bab 1 dkk

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos (habitat) dan logos (ilmu). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan- tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. 1

Upload: nila-wahyuni

Post on 15-Nov-2015

228 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

makalah ekologi tentang struktur populasi hewan

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos (habitat) dan logos (ilmu). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).

Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.

Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem harus dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang (homeostatis). Perubahan terhadap salah satu komponen akan memengaruhi komponen lainnya .Homeostatis adalah kecenderungan sistem biologi untuk menahan perubahan dan selalu berada dalam keseimbangan. Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen penyusunnya yaitu organisme dan populasi.

1.2 Rumusan Masalah1. Apakah yang dimaksud dengan populasi ?

2. Bagaimanakah struktur dari suatu populasi hewan ?

3. Bagaimanakah karakteristik dari suatu populasi hewan ?

4. Bagaimanakah dinamika populasi hewan ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari populasi

2. Untuk mengetahui struktur dari suatu populasi hewan

3. Untuk mengetahui karakteristik dari suatu populasi hewan

4. Untuk mengetahui dinamika populasi hewan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Populasi

Populasi didefinisikan sebagai kelompok organisme atau individu spesies yang sama (kelompok-kelompok dari individu yang dapat bertukar informasi genetik), yang menempati ruang dan waktu tertentu, memiliki sifat yang unik yang merupakan sumbangan dari masing-masing individu anggota kelompok tersebut (Odum, 1971). Menurut Kendeight (1980), populasi merupakan sekumpulan individu yang berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain pada spesies yang sama (Dharmawan, 2005).Tujuan dalam kajian populasi pada umumnya untuk memprediksi perkembangan suatu populasi yang sering kali dikembangkan suatu model untuk menjelaskan representasi abstrak dari suatu proses yang diilustrasikan dalam bentuk verbal, grafik, atau persamaan matematik. Dengan demikian fenomena suatu sistem dapat diperjelas baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

2.2 Karakteristik Populasi

Setiap populasi memiliki karakter yang spesifik, karakter statistik diantaranya adalah kerapatann (densitas), angka kelahiran (natalitas), angka kematian (mortalitas), sebaran atau agihan (distribusi) umur, pertumbuhan, serta karakter biologi antara lain potensi biotik, sifat genetic, perilaku, dan pencaran (disperse). Di samping itu populasi memiliki karakter yang genetik antara lain keadaptifan, ketegaran reproduktif, dan presistensi (Dharmawan, 2005).

2.2.1 Kerapatan/kepadatan/densitas(density) populasi

Kerapatan merupakan ukuran besarnya populasi dalam satuan ruang atau volume. Pada umumnya ukuran besarnya populasi digambarkan dengan cacah individu, atau biomas populasi per satuan ruang atau volume (Dharmawan, 2005).

Dalam penentuan kerapatan populasi perlu dibedakan antara kerapatan kotor (crude density) dengan kerapatan ekologi (specific atau ecological density). Kerapatan kasar yaitu cacah individu suatu populasi per areal habitatnya. Sedangkan kerapatan ekologi adalah cacah individu per areal habitatnya. Jika dibandingkan keduanya, nilai kerapatan kotor memberikan hasil yang akurasinya tidak lebih dibandingkan dengan kerapatan ekologi. Agar kerapatan ekologi dapat lebih memberikan informasi yang bermakna, perlu informasikan pula tentang peta dari areal yang merupakan ruang kajian populasi (Dharmawan, 2005).Kerapatan ekologi dapat dibedakan pula atas kerapatan nisbi dan kerapatan absolut. Keraptan nisbi adalah nilai yang menunjukkan besaran suatu populasi tanpa dapat menunjukkan cacah individu populasi per satuan areal atau volume. Sedangkan kerapatan absolut nilai yang menunjukkan cacah individu suatu populasi per satuan areal atau volume (Dharmawan, 2005).Dalam menentukan kerapatan populasi dalam skala ruang yang relative sempit kita dapat melakukan perhitungan cacah individu biomas secara menyeluruh (total count), namun pada ruang yang relatif luas kita dihadapkan pada keterbatasan. Untuk itu biasanya dilakukan dengan cara pengambilan cuplikan atau sebagian kecil dari individu populasi tersebut, yang selanjutnay dari cuplikan tersebut dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari populasi yang dipelajari (Dharmawan, 2005).Untuk mengetahui perkembangan kerapatan suatu populasi dari periode waktu yang berbeda, atau membandingkan kerapatan populasi pada ruang yang berbeda secara relatif, maka satuan pengukuran yang dipergunakan adalah relative (relative density).

2.2.2 Natalitas

Natalitas adalah kemampuan suatu populasi untuk bertambah jumlah anggotanya secara inheren. Natalitas dapat terjadi dengan cara kelahiran, penetasan telur, atau munculnya individu baru akibat pembelahan sel (Dharmawan, 2005).Atas dasar kondisi lingkungannya, dibedakan antara natalitas fisiologik dan natalitas ekologik. Natalitas fisiologik (disebut juga sebagai natalitas maksimum, atau natalitas mutlak), yaitu penambahan jumlah anggota populasi dalam kondisi ideal (tidak ada faktor eksternal yang membatasi). Dengan demikian faktor utama yang membatasi adalah kondisi fisiologinya. Sedangkan natalitas ekologik adalah pertambahan jumlah anggota populasi dalam kondisi alam senyatanya (ekologinya) (Susanto, 2000).Natalitas fisiologi dapat merupakan tetapan , yang akan menarik untuk kajian perbandingan dengan natalitas ekologinya. Karena akan diperoleh gambaran tekanan kondisi lingkungan, serta tanggapan populasi tersebut untuk mempertahankan keberadaannya. Dengan demikian natalitas ekologi bukan merupakan tetapan, namun dapat berbeda menurut ruang dan waktu serta kondisi lingkungan yang bekerja (Susanto, 2000).Aspek penting yang perlu diperhatiakan dalam natalitas adalah fertilitas, yaitu kemampuan sesungguhnya suatu populasi, atau aras kinerja populasi berdasarkan cacah individu yang dilahirkan. Aspek kedua adalah fakunditas (kepridian) yaitu kinerja potensial (kapasitas fisik) suatu populasi (Susanto, 2000).2.2.3 Mortalitas

Mortalitas adalah pengurangan cacah individu suatu populasi. Seperti halnya natalitas, maka mortalitas dapat dibedakan atas mortalitas fisiologik, dan ekologik. Mortalitas fisiologik (mortalitas minimum) adalah pengurangan individu anggota populasi dalam kondisi ideal. Semua organisme dalam kondisi ideal sekalipun akan mengalami kematian sekalipun dalam umur relative tua, yang secara teoritis ditentukan oleh longivitas fisiologik (rerata jangkauan hidup). Angka kematian ini merupakan tetapan untuk suatu populasi. Sedangkan mortalitas ekologik adalah pengurangan individu anggota populasi dalam kondisi alam senyatanya. Angka kematian ini biasanya lebih besar dibandingkan dengan kematian dalam kondisi ideal, dan bukan merupakan tetapan (Dharmawan, 2005).2.2.4 Struktur umur

Secara umum populasi mempunyai umur yang secara garis besar dapat digolongkan atas tiga pola, yaitu:

1. Struktur umur menurun, yaitu struktur umur yang mempunyai kerapatan kecil pada umur muda, besar pada kelompok umur sedang dan kecil pada kelompok umur tua. Perkembangan populasi pada pola struktur umur yang demikian ini cenderung menurun dan periode waktu tertentu akan punah.

2. Struktur umur stabil, yang jika digambarkan distribusi kelompok umur ini mempunyai bentuk seperti piramida sama sisi. Populasi dengan pola struktur umur semacam ini dapat mempertahankan keberadaannya dalam waktu yang relatif lama.

3. Struktur umur meningkat (berkembang), yaitu populasi denagn kerapatan kelompok umur muda paling besar. Populasi dengan pola struktur ini akan mengalami perkembangan kerapatan yang relative tinggi pada periode waktu mendatang (Dharmawan, 2005).

Gambar 2.1. Pola struktur umur populasi, A. Struktur umur menurun, B. Stabil, C. Meningkat (berkembang).

Gambar 2.2. Distribusi seks rasio dalam interval umur

Berdasarkan atas hubungan antara umur dan jumlah individu yang hidup, dapat dibedakan tiga kurve survivorship seperti pada Gambar 3. Kurve tipe 1, menjelaskan adanya laju survival yang tinggi pada umur muda, dan terjadi penurunan setelah umur tertentu, biasanya pada umur tua. Kurve tipe 2, menjelaskan mortalitas yang konstan pada tingkatan umur.

Gambar 2.3. Hubungan antara peluang hidup (dalam log cacah individu hidup- N) dengan umur (T).

Kurve tipe 3, menjelaskan adanya kematian yang tinggi pada umur muda, dan laju mortalitasnya menurun setelah itu, pada umumnya populasi di alam menunjukkan kurve survivorship antara tipe 1 dan 2, atau tipe 2 dan 4. Manusia dan mamalia tingkat tinggi umumnya mendekati kurve tipe 1. Serangga dan hewan tingkat rendah umumnya mendekati kurve 3. Burung cenderung mendekati kurve tipe 2.

2.2.5 Pola sebaran ruang (spatial)

Secara umum populasi menyebar dalam tiga pola yaitu acak (random), mengelompok /agregasi (clumped), dan seragam (uniform). Pada umumnya populasi hewan cenderung untuk berkelompok, oleh karenanya dari ketiga pola tersebut seringkali dijumpai gabungan dua pola yaitu acak mengelompok, kelompok bergerombol, dan seragam berkelompok (Ramli, 1989).Gambar 2.4. Pola sebaran populasi. A. Acak, B. Mengelompok, C. Seragam.

Secara statistik hubungan antara rataan dan ragam banyaknya individu dalam satuan cuplikan masing-masing pola adalah sebagai berikut:

1. Pola sebaran acak, 2= , memiliki pola sebaran frekuensi poison

2. Pola sebaran mengelompok, 2= , memiliki pola sebaran frekuensi binomial.

3. Pola sebaran seragam, 2= , memiliki pola sebaran frekuansi binomial.

Pola sebaran acak menunjukkan terdapat keseragaman (homogenitas) kondisi lingkungannya. Pola sebaran random dapat disebabkan oleh pngaruh negative persaingan sumberdaya diantara individu anggota populasi itu. Sedangkan pola sebaran mengelompok dapat disebabkan oleh agregarius, adanya keragaman (heterogebitas) kondisi lingkungan, ketersediaan makanan, perkawinan, pertahanan, perilaku sosialnya, serta faktor persaiangan.

Prinsip Allee tentang pengelompokan yaitu, pengelompokan dan kerapatan berkaitan dengan pertumbuhan yang optimal serta kelangsungan hidup suatu populasi berbeda menurut spesies dan kondisi; dengan demikian maka kurangnya tingkat kerapatan (berdesakan) dan berdesakan secara berlebihan merupakan pembatas suatu populasi oleh suatu populasi.

Di lapangan sering kali kita jumpai bahwa kelompok hewan tertentu membatasi aktivitasnya pada daerah tertentu yang merupakan kisaran tinggalnya, atau daerah jelajah (home range), misalnya kawanan gajah, kerbau, burung wallet, penyu, kawanan srigala, dll. Sedangkan daerah yang dipertahankan secara aktif oleh suatu populasi disebut disebut daerah toritorial (torritorium), misalnya pada kelompok burung manyar yang mendiami pohon dadap.

Pada populasi hewan tinggi mekanisme pertahanan terhadap daerah tertentu membatasi aktivitasnya pada daerah tertentu ini merupakan perilaku hewan untuk mengisolasi kelompoknya dan pertahanan, serta pertahanan dari gangguan kelompok hewan yang lain. Sedangkan pada hewan tingkat rendah, sifat territorial ini lebih bersifat kimiawi (Ramli, 1989).Secara ringkas bahwa toritorial merupakan upaya untuk mengurangi upaya untuk mengurangi kompetisi, efisiensi energi, efektivitas kelangsungan proses biologi (perkawianan, pengeraman telur, pemeliharaan anak, dll). Toritorialitas cenderung mengatur populasi dalam kondisi dibawah batas kejenuhan.

Gambar 2.5. A. Daerah jelajah (home range), B. Daerah territorial (territorium).

2.3 Pertumbuhan Populasi

Populasi tidak selalu statis namun dinamis sepanjang perubahan waktu. Misalnya populasi walang sangit berhubungan dengan areal pertanaman dan musim tanam padi. Dengan demikian yang menarik perhatian dalam kajian populasi tidak hanya besarnya populasi pada suatu waktu, namun bagaimana perubahan besarnya populasi serta faktor yang bekerja dalam perubahan tersebut.

Ukuran besarnya populasi dapat dilakukan dengan menggunakan kerapatan, yang biasanya dinotasikan dengan N, dan waktu dinotasikan t. karena N selalu berubah menurut waktu, maka N disebut variabel tak bebas, yang terpaut waktu. Sedangan t berubah tidak tergantung terhadap N, sehingga t adalah variabel bebas tak terpaut N (Dharmawan, 2005).Proses perubahan suatu populasi dapat digambarkan secara trayektori perubahan suatu titik ke titik berikutnya, yang bekerjanya mengikuti kaidah-kaidah berkaitan dengan perubahan alamiah menurut dimensi waktu.

Jika populasi dianggap sebagai suatu system, maka perubahan kerapatan dari waktu ke waktu berikutnya, maka kecepatan perubahan tersebut disebut sebagai laju (percepatan), yang disimbolkan sebgai r.

Dari ketentuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. dalam status system waktu t terkandung aspek-aspek tertentu yang mempengaruhi sistem itu selang atau periode (t-1), t.2. pengaruh terhadap system saat t tidak berakibat pada saat t tetapi pada arah dan laju perubahan selanjutnya setelah saat t.Apabila perubahan populasi tersebut terjadi pada lingkungan tidak terbatas (sumberdaya tidak terbatas) maka laju pertumbuhan spesifik (laju pertumbuhan perindividu) populasi tersebut konstan untuk saat itu. Asumsi kondisi tidak terbatas ini memang kurang tepat. Keadaan di alam sumberdaya (ruang dan makanan) tersedia terbatas, disamping itu bekerja pula faktor lain misalnya kompetisi, baik diantara individu anggota populasi itu sendiri maupun antar populasi.

Dalam keadaan senyatanya, perubahan kerapatan populasi diakibatkan oleh.

1. Natalitas (penambahan jumlah individu karena kelahiran),

2. Masukan individu baru dari luar ke dalam populasi tersebut (imigrasi),

3. Mortalitas (penurunan jumlah individu karena kematian),

4. Keluarnya individu anggota populasi tersebut (emigrasi) (Wijaya, 2007).

Gambar 2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kerapatan populasi.2.4 Model Pertumbuhan Eksponensial

Dalam kajian pertumbuhan, biasanya dilakukan terhadap satu spesies tertentu dengan menggunakan asumsi bahwa kondisi lingkungan tersebut tak terbatas. Pada kondisi yang ideal pertumbuhan bakteri yang berasal dari satu sel diasumsikan sebagai populasi awal (No=1), yang diamati perkembangannya selama 10 jam (t=10). Setiap jam masing-masing individu membelah menjadi 2 individu baru, sehingga perkembangan cacah individu anggota populasinya menjadi 4, 8, 16, 32, 64.dan seterusnya. Hal ini dapat digambarkan sebagaimana pada tabel 2.7 berikut.

Waktu 0123.10.t

Generasi 1234.11.

Populasi No

(20) N0= 1N1(21) N0= 2N2(22) N0= 4N3(23) N0= 8.

.N10(210)N0= 1024..Nt (2t) N0

Secara matematis model pertumbuhan ini dapat dituliskan :

dN/dt=rN; maka dN/

(Ndt).(1)

symbol r disebut sebagai koefisien pertumbuhan sesaat, yang dengan manipulasi kalkulus dapat dituliskan sebagai

Nt= (2t) No(2)

r diperoleh dari angka kelahiran dikurangi angka kematian. Persamaan pertumbuhan eksponensial dN/dt = rmaksimumN menunjukkan suatu pertumbuhan potensial populasi dalam lingkungan yang tak terbatas, sementara rmaksimum adalah laju pertumbuhan maksimum yang mungkin dan N adalah jumlah individu dalam populasi. Model pertumbuhan seperti diatas didasarkan pada asumsi :

1. Makanan bagi bakteri tersedia dalam jumlah yang cukup

2. Ruang hidup selalu mencukupi untuk perkembangbiakan

3. Keadaan lingkungan seperti suhu dan kelembapan dalam keadaan konstan4. Bakteri berkembangbiak secara teratur setiap jam sehingga tidak terjadi senjang waktu

5. Kematian individu anggota populasi tidak terjadi, sehingga cacah individu anggota populasi dari waktu ke waktu terus meningkat (Dharmawan, 2005).Perkembangan bakteri setiap jam dinyatakan dengan , yaitu pembelahan setiap individu pada setiap generasi yaitu menjadi 2 individu , = 2 persatuan waktu (jam). Sehingga secara matematis ditulis sebagai:Nt=t N0(3)

Persamaan (3)di atas merupakan persamaan differen yang dimunculkan secara urut:

Nt = t N0 atau Nt+1 = t+1N0Nt-2 = t-3 N1= t-3N1= t-2 N0= t-4 N2Penulisan = 2 dapat pula dinyatakan sebagai

= 21 atau 40.5Bila digunakan bilangan alami (Euler, e= 2.71828) maka dapat ditulis persamaan sebagai:

= er r=ln

Jika = er = 2 maka ln = 0,683 sehingga persamaan (3) dapat diruskan sebagai:

Nt =(er)N0 atau Nt= N0ert..(4)

ln Nt= ln N0 + rt ; maka r= ln Nt ln N0(5)

Jika diplotkan maka kurva eksponensial pertumbuhan sesaat adalah sebagai berikut :Gambar 2.8 Kurva Eksponensial Pertumbuhan Sesaat Dipetakan secara diskritBentuk pertumbuhan eksponensial disebut sebagai pertumbuhan bentuk J, karena menyerupai huruf J . Model ini memprediksikan bahwa semakin besar suatu populasi akan semakin cepat populasi tersebut tumbuh (Ramli, 1989).2.5 Model Pertumbuhan Logistik

Di alam keberadaan populasi akan dibatasi oleh faktor-faktor lingkungan, misalnya ketersediaan ruang, makanan, penyakit dan predator serta faktor abiotik lain yang bekerja. Bakteri dan organisme kecil lainnya, dan juga organisme akuatik yang hidup pada ekosistem yang kecil seperti kolam atau sebuah akuarium dapat menghasilkan akumulasi dari metabolisme pembuangannya yang dapat menjadi suatu faktor pembatas pada ekosistem itu. Pertumbuhan bakteri pada cawan petri dengan medium nutrient yang mengandung zat makanan, akan menumbuhkan populasi seperti kurva eksponensial. Populasi itu mulai dengan suatu fasa lag yang diteruskan dengan suatu pertumbuhan yang eksponensial dan sampai pada keadaan tingkatan fasa pertumbuhan yang tetap. Dalam tempat dan kondisi yang terbatas ini terdapat banyak sisa-sisa metabolisme yang dapat menjadi racun bagi organisme itu sehingga akan menyebabkan kematiannya. Penurunan garis kurva itu menunjukkan fasa kematian yang besar sekali (Ramli, 1989).

Bekerjanya faktor lingkungan dikarenakan meningkatnya kerapatan dari populasi itu sendiri, sehingga daya dukung lingkungan (K) akan berkurang.(K-N) individu

(K-N) merupakan fraksi dari K, sehingga bagian-bagian yang dapat menampung pertumbuhan sebanding dengan laju pertumbuhan yang terjadi

(K-N)/K

Karena ada sumber daya yang terbatas ini, maka pertumbuhan populasi dapat dituliskan dalam persamaan berikut :

dN/dt = Rn (K-N)/N Gambar 2.9 Model Pertumbuhan Logistik

Bila N kecil maka (K-N)/K akan mendekati 1, sehingga pertumbuhan mendekati eksponensial. Bila N mendekati K, maka (K-N)/K mendekati 0, berarti pertumbuhan populasi kecil,mendekati 0 (Dharmawan, 2005).Persamaan logistik ini pertama kali ditemukan oleh Verhuls pada tahun 1839, yang dikenal dengan nama kurva logistik atau kurva S karena bentuknya seperti huruf S.Asumsi yang berlaku:

1. Populasi akan mencapai keseimbangan dengan lingkungan, dengan sebaran umur yang stabil

2. Pertumbuhan akan mengalami pertumbuhan yang berangsur-angsur menurun secara tetap dengan konstanta r

3. Pengaruh r bersifat seketika tanpa penundaan (time tag)

4. Sepanjang pertumbuhan lingkungan tidak mengalami perubahan

5. Pengaruh kerapatan adalah sama terhadap semua tingkatan umur populasi

6. Perkembangan tidak dipengaruhi oleh kerapatan dan rasio jenis kelamin (Dharmawan, 2005).Dalam kondisi alami, pertumbuhan populasi dikendalikan baik oleh faktor internal maupun faktor eksternal yang dominan adalah kerapat populasi itu sendiri.Dalam pertumbuhan populasi akan terjadi kompetisi antara anggota populasi itu sendiri.Semakin dekat nilai N terhadap K, maka tekanan (stres) dalam bentuk kompetisi akan semakin kuat.Bekerjanya faktor pengendali karena peningkatan kerapatan populasi itu sendiri disebut faktor pengendali bergayut (dependent factor).Sedangkan faktor pengendali eksternal merupakan faktor yang bekerjanya tanpa ada hubungan dengan peningkatan kerapatan populasi, yang disebut faktor pengendali tak bergayut (independent factor), misalnya kebakaran, banjir, kebakaran, pencemaran, dan bencana alam lainnya (Dharmawan, 2005).

Faktor bergayut dapat merupakan kompetisi intra maupun inter spesies, predasi, dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup populasi.

Gambar 2.10 Grafik Pertumbuhan Logistik dan Keseimbangan Populasi

2.6 Neraca Kehidupan (Life Table)

Populasi di alam tidaklah tersusun atas umur yang seragam, demikian pula dengan ukuran badannya, dan kemampuan makan. Contoh paling nyata adalah pada hewan yang mengalami metamorfosis , baik yang sempurna maupun yang tidak sempurna. Dalam hdupnya mempunyai fase perkembangan (telur, larva, pupa, imago), yang dalam masing-masing fase perkembangan masih pula dapat dibedakan pada kelompok umur tertentu, misalnya: larva instar I, II dan sebagainya (Dharmawan, 2005).Untuk memberikan gambaran tentang neraca kehidupan, diberikan contoh kohort/ chohort nyamuk, yang datanya secara hipotetik menggambarkan pertumbuhan populasi nyamuk pada kolom percobaan dengan populasi awal 500 telur nyamuk.Terhadap telur tersebut dilakukan pegamatan setiap hari untuk mengetahui perkembangan populasinya ke 500 telur nyamuk tersebut merupakan populasi yang terdiri dari suatu gugus individu yang dianggap berasal dari kelas umur yang sama (chocort).Tabel 2.11 Chohort NyamukX (1)

(Hari pengamatan = kelas umur)ax(2)

Jumlah individu yang hidup1x(3)

Proporsi individu ysng hidupdx(4)

Jumlah individu yang matiqx(5)

Proporsi individu yang mati

05001.00200.04

14800.96300.006

24500.9000.07

34500.90300.06

44200.841100.26

53100.621100.35

62000.40200.10

71800.36300.17

81500.301250.83

9250.05251.00

100000

Angka pada masing-masing kolom tersebut diperoleh dari: jumlah individu yaang hidup di Kutub Utara.

1x : jumlah individu setelah distandarkan untuk masing-masing umur (10 dapat dibuat 1, 10, 100, dsb)

Dx = 1x -1x+1: jumlah individu yang mati (mortalitas ) pada KU (data pengamatan)qx = dx/ax atau qx= 1x -1x+1 / 1x proporsi individu yang mati pada KUx terhadap jumlah individu yang hidup pada KUxSelanjutnya neraca kehidupan chohort nyamuk akan dilengkapi dengan kolom- kolom berikut:

Lx = (1x +1x+1)/ 2 : Jumlah rata-rata individu pada KUx dan KU berikutnya x+1 kolom 7 : jumlah individu yang hidup pada Kux= 0w (X= W adalah kelas umur terakhir)

Cx = Tx/1x

: Harapan hidup individu pada setiap Kux (kolom 8 dan 9)

Mx : Keprediksian spesifik individu pada Kux adalah banyaknya anak betina per kapita yang lahir pada Kux (kolom 9)

1xmx ; Perkalian 1x dengan mx untuk setiap Kux adalah banyaknya anak yang lahir pada Kux (kolom 10) Tabel 2.12 Neraca Kehidupan Chohort Nyamuk

A

Ax

1x

Dx

Qx

Lx

Tx

Ex

mx

1xmx

X1xmx

Px

0

500

1

20

0,04

0,98

5,13

5,83

0

0

0

0,95

1

480

0,96

30

0,06

0,93

4,85

5,05

0

0

0

0,97

2

450

0,9

0

0,07

0,9

3,92

4,37

0

0

0

0,97

3

450

0,9

30

0,06

0,87

3,02

3,36

0

0

0

0,84

4

420

0,84

110

0.26

0,73

2,15

2,56

0

0

0

0,7

5

310

0,62

110

0.35

0,51

1,42

2,29

0

0

0

0,5

6

200

0,4

20

0.10

0,38

0,91

2,27

8

3,2

19,2

0,87

7

180

0,36

30

0.17

0,33

0,53

1,47

2

0,72

5,04

0,53

8

150

0,3

125

0.83

0,17

0,2

0,67

2

0,6

4,8

0,14

9

25

0,05

25

1.00

0,02

0,02

0,5

1

0,05

0,45

0

10

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

5,83

4,57

29,49

R0= 4,57

T0= 6,453

R = 0,238

Jumlah pada kolom 10 merupakan proporsi banyaknya anak betina dilahirkan oleh semua individu betina sepanjang generasi chohort nyamuk dan disebut laju reproduksi netto (Ro)

1xmx : perkalian Xx1x dan mx untuk setiap KUX (kolom 11) digunakan untuk mengaprokmasikan lamanya generasi (To)

Px: peluang survival : proporsi individu yang hidup pada Kux dan dapat mencapai KU (X+1) Parameter ini digunakan dalam metric proyeksi Lestie untuk memprediksi pertumbuhan populasi secara diskrit (Dharmawan, 2005).2.7Strategi Pertumbuhan Populasi Kemampuan berkembang suatu populasi hingga saat ini merupakan hasil proses adaptasi yang panjang (ababtasi). Populasi selalu merespon perubahan lingkungan untuk mempertahankan keturunannya dengan berbgai cara. Oleh karenanya sering kali kita temukan di alam spesies yang telah mengalami spesifikasi (spesies lokal) dan sub kelas lainnya.

Terdapat dua strategi yang dikembangkan oleh Mac Arthur yaitu strategi r dan K. Pertumbuhan suatu populasi pada kondisi tertetntu berada di dekat daya dukung lingkungan (K), maka strategi yang dikembangkan adalah strategi K. sebaliknya jika populasi mempunyai laju yang optiml pada kondisi dibawah daya dukung lingkungan, maka strategi yang dikembangkan adalah strategi r. Hal ini mempunyai pengertian bahwa strategi r akan dikembangkan oleh suatu populasi jika kondisi lingkungannya ideal, sedangkan strategi K akan dikembangkan pada saat populasi mendapatkan stress lingkungan (kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan) (Dharmawan, 2005).

Pembagian kedua strategi tersebut, hanya merupakan alternatif, yang tidak menutup kemungkianan melakukan klasifikasi atau pengelompokan bentuk strategi lain berdasarkan karakter yang dominan. Strategi r maupun strategi K bukan merupakan karakter spesies, namun spesifik karakter populasi. Di daerah tropik pada umumnya cenderung mengembangkan strategi K, sedangkan di daerah kutub cenderung menerapkan strategi r.

Strategi K adalah organisme-organisme besar yang relatif hidupnya lebih lama, mempunyai turunan yang sedikit, melindungi anak-anaknya, dan mempunyai populasi-populasi yang stabil dengan daya dukung lingkungannya. Contohnya macam-macam hewan seperti rusa , singa, dan hewan besar lainnya (Ramli, 1989). Berikut ini disajikan tabel 2.4.5 karakter strategi populasi.

Tabel 2.13 Karakter Strategi Populasi

Kondisi Strategi rStrategi K

Iklim Beragam dan menentuKonstan dapat diprediksi

Kurva kehidupan Bentuk IIIBentuk I dan II

Kerapatan PopulasiBerfluktuasi di bawah K, tidak seimbangKonstan, dalam keseimbangan, dekat k

Persaingan inter dan intra spesiesUmumnya kurang kuat Umumya sangat ketat

Arah seleksiPerkembangan cepat, r tinggi, daya saing lemah, ukuran tubuh kecil, reproduksi per generasi satu kaliPerkembangan lambat, r rendah, daya saing kuat, ukuran tubuh lebih besar, reproduksi berulang

Jangkauan hidupPendek Panjang lebih dari satu tahun

Strategi populasi ProduksiEfisiensi

(Dharmawan, 2005).BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan Populasi merupakan sekumpulan individu yang berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain pada spesies yang sama.

Populasi hewan memiliki karakter yang spesifik, karakter statistik diantaranya adalah kerapatann (densitas), angka kelahiran (natalitas), angka kematian (mortalitas), sebaran atau agihan (distribusi) umur, pertumbuhan, serta karakter biologi antara lain potensi biotik, sifat genetik, perilaku, dan pencaran (disperse).

Struktur umur dari populasi hewan ada tiga yakni struktur umur menurun, struktur umur stabil, dan struktur umur meningkat. Dinamika populasi adalah pengetahuan yang mempelajari pertumbuhan populasi organisme. Ukuran populasi menyatakan banyaknya individu anggota populasi di suatu daerah tertentu. Jika daerah penyebaran populasi luas sehingga pengukuran populasi secara menyeluruh sulit di lakukan, besarnya ukuran populasi yang di gunakan adalah kepadatan populasi, yang menyatakan individu persatuan luas tertentu. Ukuran dan kepadatan populasi dapat di ukur dengan metode sensus, sampling atau pengukuran nisbi. Populasi dapat tumbuh cepat atau lambat. Kecepatan pertumbuhan populasi di tentukan dengan perbedaan angka kelahiran dan angka kematian. Kecepatan pertumbuhan populasi itu di pengaruhi oleh jumlah kematian sebelum mencapai umur reproduktif, dan ketahanan hidup pada umur tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Dharmawan, A, dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang: UM PressRamli, D. 1989 .Ekologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Susanto, Pudyo. 2000. Ekologi Hewan. Jakarta :Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Wijaya, S . 2007. Dinamika Populasi. Semarang: Universitas Diponegoro

NATALITAS

MORTALITAS

EMIGRASI

IMIGRASI

POPULASI

21