bab 1 pendahuluan - binus librarylibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab1/2008-2-00480...bab 1...
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat sekarang ini, dunia perindustrian telah menjadi bagian yang
tidak dapat terpisahkan dengan dunia bisnis dan usaha. Begitu pula dengan
industri tekstil yang kini telah bertumbuh kembang menjadi salah satu sektor
terpenting dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat terlihat dari semakin
tingginya tuntutan masyarakat akan produk tekstil yang berkualitas baik
seiring dengan adanya kemajuan zaman dan teknologi.
Seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi, maka hal ini juga
memunculkan persaingan pada industri tekstil yang semakin ketat. Oleh
karena itu, maka setiap perusahaan perlu melakukan sesuatu agar dapat tetap
eksis dalam era persaingan dewasa ini. Terdapat suatu hal yang perlu disadari
oleh semua perusahaan yang sedang terlibat dalam persaingan bahwa untuk
dapat memenangkan persaingan tidak hanya harus memiliki bagian pemasaran
yang tangguh dan produk yang berkualitas saja, tetapi juga seluruh kegiatan
operasional dan unsur manajemen perusahaan harus saling terintegrasi dengan
baik. Adapun salah satu tindakan yang dapat diambil perusahaan adalah
menentukan keputusan pada tingkat optimasi terbaik dalam rangka untuk
menekan biaya produksi sehingga mampu memanfaatkan sumber daya secara
2
optimal. Untuk mencapai tingkat optimasi tersebut, maka suatu perusahaan
juga perlu untuk merencanakan suatu sistem pengendalian persediaan
terhadap sumber daya yang digunakan tersebut dengan sebaik mungkin
sehingga pada saat akan digunakan untuk proses produksi, sumber daya
tersedia dan tidak mengganggu jalannya proses produksi.
Bertolak pikir dari kondisi tersebut, PT. Mulia Knitting Factory Ltd
merupakan salah satu industri tekstil dan garmen yang terkemuka di
Indonesia. Perkembangan usahanya tidak hanya mencakup lingkup domestik,
melainkan telah menembus pasar luar negeri. Salah satu inti dari perusahaan
ini adalah bagian knitting factory yang melakukan perajutan benang menjadi
kain yang akan digunakan untuk produksi pakaian maupun langsung dijual
kepada konsumen.
Dalam usahanya untuk memenangkan persaingan, maka bagian
knitting factory pada perusahaan ini sangat berperan penting. Oleh karena itu,
fokus penelitian pada skripsi ini menitikberatkan pada optimasi pemakaian
jarum yang merupakan salah satu komponen utama terpenting dalam
melakukan kegiatan produksi (selain benang) sehingga pada akhirnya dapat
menekan biaya pemakaian jarum (salah satu komponen biaya produksi), di
mana selama ini perusahaan mengeluhkan biaya pada sektor ini yang
terlampau tinggi yang mencapai ratusan juta rupiah per bulan. Untuk dapat
mencapai tingkat optimasi tersebut, maka dalam penelitian ini juga akan
dilakukan perancangan terhadap sistem pengendalian persediaan komponen
3
jarum yang dilakukan oleh departemen knitting sehingga proses produksi pada
departemen tersebut tidak akan terganggu dan dapat berjalan secara efektif
sehingga diperoleh biaya penanganan material jarum knitting yang seminimal
mungkin.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Setelah melakukan studi penelitian pendahuluan pada semua
departemen (knitting, BDF, yarn dyeing, stenter, dan garment) di PT. Mulia
Knitting Factory Ltd, identifikasi permasalahan difokuskan pada departemen
knitting, yaitu suatu bagian yang melakukan perajutan benang menjadi kain.
Adapun beberapa permasalahan dihadapi oleh departemen knitting PT. Mulia
Knitting Factory Ltd antara lain :
• Selama ini perusahaan mengeluhkan biaya produksi terutama biaya
pemakaian jarum terlalu tinggi yang mencapai ratusan juta rupiah per
bulan karena tingginya frekuensi jarum yang patah pada saat proses
produksi berlangsung. Atau dengan kata lain perusahaan belum mampu
untuk menekan atau meminimasi biaya produksi yang berkenaan dengan
pemakaian jarum.
• Selama ini sistem pengendalian persediaan jarum knitting hanya dilakukan
jika jarum sudah benar-benar habis yaitu ketika tingkat persediaan jarum
yang digunakan oleh departemen knitting mencapai titik nol sehingga
4
dikhawatirkan proses produksi akan menjadi terganggu karena
ketidaksediaan komponen jarum atau sistem pengendalian persediaan
jarum pada departemen knitting belum optimal dan efektif.
Oleh karena itu untuk memudahkan dalam mencari solusi bagi
permasalahan di atas dan membuat penelitian ini menjadi lebih terarah, maka
permasalahan yang ada tersebut dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa saja faktor-faktor penyebab dari tingginya frekuensi jarum yang patah
pada departemen knitting?
2. Sub-bagian apakah yang perlu mendapat pengawasan dan perhatian lebih
dari pihak manajemen pada departemen knitting ditinjau dari sudut
pandang demand?
3. Bagaimanakah formulasi dari model pemakaian jarum yang dapat
mencapai biaya pemakaian jarum yang optimal pada departemen knitting?
4. Berapakah biaya pemakaian jarum yang optimal pada departemen
knitting?
5. Bagaimanakah usulan rancangan sistem pengendalian persediaan
komponen jarum knitting agar proses produksi tidak menjadi terganggu?
5
1.3 Ruang lingkup
Untuk membuat penelitian yang dilakukan menjadi lebih terarah pada
tujuan penelitian yang sudah ditetapkan serta mampu untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi, maka ditentukan ruang lingkup dari penelitian
ini. Ruang lingkup penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
• Penelitian dilakukan pada semua sub-bagian dari departemen knitting
perusahaan yaitu sub-bagian perajutan kain grey, sub-bagian perajutan
kain stripper, dan sub-bagian perajutan kain kragh dan manset.
• Metode formulasi permasalahan yang digunakan adalah metode pure
integer linear programming dengan fungsi tujuannya untuk meminimasi
biaya pemakaian jarum pada departemen knitting perusahaan.
• Dalam mengindentifikasi variabel-variabel keputusan pembentuk model
formulasi pemakaian jarum, maka dilakukan penyederhanaan dengan
mengelompokkan jarum berdasarkan jenisnya yaitu jenis jarum rib (X1),
jenis jarum interlock (X2), jenis jarum fukuhara (X3), jenis jarum stripper
(X4), dan jenis jarum kragh (X5).
• Perhitungan kapasitas produksi sebagai salah satu fungsi pembatas
(constraints) model formulasi pada departemen knitting diasumsikan
berada pada tingkat maksimum di mana hal ini berarti seluruh mesin
beroperasi dalam kondisi baik selama 3 shift.
6
• Perhitungan biaya dan kuantitas optimal penggunaan jarum pada
departemen knitting diperhitungkan untuk jangka waktu bulanan di mana
diasumsikan dalam 1 bulan terdapat 20 hari kerja dan dalam 1 tahun
terdapat 50 minggu.
• Data-data penunjang penelitian yang diberikan oleh perusahaan antara lain
data hasil produksi dan pemakaian jarum departemen knitting tahun 2006
dan 2007, data demand dan harga jual masing-masing kain tahun 2007,
data mesin-mesin yang digunakan pada seluruh departemen knitting, data
harga beli, ordering cost dan holding cost komponen jarum knitting, dan
hasil wawancara.
• Asumsi yang digunakan dalam mengkonversi nilai kurs mata uang Yen-
Jepang adalah 1 Yen-Jepang = Rp.90,00.
1.4 Tujuan dan Manfaat
Adapun beberapa tujuan dari penelitian yang dilakukan ini yaitu
sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi faktor penyebab jarum patah pada departemen knitting
yang menyebabkan biaya pemakaian jarum menjadi tinggi yang mencapai
ratusan juta rupiah dalam sebulan.
7
2. Mengoptimalkan biaya dan kuantitas pemakaian jarum pada departemen
knitting sehingga pihak manajemen dapat mengetahui biaya pemakaian
jarum yang paling minimum.
3. Mengusulkan kepada pihak manajemen perusahaan suatu rancangan
sistem pengendalian persediaan komponen jarum knitting sehingga
diharapkan proses produksi pada departemen knitting menjadi tidak
terganggu.
Selain itu dalam penelitian ini, juga mempunyai beberapa manfaat
yaitu sebagai berikut :
1. Membantu pihak perusahaan dalam mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab tingginya frekuensi jarum patah pada departemen knitting
sehingga pihak manajemen dapat mengambil beberapa keputusan untuk
mengatasi masalah tersebut.
2. Membantu pihak perusahaan dalam menentukan biaya pemakaian jarum
yang optimal sehingga dapat menekan biaya produksi pada departemen
knitting.
3. Membantu pihak perusahaan dalam menentukan sub-bagian mana yang
lebih memerlukan pengawasan dan perhatian lebih pada departemen
knitting.
8
4. Membantu pihak perusahaan dalam merancang sistem pengendalian
persediaan komponen jarum knitting sehingga diharapkan agar nantinya
proses produksi pada departemen knitting dapat berjalan secara lebih
efisien dan efektif.
5. Untuk mengaplikasikan ilmu-limu teknik industri khususnya optimasi dan
persediaan dalam suatu permasalahan nyata dalam dunia perindustrian.
1.5 Gambaran Umum Perusahaan
1.5.1 Sejarah Perusahaan
PT. Mulia Knitting Factory Ltd didirikan oleh Bapak Phan Wan Shit
dan Raden Udjer pada tanggal 30 September 1955. Pada saat didirikan sampai
dengan tahun 1981, perusahaan ini berlokasi di Jalan Aipda K.K Tubun No.6
Jakarta Barat dengan hanya menempati lahan seluas 5.000 m2. Pada tahun
1982, perusahaan kembali berpindah lokasi ke Jalan Semanan Raya No.50,
Daan Mogot KM 16, Jakarta Barat dengan luas ± 83.000m2.
PT. Mulia Knitting Factory Ltd adalah perusahaan berbentuk
Perseroan Terbatas yang didirikan dengan akte notaris Mr. Rd. Soedja No.
230 tanggal 30 Juli 1955, ditetapkan melalui Menteri Kehakiman No.
3A5/118/22 tanggal 28 Desember 1955. Kemudian diberitakan dalam Berita
Negara No. 27 Tahun 1956, yang berkali-kali diubah, ditambah, dan terakhir
dengan Akte Notaris Henk Limanov No. 16 Tanggal 11 Januari 1984.
9
Perusahaan ini merupakan perusahaan industri tekstil perajutan tertua
di Indonesia. Bidang inti usahanya adalah knitting factory, dimana sejak dini
proses produksi perusahaan sudah menjangkau tingkat semi terintegrasi.
Mulai dari proses perajutan (knitting), pemutihan (bleaching), pencelupan dan
penyempurnaan (finishing) hingga pakaian jadi (garment).
Pada tahun 1967 bisnis perusahaan diserahkan kepada putranya, yaitu
Bapak Max Mulyadi Supangkat dan istrinya Ibu Surya Sutedja. Kemudian
pada tahun 1979 sampai saat ini putra sulungnya, Bapak Henry S Supangkat
yang melanjutkan dan mengembangkan bisnis perusahaan. Saat ini Bapak
Henry S Supangkat menjabat sebagai direktur utama PT. Mulia Knitting
Factory Ltd. Dengan demikian, Bapak Henry S Supangkat merupakan
generasi ketiga yang mengelola bisnis keluarga ini. Saat ini perusahaan juga
dikelola oleh kedua anaknya Hanan Supangkat yang membenahi masalah
distribusi dan operasi perusahaan dan Yvonne Supangkat yang membenahi
keuangan dan merancang infrastruktur teknologi informasi perusahaan.
Mereka merupakan generasi keempat yang menjalankan bisnis perusahaan
keluarga ini.
Pada tahun 1979, perusahaan mengadakan perluasan dalam bidang
produksinya. Hal ini tidak lepas daripada bantuan pemerintah yang berupa
bantuan kredit dari Bank Negara Indonesia 1946 (BNI’46). Dan pada tahun
itu pulalah, dengan mutu produk yang dapat bersaing dengan produk dari
Hongkong, Taiwan dan Korea, perusahaan mencoba untuk memasuki pasar
10
luar negeri yaitu Swedia, Perancis, Jerman dan juga Rumania. Semua usaha-
usaha yang telah dilakukan tersebut, ternyata memberikan hasil yang tidak
mengecewakan serta memberikan gambaran masa depan yang lebih cerah
bagi pengembangan perusahaan.
Kerja keras dan keuletan pendiri serta pewaris generasi tampak pada
dinamika pengembangan usaha PT. Mulia Knitting Factory Ltd. Pada
mulanya perusahaan ini hanya mempekerjakan 183 orang karyawan, tetapi
kini sudah tercatat lebih dari 1200 orang karyawan, sehingga tampak, walau
perusahaan ini padat modal namun juga padat karya yang secara otomatis
menjadi aset nasional.
1.5.2 Perkembangan Bisnis Perusahaan
Ketika baru didirikan, PT. Mulia Knitting Factory Ltd hanya
memfokuskan diri dalam usaha pemintalan kapas menjadi benang (spinning)
dan perajutan benang menjadi kain (knitting). Tetapi pada saat bisnis
perusahaan diserahkan kepada Bapak Max Mulyadi Supangkat, beliau
melakukan terobosan dengan mengembangkan bisnisnya di luar knitting, yaitu
dengan membagi perusahaan menjadi tiga divisi yaitu divisi perajutan
(knitting), divisi pencelupan (dyeing), dan divisi garment. Kemudian
perusahaan semakin berkembang dalam melakukan ekspansi bisnis dengan
membangun proses manufaktur tekstil terpadu. Dalam masa ekspansif ini,
bisnis perusahaan berkembang dengan pesat atau dapat dikatakan PT. Mulia
11
Knitting Factory Ltd merupakan salah satu produsen pakaian dalam pria
terbesar di tanah air dengan menguasai pangsa pasar sekitar 35%.
Pada saat badai krisis menerjang (1997 – 1998), PT. Mulia Knitting
Factory Ltd mengalami kesulitan membangun pasar dalam negeri (lokal)
sebagai akibat dari merosotnya nilai rupiah sehingga pada saat itu perusahaan
mulai mencoba untuk mengalihkan perhatian ke pasar export, seperti Eropa,
Jepang, dan Amerika Serikat. Oleh karena itu, perusahaan mulai melakukan
ekspor produk celana dalam pria dan produk garment jadi ke negara Amerika
Serikat seperti dengan merek Jessy Benny, Boss, Tommy Hilfiger, Polo Ralph
Lauren, Osh Kosh, Brue 33, Lee, dan Calvin Klein. Pasar export ini
didapatkan melalui buying house di Hong Kong dan Taiwan.
PT. Mulia Knitting Factory Ltd mempunyai suatu misi yaitu untuk
menyediakan produk-produk dengan kualitas terbaik kepada pelanggannya.
Perusahaan ini juga mempunyai beberapa pasar untuk memasarkan produknya
yaitu pasar domestik (untuk produksi pakaian dalam khususnya merek
“Rider” dan “Swan”), pesanan pemerintah, dan pasar ekspor ke Amerika dan
Kanada (Osh Kosh, Lee, Antigua, Tommy Hilfiger, Phillip Van Heusen, Bass,
Polo Kids, dan lainnya), Eropa (Celio), dan Asia (Decade).
12
1.5.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Bentuk perusahaan PT. Mulia Knitting Factory Ltd adalah Perseroan
Terbatas Tertutup, karena kepemilikan sahamnya hanya diperuntukkan bagi
orang-orang dekat (keluarga) pendiri perusahaan saja dan tertutup bagi orang
luar. Bentuk struktur organisasi dari perusahaan ini masih tersusun
berdasarkan fungsional dengan kedudukan tertinggi terdapat di tangan dewan
komisaris dan secara garis besar perusahaan dibagi menjadi empat fungsional
atau departemen yang masing-masing dipimpin oleh seorang manager.
14
Berikut adalah tugas dan wewenang dari masing-masing bagian dalam
struktur organisasi perusahaan pada gambar 1.1 di atas yaitu sebagai berikut :
1) Dewan Komisaris
Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan. Dewan
komisaris memiliki kekuasaan untuk mengangkat dan memberhentikan
direksi, serta mengawasi direksi dalam mengelola perusahaan.
2) Direksi (Direktur Utama)
Merupakan bagian yang melakukan perumusan kebijakan-kebijakan
dan rencana-rencana usaha (strategis) yang akan diambil perusahaan.
Dalam menjalankan seluruh tugasnya, direksi akan dibantu oleh humas
dan sekretaris perusahaan. Dalam tugasnya sehari-hari, direktur utama
dibantu oleh seorang sekretaris, yang bertugas untuk membantu dalam
mengawasi bagian-bagian yang berada dibawah tanggung jawabnya.
Tugas dan tanggung jawab, serta wewenang seorang direksi adalah :
a. Menjalankan roda perusahaan
b. Memutuskan persoalan penting
c. Mengawasi masing-masing bagian dalam perusahaan
15
3) Humas
Merupakan bagian yang menjadi juru bicara direksi dalam
hubungannya dengan pihak luar perusahaan seperti masyarakat sekitar,
ataupun instansi-instansi baik swasta maupun negeri. Bagian ini juga
menjalin hubungan baik dengan perusahaan-perusahaan lain, baik lokal
ataupun internasional.
4) Manager Personalia dan Umum
Merupakan orang yang bertanggung jawab atas bagian personalia dan
umum. Manager personalia dan umum membawahi kepala bagian
personalia dan kepala bagian umum. Tugas dari manager personalia
dan umum adalah melakukan pengaturan tugas pada bagiannya dan
memberikan laporan baik bulanan ataupun tahunan yang diminta oleh
direksi berkaitan dengan bagiannya.
5) Manager Pemasaran
Merupakan orang yang bertanggung jawab atas bagian pemasaran.
Manager pemasaran membawahi kepala bagian gudang dan
transportasi, kepala bagian penjualan, dan kepala bagian pembelian.
Tugas dari manager pemasaran adalah melakukan pengaturan tugas
pada bagiannya dan memberikan laporan baik bulanan ataupun tahunan
yang diminta oleh direksi berkaitan dengan bagiannya.
16
6) Manager Keuangan
Merupakan orang yang bertanggung jawab atas bagian keuangan.
Manager keuangan membawahi kepala bagian kalkulasi anggaran,
kepala bagian bendahara, dan kepala bagian pembukuan. Tugas dari
manager keuangan adalah melakukan pengaturan tugas pada bagiannya
dan memberikan laporan baik bulanan ataupun tahunan yang diminta
oleh direksi berkaitan dengan bagiannya.
7) Manager Produksi dan Teknik
Merupakan orang yang bertanggung jawab atas bagian produksi dan
teknik. Manager produksi dan teknik membawahi kepala bagian
perencanaan produksi, kepala bagian perajutan, kepala bagian BDF,
kepala bagian garment, serta kepala bagian pemeriksaan dan perbaikan.
Tugas dari manager produksi dan teknik adalah melakukan pengaturan
tugas pada bagiannya dan memberikan laporan baik bulanan ataupun
tahunan yang diminta oleh direksi berkaitan dengan bagiannya.
8) Kepala Bagian Personalia
Merupakan suatu bagian yang membantu tugas direksi dalam
menangani masalah personalia (tenaga kerja). Bagian ini dipimpin oleh
seorang manager. Bagian ini berwenang untuk mengatur pelaksanaan
masalah tata usaha personalia atau kepegawaian dan pembayaran gaji
17
atau upah, mencari tenaga kerja baru apabila dibutuhkan, dan
bertanggung jawab atas penerimaan dan penempatan pegawai, serta
mencakup administrasi karyawan (pengurusan cuti, dan lainnya),
pembinaan karyawan baru, dan perekrutan karyawan baru.
9) Kepala bagian Umum
Merupakan suatu bagian yang membantu tugas direksi dalam
menangani masalah umum. Bagian ini dipimpin oleh seorang manager.
Bagian ini berwenang untuk mengatur administrasi karyawan-karyawan
umum seperti satpam, kebersihan, sopir, poliklinik, dan perawatan
bangunan.
10) Kepala Bagian Pembelian
Merupakan suatu bagian yang membantu tugas direksi dalam
menangani pembelian bahan baku untuk produksi. Bagian ini dipimpin
oleh seorang manager. Bagian ini bertanggung jawab atas pembelian
dan pengadaan bahan-bahan baku, bahan pembantu, dan bahan-bahan
lain yang berhubungan dengan produksi maupun tidak berhubungan
dengan produksi.
18
11) Kepala Bagian Penjualan
Merupakan suatu bagian yang membantu tugas direksi dalam
menangani masalah pemasaran produk. Bagian ini dipimpin oleh
seorang manager. Bagian ini bertanggung jawab atas penjualan atau
pemasaran dari hasil produksi.
12) Kepala Bagian Gudang dan Transportasi
Merupakan suatu bagian yang membantu tugas direksi dalam
menangani masalah pemasaran produk jadi. Bagian ini dipimpin oleh
seorang manager. Bagian ini bertanggung jawab atas penyimpanan
barang (bahan baku, setengah jadi, maupun barang jadi) di gudang dan
pengiriman barang jadi kepada agen.
13) Kepala Bagian Kalkulasi Anggaran
Merupakan suatu bagian yang membantu tugas direksi dalam
menangani masalah keuangan perusahaan. Bagian ini dipimpin oleh
seorang manager. Bagian ini bertanggung jawab untuk menyusun
kalkulasi harga pokok produksi dan menyusun anggaran pembelian
barang-barang untuk keperluan produksi dan lainnya.
19
14) Kepala Bagian Bendahara
Merupakan suatu bagian yang membantu tugas direksi dalam
menangani masalah keuangan perusahaan. Bagian ini dipimpin oleh
seorang manager. Bagian ini bertanggung jawab untuk menyediakan
dana untuk semua anggaran dan bertanggung jawab atas pembayaran
utang kepada kreditur dan pembayaran utang.
15) Kepala Bagian Pembukuan
Merupakan suatu bagian yang membantu tugas direksi dalam
menangani masalah keuangan perusahaan. Bagian ini dipimpin oleh
seorang manager. Bagian ini bertanggung jawab untuk melakukan
pembukuan arus kas masuk dan keluar (laporan keuangan) perusahaan.
16) Kepala Bagian Perencanaan Produksi
Merupakan suatu bagian yang membantu tugas direksi dalam
menangani masalah teknis proses produksi dalam perusahaan. Bagian
ini dipimpin oleh seorang manager. Bagian ini bertanggung jawab
untuk melakukan perencanaan tahapan-tahapan produksi dari suatu
produk.
20
17) Kepala Bagian Perajutan
Merupakan suatu bagian yang membantu tugas direksi dalam
menangani masalah teknis proses produksi dalam perusahaan. Bagian
ini dipimpin oleh seorang manager. Bagian ini bertanggung jawab akan
produksi hasil rajutan (knitting) benang menjadi sebuah kain hasil
rajutan yang siap untuk tahapan produksi selanjutnya.
18) Kepala Bagian BDF
Merupakan suatu bagian yang membantu tugas direksi dalam
menangani masalah teknis proses produksi dalam perusahaan. Bagian
ini dipimpin oleh seorang manager. Bagian ini bertanggung jawab akan
tahap penyelesaian akan suatu produk kain yang meliputi proses
bleaching (pembersihan kain hasil rajutan dari kotoran seperti lilin),
dyeing (pewarnaan kain hasil rajutan sesuai pesanan), dan finishing
(proses untuk membuat kain hingga siap diolah, termasuk stenter atau
pembelahan kain hasil rajutan).
19) Kepala Bagian Garmen
Merupakan suatu bagian yang membantu tugas direksi dalam
menangani masalah teknis proses produksi dalam perusahaan. Bagian
ini dipimpin oleh seorang manager. Bagian ini bertanggung jawab
21
untuk memproduksi kain hasil rajutan hingga menjadi menjadi produk
jadi seperti celana dalam, kaus oblong, dan kaus singlet.
20) Kepala Bagian Pemeriksaan dan Perbaikan
Bagian ini bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan dan
perbaikan dari mesin-mesin produksi yang digunakan.
1.5.4 Gambaran Umum Produksi
PT. Mulia Knitting Factory Ltd pada dasarnya memproduksi produk
kain set bulat, produk kain set belah, produk kain bermotif (stripper). Secara
umum produksi dilakukan oleh perusahaan ini dilakukan dalam lima divisi
yaitu :
1. Departemen Knitting (Perajutan)
Departemen Knitting (perajutan) merupakan bagian lantai produksi
yang melakukan kegiatan perajutan kain dari bahan baku yang berupa
benang mentah menjadi kain grey, stripper, kerah, dan manset yang akan
digunakan untuk produksi pakaian atau langsung dijual kepada konsumen.
Departemen ini memiliki tiga sub-bagian yaitu :
• Bagian Knitting (perajutan kain grey)
Bagian ini bertanggung jawab untuk merajut kain grey (kain mentah
untuk dilakukan produksi pakaian jadi). Kain ini banyak digunakan
22
sebagai bahan baku untuk membuat pakaian dalam. Dan hasil rajutan
bagian ini akan menghasilkan kain dengan satu macam warna.
• Bagian Stripper
Bagian ini bertanggung jawab untuk merajut kain dengan motif dan
warna tertentu. Biasanya dalam proses knitting dilakukan dengan
mengkombinasikan dan mengatur pola rajutan beberapa benang
berwarna untuk mendapatkan motif tertentu. Biasanya hampir sekitar
90% produk hasil produksi stripper akan dijual dalam bentuk roll ke
pasar.
• Bagian Kragh and Manset
Bagian ini bertanggung jawab untuk merajut bagian kerah baju dan
lengan baju.
Biasanya dalam melakukan proses perajutan ini, departemen
knitting ditunjang oleh mesin knitting sekitar 100 set mesin yang terdiri
dari mesin rib, mesin single knit dan mesin double knit. Sedangkan untuk
bahan baku sepenuhnya ditunjang oleh PT. Mulia Spindo Mills yaitu
perusahaan milik PT. Mulia Knitting Factory Ltd yang memproduksi
benang yang akan menjadi bahan baku utama perajutan. Bahan baku
utamanya adalah benang cotton combed dan benang spandex (elastis).
23
2. Departemen Bleaching, Dyeing, and Finishing (BDF)
Bagian ini bertanggung jawab untuk melakukan proses bleaching
(pembilasan dari kotoran pada saat kain selesai dirajut seperti dari noda,
lilin, dan lainnya), kemudian proses dyeing (pewarnaan dengan
menggunakan zat pewarna sesuai dengan jenis warna pesanan), dan proses
finishing (proses penyelesaian seperti pembukaan, proses pengeringan,
proses setting untuk melicinkan dan mengeringkan, dan proses packing).
Dalam hal ini pengeringan dilakukan dua kali agar membuat produk
tersebut benar-benar kering. Bagian ini membawahi empat sub-bagian
yang mempunyai fungsi masing-masing, yaitu :
• Bagian Pencelupan Kain Warna
Merupakan sub-bagian yang memproses kain grey menjadi kain
berwarna sesuai dengan warna yang dipesan oleh pelanggan (purchase
order sheet).
• Bagian Pencelupan Kain Putih
Merupakan sub-bagian yang khusus memproses kain grey menjadi
kain warna putih (khusus untuk pencelupan warna putih). Pada
dasarnya proses ini hampir sama dengan proses pencelupan kain
berwarna, dimana dalam proses ini dibedakan dari waktu proses dan
juga komposisi kimia yang ada. Secara khusus kegiatan di sub-bagian
ini meliputi pencucian dan pencelupan kain grey menjadi kain warna
24
putih kemudian dilanjutkan dengan proses netralisir. Setelah itu akan
dilakukan pencucian (soaping) dengan menggunakan jenis sabun
sesuai dengan keadaan kain. Pada proses ini juga diberikan pewarna
putih untuk kain agar kain yang dihasilkan lebih putih.
• Bagian Stenter
Merupakan sub-bagian yang menangani proses akhir (finishing) kain-
kain yang dihasilkan oleh bagian pencelupan warna. Kain yang telah
jadi akan dikirim ke bagian stenter untuk diset belah dan di finishing,
serta diperiksa oleh petugas Quality Control (QC).
• Laboratorium
Merupakan sub-bagian yang melakukan pengujian untuk menemukan
formula komposisi zat warna yang tepat sesuai dengan spesifikasi
warna yang diinginkan oleh pelanggan. Selain itu, sub-bagian ini juga
melakukan uji tekstil untuk menguji ketahanan warna terhadap kain
atau benang. Adapun beberapa uji yang dilakukan seperti uji washing,
uji hot press, uji gosok, uji kekuatan kain, dan uji massa benang.
Proses produksi pada departemen Bleaching, Dyeing, and
Finishing (BDF) dapat dilihat pada gambar 1.2 di bawah ini.
25
Kain Grey(Kain Mentah)
Bleaching
Dyeing
Washing
Fixing/Softener
Calator
Dryer
Setting(Set Bulat)
Stenter(Set Belah)
Kain Jadi
Gambar 1.2 Diagram Alur Proses Produksi Departemen BDF
Sumber : Hasil observasi dan penjelasan staff departemen BDF PT. Mulia Knitting
Factory Ltd
3. Departemen Yarn Dyeing
Pada dasarnya Departemen Yarn Dyeing berproduksi hanya
berdasarkan pesanan dari departemen stripper. Biasanya pesanan tersebut
diproduksi dengan kuantitas gram dan spesifikasi warna pesanan tersebut.
26
Bahan baku dasar merupakan benang grey produksi dari PT. Mulia Spindo
Mills Cikande - Serang.
Bagian Yarn Dyeing ini terdiri atas beberapa sub-bagian yaitu :
1. Penggulungan
Pada bagian ini dilakukan penggulungan benang. Ada 2 jenis proses
yang dilakukan pada bagian penggulungan, yaitu :
• Penggulungan dari cones ke cheese
Penggulungan dari cones ke cheese dilakukan untuk menggulung
benang yang siap celup. Penggulungan dilakukan dengan mesin
so - winding. Terdapat 2 mesin so - winding dengan masing –
masing mesin terdiri dari 120 server pelayanan. Proses
penggulungan 1 mesin memerlukan waktu 1,5 jam. 1 roll benang
grey dapat menghasilkan 2 cheese benang grey.
• Penggulungan dari cheese ke cones
Penggulungan dari cheese ke cones dilakukan setelah benang
selesai dicelup. Cones yang dipakai berbeda dengan cones dari
penggulungan dari cones ke cheese. Penggulungan dilakukan
dengan mesin re - winding. Terdapat 3 mesin re – winding.
Lamanya penggulungan lebih lama dari mesin so-winding. 2 buah
cheese akan menghasilkan 1 cones benang.
27
2. Pencelupan
Pada bagian ini dilakukan pencelupan terhadap benang yang telah siap
dicelup. Benang yang telah digulung ke cheese diletakkan pada alat
carrier. 1 carrier terdapat 28 tiang, 1 tiang dapat memuat 10 cheese.
Sehingga total cheese dalam 1 carrier ada 280 cheese dengan
kapasitas carrier adalah 250 kilogram.
Setelah cheese dimasukkan ke dalam carrier dan dikunci rapat,
kemudian carrier diangkat dengan menggunakan mesin crane
(material handling) dan dimasukkan ke dalam tabung pencelupan.
Proses pencelupan sendiri memiliki proses dan waktu yang sama
dengan proses pencelupan kain di bagian BDF. Untuk warna – warna
tua seperti merah dan hitam memerlukan waktu 13 jam. Untuk warna
– warna sedang memerlukan waktu 10 jam dan warna – warna muda
memerlukan waktu 8 jam.
3. Pengeringan
Pada bagian ini dilakukan tahap pengeringan, dimana carrier akan
dimasukkan kembali ke mesin dryer untuk dikeringkan.
28
4. Departemen Stenter
Bagian yang bertanggung jawab untuk melakukan pemotongan
kain dari set bulat hasil perajutan menjadi set belah. Dalam hal ini kain
hasil rajutan mesin knitting masih berupa set bulat dengan diameter
tertentu, dimana untuk beberapa produk membutuhkan set bulat yang
harus dipotong menjadi set belah sesuai dengan permintaan yang ada
dalam order sheet.
Dalam hal ini proses stenter ini merupakan proses mencabut jarum
atau membelah kain hasil rajutan yang masih berbentuk diameter. Proses
ini dapat dikatakan proses finishing kain dimana akan diatur proses
pematangan dan penyusutan kain. Mesin yang digunakan untuk membelah
kain disebut mesin calator. Sesudah kain dibelah maka kain akan
dimatangkan (untuk mengeraskan dan melicinkan kain), sesudah itu akan
dimasukan ke dalam mesin stenter yang akan mengatur susut diameter dan
gramasi kain. Sesudah semua proses dilalui maka akan dicek kualitas kain
dimana pengecekan dilakukan terhadap kualitas benang, kualitas rajutan
(berlubang atau tidak), dan kualitas warna. Setelah itu, kain akan dikirim
ke gudang.
Proses produksi pada departemen stenter secara umum dapat
dilihat pada gambar 1.3 di bawah ini.
13
Sumber : Digambar ulang berdasarkan penjelasan bagian personalia PT. Mulia Knitting Factory Ltd
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Perusahaan
29
Gambar 1.3 Diagram Alur Proses Produksi Departemen Stenter
Sumber : Hasil observasi dan penjelasan staff departemen Stenter PT. Mulia Knitting
Factory Ltd
5. Departemen Garment
Bagian yang bertanggung jawab untuk melakukan proses
pemotongan, penggambaran pola, dan sampai penjahitan kain hingga
menjadi suatu produk jadi berupa pakaian dalam atau pakaian jadi. Atau
dapat dikatakan bagian ini merupakan kelanjutan proses produksi dari
30
departemen sebelumnya. Dalam hal ini PT. Mulia Knitting Factory Ltd
membagi departemen garment menjadi dua yaitu :
a) Departemen Garment Lokal
Bagian ini bertanggung jawab untuk memproduksi produk-produk
yang akan dijual ke dalam pasar lokal (dalam negeri) yaitu berupa
pakaian dalam pria seperti Rider, Swan Brand, dan lainnya. Dalam
menjalankan produksinya divisi ini ditunjang oleh divisi-divisi
sebelumnya dalam hal bahan baku untuk berproduksi. Bagian ini
terdiri atas beberapa sub-bagian yaitu:
• Bagian Cutting melakukan penggambaran pola dan pemotongan
bahan kain
• Bagian Sewing 2 melakukan penjahitan celana dalam.
• Bagian Sewing 3 melakukan penjahitan singlet dan t-shirt.
• Bagian Quality Control Lokal melakukan inspeksi terhadap
produk yang dihasilkan.
• Bagian Packaging Lokal melakukan pengemasan terhadap
produk sebelum produk dikirim ke gudang barang jadi.
31
b) Departemen Garment Export
Bagian ini bertanggung jawab untuk memproduksi produk-produk
yang akan dijual ke dalam pasar export (luar negeri). Dalam hal ini
dapat berupa produk pakaian jadi (T-Shirt dan Jacket) untuk pria,
wanita, dan anak-anak. Dikarenakan produksi pakaian ini berupa
tender dari perusahaan lain untuk diekspor, biasanya semua bahan
baku disediakan oleh pihak pemesan dan perusahaan hanya melakukan
proses pemotongan dan penjahitan. Bagian ini terdiri atas beberapa
sub-bagian yaitu:
• Bagian Cutting Ekspor melakukan penggambaran pola dan
pemotongan bahan.
• Bagian Sewing 1A melakukan penjahitan pakaian jadi (terutama
baju) menggunakan sistem Automatic Hanger untuk kebutuhan
ekspor.
• Bagian Sewing 1B melakukan penjahitan pakaian jadi (terutama
baju) menggunakan mesin jahit biasa untuk kebutuhan ekspor
maupun pasar lokal.
• Bagian Quality Control Ekspor melakukan inspeksi terhadap
produk yang dihasilkan.
• Bagian Packaging Ekspor melakukan pengemasan terhadap
produk.
32
Untuk kegiatan produksi garment export, terdapat 2 jenis variasi
produksi yaitu :
1. Produksi total
Pada produksi total ini, mulai dari kain, pencucian, pewarnaan
kain sampai pembuatan barang jadi dilakukan oleh PT. Mulia
Knitting Factory Ltd. Perusahaan yang mempercayakan
pembuatan pakaian kepada perusahaan ini hanya menerima
produk jadi saja yang siap didistribusikan.
2. Produksi sebagian
Pada produksi sebagian, kain disediakan oleh perusahaan lain,
sedangkan untuk kegiatan pembuatan barang jadi dilakukan di
perusahaan ini. Setelah jadi, barang jadi ini kembali akan
dikirimkan kembali kepada perusahaan pemesan dan siap untuk
didistribusikan.
Proses penerimaan pesanan dari buyer melewati agent yang akan
langsung ditanganin oleh staff bagian ekspor. Agent akan memberikan
spesifikasi sesuai dengan permintaan buyer kepada perusahaan. Dari
pihak perusahaan akan menindaklanjuti dengan mengkonfirmasi hal
ini ke agent yang setelah selesai akan dilempar langsung ke produksi.
33
1.5.5 Hasil Produksi, Benang, Jarum, dan Mesin Departemen Knitting
Departemen knitting menghasilkan beberapa jenis kain yang
dihasilkan dari ketiga sub-bagiannya yaitu sebagai berikut :
1. Sub-bagian perajutan kain Grey
Adapun hasil produksi dari sub-bagian perajutan kain grey terdiri dari :
• Kain rib
Adapun sifat dari kain ini cenderung lebih elastis, anyaman kain
kurang rapat, dan lebar kain tergantung pada diameter mesin. Kain rib
dihasilkan oleh mesin rib serta mesin single knit dan double knit.
Perbedaannya terletak pada diameter kain yang dihasilkan. Mesin
single knit dan double knit menghasilkan diameter kain yang lebih
besar daripada mesin rib. Adapun kain rib yang dihasilkan ini terdiri
dari kain rib 1 x 1, kain rib 2 x 1, kain rib 2 x 2, dan kain rib 5 x 2.
• Kain single knit dan double knit (kain interlock)
Adapun sifat dari kain ini anyaman kain lebih rapat dibandingkan
dengan kain rib. Perbedaan dari kain single knit dan double knit
terdapat pada penggunaan benang di mana untuk kain single knit
menggunakan benang tunggal, sedangkan untuk double knit
menggunakan dua helai benang. Jenis benang yang digunakan adalah
benang cotton 100% dan benang nylon.
34
• Kain single lacoste dan double lacoste
Adapun sifat dari kain ini mempunyai corak yang lebih besar. Corak
yang dihasilkan membuat rongga diantara kain lebih lebar. Perbedaan
kain single lacoste dan double lacoste terdapat pada penggunaan
benang di mana untuk kain single lacoste menggunakan satu helai
benang sedangkan untuk kain double lacoste menggunakan dua helai
benang. Jenis benang yang digunakan adalah benang cotton 100%.
2. Sub-bagian perajutan kain Stripper
Adapun hasil produksi dari sub-bagian perajutan kain stripper terdiri dari :
• Kain electro stripe
• Kain jagquard 32 s
• Kain feeder stripper
3. Sub-bagian perajutan kain Kragh dan Manset
Adapun hasil produksi dari sub-bagian perajutan kain kragh dan manset
terdiri dari :
• Kain Kerah
Kain kerah dirajut dengan menggunakan satu warna benang yang
sama. Panjang kain kerah yang dihasilkan adalah ± 70 cm. Sifat kain
35
kerah agak kasar, dan mempunyai elastisitas yang lebih rendah dari
kain grey.
• Kain Manset
Kain manset dirajut juga menggunakan satu warna benang yang sama.
Sifat kain manset sama dengan kain kerah. Akan tetapi panjang kain
manset yang dihasilkan adalah ± 100 cm.
Dalam melakukan proses produksinya, departemen knitting
membutuhkan beberapa bahan baku utama yaitu benang dan jarum. Seperti
yang telah disebutkan di atas, bahan baku benang yang digunakan adalah
benang cotton combed dan benang spandex (elastis). Pemasok dari komponen
benang ini antara lain :
• PT. Mulia Spindo Mills
• PT. Argotex
• PT. Lawe
Benang cotton combed yang digunakan untuk perajutan menggunakan
diameter benang yang berbeda – beda, tergantung dari kain yang ingin
dihasilkan. Semakin besar nomor benang maka diameter benang semakin
kecil. Sebaliknya semakin kecil nomor benang maka diameter benang akan
semakin besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nomor benang berbanding
36
terbalik dengan diameter benang. Kehalusan benang berbanding lurus dengan
diameter benang. Jika diameter benang semakin kecil berarti benangnya
semakin halus, demikian pula sebaliknya.
Jenis-jenis benang yang digunakan dalam melakukan perajutan pada
departemen knitting antara lain :
Benang COMBED 16 S
Benang COMBED 20 S
Benang COMBED 24 S
Benang COMBED 32 S
Benang COMBED 40 S
Benang SPANDEX 140 D
Benang SPANDEX 280 D
Adapun jarum yang digunakan pada departemen knitting untuk
menunjang proses produksi dibedakan menjadi 5 jenis jarum utama yaitu :
Jarum Rib
Jarum ini digunakan untuk menghasilkan kain rib, baik kain rib 1 x 1,
kain rib 2 x 1, kain rib 2 x 2, dan kain rib 5 x 2.
Jarum Interlock
Jarum ini digunakan untuk menghasilkan kain single knit dan double
knit (kain interlock).
37
Jarum Fukuhara
Jarum ini digunakan untuk menghasilkan kain rib (kain rib yang
berdiameter besar), kain single lacoste, dan double lacoste.
Jarum Stripper
Jarum ini digunakan untuk menghasilkan kain electro stripe, kain
jagquard 32 s, dan kain feeder stripper.
Jarum Kragh
Jarum ini digunakan untuk menghasilkan kain kerah dan kain manset.
Jarum-jarum yang digunakan di atas merupakan jarum import yang
dibeli dari distributor-distributor di Jakarta dan Bandung seperti :
• Lestari, Bandung
• Groz Beckert
• Royal
Adapun merek jarum yang biasa digunakan oleh departemen knitting
ini antara lain jarum merek Fukuhara, Sigura, dan Groz Beckert.
38
Mesin – mesin yang dipakai untuk proses perajutan terdiri dari :
• Mesin perajutan kain grey
Terdiri dari mesin rib, mesin single knit dan double knit. Perbedaannya
terletak pada besarnya diameter mesin dan untuk lebih nyatanya dapat
dilihat dari besarnya diameter kain yang dihasilkan.
• Mesin perajutan kain stripper
Hanya terdiri mesin single knit dan double knit (mesin stripper) dengan
diameter mesin yang berbeda – beda pula.
• Mesin perajutan kain kerah dan manset
Menggunakan fully automatic flat knitting machine dengan jenis mesin
yang sama, serta dapat digunakan untuk perajutan kain kerah dan manset.
Perbedaannya hanya pada ukuran mesin di mana mesin manset berukuran
lebih besar daripada mesin kerah.
Adapun jumlah mesin yang digunakan pada bagian knitting sebanyak
156 mesin dengan perincian :
• Mesin Rib berjumlah 70 mesin.
• Mesin Single Knit dan Double Knit berjumlah 34 mesin.
• Mesin Stripper berjumlah 22 mesin.
• Mesin Kerah berjumlah 17 mesin.
• Mesin Manset berjumlah 13 mesin.
39
Catatan :
Walaupun pada data dokumentasi tercantum jumlah mesin rib sebanyak 70
mesin, tetapi berdasarkan hasil pengamatan hanya terdapat 63 mesin yang
yang digunakan untuk melakukan produksi kain rib.
1.5.6 Sistem Kerja Departemen Knitting
Secara umum, sistem kerja pada departemen knitting terdiri atas 3
shift. Tetapi pelaksanaannya hanya dilakukan sebanyak 2 shift. Akan
ditambah 1 shift apabila terjadi permintaan yang melebihi kapasitas produksi
harian. Adapun jam kerja yang diterapkan di perusahaan ini adalah :
• Shift I : 07.30-16.30
• Shift II : 16.30-00.30
• Shift III : 00.30-07.30
• Jam istirahat : 12.00-13.00
Karyawan yang ada pada departemen knitting terbagi atas 2 jenis
karyawan, yakni karyawan tetap dan karyawan kontrak dengan pembagian
masing – masing sebanyak 50% dari total karyawan dari departemen knitting.
40
Untuk pelaksanaan harian, mesin - mesin yang ada pada departemen
knitting dioperasikan oleh operator dengan perincian :
• 4 mesin rib ditangani oleh 1 orang operator.
• 2 mesin single knit dan double knit ditangani oleh 1 orang operator.
• 1 mesin single knit atau double knit ditangani oleh 1 orang operator
(berlaku pada sub-bagian perajutan kain stripper).