bab 1 pendahuluan a. latar...
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menstruasi adalah periode pengeluaran cairan darah dari uterus yang
disebabkan oleh rontoknya endometrium (Hamilton, 1995). Menstruasi terjadi
hampir setiap 28 hari selama tahun – tahun reproduktif, meskipun siklus
normal dapat beragam dari 21 sampai 42 hari. Periode keluarnya darah ini
berlangsung dari 4 sampai 5 hari, selama waktu tersebut 50 – 60 ml darah
keluar (Smeltzer & Bare, 2001). Siklus menstruasi endometrium terdiri dari
empat fase yakni fase menstruasi yaitu hari ke 1 sampai ke 4, fase proliferasi
yaitu hari ke 5 sampai ke 14, fase sekresi yaitu hari ke 15 sampai ke 25 dan
fase premenstruasi adalah hari ke 25 sampai ke 28 (Barbara C. Long, 1996).
Beberapa gangguan haid dan siklusnya adalah premenstrual tension
(ketegangan pra haid), mastodinia (nyeri pada mammae), mittleschmerz (rasa
nyeri pada ovulasi), dan dismenore (nyeri haid). Dismenore adalah nyeri haid
menjelang atau selama haid sampai menimbulkan gangguan aktivitas dan
harus istirahat. Rasa nyeri ini sering diikuti dengan rasa mual, sakit kepala,
perasaan mau pingsan dan lekas marah (Mansjoer, 2000).
Menurut Asosiasi Nyeri Internasional (1979) dalam Tamsuri (2006)
nyeri adalah pengalaman sensori emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Untuk mengatasi rasa nyeri
dapat dilakukan dengan metode psikofisik dan metode farmakologi. Metode
psikofisik dilakukan dengan menenangkan kecemasan dan ketakutan,
mendorong untuk relaksasi, diberikan distraksi, dorongan untuk sikap yang
positif. Pengurangan nyeri dengan metode farmakologi dilakukan dengan
sedatif analgesik, narkotik, pethidin, diarmuphin / murphin, naloxon / narcan,
analgesik inhalasi : etanox oksigen dan natrium oksida. Metode farmakologi
tersebut diberikan bila nyeri haid tidak dapat diatasi dengan metode psikofisik
(Smeltzer & Bare, 2001)
Tehnik distraksi adalah salah satu cara untuk mengurangi nyeri dengan
mengalihkan perhatian kepada sesuatu yang lain sehingga kesadaran klien
terhadap nyerinya berkurang. Stimulus yang menyenangkan dapat
menyebabkan dilepaskannya endorphins untuk menghilangkan nyeri. Tehnik
distraksi yang dapat dilakukan misalnya menyanyi, berdoa, menceritakan foto
atau gambar dengan suara keras, mendengarkan musik dan bermain (Potter,
2001).
Menurut Guzetta (1989) dalam Potter (2001) menyebutkan salah satu
distraksi yang efektif adalah musik, karena musik terbukti menunjukkan efek
yaitu mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri, menurunkan
tekanan darah dan menurunkan frekuensi denyut jantung. Pada beberapa kasus
ternyata musik dapat membuat para pasien menjadi rileks, sehingga tidak
banyak memerlukan obat – obatan. Dengan mengkonsumsi sedikit obat –
obatan mengartikan efek samping yang lebih kecil. Beberapa studi kasus
praktek Dokter Gigi di Eropa terapi musik terbukti bisa mengurangi
penderitaan rasa nyeri yang dirasakan oleh seseorang (Qittun, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan Hendarto
dengan judul ” Efek Berdoa Terhadap Nyeri Kepala (Migrain) Di Rumah
Sakit Umum Tasikmalaya Tahun 2002 ” dengan hasil nilai Z sebesar – 3,571
ini berarti ada efek antara berdoa terhadap nyeri kepala (migrain) dibuktikan
dengan responden yang mengalami nyeri kepala (migrain) menyatakan
nyerinya berkurang.
Pada studi epidemiologi pada populasi remaja (berusia 12-17 tahun) di
Amerika Serikat, Klein dan Litt melaporkan prevalensi dismenore 59,7%. Dari
mereka yang mengeluh nyeri, 12% berat, 37% sedang, dan 49% ringan. Studi
ini juga melaporkan bahwa dismenore menyebabkan 14% remaja sering tidak
masuk sekolah. Studi longitudinal dari Swedia melaporkan dismenore pada
90% wanita yang berusia kurang dari 19 tahun dan 67% wanita yang berusia
24 tahun (French, 2005). Di Amerika, angka prosentase perempuan yang
mengalami dismenore sekitar 60%, Swedia mencapai 72%, dan di Indonesia
sekitar 55% kaum perempuan usia produktif tersiksa oleh nyeri selama haid
(info-sehat.com, 2004).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan
memberikan kuisioner kepada siswi remaja di SMK Pati Unus pada bulan
Februari 2009 diperoleh data bahwa sebanyak 105 orang dari 170 remaja putri
mengalami dismenore (nyeri haid), dari 105 orang tersebut biasanya para
remaja selalu mengkonsumsi obat – obatan analgetik untuk menghilangkan
nyeri haid.
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh terapi musik terhadap nyeri pada saat dismenore
pada remaja putri di SMK Pati Unus Karangawen.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Dari latar belakang tersebut diatas maka disusun rumusan masalah
sebagai berikut, ’’ Adakah pengaruh terapi musik terhadap tingkat dismenore
pada remaja putri di SMK Pati Unus Kecamatan Karangawen Kabupaten
Demak’’.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh terapi musik terhadap tingkat dismenore pada
remaja putri di SMK Pati Unus Kecamatan Karangawen.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat dismenore sebelum dilakukan terapi musik pada
remaja putri di SMK Pati Unus Kecamatan Karangawen.
b. Mengetahui tingkat dismenore sesudah dilakukan terapi musik pada
remaja putri di SMK Pati Unus Kecamatan Karangawen.
3. Untuk menganalisis pengaruh terapi musik terhadap tingkat dismenore
pada remaja putri di SMK Pati Unus Kecamatan Karangawen.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi remaja SMK Pati Unus
Sebagai bahan masukan kepada remaja putri tentang pengaruh terapi
musik terhadap tingkat dismenore.
2. Bagi peneliti
Sebagai bahan pertimbangan dan mengembangkan penelitian tentang
pengaruh terapi musik terhadap tingkat dismenore.
3. Bagi pengembangan ilmu
Dapat dijadikan informasi bagi akademik / pendidikan untuk kegiatan
belajar mengajar atau sumber pengetahuan tentang pengaruh terapi musik
terhadap tingkat dismenore.