bab ii (hani,dkk)

99
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab penting dari morbiditas yang parah, kecacatan jangka panjang dan kematian di antara kedua ibu dan bayi mereka. Di Afrika dan Asia, hampir satu sepersepuluh dari semua kematian ibu terkait dengan gangguan hipertensi kehamilan, sedangkan seperempat dari kematian ibu di Amerika Latin telah dikaitkan dengan komplikasi lain. Di antara gangguan hipertensi yang menyulitkan kehamilan, preeklampsia dan eklampsia menonjol sebagai penyebab utama ibu dan mortalitas dan morbiditas perinatal (WHO, 2011). Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Sedangkan di Indonesia perdarahan (28%), hipertensi saat hamil atau preeklampsia (24%) dan infeksi (11%)

Upload: dita-puspita-soewarna

Post on 25-Oct-2015

173 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

PEB

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II (hani,dkk)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangGangguan hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab penting dari

morbiditas yang parah, kecacatan jangka panjang dan kematian di antara kedua

ibu dan bayi mereka. Di Afrika dan Asia, hampir satu sepersepuluh dari semua

kematian ibu terkait dengan gangguan hipertensi kehamilan, sedangkan

seperempat dari kematian ibu di Amerika Latin telah dikaitkan dengan

komplikasi lain. Di antara gangguan hipertensi yang menyulitkan kehamilan,

preeklampsia dan eklampsia menonjol sebagai penyebab utama ibu dan

mortalitas dan morbiditas perinatal (WHO, 2011).    Berdasarkan SDKI 2012,

rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu

kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI

2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Sedangkan di Indonesia perdarahan

(28%), hipertensi saat hamil atau preeklampsia (24%) dan infeksi (11%)

merupakan tiga faktor utama penyebab kematian ibu postpartum (Kemenkes,

2007).

Preeklampsia adalah kumpulan gejala dengan tanda-tanda hipertensi,

edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia dapat

terjadi pada kehamilan > 20 minggu. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah

dikatakan preeklampsia apabila tekanan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15

mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg, proteinuria

minimal 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau 30 mg/dl (+1

pada dipstick) secara menetap pada sampel acak urin (Cuningham, 2003).

Page 2: BAB II (hani,dkk)

B. Ruang Lingkup MasalahMakalah ini merupakan hasil pengkajian dari Ny. A.K di Ruang Aster

Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dengan diagnosa NH2 P3A0

PP SC a.i Pre Eklampsia Berat (PEB). Makalah ini menyajikan tentang

data hasil pengkajian pada Ny.A.K , analisa data, masalah keperawatan,

diagnosa keperawatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan pada

Ny.A.K

C. Tujuan1. Tujuan Umum

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran

penatalaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny.A.K dengan

diagnosa NH2 P3A0 PP SC a.i Pre Eklampsia Berat (PEB) di Ruang

Aster Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat mendapatkan gambaran tentang pengkajian, analisa data,

masalah keperawatan, menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny.

A.K dengan diagnosa NH2 P3A0 PP SC a.i Pre Eklampsia Berat

(PEB) di Ruang Aster Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.

b. Dapat mendapatkan gambaran perencanaan tindakan keperawatan

pada Ny.A.K dengan diagnosa NH2 P3A0 PP SC a.i Pre Eklampsia

Berat (PEB) di Ruang Aster Rumah Sakit Umum Kabupaten

Tangerang.

c. Dapat mendapatkan gambaran implementasi rencana tindakan

keperawatan yang nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang

telah ditegakkan.

d. Dapat mendapatkan gambaran hasil (evaluasi tindakan) keperawatan

yang telah dilakukan

D. Manfaat1. Manfaat untuk mahasiswa

Melalui makalah ini mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh selama mengikuti pembelajaran terutama tentang

Page 3: BAB II (hani,dkk)

pengetahuan mahasiswa mengenai PEB dan memberikan asuhan

keperawatan pada pasien PEB secara komperhensip.

2. Manfaat untuk profesi keperawatan

Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah keilmuan dalam

keperawatan terutama keperawatan maternitas khususnya klien dengan

PEB. sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Preeklampsia

1.1 Pengertian preeklampsia

Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana

hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya

memiliki tekanan darah normal. Preeklampsia merupakan suatu penyakit

vasospastik yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh

hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak, 2004).

Pengertian lainnya menyebutkan preeklampsia adalah timbulnya

hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan

20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum

20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik (Azwar, 2008).

Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat

terjadi ante, intra, dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia

dapat dibagi menjadi preeklampsia dan preeklampsia berat. Pembagian

preeklampsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua

penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan

preeklampsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam

koma. Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada preeklampsia

ialah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuria sehingga bila gejala-

gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas, dapat dianggap bukan

preeklampsia. (Prawirohardjo, 2011)

Page 4: BAB II (hani,dkk)

1.2 Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan

Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of the

National High Blood Pressure Education Program Working Group on

High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001, ialah:

1.2.1 Hipertensi kronik

Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur

kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali

didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi

menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.

1.2.2 Preeklampsia

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai dengan proteinuria.

1.2.3 Eklampsia

Preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma

1.2.4 Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah

hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau

hipertensi kronik disertai proteinuria.

1.2.5 Hipertensi gestasional (transient hypertension) adalah hipertensi

yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan

hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau

kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa

proteinuria

1.3 Faktor Risiko Preeklampsia

Faktor risiko preeklampsia tersebut meliputi;

1.3.1 Riwayat preeklampsia

Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau riwayat

keluarga dengan preeklampsia maka akan meningkatkan risiko

terjadinya preeklampsia

1.3.2 Primigravida

Karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat

(blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan

Page 5: BAB II (hani,dkk)

risiko terjadinya preeklampsia. Perkembangan preeklampsia

semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan kehamilan

dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.

1.3.3 Kehamilan ganda.

Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempuyai

bayi kembar atau lebih.

1.3.4 Riwayat penyakit tertentu.

Wanita yang mempunyai riwayat penyakit tertentu sebelumnya,

memiliki risiko terjadinya preeklampsia. Penyakit tersebut

meliputi hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit

degeneratif seperti reumatik arthritis atau lupus.

1.4 Klasifikasi Preeklamsia

1.4.1 Preeklamsia Ringan

Kriteria preeklamsia ringan adalah sebagai berikut:

a. Hipertensi: sistolik/diastolik > 140/90mmHg. Kenaikan

sistolik .30 mmHg dan kenaikan diastolik > 15 mmHg tidak

dipakai lagi sebagai kriteria preeklampsia

b. Proteinuria: > 300 mg/24 jam atau > + 1 dipstik.

c. Edema:edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria

preeklampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut,

edema generalisata.

1.4.2 Preeklamsia Berat

Kriteria peeklamsia berat jika satu atau lebih tanda/gejala berikut:

a. Tekanan darah 160/110 mmHg. Tekanan darah ini tidak

menurun meskipn ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan

sudah menjalani tirah baring.

b. Proteinuria lebih dari 5 gram/24 jam atau kualitatif 3+/4+

dalam pemeriksaan kualitatif.

c. Oliguria, produksi urin < 500 ml/24 jam

d. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri

kepala frontal atau gangguan penglihatan

Page 6: BAB II (hani,dkk)

e. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas

abdomen

f. Edema paru atau sianosis

g. Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat (IUFGR)

h. HELLP syndrome

1.5 Etiologi Preeklamsia

Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.

Banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba

menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”;

namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Adapun

teori-teori tersebut menurut Prawirohardjo (2011) adalah:

2. Teori genetik

Berdasarkan teori ini, komplikasi hipertensi pada kehamilan dapat

diturunkan pada anak perempuannya sehingga sering terjadi

hipertensi sebagai komplikasi kehamilannya.

2. Teori imunologis

Hasil konsepsi merupakan allegraf atau benda asing tidak murni

karena sebagian genetiknya berasal dari sel maternal, sehingga

sebagian besar kehamilan berhasil dengan baik sampai aterm dan

mencapai well health mother dan well born baby. Unsure benda

asing hanya berasal dari pihak suami sehingga terdapat beberapa

kemungkinan terhadap hasil konsepsi:

a. Terjadi adaptasi sempurna

b. Terjadi penolakan total terhadap hasil konsepsi

c. Terjadi kegagalan invasi-migrasi sel trofoblas masuk ke dalam

arteri miometrium. Hal ini dapat menyebabkan arterioli tidak

dipengaruhi oleh sistem hormonal plasenta untuk dapat

mendukung tumbuh kembang janin dalam rahim.

3. Teori iskemia region uteroplasenter

Teori ini merupakan teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab

preeclampsia. Seperti dikemukakan bahwa pada kehamilan normal,

Page 7: BAB II (hani,dkk)

arteria spiralis yang terdapat pada desidua mengalami pergantian

sel dengan trofoblas endovascular yang akan menjamin lumennya

tetap terbuka untuk memberikan aliran darah tetap, nutrisi cukup

dan O2 seimbang. Destruksi penggantian ini seharusnya pada

trimester pertama, yaitu minggu ke 16 dengan perkiraan

pembentukan plasenta telah berakhir.

Invasi endovascular trofoblas terus berlangsung pada

trimester kedua dan masuk ke dalam arteria miometrium. Hal ini

menyebabkan pelebaran dan tetap terbukanya arteri sehingga

kelangsungan aliran darah, nutrisi dan O2 tetap terjamin. Hal

tersebut diperlukan untuk tumbuh kembang janin dalam rahim.

Invasi trimester kedua pada preeklamsia dan eklamsia tidak

terjadi sehingga hambatan pada saat memerlukan tambahan aliran

darah untuk memberikan nutrisi dan O2 dan menimbulkan situasi

“iskemia regio uteroplasenter” pada sekitar minggu ke-20.

Keadaan ini dapat menerangkan bahwa preeklamsia-eklamsia baru

akan terjadi mulai minggu ke-20 kehamilan.

Pada kehamilan normal terjadi pembentukan prostasiklin

dominan oleh plasenta, khususnya endothelium pembuluh darah

dan korteks renalis. Dengan dominannya prostasiklin, vasodilatasi

pembuluh darah akan terjadi sehingga aliran darah menuju

sirkulasi retroplasenter terjamin untuk memberikan nutrisi dan O2.

Selain itu, dibentuk juga tromboksan A2 oleh sel trofoblas

dan trombosit yang berfungsi menimbulkan vasokonstriksi

pembuluh darah. Oleh karena itu, autoregulasi aliran darah menuju

sirkulasi retroplasenter dikendalikan oleh perimbangan prostasiklin

(vasodilatasi) dan tromboksan A2 (vasoknstriksi) sehingga aliran

darah relative konstan.

4. Teori kerusakan endotel pembuluh darah

Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan

penting dalam patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin

dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan

Page 8: BAB II (hani,dkk)

meningkat secara signifikan dalam darah wanita hamil dengan

preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai pada

trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat

sesuai dengan kemajuan kehamilan

5. Teori diet

Peranan kalsium dalam hipertensi dalam kehamilan sangat

penting diperhatikan karena kekurangan kalsium dalam diet dapat

memicu terjadinya hipertensi. Kalsium berfungsi untuk membantu

pertumbuhan tulang dan janin, mempertahankan konsentrasi dalam

darah pada aktivitas kontraksi otot. Kontraksi otot pembuluh darah

sangat penting karena dapat mempertahankan tekanan darah.

Kekurangan kalsium berkepanjangan akan menyebabkan

ditariknya kalsium dari tulang dan otot. Keluarnya kalsium dari

otot dapat menimbulkan:

a. Kelemahan otot jantung yang melemahkan stroke volume

b. Kelemahan otot pembuluh darah yang menimbulkan

vasokonstriksi sehingga terjadi hipertensi.

1.5 Tanda dan Gejala

Tiga tanda dan gejala utama atau yang disebut dengan TRIAS Preeklampsia

antara lain yaitu :

1. Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan sistolik dan diatolik

sampai mencapai atau melebihi 140/90 mmHg. Hipertensi merupakan

kenaikan nilai sebesar 30 mmHg atau lebih atau kenaikan diastolik sebesar

15 mmHg diatas nilai tekanan darah dasar ibu. Peningkatan tekanan darah

darah harus terjadi sekurang-kurangnya dalam dua kali pemeriksaan

dengan jarak empat sampai enam jam (Fairlie, 1993).

2. Proteinuria

Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0,1 g/L

(>2+ dengan cara dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali

spesimen urine yang dikumpulkan sekurang-kurangnya dengan jarak

Page 9: BAB II (hani,dkk)

enam jam. Pada spesimen urine 24 jam proteinuria didefinisikan sebagai

suatu konsentrasi protein 0,3 g per 24 jam.

3. Edema

Jika ada edema merupakan suatu akumulasi cairan interstisial umum

setelah 12 jam tirah baring atau peningkatan berat lebih dari 2 kg per

minggu. Pada keadaan ada hipertensi dan atau proteinuria, edema harus

dievaluasikan sebagai refleksi edema organ akhir dan kemungkinan

hipoksia organ (Bobak,2004).

Page 10: BAB II (hani,dkk)

Iskemia region plasenta

Faktor trofoblas berlebihan:Hamil gandaMola hidatidosaHamil + DM

Faktor imunologisKebutuhan darah, nutrisi & O2 tidak terpenuhi setelah 20 mgg

Penyakit maternal:HipertensiKardiovaskularPenyakit ginjal 

Kegagalan migrasi trofoblas kedalam arteriol miometrium

Hipertensi

vasokonstriksi

Perlukaan endotelPermeabilitas kapiler meningkatAktivitas endotelium

Iskemia pada organ vital

hati

Curah jantung menurun 

Dekompensasi kordis

Jantung

ProteinuriaOliguria  anuria

Ginjal

Peningkatan enzim hati

Otak

Edema paru

Paru

Extravasasi cairan edema

Penimbunan trombosit

Seluruh tubuh  anasarka

Edema serebral

Trombositopenia 

1.6 Patofisiologi

Page 11: BAB II (hani,dkk)

1.7 Komplikasi Akibat Pre Eklampsia

Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi dibawah ini biasanya

terjadi pada Preeklampsia berat dan eklampsia.

1. Solusio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan

lebih sering terjadi pada Preeklampsia.

2. Hipofibrinogenemia. Pada Preeklampsia berat

3. Hemolisis. Penderita dengan Preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala

klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum di ketahui dengan pasti apakah ini

merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati

sering di temukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.

4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal

penderita eklampsia.

5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlansung sampai

seminggu.

6. Edema paru-paru.

7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada Preeklampsi – eklampsia merupakan akibat

vasopasmus arteriol umum.

8. Sindrom HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.

9. Kelainan ginjal

10. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang

pneumonia aspirasi.

11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra – uterin.

1.8 Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

1) Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita

hamil adalah 12-14 gr% )

2) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 - 43 vol% )

3) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 - 450 ribu/mm3 )

Page 12: BAB II (hani,dkk)

b. Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine.

c. Pemeriksaan Fungsi hati

1) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

2) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

3) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

4) Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )

5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )

6) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

d. Tes kimia darah

Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl)

2. Radiologi

a. Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat,

aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

b. Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin lemah.

1.9 Pencegahan

1. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini

mungkin (Preeklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit

tidak menjadi lebih berat.

2. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya Preeklampsia kalau ada faktor-

faktor predeposisi

3. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak

selalu berarti berbaring ditempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan

dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan rendah lemak,

karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.

4. Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda Preeklampsia dan mengobatinya segera

apabila di temukan.

Page 13: BAB II (hani,dkk)

5. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila

setelah dirawat tanda-tanda Preeklampsia tidak juga dapat di hilangkan.

1.10 Penatalaksanaan

1. Preeklamsia ringan

2. Istirahat/tirah baring

3. Makan cukup protein, rendah karbohidrat, rendah lemak dan garam

4. Pemberian sedative: Phenobarbital 3 x 30 mg/haro via oral atau diazepame 3 x 2

mg/hari via oral selama 7 hari

5. Pemberian vitamin dan mineral

6. Pemberian diuretic atau antihipertensi tidak diperbolehkan

7. Pemeriksaan laboratorium : Hb, hematokrit, trombosit, asam urat, urine lengkap,

fungsi hati, fungsi ginjal.

8. Jika telah dilakukan perawatan selama 1 minggu tidak ada perbaikan, maka

dimasukkan kedalam kategori pre eklamsia berat atau jika dijumpai salah satu atau

lebih gejala preeklamsi berat.

a. Preeklamsia berat

1. Bedrest,

2. diet rendah garam,

3. pemasangan kateter

4. pemberian diuretic

5. jika terdapat edema paru, gagal jantung kongestif, dan edema anasarka.

6. Pemberian magnesium sulfat dengan metode (Manuaba, 2007):

1) Terapi intravena

a) Dosis permulaan 4-6 gr secara perlahan

b) Dosis rumatan 2-3 gr/jam

Dapat mencapai dosis dalam serum:

1. 4-7 mEq/liter atau

2. 4.8-8.4 mg/dl

3. 2.0-3.5 mmol/liter

c) Nilai terapeutiknya berupa:

Page 14: BAB II (hani,dkk)

1) Menghilangkan konvulsi

2) Menurunkan tekanan darah

3) Tidak terjadi konvulsi berulang

2) Terapi intramuskuler

b. Dosis permulaan 10 gram

c. Dosis rumatan 5 gram setiap 4 jam

d. Infuse dengan dosis 2-3 gram setiap jam

Pemberian magnesium sulfat aman dengan memperhatikan: reflex

patella masih positif/bisep reflex, Tidak ada gangguan pernapasan,

terdapat peningkatan produksi urine

1. Pemberian cairan

a. Glukosa 5-10%

b. Ringer laktat

c. Ringer dextrose

2. Pemberian antihipertensi

Pengobatan hipertensi harus memperhatikan hal-hal berikut:

1) Menurnkan tekanan darah tidak boleh lebih dari 20% dalam 1 jam

2) Tekanan darah tidak boleh kurang dari 140/90 mmHg

3) Memilih obat antihipertensi sebaiknya konsultasi dengan ahli penyakit dalam

dan jantung

4) Pemberian antihipertensi adalah bila tensi 180/110 mmHg

2. Pemberian oksigen dapat diberikan 6-7 liter/jam untuk mencegah asidosis.

B. Seksio Sesarea

2.1 Pengertian

Seksio sesarea berasal dari perkataan Latin Caedere yang artinya memotong.

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada

dinding uterus melalui dinding depan perut (Mochtar,1998).

Page 15: BAB II (hani,dkk)

Pengertian lain dari seksio sesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin

melalui irisan pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Defenisi

ini tidak termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada kasus ruptura uteri atau

kehamilan abdominal (Pritchard dkk, 1991).

2.2 Klasifikasi

Terdapat beberapa jenis seksio sesarea yaitu seksio sesarea klasik atau corporal

yaitu insisi pada segmen atas uterus atau korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan bila

segmen bawah rahim tidak dapat dicapai dengan aman, bayi besar dengan kelainan letak

terutama jika selaput ketuban sudah pecah (Manuaba, 1999). Seksio sesarea ismika atau

profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim) merupakan suatu

pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen bawah uterus (Prawiroharjo, 2008).

Hampir 99 % dari seluruh kasus seksio sesarea memilih teknik ini karena memiliki

Page 16: BAB II (hani,dkk)

beberapa keunggulan seperti kesembuhan lebih baik dan tidak banyak menimbulkan

perlekatan.

Seksio sesarea yang disertai histerektomi yaitu pengangkatan uterus setelah seksio

sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, pada

miomatousus yang besar dan atau banyak atau pada ruptur uteri yang tidak dapat diatasi

dengan jahitan (Manuaba, 1999). Seksio sesarea vaginal yaitu pembedahan melalui

dinding vagina anterior ke dalam rongga uterus (Manuaba,1999). Seksio sesarea

ekstraperitoneal yaitu seksio yang dilakukan tanpa insisi peritoneum dengan mendorong

lipatan peritoneum ke atas dan kandung kemih ke bawah atau ke garis tengah kemudian

uterus dibuka dengan insisi di segmen bawah (Manuaba, 1999).

2.3 Jenis-jenis operasi SC

a. Abdomen (section sesaria abdominalis)

1) SC Transperitonealis

SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada korpus uteri.)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10

cm. Kelebihan:

a. Mengeluarkan janin dengan cepat

b. Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

c. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan:

Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonialis

yang baik. Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri

spontan.

SC Ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah

rahim). Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen

bawah rahim (low servical tranversal) kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

- Penjahitan luka lebih mudah

- Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik

- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran

isi uterus ke rongga peritoneum.

Page 17: BAB II (hani,dkk)

- Perdarahan tidak begitu banyak.

- Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang/lebih kecil.

Kekurangan :

- Luka dapat meleber kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan

arteri uterine pacah sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak.

- Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

2) SC ekstraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan

demikian tidak membuka cavum abdominal.

b. Vagina (sectio sesaria vaginalis)

Menurut sayatan pada rahim , SC dapat dilakukan sb:

a) Sayatan memanjang (longitudinal)

b) Sayatan melintang (transversal0

c) Sayatan huruf T (T insicion)

2.4 Indikasi

Operasi seksio sesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan

menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin. Adapun indikasi dilakukannya seksio

sesarea adalah persalinan berkepanjangan, malpresentasi atau malposisi, disproporsi

sefalo-pelvis, distress janin, prolaps tali pusat, plasenta previa, abrupsio plasenta,

penyakit pada calon ibu, bedah sesarea ulangan (Simkin dkk, 2008).

Persalinan berkepanjangan dimana kontraksi dengan kualitas rendah, pembukaan

yang tidak berkembang, bayi yang tidak turun meskipun sudah dilakukan usaha untuk

mengistirahatkan rahim atau merangsang kontraksi lebih kuat; malpresentasi atau

malposisi dimana letak bayi dalam rahim tidak menguntungkan untuk melahirkan lewat

vagina. Contoh malpresentasi adalah posisi transversal, presentasi sungsang. Malposisi

mencakup posisi oksiput posterior yang persisten atau asinklitisme; disproporsi sefalo-

pelvis dimana kepala bayi terlalu besar, struktur panggul ibu terlalu kecil atau

kombinasi keduanya; distress janin dimana perubahan tertentu pada kecepatan denyut

jantung janin dapat menunjukkan adanya masalah pada bayi. Perubahan kecepatan

Page 18: BAB II (hani,dkk)

jantung ini dapat terjadi jika tali pusat tertekan atau berkurangnya aliran darah

teroksigenasi ke plasenta.

Memantau respon kecepatan jantung janin terhadap rangsang kulit kepala atau

menggunakan pemantauan kejenuhan oksigen janin dapat membantu pemberi perawatan

mengetahui apakah bayi mengompensasi keadaan ini dengan baik atau mulai mengalami

efek kekurangan oksigen. Jika bayi tidak mampu lagi mengompensasinya, perlu

dilakukan bedah sesar; prolaps tali pusat dimana jika tali pusat turun melalui leher rahim

sebelum si bayi, kepala atau tubuh bayi dapat menjepit tali pusat tersebut dan secara

drastis mengurangi pasokan oksigen sehingga mengharuskan dilakukannya melahirkan

secara bedah sesar segera, plasenta previa dimana plasenta menutupi sebagian leher

rahim. Saat leher rahim melebar, plasenta terlepas dari rahim menyebabkan perdarahan

yang tidak sakit pada calon ibu. Hal ini dapat mengurangi pasokan oksigen ke janin.

Melahirkan lewat vagina yang aman tidak dimungkinkan pada plasenta previa, karena

plasenta akan keluar sebelum si bayi (Duffet, 1995; Kasdu, 2003; Simkin dkk, 2008).

Abrupsio plasenta dimana plasenta secara dini terlepas dari dinding rahim.

Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan vagina atau perdarahan tersembunyi dengan

sakit perut yang spontan. Pemisahan ini merupakan pasokan oksigen ke janin dan

bergantung pada seberapa banyak plasenta yang terlepas, perlu dilakukan bedah sesar;

penyakit pada calon ibu misalnya ibu mempunyai sakit jantung atau kondisi medis lain

yang serius, ibu mungkin tidak akan mampu menahan stress persalinan dan melahirkan

lewat vagina. Adanya luka herpes pada atau di dekat vagina pada saat persalinan juga

merupakan indikasi untuk melahirkan sesar karena bayi akan tertular infeksi jika

dilahirkan melewati jalan lahir. Seorang ibu yang positif HIV akan dapat mengurangi

risiko penularan virus ke bayinya jika ia menjalani melahirkan sesar yang sudah

direncanakan (Duffet, 1995; Simkin dkk, 2008).

2.5 Kontra Indikasi

Pada umumnya Seksio sesarea tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemia berat 

sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (Wiknjosastro, 2005).

2.6 Komplikasi

Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi, baik bagi ibu maupun janinnya (Bobak,

2004). Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan dengan persalinan

Page 19: BAB II (hani,dkk)

pervaginam. Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea berasal dari

tindakan anastesi, keadaan sepsis yang berat, serangan tromboemboli dan perlukaan pada

traktus urinarius, infeksi pada luka (Manuaba, 2003; Bobak. 2004).

Demam puerperalis didefenisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 38,5

Celcius (Heler, 1997). Demam pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan

sebuah diagnosis yang menandakan adanya suatu komplikasi serius. Morbiditas febris

merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pasca pembedahan seksio seksarea

(Rayburn, 2001).

Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan darah

lebih dari 1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai

homeostatis di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atoni uteri

(Karsono dkk, 1999). Komplikasi pada bayi dapat menyebabkan hipoksia, depresi

pernapasan, sindrom gawat pernapasan dan trauma persalinan (Mochtar, 1988).

2.7 Perawatan Pasca Partum

Perawatan wanita setelah melahirkan secara sesarea   merupakan kombinasi

antara asuhan keperawatan bedah dan maternitas. Setelah pembedahan selesai, ibu akan

dipindahkan ke area pemulihan. Pengkajian keperawatan segera setelah melahirkan

meliputi pemulihan dari efek anastesi, status pasca operasi dan pasca-melahirkan, dan

derajat nyeri. Kepatenan jalan nafas dipertahankan dan posisi diatur untuk mencegah

kemungkinan aspirasi. Tanda-tanda vital diukur selama 15 menit selama 1 sampai 2 jam

atau sampai wanita itu stabil. Kondisi balutan insisi, fundus, dan jumlah lokhea dikaji,

demikian pula masukan dan haluaran. Membantu mengubah posisi dan melakukan nafas

dalam serta obat-obatan mengatasi nyeri dapat diberikan.

Perawatan sehari-hari meliputi perawatan perineum, perawatan payudara, dan

perawatan higienis rutin. Perawat mengkaji tanda-tanda vital, insisi, fundus uterus, dan

Lokhea. Bunyi nafas, bising usus, tanda homans, dan eliminasi urine serta defekasi juga

dikaji (Bobak, 2004).

Rencana pulang terdiri dari informasi tentang diet, latihan fisik, pembatasan

aktifitas, perawatan payudara, aktivitas seksual, dan kontrasepsi, medikasi dan tanda-

tanda komplikasi.

2.8 Asuhan Keperawatan Pre operasi dan Post operasi Seksio Sesarea

Page 20: BAB II (hani,dkk)

a. Pengkajian

1) Identitas Pasien

Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status

perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim,

cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.

2) Riwayat kesehatan sekarang.

Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit

dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,

Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta

previa).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga

mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.

5) Data Sosial Ekonomi

Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinan dapat lebih

sering terjadi pada penderita malnutrisi dengan sosial ekonomi rendah.

6) Data Psikologis

a. Pasien biasanya dalam keadaan labil.

b. Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya.

c. Harga diri pasien terganggu

b. Pemeriksaan Penunjang

1) USG, untuk menetukan letak impiantasi plasenta.

2) Pemeriksaan hemoglobin

3) Pemeriksaan Hematokrit

c. Penatalaksanaan dan Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea

1) Persiapan Kamar Operasi

- Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai

- Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi

2) Persiapan Pasien

Page 21: BAB II (hani,dkk)

- Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi.

- Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien

- Perawat memberi support kepada pasien.

- Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di cukur dan

sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptic).

- Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit

yang pernah di derita oleh pasien.

- Pemeriksaan laboratorium (darah, urine).

- Pemeriksaan USG.

- Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.

d. Diagnosa Keperawatan Pre Op Sc

1. Transisi Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan atau

adanya peningkatan anggota keluarga (Doengoes,2001).

2. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi /

kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi (Doengoes,2001).

No Dx Keperawatan Tujuan/KH Intervensi Keperawatan Rasional1. Transisi Perubahan

proses keluarga berhubungan dengan perkembangan atau adanya peningkatan anggota keluarga

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 1x24 jam klien dapat menerima perubahan dalam keluarga dengan anggotanya baru.Kriteria hasil :

a. Menggendong bayi, bila kondisi memungkinkan

b. Mendemontrasikan prilaku kedekatan dan ikatan yang tepat

c. Mulai secara aktif mengikuti perawatan bayi baru lahir dengan cepat

a. Anjurkan pasien untuk menggendong, menyetuh dan memeriksa bayi, tergantung pada kondisi pasien dan bayi, bantu sesuai kebutuhan.

b. Berikan kesempatan untuk ayah / pasangan untuk menyentuh dan menggendong bayi dan Bantu dalam perawatan bayi sesuai kemungkinan situasi.

c. Observasi dan catat interaksi keluarga bayi, perhatikan perilaku yang dianggap menggandakan dan kedekatan dalam budaya tertentu.

a. Jam pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan unik untuk ikatan keluarga terjadi karena ibu dan bayi secara emosional dan menerima isyarat satu sama lain, yang memulai kedekatan dan proses pengenalan.

b. Membantu memudahkan ikatan / kedekatan diantara ayah dan bayi. Memberikan kesempatan untuk ibu memvalidasi realitas situasi dan bayi baru lahir.

c. pada kontak pertama dengan bayi, ibu menunjukkan pola progresif dari perilaku

Page 22: BAB II (hani,dkk)

d. Diskusikan kebutuhan kemajuan dan sifat interaksi yang lazim dari ikatan. Perhatikan kenormalan dari variasi respon dari satu waktu ke waktu.

e. Sambut keluarga dan sibling untuk kunjungan sifat segera bila kondisi ibu atau bayi memungkinkan.

f. Berikan informasi, sesuai kebutuhan, keamanan dan kondisi bayi. Dukungan pasangan sesuai kebutuhan.

g. Jawab pertanyaan pasien mengenai protokol, perawatan selama periode pasca kelahiran.

dengan cara menggunakan ujung jari.d. membantu pasien dan pasangan memahami makna pentingnya proses dan memberikan keyakinan bahwa perbedaan diperkirakan.e. meningkatkan kesatuan keluarga dan membantu sibling memulai proses adaptasi positif terhadap peran baru dan memasukkan anggota baru kedalam struktur keluarga.f. membantu pasangan untuk memproses dan mengevaluasi informasi yang diperlukan, khususnya bila periode pengenalan awal telah terlambatg. informasi menghilangkan ansietas yang dapat menggangu ikatan atau mengakibatkan absorpsi dari pada perhatian terhadap bayi baru lahir.

2. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi /kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 1x24 jam ansietas dapat berkurang atau hilang.Kriteria hasil :a. Mengungkapkan

perasaan ansietasb. Melaporkan bahwa

ansietas sudah

a. Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan

b. Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah.

c. Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping baru yang lazim dan

a. memberikan dukungan emosional; dapat mendorong mengungkapkan masalah.

b. Mendorong pasien atau pasangan untuk mengungkapkan keluhan atau harapan yang tidak terpenuhi dalam proses

Page 23: BAB II (hani,dkk)

menurunc. Kelihatan rileks,

dapat tidur / istirahat dengan benar

perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan.

d. Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi.

e. .Mulai kontak antara pasien/pasangan dengan baik sesegera mungkin.

ikatan/menjadi orangtua.

c. membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru, mengurangi perasaan ansietas.

d. khayalan yang disebabkan informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas

e. mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui, atau menganggap hal yang buruk berkenaan dengan keadaan bayi

f. Penatalaksanaan dan Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.

a) Analgesia

1) Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra

muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat

disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin.

2) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 50 mg.

3) Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin.

4) Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama

dengan pemberian preparat narkotik.

b) Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi jumlah

urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.

c) Terapi cairan dan Diet

Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama

pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output

Page 24: BAB II (hani,dkk)

urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat

pada hari kedua.

d) Vesika Urinarius dan Usus

Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya

setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah

pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali

pada hari ketiga.

e) Ambulasi

Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat

bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien

dapat berjalan dengan pertolongan.

f) Perawatan Luka

Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan tanpa

banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat

setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum,

pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.

g) Laboratorium

Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus

segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan

lain yang menunjukkan hipovolemia.

h) Perawatan Payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak

menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa

banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

i) Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit

Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang

dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas ibu

seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang

lain.

g. Diagnosa Keperawatan Post Op Sc

Page 25: BAB II (hani,dkk)

a. Gangguan nyaman : nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan

(Doengoes,2001).

b. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak

(Doengoes,2001)

h. Rencana keperawatan

No

.

Dx Keperawatan Tujuan/KH Intervensi Keperawatan Rasional

1. Gangguan

nyaman : nyeri

akut

berhubungan

dengan trauma

pembedahan

Tujuan:

Setelah dilakukan

tindakan

Keperawatan selama

1x24 jam

ketidaknyamanan ;

nyeri berkurang atau

hilang.

Kriteria hasil :

a. Mengungkapkan

kekurangan rasa

nyeri.

b. Tampak rileks

mampu tidur

a. Tentukan lokasi dan

karakteristik

ketidaknyamanan

perhatikan isyarat

verbal dan non

verbal seperti

meringis.

b. Berikan informasi

dan petunjuk

antisipasi mengenai

penyebab

ketidaknyamanan

dan intervensi yang

tepat.

c. Evaluasi tekanan

darah dan nadi ;

perhatikan

perubahan prilaku.

d. Perhatikan nyeri

tekan uterus dan

adanya atau

karakteristik nyeri

e. Ubah posisi pasien,

kurangi rangsangan

a. pasien mungkin

tidak secara

verbal

melaporkan

nyeri dan

ketidaknyaman

an secara

langsung.

Membedakan

karakteristik

khusus dari

nyeri membantu

membedakan

nyeri pas

b. ka operasi dari

terjadinya

komplikasi.

c. meningkatkan

pemecahan

masalah,

membantu

mengurangi

nyeri berkenaan

dengan

Page 26: BAB II (hani,dkk)

berbahaya dan

berikan gosokan

punggung dan

gunakan teknik

pernafasan dan

relaksasi dan

distraksi

f. Lakukan nafas

dalam dengan

menggunakan

prosedur- prosedur

pembebasan dengan

tepat 30 menit

setelah pemberian

analgesik.

g. Anjurkan ambulasi

dini. Anjurkan

menghindari

makanan atau cairan

berbentuk gas;

misal : kacang-

kacangan, kol,

minuman karbonat.

h. Anjurkan

penggunaan posisi

rekumben lateral

kiri

i. Infeksi hemoroid

pada perineum.

Anjurkan

penggunaan es

ansietas.

d. selama 12 jam

pertama paska

partum,

kontraksi uterus

kuat dan teratur

dan ini

berlanjut 2 – 3

hari berikutnya,

meskipun

e. frekuensi dan

intensitasnya

dikurangi

faktor-faktor

yang

memperberat

nyeri penyerta

meliputi

multipara,

overdistersi

uterus

f. merilekskan

otot dan

mengalihkan

perhatian dari

sensasi nyeri.

Meningkatkan

kenyamanan

dan

menurunkan

distraksi tidak

Page 27: BAB II (hani,dkk)

secara 20 menit

setiap 24 jam,

penggunaan bantal

untuk peninggian

pelvis sesuai

kebutuhan.

j. Palpasi kandung

kemih, perhatikan

adanya rasa penuh.

Memudahkan

berkemih periodik

setelah

pengangkatan

kateter indwelling.

menyenangkan,

meningkatkan

rasa sejahtera.

g. nafas dalam

meningkatkan

upaya

pernapasan.

Pembebasan

menurunkan

regangan dan

tegangan area

insisi dan

mengurangi

nyeri dan

ketidaknyaman

an berkenaan

dengan gerakan

otot abdomen.

h. menurunkan

pembentukan

gas dan

meningkatkan

peristaltik untuk

menghilangkan

ketidaknyaman

an karena

akumulasi gas.

i. memungkinkan

gas

meningkatkan

dari kolon

Page 28: BAB II (hani,dkk)

desenden ke

sigmoid,

memudahkan

pengeluaran.

j. membantu

regresi

hemoroid dan

varises vulva

dengan

meningkatkan

vasokontriksi,

menurunkan

ketidak

nyamanan dan

gatal, dan

meningkatkan

fungsi usus

normal

k. kembali fungsi

kandung kemih

normal

memerlukan 4-

7 hari dan

overdistensi

kandung kemih

menciptakan

perasaan dan

ketidaknyaman

an

2. Risiko tinggi

terhadap infeksi

Tujuan:

Setelah

a. Anjurkan dan

gunakan teknik

a. membantu

mencegah atau

Page 29: BAB II (hani,dkk)

berhubungan

dengan trauma

jaringan / kulit

rusak

(Doengoes,2001)

dilakukan

tindakan

Keperawatan

selama 1x24

jam infeksi

tidak terjadi

Kriteria hasil :

a. Luka bebas

dari drainase

purulen

dengan tanda

awal

penyembuhan

.

b. Bebas dari

infeksi, tidak

demam, urin

jernih kuning

pucat

mencuci tangan

dengan cermat dan

pembuangan

pengalas kotoran,

pembalut perineal

dan linen

terkontaminasi

dengan tepat..

b. Tinjau ulang

hemogolobin /

hematokrit

pranantal ;

perhatikan adanya

kondisi yang

mempredisposisikan

pasien pada infeksi

pasca operasi.

c. Kaji status nutrisi

pasien. Perhatikan

penampilan rambut,

kuku jari, kulit dan

sebagainya

Perhatikan berat

badan sebelum

hamil dan

penambahan berat

badan prenatal.

d. Dorong masukkan

cairan oral dan diet

tinggi protein,

vitamin C dan besi.

membatasi

penyebaran

infeksi

b. anemia,

diabetes dan

persalinan yang

lama sebelum

kelahiran

sesarea

meningkatkan

resiko infeksi

dan

memperlambat

penyembahan.

c. pasien yang

berat badan

20% dibawah

berat badan

normal atau

yang anemia

atau yang

malnutrisi,

lebih rentan

terhadap infeksi

pascapartum

dan dapat

memerlukan

diet khusus.

d. mencegah

dehidrasi ;

memaksimalka

Page 30: BAB II (hani,dkk)

e. Inspeksi balutan

abdominal terhadap

eksudat atau

rembesan. Lepasnya

balutan sesuai

indikasi.

f. Inspeksi insisi

terhadap proses

penyembuhan,

perhatikan

kemerahan udem,

nyeri, eksudat atau

gangguan

penyatuan.

g. Bantu sesuai

kebutuhan pada

pengangkatan

jahitan kulit, atau

klips.

h. Dorong pasien

untuk mandi shower

dengan

menggunakan air

hangat setiap hari.

i) Kaji suhu, nadi

dan jumlah sel

darah putih.

Rasional : Demam

paska operasi hari

ketiga, leucositosis

dan tachicardia

n volume,

sirkulasi dan

aliran urin,

protein dan

vitamin C

diperlukan

untuk

pembentukan

kolagen, besi

diperlukan

untuk sintesi

hemoglobin.

e. balutan steril

menutupi luka

pada 24 jam

pertama

kelahiran

sesarea

membantu

melindungi luka

dari cedera atau

kontaminasi.

Rembesan

dapat

menandakan

hematoma.

f. tanda-tanda ini

menandakan

infeksi luka

biasanya

disebabkan oleh

Page 31: BAB II (hani,dkk)

menunjukkan

infeksi. Peningkatan

suhu sampai 38,3 C

dalam 24 jam

pertama sangat

mengindentifikasika

n infeksi.

i. Kaji lokasi dan

kontraktilitas

uterus ; perhatikan

perubahan involusi

atau adanya nyeri

tekan uterus yang

ekstrem.

.

steptococus

g. insisi biasanya

sudah cukup

membaik untuk

dilakukan

pengangkatan

jahitan pada

hari ke 4 / 5.

h. Mandi shower

biasanya

diizinkan

setelah hari

kedua setelah

kelahiran

sesarea,

meningkatkan

hiegenis dan

dapat

merangsang

sirkulasi atau

penyembuhan

luka

i. Setelah

kelahiran

sesarea fundus

tetap pada

ketinggian

umbilikus

selama sampai

5 hari, bila

involusi mulai

Page 32: BAB II (hani,dkk)

disertai dengan

peningkatan

aliran lokhea,

perlambatan

involusi

meningkatkan

resiko

endometritis.

Perkembangan

nyeri tekan

ekstrem

menandakan

kemungkinan

jaringan

plasenta

tertahan atau

infeks

C. Post Partum Normal Masa postpartum atau masa nifas sering dikenal juga dengan puerperium yang

berasal dari kata puer yang berarti seorang anak dan parere berarti kembali ke semula

yaitu masa enam minggu setelah persalinan ketika organ reproduksi kembali ke keadaan

tidak hamil (Palupi dkk, 2013)

1. Periode Post Partum

a. Immediate Post Partum : 24 jam pertama

b. Early Post Partum : Minggu pertama

c. Late Post Partum : Minggu kedua sampai dengan minggu ke enam

2. Adaptasi fisiologis pada ibu post partum yaitu:

a. System Kardiovaskuler

Perubahan volume darah tergantung pada : Jumlah kehilangan darah selam

persalinan, jumlah pengeluaran cairan, jumlah cairan yang berpindah ke

Page 33: BAB II (hani,dkk)

extravaskuler → pada persalinan normal keluarnya darah 400-500 cc dapat

ditoleransi. Dan dikatakan kehilangan apabila > 500 cc indikasi post partum

a) Cardiac Output

- Pada kala I + II → Cardiac output terus meningkat dan puncaknya pada

awal puerperium hal ini diakibat oleh kembalinya darah secara tiba-tiba ke

sirkulasi maternal akibat terputusnya sirkulasi uteroplasental

- Beberapa jam setelah persalinan cardiac output menurun 50%

- Cardiac output akan kembali normal setelah 2-3 minggu post partum

b) Komponen Darah

- Hb dan Ht, pada 72 jam pertama persalinan terjadi peningkatan Ht dan

Penurunan Hb akibat kehilangan sejumlah plasma dan eritrosit

- Leukosit

Pada 10-12 jam post partum leukosit meningkat antara 20.000-25.000/mm3

dan meningkat pada 6 hari post partum disertai gejala lain hal ini

mengindikasikan terjadinya infeksi puerperium

- Faktor Koagulasi

Faktor pembekuan dan fibrinogen mengalami peningakatan pada awal

setelah persalinan

Kerusakan pembuluh darah disertai dengan peningkatan factor pembekuan

menyebabkan resiko terjadinya tromboemboli

c) Pembuluh darah

- Keluhan varises extremitas dan vulva segera berkurang setelah persalinan

- Keluhan hemoroid biasanya akan mengganggu kebiasaan BAB ataupun

saat duduk. Hal ini memerlukan pengobatan untuk mengurangi keluhan

d) Tanda-tanda vital

Tanda

vital/keadaanNormal Penyimpangan

Temperatur 24 Jam pertama post partum dapat

meningkat hingga 38o C. Hal ini

menjadi penyebab dehidrasi

perubahan hormonal dan

Bila 24 jam sampai dengan 2 hari

suhu tubuh >38o C kemungkinan

disebabkan oleh sepsis, mastitis,

endometritis, ifeksi system

Page 34: BAB II (hani,dkk)

pembengkakan payudara perkemihan dan system lain.

Nadi

Jam pertama post partum nadi

meningkat dikarenakan

peningkatan cardiac outuput dan

stroke volume

Nadi 50-70/menit masih dianggap

normal, kembali normal dalam

waktu 3 bulan post partum

Nadi cepat : indikasi hypovolemia

akibat perdarahan, kecemasan,

infeksi dan kelainan jantung

Pernafasan Segera normal setelah persalinanHyperventilasi akibat efek spinal

anestesi

Tekanan darah

Mengalami sedikit perubahan

terutama pada 48 jam pertama dan

dapat terjadi hypotensi ortostatik

(pusing segera setelah berdiri)

Hypotensi : indikasi adanya

hypovolume akibat perdarahan.

Hypertensi : indikasi adanya gejala

sisa pada ibu yang mengalami pre/

b. Sistem reproduksi

2. Uterus

Proses Involusi

Pelepasan plasenta dan membrane plasenta berlangsung pada bagian lapisan

spons desidua. Sisa lapisan ini tetap berada di uterus, sebagian akan

dikeluarkan dalam bentuk secret vagina yang disebut lokia.

3. Uterus akan mengalami proses involusi uterus yaitu proses kembalinya uterus

yang disebabkan oleh kontraksi uterus dan mengecilnya ukuran

masingmasing sel miometrium serta proses otolisis oleh pemecahan material

protein dinding uterus menjadi komponen yang lebih sederhana dan

kemudian diabsorbsi.

o Panjang : 14 cm

o Lebar : 12 cm

o Tebal : 10 cm

Page 35: BAB II (hani,dkk)

o Berat : 1000 gr

4. Tinggi fundus uteri :

o Setelah melahirkan (2-4 jam) : setinggi pusat

o Setiap 24 jam : turun 1-2 cm

o Hari ke 5/6 : ½ simpisis pusat

o Hari ke 10-12 : uterus keatas

o 6 minggu : berangsur normal

5. Berat uterus

o Setelah plasenta lahir : 1000 gr

o 1 minggu post partum : 500 gr

o 2 minggu post partum : 375 gr

o Akhir post partum (6 minggu) : 50 gr

Penurunan uterus dan berat uterus terjadi akibat penurunan hormone

estrogen dan progesterone yang terjadi segera setelah melahirkan ini

menyebabkan proses pengecilan sel-se uterus

6. Sub involusi

Merupakan kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil.

Penyebab sub involusi meliputi tertahannya fragmen plasenta, infeksi, dan

perdarahan lanjut. Involusi uterus dapat dihambat oleh beberapa kondisi

seperti kehamilan multiple, hidramnion, kelelahan akibat persalinan yang

panjang atau sulit melahirkan serta efek fisiologis akibat kelebihan analgetik.

3. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Sirkulasi

1) Peningkatan tekanan darah menetap melebihi nilai setelah 20 minggu

kehamilan

2) Riwayat hipertensi kronik

3) Nadi mungkin menurun

4) Dapat mengalami memar spontan, perdarahan lama atau epistakis

b. Eliminasi

Page 36: BAB II (hani,dkk)

1) Fungsi ginjal menurun (kurang dari 400 ml/24 jam) atau tidak ada

Makanan/cairan

2) Mual/muntah

3) Malnutrisi (kelebihan/kurang berat badan 20% atau lebih besar)

Masukan protein/kalori kurang

4) Edema mungkin ada dari ringan sampai berat/umumnya dapat meliptui

wajah, ekstrenitas dan sistem organ

c. Neurosensori

1) Pusing-sakit kepala frontal

2) Diplopia (penglihatan kabur)

3) Hiperrefleksia

4) Kacau mental, tonik, kemudian fase tonic kronik, diikuti dengan periode

kehilangan kesadaran.

5) Pemeriksaan fundus dapat menunjukkan edema/spasme vaskuler

Nyeri/ketidaknyamanan

6) Nyeri epigastrik (region kuadran atas kanan)

d. Pernapasan

1) Pernapasan kurang dari 14/menit

2) Krekels mungkin ada

1. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri (akut)/ketidaknyaman berhubungan dengan trauma mekanis.

Edema/pembesaran jarngan atau distensi, efek-efek hormonal.

b. Gangguan pemenuhan kebuthan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan

kelemahan tubuh.

c. Resiko tinggi gangguan menyusui/potensial menyusui berhubungan dengan

tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat

dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.

d. Penurunan curang jantung berhubungan dengan hipovolemia/penurunan aliran

balik vena, peningkatan tekanan vaskuler sistemik.

Page 37: BAB II (hani,dkk)

e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan protein plasma, penurunan

tekanan osmotik koloid plasma menyertai perpindahan cairan dari

kompartemen vaskuler.

f. Resiko tinggi cedera terhadap ibu berhubungan dengan edema/hipoksia

jaringan kejang tonic-klonic, fropil darah abnormal dan faktor-faktor

pembekuan.

2. Rencana Tindakan Keperawatan

No.

Dx Keperawatan Intervensi Rasional

1 Penurunan Curah jantung berhubungan dengan hipovolemia/penurunan aliran balik vena, peningkatan tekanan vaskuler sistemik.

a. Pantau TD, HR, N. Periksa dalam keadaan berbaring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan)

b. Auskultasi S3, S4 dan adanya murmur

c. Auskultasi bunyi napas

a. Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan rangsang vagal, sebaliknya hipertensi juga banyak terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya.

b. Penurunan curah jantung ditandai dengan denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat. S3 dihubungkan dengan regurgitasi mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri yang disertai infark yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia miokardia, kekakuan ventrikel dan hipertensi

c. Murmur menunjukkan gangguan aliran darah abnormal dalam jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum

Page 38: BAB II (hani,dkk)

d. Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring kiri.

e. Kolaborasi Pemantauan parameter hemodinamik invasif

f. Kolaborasi : Berikan obat antihipertensi sesuai kebutuhan

g. Pemantauan tekanan darah dan obat hipertensi.

atau vibrasi otot papilar. Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard

d. Meningkatkan aliran balik vena, curah jantung, dan perfusi ginjal.

e. Memberikan gambaran akurat dari perubahan vaskular dan volume cairan. Konstruksi vaskular yang lama, peningkatan dan hemokonsentrasi, serta perpindahan cairan menurunkan curah jantung.

f. Obat antihipertensi bekerja secara langsung pada arteriola untuk meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskular dan membantu meningkatkan suplai darah.

g. Mengetahui efek samping yang terjadi seperti takikardi, sakit kepala, mual, muntah, dan palpitasi.

2 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan protein plasma, penurunan tekanan osmotik koloid plasma menyertai perpindahan cairan dari kompartemen vaskuler.

a. Pemantauan tanda-tanda vital, catat waktu pengisisan kapiler (capillary refill time-CRT). Memantau atau menimbang berat badan ibu.

b. Pantau dan catat intake dan output setiap hari.

a. Dengan memantau tanda-tanda vital dan pengisian kapiler dapat dijadikan pedoaman untuk penggantian cairan atau menilai respons dari kardiovaskuler.

b. Dengan memantau intake dan output diharapkan dapat diketahui adanya keseimbangan cairan dan dapat diramalkan keadaan dan kerusakan glomerulus

Page 39: BAB II (hani,dkk)

c. Kaji tanda dan gejala kurang volume cairan (selaput mukosa kering, rasa haus dan produksi urine menurun)

d. Beri minum yang cukup dan sesuaikan dengan jumlah cairan infuse

e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intravena

f. Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan trombosit, hematokrit dan hemoglobin

c. Deteksi dini kurang volume cairan

d. Minum cukup untuk menambah volume cairan dan sesuaikan dengan cairan infuse untuk mencegah kelebihan cairan

e. program cairan intravena sangat penting bagi pasien yang mengalami deficit volume cairan dengan keadaan umum yang jelek karena cairan yang masuk langsung ke pembuluh darah

f. Mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah

3 Resiko tinggi cedera terhadap ibu berhubungan dengan edema/hipoksia jaringan kejang tonic-klonic, fropil darah abnormal dan faktor-faktor pembekuan.

a. Pantau tekanan darah

b. Beri penjelasan cara

mengkaji dan mencatat tekanan darah, aktivitas janin, memeriksa protein dalam air kemih, edema, dan menimbang berat badan tiap hari

c. Istirahatkan ibu.

a. Dengan memantau tekanan darah ibu dapat diketahui keadaan aliran darah ke plasenta seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke plasenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin berkurang

b. Mengobservasi dan melakukan tindakan yang tepat dan memberi kepastian.

c. Dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolisme tubuh menurun.

Page 40: BAB II (hani,dkk)

d. Diskusikan tanda dan gejala bahaya dan instruksikan klien memberitahu dokter segera bila ada perubahan

d. Pengetahuan memampukan klien untuk menjadi mitra kerja dalam perawatan dirinya sendiri; pengetahuan menjadi dasar pengambilan keputusan.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Page 41: BAB II (hani,dkk)

I. GAMBARAN KASUS

Klien dengan NH2P3A0 datang ke ruang aster rujukan dari kamar operasi.

Ditemukan hasil pemeriksaan fisik: kedua kaki dan kedua tangan bengkak,

tekanan darah 170/100 mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 18 x/menit, S: 36,80C,

hasil laboratorium urin ditemukan protein ++.

II. PENGKAJIAN

A. DATA UMUM

Tanggal Pengkajian : 07 Oktober 2013

Inisial klien : Ny. A.K

Umur : 30 th

Alamat : Dadap, Kp.Bendungan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Suku bangsa : Sunda

Status perkawinan : Menikah

Pendidikan terakhir : SMP

Inisial suami : Tn. M.R

Usia : 36 tahun

Status perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan terakhir : SMP

B. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu

No Tahun Tipe

Persalinan

Penolong Jenis

Kelamin

BB

Lahir

Keadaan

Bayi

Masalah

Kehamilan

Page 42: BAB II (hani,dkk)

waktu

Lahir

1. 2001 Spontan Bidan Laki-laki 3000 Sehat Tidak ada

masalah

2 2006 Spontan Bidan Perempu

an

2700 Sehat Tidak ada

masalah

Pengalaman Menyusui : Ya Berapa Lama : 4 tahun

4. Riwayat Kehamilan saat ini :

1. Berapa kali periksa kehamilan : klien mengatakan periksa kehamilan rutin 1 bulan

1x. Pada trimester I periksa kehamilan sebanyak 3x, trimester II sebanyak 3x, dan

trimester III sebanyak 3x

2. Masalah Kehamilan

Klien mengatakan pada usia kehamilan 6 bulan, tekanan darah klien tinggi mencapai

160/110. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi sebelum hamil

5. Riwayat Persalinan

1. Jenis persalinan : seksio cesaria trans peritonela profunda

2. Jenis Kelamin : Laki-laki, PB/BB 46 cm/1800 gram, A/S : 5/7

3. Perdarahan : 350 cc

4. Masalah dalam persalinan

Klien dilakukan tindakan operasi sesar, tidak ditemukan masalah pada saat

persalinan.

6. Riwayat Ginekologi

1. Masalah Ginekologi

Klien mengatakan tidak ada masalah ginekologi, mioma(-), kista(-), kanker(-)

2. Riwayat KB

Klien mengatakan semenjak menikah tidak pernah menggunakan KB setelah

melahirkan anak pertama tahun 2001, klien menggunakan KB suntik dengan jadwal

Page 43: BAB II (hani,dkk)

3 bulan 1x selama 2 Tahun. Klien mengatakan tidak cocok menggunakan KB suntik

karena berat badan semakin bertambah tetapi klien tetap menggunakan KB suntik.

Alasan klien untuk tidak memilih KB selain suntik ialah karna klien tidak paham

mengenai jenis-jenis KB termasuk tidak menyukai KB pil.

7. DATA UMUM KESEHATAN SATA INI

1. Status obstetri : Post SC a.i preeklampsia berat NH2 P3A0

2. Keadaan Umum : Baik Kesadaran : compos mentis,

BB/TB : 71 kg/160 cm

3. Tanda vital

TD : 140/90 MmHg Nadi : 96 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit Suhu : 36,2 C⁰

4. Kepala Leher

Kepala : deformitas (-), benjolan (-), nyeri (-), distribusi

rambut tebal, rambut tampak kotor, wajah tidak terdapat kloasma

Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil

isokor, pandangan kabur (-)

Hidung : Normal, polip (-), sinusitis (-), sekret (-),

Epistaksis (-)

Mulut : Membran mukosa bibir kering, caries gigi (+), stomatitis (-),

bau (-), gingivitis (-)

Telinga : Normal, serumen kering, tampak bersih

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pebesaran

kelenjar tiroid (-), distensi vena jugularis (-)

Masalah khusus: tidak ada

5. Dada

Jantung : pergerakan dada simetris, bunyi jantung S1/S2 normal, murmur

(-), gallop (-).

Paru : pernafasan vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)

Payudara : simetris, hiperpigmentasi areola, benjolan (-),

nyeri tekan (-), payudara tampak kotor, bengkak (-)

Page 44: BAB II (hani,dkk)

Puting susu : menonjol

Pengeluaran ASI : ASI belum keluar

Masalah khusus: ASI belum keluar

6. Abdomen

Involusi uterus

Tinggi fundus uteri : 2 jari di bawah pusat Kontraksi : kuat

Posisi uterus : sentral

Kandung kemih : kosong, nyeri tekan (-), klien belum dapat BAK

Diastaksis Rektus Abdominis : (-)

Fungsi Pencernaan : BUN() ..x/menit

Masalah khusus : tidak ada

7. Perinium Genital

Vagina

Kebersihan: tampak kotor, Edema: (-) Memar : (-) Hematom (-),

massa (-), kista bartholini (-), varises (-), laserasi (-)

Perineum : Utuh tidak dilakukan episiotomi

Lokea

Jumah : 50 cc

Jenis/warna : Rubra

Konsistensi : cair

Bau : khas amis

Hemoroid : tidak ada

Berapa lama : tidak ada nyeri/tidak : tidak

Masalah khusus: tidak ada

8. Ekstremitas

Ekstremitas atas : edema +/+

Ekstremitas bawah edema : +/+

nyeri : +/+

Varises : -/-

Tanda Homan : -/-

Masalah khusus : tidak ada

Page 45: BAB II (hani,dkk)

9. Eliminasi

Urine

kebiasaan BAK : klien mengatakan BAK tidak ada masalah, bisa mencapai

8x/hari, sedangkan saat ini klien mengatakan belum bisa merasakan keinginan

untuk BAK karena masih terpasang selang pipis.

BAB

klien mengatakan BAB tidak ada masalah 1x/hari, sedangkan saat ini klien

mengatakan setelah melahirkan sudah bisa BAB dengan konsistensi lembek.

Masalah khusus : Tidak ada masalah

10. Istirahat dan kenyamanan :

Pola tidur : kebiasaan tidur, lama 8 jam, frekuensi siang 2 jam malam 6 jam

Pola tidur saat ini : Klien mengatakan semenjak melahirkan sering tidak bisa

tidur malam karena kamar panas, banyak nyamuk, dan berisik oleh tangisan bayi,

namun tidur tetap 8 jam karena bisa tidur pada siang hari.

Keluhan ketidaknyamanan : Ya,

lokasi : daerah luka operasi post SC, Luka tidak ada drain (-), pus (-)

Sifat : Nyeri. Klien mengatakan merasa nyeri di daerah luka jahitan operasi,

nyeri dirasakan seperti berdenyut dan menusuk, lama nyeri tidak teratur, skala

nyeri 8, nyeri bertambah jika bergerak dan berjalan

11. Mobilisasi dan latihan

Tingkat mobilisasi : Klien saat ini sudah melakukan mobilisasi dini. Klien sudah bisa

miring kanan miring kiri, berjalan di sekitar area tempat tidur.

Latihan/senam : Klien tidak melakukan senam

Masalah khusus : tidak ada

12. Nutrisi dan Cairan :

Asupan nutrisi : makan 3x 1 hari, nafsu makan : baik

Asupan cairan : minum air putih 600 cc/hari cukup

Masalah khusus : tidak ada

13. Keadaan mental

Adaptasi psikologis : klien sudah masuk dalam taking hold, klien ada keinginan

Page 46: BAB II (hani,dkk)

untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri, fokus

klien sudah tidak kepada dirinya tetapi kepada bayinya.

Penerimaan terhadap bayi : klien maupun keluarga sangat senang dengan adanya

bayi yang ketiga.

Masalah khusus : tidak ada

14. Kemampuan Menyusui : Klien berpengalaman menyusui kedua anaknya

15. Obat-obatan :

Vit C 2 x 4 mg via IV

Nifedipine 3 x 10 g Peroral

Alinamin 3 x 15 mg/10ml via IV

Cefotaxime 2 x 1 gr via IV

Pronalges 3 x 50 mg via anal (supositoria)

Asam mefenamat 3 x 500 mg peroral

SF (sulfat ferosus) 1x 300 mg peroral

16. Jenis persalinan : Sectio cesarea transperitoneal profunda

17. Proses persalinan : Kala I tidak terkaji

Kala II tidak terkaji

Kala III tidak terkaji

18. Komplikasi persalinan : Preeklampsia berat

19. Lamanya ketuban pecah : tidak terjadi

8. KEADAAN BAYI SAAT LAHIR

1. Lahir tanggal : 06 Oktober 2013 jam 01.00 WIB jenis kelamin : laki-laki PB/BB:

46 cm/1800 gram. A/S : 9/10

2. Kelahiran : tunggal

3. Tindakan resusitasi : tidak terkaji

4. Plasenta : dilaporkan lengkap, tidak ada kelainan, ukuran tidak ditemukan

di laporan/status.

Hasil Pemeriksaan Penunjang:

PEMERIKSAAN NILAI HASIL

Page 47: BAB II (hani,dkk)

NORMAL 30 Sep 05 Okt 06 Okt

Hemoglobin Lk : 16-18

Pr : 12-14

10,8 12,3 13,5

Jumlah leukosit 4.000-10.000 16.100 12.900 21.400

Hematokrit Lk : 37-49

Pr : 36-46

34 33 38

Trombosit 150-450x 10 247.000 195.000 234.000

Waktu perdarahan 1 -3 1’30”

Waktu pembekuan 7 – 15 11’

Urin

Warna

Kekeruhan

Carlk Celup

- Leukosit

- Nitrit

- Urobillinogen

- Protein/albumin

- pH

- darah samar

- Berat jenis

- Keton

- Billirubin

- Glukosa

Mikropis/sedimen

- Leukosit

- Eritrosit

- Epitel

- Silinder

- Bakteri

- Kristal

Kuning

Jernih

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

4,8 – 7,4

Negatif

1,015 – 1,025

Negatif

Negatif

Negatif

< 5/ LPB

< 5/ LPB

Positif

< 5/ LPB

< 2/LPB

Negatif

Kuning

Jernih

±

-

-

-

++

7

-

1,020

-

-

-

2-4

0-1

+

-

-

-

Gula darah sewaktu < 180 59

Page 48: BAB II (hani,dkk)

Kreatinin Lk : < 1,3

Pr : < 1,5

0,7

Ureum < 50 13

Protein total 6,6 – 8,7

Albumin 3,5 – 5,2

SGOT Lk : < 37

Pr : < 38

22

SGPT Lk : < 48

Pr : < 31

16

LDH

Masalah : tidak ada

Perencanaan Pulang :

Pemberian pendidikan kesehatan meliputi:

Pencegahan infeksi

Nutrisi ibu menyusui

Teknik menyusui

Kontrol ulang

Tanda bahaya nifas

ASUHAN KEPERAWATAN

I. ANALISA DATA

Page 49: BAB II (hani,dkk)

Nama Klien : Ny. A.K

Umur : 30 tahun

Diagnosa : Post SC + IUD NH 2

No. DATA MASALAH

1 Data Subjektif :

Klien mengatakan merasa nyeri di daerah luka

jahitan operasi

Nyeri dirasakan seperti berdenyut dan menusuk

Lama nyeri tidak teratur

Skala nyeri 8

Nyeri bertambah jika bergerak dan berjalan

Data Objektif :

Klien tampak meringis (faces pain scale) dan

berkeringat (diaphoresis)

Klien gelisah

TTV :

- TD : 140/90 MmHg

- N : 96 x/menit

- RR : 20 x/menit

S : 36,2 c

Nyeri berhubungan dengan luka

post operasi

2. Data Subjektif : (-)

Data Objektif :

Terdapat luka operasi post SC, sayatan

melintang

Leukosit : 14.000/µL

Resiko infeksi berhubungan

dengan tempat masuknya

organisme sekunder akibat

pembedahan

3. Data Subjektif:

Klien mengatakan bengkak pada kedua kakinya

Data Objektif:

- Edema ekstremitas atas dan bawah

- Peningkatan berat badan sebelum hamil 52

setelah hamil menjadi 72

Resiko tinggi kelebihan cairan

berhubungan dengan

perpindahan cairan atau

peningkatan aliran plasma

ginjal

Page 50: BAB II (hani,dkk)

- Intake = 600ml/24 jam

- Output = 500ml/24 jam

4. Data Subjektif:

Ibu mengungkapkan berat bayinya 1800 gram

Ibu mengatakan anaknya masih di ruang bayi

Ibu mengatakan ASI nya belum keluar

Ibu mengatakan bayi yang sekarang adalah

anak ke 3 yang direncanakan

Data Objektif

Klien mengatakan tidak tidur

ASI belum keluar

Ansietas berhubungan dengan

kebutuhan tidak terpenuhi (bayi

dalam kondisi perawatan)

II. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan luka post operasi

2. Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder akibat

pembedahan

3. Resiko tinggi kelebihan cairan

4. Ansietas berhubungan dengan kebutuhan tidak terpenuhi (bayi dalam kondisi perawatan)

III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. A.K

Umur : 30 tahun

Diagnosa : Post SC + IUD NH 2

NO. DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN &

KRITERIA HASIL

INTERVENSI

1. Nyeri berhubungan

dengan luka post

operasi

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24

jam nyeri teratasi

KH: klien dapat

1. Kaji nyeri dengan PQRST

2. Ajarkan pada klien metode

relaksasi tarik napas dalam,

3. Instruksikan teknik untuk

menurunkan ketegangan otot,

Page 51: BAB II (hani,dkk)

menunjukan

Ekspresi wajah klien

tampak tenang

Klien dapat

menunjukan bahwa

nyeri di daerah luka

operasi berkurang

yang dapat menurunkan

intensitas nyeri.

4. Bantu klien dalam ambulasi

sesuai kebutuhan

5. Observasi tanda-tanda vital

6. Kolaborasi pemberian obat

analgesic (asam mefenamat

3x1 dan pronalges supositoria

3 x 1)

2. Resiko infeksi

berhubungan dengan

tempat masuknya

organisme sekunder

akibat pembedahan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam kerusakan integritas

kulit teratasi

KH : klien dapat

menunjukan

Luka operasi dapat

menutup sempurna

Tidak muncul tanda-

tanda infeksi

1. Kaji kondisi luka, observasi

tanda-tanda infeksi

2. Pantau adanya tanda-tanda

infeksi

3. Ganti balutan luka operasi

secara aseptik

4. Anjurkan untuk tidak

membasahi balutan ketika

mandi, dan gunakan balutan

tahan air ketika pulang

5. Motivasi untuk meningkatkan

asupan protein (6 butir

telur/hari putihnya saja) dan

gizi yang cukup (ikan, sayur-

sayuran)

3. Resiko tinggi

Kelebihan volume

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

3x 24 jam resiko tinggi

kelebihan volume cairan

teratasi

Kriteria hasil:

- Berat bada normal

1. Tinjau ulang riwayat HKK

pranatal dan intrapartal,

perhatikan peningkatan TD,

proteinuria dan edema

2. Pantau masukan dan keluaran

3. Kaji adanya lokasi dan

luasnya edema. Pantau tanda-

Page 52: BAB II (hani,dkk)

- Tidak ada edema

- Intake output

seimbang

tanda kemajuan edema

4. Tes adanya proteinurian/hari

Kolaborasi

5. Catat hasil protein 24 jam

6. Pasang kateter indweeling

sesuai indikas

7. Berikan MgSo4 perpompa

infus bila diindikasikn

8. Evaluasi terhdapa sindrom

HELLP

9. Berikan antihipertensif

Aldomet

4. Ansietas

berhubungan dengan

situasi, ancaman

pada konsep diri,

transmisi /kontak

interpersonal,

kebutuhan tidak

terpenuhi

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan

Keperawatan selama 1x24

jam ansietas dapat

berkurang atau hilang.

Kriteria hasil :

Mengungkapkan perasaan

ansietas

Melaporkan bahwa

ansietas sudah menurun

Kelihatan rileks, dapat

tidur / istirahat dengan

benar

Mandiri1. Dorong motivasi keberadaan

atau partisipasi pasangan

2. Tentukan tingkat ansietas

pasien dan sumber dari

masalah.

3. Bantu pasien atau pasangan

dalam mengidentifikasi

mekanisme koping baru yang

lazim dan perkembangan

strategi koping baru jika

dibutuhkan.

4. Memberikan informasi yang

akurat tentang keadaan pasien

dan bayi.

5. Mulai kontak antara

pasien/pasangan, dan bayi

dengan baik

Page 53: BAB II (hani,dkk)

IV. CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. A.K

Umur : 30 tahun

Diagnosa : Post SC + IUD NH 2

HARI/

TANGGAL

NO. DX TINDAKAN KEPERAWATAN

Senin ,

07 Oktober 2013

I 1. Mengkaji nyeri dengan skala nyeri rentang 1-10

R/ klien mengatakan merasa nyeri di daerah luka

jahitan operasi, nyeri dirasakan seperti berdenyut

dan menusuk, lama nyeri tidak teratur, skala nyeri 5,

nyeri bertambah jika bergerak dan berjalan

2. Mengajakan pada klien tekhnik relaksasi tarik napas

dalam

R/ klien dapat melakukan tekhnik relaksasi tarik

napas dalam dengan benar

3. Mengobservasi tanda-tanda vital tiap 8 jam

R/ TTV :

- TD : 130/80 MmHg

- N : 80 x/menit

- RR : 20 x/menit

- S : 36,2 c

Kolaborasi :

1. Pemberian analgetik

R/ klien mengatakan nyeri berkurang setelah

diberikan pronalges

Senin,

07 Oktober 2013

II 1. Mengkaji kondisi luka, observasi tanda-tanda infeksi

R/ luka tertutup, balutan tidak ada rembesan, balutan

tampak bersih

2. Menganjurkan untuk tidak membasahi balutan ketika

mandi

R/ Klien dapat memahami perintah perawat

Page 54: BAB II (hani,dkk)

3. Memotivasi untuk meningkatkan asupan protein dan

gizi yang cukup

R/ Klien tampak koperatif, mengikuti instruksi

perawat, nafsu makan baik, porsi 1 piring habis

Senin, 07 Oktober

2013

III 1. Tinjau ulang riwayat HKK pranatal dan intrapartal,

perhatikan peningkatan TD, proteinuria dan edema

R/ TD : 140/90 mmHg

Proteinuria +1, Edema +

2. Pantau masukan dan keluaran

R/ intake = 600 ml/24 jam

Keluaran = 400ml/ hari

3. Berikan antihipertensif Aldomet

IV 1. Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari

masalah.

R/ klien cemas dengan kondisi anaknya

2. Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi

mekanisme koping baru yang lazim dan

perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan.

R/ klien beerdoa

3. Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan

pasien dan bayi.

R/ jika TD sudah stabil ,Proteinuria -, klien akan

direncanakan pulang.

Selasa,

08 Oktober 2013

I 1. Mengevaluasi keluhan nyeri

R/ klien mengatakan rasa nyeri berkurang skala 3

2. mengevaluasi tekhnik relaksasi tarik napas dalam

R/ klien tampak lebih nyaman, rasa nyeri berkurang

ketika melakukan teknik tarik napas dalam

3. Mengobservasi tanda-tanda vital

R/ TTV :

- TD : 120/80 MmHg

Page 55: BAB II (hani,dkk)

- N : 80 x/menit

- RR : 20 x/menit

- S : 36,5 c

Selasa,

08 Oktober 2013

II 1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada luka

R/ luka menutup, kemerahan (-) bengkak (-) drain (-),

pus (-), darah (-)

2. Mengganti balutan luka operasi secara aseptik,

menggunakan balutan tahan air dan menganjurkan

klien untuk mandi

R/ Klen mengatakan akan mandi setelah ganti

balutan, tampak merasa lebih nyaman

3. Memotivasi untuk meningkatkan asupan protein dan

gizi yang cukup

R/ nafsu makan baik, porsi 1 piring habis, konsumsi

telor 3 buah

Selasa,

08 Oktober 2013

III 1.Tinjau ulang riwayat HKK pranatal dan intrapartal,

perhatikan peningkatan TD, proteinuria dan edema

R/ TD : 140/90 mmHg

Proteinuria +1, Edema +

2.Pantau masukan dan keluaran

R/ intake = 600 ml/24 jam

Keluaran = 400ml/ hari

3.Berikan antihipertensif Aldomet

IV 1.Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari

masalah.

R/ klien cemas dengan kondisi anaknya

2.Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi

mekanisme koping baru yang lazim dan perkembangan

strategi koping baru jika dibutuhkan.

R/ klien beerdoa

3.Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan

Page 56: BAB II (hani,dkk)

pasien dan bayi.

R/ jika TD sudah stabil ,Proteinuria -, klien akan

direncanakan pulang.

V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama Klien : Ny. A.K

Umur : 30 tahun

Diagnosa : Post SC + IUD NH 2

TANGGAL NO

DX

TINDAKAN

KEPERAWATAN

SOAP

07 Oktober

2013

I 1. Mengkaji nyeri dengan

menggunakan skala

nyeri 1-10

2. Mengajarkan pada klien

tekhnik relaksasi tarik

napas dalam

3. Mengobservasi tanda-

tanda vital

S : klien mengatakan merasa nyeri di

daerah luka jahitan operasi, nyeri

dirasakan seperti berdenyut dan

menusuk, lama nyeri tidak teratur, skala

nyeri 5, nyeri bertambah jika bergerak

dan berjalan

O : klien dapat melakukan tekhnik

relaksasi tarik napas dalam dengan

benar

A : masalah belum teratasi

P :

Evaluasi nyeri secara berkala

Evaluasi kemampuan teknik

relaksasi yang digunakan

Motivasi untuk melakukan teknik

relaksasi yang lain

II 1. Mengkaji kondisi luka,

observasi tanda-tanda

infeksi

2. Menganjurkan untuk

tidak membasahi balutan

S : (-)

O :

luka tertutup, balutan tidak ada

rembesan, balutan tampak bersih

Klien dapat memahami perintah

Page 57: BAB II (hani,dkk)

ketika mandi

3. Memotivasi untuk

meningkatkan asupan

protein dan gizi yang

cukup

perawat

Klien tampak koperatif, mengikuti

instruksi perawat, nafsu makan

baik, porsi 1 piring habis

A :

Masalah tidak terjadi

P :

Ganti balutan dengan

mempertahankan teknik aseptic.

Gunakan balutan tahan air bila perlu

Motivasi untuk meningkatkan

asupan protein dan gizi yang cukup

08 Oktober

2013

I 1. Mengevaluasi keluhan

nyeri

2. mengevaluasi tekhnik

relaksasi tarik napas

dalam

3. Mengobservasi tanda-

tanda vital

S : klien mengatakan rasa nyeri

berkurang skala 3

O : klien tampak lebih nyaman, rasa

nyeri berkurang ketika melakukan

teknik tarik napas dalam

A : masalah teratasi

P :

Pasien pulang

II 1. Mengobservasi tanda-

tanda infeksi pada luka

2. Mengganti balutan luka

operasi secara aseptik,

menggunakan balutan

tahan air dan

menganjurkan klien

untuk mandi

3. Memotivasi untuk

meningkatkan asupan

S :

Klen mengatakan akan mandi

setelah ganti balutan, tampak

merasa lebih nyaman

nafsu makan baik, porsi 1 piring

habis, konsumsi telor 3 buah

O : luka menutup, kemerahan (-)

bengkak (-) drain (-), pus (-), darah (-)

A : masalah tidak terjadi

P :

Page 58: BAB II (hani,dkk)

protein dan gizi yang

cukup

Pasien pulang

Motivasi untuk menjaga

kebersihan pada daerah luka

Control ulang

BAB IV

PEMBAHASAN

Page 59: BAB II (hani,dkk)

i. Pengkajian

Klien Ny A.K diketahui mengalami komplikasi hipertensi dalam kehamilan. Data-data

yang diperoleh dari hasil pengkajian yakni tekanan darah mencapai 160/100 mmHg dimulai

pada usia kehamilan 7 bulan dan edema pada ekstremitas bawah dan hasil urinalisa

menunjukkan bahwa kadar protein dalam urin adalah positif. Berdasarkan data-data tersebut

hipertensi yang dialami oleh Ny A.K dapat diklasifikasikan kedalam pre eklamsia berat

(PEB). PEB merupakan timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah

umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum

20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik. Akibat kondisi yang dialami, klien harus

melahirkan dengan pembedahan (secsio caesaria). Tanda dan gejala PEB seperti yang telah

dijabarkan meliputi tensi 160/110 mmhg, edema, oliguria kurang 400cc/24 jam, proteinuria 2

g/24 jam plus 2, terdapat dispnea sianosis, namun kondisi klien post sc masih dalam tekanan

darah tinggi dan terdapat proteinuria +. Setelah 3 hari postpartum dan mendapat terapi anti

konvulsan 2 kolf dan terapi oral anti hipetensif keadaan kembali normal. Hal ini ditunjukkan

dengan TD yang kembali normal yaitu 130/80 mmHg, kadar protein dalam urin juga

menunjukkan hasil negative. Hal ini menunjukkan bahwa klien tidak lagi menunjukkan

tanda-tanda PEB kecuali edema. Hal ini karena klien telah memperoleh tatalaksana PEB baik

di kamar bersalin maupun di ruang perawatan post partum.

Pengkajian yang dilakukan pada hari ke 2 post SC menunjukkan kondisi klien yang

sudah mulai membaik. Pengeluaran ASI pada saat pengkajian sudah keluar. Namun tidak

terdapat bengkak dan nyeri, putting tampak menonjol.

Involusio uteri pada klien baik, dengan tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat dan

kontraksi baik. Klien pun sudah BAB pada hari ke 2 post operasi dengan konsistensi

lembek. Hal ini sama dengan teori yang menyatakan bahwa biasanya pada ibu postpartum

mengalami konstipasi terutama yang menjalani bedah caesarea akibat efek anestesi dan

BAK klien pun tidak ada masalah. Selama akhir kehamilan, klien mengatakan frekuensi

BAK 8X/hari, saat pengkajian frekuensi berkemih klien masih sama yakni 8x/hari.

Masalah pada perineum tidak terjadi. Memar, edema, kemerahan dan varises pada vagina

tidak terjadi. Lokia sesuai dengan masa post partum yakni rubra (pada hari 1-3) dengan bau

khas darah.

Page 60: BAB II (hani,dkk)

Pola istirahat klien saat ini mengalami perubahan dari sebelumnya 8 jam (siang 2 jam dan

malam 6jam) menjadi 3 jam/hari akibat tidak nyaman dengan luka operasi dan didukung

dengan keadaan bayi yang sering menangis. Saat pengkajian klien sudah melakukan

mobilisasi dini, namun belum melakukan senam. Asupan makanan dan cairan klien sehari-

hari pun cukup, namun masih perlu ditingkatkan lagi mengingat kebutuhan ibu menyusui

yang lebih besar dari kebutuhan nutrisi ibu hamil.

Adaptasi psikologis klien pada hari kedua post partum ini berada pada fase taking hold.

Berbeda dengan teori yang menyebutkan bahwa taking hold baru terjadi pada hari ke 3-10

post partum. Hal ini kemungkinan dikarenakan bayi dirawat gabung secara dini. Klien

senang menerima kehadiran anak ketiganya. Klien mulai menaruh perhatian dalam merawat

bayinya. Tidak tampak baby blues seperti yang sering terjadi pada fase ini.

ii. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny A.K lebih terkait dengan diagnosa yang

biasa muncul pada klien post SC karena seperti yang telah disebutkan klien tidak lagi

menunjukkan tanda PEB setelah memperoleh tatalaksana PEB. Adapun diagnosa

keperawatan yang muncul adalah nyeri berhubungan dengan luka post operasi, resiko infeksi

berhubungan dengan tempat masuknya akibat pembadahan dan gangguan pola tidur

berhubungan dengan rasa tidak nyaman dan potensial ibu menyusui.

Diagnosa keperawatan nyeri akut merupakan keadaan ketika individu mengalami dan

melaporkan adanya ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan

selama 6 bulan atau kurang (Carpenito, 2006). Diagnosa ini ditegakkan karena klien merasa

nyeri seperti berdenyut dan menusuk skala 8 serta nyeri dirasakan bertambah jika bergerak

dan berjalan. Nyeri tersebut normal dialami seiring dengan proses inflamasi yang sedang

berlangsung.

Diagnosa keperawatan resiko infeksi merupakan keadaan ketika individu mengalami

atau berisiko mengalami kerusakan jaringan epidermis dan dermis (Carpenito, 2006).

Diagnosa ini ditegakkan karena klien mengalami pembedahan. Insisi dilakukan pada segmen

bawah uterus dengan potongan transversal. Saat pengkajian luka tertutup balutan, tidak ada

rembesan dan kondisi balutan bersih.

Diagnosa sejahtera potensial ibu menyusui merupakan keadaan ibu menyusui dalam

transisi ketingkat yang lebih sejahtera. Diagnose ini ditegakkan karena klien sudah

Page 61: BAB II (hani,dkk)

melahirkan anak ketiga dan setelah diobservasi klien sudah mengerti akan cara menyusui

yang benar dan mendapat dukungan penuh dari suami dan keluarga. Hanya perlu

peningkatan pengetahuan agar ibu dapat menyusui dengan baik dan benar.

iii. Perencanaan

Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat

dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien

jangka panjang (Potter,1997). Dalam pembuatan rencana asuhan keperawatan, kami berpijak

kepada teori yang disesuaikan dengan kondisi ruangan serta kemajuan dan tingkat kebutuhan

pasien. Intervensi yang telah dibuat sesuai dengan intervensi yang ada pada textbook, namun

karena kondisi ruangan dan keterbatasan yang ada tidak semua intervensi dalam teori dapat

diaplikasikan pada rencana tindakan pada Ny A.K

iv. Implementasi

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.

Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada

nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu

rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan klien (Perry &bPotter, 1997).

Pada implementasi keperawatan pada Ny A.K, kami tidak menemukan hambatan

yang berarti. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervesi yang yang telah dibuat.

Tindakan berkaitan dengan PEB tidak dilakukan karena sudah tidak muncul masalah terkait

PEB.

Pelaksanaan implementasi pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan

dengan luka post operasi tindakan yang telah dilakukan antara lain mengkaji nyeri meliputi

PQRST, mengajarkan teknis napas dalam, memberikan analgesic dan mengobservasi tanda-

tanda vital. Pelaksanaan tindakan ini hanya sebagian kecil dari tindakan yang dapat

dilakukan dalam mengatasi nyeri.

Pelaksanaan implementasi keperawatan pada diagnosa keperawatan resiko infeksi

berhubungan dengan tindakan post operasi berfokus pada tindakan pencegahan infeksi

meliputi pengkajian luka, penggantian balutan dengan teknik aseptis dan menganjurkan

untuk meningkatkan asupan gizi. Seperti diketahui status nutrisi individu berimplikasi pada

proses penyembuaha luka yag baik.

Page 62: BAB II (hani,dkk)

Pelaksanaan implementasi keperawatan pada diagnosa keperawatan resiko tinggi

kelebihan volume cairan berhubungan dengan tingkat pengetahuan pengalaman sebelumnya

berfokus pada peningkatan kualitas dan pengetahuan ibu dalam mencegah terjadinya kenjang

dan edema paru.

v. Evaluasi

Evaluasi terhadap intervensi yang diberikan pada klien menunjukkan bahwa sebagian

masalah teratasi. Masalah nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi sudah teratasi.

Kriteria hasil yang kami harapkan setelah proses intervensi adalah klien dapat menyatakan

nyeri berkurang sehingga klien dapat menunjukkan peningkatan aktivitas. Hal ini tampak

dari kondisi klien saat pulang.

Masalah resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya akibat pembedahan

tidak terjadi. Hal ini karena luka sudah menutup rapat, namun masih terdapat resiko luka

terbuka karena luka belum menutup secara sempurna. Kadar leukosit belum dilakukan

kembali. Pemberian informasi tentang tanda-tanda infeksi pada klien penting diberikan

sehingga klien dapat melakukan tindakan segera agar mencegah terjadinya infeksi yang lebih

lanjut akan memperpanjang proses penyembuhan luka.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Page 63: BAB II (hani,dkk)

Klien Ny A.K dengan diagnosa medis PPSC a.i PEB NH2 P3A0 diketahui mengalami

tekanan darah tinggi sejak kehamilan 6 bulan. Klien sebelumnya tidak memiliki riwayat

hipertensi, begitu pula dengan keluarganya. Tekanan darah tinggi klien pernah mencapai

160/100 mmHg.

Pada periode post partum klien sudah tidak lagi mengalami PEB, berdasarkan dari hasil

pengkajian tekanan darah tinggi klien 120/80 mmHg, proteinuria negative. Sehingga

penatalaksanaan pada Ny. A.K berfokus pada penganangan masalah yang terjadi post sectio

caesaria.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny A.K adalah nyeri akut berhubungan

dengan luka post operasi, resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme

sekunder akibat pembedahan, gangguan pola tidur berhubungan dengan perasaan tidak nyaman,

dan potensial ibu menyusui berhubungan dengan tidur tingkat pengetahuan dan pengalaman

sebelumnya

Tindakan keperawatan sudah dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah

dibuat. Pada akhir proses keperawatan pencapaian yang didapat selama asuhan keperawatan

berlangsung yakni teratasinya masalah nyeri akut, resiko infeksi, gangguan pola tidur klien, dan

potensial ibu menyusui.

B. Saran

1. Bagi petugas di ruangan Aster RSU Kabupaten Tangerang

Diharapkan lebih holistic dalam memberikan asuhan, memberikan delegasi yang

tepat dan lebih memberikan pendampingan pada mahasiswa yang sedang praktek, karena

mengingat bahayanya jika salah pemberian obat, khususnya keracunan magnesium sulfat

pada kasus PEB

2. Bagi RSU Kabupaten Tangerang

Lebih memperhatikan fasilitas, terutama fasilitas alat pelindung diri bagi petugas,

pemberian informasi yang jelas terkait sistem dirumah sakit. Penting bagi rumah sakit

menyediakan alur pelayanan sehingga klien dan keluarga tidak bingung saat mengurus

adminitrasi

3. Bagi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Khususnya bagi stase maternitas, jika dimungkinkan untuk pembuatan modul

keislaman terkait dengan proses persalinan serta adanya latihan baik pada masa akademik

Page 64: BAB II (hani,dkk)

maupun pembekalan profesi terkait dengan bimbingan rohani pada ibu

postpartum,sehingga mahasiswa siap untuk mengaplikasikannya ke klien terutama

mengingat klien di pav Aster khususnya sebagain besar mengeluhkan nyeri, sehigga

mereka terhambat dalam menjalankan ibadahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph. C. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Ed. 9. Jakarta: EGC. 2008. 

Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. 2004

Doenges & Moorhouse. Rencana Perawatan Maternal/Bayi.Jakarta : EGC. 2001.

Page 65: BAB II (hani,dkk)

Doenges, Marilyn E, et all. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien). Jakarta: EGC. 1993

Jurnal kesehatan Indonesia Vo. 1, No 5. April 2007. Tantangan Pencapaian Millenium

Development Goals (MGDs) Bidang Kesehatan.2007

Manuaba, Ida B.G. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. 2007

Manuaba, Ida Bagus Gde. Operasi kebidanan, Kandungan dan KB untuk Dokter Umum.

Jakarta : EGC.1999

Persis Mary Hamilton, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta. 1995

Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 1. Jakarta : EGC. 2005

Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2009

Wiknjosastro, hanifa. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono: Jakarta. 2005.

Wilkinson, Judith M. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria

Hasil NOC Edisi 7. Jakarta: EGC. 2006