbm=Sukabumi, Ts=Tasikmalaya

LAMPIRAN

85

Tabel.3.C. Perkembangan Inflasi IHK Tahun Dasar 2007 Bulanan (mtm) di Jawa Barat Menurut

Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Bulan Desember 2012 (%)

Bd Bks Dpk Bgr Cn Skbm Tsm1 Bahan makanan 0,76 1,81 0,35 0,46 0,84 0,57 0,83 -0,61

2Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

0,04 0,03 1,61 0,02 -0,05 -0,03 0,03 0,25

3Perumahan, air, listrik, gas danbahan bakar

0,06 0,03 0,09 0,08 0,18 0,16 0,06 0,19

4 Sandang -0,09 0,24 0,03 0,02 0,00 0,05 0,05 0,245 Kesehatan -0,02 0,43 0,04 0,03 0,00 0,01 0,08 0,17

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

0,00 -0,02 0,00 0,00 0,02 -0,02 0,00 0,00

7Transpor, komunikasi dan jasakeuangan

-0,03 -0,11 -0,02 -0,08 -0,01 0,00 0,01 0,17

0,19 0,52 0,40 0,16 0,24 0,20 0,22 -0,02

KotaGab.

Umum

No. Kelompok

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Keterangan: Bd= Bandung, Bks=Bekasi, Dpk=Depok, Bgr=Bogor, Cn=Cirebon, Skbm=Sukabumi, Ts=Tasikmalaya Tabel 3.D. Perkembangan Inflasi IHK Tahun Dasar 2007 Triwulanan (qtq) di Jawa Barat Menurut

Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Triwulan IV-2012 (%)

Bd Bks Dpk Bgr Cn Skbm Tsm1 Bahan makanan 0,32 -0,01 -0,36 0,37 1,02 0,70 0,26 0,09

2Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

1,61 0,03 2,03 0,24 -0,06 0,89 0,06 0,99

3Perumahan, air, listrik, gas danbahan bakar

0,25 0,05 0,14 0,92 0,77 1,40 0,56 0,30

4 Sandang -0,15 0,47 0,85 0,30 0,15 0,91 0,75 0,375 Kesehatan 0,13 1,90 0,28 0,25 0,00 0,70 0,73 0,71

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

0,01 0,12 0,05 0,00 0,13 0,03 0,00 0,06

7Transpor, komunikasi dan jasakeuangan

-0,17 -0,06 -0,05 -0,16 0,12 0,20 0,07 -0,08

0,43 0,11 0,43 0,37 0,45 0,81 0,30 0,32Umum

No. KelompokKota

Gab.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

Tabel 3.E. Perkembangan Inflasi IHK Tahun Dasar 2007 Tahunan (yoy) di Jawa Barat Menurut

Kota dan Kelompok Barang dan Jasa Triwulan IV-2012 (%)

Bd Bks Dpk Bgr Cn Skbm Tsm1 Bahan makanan 6,54 4,79 5,53 4,59 4,17 4,63 8,17 5,42

2Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

7,76 2,71 10,44 4,80 2,53 4,04 2,05 6,07

3Perumahan, air, listrik, gas danbahan bakar

1,53 3,28 2,54 2,46 1,46 4,64 3,44 2,47

4 Sandang 0,70 5,21 3,91 1,92 0,10 3,44 2,69 2,955 Kesehatan 1,13 6,68 1,07 2,33 6,59 6,56 2,74 3,20

6Pendidikan, rekreasi danolahraga

5,83 3,88 0,59 13,90 17,30 2,76 4,83 5,02

7Transpor, komunikasi dan jasakeuangan

0,63 0,96 0,12 0,46 0,49 1,13 0,82 0,59

4,02 3,46 4,11 4,06 3,36 3,97 3,87 3,86Umum

No. KelompokKota

Gab.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat.

LAMPIRAN

86

Halaman ini sengaja dikosongkan

DAFTAR ISTILAH

89

DAFTAR ISTILAH

Administered price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Faktor Fundamental

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Non Fundamental

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price)

Imported inflation Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal)

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1–100.

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1–100.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1–100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

DAFTAR ISTILAH

90

kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun” dan mengabaikan jawaban “sama”.

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.

Sektor ekonomi dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

West Texas Intermediate

Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.