bab 1 lapak tpta

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknik pengawetan tanah dan air merupakan upaya untuk bisa mengonservasi tanah dan air. Konservasi tanah dan air ini dilakukan untuk memperkecil run off dan memperbesar infiltrasi sehingga bisa mencegah terjadinya erosi pada lahan. Erosi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu iklim, tanah, manusia, topografi dan vegetasi. Pada praktikum kali ini mempelajari mengenai topografi yaitu keminringan lahan. Kemiringan dan panjang lereng merupakan bagian dari topografi yang memengaruhi erosi. Kemiringan dan panjang lereng ini sangat memengaruhi aliran air permukaan. Kemiringan lahan yang semakin curam maka akan mempercepat aliran permukaan yang akibatnya top soil tanah akan semakin banyak terbawa dan memperbesar terjadinya erosi. Kemiringan lahan adalah tingkat kecuraman lereng permukaan suatu lahan yang dapat dinyatakan dalam satuan persen atau derajat. Satuan persen adalah lereng lahan yang merupakan perbandingan antara beda tinggi kemiringan lahan dengan jarak mendatar dari dua titik yang diukur tingkat kemiringannya. Satuan derajat adalah satuan yang menunjukkan sudut yang dibentuk antara garis kemiringan lahan dengan garis mendatar.

Upload: afifah-rahmi

Post on 23-Dec-2015

233 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Tpta

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 Lapak Tpta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik pengawetan tanah dan air merupakan upaya untuk bisa mengonservasi

tanah dan air. Konservasi tanah dan air ini dilakukan untuk memperkecil run off

dan memperbesar infiltrasi sehingga bisa mencegah terjadinya erosi pada lahan.

Erosi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu iklim, tanah, manusia, topografi dan

vegetasi. Pada praktikum kali ini mempelajari mengenai topografi yaitu

keminringan lahan.

Kemiringan dan panjang lereng merupakan bagian dari topografi yang

memengaruhi erosi. Kemiringan dan panjang lereng ini sangat memengaruhi

aliran air permukaan. Kemiringan lahan yang semakin curam maka akan

mempercepat aliran permukaan yang akibatnya top soil tanah akan semakin

banyak terbawa dan memperbesar terjadinya erosi. Kemiringan lahan adalah

tingkat kecuraman lereng permukaan suatu lahan yang dapat dinyatakan dalam

satuan persen atau derajat. Satuan persen adalah lereng lahan yang merupakan

perbandingan antara beda tinggi kemiringan lahan dengan jarak mendatar dari dua

titik yang diukur tingkat kemiringannya. Satuan derajat adalah satuan yang

menunjukkan sudut yang dibentuk antara garis kemiringan lahan dengan garis

mendatar.

Kemringan lahan dapat dilakukan dengan beberapa alat seperti teodolit, Sunto

Level, Abney Level, Hagameter dan meteran. Pada praktikum ini dilakukan

pengukuran kemiringan lahan menggunakan kelima alat tersebut. Dari

pengukuran tersebut diharapkan praktikan dapat memahami cara pengukuran dan

perhitungan menggunakan lima alat yang berbeda.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran kemiringan lahan dengan benar

menggunakan alat pengukur sudut dalam satuan persen atau derajat.

Page 2: Bab 1 Lapak Tpta

1.3 Metodologi Pengamatan dan Pengukuran

1.3.1 Alat dan Bahan

1. Patok

2. Tali

3. Pita ukur

4. Rambu ukur

5. Alat ukur sudut (Sunto Level, Abney Level, Hagameter)

6. Alat ukur teodolit dan waterpass

1.3.2 Prosedur Praktikum

1. Menentukan lokasi lahan yang akan diukur kemringan lerengnya.

2. Pasang patok pada lahan sesuai dengan bentuk kemiringan lereng lahan atau

jarak antar patok tetap (mis: per 10 meter).

3. Memasang alat ukur teodolit dan waterpass diatas kaki tiga.

4. Memasang alat ukur teodolit:

- Alat yag sudah dipasang diatas aki tiga tersebut didirikan tepat diatas titik

ukur.

- Mengatur sumbu satu (Sb 1) dalam keadaan tegak dan sumbu dua (Sb2)

dalam keadaan mendatar dengan cara mengatur kedua nivo tabung yang

ada pada Bausol bagian atas alat, gelembungnya ada ditengah yang diatur

dengan ketiga skrup mendatar.

5. Ukur tiap segmen dengan alat ukur sudut dan alat ukur teodolit.

6. Catat dan hitung jarak datar dan jarak miringnya.

7. Gambarkan profil kemiringan lahan serta tentukan kelas kemiringan lahan

rata-rata dan reliefnya.

Page 3: Bab 1 Lapak Tpta

PEMBAHASAN

Praktikum kali ini membahas mengenai pengukuran kemiringan lahan

dengan alat pengukur sudut. Praktikum dilakukan pada lahan di Ciparanje yang

memiliki kemiringan agak curam. Pengukuran ini dilakukan menggunakan lima

alat yang berbeda yaitu Teodolit, Hagameter, Abney Level, Sunto Level dan

meteran. Cara penggunaan dari setiap alat tersebut berbeda-beda dan hasilnya pun

berbeda pula. Pengukuran ini dilakukan pada 3 titik dengan jarak yang sama yaitu

pada titik ke 24 m, 48 m dan 72 m.

Pengukuran pertama menggunakan Hagameter. Pada jarak 24 m diperoleh

hasil pengukurannya sebesar 22% kemiringan lahan dengan sudut 0,8739o. Pada

jarak 48 m diperoleh hasil pengukurannya sebesar 23% kemiringan lahan dengan

sudut 0,8751o. Pada jarak 72 m diperoleh hasil pengukurannya sebesar 22,2%

kemiringan lahan dengan sudut 0,8742o. Pengukuran selanjutnya menggunakan

Abney Level. Pada alat ini hasil pengukuran ditunjukkan dengan satuan derajat.

Pada jarak 24 m diperoleh hasil pengukuran sebesar 16o dengan kemiringan lahan

sebesar 28,67%. Pada jarak 48 m diperoleh hasil pengukuran sebesar 18o dengan

kemiringan lahan sebesar 32,49%. Pada jarak 72 m diperoleh hasil pengukuran

sebesar 19o dengan kemiringan lahan sebesar 34,43%.

Selanjutnya yaitu pengukuran menggunakan Sunto Level. Pengukuran

menggunakan alat ini menghasilkan dua pengukuran yaitu compass dan lensa.

Pada compass diperoleh hasil pengukuran pada jarak 24 m dengan sudut sebesar

7o dengan kemiringan lahan 12,27%. Pada jarak 48 m diperoleh sudut sebesar 8o

dengan kemiringan lahan 14,05%. Pada jarak 72 m diperoleh sudut sebesar 14o

dengan kemiringan lahan 24,93%. Pada lensa diperoleh hasil pengukuran pada

jarak 24 m dengan sudut sebesar 9o dengan kemiringan lahan 15,83%. Pada jarak

48 m diperoleh sudut sebesar 8o dengan kemiringan lahan 14,05%. Pada jarak 72

m diperoleh sudut sebesar 12o dengan kemiringan lahan 21,25%.

Pada pengukuran menggunakan meteran diperoleh pesentase kemiringan

lahan 5,828% dengan sudut sebesar 333,54o pada pengukuran pertama. Pada

pengukuran kedua diperoleh kemiringan lahan sebesar 6,652% dengan sudut

Page 4: Bab 1 Lapak Tpta

sebesar 380,606o. Pada pengukuran ketiga diperoleh kemiringan lahan sebesar

64,88% dengan sudut sebesar 279,387o.

Pengukuran selanjutnya yaitu pegukuran menggunakan teodolit. Pada

jarak 24 m diperoleh kemiringan lahan 7,728% dengan sudut sebesar 0,47o. Pada

jarak 48 m diperoleh kemiringan lahan 16,578% dengan sudut sebesar 9,412o.

Pada jarak 72 m diperoleh kemiringan lahan 14,509% dengan sudut sebesar

8,255o.

Sehingga dari pengukuran tersebut dapat dilihat bahwa kemringan lahan

yang diukur yaitu berada pada kelas miring hingga agak terjal dengan relief

berombak hingga bergelombang.

Dari kelima pengukuran ini diperoleh kemiringan lahan yang berbeda-

beda pula. Hal ini bisa dikarenakan alat yang digunakan memiliki tingkat

ketelitian yang berbeda. Selain itu kondisi alat juga memengaruhi hasil

pengukuran. Ketepatan praktikan dalam melakukan pengukuran juga

memengaruhi hasil pengukuran. Kesalahan dalam pembacaan bisa terjadi karena

bidik yang dilakukan pada objek dengan jarak yang cukup jauh sehingga bisa saja

terjadi kesalahan dalam pengukuran. Dari kelima alat tersebut yang paling tidak

akurat adalah meteran. Karena bisa dikatakan bahwa pengukuran menggunakan

meteran adalah pengukuran manual. Alat dengan tingkat ketelitian paling baik

yaitu Teodolit.

Page 5: Bab 1 Lapak Tpta

Kesimpulan

1. Praktikum kali ini membahas mengenai mengukur kemiringan lahan

dengan alat pengukur sudut.

2. Praktikum menggunakan lima alat yang berbeda yaitu Teodolit,

Hagameter, Abney Level, Sunto Level dan meteran.

3. Pada setiap pengukuran diperoleh hasil yang berbeda-beda.

4. Hasil pengukuran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi alat,

tingkat ketelitian alat, ketepatan pembacaan dan jarak.

5. Alat dengan tingkat ketelitian rendah yaitu meteran dan tingkat ketelitian

tinggi yaitu teodolit.

6. Dari hasil pengukuran diperoleh kelas kemiringan lahan yaitu miring

hingga agak terjal dengan relief berombak hingga bergelombang.

Saran

1. Praktikan bisa memahami materi yang akan dipraktikumkan.

2. Praktikan menggunakan alat pengukur sudut dengan lebih baik, teliti dan

hati-hati lagi.

3. Karena kondisi cuaca yang penghujan, sebaiknya praktikan membawa

payung dan jas hujan saat praktikum.