bab viianalisis isu

31
BAB VII ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH 7.1 Identifikasi Isu-Isu Strategis..................... 7.2 Penentuan Isu-Isu Strategis........................ A. ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Sektor pertambangan di Kabupaten Sukamara memiliki beberapa jenis yang merupakan jenis bahan galian C, ini merupakan potensi yang sangat baik bagi perkembangan daerah di kedepan. Terdapat beberapa bahan tambang potensial yang diketahui saat ini di Kabupaten Sukamara yaitu Kaolin, Pasir Kuarsa, Kristal Kuarsa, Batuan Beku / Batu belah, Zircon, Bauksit. Rata-rata penduduk bekerja di sektor pertanian. Jasa-jasa, Industri pengolahan, dan perdagangan. Penduduk usia bekerja pada tahun 2010 mencapai 30.949 jiwa atau sekitar 68,85%. Dari Sektor Pertanian,Produksi Kelapa sawit dari perkebunan rakyat mencapai 27.082 ton dengan luas lahan sebesar 2.288 hektar. Dari Sektor Perdagangan,Banyaknya perusahaan di Kabupaten Sukamara adalah 398 unit usaha yang terdiri atas 7 Persero Terbatas, 289 CV/Firma, 45 koperasi, dan 57 perusahaan perorangan Jalan yang masih rusak menghambat laju perkembangan perekonomi yang ada di kabupaten sukamara. Kurangnya sarana atau prasarana dalam melakukan pembangunan, contohnya kurangnya alat berat untuk pembukaan lahan. Saat musim kemarau, sering terjadi kebakaran hutan yang menyebabkan lahan kebun karet sering terbakar, yang harusnya panen 80% menjadi 40%. Masih tradisionalnya alat yang di gunakan untuk perkebunan karet menyebabkan pengolahan berjalan sangat lama. Dengan lahan yang subur untuk sebuah perkebunan, bukan tidak mungkin perusahaan dari luar akan

Upload: ade-kurniawan

Post on 25-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB VII ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

7.1 Identifikasi Isu-Isu Strategis....................................................................

7.2 Penentuan Isu-Isu Strategis...................................................................

A. ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

Sektor pertambangan di Kabupaten Sukamara memiliki beberapa jenis yang merupakan jenis

bahan galian C, ini merupakan potensi yang sangat baik bagi perkembangan daerah di kedepan.

Terdapat beberapa bahan tambang potensial yang diketahui saat ini di Kabupaten Sukamara yaitu

Kaolin, Pasir Kuarsa, Kristal Kuarsa, Batuan Beku / Batu belah, Zircon, Bauksit.

Rata-rata penduduk bekerja di sektor pertanian. Jasa-jasa, Industri pengolahan, dan

perdagangan. Penduduk usia bekerja pada tahun 2010 mencapai 30.949 jiwa atau sekitar 68,85%. Dari

Sektor Pertanian,Produksi Kelapa sawit dari perkebunan rakyat mencapai 27.082 ton dengan luas lahan

sebesar 2.288 hektar.

Dari Sektor Perdagangan,Banyaknya perusahaan di Kabupaten Sukamara adalah 398 unit usaha yang

terdiri atas 7 Persero Terbatas, 289 CV/Firma, 45 koperasi, dan 57 perusahaan perorangan Jalan yang

masih rusak menghambat laju perkembangan perekonomi yang ada di kabupaten sukamara. Kurangnya

sarana atau prasarana dalam melakukan pembangunan, contohnya kurangnya alat berat untuk

pembukaan lahan. Saat musim kemarau, sering terjadi kebakaran hutan yang menyebabkan lahan

kebun karet sering terbakar, yang harusnya panen 80% menjadi 40%.

Masih tradisionalnya alat yang di gunakan untuk perkebunan karet menyebabkan pengolahan

berjalan sangat lama. Dengan lahan yang subur untuk sebuah perkebunan, bukan tidak mungkin

perusahaan dari luar akan masuk untuk menginvestasikan atau membuat sebuah perkebunan di

kabupaten sukamara.

Terbukanya jembatan baru yang menghubungkan sukamara dengan kabupaten ketapang

Kalimantan barat, mungkin akan membangkitkan perekonomian yang ada di sukamara. Kesempatan dari

pemerintah pusat untuk memperkanalkan sumber daya yang di miliki oleh daerah melalui pameran yang

berlangsung di Jakarta tiap tahunnya, menjadikan banyaknya peminat dari luar untuk membeli batu

kecubung yang ada di sukamara, dan hasilnya pun semakin meningkat menjadi 75%. Di perkirakan dua

atau tiga tahun kedepan akan banyaknya pengusaha yang datang dari luar untuk membuka usaha baru

di kabupaten sukamara, bukan tidak mungkin karena masih banyaknya lahan yang ada di kabupaten

sukamara. Banyaknya hasil kelapa sawit yang kualitasnya lebih baik dari luar kabupaten sukamara,

mengakibatkan penurunan harga kelapa sawit yang ada di kabupaten sukamara menjadi Rp.5000 per

Killogram. Turunnya harga minyak mentah dunia menyebabkan penurunan harga kelapa sawit,

menyebabkan tersendatnya pengolahannya. Banyaknya bahan makanan dari pula jawa menyebabkan

petani di kabupaten sukamara mengalami penurunan pendapatan dari hasil pertaniannya.

Kurang nya pemerintah provinsi dalam mengontrol jalan lintas provinsi menyebabkan

kurangnya pengunjung yang datang ke kabupaten sukamara untuk melakukan kerjasama dalam hal

industri menjadi kerugian untuk pemerintah kabupaten sukamara.

Isu

B. Identifikasi Isu Strategis

Dari sector perdagangan, ada banyak perusahan yang ada di kabupaten sukamara, banyaknya

perusahaan yang ada di kabupaten sukamara adalah 398 unit usaha yang terdiri atas 7 Persero Terbatas,

289 CV/Firma, 45 koperasi, dan 57 perusahaan perorangan. Sehingga memungkinkan untuk memajukan

perekonomian kabupaten sukamara jika perusahaan itu benar-benar di jalankan dengan baik.

Banyaknya lahan kosong yang mungkin bisa menjanjikan untuk mengolah suatu perkebunan di

kabupaten sukamara. Salah satunya perkebunan kelapa sawit dan karet. Dari sector pertanian yang ada

sekarang,produksi kelapa sawit dari perkebunan rakyat mencapai 27.082 ton dengan luas lahan sebesar

2.288 hektar. Jelas hal ini menunjukan betapa besarnya peran perkebunan dalam menggerakan

perekonomian masyarakat yang ada di kabupaten sukamara.

Di kabupaten Sukamara, Rata-rata penduduknya bekerja di sektor pertanian. Jasa-jasa, Industri

pengolahan, dan perdagangan.Penduduk usia bekerja pada tahun 2010 mencapai 30.949 jiwa atau

sekitar 68,85%. Jelas hal ini menjadi catatan tersendiri untuk pemerintah daerah untuk bagaimana

menyediakan fasilitas yang baik untuk menunjang pekerjaan mereka.

C. Penentuan Isu Isu Strategis

Dari isu-isu strategis yang sudah dibahas, dapat disimpulakn bahwa Kab. Sukamara lebih

dominan bergerak di sector perkebunan. Khusunya Kelapa Sawit dan Karet. Maka sektor perkebunan

kelapa sawit dan karet harus dikelola sebaik mungkin, untuk menjaga kualitas Kelapa sawit yang baik

perlu di lakukan pencarian bibit yang baik untuk kulaitas yang menjanjikan dan kualiats yang tidak kalah

saing dengan yang ada di daerah lain. Sektor perkebunan kelapa sawit yang ada di kabupaten sukamara

sangatlah besar peranan nya dalam meningkatkan perekonomian masyarakat yang ada di kabupaten

sukamara. Dengan di maksimalkan nya sector ini, mungkin bisa mengundang para investor untuk bisa

membuka lahan perkebunan yang baru, agar bisa meningkatkan hasil pendapatan daerah tiap tahunnya.

7.1. Permasalahan Pembangunan Daerah Kabupaten Sukamara

Permasalahan pembangunan daerah adalah adanya kesenjangan antara kinerja pembangunan

daerah Kabupaten Sukamara yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang

diinginkan di masa dating dengan kondisi riil saat perencanaan dilaksanakan. Permasalahan

pembangunan dapat diidentifikasikan dari informasi pada gambaran umum daerah dan hasil evaluasi

kinerja pembangunan untuk masing-masing aspek dan urusan, serta kesepakatan dari pihak yang

berkepentingan dalam proses pembangunan daerah Kabupaten Sukamara.

7.1.1 Permasalahan daerah yang berhubungan dengan prioritas dan sasaran pembangunan daerah

A. Masalah Penyediaan Infrastruktur Pembangunan

Permasalahan infrastruktur pembangunan di Kabupaten Sukamara secara garis besar adalah

menyangkut penyediaan infrastruktur sekurangnya harus mempertimbangkan tiga realitas berikut.

Pertama, ketimpangan pembanguna nasional. Kedua, potensi ekonomi terbesar di kabupaten Sukamara

berada di sektor pertanian (dalam arti luas) dan sumber daya lainnya. (menyangkut penyerapan tenaga

kerjanya, aksesibilitas daerah, irigasi teknis, dan kelistrikan), sehingga kebutuhan infrstruktur untuk

menyokong potensi ekonomi tersebut juga wajib diprioritaskan. Ketiga, wilayah pedesaan selama ini

kurang mendapatkan perhatian dalam penyediaan infrastruktur, sehingga mempercepat proses

pemburukan kualitas hidup maupun aktivitas ekonomi penduduk yang berdiam di pedesaan. Kenyataan

itulah yang harus dilihat dalam merumuskan kembali permasalahan-permasalahan pembangunan

infrastruktur mencakup :

1) Belum terwujudnya sistem dan jaringan transportasi, komunikasi,dan informasi yang

mendukung aktivitas ekonomi kerakyatan

2) Masih terbatasnya infrastruktur pengairan yang mendukung ketahanan pangan

3) Belum optimalnya pemanfaatan sumber energy untuk masyarakat

4) Masih rendahnya kualitas dan kuantitasnya infrastruktur terutama prasarana jalan dan

jembatan

5) Penduduk relatif sedikit dan penyebaran penduduk berpencar-pencar tidak merata

menyebabkan pelayanannya menjadi sulit

6) Penyediaan energi listrik yang belum merata terutama di luar ibukota Sukamara mengakibatkan

aktivitas masyarakat rendah

B. Masalah Pengembangan Ekonomi Lokal

Permasalahan bidang ekonomi menjadi isu utama perencanaan pembangunan menyangkut

upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan sektor unggulan yang mampu

meningkatkan kinerja ekonomi daerah antara lain sub sector perkebunan sebagai salah satu kontribusi

pertumbuhan ekonomi potensial di kabupaten Sukamara. Selain memberikan nilai tambah terhadap

pendapatan domestic regional bruto yang paling besar juga menyerap tenaga kerja terbanyak. Sebagian

besar penduduk desa bekerja di sector perkebunan. Luas tanaman perkebunan rakyat yang terbesar

adalah komoditi kelapa sawit diikuti oleh komoditi karet. Selain sector perkebunan, industri mikro dan

kecil juga harus menjadi perhatian serius karena dari sector inilah pengentasan kemiskinan dapat

dilakukan secara mendasar.

C. Masalah Kualitas dan Keterjangkauan Pendidikan

Pendidikan merupakan investasi terpenting demi masa depan yang lebih baik, dan sarana

pendidikan sebagai fasilitas penunjangnya merupakan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi. Untuk

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu keberadaan gedung sekolah sebagai

sarana pendidikan di desa/ kelurahan merupakan hal yang wajib diperhatikan oleh pemerintah daerah.

Berdasarkan data yang ada, setiap kecamatan telah memiliki gedung sekolah SD, SLTP,. Namun, untuk

jenjang SLTA, kecamatan Permata Kecubung belum memiliki gedung sekolahnya dan untuk gedung SMK

baru kecamatan Jelai dan Sukamara yang telah memilikinya. demikian upaya untuk mendekatkan

layanan pendidikan serta upaya untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan perlu

terus ditingkatkan, terutama pelayanan pendidikan pada masyarakat di daerah pedalaman.

D. Masalah Kesejahteraan Sosial

Permasalahan sumber daya manusia merupakan salah satu indicator utama keberhasilan

layanan yang masih perlu dipikirkan dan menjadi tujuan pembangunan seperti layanan bidang

kesehatan, penanggulangan kemiskinan, serta pengembangan budaya dan wisata. Permasalahan

tersebut antara lain dapat dilihat bahwa Kabupaten Sukamara belum memiliki institusi social berupa

panti untuk menampung penduduk yang memiliki keterbatasan seperti cacat, jompo, dan yatim piatu

atau anak-anak terlantar.

E. Masalah Pembangunan Kapasitas Birokrasi

Kapasitas kelembagaan menjadi permasalahan utama mengingat peran pemerintah sebagai

subjek pembangunan dalam menentukan tingkat kesejahteraan dan arah pembangunan dalam bentuk

daya saing dalam ekonomi dan berkehidupan dengan penataan kelembagaan pemerintah. Perubahan

tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja pemerintah dalam pelayanan terhadapa masyarakat

guna mendorong dan mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Diharapkan pula aspirasi masyarakat

dapat tersalurkan melalui aparatur pemerintah yang ada.

7.1.1 Daya Dukung Lingkungan dan Sumber Daya Alam

Potensi sumber daya alam Kabupaten Sukamara yang berlimpah berupa wilayah yang luas,

sumber daya hutan, pertanian, perikanan, kelautan, pertambangan, dan lain sebagainya belum

sepenuhnya dapat dikeloloa secara optimal. Selain mempunyai nilai ekonomi, potensi sumber daya

kelautan juga mempunyai nilai daya dukung lingkungan yang strategis dalam program pemanfaatan

berkelanjutan dansaling keterkaitan dalam upaya peningkatan sumber daya kelautan, dan penataan

kawasan pesisir yang berkelanjutan. Khusus untuk pertambangan selain keterbatasan kewenangan

daerah, juga perlu dilakukan pemetaan yang akurat sehingga kita dapat mengoptimalkan bagi

kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sukamara.

A. Pencemaran Lingkungan

Di kabupaten Sukamara masih terdapat penduduk desa yang tinggal di bantaran sungai

sebanyak 1391 keluarga di 1199 bangunan rumah dan 564 keluarga di dalam 470 rumah di pemukiman

kumuh. Rata-rata desa di Sukamara pernah mengalami pencemaran lingkungan berupa polusi udara dan

bau yang diakibatkan kebakaran hutan maupun limbah industri pada tahun 2009, sedangkan desa-desa

yang dilalui aliran sungai rata-rata pernah mengalami pencemaran air.

B. Banjir, Gelombang Pasang Abrasi dan Kebakaran Hutan

Kawasan Rawan Banjir sebagai akibat luapan air terjadi pada sungai-sungai besar. Gelombang

pasang dan abrasi pantai berpotensi terjadi di sepanjang pantai yang meliputi daerah pesisir pantai

Kecamatan Jelai dan Kecamatan Pantai Lunci. Untuk ini diperlukan penanganan teknis dan peningkatan

perluasan kawasan lindung untuk menghindari/mengurangi resiko kemungkinan terjadinya banjir.

Kawasan Rawan Bencana Kebakaran Hutan di akibatkan terbakarnya hutan. Kebakaran lahan

juga merupakan salah satu bencana yang rawan terjadi di wilayah Kabupaten Sukamara. Kebakaran

lahan ini berasal dari pembakaran lahan dalam skala kecil oleh para petani tradisional. Perladangan

berpindah seringkali menjadi penyebab petani harus membakar lahan.Untuk ini diperlukan penanganan

teknis untuk menghindari/mengurangi resiko kemungkinan terjadinya kebakaran hutan.

Kawasan Rawan Bencana Gelombang Pasang di akibat perubahan kondisi alam. Gelombang

pasang dan abrasi pantai berpotensi terjadi di sepanjang pantai yang meliputi daerah pesisir pantai

Kecamatan Jelai dan Kecamatan Pantai Lunci. Untuk ini diperlukan penanganan teknis dan peningkatan

perluasan kawasan lindung untuk menghindari/mengurangi resiko kemungkinan terjadinya gelombang

pasang.

C. Pengelolaan Air Bersih

Pelayanan air bersih di Kabupaten Sukamara mempunyai potensi yang cukup besar untuk

menopang pengembangan kota, karena air bersih merupakan kebutuhan utama masyarakat.

Peningkatan pelayanan air bersih (demand) sangat potensial mengingat masih sedikit sekali yang

berlangganan PDAM selain kondisi air tanah maupun air permukaan yang memiliki kemungkinan akan

mengalami penurunan kuantitas maupun kualitas terutama kecamatan yang berada di Selatan

Kabupaten Sukamara yang sering mengalami kesulitan dalam hal penyediaan air bersih.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ketersediaan sumber air baku yang ada cukup memadai

terutama yang berasal dari air permukaan (sungai ataupun irigasi) serta potensi air tanah yang terdapat

di Kabupaten Sukamara. Pengembangan system air bersih merupakan suatu kebutuhan yang sangat

penting bagi pemerintah suatu kabupaten, karena hal ini menyangkut langkah-langkah bagaimana

memperoleh air, mengolahnya sehingga memenuhi standar yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan

pemanfaatannya, dan mendistribusikannya untuk berbagai kepentingan dari mulai untuk kepentingan

air minum, MCK, maupun kepentingan industry.

untuk memenuhi 30 orang, sedang sumur pompa tangan dangkal untuk 50 orang. Penggunaan

air tanah yang terus menerus akan menyebabkan penurunan kuantitas maupun kualitas. Hal tersebut

terjadi di kecamatan yang berada di Selatan Kabupaten Sukamara yang sering mengalami kesulitan

dalam hal penyediaan air bersih sehingga diperlukan peningkatan pelayanan air bersih tanpa

menurunkan kualitas dan kuantitas air tanah.

a. PDAM

Masyarakat Kabupaten Sukamara masih sedikit yang menggunakan PDAM. Mayoritas

penggunaan air bersih masih menggunakan sumur dan sungai. Dengan bertambahnya jumlah penduduk

maka dibutuhkan pula persediaan air bersih.

Beberapa unsur utama yang terdapat dalam sistem penyediaan air bersih adalah :

1. Sumber air

2. Transmisi utama yang meliputi Bangunan Penangkap Air (Bronkaptering),

pompa, kanal dan pipa yang digunakan untuk menyalurkan air ke fasilitas pengolahan atau

langsung ke sistem distribusi apabila air tidak membutuhkan pengolahan

3. Fasilitas pengolahan

4. Sistem distribusi, dan

5. Fasilitas servis untuk menyambungkan sistem distribusi ke konsumen.

Dibutuhkan satu kerja keras oleh aparat pemerintah kabupaten untuk memenuhi kebutuhan air

bersih wilayah ini, terutama untuk membangun sistem transmisi utama, pusat pengolahan dan

distribusi. Sedangkan untuk sumber air relatif tidak masalah mengingat banyaknya sungai-sungai yang

melintasi wilayah kabupaten ini serta potensi dari air tanah dalam. Sampai tahun 2029 ditargetkan

penambahan setengah dari prosentase yang belum terlayani air bersih.

Ketahanan Energi Listrik dan Gas

Saat ini pelayanan jaringan listrik yang ada belum menjangkau seluruh Kabupaten Sukamara.

Saat ini telah tersedia jaringan listrik berupa GRD sebanyak 41 unit atau sebesar 2.165 KVA. Diharapkan

dengan adanya prasarana listrik dapat mengantisipasi permintaan kebutuhan energi listrik untuk

mendukung pengembangan kawasan Sukamara. Kriteia pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan akan

pelayanan jaringan listrik untuk masa mendatang sebagai berikut:

Untuk rumah tangga dibedakan dalam tiga tipe yaitu berkisar dari 450, 900 dan 1.300 VA yang

pembagiannya diasumsikan dengan perbandingan 1 : 3 : 6.

a. Asumsi tiap KK terdiri atas 5 (lima) jiwa

b. Kebutuhan sosial direncanakan 30% dari kebutuhan rumah tangga.

c. Untuk penerangan umum direncanakan 2% total kebutuhan rumah tangga

Jaringan listrik di kabupaten sukamara merupakan sumber energy yang vital bagi masyarakat

sehingga kontinuitas keberadaannya selalu dijaga agar masyarakat tetap dapat menikmatinya.

Peningkatan pelayanan dan kualitas pasokan listrik diperlukan demi kepentingan bersama, perlu juga

dikembangkan pemasaran listrik ke wilayah perdesaan yang belum terjangkau hingga saat ini.

kebutuhan akan pelayanan jaringan listrik mengalami kenaikan dari tahun 2009 hingga 2029

untuk kecamatan Jelai dari 1706,455 kW menjadi 2.585,993 kW, Sukamara dari 8.106,665 kW menjadi

27.961,367 kW, Balai Riam dari 2.477,425 menjadi 7.673,06 kW, Pantai Lunci dari 1.753,746 kW menjadi

2.259,622 kW dan Permata kecubung dari 2.354,869 kW menjadi 4918,88 kW. Adanya peningkatan

kebutuhan listrik maka perlu adanya penambahan daya listrik agar dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat Kabupaten Sukamara. Untuk memenuhi kebutuhan akan jaringan listrik sesuai dengan

arahan RTRWP dapat menggunakan Pembangkit tenaga listrik dengan batubara. Selain itu, penambahan

jaringan listrik dilakukan pada kawasan yang terdapat perumahan baru, perlu adanya penanganan

terhadap jaringan listrik atau gardu induk yang bermasalah.

Adapun lokasi pembangunan pembangkit listrik di Kabupaten Sukamara terdapat di beberapa

kecamatan sebagai berikut :

1. Kecamatan Sukamara

2. Kecamatan Balai Riam

3. Kecamatan Kuala Jelai

4. Kecamatan Pantai Lunci

Kondisi Energi KetenagaListrikan di Kabupaten Sukamara :

I. Jangka Pendek ( 1 - 5 Tahun Kedepan )

- Pemerintah Kabupaten Sukamara telah mengadakan pembelian mesin pembangkit listrik

untuk menambah pasokan daya PLN dengan system pinjam pakai dengan rincian sebagai

berikut :

a. 2 Unit dengan daya masing-masing sebesar 500 KVA pada PLN Ranting Sukamara.

b. 1 Unit dengan daya 250 KVA pada PLN Balai Riam

c. 1 Unit dengan daya 250 KVA pada PLN Kuala Jelai

d. 1 Unit dengan daya 250 KVA pada PLN Pantai Lunci

- Pihak PLN sendiri untuk mengatasi kekurangan daya listrik mengadakan Sewa Mesin Genset

dengan Pihak Ketiga / Swasta mulai tahun 2011 dengan daya 1,5 MW, yang akan meningkat

terus dari tahun ke tahun seiring meningkatnya kebutuhan daya listrik dari masyarakat

yang diperkirakan tumbuh sebesar 0,4 MW per tahunnya.

- Sehingga untuk saat ini kebutuhan / permintaan daya listrik dari masyarakat sukamara

sebesar 2 MW dapat terlayani oleh pihak PLN.

II. Jangka Panjang ( 5 – 20 Tahun Kedepan )

- Untuk mengatasi meningkatnya kebutuhan daya listrik di Kabupaten Sukamara, pihak PLN

akan membangun Jaringan Interkoneksi dari Kabupaten Kotawaringin Barat, sehingga

kebutuhan daya listrik di Kabupaten Sukamara di Pasok dari pembangkit yang ada di

wilayah Kotawaringin Barat (adanya pembangunan PLTU).

Potensi Energi KetenagaListrikan di Kabupaten Sukamara :

- Pasokan energy ketenaga listrikan selama ini di wilayah Kabupaten Sukamara adalah PLTD

( Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ) dengan sumber energy dari minyak solar.

- Potensi energinketenaga listrikan di wilayah Kabupaten Sukamara adalah tenaga surya

untuk wilayah-wilayah terpencil yang jauh dari jaringan listrik (hanya untuk penerangan

dirumah dengan kapasitas kecil) serta tenaga angin untuk daerah-daerah pesisir (sulit

terealisasi karena kendala perhitungan ekonomis dan teknologi tinggi)

- Satu-satunya Potensi energy ketenagalistrikan yang memungkinkan khususnya di wilayah

Kabupaten Sukamara umumnya di Kalimantan Tengah adalah tenaga uap (PLTU) dengan

sumber energy dari batubara (lebih ekonomis)

D. RTH (Ruang Terbuka Hijau)

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang

penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,baik yang tumbuh secara alamiah

maupun yang sengaja ditanam. Ruang Terbuka Hijau yang termasuk didalamnya hutan kota Natai

Sedawak yang berlokasi di Sukamara seluas 30 hektar dan hutan kota Limau Kuit yang berlokasi di Pantai

Lunci seluas 22 hektar.

.

7.1.2 Dinamika Sosial Budaya

A. Pertambahan Penduduk

Penduduk selalu mengalami perubahan setiap tahunnya. Perubahan penduduk ditandai dengan

adanya imigrasi, kelahiran, dan kematian.

B. Pembangunan Pendidikan

Prioritas pembangunan daerah kabupaten Sukamara dalam bidang pendidikan ditetapkan dalam

rangka untuk memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas di semua jenjang baik pada tingkat

pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan non formal yang

kesemuanya diarahkan kepada pendidikan sesuai dan selaras dengan kebutuhan pembangunan. Begitu

juga dengan pemberian beasiswa kepada anak yang berprestasi dan mau meneruskan pendidikannya ke

luar kabupaten Sukamara yang spesialisasinya disesuaikan dengan kebutuhan Kabupaten Sukamara

akan tenaga terdidik di bidang-bidang tertentu seperti: tenaga kesehatan, dokter dan tenaga

professional lainnya. Selain itu, program prioritas di bidang pendidikan juga ditujukan untuk peningkatan

kesejahteraan guru, peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan, serta

peningkatan mutu belajar mengajar di sekolah.

C. Pembangunan Kesehatan

Kesehatan berkaitan langsung dengan kualitas kehidupan masyarakat. Ketersediaan sarana

kesehatan yang memadai diharapkan mampu menunjang kualitas kesehatan masyarakat. Selain

ditunjang oleh sarana kesehatan, perilaku hidup sehat pada diri masyarakat juga merupakan hal

mendasar yang menjamin kualitas kesehatan mereka. Dengan berperilaku hidup sehat maka dapat

mencegah kemungkinan terjadinya penyakit-penyakit mewabah.

Desa/ kelurahan minimal telah memiliki satu jenis sarana kesehatan kecuali Desa Pempaning.

Wabah penyakit yang sering diderita oleh penduduk desa adalah muntaber/diare dan infeksi saluran

pernapasan (ISPA). Penyakit muntaber/diare berkaitan dengan konsumsi makanan ataupun sumber air

untuk minum, sedangkan ISPA banyak disebabkan oleh terjadinya kebakaran hutan.

D. Kemiskinan Kabupaten

Penanggulangan kemiskinan tidaklah dapat dilakukan secarasingkat dan instan, karena

kompleksitas permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat miskin dan keterbatasan sumber daya

yang tersedia. Penanggulangan kemiskinan harus dilakukansecara terencana, pendekatan yang terpadu,

sinergis, pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, yang dilandasi oleh kemitraan dan keterlibatan

berbagai pihak dan dikelola sebagai suatu gerakan bersama penanggulangan kemiskinan untuk

mewujudkan pemenuhan hak-hak dasar dan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

perbaikan kondisi sosial, ekonomi dan budaya dan peningkatan kesejahteraan kemiskinan.Berbagai

kebijakan publik pemerintah kabupaten telah dilaksanakan dan diterapkan, hal ini tentunya memiliki

dampak, baik langsung maupun tidak langsung. Dampak pelaksanaan kebijakan publik dapat berupa

perbaikan taraf hidup masyarakatmiskin maupun munculnya masyarakat miskin baru.

Upaya-upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah antara lain :

1. Pengelolaan ekonomi makro Penduduk Miskin Kabupaten Sukamara 2009 Kebijakan

Pemerintah

2. Kebijakan Moneter; langkah untuk memperkuat sector keuangan dalam menyalurkan dana

kepada masyarakat miskin, iklim usaha yang mendukung pengembangan usaha produktif

yang dilakukan oleh masyarakat dan pengusaha, sehingga mendorong perluasan kesempatan

kerja yang bermanfaat bagi peningkatan pendapatan masyarakat miskin.

3. Kebijakan fiskal; peningkatan penerimaan, peningkatan efisiensi dan optimalisasi alokasi

pengeluaran serta perbaikan pengelolaan anggaran.

4. Peningkatan pertumbuhan ekonomi; meningkatkan investasi dan menjamin kepastian

investasi, meningkatkan akses petani dan nelayan terhadap modal, informasi prasarana

sarana teknologi dan pasar.

5. Perluasan kesempatan kerja dan berusaha; meningkatkan akses permodalan bagi masyarakat

miskin, mengembangkan usaha, meningkatkan kesempatan kerja, pengembangan

kewirausahaan dan kepastian kerja.

6. Pengurangan kesenjangan antar wilayah; meningkatkan pembangunan dan kualitas sarana

prasana di wilayah tertinggal dan terpencil, wilayah perbatasan dan wilayah rawan bencana

dan optimalisasi anggaran..

7. Perluasan akses layanan pendidikan; meningkatkan partisipasi masyarakat miskin dalam

pendidikan formal dan non formal, beasiswa bagi anak miskin yang berprestasi untuk

pendidikan yang lebih tinggi.

8.Pemenuhan hak atas pekerjaan dan berusaha; meningkatkan keberdayaan dan kapasitas

masyarakat dalam berusaha, menegakkan hubungan industrial yang manusiawi dan

harmonis, perlindungan terhadap pekerja, mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah.

9.Pemenuhan hak atas perumahan; meningkatkan perumahan dan lingkungan perumahan yang

layak huni dan sehat.

E. Ketahanan Pangan

Undang Undang Pangan No.7 Tahun 1996 memberikan definisi ketahanan pangan sebagai‐

kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan

secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Sementara USAID

(1992)mendefinisikan ketahanan pangan sebagai satu kondisi dimana masyarakat pada satu yang

bersamaan memiliki akses yang cukup baik secara fisik maupun ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

dietary dalam rangka untuk peningkatan kesehatan dan hidup yang lebih produktif. Perbedaan

mendasar dari dua definisi ketahanan pangan tersebut yaitu pada UU No 7/1996 menekankan pada

ketersediaan, rumah tangga dan kualitas (mutu) pangan. Sedangkan pada definisi USAID menekankan

pada konsumsi , individu dan kualitas hidup.

FAO (1997) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai situasi di mana semua rumah tangga

mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota

keluarganya, dan di mana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut.

Hal ini berarti konsep ketahanan pangan mencakup ketersediaan yang memadai,stabilitas dan akses

terhadap pangan pangan utama. Determinan dari ketahanan pangan dengan demikian adalah daya beli‐

atau pendapatan yang memadai untuk memenuhi biaya hidup (FAO, 1996). FIVIMS (2005) mengatakan

bahwa ketahanan pangan dimana kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik, sosial dan

ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan

konsumsi dan sesuai dengan seleranya (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat.

Sementara Mercy Corps (2007) mendefinisikan ketahanan pangan adalah keadaan ketika semua orang

pada setiap saat mempunyai akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap terhadap kecukupan pangan,

aman dan bergizi untuk kebutuhan gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat.

Berdasarkan pengertian dan konsep tersebut di atas maka beberapa ahli sepakat bahwa ketahanan

pangan minimal mengandung dua unsur pokok yaitu ”ketersediaan pangan dan aksesibilitas masyarakat

terhadap pangan”. Salah satu unsur tersebut tidak dipenuhi maka suatu negara belum dapat dikatakan

mempunyai ketahanan pangan yang baik (Arifin, 2004). Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat

nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata,

maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh. Akses terhadap pangan, ketersediaan pangan dan

resiko terhadap akses dan ketersediaan pangan tersebut merupakan determinan yang esensial dalam

ketahanan pangan (Von Braun et al, 1992).

Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketahanan pangan memiliki lima

unsur yang harus dipenuhi :

1. Berorientasi pada rumah tangga dan individu

2. Dimensi watu setiap saat pangan tersedia dan dapat diakses

3. Menekankan pada akses pangan rumah tangga dan individu, baik fisik, ekonomi dan

sosial

4. Berorientasi pada pemenuhan gizi

5. Ditujukan untuk hidup sehat dan produktif

Namun sejumlah konsep di atas tidak secara tegas memasukkan keamanan tenurial sebagai

unsur ketahanan pangan, padahal produksi pangan dihasilkan dari sistem pertanian. Iwan Isa (Direktur

Penatagunaan Tanah BPN RI) mengatakan bahwa produksipangan menjadi unsur utama dalam‐

memperkuat ketahanan pangan. Upaya ke arah itu menjadi penting. Upaya produksi dalam memperkuat

ketahanan pangan dapat ditempuh dengan dua jalan yaitu jaminan ketersediaan tanah untuk produksi

pertanian dan peningkatan akses masyarakat petani terhadap lahan pertanian. Artinya ketahanan

pangan akan juga terjadi dengan adanya jaminan keamanan tenurial untuk produksi pangan

F. Ketentraman , Ketertiban dan Keamanan

G. Hiburan dan Olahraga

Hiburan dan olahraga merupakan kebutuhan psikologis manusia untuk melepaskan ketegangan

seusai bekerja, bersekolah ataupun lainnya. Tempat hiburan atau rekreasi yang sudah tersedia di

Kabupaten Sukamara adalah wisata bahari berupa pantai di Desa Sungai Raja,Sungai Damar, dan Sungai

Cabang Barat.

Kemudian wisata nonbahari berupa pemandangan alam dan perbukitan, budaya berupa

kebudayaan masyarakat setempat, dan lainnya berupa taman kota. Tempat hiburan berupa pub/

diskotik/ karaoke di Sukamara juga menjadi tempat terjadinya transaksi seks komersial. Untuk jenis

tempat rekreasi atau pub/ diskotik/karaoke perlu adanya pemantauan langsung dari pemerintah agar

keberadaannya tidak mengganggu ketentraman social masyarakat Sukamara.

Kegiatan olahraga yang berlangsung di desa/kelurahan di Sukamara cukup bervariatif dan sarana

prasarana sudah cukup memadai. Dari data terlihat bahwa olahraga tenis lapangan hanya ada di desa

Mendawai dan Desa Padang (desa perkotaan) berikut fasilitas lapangannya.

Pembangunan sarana olahraga yang lengkap dan bervariasi masih perlu dilakukan untuk

mengasah bakat dan minat yang dimiliki masyarakat sekaligus mencetak pemuda/ masyarakat

berprestasi di bidang olahraga.

H. Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Anak

Pemberdayaan Masyrakat, perempuan dan anak pada kabupaten Sukamara meliputi :

1. Peningkatan keberdayaan masyarakat pedesaan

2. Pengembangan lembaga ekonomi pedesaan

3. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa

4. Peningkatan peran perempuan di pedesaan.

5. Keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak dan perempuan

6. Penguatan kelembagaan pengurus utamaan gender dan anak

7. Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan

8. Peningkatan peran serta kesejahteraan gender dalam pembangunan

9. Pembinaan kesejahteraan keluarga

10. Pembinaan perlindungan kekerasan terhadap wanita.

11. Pembinaan emansipasi wanita dan anti diskriminasi gender.

7.1.3 Tata Kelola Pemerintahan

A. Reformasi Birokrasi

Adapun indikasi yang akan dicapai dalam Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Kepemerintahan antara

lain adalah dengan semakin menurunnya indeks persepsi korupsi, meningkatnya efisiensi, transparansi,

dan akuntabilitas dalam perencanaan pembangunan dan pengelolaan keuangan daerah yang ditujukan

dengan opini WTP dari BPK, meningkatnya kualitas pelayanan public yang didukung oleh manajemen

pelayanan yang professional, SDM berintegritas, dan penerapan standar pelayanan minimal. Selain itu,

dalam kabupaten Sukamara pada tahun 2013 akan melaksanakan pesta demokrasi tingkat kabupaten

berupa pemilihan bupati. Hal ini juga merupakan prioritas daerah di bidang pemerintahan dimana segala

upaya dan persiapan akan dilakukan guna tercapainya pesta demokrasi yang aman dan damai serta

meghasilkan pemimpin daerah sesuai dengan aspirasi masyarakat untuk bersama-sama membangun

Kabupaten Sukamara menuju kabupaten yang lebih maju dan bermartabat.

B. Keuangan Daerah

Pendapatan daerah pada tahun 2012 ditargertka sebesar Rp. 380.266.709.285, atau naik sebesar

3,75 persen apabila dibandingkan dengan target pada APBD tahun anggaran 2011 yaitu sebesar Rp.

366.511.970.531. adapun komponen pendapatan daerah tersebut terdiri dari :

1. Pendapatan Asli Daerah

2. Pendapatan Transfer atau Dana perimbangan

3. Lain-lain pendapatan yang syah

C. Kelembagaan dan Ketatalaksanaan

D. Kerjasama Antar Daerah Kabupaten Sukamara

7.1.4 Ekonomi dan Investasi

A. Stabilitas ekonomi

Sebagian besar penduduk desa bekerja di sector perkebunan. Luas tanaman perkebunan rakyat

yang terbesar adalah komoditi kelapa sawit diikuti oleh komoditi karet. Selain sector perkebunan,

industri mikro dan kecil juga harus menjadi perhatian serius karena dari sector inilah pengentasan

kemiskinan dapat dilakukan secara mendasar.

B .Iklim investasi

C. Pengembangan Pariwisata

Perwujudan pengembangan kawasan pariwisata pada kabupaten Sukamara antara lain:

1. Pengembangan Kawasan Wisata Terpadu

2. Melengkapi Kawasan Wisata Terpadu dengan fasilitas penunjang wisata

3. Melakukan promosi Kawasan Wisata Terpadu melalui berbagai media, dan melaksanakan

berbagai event promosi

4. Melakukan kerjasama dengan berbagai biro perjalanan dalam upaya pemasaran yang

progresif

5. Pengembangaan potensi sumberdaya alam sebagai objek-objek wisata dalam satu kesatuan

sistem pengelolaan yang terpadu

6. Inventarisasi sumberdaya alam yang berpotensi sebagai objek wisata

7. Membentuk pusat informasi pariwisata terpadu dan sistem informas manajemen promosi

pariwisata daerah

8. Peningkatan promosi dan investasi kepariwisataan

D. Perdagangan dan Jasa

Sector perdagangan, restoran dan hotel merupakan jasa penghubung anatara produk-produk

pertanian, dan industry pengolahan dengan konsumen. Dilihat dari besarnya konstribusi sector

perdagangan, restoran dan hotel terhadap pembentukan nilai tambah bruto kabupaten Sukamara

terlihat bahwa sector ini merupakan penyumbang terbesar kedua setelah sector pertanian dengan nilai

konstribusi sebesar 16,55 % pada tahun 2009. Besarnya kontribusi sector perdagangan, hotel dan

restoran ditopang oleh tiga komponen sub sector yang membentuknya, yaitu sub sector perdagangan

besar dan eceran; sub sector hotel dan sub sector restoran. Dari ketiga sub sector tersebut yang

meberikan kontribusi terbesar adalah sub sector perdagangan besar dan eceran yaitu mencapai 15,86

%,disusul oleh sub sector restoran sebesar 0,64 persen kemudian sub sector hotel sebesar 0,05 %.

Sektor jasa digolongkan menjadi dua sub sector yaitu jasa pemerintahan umum dan jasa swasta.

Jasa pemerintahan umum mencakup administrasi pemerintahan & pertahanan dan jasa pemerintahan

lainnya. Sub sector jasa swasta meliputi jasa social kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, serta jasa

perorangan dan rumah tangga.

4.2 Isu-Isu Strategis

7.2.1 Pengembangan Sistem Transportasi

Transportasi merupakan sector yang penting dalam menunjang kegiatan perekonomian suatu

daerah. Selain untuk distribusi barang, proses komunikasi antar daerah juga memerlukan sarana

transportasi. Ketersediaan sarana transportasi, komunikasi dan akomodasi yang memadai sangat

menunjang kemajuan daerah. Selain itu, perkembangan sector-sektor ekonomi lain sanagat tergantung

pada sector ini karena merupakan sarana penghubung yang sangat vital.

Dari jalan darat yang tersedia di masing-masing desa, 66 persen sudah di aspal atau beton,

sedangkan 25 persen diperkeras, dan 9 persen masih berupa tanah atau lainnya. Dari jalan darat yang

ada, masih terdapat dua desa yang jalan utama desanya tidak dapat dilalui kendaraan roda empat, ini

mengindikasikan bahwa pengangkutan barang-barang dalam kuantitas besar ke desa tersebut tidak

dapat dilakukan sehingga perlu alat transportasi lain seperti kapal melalui jalur air.

Fasilitas berkomunikasi di desa/kelurahan di Kabupaten Sukamara masih terbatas oleh

minimnya infrastruktur komunikasi. Pada tahun 2009, terdapat bantuan komunikasi berupa telepon

satelit yang dapat dugunakan bersama oleh penduduk desa, namun belum semua desa

mendapatkannya. Untuk kegiatan surat-menyurat atau berkirim barang melalui pos dapat dilakukan di

tiga tempat di tiga tempat yaitu Kuala Jelai, Balai Riam, dan Mendawai

7.2.2. Antisipasi Bencana Alam

a. Kawasan Rawan Abrasi . Proses pengikisan pantai oleh kekuatan gelombang laut dan arus laut

yang bersifat merusak. Untuk ini diperlukan penanganan teknis dan peningkatan perluasan kawasan

lindung untuk menghindari/mengurangi resiko kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipengaruhi oleh

gejala alami dan tindakan manusia60

b. Kawasan Rawan Bencana Gelombang Pasang dan Abrasi

Kawasan Rawan Bencana Gelombang Pasang di akibat perubahan kondisi alam. Untuk ini diperlukan

penanganan teknis dan peningkatan perluasan kawasan lindung untuk menghindari/mengurangi resiko

kemungkinan terjadinya gelombang pasang.

c. Kawasan Rawan Bencana Banjir

Kawasan Rawan Banjir sebagai akibat luapan air terjadi pada sungai-sungai besar. Untuk

ini diperlukan penanganan teknis dan peningkatan perluasan kawasan lindung untuk

menghindari/mengurangi resiko kemungkinan terjadinya banjir.

d. Kawasan Rawan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan

Kawasan Rawan Bencana Kebakaran Hutan di akibatkan terbakarnya hutan. Untuk ini

diperlukan penanganan teknis untuk menghindari/mengurangi resiko kemungkinan terjadinya

kebakaran hutan.

7.2.3 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

7.2.4. Penanggulangan Dampak Perubahan Iklim

Perubahan iklim dan pengaruhnya terhadap produksi pangan.Perubahan iklim merupakan salah

satu fenomena alam dimana terjadi perubahan nilaiunsur unsur‐ iklim baik secara alamiah maupun yang

dipercepat akibat aktifitas manusia.

Saat ini, perubahan iklim bukan lagi menjadi perdebatan tentang keberadaannya tetapi sudah

menjadi permasalahan bersama antar komunitas, antar instansi, antar negara bahkan global untuk

mendapat penanganan serius karena begitu banyak aspek kehidupan yang terkena dampaknya, apalagi

sektor pertanian. Produktifitas dan progresifitas sektor pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor,

terutama perubahan dan anomali iklim. Oleh karena itu tidak mengherankan jika banyak pihak

menyatakan bahwa usaha

di sektor pertanian merupakan sektor usaha yang berada pada posisi ketidakpastian.

Penurunan produksi pertanian, terutama sumber pangan pokok (staple food) selain secara inher

ent disebabkan oleh tingkat kesuburan tanah yang terus mengalami penurunan karena intensifnya pema

nfaatan lahan, penyempitan lahan pertanian, juga dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langs

ung oleh faktor perubahan dan anomali iklim. Hal ini mengingat suatu lingkungan pertanaman

merupakan satu kesatuan sistem yang salingberinteraksi, sehingga satu faktor dalam kondisi minimum a

kan menjadi pembatas bagi perkembangan tanaman secara keseluruhan. Guna mempertahankan

sekaligus meningkatkan produksi pertanian tanaman pangan yang berhubungan erat dengan

perubahan dan anomali iklim, maka diperlukan upaya strategis yang salah satu diantaranya melalui adap

tasi dan modifikasi pengelolaan lingkungan pertanaman.

Upaya mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia saat ini banyak mengalami hambatan perm

asalahan, terutama karena ketersediaan pangan jauh lebih rendah dibanding jumlah permintaan pangan

itu sendiri. Hal ini disebabkan laju pertumbuhan penduduk pada selang waktu tahun 1990 2000‐ yang

rata rata‐ mencapai 1,49%., pertumbuhan ekonomi yang pada tahun 2009 mencapai 5,70%.,

naiknya daya beli masyarakat dan perubahan selera konsumsi masyarakat. Padahal kapasitas

produksi pangan nasional relatif lambanbahkan mengalami stagnasi yang disebabkan oleh adanya komp

etisi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan air serta stagnannya pertumbuhan produktivitas

lahan dan berkurangnya jumlah tenaga kerja pertanian. Kondisi ketidakseimbangan inilah

yang mendorong kebijakan impor pangan guna mempertahankan dan meningkatkan penyediaan

pangan nasional

Pengertian umum rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi

peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten, yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi

lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Dengan memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola ruang nasional dan provinsi,

kebijakan pembangunan daerah, kondisi objektif wilayah, daya tampung dan kebutuhan ruang untuk

masa mendatang, serta skenario pengembangan Kabupaten Sukamara Tahun 2012 – 2032 kedepan,

maka dapat dirumuskan rencana pola ruang untuk Kabupaten Sukamara untuk kawasan lindung dan

budidaya sebagaimana di bawah ini, adapun rencana pola ruang yang ada di Kabupaten Sukamara

terbagi dalam 2 bagian besar yaitu, pola ruang daratan dan pola ruang laut

7.2.5 Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Rencana pola ruang untuk Kabupaten Sukamara secara nasional adalah :

Kawasan Suaka Alam yaitu Suaka Margasatwa Sungai Lamandau dengan luas kurang lebih

25.389 Ha di kecamatan Pantai Lunci Kabupaten Sukamara.

Rencana pola ruang untuk Kabupaten Sukamara berdasarkan kebijakan Provinsi Kalimantan

Tengah berupa :

1. Kawasan Sempadan pantai yaitu kawasan di sepanjang pantai 751 km dengan lebar 12 mil di kawasan perkotaan 30-100 m dan diluar kawasan perkotaan 100-250 m meliputi pantai di Kabupaten Sukamara.

2. Kawasan Sempadan Sungai pada kawasan perkotaan dan perdesaan di Sungai Jelai.3. Kawasan Rawan Bencana yaitu kawasan rawan gelombang pasang di Kabupaten Sukamara,

kawasan rawan banjir di Sungai Jelai, kawasan rawan kebakaran dan lahan di Kabupaten

Sukamara.

4. Kawasan Budidaya Kehutanan di Kabupaten Sukamara.

5. Kawasan Pertanian di Kabupaten Sukamara.

6. Kawasan Perikanan di Kabupaten Sukamara.

7. Kawasan Pertambangan di Kabupaten Sukamara.

8. Kawasan Perindustrian di Kabupaten Sukamara.

9. Kawasan Wisata di Kabupaten Sukamara.

10. Kawasan Permukiman (Kota dan Desa).

7.2.6 Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan dan Pemilikan

Kawasan permukiman terbagi atas permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan.

Kawasan permukiman perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk

pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman

perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Adapun kawasan

permukiman perdesaan ini diperuntukan guna menunjang konsep dari pengembangan desa sentra

produksi pertanian (Agropolitan) dan minapolitan dengan pemanfaatan lahannya serta pengembangan

kawasan permukiman perdesaan diarahkan terutama kepada daerah – daerah yang tidak menyebabkan

rawan bencana, serta mengikuti jaringan jalan yang ada.

Kawasan permukiman perdesaan terletak di:

a. Sei baru, Sei Raja, Sei Bundung dan Desa Pulau Nibung Kecamatan Jelai

b. Desa KertaMulya Kecamatan Sukamara

c. Desa Pempaning Kecamatan Balai Riam

d. Desa Kenawan Kecamatan Permata Kecubung

Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan

utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Permukiman perkotaan berada pada kawasan APL yang tersebar di Kabupaten Sukamara.Kawasan

permukiman perkotaan terletak di :

a. Wilayah Pengembangan Utara yaitu Kecamatan Permata Kecubung dan Kecamatan Balai

Riam.

b. Wilayah Pengembangan Tengah yaitu Kecamatan Sukamara

c. Wilayah Pengembangan Selatan yaitu Kecamatan Pantai Lunci dan Kecamatan Jelai.

7.2.7 Pengelolaan Kependudukan Yang berkualitas

7.2.8 Pengelolaan Kualitas Pendidikan

7.2.9 Peningkatan Kualitas Pembanguna Kesehatan

7.2.10.Pembangunan Budaya

7.2.11 Peningkatan Ketentraman dan Ketertiban

7.2.12 Penguatan Ketahanan Pangan

7.2.13 Pengelolaan Pembiayaan Pembangunan

7.2.14 Peningkatan Daya Saing Global

7.2.15. Peningkatan Perbaikan Iklim Investasi

7.2.16 Pengurangan Ketimpangan Ekonomi dan Perluasan Kesempatan Kerja

7.2.17.Pengembangan dan Penguatan Inovasi Kreativitas Daerah

7.2.18 Reformasi Birokrasi

Adapun indikasi yang akan dicapai dalam Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Kepemerintahan

antara lain adalah dengan semakin menurunnya indeks persepsi korupsi, meningkatnya efisiensi,

transparansi, dan akuntabilitas dalam perencanaan pembangunan dan pengelolaan keuangan daerah

yang ditujukan dengan opini WTP dari BPK, meningkatnya kualitas pelayanan public yang didukung oleh

manajemen pelayanan yang professional, SDM berintegritas, dan penerapan standar pelayanan

minimal. Selain itu, dalam kabupaten Sukamara pada tahun 2013 akan melaksanakan pesta demokrasi

tingkat kabupaten berupa pemilihan bupati. Hal ini juga merupakan prioritas daerah di bidang

pemerintahan dimana segala upaya dan persiapan akan dilakukan guna tercapainya pesta demokrasi

yang aman dan damai serta meghasilkan pemimpin daerah sesuai dengan aspirasi masyarakat untuk

bersama-sama membangun Kabupaten Sukamara menuju kabupaten yang lebih maju dan bermartabat

7.2.19 Pengembangan Kerjasama antar Kabupaten

Untuk lebih memperlancar dan menunjang jalannya roda pemerintahan dalam hal mobilitas

personil pegawai daerah, maka Kabupaten Sukamara telah memilikil unit bus pegawai yang sampai saat

ini telah beroperasi dengan lancar sebagai sarana transportasi pegawai untuk pergi dan pulang kantor

setiap harinya. Juga telah tersedia 3 unit pemadam kebakaran. Untuk lebih mempercepat pertumbuhan

pembangunan di berbagai sektor maka perlu kiranya dibuka akses pembangunan keluar dan masuk

wilayah, salah satunya adalah pembangunan jembatan. Kabupaten Sukamara untuk itu mulai

membangun jembatan yang menghubungkan antar propinsi dengan mengadakan MOU antara

Kabupaten.

7.2.20 Pembangunan Telematika

1. Pos dan Giro

Dalam melayani masyarakat dalam hal pengiriman surat dan paket / barang dari dan ke wilayah

Kabupaten Sukamara, telah tersedia kantor pos dan giro yang terdapat pada masing - masing kecamatan

yang dalam teknisnya akan terpusat pada kantor pos dan giro ibu kota kabupaten.

2. Telekomunikasi

Sarana pelayanan telekomunikasi di Kabupaten Sukamara sudah terpenuhi dengan baik karena

telah didukung oleh STRG (Stasiun Transmisi Radio Gelombang Mikro) dari Telkom, kemudian didukung

pula baru-baru ini dengan telah aktifnya Stasiun Transmisi untuk telepon seluler yang diperuntukkan

bagi masyarakat yang ingin berkomunikasi melalui Hand Phone.

Fasilitas telepon yang ada di wilayah Kabupaten Sukamara berdasarkan data kapasitas sentral

dan sambungan telepon kabel di Kabupaten telah mencapai 700 unit sambungan telepon. Masyarakat

juga dapat menggunakan fasilitas WarTel (warung telekomunikasi), yang penyebarannya cukup banyak

dan mudah ditemui. Sampai saat ini jumlah wartel yang ada di ibu kota kabupaten tercatat berjumlah 8

(delapan) buah.

Pemenuhan kebutuhan terhadap sistem telekomunikasi saat ini selain dilayani oleh TELKOM

sebagai BUMN di bidang telemonikasi, juga dilayani oleh swasta. Pelayanan yang dilakukan oleh

TELKOM saat ini masih mendominasi penggunaan telepon biasa (fixed phone), sedangkan penggunaan

telepon bergerak (mobile phone) telah dapat dilayani oleh pihak swasta. Sarana pelayanan

telekomunikasi di Kabupaten Sukamara didukung oleh STRGMD (Stasiun Transmisi Radio Gelombang

Mikro Daerah) dari Telkom dan didukung pula dengan telah aktifnya jaringan telepon yang

menggunakan jaringan nirkabel untuk telepon seluler seperti milik Telkomsel dan Satelindo. Untuk

menunjang peningkatan pelayanan telekomunikasi Kabupaten Sukamara serta berkembangnya kegiatan

sosial dan ekonomi kawasan, peningkatan jaringan akan ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan

tingkat kebutuhan suatu kota dan kemampuan pengembangannya. Permintaan sambungan telepon

diutamakan untuk perumahan, industri jasa/komersial dan fasilitas umum, dengan kriteria sebagai

berikut :

a. Kebutuhan domestik sebesar 20% jumlah kepala keluarga (KK).

b. Tiap KK terdiri atas 5 (lima) jiwa.

Rencana pembangunan tower di Kabupaten Sukamara adalah sebagai berikut :

a. Rencana system jaringan STRGMD di Sukamara.

b.Rencana penyediaan Base Transceiver Station (BTS).

Tentang radiasi komunikasi radio mengatur ketentuan batasan maksimum radiasi yang

diizinkan. Selanjutnya pada bagian tentang sarana pendukung menara komunikasi mengatur tentang

komponen fisik dan non fisik yang terdapat pada menara tersebut, yang terdiri dari grounding dan

penangkal petir, catu daya listrik beserta catu daya back up -nya, aviation light, identitas kepemilikan

dan dibangunnya menara, luas minimal lahan serta kemudahan akses dan ketersediaan catu daya yang

terpisah dari gedung induknya (seandainya menempel pada suatu gedung tertentu). Tentang

pengoperasian dan pemeliharaan yang mengatur kewajiban adanya laporan rutin keadaan setiap

menara telekomunikasi. Arahan pemanfaatan tower bersama di Kabupaten Sukamara diarahkan pada

kawasan diluar permukiman maupun kawasan terbangun lainnya.