bab 1 pendahuluan -...

10
LKj IP , BAB I 1 BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Kehutanan Tahun 2016 merupakan komitmen nyata dalam mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Instansi Pemerintah yang diatur kemudian dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan secara teknis diatur dalam Peraturan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Lkj IP Dinas kehutanan ini mengungkapkan capaian kinerja sasaran terhadap target yang ditetapkan pada setiap agenda dalam Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 disertai perbandingan dengan realisasi tahun-tahun sebelumnya dan penjelasan atas keberhasilan dan atau kegagalan pencapaian sasaran. Pertanggungjawaban kinerja pelaksanaan pembangunan sifatnya terukur, terdapat standar pengukuran antara yang diukur dengan piranti pengukurannya. Pertanggungjawaban pengukuran yang diukur adalah kegiatan, program dan sasaran yang prosesnya adalah sejauh mana kegiatan program dan sasaran dilaksanakan tidak salah dengan berbagai piranti perencanaan yang telah dibuat. Bab 1 berisi: 1. Latar Belakang 2. Landasan Hukum 3. Maksud dan Tujuan 4. Gambaran Umum Organisasi 5. Fungsi Strategis Dinas Kehutanan 6. Isu-isu Strategis Organisasi

Upload: dothuy

Post on 13-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LKj IP , BAB I 1

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Kehutanan Tahun 2016 merupakan

komitmen nyata dalam mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP) sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8

Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Instansi Pemerintah yang diatur kemudian

dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah dan secara teknis diatur dalam Peraturan Menteri PAN dan Reformasi

Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Kinerja dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja

Instansi Pemerintah.

Lkj IP Dinas kehutanan ini mengungkapkan capaian

kinerja sasaran terhadap target yang ditetapkan

pada setiap agenda dalam Renstra Dinas Kehutanan

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 disertai

perbandingan dengan realisasi tahun-tahun

sebelumnya dan penjelasan atas keberhasilan dan

atau kegagalan pencapaian sasaran.

Pertanggungjawaban kinerja pelaksanaan pembangunan sifatnya terukur, terdapat standar

pengukuran antara yang diukur dengan piranti pengukurannya. Pertanggungjawaban

pengukuran yang diukur adalah kegiatan, program dan sasaran yang prosesnya adalah

sejauh mana kegiatan program dan sasaran dilaksanakan tidak salah dengan berbagai

piranti perencanaan yang telah dibuat.

Bab 1 berisi: 1. Latar Belakang 2. Landasan Hukum 3. Maksud dan Tujuan 4. Gambaran Umum Organisasi 5. Fungsi Strategis Dinas

Kehutanan 6. Isu-isu Strategis Organisasi

LKj IP , BAB I 2

1.2 Landasan Hukum

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kehutanan Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2016 dilandasi dengan dasar hukum sebagai berikut :

1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja

Instansi Pemerintah;

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

4. Permen PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian

Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah;

1.3 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Laporan Kinerja Instansi Instansi Pemerintah

(LKj IP) tahun 2016 pada Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah adalah :

1. Untuk mengetahui pencapaian kinerja sasaran SKPD sebagaimana yang telah

ditetapkan dalam Renstra SKPD;

2. Sebagai acuan untuk perencanaan kegiatan di tahun mendatang, khususnya dalam

perencanaan kinerja di tahun mendatang;

3. Sebagai bukti akuntabilitas kepada Publik atas penggunaan sumber daya dalam

rentang waktu satu tahun.

1.4 Gambaran Umum Organisasi

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah merupakan unsur pelaksana Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah di bidang kehutanan yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas, yang secara

struktural berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris

Daerah. Dinas Kehutanan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Jawa Tengah

Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas Daerah

Provinsi Jawa Tengah.

LKj IP , BAB I 3

Tugas pokok Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Pasal 68 Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2008 adalah “ Melaksanakan urusan

pemerintah daerah bidang kehutanan berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas

pembantuan”.

Adapun fungsi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Pasal 69 Perda Nomor

6 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan teknis bidang kehutanan

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan

3. Pembinaan dan fasilitasi bidang kehutanan lingkup provinsi dan kabupaten/ kota

4. Pelaksanaan tugas di bidang planologi kehutanan, pengusahaan hutan, rehabilitasi

dan pengembangan sumberdaya hutan dan lahan, serta perlindungan hutan dan

konservasi alam

5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang kehutanan

6. Pelaksanaan kesekretariatan dinas

7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah sebagai

organisasi sebagai berikut:

1. Sekretariat :

a. Tugas:

Melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian

penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang

program, keuangan, umum dan kepegawaian

b. Fungsi:

1) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoor-dinasian

penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di

bidang program;

2) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoor-dinasian

penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di

bidang keuangan;

LKj IP , BAB I 4

3) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoor-dinasian penyelenggaraan

tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan

kepegawaian;

4) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

Sekretariat membawahkan 3 (tiga) sub bagian yaitu Program, Keuangan, serta Umum dan

Kepegawaian, dengan tugas :

1. Subbagian Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyeleng-garaan secara terpadu,

pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang program, meliputi : koordinasi

perencanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta pengelolaan sistem informasi

di lingkungan Dinas.

2. Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyeleng-garaan secara terpadu,

pelayanan administrasi, dan pelaksanaan bidang keuangan, meliputi : pengelolaan

keuangan, verifikasi, pembukuan dan akuntansi di lingkungan Dinas.

3. Subbagian Umum Dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan secara

terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian,

meliputi : pengelolaan administrasi kepegawaian, hukum, humas, organisasi dan

tatalaksana, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan dilingkungan dinas.

4. Bidang Planologi Kehutanan;

a. Tugas

melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang

inventarisasi dan sistem informasi kehutanan, pengukuhan dan penatagunaan hutan

b. Fungsi:

5. Bidang Pengusahaan Hutan;

6. Bidang Rehabilitasi dan Pengembangan Sumber Daya Lahan;

7. Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam;

8. UPTD;

9. Kelompok Jabatan Fungsional

LKj IP , BAB I 5

1.4.1. Sumber Daya Manusia

Pegawai Negeri Sipil Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016

berjumlah 148 orang. Komposisi PNS menurut Unit Kerja dan golongan dalam tabel

berikut :

LKj IP , BAB I 6

Tabel 1.1

PNS Berdasarkan Unit Kerja dan Golongan

No

UNIT KERJA

GOLONGAN JUMLAH

I II III IV

1. Dinas Kehutanan 0 12 62 15 89

2. BPPHH Wilayah I Semarang 1 2 10 2 15

3. BPPHH Wilayah II Tegal 1 2 4 2 9

4. BPTH 1 0 10 1 12

5. BKTKR Baturraden 0 1 2 3 6

6. BTHR KGPAA, Mangkunegoro 0 2 6 3 11

JUMLAH 2 19 95 26 142

Tabel 1.2

PNS Berdasarkan Unit Kerja dan Pendidikan Formal

No

UNIT KERJA

PENDIDIKAN FORMAL

S3 S2 S1 D1 D2 D3 D4 SLTA SMP SD JML

1. Dinas Kehutanan 0 20 42 0 0 4 1 22 1 0 90

2. BPPHH Wilayah I

Semarang

0 2 6 0 0 0 0 7 0 0 15

3. BPPHH Wilayah II

Tegal

0 1 2 0 0 0 0 5 0 0 8

4. BPTH 0 3 6 0 0 0 0 2 0 0 11

5. BKTKR Baturraden 0 4 0 0 0 1 0 1 0 0 6

6. BTHR KGPAA,

Mangkunegoro

0 4 3 0 0 0 0 4 1 0 12

JUMLAH 0 35 59 0 0 5 1 39 2 0 142

1.4.2. Prasarana/ Sarana

Aset tetap yang berada dalam penguasaan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah

sangat penting dalam upaya mendukung tugas dan fungsi. Aset Tetap mencakup

golongan : Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan, Irigasi dan

Jaringan; Aset tetap Lainnya; dan Konstruksi dalam pengerjaan. Adapun data

rekapitulasi aset tetap berdasarkan golongan pembidangan barang per awal Januari

2016 dapat dilihat pada Tabel 1.3.

LKj IP , BAB I 7

Tabel 1.3

Daftar Aset Tetap

No. Uraian Jumlah (unit) Nilai (Rp)

1. Tanah 10 18.182.850.000

2. Peralatan dan Mesin 3761 13.995.297.249

3. Gedung dan Bangunan 97 14.182.586.341

Jalan, Irigasi, jaringan 24 6.988.684.167

Aset Tetap Lainnya 1897 991.346.600

Jumlah Keseluruhan 5.312 54.340.764.357

1.4.3 Pembiayaan

Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya, pada tahun 2016 Dinas Kehutanan

Provinsi Jawa Tengah didukung oleh anggaran yang bersumber dari APBD Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2016 sejumlah Rp. 52.380.301.000,- dan APBN Tahun 2016

sejumlah Rp. 4.295.000.000,-

1.5 Fungsi Strategis Dinas Kehutanan

Peran Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah sangat strategis karena merupakan

motor penggerak dan koordinator pembangunan Kehutanan di Jawa Tengah.

Intervensi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah sebagai unsur pemerintah adalah

dari sisi regulator dan pengawasan. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa

Tengah Nomor 6 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah

Provinsi Jawa Tengah, Dinas Kehutanan secara umum memiliki Fungsi strategis yaitu :

1. Perumusan kebijakan teknis bidang kehutanan; 2. Penyelenggaraan urusan

pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan; 3. Pembinaan dan fasilitasi

bidang kehutanan lingkup provinsi dan Kabupaten/Kota; 4. Pelaksanaan tugas di

bidang planologi kehutanan, pengusahaan hutan, rehabilitasi dan pengembangan

sumberdaya hutan dan lahan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam; 5.

Pemantauan evaluasi dan pelaporan bidang kehutanan; 6. Pelaksanaan kesekretariatan

dinas; 7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Selain itu menunjuk Amanah UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

mengamanatkan bahwa beberapa kewenangan pengurusan hutan termasuk di

dalamnya upaya-upaya untuk melakukan penurunan emisi akan dikembalikan kepada

LKj IP , BAB I 8

Pemerintah Provinsi. Dengan infrastruktur kelembagaan yang ada, Dinas Kehutanan

Provinsi akan melakukan kolaborasi dan kerjasama yang sangat kuat dengan Dinas –

Dinas Kehutanan Kabupaten, termasuk upaya meningkatkan kemampuan sumber

Daya Manusia di Kabupaten/ Kota serta Provinsi, dan kerjasama dengan UPT

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar mampu menjalankan amanah

Undang-undang tersebut.

1.6 Isu – Isu Strategis Organisasi

Berdasarkan penyelenggaraan pelayanan pada Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah

telah teridentifikasi beberapa permasalahan yang dihadapi dan perlu mendapatkan

perhatian dari Dinas Kehutanan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penerapan Undang undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah perlu

mendapat perhatian bersama dengan melakukan persiapan personil, pembiayaan,

peralatan dan dokumen agar pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan

kehutanan dapat berjalan dengan baik sehingga pelayanan kepada masyarakat di

bidang kehutanan tetap berjalan dengan baik dan lancar.

2. Pembangunan kehutanan sampai dengan saat ini masih dihadapkan pada beberapa

isu penting yang tetap harus mendapat perhatian bersama terutama terkait

penanganan lahan kritis, pengakuan peran kehutanan dalam struktus perekonomian

yang indikatornya diukur melalui PDRB, dan angka kemiskinan masyarakat di sekitar

hutan yang masih tinggi, sehingga sering menempatkan sektor kehutanan pada

posisi tawar yang sulit dalam struktur ekonomi masyarakat pedesaan;

3. Ketersediaan data dan informasi teknis kehutanan yang sering tidak kontinyu dan

kurang baku menyulitkan dalam perencanaan dan pengendalian pembangunan

kehutanan. Hal ini dikarenakan data dan informasi yang tersebar pada banyak

pihak baik yang dibatasi yurisdiksi maupun spasial/keruangan serta terbatasnya

akses untuk memperolehnya telah menyebabkan kurangnya ketersediaan dan

keterpaduan data dan informasi kehutanan;

4. Meningkatnya kebutuhan penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan di luar

kehutanan dan masih banyaknya kasus yang belum tuntas atas penggunaan

LKj IP , BAB I 9

kawasan hutan di masa yang lalu, maka potensi konflik atas pemanfaatan kawasan

hutan akan semakin besar dan memerlukan ketersediaan sumberdaya baik sarana

dan prasarana maupun SDM yang kompeten baik di tingkat Provinsi maupun

Kabupaten/Kota;

5. Tingkat kesadaran masyarakat atas tingginya nilai ekonomi hutan rakyat telah

meningkatkan animo masyarakat dalam menanam pohon, namun demikian pola

budidaya hutan rakyat masih dijumpai kegagalan budidaya dikarenakan bibit yang

kurang berkualitas, teknik budidaya yang belum sepenuhnya menerapkan silvikutur

intensif dan tingginya serangan hama dan penyakit;

6. Pengembangan hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan sering terkendala

keterbatasan akses pasar, modal dan kurang fokus serta kurang terpadu dalam

pengembangannya;

7. Kawasan hutan hutan lindung dan hutan konservasi, secara umum sering mendapat

tekanan dari masyarakat di sekitar kawasan dikarenakan secara historis mereka

sangat tergantung dari hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari;

8. Lemahnya ketersediaan data dan informasi potensi dan produksi kayu yang berasal

dari hutan hak/hutan rakyat dikarenakan lemahnya akses data dan informasi atas

sebaran dan potensi tegakan hutan rakyat dan produksi kayu rakyat;

9. Ancaman gangguan keamanan hutan, kebakaran hutan, pencurian hasil hutan dan

degradasi hutan masih cukup tinggi yang menyebabkan timbulnya hutan dan lahan

kritis, hal ini perlu mandapat perhatian dengan memberikan pelatihan dan

penambahan peralatan pengamanan hutan.

10. Banyaknya peraturan perundangan dan seringnya perubahan dalam pengaturannya

telah meningkatkan beban bagi penyelenggaraan urusan kehutanan di daerah dan

telah menimbulkan potensi kekurangpaduan dan kekurangsinergian dikarenakan

banyaknya dokumen perencanaan, dokumen pelaksanaan dan dokumen pelaporan

yang harus dipenuhi;

11. Banyak sumber benih yang tidak aktif/ tidak berfungsi lagi, termasuk didalam

kawasan hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah.

LKj IP , BAB I 10

12. Masih kurangnya minat para pengelola untuk mengaktifkan produktifitas sumber

benih dan benih yang berkualitas/ unggul belum banyak digunakan

13. Benih berkualitas/ unggul masih belum banyak digunakan

14. Terbatasnya prasarana, sarana dan kualitas SDM dalam pelayanan publik, telah

meningkatkan ketidakpuasan publik;