prosiding tpt xx perhapi 2011

726
 PERHIMPUNAN AHLI PERT AMBANGAN INDONESIA ASSOCIA TION OF INDONESIAN MINING PROFESSIONALS 2011 “Pengelolaan Sumberdaya Mineral dan Batubara untuk Kemakmuran Rakyat” TEMU PROFESI TAHUNAN (TPT) XX PERHAPI 2011 LOMBOK - NUSA TENGGARA BARAT 10-11 OKTOBER 2011 PROSIDING ISBN : 978-979-8826-20-7

Upload: valerie-ggmu-luhg

Post on 11-Jul-2015

4.106 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

ISBN : 978-979-8826-20-7

PERHIMPUNAN AHLI PERTAMBANGAN INDONESIA ASSOCIATION OF INDONESIAN MINING PROFESSIONALS

PROSIDINGTEMU PROFESI TAHUNAN (TPT) XX PERHAPI 2011 LOMBOK - NUSA TENGGARA BARAT 10-11 OKTOBER 2011 Pengelolaan Sumberdaya Mineral dan Batubara untuk Kemakmuran Rakyat

2011

PROSIDING TPT XX PERHAPI 2011 KATA PENGANTAR

Salam PERHAPI, Sumberdaya mineral dan batubara merupakan salah satu modal bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasional. Pelaksanaannya adalah melalui transformasi potensi sumberdaya mineral menjadi modal riil ekonomi dan seterusnya menjadi modal sosial untuk mencapai kemakmuran rakyat. Hal tersebut sesuai dengan amanat yang dipesankan dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 dimana Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Saat ini pemerintah Republik Indonesia sedang menyusun Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 yang diantaranya ditunjang oleh konsep wilayah koridor perekonomian. Dari 6 koridor ekonomi yang sedang disiapkan paling tidak tiga koridor terkait langsung dengan peran pertambangan mineral dan batubara, yaitu Sumatra (lumbung energi nasional), Kalimantan (pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional) serta Papua-Maluku. Sebagaimana diketahui bahwa tahun 2011 ini dibuka dengan harga komoditas tambang yang tinggi. Tingginya harga komoditas tambang dapat disebabkan oleh terganggunya pasokan ataupun perubahan kondisi perekonomian dunia. Harga tersebut tidak akan selamanya berada pada tingkat yang tinggi, namun berfluktuasi mengikuti kondisi-kondisi yang mempengaruhi harga jual produk. Bagi pemangku kepentingan, harga komoditas tambang akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan pertambangan. Dari sisi pelaku industri pertambangan, harga komoditas termasuk juga biaya pengusahaannya akan menentukan strategi operasi mulai dari eksplorasi, penambangan, dan pengolahan sehingga pengusahaan sumberdaya mineral dan batubara akan memberikan keuntungan sesuai keinginan pemilik perusahaan. Sedangkan dari sisi pemerintah selaku pemegang amanah rakyat Indonesia dalam mengelola sumberdaya mineral dan batubara, pertimbangan harga komoditas akan menentukan target pendapatan negara dan kebijakan-kebijakan dalam mengelola sumberdaya mineral dan batubara. Terdapat berbagai aspek yang mempengaruhi dinamika dalam pengelolaan dan pengusahaan sumberdaya mineral dan batubara. Selain aspek harga komoditas tambang yang telah dijelaskan di atas, aspek lain yang dapat mempengaruhi keberlangsungan aktivitas pertambangan antara lain adalah aspek regulasi dan kebijakan pemerintah, baik pusat maupun daerah, serta implementasinya, aspek sosial ekonomi dan budaya, teknologi, dan pengawasan. Sehubungan dengan hal itu, dalam rangka menunjang program percepatan pembangunan dan perluasan pembangunan ekonomi, khususnya di bidang pertambangan, diharapkan seluruh pemangku kepentingan bidang pertambangan dapat berperanserta secara aktif untuk menyelaraskan berbagai aspek dalam pengelolaan sumberdaya tersebut sehingga pengusahaan sumberdaya mineral dan batubara dapat dilaksanakan secara efektif, berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing untuk mewujudkan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

i

PROSIDING TPT XX PERHAPI 2011Demi mewujudkan cita-cita bersama ini PERHAPI mengambil tema Pengelolaan Sumberdaya Mineral dan Batubara untuk Kemakmuran Rakyat yang diketengahkan dalam Temu Profesi Tahunan (TPT) XX PERHAPI 2011 di Lombok Nusa Tenggara Barat, 10 - 11 Oktober 2011. Selain sebagai wahana tukar pikiran atau untuk memperkaya wawasan, antar anggota PERHAPI maupun dengan pihak-pihak terkait, diharapkan Pertambangan Berkelanjutan akan terwujud. Dalam Acara ini, 66 Makalah terpilih untuk dipresentasikan oleh anggota PERHAPI ataupun dari pakar-pakar terkait. Dalam Prosiding ini yang berisi 70 Makalah yang dibagi menjadi Kelompok Kebijakan, Kelompok Eksplorasi, kelompok Operasi Penambangan, Kelompok Geoteknik Tambang, Kelompok Pengolahan Bahan Galian, Kelompok Lingkungan dan Kelompok Student Paper Contest. Diharapkan Prosiding ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan, Khususnya untuk perihal Pengembangan Proses Teknologi dan Profesionalisme Menuju Keberlanjutan Pertambangan di Indonesia. Dalam kesempatan yang berbahagia ini pula, segenap Pengurus PERHAPI ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara TPT XX PERHAPI 2011. Demikian pula bagi yang telah mendukung terwujudnya prosiding ini.

Jakarta, Oktober 2011

Prof. Dr. Ir. IrwandyArif, DEA.,M.Sc Ketua Umum PERHAPI

ii

PROSIDING TPT XX PERHAPI 2011 DAFTAR ISIKata Pengantar Daftar Isi KELOMPOK I : EKSPLORASI 1. Ore Reconciliation at Petea Nickel Laterite Deposit, Agus Superiadi, Mylar Mukti and Abdul Rauf, Mines and Exploration Department, PT. International Nickel Indonesia, Tbk. Sorowako Optimasi Spasi Pemboran Eksplorasi Pada Endapan Batubara Dengan Pendekatan Geostatistik, Studi Kasus Batubara Formasi Warukin Kalimantan Selatan, Mohamad Nur Heriawan1, Rudy Hendrawan Noor2, dan Syafrizal1,1Kelompok Keahlian Eksplorasi Sumberdaya Bumi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB, 2Program Studi Magister Rekayasa Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB Keprospekan Dan Kelayakan Kawasan Pertambangan Untuk Bahan Galian Golongan C Kecamatan Narmada Dan Lingsar Kabupaten Lombok Barat, Dwi Winarti, I Gde Dharma Atmaja, Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram Kajian Karakteristik Maseral Pada Lapisan Batubara Formasi Warukin, Kalimantan Selatan (Studi di PT. Adaro Indonesia), Edy Nursanto1), Hendra Amijaya2), Arifudin Idrus3),Subagyo Pramumijoyo4), Dwin Deswantoro5),1) Mahasiswa program Doktor, Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, 2), 3), 4) Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, 5)PT. Adaro Indonesia Pemanfaatan Andesit Di Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta Sebagai Bahan Bangunan, Priyo Widodo, Tedy Agung Cahyadi, Staf Pengajar, Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral,UPN Veteran Yogyakarta Eksplorasi Bijih Emas Plaser Di Daerah Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara, Waterman Sulistyana, Magister Teknik Pertambangan, UPN Veteran Jogjakarta Eksplorasi Pendahuluan Tentang Keterdapatan Wolframite Sebagai Logam Langka Di Daerah Alitupu Kabupaten Poso - Sulawesi Tengah, Sofyan Rachman, Ahmad fauji, Teknik Geologi, Universitas Trisakti 1 i iii

2.

11

3.

21

4.

32

5.

42

6.

51

7.

60

iii

PROSIDING TPT XX PERHAPI 20118. Aplikasi Mikrothermometri Dalam Eksplorasi Endapan Epithermal, Syafrizal, M. Nur Heriawan, Teti Indriati, Kelompok Keahlian Eksplorasi Sumber Daya Bumi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung Mathematical Model Untuk Estimasi Bahan Tambang, Nur Ali Amri, TeknikPertambangan FTM UPN Veteran Yogyakarta

69

9.

79

10. Karakteristik Akuifer Di Tamiang Layang, Barito Timur, Kalimantan Tengah, Hasywir Thaib S; Barlian Dwinagara; R Hariyanto; Aldin Ardian, Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakartal KELOMPOK II : OPERASI PENAMBANGAN 11. Optimasi Lubang Bukaan Tambang Untuk Memaksimalkan Nilai Cadangan Batubara, Studi Kasus PIT 8, Tambang Senakin, PT Arutmin Indonesia, Umar Hadi, Evans Rahadian, PT. Arutmin Indonesia 12. Optimasi Desain Lubang Bukaan Tambang untuk Kondisi Lapisan Batubaraterjal Dan Interburden Tebal (Studi Kasus : Tambang Asamasam, PT Arutmin Indonesia), Kresno Adiprasetyo, Mineral Resource Department, PT Arutmin Indonesia 13. Penambangan Pasir Besi Dengan Menggunakan Alat Bucketwhell Dredges Dan Pengolahan Hingga Menjadi Bahan Baku Selanjutnya Di Wilayah Pesisir Pantai Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu, Ardi Setiawan, ST, Achmed Arrofah, ST, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu 14. Knowledge Management Bagi Sistem Informasi Process Plant Plant Dan Mining di Wilayah Operasi Tambang PT. INCO, Tbk Sorowako, Radios Hendrartijanto, Ricky Nelson, Syamsi Buang, PT. International Nickel Indonesia, Tbk (INCO), Sorowako, South Sulawesi. 15. Penerapan RCM (Reliability Centered Maintenance) Analysis Sebagai Sarana Pemetaan Karakteristik Kegagalan Unit Pada Hitachi Euclid EH4500 di KPC Site, Adhen Bagussa Utomo, (Mechanical Engineer & RCM Analysis Facilitator Mining Support Division), PT. Kaltim Prima Coal 16. Analisa Faktor-Faktor Produktivitas Alat Muat Dalam Upaya Penentuan Strategi Peningkatanproduktivitas Liebher R996B PT KPC Sangatta, Kalimantan Timur, Agus Soleh Renggana, Mining Operation Division, PT Kaltim Prima Coal

86

95

102

111

117

128

136

iv

PROSIDING TPT XX PERHAPI 201117. Selective Mining dalam Upaya Peningkatan Coal Recovery pada Seam Tipis dan Berparting Studi Kasus Penambangan Divisi Mining PT Kaltim Prima Coal, Armis Haroen, Technical Coal Mining Dept - PT Kaltim Prima Coal 18. Penghematan Bahan Bakar Melalui Upaya Pengoperasian Tambang Yang Efektif Di PT. Kaltim Prima Coal, Didik Mardiono, PT. Kaltim Prima Coal 19. Aplikasi Ultrasonic Test (UT) Sebagai Predictive KeretakanAkibat Dynamic Load Pada CAT789B/785/T282B/EH4500 Truck di KPC Site, Jumaidi Holmes Simatupang, Asst. Condition Monitoring FAR & NDT Specialist Mining Support Division, PT. Kaltim Prima Coal 20. Mewujudkan Manajemen Topsoil Yang Terintegrasi Di Mining Operation Division PT Kaltim Prima Coal, Reza Prasetya, PIT J Departemen - PT Kaltim Prima Coal 21. Implementasi Fleet Monitoring System Dalam Meningkatkan Pencapaian Produksi Di Mining Operation Division (MOD). PT. KPC, Shauman Shaladin, Supt. Mine Control and Dispatch - Mine Optimisation Dept PT.Kaltim Prima Coal 22. Pengaturan Operator Pada Awal Shift Kerja di PT Newmont Nusa Tenggara Dengan Menggunakan ABCD LineUp System, Arif Rahman Ahmad, Arif Johar Pratama, Mine Productivity Performance Department PT Newmont Nusa Tenggara 23. PT. Newmont Nusa Tenggara Mine Operation Reporting System (MORS), Reza Ardhianto, Joko Purnomo, Mine Operation Fleet Management System, PT. Newmont Nusa Tenggara 24. Studi Aliran Gas Pada Peristiwa Kebakaran di dalam Terowongan Dengan Percobaan Skala Kecil di Laboratorium, Ramdana, Nuhindro Priagung Widodo, Rogate S.T. Saragih, KK Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung 25. Analisis Koefisien Tahanan Gulir Alat Angkut Dump Truck Pada Jalan Angkut Di Kuari Batugamping, Yudhidya Wicaksana, Nuhindro P. Widodo, Suseno Kramadibrata, Ridho K. Wattimena, Fajar Ismail, Batara Naenggolan, Laboratorium Geomekanika dan Peralatan Tambang, FTTM ITB 26. Kontrol Vibrasi dan Air Blast di Pit J Panel 4, Pangihutan Siboro, Mining Services, PT Kaltim Prima Coal, Sangatta, Indonesia 145

155

168

175

186

197

202

211

220

227

v

PROSIDING TPT XX PERHAPI 201127. Trial Metoda Coal Decking Blasting Technique di Pit Bendili Panel 7, PT. Kaltim Prima Coal, Kiagus Nirwan dan Untung Pramana, Drill and Blast Section PT. Kaltim Prima Coal 28. Penerapan Disain Trim Shoot dalam Cookbook di PT Newmont Nusa Tenggara, Andriko Satria, HazqilArafi, PT Newmont Nusa Tenggara 29. Applications Of Fibre-Reinforced Shotcrete (Fibrecrete) Support At Sill Drift (Production Stope) In Pongkor Underground Gold Mine PT.Antam (Persero),Tbk, Yosep Purnama, Agus Sudharto, Rustaman, Catur Budiyanto, Bayu Wibisana, Pongkor - Gold Mining Business Unit, PT.Antam (Persero) Tbk KELOMPOK III : EKONOMI MINERAL 30. Kajian Ekonomi Pencucian Batubara Dalam Kaitannya Dengan Konservasi Cadangan Batubara (Studi Kasus : Tambang Mereh, PT Arutmin Indonesia), Riandi Rachmawan, PT Arutmin Indonesia 31. Metode Pembiayaan Yang Paling Ekonomis, Debt or Leasing? Studi Kasus: Pembelian Coal Truck Komatsu HD785 di PT. Kaltim Prima Coal, Cory Manurung, Business Analysis, PT Kaltim Prima Coal, Sangatta, Indonesia 32. Evaluasi Keekonomian Pembuatan Alternatif Coal Road dalam upaya Optimalisasi Cycle Time Studi Kasus Pembuatan Haul Road di ex-Surya Dump, Ignatius Dwi Sulestiowidagdo, Technical Coal Mining Department PT. Kaltim Prima Coal 33. Analisis Kelayakan Ekonomi Rencana Penambangan Bijih Mangan Di Daerah Karangsari Kabupaten Kulonprogo DIY, Anton Sudiyanto, Priyo Widodo, Teddy Agung Cahyadi, Pratiwi, Program Studi Teknik Pertambangan FTM UPN Veteran Yogyakarta KELOMPOK IV : KEBIJAKAN 34. Pengalaman Sukses Relokasi Kampung Batuharang, Pit 3 Ata, Tambang Batulicin, Kalimantan Selatan, Dedi Heriyanto, Muhammad Muchtar Arifin, PT. Arutmin Indonesia 35. Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Masyarakat Dengan Indikator Terukur, Sudirman Widhy H, PT. Arutmin Indonesia 302 262 236

244

252

272

280

289

312

vi

PROSIDING TPT XX PERHAPI 201136. Hak Dan Kewajiban Usaha Pertambangan Berdasarkan Undang-Undang No.4 Tahun 2009, Tentang Mineral & Batubara, Ir. Amirrusdi, M.Si, Pusdiklat Ketenagalistrikan Energi Baru Terbarukan & KE 37. IUP Existing, Buana Sjahboeddin, SH, MH, Ditjen Minerba, Kementerian ESDM 38. Pengintegrasian Corporate Social Responsibility (CSR) ke dalam Proses Bisnis: Best Practice Penerapan CSR di Industri Pertambangan melalui Manajemen dan Pengembangan Kontraktor Lokal, Anton Sudarisman, PT International Nickel Indonesia Tbk, Sulawesi Selatan 39. Pendekatan Compass Index Sustainability Untuk Mengukur Keberhasilan Pembangunan Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya Mineral: Studi Kasus Kabupaten Luwu Timur, Aryo P Wibowo1), Fadhila A Rosyid1), Rini N Sutardjo Tui2),1). Program Studi Teknik Pertambangan ITB, 2). Alumni Program Magister Rekayasa Pertambangan, Bidang Khusus Manajemen dan Ekonomi Mineral ITB 40. Penerapan Konsep Eksplorasi, Sumberdaya dan Cadangan Dalam Konservasi Sumberdaya Bahan Galian, Syafrizal, Kelompok Keahlian Eksplorasi Sumber Daya Bumi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung 41. Penggabungan Pit Hanoman PT Arutmin Indonesia dengan PT Wahana Baratama Mining, Keuntungan dan Tantangannya, Lutfi Qolbirokhim, PT Arutmin Indonesia 42. Desa Mandiri Kendaraan menuju Kemandirian Desa yang menjadi bagian skenario Tutup Tambang di bidang Sosial dan Ekonomi PT Kaltim Prima Coal, Nurul Karim dan Denny Pratama, PT Kaltim Prima Coal 43. Sistem Manajemen Umpan Balik Masyarakat Studi kasus Penanganan Keluhan Sosial & Lingkungan Community Feedback Management System Case Studies Social & Environmental Handling PT Kaltim Prima Coal, Wawan Setiawan, Supt. Community Support PT Kaltim Prima Coal 44. Manfaat Sosial Kegiatan Pertambangan Batubara PT.Bukit Asam, (Persero) Tbk, Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Restu Juniah*), Rinaldi Dalimi**), M. Suparmoko***), Setyo S Moersidik****),**) Pengajar Teknik Elektro dan Guru Besar FT Universitas Indonesia,***) Program Studi Ilmu Lingkungan UI dan Guru Besar FE Universitas Budi Luhur,****) pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan dan Teknik Lingkungan FT UI 325

344

354

366

376

386

405

418

432

vii

PROSIDING TPT XX PERHAPI 2011

45. Studi Model Pengelolaan Pertambangan Mineral Rakyat Dalam Upaya Mengurangi Dampak Lingkungan Dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, Sekar Mayangsari1, Pancanita Novi Hartami1, Nurhardono2, Nurudin Diding Somantri3, 1Universitas Trisakti; 2Kementerian ESDM; 3Distam Propinsi NTB KELOMPOK V : GEOTEKNIK TAMBANG 46. Kajian Geoteknik Untuk Penanganan Kelongsoran di Low Wall Pit T1 Site Sambarata, PT. Berau Coal, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, David Ontosari, Sindu Umboro1) dan Wandi2), 1)Geotechnical and Hydrological 2) Engineer PT Berau Coal, SMO Superintendent PT Berau Coal 47. Kajian Geoteknik Untuk Prosedur Dumping di Area Disposal PT. Berau Coal, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur , Lukman Hakim 1) dan Welly Turupadang2) ,1) Geotechnical and Hydrological Engineer PT Berau Coal, 2) Geotechnical and Hydrological Superintendent PT Berau Coal 48. Pengaruh Kegempaan Terhadap Performance Stabilitas Lereng Tambang Terbuka 1 1 Batu Hijau PT Newmont Nusa Tenggara, Azwar Satriawan , Fransiscus Cahya , Hemiel Lelono1, I.B. Donni Viriyatha1, Yan Adriansyah1, 1Geotechnical & Hydrogeological Group Mine Technical Services, PT. Newmont Nusa Tenggara 49. Tamrock Cabolter Drilling Dan Grouting Pada Tambang Bawah Tanah Big Gossan Mine PT. Freeport Indonesia, Operasi Pemasangan, Pelapisan Dan Pengencangan Cabolter Drilling, Eka Kartamiharja, PT. Freeport Indonesia 50. Tamrock Cabolter Drilling Dan Grouting Pada Tambang Bawah Tanah Big Gossan Mine PT. Freeport Indonesia, Pengembangan Element System Grouting Menggunakan Cablebolt Pada Tambang Bawah Tanah, Eka Kartamiharja, PT. Freeport Indonesia 51. Aplikasi Probabilistik Untuk Analisis Kestabilan Lereng Tunggal (Studi Kasus Di PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. Tanjung Enim, Sumatera Selatan), Masagus Ahmad Azizi1), Suseno Kramadibrata2), Ridho K.Wattimena2), Indra 3) 4) 5) 1) Djati Sidi , Susanto Basuki , Suhedi , Jurusan Teknik Pertambangan FTKE Universitas Trisakti & Mahasiswa Program Doktor Program Studi Rekayasa 2) 3) Pertambangan ITB; Program Studi Teknik Pertambangan ITB; Program Studi 4) Teknik Sipil ITB; Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Lambung 5) Mangkurat; Menejer Eksplorasi Rinci PTBA

440

451

461

472

487

497

511

viii

PROSIDING TPT XX PERHAPI 2011KELOMPOK V : LINGKUNGAN 52. Fasilitas Komposting Sebagai Solusi Penanganan Sampah Organik PT. Antam (Persero), Tbk UBPN Sultra, TaufikAhmady, PT. ANTAM (Persero), Tbk 53. Studi Pemanfaatan Fly Ash Dan Bottom Ash Dalam Pengelolaan Batuan Penutup Untuk Pencegahan Air Asam Tambang, Iin Lestari1, Rudy Sayoga Gautama1, 1 1 Muhammad Sonny Abfertiawan , Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan Dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia 54. Pemanfaatan Lubang Bekas Tambang (Void) Sebagai Pengendap Sedimen Yang Terintegrasi Dengan Sistem Manajemen Air - Site Sangatta PT. Kaltim Prima Coal (Studi Kasus Kolam Pengendap Pelikan Selatan), Ibadi Zalfatirsa1) & Firman 2. 2) 1. Simbolon , Sr. Civil Engineer Civil & Env. Planning PT. KPC, Sr. Civil Engineer Mining Services PT. KPC 55. Perbandingan Nilai Erosivitas Hujan Menggunakan Data Penakar Hujan Otomatis, Metode Bols dan Metode Lenvain di Area PT. Kaltim Prima Coal, Sari Nurwita, Kris Pranoto, Candra Nugraha, PT. Kaltim Prima Coal, KPC Mine Site Sangatta 56. Pipeline Program CDM di Indonesia: Sebuah peluang dan tantangan untuk Industri Pertambangan, Joni SafaatAdiansyah, ST, MSc, PT Newmont Nusa Tenggara 57. Sistem Penomoran Dokumen Lingkungan PT. Newmont Nusa Tenggara Sesuai Dengan Sistem Manajemen Lingkungan, Radjali Amin, PT Newmont Nusa Tenggara 58. Kualitas Air Larian Dari Daerah Reklamasi Tongoloka PTNNT, Rissa Anungstri, Mara Maswahenu, Departemen Lingkungan PT Newmont Nusa Tenggara 59. Kajian Dampak Pembuangan Tailing PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) Terhadap Kualitas Air Laut Dan Sedimen Di Laut Selatan Pulau Sumbawa, Surya Hadi*, Karnan*, Padusung*, Syamsu Rijal**, dan Baiq Dewi Krisnayanti*, *Dosen pada Universitas Mataram; ** Dosen pada Sekolah Tinggi Teknologi Lingkungan Mataram; * dan ** adalah Tim Terpadu Pemantau Dampak Lingkungan PTNNT, Provinsi Nusa Tenggara Barat 60. Evaluasi Perkembangan Tata Guna Lahan terhadap Rencana Penutupan Tambang, Peni Rostiarti, Natalina R. Pangaribuan, Resti Natalia G., Prima Arlini, PT. Bukit Asam (Persero), Tbk 525

535

542

552

559

569

579

589

600

ix

PROSIDING TPT XX PERHAPI 201161. Analisis Ekologis dan Variasi Genetik Mangrove Di Pesisir Kabupaten Sumbawa 1) Barat dan Lombok Timur Nusa Tenggara Barat, Erny Poedjirahajoe , Namastra Probosunu 2), Boy Rahardjo Sidharta 3), Dinar Ambarwati 4), Dwinita Utami 5) dan Tarmizi Pane 6), Pusat Studi Agroekologi UGM 62. Aplikasi Proper Pada Pengelolaan Lingkungan Pertambangan Di Indonesia, Meinarni Thamrin, Aryanti Virtanti Anas, Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin KELOMPOK VI : PENGOLAHAN BAHAN GALIAN 63. Konversi Bahan Bakar Ido Ke Mfo Untuk Mendukung Efisiensi Operasional Pada Pabrik Pengolahan Bijih Nikel, Ali Anthalano, Departemen Processing & Engineering PT. ANTAM (Persero),Tbk, UBPN Sulawesi Tenggara Pomalaa 64. Oxygen Liquefaction For Crude Metal Refining, Yanu Sukarno, ST, Processing & Engineering Dept. PT. ANTAM (Persero),Tbk, UBPN Sulawesi Tenggara Pomalaa 65. Stockpile Management In Coal Processing, Laode M. Iqbal, PT Kaltim Prima Coal 66. Peningkatan Keakuratan Hasil Analisa Komposisi Ore Dengan Metode TDistribution Pada Blending Ore Pengolahan Ferronikel, Vita Astini1, M.Z.Abidin2, Ulil Amri N.3, 1Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas 19 November, Kolaka Sultra, 2, 3 PT. Antam Tbk. UBPN Sultra 67. Studi Peningkatan Kadar Emas Bijih Emas Asal Ciemas-Sukabumi Dengan Alat Meja Goyang (Shaking Table) PT. Golden Pricindo Indah Ciemas, A. Taufik Arief ) Lucy Agnecia), ))Dosen Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya KELOMPOK VI : STUDENT PAPER CONTEST 68. Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Dengan Metoda Elektrolisa, Sodikin Mandala Putra, Mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan, UNSRI 69. Studi Perbandingan Metode Estimasi Sumberdaya Timah di Tambang Besar Mawas Nudur, Desa Bencah, Kabupaten Bangka Selatan, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, Muhammad Fikri, Mahasiswa Program Sarjana Teknik Pertambangan FTTM ITB 684 631 609

619

641

651

665

573

692

x

PROSIDING TPT XX PERHAPI 2011

70. Analisis Kestabilan Lereng Disposal, (Studi Kasus PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara, Kab. Bulungan Kalimantan Timur), Aditya Wibawa, Mahasiswa Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta

703

xi

1

PROSIDING TPT XX PERHAPI 2011 ORE RECONCILIATION at PETEA NICKEL LATERITE DEPOSITAgus Superiadi , Mylar Mukti and Abdul Rauf 1 Mines and Exploration Department, PT. International Nickel Indonesia, Tbk. Sorowako1 1 1

ABSTRACT One of important step at resource estimation is reconciliation between actual mine production and block model. Ore reconciliation became important because it can influence Mineral Resources and Mineral Reserves estimation as feedback in determining actual several mining factor such as mineability, mine recovery, Wet Tonnage Factor (WTF) and Screen recovery. Ore reconciliation that already conducted in PT. INCO (PTI) include Run of Mine (ROM) chemistry (Ni, Fe, SiO2 and MgO), ROM & Over Burden (OB) tonnages, and also geometric of Ore & OB (thickness, area and volume), whereas for reconciliation between mining and process plant, PTI already conduct for chemistry and screen recovery at Dryer. Measurement of actual top ore and bottom ore points by Trimble GPS (Global Positioning System) had been conducted since 2005 at Petea Block A & since 2008 at Petea Block B which covered more than 1.000.000 m2 areas and more than 350.000 m2 has completely both of top ore and bottom ore points. These actual data processed by Vulcan software and calculated to be compared to block model data to get reconciliation result for geometric of Ore & OB (thickness, area and volume). Whereas for ROM chemistry and ROM & OB tonnages, measurement actual weekly topography used with previous topography to calculate data at block model in Vulcan and compared to actual mine production that recorded by Mine Modular System (MMS). The reconciliation data generated weekly, but for formal report it generated quarterly and yearly. The result of reconciliation between actual mine production and block model at Petea Block A & B shows close for chemistry (+ 15% quarterly basis at existing 50m drill space), but show gain at ROM and loss OB as effect at Petea block A, and show loss at ROM and gain at OB as effect at Petea Block B. The gain or loss at ROM contributed from several factor such as drill space, top ore and bottom ore elevation, etc. Actual top ore generally higher than at block model, but at bottom ore of Petea Block A actual is lower than model (generally actual ore thickness is thicker than block model) and at bottom ore Petea B, the elevation difference is higher than at top ore (generally actual ore thickness is thinner than block model). These factors caused by steep slope topography (>14 degrees) at some area at Petea A and most area of Petea Block B that cannot represented by existing 50 m drill space, causing core drilling data and block model having bias when determining top and bottom ore. The geostatistical drilling study at Petea Block A and B shows variogram that the appropriate drill space to confirm laterite and grade continuity is 25m drill space. So for long term solution, Petea Block A and B or other hill that has topography >14 degrees, the drill space need to be closer and for short term solution, the ROM can be adjusted by reconciliation factor. Keywords: reconciliation, morphology, geostatistical, variogram, domaining.

2

INTRODUCTION Ore reconciliation at Petea block A and block B has been conducted by PT. INCO since 2005 and 2008 respectively. This reconciliation include Run of Mine (ROM) chemistry (Ni, Fe, SiO2 and MgO), ROM & Over Burden (OB) tonnages, and also geometric of Ore & OB (thickness, area and volume). The purpose of this reconciliation is to find how close our actual mining to block model estimation in order to assess mineability and optimize the mining sequence. BACKGROUND Basically, the lateritisation process in ultramafic rock will produce 3 layers in the nickel laterite profile, which are limonite, saprolite, and bedrock (Ahmad, W., 2006). This process is influenced by some factors that can be seen in Figure 1. Those factors will affect to the pattern of continuity and thickness of the laterite profile. Because of an irregular pattern in the thickness of laterite profile, the determination of optimum drill spacing will become crucial to confirm the variability pattern of laterite profile in the deposit. Reconciliation for Petea block A was done and the result is very good for first year in 2005 (in range + 15%), but becoming bad reconciliation result at ROM tonnage between actual mine production with block model estimation in 2006 and 2007 (out of range > 15%). Same case happen at Petea Block B after 2009, the reconciliation between actual ROM tonnage of mine production sometimes is quite far (out of range < 15%) with the block model estimation. The slope of morphology and geological structure are supposed to be a factor for this difference. Thus, further analysis is needed to assess whether 50m drill spacing still adequate to apply at the existing geological condition or not. GENERAL GEOLOGY Petea Block A & B lies approximately about 25 km NE from Sorowako, there are estimated of about 600 ha of potential landforms covered by laterite for mining targets. At Petea Block A (Figure 2) generally, two distinct geomorphological features can be recognized (Rafianto,A., 2002), which are: Tilted plateaus with terraces-like morphology on northern part of the block. The plateaus are dissected by deep valleys and formed creeks that relatively running southward. Graben-like or lowland depression on the southern portion of the block. This depression is continuing to the west and formed Matano lake. At Petea Block B area (Figure 2) consists of two geomorphologic features (Petea Geologist, 2003), namely: Tilted plateaus with terraces-like morphology on northern part of the block. Depression (valley) area in the middle and southern portion of the block. Based on previous exploration data and field observation, bunch of interpreted tilted plateaus with terraces-like morphology on northern part of the block A & B are good landforms for

3

lateritisation. These tilted plateaus are the zones of very intensive weathering, and weathering has triggered nickel mineralization. The common occurrence of iron shot in the area is indicating a good laterite developed. The NW SE geological structure as major primary faults at the base of plateaus and some are found in tilted plateaus and formed uplift terraces morphology that parallel with Matano Fault Zone. Petea block A and B (Figure 3) is dominantly by ultramafic rock Lherzolite (mediumhighly serpentinized) with some area has brittle shear zones, serpentinite and fault breccias. GEOSTATISTICAL DRILLING The purpose of geostatistical drilling is to get the information of nickel variability at the different distance (Matano, A., 2010). Also, it can be used to determine whether 50m drill spacing still adequate to confirm the continuity of ore and laterite profile at Petea area. To have a represent area of Petea, the area with various slope of morphology in 100m x 100m was chosen for this geostatistical drilling, which cover 48 holes and 74 holes for Petea block A and block B respectively. The regular pattern of drill spacing was applied with 50m spacing as the longest distance and 5m spacing as the shortest. Geo-evaluation, validation, and geological domaining were done for all holes. The geological layer of each hole was defined based on the texture of core and the chemistry from assay analysis. There were 3 main layers should be defined in the laterite profile as the domain: limonite, saprolite, and bedrock. DATA ANALYSIS The geostatistical drilling data was analyzed using Datamine Studio 2 software to estimate the Ni grade. Variability of Ni grade between samples in all drill holes were described in variography analysis. Each of limonite and saprolite layer had their own variogram model after they were unfolded. From these variogram models, for Petea block A 65m of sample distance in limonite layer was enough to confirm the Ni grade continuity, while in saprolite layer the samples had a good correlation in 26m. Whereas for Petea block B 41m of sample distance in limonite layer was enough to confirm the Ni grade continuity, while in saprolite layer the samples had a good correlation in 28m. Figure 4a & 4b shows the variogram model of Ni grade in the limonite and saprolite layer. Ore criteria for all block models are using 1.5% Ni of Cut of Grade (CoG) and 2m of minimum ore thickness. For sampling, Petea block A & B has respectively 521 and 1001 drill holes (including geostatistical drilling). The morphology slope and actual mined slope was calculated using ArcGIS 9.3, Global Mapper 7 and Excel 2003. It can be seen that both Petea block A and B in the beginning mined at good slope (14 degrees). Detail data can be seen at Table 1 and Figure 5.

4

MINING METHOD PT. INCO using open pit mining method with Front Shovel (10 m bucket capacity) and 3 Back Hoe (8m bucket capacity) for mining equipment and for haul truck PT. INCO using 50 WMT and 100 WMT truck. RECONCILIATION METHOD Measurement of actual top ore and bottom ore points by Trimble GPS (Global Positioning System) had been conducted since 2005 at Petea Block A & since 2007 at Petea Block B which 2 2 covered more than 1.000.000 m areas and more than 350.000 m has completely both of top ore and bottom ore points (Saifuddin, A. and Mylar M., 2009). These actual data processed by Vulcan software and calculated to be compared to block model data to get reconciliation result for geometric of Ore & OB (thickness, area and volume). Whereas for ROM chemistry and ROM & OB tonnages, measurement actual weekly topography used with previous topography to calculate data at block model in Vulcan and compared to actual mine production that recorded by Mine Modular System (MMS). The reconciliation data generated weekly, but for formal report it generated quarterly and yearly. MMS data from 2005 2007 and 2008-2009 were used to get the historical data of mining in Petea block A and block B respectively. The data were plotted in a map to see the mine face position. In 2005 at Petea block A and 2008 at Petea block B, PTI mined the nickel ore at the slope average < 140. From the reconciliation report of this area, the actual ROM tonnage was close (+ 15%) to the ROM tonnage that was estimated at the block model. Variability slope of mine face in 0 2006 and 2007 at Petea block A and 2009 at block B increase became average > 14 , where the PTI generally mined the nickel ore at the steep slope of morphology. At this area the ROM tonnage at block model was under estimated for Petea block A and on the contrary over estimated for Petea block B. There was a significant difference between the actual ROM compared to the block model estimation (out of range + 15%). Figure 6a & 6b shows us the position of mine face from 2005 2009 on the slope distribution map in Petea blockAand B. CONCLUSSIONS According reconciliation result and geostatistical drilling at Petea, we can conclude that in the area with morphology less than 140 of slope, the ore reconciliation result is good (+ 15%) which is determine that 50m drill spacing is still adequate to determine the nickel laterite profile and ore estimation. In the area with 140 210 of morphology slope, the ore reconciliation is poor (out of range + 15%, at Petea block A more than 15% and at Petea Block B less than 15%), so it is recommended for short term solution to use reconciliation factor and for long term solution it is recommended to infill the area with the closer drill spacing (minimum 25 m according geostatistical drilling) to confirm the continuity of the nickel laterite profile and ore estimation.At the larger degree of slope (>210) or at the steep slope, the infill drilling is not needed, because basically in this area the nickel grade distribution is not enough to define as ore.3

5

REFERENCES Ahmad, W. 2006. Laterites; Fundamental of Chemistry, Mineralogy, Weathering Processes, & Laterite Formation; PT. Inco Tbk., Sorowako. 212 p. De Mark, P., Riske, R. and Helm, S. 2010. Mine Reconciliation For Better or Worse; Snowden Mining, Canada. 8 p. Fouet T., Riske, R., et al. 2009. Standardising the Reconciliation Factors Required in Governance Reporting; Snowden Group, Perth. 13 p. Matano,A. 2010. Petea Block B Geostatistical Drilling; PT. Inco Tbk., Sorowako. 25 p. Petea Geologists. 2003. Petea Block B Geology Report; PT. Inco Tbk., Sorowako. 9 p. Rafianto, A. and Petea Geologists. 2002. Petea Block A Geology Report; PT. Inco Tbk., Sorowako. 10 p. Saifuddin,A. and Mylar, M. 2009. Reconciliation Report: PT. INCO Tbk., Sorowako. 16 p.

6

7

8

9

10

error relatif =

1,96 s OK 100% z *OK

Se am EU 2

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Parameter Jumlah data Rata-rata Nilai tengah Varians Kurtosis Skewness Minimum Maksimum Koefisien variasi

Ketebalan (m) 31 3,62 4,14 3,65 -1,31 -0,42 0,50 5,94 0,53

Kadar abu (% adb) 21 3,08 2,68 0,99 3,50 1,67 2,08 6,17 0,32

Sulfur total (% adb) 22 0,34 0,14 0,61 21,35 4,59 0,10 3,82 2,30

(a)

(b)

(c) K ete rangan:

(d)

K onfiguras i lubang bor me nunjukkan variasi spasi lubang bor dan ke rapatan yang be ragam dengan are a e ksploras i 13 00 m x 1 0 00 m memanjang se cara horizontal s ear ah strike N 70 o E: (a) Spasi pemboran 50 0 m x 50 0 m dengan ke rap atan 9 titik, (b ) Spasi p emboran 40 0 m x 40 0 m de ngan ker apatan 1 2 titik, (c) Spasi pe mbor an 3 00 m x 30 0 m dengan ke rapatan 2 0 titik, (d) Spas i pemboran 2 00 m x 2 0 0 m de ngan ke rapatan 4 2 titik, (e) Spasi pe mbor an 1 00 m x 1 00 m de ngan ke rap atan 15 4 titik.

(e )

Gambar 5. Konfigurasi grid lubang bor dengan variasi spasi dan kerapatan.

Tabel 2. Parameter geostatistik ketebalan seam batubara pada berbagai konfigurasi bor.Konfigurasi Lubang Bor 500 m 400 m 300 m 200 m 100 m 500 m 400 m 300 m 200 m 100 m Jumlah Lubang Bor 9 12 20 42 154 Parameter Geostatistik Continuity Sill Nugget (C) Variance Ratio (C0 + C) C0/(C0+C) 2 2 0,46 m 0,60 m 22 % 0,19 m2 0,50 m2 62 % 2 2 0,46 m 0,66 m 30 % 0,36 m2 0,50 m2 26 % 2 2 0,56 m 0,63 m 11 %

Nugget Effect (C0) 0,13 m 0,31 m2 2 0,20 m 0,13 m2 0,07 m22

Range (a) 800 m 650 m 800 m 650 m 800 m

Tabel 3. Parameter geostatistik kandungan abu batubara pada berbagai konfigurasi bor.Parameter Geostatistik Konfigurasi Lubang Bor Jumlah Lubang Bor 9 12 20 42 154 Nugget Effect (C0) 0,15 % 0,15 %2 0,01 %2 2 0,00 % 0,00 %22

Continuity (C)2

Sill Variance (C0 + C) 0,36 % 0,50 %2 0,35 %2 2 0,39 % 0,38 %22

Nugget Ratio C0/(C0+C) 41 % 29 % 3% 0% 0%

Range (a)

500 m 400 m 300 m 200 m 100 m

500 m 400 m 300 m 200 m 100 m

0,21 % 0,35 %2 0,34 %2 2 0,39 % 0,38 %2

350 m 650 m 500 m 500 m 550 m

Tabel 4. Parameter geostatistik sulfur total batubara pada berbagai konfigurasi bor.Parameter Geostatistik Konfigurasi Lubang Bor Jumlah Lubang Bor 9 12 20 42 154 Nugget Effect (C0) 0,0005 % 0,0006 %2 0,0005 %2 2 0,0001 % 0,0001 %22

Continuity (C)2

Sill Variance (C0 + C) 0,0011 % 0,0013 %2 0,0012 %2 2 0,0012 % 0,0010 %22

Nugget Ratio C0/(C0+C) 43 % 46 % 43 % 10 % 5%

Range (a)

500 m 500 400 m 400 300 m 300 200 m 200 100 m 100

m m m m m

0,0006 % 0,0007 %2 0,0007 %2 2 0,0011 % 0,0010 %2

800 m 950 m 800 m 500 m 400 m

Estimasi menggunakan kriging titik menghasilkan standar deviasi untuk masing-masing parameter geometri dan kualitas untuk setiap konfigurasi grid pemboran tersebut. Resume statistik hasil estimasi kriging pada setiap konfigurasi grid pemboran untuk ketebalan seam, kandungan abu, dan sulfur total masing-masing ditunjukkan pada Tabel 5, 6, dan 7. Perlu diketahui bahwa estimasi kriging melibatkan data aktual dari eksisting bor dan dummy bor hasil interpolasi. DISKUSI Dari hasil pengujian geostatistik untuk berbagai konfigurasi grid pemboran secara umum terlihat bahwa semakin tinggi kerapatan konfigurasi titik bor maka terjadi penurunan rasio nugget variance, yang juga berarti bahwa derajat homogenitas data menjadi semakin baik. Hubungan volum-varians menunjukkan bahwa penambahan titik pemboran akan menurunkan error estimasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8 dan juga secara visual ditunjukkan pada Gambar 6.

Tabel 5. Resume statistik hasil estimasi kriging untuk ketebalan seam pada berbagai konfigurasi grid pemboran.

Parameter Statistik Jumlah data Rata-rata Nilai tengah Varians Kurtosis Skewness Minimum Maksimum Koefisien variasi

Spasi 100 255 4,82 4,92 0,52 -0,42 -0,63 3,17 5,88 0,15

Spasi 200 72 4,81 4,93 0,38 -0,02 -0,70 3,20 5,88 0,13

Spasi 300 30 4,95 5,21 0,49 -0,37 -0,84 3,32 5,76 0,14

Spasi 400 20 4,80 4,81 0,29 -0,40 -0,20 3,70 5,78 0,11

Spasi 500 16 4,88 5,19 0,53 -0,52 -0,85 3,43 5,69 0,15

Tabel 6. Resume statistik hasil estimasi kriging untuk parameter kandungan abu pada pada berbagai konfigurasi grid pemboran.

Parameter Statistik Jumlah data Rata-rata Nilai tengah Varians Kurtosis Skewness Minimum Maksimum Koefisien variasi

Spasi 100 255 2,82 2,73 0,22 1,41 0,95 2,05 4,48 0,16

Spasi 200 72 2,81 2,70 0,19 0,45 0,70 2,03 4,37 0,15

Spasi 300 30 2,81 2,76 0,14 1,63 0,88 2,10 4,38 0,13

Spasi 400 20 2,81 2,76 0,14 1,63 0,88 2,10 4,38 0,13

Spasi 500 16 2,76 2,69 0,16 0,15 0,68 2,13 4,20 0,15

Tabel 7. Resume statistik hasil estimasi kriging untuk parameter total sulfur pada berbagai konfigurasi grid pemboran.

Parameter Statistik Jumlah data Rata-rata Nilai tengah Varians Kurtosis Skewness Minimum Maksimum Koefisien variasi

Spasi 100 255 0,15 0,14 0,001 1,55 1,34 0,11 0,25 0,19

Spasi 200 72 0,15 0,14 0,001 0,74 1,15 0,11 0,24 0,18

Spasi 300 30 0,15 0,14 0,001 0,28 1,02 0,11 0,22 0,16

Spasi 400 20 0,15 0,14 0,001 0,26 1,13 0,11 0,23 0,19

Spasi 500 16 0,16 0,15 0,001 -0,18 0,91 0,11 0,24 0,18

Tabel 8. Persen error estimasi pada perbedaan konfigurasi grid pemboranKonfigurasi grid bor Jumlah titik bor Jumlah penambahan titik bor Standar deviasi kriging Error relatif dengan 95% tingkat kepercayaan Persen error estimasi (PA) Persen pengurangan error (PR) Penambahan persen reduksi error per penambahan bor 0,34 1,02 0,44 0,12 0,53 2,76 0,23 0,13 0,36 0,04 0,94 0,09

Ketebalan seam 500 m x 500 m 400 m 400 m 300 m 300 m 200 m 200 m 100 m 100 m Kandungan abu 500 m 500 m 400 m 400 m 300 m 300 m 200 m 200 m 100 m 100 m Sulfur total 500 m 500 m 400 m 400 m 300 m 300 m 200 m 200 m 100 m 100 m

9 12 20 42 154 9 12 20 42 154 9 12 20 42 154

3 11 33 145 3 11 33 145 3 11 33 145

0,63 0,64 0,60 0,52 0,43 0,57 0,58 0,44 0,42 0,33 0,03 0,03 0,03 0,02 0,02

1,24 1,25 1,18 1,02 0,84 1,12 1,14 0,87 0,82 0,65 0,06 0,06 0,05 0,04 0,04

26,79 26,52 24,34 21,77 18,09 41,65 40,98 31,78 29,70 23,65 37,97 37,55 37,44 29,55 25,55

1,01 9,16 18,74 32,48 1,59 23,68 28,69 43,20 1,09 1,38 22,16 32,70

Keterangan: Persen error estimasi (PA) = [ (1,96(OK)/z*] 100% Total % reduksi error dari base (PR) = [(PAbase PA base+i)/PA base] 100% Penambahan % reduksi error per penambahan titik bor = (PRi+1 PRi) / (Ni+1 Ni) dimana i = 1 s/d 4

Gambar 6. Grafik hubungan penurunan persen error terhadap penambahan titik bor.

Jenis WKKP

Kelas Sumberdaya Mineral Terukur/Terunjuk Terukur/Terunjuk Terukur/Terunjuk Terukur/Terunjuk Terukur/Terunjuk Terukur/Terunjuk Terukur/Terunjuk Tereka/Hipotetik Tereka/Hipotetik Tereka/Hipotetik Tereka/Hipotetik Tereka/Hipotetik Tereka/Hipotetik Terukur/Terunjuk Tereka/Hipotetik Tereka/Hipotetik

Lahan Mudah Mudah Sulit Mudah Mudah Sulit Sulit Mudah Mudah Mudah Sulit Sulit Sulit Sulit Mudah Sulit

Pangsa Pasar Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah

Pencapaian Daerah Mudah Sulit Mudah Mudah Sulit Sulit Mudah Mudah Sulit Mudah Mudah Sulit Mudah Sulit Sulit Sulit

WKKP Utama

WKKP Pengembangan

WKKP Berpotensi

Lokasi Pengamatan LP 1 LP 2 LP 3 LP 4 LP 5 LP 6 LP 7 LP 8 LP 9 LP 10 LP 11 LP 12 LP 13 LP 14 LP 15 LP 16 LP 17 LP 18 LP 19 LP 20 LP 21 LP 22 LP 23 LP 24 LP 25 LP 26 LP 27 LP 28 LP 29 LP 30

Peruntukan Lahan Kebun, pemukiman jarang, persawahan Pemukiman jarang, dekat jalan aspal 100 m dari pemukiman jarang, area sawah 300 m dari pemukiman jarang, dekat bangunan permanen, dekat saluran irigasi Area kebun, dekat pemukiman jarang dan sawah Area perkebunan kelapa, 25 m dari sungai Sungai Dekat lapangan golf, pemukiman jarang Dekat lapangan golf, area persawahan Area pura dan dekat persawahan 200 m dari Dam Keru, area kebun buah Area perkebunan 50m dari pemukiman jarang, dekat jalan aspal Daerah resapan airtanah Daerah resapan airtanah Sungai 100 m dari pemukiman jarang, kebun dan sawah Sungai, area persawahan Dekat pemukiman, wilayah hutan tutupan Dekat pemukiman, wilayah hutan tutupan Dekat air terjun, wilayah hutan tutupan 100 m dari pemukiman jarang, kebun dan sawah Area sawah, dekat sungai dan jalan tanah Sungai, wilayah hutan tutupan Dekat pemukiman, jalan aspal, saluran irigasi Dekat pura, persawahan, saluran irigasi dan merupakan kawasan hutan Dekat jalan raya dan saluran irigasi Dekat PLN mikrohidro, area persawahan, perkebunan dan dekat sungai. Area perkebunan dan pemukiman jarang Area sungai

Faktor Lahan Sulit Mudah Mudah Sulit Mudah Sulit Mudah Sulit Sulit Sulit Sulit Sulit Sulit Mudah Sulit Sulit Sulit Sulit Mudah Sulit Sulit Sulit Sulit Mudah Sulit Sulit Sulit Sulit Sulit Sulit Mudah Sulit

No Kegiatan Andesit (m) 2.639 Pembuatan Jalan 1 1.985 Peningkatan Jalan 2 2.800 Pemanjangan Jalan 3 49 Rehabilitasi Jalan 4 Sumber :Ditjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, 1990

Pasir (m) 511 360 700 21

Gambar 3.1. Grafik Jumlah Kepala Keluarga Sejalan dengan perkembangan perumahan maka kebutuhan bahan galian juga akan terus meningkat. Perkiraan pemakaian andesit (batu bangunan) dan pasir di sektor pemukiman daerah Kecamatan Narmada, Lingsar dan Kota Mataram selama periode 2005 sampai dengan 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.3. berikut ini: Tabel 3.3. Kebutuhan Andesit (Batu Bangunan) Di Sektor Pemukiman Kecamatan Narmada, Lingsar Dan Kota Mataram Tahun 2005-2014

3. Sektor Industri Potensi kebutuhan bahan galian untuk sektor industri di hitung dari produksi : - Industri gerabah Industri gerabah tersebar di beberapa tempat di Kabupaten Lombok Barat. Bahan baku utama gerabah adalah tanah liat, tetapi saat ini industri gerabah telah banyak menggunakan batuapung maupun trass sabagai bahan campuran dan bahan ornamen gerabah. Produksi gerabah di Kabupaten Lombok Barat dari tahun ke tahun semakin berkembang seiring meningkatnya permintaan pasar dalam negeri dan luar negeri. - Industri tegel/bata blok Perkembangan industri tegel/bata blok mengalami peningkatan produksi tiap tahunnya, seiring dengan makin merata pembangunan dibidang konstruksi, perumahan dan bidang lainnya. Data jumlah produksi secara series tidak diperoleh di Kecamatan Narmada dan Kecamatan Lingsar. Namun diketahui kebutuhan 1 m2 paping blok atau batako dengan 10% bahan campuran atau 90% trass, 10% semen atau kapur dan kadar air 23,37% membutuhkan bahan baku trass sebanyak 132,3 kg. Perkiraan pemakaian trass untuk paving blok atau batako di sektor pemukiman daerah Kecamatan Narmada, Lingsar dan Kota Mataram selama periode 2005 sampai dengan 2014 dengan asumsi bahwa penduduk kota membangun rumah dengan type 70 membutuhkan paving blok sebanyak 80m2 dan pedesaan dengan type 36 membutuhkan paving blok atau batako sebanyak 74 m2 dapat dilihat pada Tabel 3.4. berikut ini : Tabel 3.4. Kebutuhan Trass Untuk Paving Blok atau Batako di Kecamatan Narmada, Lingsar Dan Kota Mataram Tahun 2005-2014Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Perkotaan (kg) 943.955.208 945.320.544 946.675.296 948.040.632 949.405.968 950.728.968 952.062.552 953.396.136 954.729.720 956.063.304 Kebutuhan Trass Pedesaan (kg) 349.696.154 354.483.562 359.633.207 364.841.593 369.981.448 375.346.478 380.789.829 386.311.502 391.911.496 391.911.496 Jumlah (kg) 1.293.651.362 1.299.804.106 1.306.308.503 1.312.882.225 1.319.387.416 1.326.075.446 1.332.852.381 1.339.707.638 1.346.641.216 1.347.974.800

Gambar 3.3. Kebutuhan Trass

Lokasi Pengamatan LP 1 LP 2 LP 3 LP 4 LP 5 LP 6 LP 7 LP 8 LP 9 LP 10 LP 11 LP 12 LP 13 LP 14 LP 15 LP 16 LP 17 LP 18 LP 19 LP 20 LP 21 LP 22 LP 23 LP 24 LP 25 LP 26 LP 27 LP 28 LP 29 LP 30

Kondisi Wilayah Topografi Berlereng Landai Berlereng Landai Berlereng Landai Berlereng Sedang Berlereng Sedang Berlereng Sedang Berlereng Sedang Berlereng Landai Berlereng Landai Berlereng Sedang Berlereng Sedang Berlereng Sedang Berlereng Landai Berlereng Sedang Berlereng Sedang Berlereng Sedang Berlereng Sedang Berlereng Sedang Berlereng Terjal Berlereng Terjal Berlereng Terjal Berlereng Sedang Berlereng Sedang Berlereng Terjal Berlereng Landai Berlereng Sedang Berlereng Landai Berlereng Terjal Berlereng Sedang Berlereng Sedang Sarana Transportasi Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Tidak ada jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan Jalan

Pencapaian Daerah Sulit Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah

Sulit

Kelas Sumberdaya Mineral Tereka

Lahan Sulit

Pangsa Pasar Tinggi

Pencapaian Daerah Mudah

42

PROSIDING TPT XX PERHAPI 2011 PEMANFAATAN ANDESIT DI DESA GERBOSARI, KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULON PROGO, D.I. YOGYAKARTA SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

Priyo Widodo 2 Tedy Agung Cahyadi1

1

Staf Pengajar, Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral,UPN Veteran Yogyakarta Email: [email protected] 2 Staf Pengajar, Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral,UPN Veteran Yogyakarta Email: [email protected] ABSTRACT D.I. Yogyakarta is one province that has abundant natural resources, which consist of natural resources which can be renewed or not renewed. With the increasing human population, especially in Indonesia is estimated at more than 200 million people, resulting in increasing human needs of various sectors, particularly in the construction sector. In the development activities required a lot of materials - minerals, such as sandstone, limestone, andesite which serves for a variety of needs in development activities. Hamlet Pengos and Manggis, Gerbosari Village, District Samigaluh, Kulonprogo Regency find the andesite in abundance. Meanwhile, in line with the rapid physical development in Kulon Progo Regency and its surroundings, then the needs of andesite stone as building materials will increase as well. Research done by testing compressive strength, wear, and physical properties of andesite to determine its quality as a building material Keywords: andesite, building materials. ABSTRAK D.I. Yogyakarta merupakan salah propinsi yang memiliki sumberdaya alam melimpah, yang terdiri sumberdaya alam yang dapat diperbaharui ataupun tidak diperbaharui. Dengan meningkatnya jumlah populasi manusia, terutama di Indonesia yang diperkirakan lebih dari 200 juta manusia, mengakibatkan meningkatnya kebutuhan manusia dari berbagai macam sektor, terutama dalam hal sektor pembangunan. Dalam kegiatan pembangunan dibutuhkan banyak sekali bahan bahan tambang, misalnya batupasir, gamping, andesit yang berfungsi untuk berbagai macam kebutuhan dalam kegiatan pembangunan. Di Dusun Pengos dan Manggis, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo terdapat batu andesit dalam jumlah yang sangat banyak. Sementara itu sejalan dengan pesatnya pembangunan fisik di Kabupaten Kulonprogo dan sekitarnya, maka kebutuhan batu andesit sebagai bahan bangunan akan

43

meningkat pula. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengujian kuat tekan, keausan, dan sifat fisik terhadap batu andesit untuk mengetahui kualitasnya sebagai bahan bangunan Kata Kunci : batu andesit, bahan bangunan. 1. LATAR BELAKANG Usaha Pertambangan bahan galian merupakan salah satu industri untuk menyediakan bahan baku baik untuk keperluan pembangunan maupun industri lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan yang ada di lapangan di Kecamatan Samigaluh menunjukkan adanya potensi bahan galian andesit. Bahan galian andesit yang terdapat di Dusun Pengos dan Manggis Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh terlihat sangat kompak dan dengan jumlah yang cukup banyak. Selain itu kebutuhan andesit sebagai bahan bangunan pada saat ini cukup banyak. Oleh karena itu bahan galian andesit yang ada di lokasi tersebut sangat baik untuk dapat dikembangkan menjadi suatu kegiatan investasi di sektor pertambangan. Secara umum batu andesit dapat digunakan sebagai bahan bangunan, baik untuk pondasi bangunan, agregat dalam pembuatan beton, jalan raya ataupun kereta api, penutup lantai. Apabila akan digunakan sebagai bahan bangunan, maka kualitas batu andesit harus memenuhi syarat tertentu yang telah diatur dalam SNI 03-0394-1989 Dengan adanya kemajuan teknologi sekarang ini, potensi sumberdaya alam yang ada di sekitar kita dapat kita prediksikan kemungkinan pemanfaatannya. Pengujian sifat fisik dan mekanik batuan dapat memberikan gambaran seperti apa pemanfaatan bahan galian tersebut. Kegiatan pengujian mencakup kuat tekan uniaksial, ketahanan geser Loss Angeles (keausan), penyerapan air (absorbsi), dan kekekalan bentuk Salah satu alasan kenapa menggunakan pengujian kuat tekan uniaksial batuan karena untuk mengetahui seberapa besar kemapuan dari batuan andesit tersebut dapat menerima beban, sehingga dapat digunakan untuk rekomendasi pemanfaatan bahan galian yang berada di daerah penelitian. 2. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan batu andesit di Desa Gerbosari dimanfaatkan sebagai bahan bangunan sebagaimana yang disyaratkan dalam SNI 03-0394-1989 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode penggabungan antara teori, data lapangan dan hasil pengujian di Laboratorium, sehingga dari ketiganya dapat diperoleh kesimpulan. Dari sisi teori digunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-0394-1989. Adapun tahapan metode yang dilaksanakan meliputi Studi litaratur, komparasi terhadap penelitian terdahulu, orientasi lapangan, pengambilan conto, preparasi dan pengujian di Laboratorium, mengolah dan menganalisis hasil pengolahan data, serta mengambil kesimpulan. 4. KEADAAN LOKASI PENELITIAN Lokasi kegiatan penelitian terletak secara administratif terletak pada Dusun Pengos dan Manggis, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo. Secara geografis terletak pada 1100 01' 37 BT 1100 16' 26 BT dan 70 38 42 LS 70 59' 03 LS. Desa

44

Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo berbatasan dengan : Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Banjarsari Kecamatan Samigaluh, Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ngargosari, Kecamatan Samigaluh, Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang, Prop. Jawa Tengah, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh. Dusun Pengos dan Manggis, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh berjarak 40 km dari Yogyakarta. Dapat ditempuh dalam 1 jam, melalui jalan darat dengan rute Yogyakarta Godean Kenteng Samigaluh Gerbosari Pengos Manggis. Sedangkan Jarak Dusun Pengos dengan kota Wates adalah + 30 km

Lokasi penelitian merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 160-450 m di atas permukan air laut. Sebelah barat dan sebelah selatan merupakan lereng yang cukup curam dengan kemiringan 70o-80o. Kondisi lahan sebagian besar merupakan tanah tegalan yang ditanami tanaman palawija, buah-buahan dan lahan perkebunan. Sebagian besar tanah penutup (overburden) ditumbuhi oleh semak belukar. Di sebelah utara dan selatan terdapat sungai, dengan aliran sungai yang tidak terlalu deras dan dangkal. Sebelah Timur merupakan daerah perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian 340 m dpl. Morfologi Dusun Pengos dan Manggis merupakan daerah dataran tinggi yang dibentuk oleh satuan massa batuan beku, yaitu andesit

45

Jenis batuan yang terdapat di dusun Pengos termasuk dalam formasi Kaligesing, dengan dominasi batuan beku vulkanik berupa andesit, yang keberadaannya tersebar secara merata hampir di seluruh kawasan dusun Pengos B. Sebagian besar andesit berasosiasi dengan breksi membentuk breksi andesit yang sebagian dari endapan telah tersedimentasi oleh pengangkutan arus sungai, sebagian lainnya mengalami pelapukan sehingga semakin mempertebal lapisan tanah penutup. Batu andesit di daerah Pengos mengalami proses pelapukan, sehingga di bagian atas dari batuan andesit segarnya ditutupi oleh bagian andesit yang mengalami pelapukan. Pada batuan andesit lapuk, komposisi batuannya lebih dominan diisi oleh mineral-mineral lempung. Lapisan ini hampir menutupi seluruh daerah pengamatan dengan ketebalan yang bervariasi antara 0 2 meter. Batu andesit yang lapuk umumnya berwarna abu-abu muda sampai abu-abu tua dan bersifat agak keras. Dari hasil pengamatan lapangan dan perhitungan sumberdaya dengan metode sayatan dengan tebal lapisan penutup dan andesit lapuk 2 meter, maka didapat sumberdaya andesit sebesar 26.800.922 m3

46

5. PELAKSANAAN PENELITIAN 5.1. Pengambilan Conto BatuAndesit Pengambilan conto dilakukan dengan memecah secara acak diseluruh areal penyebaran batu andesit untuk kemudian dikumpulkan di suatu tempat. Alat yang digunakan adalah palu 5 kg, pahat, palu geologi, dan linggis. Conto yang diambil berbentuk bongkah yang berukuran antara 15 30 cm, dengan pertimbangan agar nantinya dapat dipotong sesuai dengan standar uji yang ditetapkan. Selanjutnya conto-conto yang ada dikumpulkan berdasarkan titik pengambilannya, diberi notasi, kemudian masing-masing kelompok dimasukkan ke dalam karung untuk dibawa ke Laboratorium. 5.2. Preparasi Conto Preparasi yang dilakukan disesuaikan dengan macam uji yang akan dilakukan, yaitu uji kuat tekan, uji sifat fisik untuk mendapatkan parameter penyerapan air (absorbsi), dan uji keausan. 5.2.1. Uji Kuat Tekan Standar uji kuat tekan yang digunakan disesuaikan dengan ketentuan yang ada pada SNI 030394-1989, yang mana conto yang diuji berbentuk kubus dengan ukuran + (5 x 5 x 5) cm. Untuk itulah maka conto yang ada dipotong dengan menggunakan gergaji batu sehingga diperoleh spesimen dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Adapun sisa potongan conto pada masingmasing kelompok dikumpulkan untuk digunakan dalam uji yang lainnya.

5.2.2. Uji Sifat Fisik Uji sifat fisik batuan dapat dilakukan terhadap conto dengan bentuk sembarang sehingga sisi batu andesit yang terpotong untuk spesimen uji kuat tekan dapat digunakan. Conto yang akan diuji sebaiknya diambil yang masih segar, diberi label dengan spidol permanen, dan dimasukkan ke dalam kantong plastik.

47

5.2.3. Uji Keausan Uji keausan memerlukan conto yang terbagi dalam dua fraksi ukuran, yaitu fraksi -19,00+12,50 mm sebanyak 2500 gr dan fraksi -12,50+9,50 mm sebanyak 2500 gr. Untuk itulah, maka conto dipecah-pecah sehingga membentuk kerikil dan diayak untuk mendapatkan fraksi ukuran tersebut. Peralatan yang digunakan adalah palu besi 5 kg, palu besi 1 kg, peremuk rahang (jaw crusher) skala laboratorium, timbangan, dan ayakan getar (vibrating screen). Conto seberat 2500 gr dari masing-masing fraksi ukuran dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label. 5.3. Pengujian Conto 5.3.1. Uji Kuat Tekan Uji kuat tekan dilakukan di Laboratorium Mekanika Batuan Jurusan Teknik Pertambangan FTM, UPN Veteran Yogyakarta. Alat yang digunakan adalah jangka sorong dan mesin tekan 150 ton. Spesimen batu andesit yang berbentuk kubus diukur dimensinya dengan jangka sorong dan ditempatkan diantara kedua plat penekan, selanjutnya ditekan hingga pecah. Untuk mengurangi gesekan antara conto dengan plat penekan, maka pada bagian atas dan bawah spesimen diolesi dengan vaselin. Besarnya kuat tekan dapat diperoleh dengan persamaan :P A Dengan : sc = kuat tekan, kg/cm2 P = beban pada saat pecah, kg A = luas penampang spesimen, cm2. sc =

Adapun hasil uji kuat tekan batu andesit dari Desa Gerbosari adalah sebagai berikut (lihat Tabel 1).

5.3.2. Uji Sifat Fisik Uji sifat fisik terhadap conto dilakukan dengan cara penimbangan dengan menggunakan timbangan triple beam yang mempunyai ketelitian 0,1 gram. Pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Batuan Jurusan Teknik Pertambangan FTM, UPN Vetyeran Yogyakarta. Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut : - Conto batu andesit yang telah disiapkan ditimbang (= Wn gram) - Conto yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam desicator vacuum, ditambah air hingga

48

-

terendam dan diisap dengan pompa isap. Conto dibiarkan dalam keadaan tersebut selama 24 jam sehingga conto dalam keadaan benar-benar jenuh. Conto yang telah jenuh ditimbang (= Ww gram) Conto digantung di dalam air dan ditimbang dalam keadaan tergantung (= Ws gram). Selanjutnya conto dimasukkan ke dalam oven dengan temperatur + 90o C selama 24 jam hingga kering. Conto kering ditimbang (= Wo gram).

Besarnya penyerapan air dihitung dengan persamaan : Ww - Wo Penyerapan air (absorption) = x 100% Wo

Hasil uji penyerapan air terhadap conto batu andesit dari Desa Gerbosari adalah sebagai berikut (lihat Tabel 2).

5.3.3. Uji Keausan Pengujian keausan bertujuan untuk mengetahui keausan agregat yang diakibatkan oleh faktorfaktor mekanis. Besarnya nilai keausan dinyatakan dalam persen, yaitu perbandingan antara selisih berat conto sebelum diuji dan berat conto yang tertahan ayakan No.12 setelah pengujian dengan berat conto sebelum diuji dan dinyatakan dalam persen. Pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Batuan Jurusan Teknik Pertambangan FTM, UPN Vetyeran Yogyakarta.Alat yang digunakan untuk pengujian keausan adalah Los Angeless Abrassion Machine terdiri dari silinder baja yang hampa dan tertutup pada kedua ujungnya. Pada bagian dalamnya mempunyai diameter 711 5 mm dan panjang 508 5 mm. Silinder diletakkan secara horisontal di atas batang besi yang diletakkan pada ujung silinder sehingga silinder dapat diputar porosnya. Alat lain yang diperlukan dalam pengujian ini adalah bola baja dengan diameter 4,68 cm dan ayakan dengan ukuran No. 12 atau 1,7 mm serta talang untuk menampung agregat hasil pengujian. Besarnya nilai keausan diperoleh dengan persamaan : A-B Keausan = x 100% A Dengan :A= berat conto sebelum diuji, gr B = berat conto setelah diuji, gr.

49

Hasil uji keausan terhadap conto batu andesit di Desa Gerbosari adalah sebagai berikut (lihat Tabel 3).

6. PEMBAHASAN 6.1. Kualitas Bahan Bangunan Pemerintah mensyaratkan kualitas batu alam sebagai bahan bangunan adalah sebagai berikut (lihat Tabel 4).

Bahan bangunan yang dimaksudkan di sini adalah pondasi bangunan, tonggak dan batu tepi jalan, penutup lantai/trotoar, serta batu hias atau batu tempel. Sehubungan dengan keberadaan batu andesit di Desa Gerbosari, maka untuk mengetahui kualitasnya dilakukan pengujian di Laboratorium. Uji yang dilakukan adalah kuat tekan, ketahanan geser Loss Angeles (keausan), serta penyerapan air. Uji kekekalan bentuk dengan natrium sulfat tidak dilakukan karena uji ini sangat jarang dan biayanya sangat mahal. 6.2. Kuat Tekan Hasil uji kuat tekan terhadap conto batu andesit di Desa Gerbosari mendapatkan nilai kuat tekan antara 1158,84 2374,50 kg/cm2 (Tabel 1). Conto A1 dan A3 mempunyai nilai kuat tekan lebih kecil dari 1500 kg/cm2 sehingga jika dilihat secara sendiri-sendiri, maka berdasarkan SNI 030394-1989 kedua conto tersebut tidak dapat digunakan sebagai bahan pondasi kelas berat. Tetapi jika dilihat secara keseluruhan nilai kuat tekan rata-rata dari conto yang diambil adalah 1715,036

50

kg/cm2. Oleh karena itu jika ditinjau dari nilai kuat tekannya, maka batu andesit di Desa Gerbosari memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan bangunan, yaitu untuk pondasi kelas berat hingga ringan, tonggak dan batu tepi jalan, penutup lantai/trotoar, maupun sebagai batu hias atau batu tempel. 6.3. Keausan Hasil uji keausan terhadap conto batu andesit di Desa Gerbosari mendapatkan nilai keausan antara 8,74 11,76%. Nilai keausan maksimum batu alam sebagai bahan bangunan adalah 27% untuk pondasi kelas berat, sedangkan untuk pondasi kelas sedang maupun ringan lebih besar lagi, yaitu masing-masing 40% dan 50%. Oleh karena itu jika dilihat dari nilai keausannya, maka berdasarkan SNI 03-0394-1989 batu andesit di Gerbosari memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan bangunan. 6.4. PenyerapanAir Hasil uji sifat fisik terhadap conto batu andesit di Desa Gerbosari mendapatkan nilai penyerapan air antara 0,23 1,04%. Nilai penyerapan air batu alam sebagai bahan bangunan menurut SNI 030394-1989 maksimum sebesar 5%. Oleh karena itu jika dilihat dari nilai penyerapan airnya, maka berdasarkan SNI 03-0394-1989 batu andesit di Gerbosari memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan bangunan. 6.5. Retak Pecah dan Cacat Bongkah batu andesit yang terdapat di Desa Gerbosari terlihat padat dan utuh. Berdasarkan pengamatan terhadap conto yang diambil tidak dijumpai adanya retak pecah dan cacat. Demikian pula pada permukaan conto yang digergaji juga tidak dijumpai adanya retak pecah dan cacat. 6.6. Kemungkinan Pemanfaatan Berdasarkan hasil uji kuat tekan, sifat fisik, dan keausan terhadap conto batu andesit di Desa Gerbosari, maka dapat dilihat bahwa berdasarkan SNI 03-0394-1989 batu andesit tersebut memenuhi syarat jika digunakan sebagai bahan bangunan baik sebagai pondasi kelas berat hingga ringan, tonggak dan batu tepi jalan, penutup lantai/trotoar, maupun sebagai batu hias atau batu tempel. 7. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa berdasarkan SNI 03-0394-1989 batu andesit di Gerbosari dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan baik untuk pondasi kelas berat hingga ringan, tonggak dan batu tepi jalan, penutup lantai/trotoar, maupun sebagai batu hias atau batu tempel. DAFTAR PUSTAKA 1. Bieniawski, Z.T. 1989. Engineering Rock Mass Classifications. A. Wiley-Interscience Publications. 2. PUBI, 1982, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum, Bandung. 3. ,SNI 03-0294-1989, Batu Alam Untuk Bahan Bangunan, Mutu dan Cara Uji.

51

PROSIDING TPT XX PERHAPI 2011 EKSPLORASI BIJIH EMAS PLASER DI DAERAH KABUPATEN BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARAWaterman Sulistyana Magister Teknik Pertambangan UPN Veteran Jogjakarta [email protected] Abstract Penelitian di daerah Bombana Sulawesi Tenggara ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik endapan emas meliputi tipe, model, kadar, penyebaran bijih emas, serta ketebalan, dan tipe batuan pembawa endapan emas plaser. Metode penelitian: penelitian lapangan, pengambilan sampel dengan pembuatan parit dan sumur uji, analisis sampel endapan, evaluasi kualitas endapan emas plaser dengan metode geostatistik. Berdasarkan hasil penelitian lapangan diketahui pola penyebaran endapan bijih emas plaser dikontrol oleh arus purba yang memiliki arah relatif barat-timur dan mengalami gaya turbelensi. Endapan-endapan logam berat terakumulasi akibat gerakan putar memusat. Analisis variografi dan penaksiran dengan metode geostatistik menunjukkan distribusi kadar cukup tinggi pada bagian timurlaut daerah penelitian. Secara geologi endapan plaser tidak berasal dari endapan emas hidrotermal yang berkaitan dengan batuan vulkanik seperti epitermal, skarn dan porfiri, namun diduga berasal dari endapan orogenik. Kata kunci: bijih emas, plaser, geostatistik The aim of the research in the Bombana area, Southeast Sulawesi Province is to determine the characteristics of gold ore deposits including the type, model, distribution of gold ore grade, as well as the thickness, and formation of rock type of placer gold deposits. Research methods: fieldwork, sampling by making trenches and test pits, analyzing samples, gold ore grade estimation using geostatistics. Based on the results of the field research, we know patterns of distribution of placer gold ore deposits controlled by a paleo-stream that has a relative east-west direction, and has undergone turbulence style. Heavy metals deposits accumulate due to a phenomenon of rotary movement converge. Variography analysis and resource estimation using geostatistics method indicate high grade distribution located in the northeast area of the research. Local geological framework indicates that the placer gold ore is not related to volcanic rock-related hydrothermal gold deposit, but assumed to originate from orogenic deposit. Key words: gold ore, placer, geostatistics

1.1. LATAR BELAKANG Penelitian terdahulu dilakukan oleh Simanjuntak (1993), dan Nawawi tentang endapan

52

bijih emas di Sulawesi dan membandingkannya dengan temuan bijih emas sekunder di Sulawesi Tenggara telah mengindikasikan lokasi emas placer yang prospek untuk dikembangkan. Penelitian ini terletak di Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara (Gambar 1 di bawah).

Gambar 1. Lokasi penelitian Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik endapan emas meliputi tipe, model, kadar, dan penyebaran sumberdaya endapan emas plaser, serta ketebalan dan tipe batuan pembawa endapan emas plaser. Data tersebut digunakan untuk membantu dalam merencanakan kegiatan selanjutnya dalam penentuan lokasi kegiatan penambangan endapan emas yang sesuai dengan karakteristik endapan di lokasi kegiatan penelitian. Metode penelitian meliputi: pemetaan geologi, pembuatan parit uji dan sumur uji, pengambilan sampel endapan, analisis sampel endapan untuk membuat model endapan emas plaser, analisis geostatistika untuk mengetahui distribusi kadar emas. Manfaat penelitian adalah memberikan gambaran potensi bijih emas plaser di daerah penelitian, sehingga dapat dilakukan perencanaan tahap penambangan. 1.2. GEOLOGI Stratigrafi daerah penelitian tersusun tiga satuan batuan secara berurutan dari tua ke muda, yaitu satuan batuan metamorf, satuan batulempung pasiran, dan satuan lempung-pasir kerikilan. Satuan perbukitan curam menempati bagian selatan dicirikan dengan relief yang terbiku kuat dan memiliki pola aliran denritik dengan batuan penyusun berupa batuan metamorfik. Satuan perbukitan agak curam menempati bagian tengah dicirikan dengan relief

53

yang terbiku lemah dan memiliki pola aliran denritik dengan batuan penyusun berupa batulempung pasiran dan endapan Kuarter. Satuan perbukitan landai menempati bagian timur laut dicirikan oleh relief yang lemah dan mempunyai pola penyaluran sub paralel, tersusun oleh batuan-batuan endapan Kuarter yang kurang resisten. Endapan Kuarter di daerah penelitian terdiri dari endapan-endapan lepas lempung berpasir sampai pasir berkerikil yang membentuk struktur berlapis dan bergradasi normal. Fragmen-fragmen lepas berukuran kerakal-berangkal, dan dominan kerikil-pasir kasar berupa fragmen kuarsit, batuan terkersikan, mineral kuarsa, mineral mika, mineral hematit, ilmenit, titanit dan mineral logam berat berada di dalam matriks berukuran pasir sedanglempung berwarna coklat kehijauan. Beberapa singkapan endapan Kuarter memperlihatkan ketebalan yang bervariasi antara 20cm8m. Endapan ini diperkirakan merupakan hasil dari proses pengendapan aluvial purba berarus kuat dengan arah relatif barat-timur. Endapan semacam ini sering disebut Paleoaluvial yang terbentuk pada Zaman Kuarter dan endapanAluvial Resen yang berada di sekitar sungai.

Gambar 2. Peta geologi daerah penelitian Endapan Paleoaluvial terbentuk karena adanya arus transportasi yang kuat melewati penghalang berupa barisan gelombang di perbukitan bagian barat dan selatan daerah penelitian telah mengakibatkan fragmen-fragmen kerikil-berangkal pada bagian muka (front) dan didominasi oleh endapan-endapan pasir-kerikil pada bagian belakang (back) lensa pengendapan. Arus kuat yang berakibat gaya turbulensi serta putaran memusat menyebabkan mineral-mineral logam berat banyak terendapkan. Satuan ini melampar sekitar 70% di daerah penelitian. Berdasarkan pemetaan geologi daerah penelitian termasuk bagian dari sistem pola struktur Patahan Bungku yang memanjang arah relatif barat-barat laut sampai timur-tenggara (Gambar 2). Struktur patahan ini membentuk pola antiklinorium lemah Langkowala dengan orientasi sumbu antiklin-sinklin berarah relatif utara-selatan. Hal ini dapat dibuktikan di lapangan melalui perlapisan endapan Kuarter yang membentuk arah perlapisan relatif utaraselatan. Pada bagian barat daerah penelitian terlihat beberapa perlapisan dengan kemiringan lapisan yang landai atau sekitar 10.

54

1.3. METODE PENELITIAN DAN HASIL-HASIL Pemetaan geologi dilakukan pada lintasan-lintasan melalui alur sungai dan lereng-lereng bukit. Berdasarkan penelitian lapangan menunjukan bahwa endapan emas plaser berhubungan dengan urat kuarsa dalam batuan metamorf khususnya sekis mika dan metasedimen di daerah tersebut. Urat kuarsa sekarang ditemukan di Pegunungan Wumbubangka, pada sayap utara dari rangkaian pegunungan Rumbia. Urat (vein) kuarsa yang tergerus dan tersegmentasi tersebut memiliki ketebalan dari 2cm-2m dengan kadar emas cukup tinggi. Dua generasi urat diduga muncul di area ini yaitu generasi pertama paralel foliasi dengan orientasi N300oE/60, dan generasi kedua memotong urat generasi pertama dan foliasi batuan. Urat generasi pertama umumnya tergerus, terbreksiasi dan kadang-kadang sigmoidal, sedangkan urat generasi kedua relatif masif. Tipe urat yang sama kemungkinan juga hadir di Pegunungan Mendoke di sebelah utara dari daratan Langkowala. Pemetaan geologi untuk memperoleh profil lapisan batuan dilakukan secara detil pada daerah penelitian. Endapan emas sekunder terdapat pada endapan Kuarter yang hadir sebagai fragmen. Kegiatan pemetaan ini dimaksudkan untuk mencari dan menentukan model, tipe serta karakter endapan mineral logam emas plaser dan variasi litologi pembawanya di daerah penelitian. Pada satuan batuan pembawa endapan mineral logam emas plaser dilakukan pengambilan sampel endapan secara acak berupa stream sediment sampling dan soil sampling dengan interval sekitar 250m dan dilakukan plot lokasi pengambilan sampel endapan. Pada kegiatan pemetaan ini juga dilakukan pemerian fragmen-fragmen batuan yang ada di Endapan Kuarter. Pengambilan stream sediment sampling, dan soil sampling dilakukan pada 33 lokasi. Sampel dipisahkan menjadi fragmen sand-gravel dan fragmen clay-sand. Pada material berukuran butir clay-coarse sand dilakukan pendulangan (panning) untuk memisahkan mineralmineral ringan dan berat. Pemisahan menggunakan ayakan (screen) menghasilkan fragmenfragmen yang berukuran butir +4mm (coarse sand) dan -4mm (clay-coarse sand). Materialmaterial clay-coarse sand dipisahkan menjadi mineral-mineral ringan dan mineral-mineral logam berat (konsentrat) menggunakan proses pendulangan (panning). Setiap konsentrat diberi nomor sampel dan dipisahkan sehingga menghasilkan pasir emas. Pasir emas ditimbang untuk perhitungan kadar emas pada setiap lokasi. Selanjutnya pasir emas ini di kelompokkan berdasarkan ukuran butir menurut skala Wenworth. Penentuan lokasi sumur uji, dan parit uji secara sistematis dilakukan di daerah yang memiliki potensi pasir emas (colour of gold) yang tinggi. Tabel 1 di bawah menunjukkan hasil uji stream sediment dan soil sampling untuk penentuan lokasi parit uji dan sumur uji.

55

Tabel 1. Hasil uji stream sediment dan soil samplingColour of Gold Smpl IDWSB 01 WSB 02 WSB 03 WSB 04 WSB 05 WSB 06 WSB 07 WSB 08 WSB 09 WSB 10 WSB 11 WSB 12 WSB 13 WSB 14 WSB 15 WSB 16 WSB 17 WSB 18 WSB 19 WSB 20 WSB 21 WSB 22 WSB 23 WSB 24 WSB 25 WSB 26 WSB 27 WSB 28 WSB 29 WSB 30 WSB 31 WSB 32 WSB 33

VC (>4mm)0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 9 0 0 0 6 3 0 0 0 1 2 1 0

C (4-2mm)10 9 10 7 11 0 4 1 5 9 7 11 12 7 11 7 1 7 1 0 6 3 7 2 3 2 0 1 0 10 4 7 5

M (2-1mm)5 2 4 3 10 0 13 1 10 10 3 5 2 3 4 3 12 3 10 6 3 2 5 4 0 3 0 10 6 4 8 5 4

F (1-0,5mm)2 6 2 0 2 8 0 6 12 8 0 2 6 0 2 0 8 0 2 10 0 3 5 4 0 0 0 2 10 2 3 5 4

VF (