bab ii (hani,dkk)
DESCRIPTION
PEBTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangGangguan hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab penting dari
morbiditas yang parah, kecacatan jangka panjang dan kematian di antara kedua
ibu dan bayi mereka. Di Afrika dan Asia, hampir satu sepersepuluh dari semua
kematian ibu terkait dengan gangguan hipertensi kehamilan, sedangkan
seperempat dari kematian ibu di Amerika Latin telah dikaitkan dengan
komplikasi lain. Di antara gangguan hipertensi yang menyulitkan kehamilan,
preeklampsia dan eklampsia menonjol sebagai penyebab utama ibu dan
mortalitas dan morbiditas perinatal (WHO, 2011). Berdasarkan SDKI 2012,
rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu
kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI
2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Sedangkan di Indonesia perdarahan
(28%), hipertensi saat hamil atau preeklampsia (24%) dan infeksi (11%)
merupakan tiga faktor utama penyebab kematian ibu postpartum (Kemenkes,
2007).
Preeklampsia adalah kumpulan gejala dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia dapat
terjadi pada kehamilan > 20 minggu. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah
dikatakan preeklampsia apabila tekanan sistolik 30 mmHg dan diastolik 15
mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg, proteinuria
minimal 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau 30 mg/dl (+1
pada dipstick) secara menetap pada sampel acak urin (Cuningham, 2003).
B. Ruang Lingkup MasalahMakalah ini merupakan hasil pengkajian dari Ny. A.K di Ruang Aster
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang dengan diagnosa NH2 P3A0
PP SC a.i Pre Eklampsia Berat (PEB). Makalah ini menyajikan tentang
data hasil pengkajian pada Ny.A.K , analisa data, masalah keperawatan,
diagnosa keperawatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
Ny.A.K
C. Tujuan1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny.A.K dengan
diagnosa NH2 P3A0 PP SC a.i Pre Eklampsia Berat (PEB) di Ruang
Aster Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mendapatkan gambaran tentang pengkajian, analisa data,
masalah keperawatan, menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny.
A.K dengan diagnosa NH2 P3A0 PP SC a.i Pre Eklampsia Berat
(PEB) di Ruang Aster Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.
b. Dapat mendapatkan gambaran perencanaan tindakan keperawatan
pada Ny.A.K dengan diagnosa NH2 P3A0 PP SC a.i Pre Eklampsia
Berat (PEB) di Ruang Aster Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang.
c. Dapat mendapatkan gambaran implementasi rencana tindakan
keperawatan yang nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah ditegakkan.
d. Dapat mendapatkan gambaran hasil (evaluasi tindakan) keperawatan
yang telah dilakukan
D. Manfaat1. Manfaat untuk mahasiswa
Melalui makalah ini mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh selama mengikuti pembelajaran terutama tentang
pengetahuan mahasiswa mengenai PEB dan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien PEB secara komperhensip.
2. Manfaat untuk profesi keperawatan
Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah keilmuan dalam
keperawatan terutama keperawatan maternitas khususnya klien dengan
PEB. sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Preeklampsia
1.1 Pengertian preeklampsia
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana
hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya
memiliki tekanan darah normal. Preeklampsia merupakan suatu penyakit
vasospastik yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh
hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak, 2004).
Pengertian lainnya menyebutkan preeklampsia adalah timbulnya
hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan
20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum
20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik (Azwar, 2008).
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat
terjadi ante, intra, dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia
dapat dibagi menjadi preeklampsia dan preeklampsia berat. Pembagian
preeklampsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua
penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan
preeklampsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam
koma. Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada preeklampsia
ialah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuria sehingga bila gejala-
gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas, dapat dianggap bukan
preeklampsia. (Prawirohardjo, 2011)
1.2 Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of the
National High Blood Pressure Education Program Working Group on
High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001, ialah:
1.2.1 Hipertensi kronik
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali
didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi
menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
1.2.2 Preeklampsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria.
1.2.3 Eklampsia
Preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma
1.2.4 Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah
hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau
hipertensi kronik disertai proteinuria.
1.2.5 Hipertensi gestasional (transient hypertension) adalah hipertensi
yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa
proteinuria
1.3 Faktor Risiko Preeklampsia
Faktor risiko preeklampsia tersebut meliputi;
1.3.1 Riwayat preeklampsia
Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau riwayat
keluarga dengan preeklampsia maka akan meningkatkan risiko
terjadinya preeklampsia
1.3.2 Primigravida
Karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat
(blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan
risiko terjadinya preeklampsia. Perkembangan preeklampsia
semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan kehamilan
dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
1.3.3 Kehamilan ganda.
Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempuyai
bayi kembar atau lebih.
1.3.4 Riwayat penyakit tertentu.
Wanita yang mempunyai riwayat penyakit tertentu sebelumnya,
memiliki risiko terjadinya preeklampsia. Penyakit tersebut
meliputi hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit
degeneratif seperti reumatik arthritis atau lupus.
1.4 Klasifikasi Preeklamsia
1.4.1 Preeklamsia Ringan
Kriteria preeklamsia ringan adalah sebagai berikut:
a. Hipertensi: sistolik/diastolik > 140/90mmHg. Kenaikan
sistolik .30 mmHg dan kenaikan diastolik > 15 mmHg tidak
dipakai lagi sebagai kriteria preeklampsia
b. Proteinuria: > 300 mg/24 jam atau > + 1 dipstik.
c. Edema:edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria
preeklampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut,
edema generalisata.
1.4.2 Preeklamsia Berat
Kriteria peeklamsia berat jika satu atau lebih tanda/gejala berikut:
a. Tekanan darah 160/110 mmHg. Tekanan darah ini tidak
menurun meskipn ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan
sudah menjalani tirah baring.
b. Proteinuria lebih dari 5 gram/24 jam atau kualitatif 3+/4+
dalam pemeriksaan kualitatif.
c. Oliguria, produksi urin < 500 ml/24 jam
d. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri
kepala frontal atau gangguan penglihatan
e. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas
abdomen
f. Edema paru atau sianosis
g. Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat (IUFGR)
h. HELLP syndrome
1.5 Etiologi Preeklamsia
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba
menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”;
namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Adapun
teori-teori tersebut menurut Prawirohardjo (2011) adalah:
2. Teori genetik
Berdasarkan teori ini, komplikasi hipertensi pada kehamilan dapat
diturunkan pada anak perempuannya sehingga sering terjadi
hipertensi sebagai komplikasi kehamilannya.
2. Teori imunologis
Hasil konsepsi merupakan allegraf atau benda asing tidak murni
karena sebagian genetiknya berasal dari sel maternal, sehingga
sebagian besar kehamilan berhasil dengan baik sampai aterm dan
mencapai well health mother dan well born baby. Unsure benda
asing hanya berasal dari pihak suami sehingga terdapat beberapa
kemungkinan terhadap hasil konsepsi:
a. Terjadi adaptasi sempurna
b. Terjadi penolakan total terhadap hasil konsepsi
c. Terjadi kegagalan invasi-migrasi sel trofoblas masuk ke dalam
arteri miometrium. Hal ini dapat menyebabkan arterioli tidak
dipengaruhi oleh sistem hormonal plasenta untuk dapat
mendukung tumbuh kembang janin dalam rahim.
3. Teori iskemia region uteroplasenter
Teori ini merupakan teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab
preeclampsia. Seperti dikemukakan bahwa pada kehamilan normal,
arteria spiralis yang terdapat pada desidua mengalami pergantian
sel dengan trofoblas endovascular yang akan menjamin lumennya
tetap terbuka untuk memberikan aliran darah tetap, nutrisi cukup
dan O2 seimbang. Destruksi penggantian ini seharusnya pada
trimester pertama, yaitu minggu ke 16 dengan perkiraan
pembentukan plasenta telah berakhir.
Invasi endovascular trofoblas terus berlangsung pada
trimester kedua dan masuk ke dalam arteria miometrium. Hal ini
menyebabkan pelebaran dan tetap terbukanya arteri sehingga
kelangsungan aliran darah, nutrisi dan O2 tetap terjamin. Hal
tersebut diperlukan untuk tumbuh kembang janin dalam rahim.
Invasi trimester kedua pada preeklamsia dan eklamsia tidak
terjadi sehingga hambatan pada saat memerlukan tambahan aliran
darah untuk memberikan nutrisi dan O2 dan menimbulkan situasi
“iskemia regio uteroplasenter” pada sekitar minggu ke-20.
Keadaan ini dapat menerangkan bahwa preeklamsia-eklamsia baru
akan terjadi mulai minggu ke-20 kehamilan.
Pada kehamilan normal terjadi pembentukan prostasiklin
dominan oleh plasenta, khususnya endothelium pembuluh darah
dan korteks renalis. Dengan dominannya prostasiklin, vasodilatasi
pembuluh darah akan terjadi sehingga aliran darah menuju
sirkulasi retroplasenter terjamin untuk memberikan nutrisi dan O2.
Selain itu, dibentuk juga tromboksan A2 oleh sel trofoblas
dan trombosit yang berfungsi menimbulkan vasokonstriksi
pembuluh darah. Oleh karena itu, autoregulasi aliran darah menuju
sirkulasi retroplasenter dikendalikan oleh perimbangan prostasiklin
(vasodilatasi) dan tromboksan A2 (vasoknstriksi) sehingga aliran
darah relative konstan.
4. Teori kerusakan endotel pembuluh darah
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan
penting dalam patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibronektin
dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan
meningkat secara signifikan dalam darah wanita hamil dengan
preeklampsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai pada
trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat
sesuai dengan kemajuan kehamilan
5. Teori diet
Peranan kalsium dalam hipertensi dalam kehamilan sangat
penting diperhatikan karena kekurangan kalsium dalam diet dapat
memicu terjadinya hipertensi. Kalsium berfungsi untuk membantu
pertumbuhan tulang dan janin, mempertahankan konsentrasi dalam
darah pada aktivitas kontraksi otot. Kontraksi otot pembuluh darah
sangat penting karena dapat mempertahankan tekanan darah.
Kekurangan kalsium berkepanjangan akan menyebabkan
ditariknya kalsium dari tulang dan otot. Keluarnya kalsium dari
otot dapat menimbulkan:
a. Kelemahan otot jantung yang melemahkan stroke volume
b. Kelemahan otot pembuluh darah yang menimbulkan
vasokonstriksi sehingga terjadi hipertensi.
1.5 Tanda dan Gejala
Tiga tanda dan gejala utama atau yang disebut dengan TRIAS Preeklampsia
antara lain yaitu :
1. Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan sistolik dan diatolik
sampai mencapai atau melebihi 140/90 mmHg. Hipertensi merupakan
kenaikan nilai sebesar 30 mmHg atau lebih atau kenaikan diastolik sebesar
15 mmHg diatas nilai tekanan darah dasar ibu. Peningkatan tekanan darah
darah harus terjadi sekurang-kurangnya dalam dua kali pemeriksaan
dengan jarak empat sampai enam jam (Fairlie, 1993).
2. Proteinuria
Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0,1 g/L
(>2+ dengan cara dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali
spesimen urine yang dikumpulkan sekurang-kurangnya dengan jarak
enam jam. Pada spesimen urine 24 jam proteinuria didefinisikan sebagai
suatu konsentrasi protein 0,3 g per 24 jam.
3. Edema
Jika ada edema merupakan suatu akumulasi cairan interstisial umum
setelah 12 jam tirah baring atau peningkatan berat lebih dari 2 kg per
minggu. Pada keadaan ada hipertensi dan atau proteinuria, edema harus
dievaluasikan sebagai refleksi edema organ akhir dan kemungkinan
hipoksia organ (Bobak,2004).
Iskemia region plasenta
Faktor trofoblas berlebihan:Hamil gandaMola hidatidosaHamil + DM
Faktor imunologisKebutuhan darah, nutrisi & O2 tidak terpenuhi setelah 20 mgg
Penyakit maternal:HipertensiKardiovaskularPenyakit ginjal
Kegagalan migrasi trofoblas kedalam arteriol miometrium
Hipertensi
vasokonstriksi
Perlukaan endotelPermeabilitas kapiler meningkatAktivitas endotelium
Iskemia pada organ vital
hati
Curah jantung menurun
Dekompensasi kordis
Jantung
ProteinuriaOliguria anuria
Ginjal
Peningkatan enzim hati
Otak
Edema paru
Paru
Extravasasi cairan edema
Penimbunan trombosit
Seluruh tubuh anasarka
Edema serebral
Trombositopenia
1.6 Patofisiologi
1.7 Komplikasi Akibat Pre Eklampsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi dibawah ini biasanya
terjadi pada Preeklampsia berat dan eklampsia.
1. Solusio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan
lebih sering terjadi pada Preeklampsia.
2. Hipofibrinogenemia. Pada Preeklampsia berat
3. Hemolisis. Penderita dengan Preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala
klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum di ketahui dengan pasti apakah ini
merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati
sering di temukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia.
5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlansung sampai
seminggu.
6. Edema paru-paru.
7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada Preeklampsi – eklampsia merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum.
8. Sindrom HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
9. Kelainan ginjal
10. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang
pneumonia aspirasi.
11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra – uterin.
1.8 Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1) Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita
hamil adalah 12-14 gr% )
2) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 - 43 vol% )
3) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 - 450 ribu/mm3 )
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan Fungsi hati
1) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
2) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4) Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )
6) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
d. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl)
2. Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat,
aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
1.9 Pencegahan
1. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini
mungkin (Preeklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit
tidak menjadi lebih berat.
2. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya Preeklampsia kalau ada faktor-
faktor predeposisi
3. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak
selalu berarti berbaring ditempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan
dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan rendah lemak,
karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
4. Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda Preeklampsia dan mengobatinya segera
apabila di temukan.
5. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila
setelah dirawat tanda-tanda Preeklampsia tidak juga dapat di hilangkan.
1.10 Penatalaksanaan
1. Preeklamsia ringan
2. Istirahat/tirah baring
3. Makan cukup protein, rendah karbohidrat, rendah lemak dan garam
4. Pemberian sedative: Phenobarbital 3 x 30 mg/haro via oral atau diazepame 3 x 2
mg/hari via oral selama 7 hari
5. Pemberian vitamin dan mineral
6. Pemberian diuretic atau antihipertensi tidak diperbolehkan
7. Pemeriksaan laboratorium : Hb, hematokrit, trombosit, asam urat, urine lengkap,
fungsi hati, fungsi ginjal.
8. Jika telah dilakukan perawatan selama 1 minggu tidak ada perbaikan, maka
dimasukkan kedalam kategori pre eklamsia berat atau jika dijumpai salah satu atau
lebih gejala preeklamsi berat.
a. Preeklamsia berat
1. Bedrest,
2. diet rendah garam,
3. pemasangan kateter
4. pemberian diuretic
5. jika terdapat edema paru, gagal jantung kongestif, dan edema anasarka.
6. Pemberian magnesium sulfat dengan metode (Manuaba, 2007):
1) Terapi intravena
a) Dosis permulaan 4-6 gr secara perlahan
b) Dosis rumatan 2-3 gr/jam
Dapat mencapai dosis dalam serum:
1. 4-7 mEq/liter atau
2. 4.8-8.4 mg/dl
3. 2.0-3.5 mmol/liter
c) Nilai terapeutiknya berupa:
1) Menghilangkan konvulsi
2) Menurunkan tekanan darah
3) Tidak terjadi konvulsi berulang
2) Terapi intramuskuler
b. Dosis permulaan 10 gram
c. Dosis rumatan 5 gram setiap 4 jam
d. Infuse dengan dosis 2-3 gram setiap jam
Pemberian magnesium sulfat aman dengan memperhatikan: reflex
patella masih positif/bisep reflex, Tidak ada gangguan pernapasan,
terdapat peningkatan produksi urine
1. Pemberian cairan
a. Glukosa 5-10%
b. Ringer laktat
c. Ringer dextrose
2. Pemberian antihipertensi
Pengobatan hipertensi harus memperhatikan hal-hal berikut:
1) Menurnkan tekanan darah tidak boleh lebih dari 20% dalam 1 jam
2) Tekanan darah tidak boleh kurang dari 140/90 mmHg
3) Memilih obat antihipertensi sebaiknya konsultasi dengan ahli penyakit dalam
dan jantung
4) Pemberian antihipertensi adalah bila tensi 180/110 mmHg
2. Pemberian oksigen dapat diberikan 6-7 liter/jam untuk mencegah asidosis.
B. Seksio Sesarea
2.1 Pengertian
Seksio sesarea berasal dari perkataan Latin Caedere yang artinya memotong.
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Mochtar,1998).
Pengertian lain dari seksio sesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin
melalui irisan pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Defenisi
ini tidak termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada kasus ruptura uteri atau
kehamilan abdominal (Pritchard dkk, 1991).
2.2 Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis seksio sesarea yaitu seksio sesarea klasik atau corporal
yaitu insisi pada segmen atas uterus atau korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan bila
segmen bawah rahim tidak dapat dicapai dengan aman, bayi besar dengan kelainan letak
terutama jika selaput ketuban sudah pecah (Manuaba, 1999). Seksio sesarea ismika atau
profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim) merupakan suatu
pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen bawah uterus (Prawiroharjo, 2008).
Hampir 99 % dari seluruh kasus seksio sesarea memilih teknik ini karena memiliki
beberapa keunggulan seperti kesembuhan lebih baik dan tidak banyak menimbulkan
perlekatan.
Seksio sesarea yang disertai histerektomi yaitu pengangkatan uterus setelah seksio
sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, pada
miomatousus yang besar dan atau banyak atau pada ruptur uteri yang tidak dapat diatasi
dengan jahitan (Manuaba, 1999). Seksio sesarea vaginal yaitu pembedahan melalui
dinding vagina anterior ke dalam rongga uterus (Manuaba,1999). Seksio sesarea
ekstraperitoneal yaitu seksio yang dilakukan tanpa insisi peritoneum dengan mendorong
lipatan peritoneum ke atas dan kandung kemih ke bawah atau ke garis tengah kemudian
uterus dibuka dengan insisi di segmen bawah (Manuaba, 1999).
2.3 Jenis-jenis operasi SC
a. Abdomen (section sesaria abdominalis)
1) SC Transperitonealis
SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada korpus uteri.)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10
cm. Kelebihan:
a. Mengeluarkan janin dengan cepat
b. Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
c. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan:
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonialis
yang baik. Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
SC Ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim). Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servical tranversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
- Penjahitan luka lebih mudah
- Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran
isi uterus ke rongga peritoneum.
- Perdarahan tidak begitu banyak.
- Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang/lebih kecil.
Kekurangan :
- Luka dapat meleber kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan
arteri uterine pacah sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak.
- Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
2) SC ekstraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka cavum abdominal.
b. Vagina (sectio sesaria vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim , SC dapat dilakukan sb:
a) Sayatan memanjang (longitudinal)
b) Sayatan melintang (transversal0
c) Sayatan huruf T (T insicion)
2.4 Indikasi
Operasi seksio sesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin. Adapun indikasi dilakukannya seksio
sesarea adalah persalinan berkepanjangan, malpresentasi atau malposisi, disproporsi
sefalo-pelvis, distress janin, prolaps tali pusat, plasenta previa, abrupsio plasenta,
penyakit pada calon ibu, bedah sesarea ulangan (Simkin dkk, 2008).
Persalinan berkepanjangan dimana kontraksi dengan kualitas rendah, pembukaan
yang tidak berkembang, bayi yang tidak turun meskipun sudah dilakukan usaha untuk
mengistirahatkan rahim atau merangsang kontraksi lebih kuat; malpresentasi atau
malposisi dimana letak bayi dalam rahim tidak menguntungkan untuk melahirkan lewat
vagina. Contoh malpresentasi adalah posisi transversal, presentasi sungsang. Malposisi
mencakup posisi oksiput posterior yang persisten atau asinklitisme; disproporsi sefalo-
pelvis dimana kepala bayi terlalu besar, struktur panggul ibu terlalu kecil atau
kombinasi keduanya; distress janin dimana perubahan tertentu pada kecepatan denyut
jantung janin dapat menunjukkan adanya masalah pada bayi. Perubahan kecepatan
jantung ini dapat terjadi jika tali pusat tertekan atau berkurangnya aliran darah
teroksigenasi ke plasenta.
Memantau respon kecepatan jantung janin terhadap rangsang kulit kepala atau
menggunakan pemantauan kejenuhan oksigen janin dapat membantu pemberi perawatan
mengetahui apakah bayi mengompensasi keadaan ini dengan baik atau mulai mengalami
efek kekurangan oksigen. Jika bayi tidak mampu lagi mengompensasinya, perlu
dilakukan bedah sesar; prolaps tali pusat dimana jika tali pusat turun melalui leher rahim
sebelum si bayi, kepala atau tubuh bayi dapat menjepit tali pusat tersebut dan secara
drastis mengurangi pasokan oksigen sehingga mengharuskan dilakukannya melahirkan
secara bedah sesar segera, plasenta previa dimana plasenta menutupi sebagian leher
rahim. Saat leher rahim melebar, plasenta terlepas dari rahim menyebabkan perdarahan
yang tidak sakit pada calon ibu. Hal ini dapat mengurangi pasokan oksigen ke janin.
Melahirkan lewat vagina yang aman tidak dimungkinkan pada plasenta previa, karena
plasenta akan keluar sebelum si bayi (Duffet, 1995; Kasdu, 2003; Simkin dkk, 2008).
Abrupsio plasenta dimana plasenta secara dini terlepas dari dinding rahim.
Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan vagina atau perdarahan tersembunyi dengan
sakit perut yang spontan. Pemisahan ini merupakan pasokan oksigen ke janin dan
bergantung pada seberapa banyak plasenta yang terlepas, perlu dilakukan bedah sesar;
penyakit pada calon ibu misalnya ibu mempunyai sakit jantung atau kondisi medis lain
yang serius, ibu mungkin tidak akan mampu menahan stress persalinan dan melahirkan
lewat vagina. Adanya luka herpes pada atau di dekat vagina pada saat persalinan juga
merupakan indikasi untuk melahirkan sesar karena bayi akan tertular infeksi jika
dilahirkan melewati jalan lahir. Seorang ibu yang positif HIV akan dapat mengurangi
risiko penularan virus ke bayinya jika ia menjalani melahirkan sesar yang sudah
direncanakan (Duffet, 1995; Simkin dkk, 2008).
2.5 Kontra Indikasi
Pada umumnya Seksio sesarea tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemia berat
sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (Wiknjosastro, 2005).
2.6 Komplikasi
Kelahiran sesarea bukan tanpa komplikasi, baik bagi ibu maupun janinnya (Bobak,
2004). Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar jika dibandingakan dengan persalinan
pervaginam. Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea berasal dari
tindakan anastesi, keadaan sepsis yang berat, serangan tromboemboli dan perlukaan pada
traktus urinarius, infeksi pada luka (Manuaba, 2003; Bobak. 2004).
Demam puerperalis didefenisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 38,5
Celcius (Heler, 1997). Demam pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan
sebuah diagnosis yang menandakan adanya suatu komplikasi serius. Morbiditas febris
merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pasca pembedahan seksio seksarea
(Rayburn, 2001).
Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai kehilangan darah
lebih dari 1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai
homeostatis di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atoni uteri
(Karsono dkk, 1999). Komplikasi pada bayi dapat menyebabkan hipoksia, depresi
pernapasan, sindrom gawat pernapasan dan trauma persalinan (Mochtar, 1988).
2.7 Perawatan Pasca Partum
Perawatan wanita setelah melahirkan secara sesarea merupakan kombinasi
antara asuhan keperawatan bedah dan maternitas. Setelah pembedahan selesai, ibu akan
dipindahkan ke area pemulihan. Pengkajian keperawatan segera setelah melahirkan
meliputi pemulihan dari efek anastesi, status pasca operasi dan pasca-melahirkan, dan
derajat nyeri. Kepatenan jalan nafas dipertahankan dan posisi diatur untuk mencegah
kemungkinan aspirasi. Tanda-tanda vital diukur selama 15 menit selama 1 sampai 2 jam
atau sampai wanita itu stabil. Kondisi balutan insisi, fundus, dan jumlah lokhea dikaji,
demikian pula masukan dan haluaran. Membantu mengubah posisi dan melakukan nafas
dalam serta obat-obatan mengatasi nyeri dapat diberikan.
Perawatan sehari-hari meliputi perawatan perineum, perawatan payudara, dan
perawatan higienis rutin. Perawat mengkaji tanda-tanda vital, insisi, fundus uterus, dan
Lokhea. Bunyi nafas, bising usus, tanda homans, dan eliminasi urine serta defekasi juga
dikaji (Bobak, 2004).
Rencana pulang terdiri dari informasi tentang diet, latihan fisik, pembatasan
aktifitas, perawatan payudara, aktivitas seksual, dan kontrasepsi, medikasi dan tanda-
tanda komplikasi.
2.8 Asuhan Keperawatan Pre operasi dan Post operasi Seksio Sesarea
a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim,
cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
2) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta
previa).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga
mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
5) Data Sosial Ekonomi
Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinan dapat lebih
sering terjadi pada penderita malnutrisi dengan sosial ekonomi rendah.
6) Data Psikologis
a. Pasien biasanya dalam keadaan labil.
b. Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya.
c. Harga diri pasien terganggu
b. Pemeriksaan Penunjang
1) USG, untuk menetukan letak impiantasi plasenta.
2) Pemeriksaan hemoglobin
3) Pemeriksaan Hematokrit
c. Penatalaksanaan dan Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea
1) Persiapan Kamar Operasi
- Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai
- Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi
2) Persiapan Pasien
- Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi.
- Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
- Perawat memberi support kepada pasien.
- Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di cukur dan
sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptic).
- Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit
yang pernah di derita oleh pasien.
- Pemeriksaan laboratorium (darah, urine).
- Pemeriksaan USG.
- Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.
d. Diagnosa Keperawatan Pre Op Sc
1. Transisi Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan atau
adanya peningkatan anggota keluarga (Doengoes,2001).
2. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi /
kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi (Doengoes,2001).
No Dx Keperawatan Tujuan/KH Intervensi Keperawatan Rasional1. Transisi Perubahan
proses keluarga berhubungan dengan perkembangan atau adanya peningkatan anggota keluarga
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 1x24 jam klien dapat menerima perubahan dalam keluarga dengan anggotanya baru.Kriteria hasil :
a. Menggendong bayi, bila kondisi memungkinkan
b. Mendemontrasikan prilaku kedekatan dan ikatan yang tepat
c. Mulai secara aktif mengikuti perawatan bayi baru lahir dengan cepat
a. Anjurkan pasien untuk menggendong, menyetuh dan memeriksa bayi, tergantung pada kondisi pasien dan bayi, bantu sesuai kebutuhan.
b. Berikan kesempatan untuk ayah / pasangan untuk menyentuh dan menggendong bayi dan Bantu dalam perawatan bayi sesuai kemungkinan situasi.
c. Observasi dan catat interaksi keluarga bayi, perhatikan perilaku yang dianggap menggandakan dan kedekatan dalam budaya tertentu.
a. Jam pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan unik untuk ikatan keluarga terjadi karena ibu dan bayi secara emosional dan menerima isyarat satu sama lain, yang memulai kedekatan dan proses pengenalan.
b. Membantu memudahkan ikatan / kedekatan diantara ayah dan bayi. Memberikan kesempatan untuk ibu memvalidasi realitas situasi dan bayi baru lahir.
c. pada kontak pertama dengan bayi, ibu menunjukkan pola progresif dari perilaku
d. Diskusikan kebutuhan kemajuan dan sifat interaksi yang lazim dari ikatan. Perhatikan kenormalan dari variasi respon dari satu waktu ke waktu.
e. Sambut keluarga dan sibling untuk kunjungan sifat segera bila kondisi ibu atau bayi memungkinkan.
f. Berikan informasi, sesuai kebutuhan, keamanan dan kondisi bayi. Dukungan pasangan sesuai kebutuhan.
g. Jawab pertanyaan pasien mengenai protokol, perawatan selama periode pasca kelahiran.
dengan cara menggunakan ujung jari.d. membantu pasien dan pasangan memahami makna pentingnya proses dan memberikan keyakinan bahwa perbedaan diperkirakan.e. meningkatkan kesatuan keluarga dan membantu sibling memulai proses adaptasi positif terhadap peran baru dan memasukkan anggota baru kedalam struktur keluarga.f. membantu pasangan untuk memproses dan mengevaluasi informasi yang diperlukan, khususnya bila periode pengenalan awal telah terlambatg. informasi menghilangkan ansietas yang dapat menggangu ikatan atau mengakibatkan absorpsi dari pada perhatian terhadap bayi baru lahir.
2. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi /kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 1x24 jam ansietas dapat berkurang atau hilang.Kriteria hasil :a. Mengungkapkan
perasaan ansietasb. Melaporkan bahwa
ansietas sudah
a. Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan
b. Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah.
c. Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping baru yang lazim dan
a. memberikan dukungan emosional; dapat mendorong mengungkapkan masalah.
b. Mendorong pasien atau pasangan untuk mengungkapkan keluhan atau harapan yang tidak terpenuhi dalam proses
menurunc. Kelihatan rileks,
dapat tidur / istirahat dengan benar
perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan.
d. Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi.
e. .Mulai kontak antara pasien/pasangan dengan baik sesegera mungkin.
ikatan/menjadi orangtua.
c. membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru, mengurangi perasaan ansietas.
d. khayalan yang disebabkan informasi atau kesalahpahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas
e. mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui, atau menganggap hal yang buruk berkenaan dengan keadaan bayi
f. Penatalaksanaan dan Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.
a) Analgesia
1) Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra
muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat
disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin.
2) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 50 mg.
3) Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin.
4) Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama
dengan pemberian preparat narkotik.
b) Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi jumlah
urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.
c) Terapi cairan dan Diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama
pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output
urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat
pada hari kedua.
d) Vesika Urinarius dan Usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya
setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah
pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali
pada hari ketiga.
e) Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat
bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien
dapat berjalan dengan pertolongan.
f) Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan tanpa
banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat
setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum,
pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
g) Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus
segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan
lain yang menunjukkan hipovolemia.
h) Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa
banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
i) Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit
Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang
dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas ibu
seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang
lain.
g. Diagnosa Keperawatan Post Op Sc
a. Gangguan nyaman : nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan
(Doengoes,2001).
b. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak
(Doengoes,2001)
h. Rencana keperawatan
No
.
Dx Keperawatan Tujuan/KH Intervensi Keperawatan Rasional
1. Gangguan
nyaman : nyeri
akut
berhubungan
dengan trauma
pembedahan
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan
Keperawatan selama
1x24 jam
ketidaknyamanan ;
nyeri berkurang atau
hilang.
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan
kekurangan rasa
nyeri.
b. Tampak rileks
mampu tidur
a. Tentukan lokasi dan
karakteristik
ketidaknyamanan
perhatikan isyarat
verbal dan non
verbal seperti
meringis.
b. Berikan informasi
dan petunjuk
antisipasi mengenai
penyebab
ketidaknyamanan
dan intervensi yang
tepat.
c. Evaluasi tekanan
darah dan nadi ;
perhatikan
perubahan prilaku.
d. Perhatikan nyeri
tekan uterus dan
adanya atau
karakteristik nyeri
e. Ubah posisi pasien,
kurangi rangsangan
a. pasien mungkin
tidak secara
verbal
melaporkan
nyeri dan
ketidaknyaman
an secara
langsung.
Membedakan
karakteristik
khusus dari
nyeri membantu
membedakan
nyeri pas
b. ka operasi dari
terjadinya
komplikasi.
c. meningkatkan
pemecahan
masalah,
membantu
mengurangi
nyeri berkenaan
dengan
berbahaya dan
berikan gosokan
punggung dan
gunakan teknik
pernafasan dan
relaksasi dan
distraksi
f. Lakukan nafas
dalam dengan
menggunakan
prosedur- prosedur
pembebasan dengan
tepat 30 menit
setelah pemberian
analgesik.
g. Anjurkan ambulasi
dini. Anjurkan
menghindari
makanan atau cairan
berbentuk gas;
misal : kacang-
kacangan, kol,
minuman karbonat.
h. Anjurkan
penggunaan posisi
rekumben lateral
kiri
i. Infeksi hemoroid
pada perineum.
Anjurkan
penggunaan es
ansietas.
d. selama 12 jam
pertama paska
partum,
kontraksi uterus
kuat dan teratur
dan ini
berlanjut 2 – 3
hari berikutnya,
meskipun
e. frekuensi dan
intensitasnya
dikurangi
faktor-faktor
yang
memperberat
nyeri penyerta
meliputi
multipara,
overdistersi
uterus
f. merilekskan
otot dan
mengalihkan
perhatian dari
sensasi nyeri.
Meningkatkan
kenyamanan
dan
menurunkan
distraksi tidak
secara 20 menit
setiap 24 jam,
penggunaan bantal
untuk peninggian
pelvis sesuai
kebutuhan.
j. Palpasi kandung
kemih, perhatikan
adanya rasa penuh.
Memudahkan
berkemih periodik
setelah
pengangkatan
kateter indwelling.
menyenangkan,
meningkatkan
rasa sejahtera.
g. nafas dalam
meningkatkan
upaya
pernapasan.
Pembebasan
menurunkan
regangan dan
tegangan area
insisi dan
mengurangi
nyeri dan
ketidaknyaman
an berkenaan
dengan gerakan
otot abdomen.
h. menurunkan
pembentukan
gas dan
meningkatkan
peristaltik untuk
menghilangkan
ketidaknyaman
an karena
akumulasi gas.
i. memungkinkan
gas
meningkatkan
dari kolon
desenden ke
sigmoid,
memudahkan
pengeluaran.
j. membantu
regresi
hemoroid dan
varises vulva
dengan
meningkatkan
vasokontriksi,
menurunkan
ketidak
nyamanan dan
gatal, dan
meningkatkan
fungsi usus
normal
k. kembali fungsi
kandung kemih
normal
memerlukan 4-
7 hari dan
overdistensi
kandung kemih
menciptakan
perasaan dan
ketidaknyaman
an
2. Risiko tinggi
terhadap infeksi
Tujuan:
Setelah
a. Anjurkan dan
gunakan teknik
a. membantu
mencegah atau
berhubungan
dengan trauma
jaringan / kulit
rusak
(Doengoes,2001)
dilakukan
tindakan
Keperawatan
selama 1x24
jam infeksi
tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Luka bebas
dari drainase
purulen
dengan tanda
awal
penyembuhan
.
b. Bebas dari
infeksi, tidak
demam, urin
jernih kuning
pucat
mencuci tangan
dengan cermat dan
pembuangan
pengalas kotoran,
pembalut perineal
dan linen
terkontaminasi
dengan tepat..
b. Tinjau ulang
hemogolobin /
hematokrit
pranantal ;
perhatikan adanya
kondisi yang
mempredisposisikan
pasien pada infeksi
pasca operasi.
c. Kaji status nutrisi
pasien. Perhatikan
penampilan rambut,
kuku jari, kulit dan
sebagainya
Perhatikan berat
badan sebelum
hamil dan
penambahan berat
badan prenatal.
d. Dorong masukkan
cairan oral dan diet
tinggi protein,
vitamin C dan besi.
membatasi
penyebaran
infeksi
b. anemia,
diabetes dan
persalinan yang
lama sebelum
kelahiran
sesarea
meningkatkan
resiko infeksi
dan
memperlambat
penyembahan.
c. pasien yang
berat badan
20% dibawah
berat badan
normal atau
yang anemia
atau yang
malnutrisi,
lebih rentan
terhadap infeksi
pascapartum
dan dapat
memerlukan
diet khusus.
d. mencegah
dehidrasi ;
memaksimalka
e. Inspeksi balutan
abdominal terhadap
eksudat atau
rembesan. Lepasnya
balutan sesuai
indikasi.
f. Inspeksi insisi
terhadap proses
penyembuhan,
perhatikan
kemerahan udem,
nyeri, eksudat atau
gangguan
penyatuan.
g. Bantu sesuai
kebutuhan pada
pengangkatan
jahitan kulit, atau
klips.
h. Dorong pasien
untuk mandi shower
dengan
menggunakan air
hangat setiap hari.
i) Kaji suhu, nadi
dan jumlah sel
darah putih.
Rasional : Demam
paska operasi hari
ketiga, leucositosis
dan tachicardia
n volume,
sirkulasi dan
aliran urin,
protein dan
vitamin C
diperlukan
untuk
pembentukan
kolagen, besi
diperlukan
untuk sintesi
hemoglobin.
e. balutan steril
menutupi luka
pada 24 jam
pertama
kelahiran
sesarea
membantu
melindungi luka
dari cedera atau
kontaminasi.
Rembesan
dapat
menandakan
hematoma.
f. tanda-tanda ini
menandakan
infeksi luka
biasanya
disebabkan oleh
menunjukkan
infeksi. Peningkatan
suhu sampai 38,3 C
dalam 24 jam
pertama sangat
mengindentifikasika
n infeksi.
i. Kaji lokasi dan
kontraktilitas
uterus ; perhatikan
perubahan involusi
atau adanya nyeri
tekan uterus yang
ekstrem.
.
steptococus
g. insisi biasanya
sudah cukup
membaik untuk
dilakukan
pengangkatan
jahitan pada
hari ke 4 / 5.
h. Mandi shower
biasanya
diizinkan
setelah hari
kedua setelah
kelahiran
sesarea,
meningkatkan
hiegenis dan
dapat
merangsang
sirkulasi atau
penyembuhan
luka
i. Setelah
kelahiran
sesarea fundus
tetap pada
ketinggian
umbilikus
selama sampai
5 hari, bila
involusi mulai
disertai dengan
peningkatan
aliran lokhea,
perlambatan
involusi
meningkatkan
resiko
endometritis.
Perkembangan
nyeri tekan
ekstrem
menandakan
kemungkinan
jaringan
plasenta
tertahan atau
infeks
C. Post Partum Normal Masa postpartum atau masa nifas sering dikenal juga dengan puerperium yang
berasal dari kata puer yang berarti seorang anak dan parere berarti kembali ke semula
yaitu masa enam minggu setelah persalinan ketika organ reproduksi kembali ke keadaan
tidak hamil (Palupi dkk, 2013)
1. Periode Post Partum
a. Immediate Post Partum : 24 jam pertama
b. Early Post Partum : Minggu pertama
c. Late Post Partum : Minggu kedua sampai dengan minggu ke enam
2. Adaptasi fisiologis pada ibu post partum yaitu:
a. System Kardiovaskuler
Perubahan volume darah tergantung pada : Jumlah kehilangan darah selam
persalinan, jumlah pengeluaran cairan, jumlah cairan yang berpindah ke
extravaskuler → pada persalinan normal keluarnya darah 400-500 cc dapat
ditoleransi. Dan dikatakan kehilangan apabila > 500 cc indikasi post partum
a) Cardiac Output
- Pada kala I + II → Cardiac output terus meningkat dan puncaknya pada
awal puerperium hal ini diakibat oleh kembalinya darah secara tiba-tiba ke
sirkulasi maternal akibat terputusnya sirkulasi uteroplasental
- Beberapa jam setelah persalinan cardiac output menurun 50%
- Cardiac output akan kembali normal setelah 2-3 minggu post partum
b) Komponen Darah
- Hb dan Ht, pada 72 jam pertama persalinan terjadi peningkatan Ht dan
Penurunan Hb akibat kehilangan sejumlah plasma dan eritrosit
- Leukosit
Pada 10-12 jam post partum leukosit meningkat antara 20.000-25.000/mm3
dan meningkat pada 6 hari post partum disertai gejala lain hal ini
mengindikasikan terjadinya infeksi puerperium
- Faktor Koagulasi
Faktor pembekuan dan fibrinogen mengalami peningakatan pada awal
setelah persalinan
Kerusakan pembuluh darah disertai dengan peningkatan factor pembekuan
menyebabkan resiko terjadinya tromboemboli
c) Pembuluh darah
- Keluhan varises extremitas dan vulva segera berkurang setelah persalinan
- Keluhan hemoroid biasanya akan mengganggu kebiasaan BAB ataupun
saat duduk. Hal ini memerlukan pengobatan untuk mengurangi keluhan
d) Tanda-tanda vital
Tanda
vital/keadaanNormal Penyimpangan
Temperatur 24 Jam pertama post partum dapat
meningkat hingga 38o C. Hal ini
menjadi penyebab dehidrasi
perubahan hormonal dan
Bila 24 jam sampai dengan 2 hari
suhu tubuh >38o C kemungkinan
disebabkan oleh sepsis, mastitis,
endometritis, ifeksi system
pembengkakan payudara perkemihan dan system lain.
Nadi
Jam pertama post partum nadi
meningkat dikarenakan
peningkatan cardiac outuput dan
stroke volume
Nadi 50-70/menit masih dianggap
normal, kembali normal dalam
waktu 3 bulan post partum
Nadi cepat : indikasi hypovolemia
akibat perdarahan, kecemasan,
infeksi dan kelainan jantung
Pernafasan Segera normal setelah persalinanHyperventilasi akibat efek spinal
anestesi
Tekanan darah
Mengalami sedikit perubahan
terutama pada 48 jam pertama dan
dapat terjadi hypotensi ortostatik
(pusing segera setelah berdiri)
Hypotensi : indikasi adanya
hypovolume akibat perdarahan.
Hypertensi : indikasi adanya gejala
sisa pada ibu yang mengalami pre/
b. Sistem reproduksi
2. Uterus
Proses Involusi
Pelepasan plasenta dan membrane plasenta berlangsung pada bagian lapisan
spons desidua. Sisa lapisan ini tetap berada di uterus, sebagian akan
dikeluarkan dalam bentuk secret vagina yang disebut lokia.
3. Uterus akan mengalami proses involusi uterus yaitu proses kembalinya uterus
yang disebabkan oleh kontraksi uterus dan mengecilnya ukuran
masingmasing sel miometrium serta proses otolisis oleh pemecahan material
protein dinding uterus menjadi komponen yang lebih sederhana dan
kemudian diabsorbsi.
o Panjang : 14 cm
o Lebar : 12 cm
o Tebal : 10 cm
o Berat : 1000 gr
4. Tinggi fundus uteri :
o Setelah melahirkan (2-4 jam) : setinggi pusat
o Setiap 24 jam : turun 1-2 cm
o Hari ke 5/6 : ½ simpisis pusat
o Hari ke 10-12 : uterus keatas
o 6 minggu : berangsur normal
5. Berat uterus
o Setelah plasenta lahir : 1000 gr
o 1 minggu post partum : 500 gr
o 2 minggu post partum : 375 gr
o Akhir post partum (6 minggu) : 50 gr
Penurunan uterus dan berat uterus terjadi akibat penurunan hormone
estrogen dan progesterone yang terjadi segera setelah melahirkan ini
menyebabkan proses pengecilan sel-se uterus
6. Sub involusi
Merupakan kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil.
Penyebab sub involusi meliputi tertahannya fragmen plasenta, infeksi, dan
perdarahan lanjut. Involusi uterus dapat dihambat oleh beberapa kondisi
seperti kehamilan multiple, hidramnion, kelelahan akibat persalinan yang
panjang atau sulit melahirkan serta efek fisiologis akibat kelebihan analgetik.
3. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
1) Peningkatan tekanan darah menetap melebihi nilai setelah 20 minggu
kehamilan
2) Riwayat hipertensi kronik
3) Nadi mungkin menurun
4) Dapat mengalami memar spontan, perdarahan lama atau epistakis
b. Eliminasi
1) Fungsi ginjal menurun (kurang dari 400 ml/24 jam) atau tidak ada
Makanan/cairan
2) Mual/muntah
3) Malnutrisi (kelebihan/kurang berat badan 20% atau lebih besar)
Masukan protein/kalori kurang
4) Edema mungkin ada dari ringan sampai berat/umumnya dapat meliptui
wajah, ekstrenitas dan sistem organ
c. Neurosensori
1) Pusing-sakit kepala frontal
2) Diplopia (penglihatan kabur)
3) Hiperrefleksia
4) Kacau mental, tonik, kemudian fase tonic kronik, diikuti dengan periode
kehilangan kesadaran.
5) Pemeriksaan fundus dapat menunjukkan edema/spasme vaskuler
Nyeri/ketidaknyamanan
6) Nyeri epigastrik (region kuadran atas kanan)
d. Pernapasan
1) Pernapasan kurang dari 14/menit
2) Krekels mungkin ada
1. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri (akut)/ketidaknyaman berhubungan dengan trauma mekanis.
Edema/pembesaran jarngan atau distensi, efek-efek hormonal.
b. Gangguan pemenuhan kebuthan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan
kelemahan tubuh.
c. Resiko tinggi gangguan menyusui/potensial menyusui berhubungan dengan
tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat
dukungan, struktur karakteristik fisik payudara ibu.
d. Penurunan curang jantung berhubungan dengan hipovolemia/penurunan aliran
balik vena, peningkatan tekanan vaskuler sistemik.
e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan protein plasma, penurunan
tekanan osmotik koloid plasma menyertai perpindahan cairan dari
kompartemen vaskuler.
f. Resiko tinggi cedera terhadap ibu berhubungan dengan edema/hipoksia
jaringan kejang tonic-klonic, fropil darah abnormal dan faktor-faktor
pembekuan.
2. Rencana Tindakan Keperawatan
No.
Dx Keperawatan Intervensi Rasional
1 Penurunan Curah jantung berhubungan dengan hipovolemia/penurunan aliran balik vena, peningkatan tekanan vaskuler sistemik.
a. Pantau TD, HR, N. Periksa dalam keadaan berbaring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan)
b. Auskultasi S3, S4 dan adanya murmur
c. Auskultasi bunyi napas
a. Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan rangsang vagal, sebaliknya hipertensi juga banyak terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya.
b. Penurunan curah jantung ditandai dengan denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat. S3 dihubungkan dengan regurgitasi mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri yang disertai infark yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia miokardia, kekakuan ventrikel dan hipertensi
c. Murmur menunjukkan gangguan aliran darah abnormal dalam jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum
d. Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring kiri.
e. Kolaborasi Pemantauan parameter hemodinamik invasif
f. Kolaborasi : Berikan obat antihipertensi sesuai kebutuhan
g. Pemantauan tekanan darah dan obat hipertensi.
atau vibrasi otot papilar. Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard
d. Meningkatkan aliran balik vena, curah jantung, dan perfusi ginjal.
e. Memberikan gambaran akurat dari perubahan vaskular dan volume cairan. Konstruksi vaskular yang lama, peningkatan dan hemokonsentrasi, serta perpindahan cairan menurunkan curah jantung.
f. Obat antihipertensi bekerja secara langsung pada arteriola untuk meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskular dan membantu meningkatkan suplai darah.
g. Mengetahui efek samping yang terjadi seperti takikardi, sakit kepala, mual, muntah, dan palpitasi.
2 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan protein plasma, penurunan tekanan osmotik koloid plasma menyertai perpindahan cairan dari kompartemen vaskuler.
a. Pemantauan tanda-tanda vital, catat waktu pengisisan kapiler (capillary refill time-CRT). Memantau atau menimbang berat badan ibu.
b. Pantau dan catat intake dan output setiap hari.
a. Dengan memantau tanda-tanda vital dan pengisian kapiler dapat dijadikan pedoaman untuk penggantian cairan atau menilai respons dari kardiovaskuler.
b. Dengan memantau intake dan output diharapkan dapat diketahui adanya keseimbangan cairan dan dapat diramalkan keadaan dan kerusakan glomerulus
c. Kaji tanda dan gejala kurang volume cairan (selaput mukosa kering, rasa haus dan produksi urine menurun)
d. Beri minum yang cukup dan sesuaikan dengan jumlah cairan infuse
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan intravena
f. Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan trombosit, hematokrit dan hemoglobin
c. Deteksi dini kurang volume cairan
d. Minum cukup untuk menambah volume cairan dan sesuaikan dengan cairan infuse untuk mencegah kelebihan cairan
e. program cairan intravena sangat penting bagi pasien yang mengalami deficit volume cairan dengan keadaan umum yang jelek karena cairan yang masuk langsung ke pembuluh darah
f. Mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah
3 Resiko tinggi cedera terhadap ibu berhubungan dengan edema/hipoksia jaringan kejang tonic-klonic, fropil darah abnormal dan faktor-faktor pembekuan.
a. Pantau tekanan darah
b. Beri penjelasan cara
mengkaji dan mencatat tekanan darah, aktivitas janin, memeriksa protein dalam air kemih, edema, dan menimbang berat badan tiap hari
c. Istirahatkan ibu.
a. Dengan memantau tekanan darah ibu dapat diketahui keadaan aliran darah ke plasenta seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke plasenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin berkurang
b. Mengobservasi dan melakukan tindakan yang tepat dan memberi kepastian.
c. Dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolisme tubuh menurun.
d. Diskusikan tanda dan gejala bahaya dan instruksikan klien memberitahu dokter segera bila ada perubahan
d. Pengetahuan memampukan klien untuk menjadi mitra kerja dalam perawatan dirinya sendiri; pengetahuan menjadi dasar pengambilan keputusan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. GAMBARAN KASUS
Klien dengan NH2P3A0 datang ke ruang aster rujukan dari kamar operasi.
Ditemukan hasil pemeriksaan fisik: kedua kaki dan kedua tangan bengkak,
tekanan darah 170/100 mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 18 x/menit, S: 36,80C,
hasil laboratorium urin ditemukan protein ++.
II. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
Tanggal Pengkajian : 07 Oktober 2013
Inisial klien : Ny. A.K
Umur : 30 th
Alamat : Dadap, Kp.Bendungan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan terakhir : SMP
Inisial suami : Tn. M.R
Usia : 36 tahun
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir : SMP
B. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu
No Tahun Tipe
Persalinan
Penolong Jenis
Kelamin
BB
Lahir
Keadaan
Bayi
Masalah
Kehamilan
waktu
Lahir
1. 2001 Spontan Bidan Laki-laki 3000 Sehat Tidak ada
masalah
2 2006 Spontan Bidan Perempu
an
2700 Sehat Tidak ada
masalah
Pengalaman Menyusui : Ya Berapa Lama : 4 tahun
4. Riwayat Kehamilan saat ini :
1. Berapa kali periksa kehamilan : klien mengatakan periksa kehamilan rutin 1 bulan
1x. Pada trimester I periksa kehamilan sebanyak 3x, trimester II sebanyak 3x, dan
trimester III sebanyak 3x
2. Masalah Kehamilan
Klien mengatakan pada usia kehamilan 6 bulan, tekanan darah klien tinggi mencapai
160/110. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi sebelum hamil
5. Riwayat Persalinan
1. Jenis persalinan : seksio cesaria trans peritonela profunda
2. Jenis Kelamin : Laki-laki, PB/BB 46 cm/1800 gram, A/S : 5/7
3. Perdarahan : 350 cc
4. Masalah dalam persalinan
Klien dilakukan tindakan operasi sesar, tidak ditemukan masalah pada saat
persalinan.
6. Riwayat Ginekologi
1. Masalah Ginekologi
Klien mengatakan tidak ada masalah ginekologi, mioma(-), kista(-), kanker(-)
2. Riwayat KB
Klien mengatakan semenjak menikah tidak pernah menggunakan KB setelah
melahirkan anak pertama tahun 2001, klien menggunakan KB suntik dengan jadwal
3 bulan 1x selama 2 Tahun. Klien mengatakan tidak cocok menggunakan KB suntik
karena berat badan semakin bertambah tetapi klien tetap menggunakan KB suntik.
Alasan klien untuk tidak memilih KB selain suntik ialah karna klien tidak paham
mengenai jenis-jenis KB termasuk tidak menyukai KB pil.
7. DATA UMUM KESEHATAN SATA INI
1. Status obstetri : Post SC a.i preeklampsia berat NH2 P3A0
2. Keadaan Umum : Baik Kesadaran : compos mentis,
BB/TB : 71 kg/160 cm
3. Tanda vital
TD : 140/90 MmHg Nadi : 96 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit Suhu : 36,2 C⁰
4. Kepala Leher
Kepala : deformitas (-), benjolan (-), nyeri (-), distribusi
rambut tebal, rambut tampak kotor, wajah tidak terdapat kloasma
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil
isokor, pandangan kabur (-)
Hidung : Normal, polip (-), sinusitis (-), sekret (-),
Epistaksis (-)
Mulut : Membran mukosa bibir kering, caries gigi (+), stomatitis (-),
bau (-), gingivitis (-)
Telinga : Normal, serumen kering, tampak bersih
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pebesaran
kelenjar tiroid (-), distensi vena jugularis (-)
Masalah khusus: tidak ada
5. Dada
Jantung : pergerakan dada simetris, bunyi jantung S1/S2 normal, murmur
(-), gallop (-).
Paru : pernafasan vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
Payudara : simetris, hiperpigmentasi areola, benjolan (-),
nyeri tekan (-), payudara tampak kotor, bengkak (-)
Puting susu : menonjol
Pengeluaran ASI : ASI belum keluar
Masalah khusus: ASI belum keluar
6. Abdomen
Involusi uterus
Tinggi fundus uteri : 2 jari di bawah pusat Kontraksi : kuat
Posisi uterus : sentral
Kandung kemih : kosong, nyeri tekan (-), klien belum dapat BAK
Diastaksis Rektus Abdominis : (-)
Fungsi Pencernaan : BUN() ..x/menit
Masalah khusus : tidak ada
7. Perinium Genital
Vagina
Kebersihan: tampak kotor, Edema: (-) Memar : (-) Hematom (-),
massa (-), kista bartholini (-), varises (-), laserasi (-)
Perineum : Utuh tidak dilakukan episiotomi
Lokea
Jumah : 50 cc
Jenis/warna : Rubra
Konsistensi : cair
Bau : khas amis
Hemoroid : tidak ada
Berapa lama : tidak ada nyeri/tidak : tidak
Masalah khusus: tidak ada
8. Ekstremitas
Ekstremitas atas : edema +/+
Ekstremitas bawah edema : +/+
nyeri : +/+
Varises : -/-
Tanda Homan : -/-
Masalah khusus : tidak ada
9. Eliminasi
Urine
kebiasaan BAK : klien mengatakan BAK tidak ada masalah, bisa mencapai
8x/hari, sedangkan saat ini klien mengatakan belum bisa merasakan keinginan
untuk BAK karena masih terpasang selang pipis.
BAB
klien mengatakan BAB tidak ada masalah 1x/hari, sedangkan saat ini klien
mengatakan setelah melahirkan sudah bisa BAB dengan konsistensi lembek.
Masalah khusus : Tidak ada masalah
10. Istirahat dan kenyamanan :
Pola tidur : kebiasaan tidur, lama 8 jam, frekuensi siang 2 jam malam 6 jam
Pola tidur saat ini : Klien mengatakan semenjak melahirkan sering tidak bisa
tidur malam karena kamar panas, banyak nyamuk, dan berisik oleh tangisan bayi,
namun tidur tetap 8 jam karena bisa tidur pada siang hari.
Keluhan ketidaknyamanan : Ya,
lokasi : daerah luka operasi post SC, Luka tidak ada drain (-), pus (-)
Sifat : Nyeri. Klien mengatakan merasa nyeri di daerah luka jahitan operasi,
nyeri dirasakan seperti berdenyut dan menusuk, lama nyeri tidak teratur, skala
nyeri 8, nyeri bertambah jika bergerak dan berjalan
11. Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi : Klien saat ini sudah melakukan mobilisasi dini. Klien sudah bisa
miring kanan miring kiri, berjalan di sekitar area tempat tidur.
Latihan/senam : Klien tidak melakukan senam
Masalah khusus : tidak ada
12. Nutrisi dan Cairan :
Asupan nutrisi : makan 3x 1 hari, nafsu makan : baik
Asupan cairan : minum air putih 600 cc/hari cukup
Masalah khusus : tidak ada
13. Keadaan mental
Adaptasi psikologis : klien sudah masuk dalam taking hold, klien ada keinginan
untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri, fokus
klien sudah tidak kepada dirinya tetapi kepada bayinya.
Penerimaan terhadap bayi : klien maupun keluarga sangat senang dengan adanya
bayi yang ketiga.
Masalah khusus : tidak ada
14. Kemampuan Menyusui : Klien berpengalaman menyusui kedua anaknya
15. Obat-obatan :
Vit C 2 x 4 mg via IV
Nifedipine 3 x 10 g Peroral
Alinamin 3 x 15 mg/10ml via IV
Cefotaxime 2 x 1 gr via IV
Pronalges 3 x 50 mg via anal (supositoria)
Asam mefenamat 3 x 500 mg peroral
SF (sulfat ferosus) 1x 300 mg peroral
16. Jenis persalinan : Sectio cesarea transperitoneal profunda
17. Proses persalinan : Kala I tidak terkaji
Kala II tidak terkaji
Kala III tidak terkaji
18. Komplikasi persalinan : Preeklampsia berat
19. Lamanya ketuban pecah : tidak terjadi
8. KEADAAN BAYI SAAT LAHIR
1. Lahir tanggal : 06 Oktober 2013 jam 01.00 WIB jenis kelamin : laki-laki PB/BB:
46 cm/1800 gram. A/S : 9/10
2. Kelahiran : tunggal
3. Tindakan resusitasi : tidak terkaji
4. Plasenta : dilaporkan lengkap, tidak ada kelainan, ukuran tidak ditemukan
di laporan/status.
Hasil Pemeriksaan Penunjang:
PEMERIKSAAN NILAI HASIL
NORMAL 30 Sep 05 Okt 06 Okt
Hemoglobin Lk : 16-18
Pr : 12-14
10,8 12,3 13,5
Jumlah leukosit 4.000-10.000 16.100 12.900 21.400
Hematokrit Lk : 37-49
Pr : 36-46
34 33 38
Trombosit 150-450x 10 247.000 195.000 234.000
Waktu perdarahan 1 -3 1’30”
Waktu pembekuan 7 – 15 11’
Urin
Warna
Kekeruhan
Carlk Celup
- Leukosit
- Nitrit
- Urobillinogen
- Protein/albumin
- pH
- darah samar
- Berat jenis
- Keton
- Billirubin
- Glukosa
Mikropis/sedimen
- Leukosit
- Eritrosit
- Epitel
- Silinder
- Bakteri
- Kristal
Kuning
Jernih
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
4,8 – 7,4
Negatif
1,015 – 1,025
Negatif
Negatif
Negatif
< 5/ LPB
< 5/ LPB
Positif
< 5/ LPB
< 2/LPB
Negatif
Kuning
Jernih
±
-
-
-
++
7
-
1,020
-
-
-
2-4
0-1
+
-
-
-
Gula darah sewaktu < 180 59
Kreatinin Lk : < 1,3
Pr : < 1,5
0,7
Ureum < 50 13
Protein total 6,6 – 8,7
Albumin 3,5 – 5,2
SGOT Lk : < 37
Pr : < 38
22
SGPT Lk : < 48
Pr : < 31
16
LDH
Masalah : tidak ada
Perencanaan Pulang :
Pemberian pendidikan kesehatan meliputi:
Pencegahan infeksi
Nutrisi ibu menyusui
Teknik menyusui
Kontrol ulang
Tanda bahaya nifas
ASUHAN KEPERAWATAN
I. ANALISA DATA
Nama Klien : Ny. A.K
Umur : 30 tahun
Diagnosa : Post SC + IUD NH 2
No. DATA MASALAH
1 Data Subjektif :
Klien mengatakan merasa nyeri di daerah luka
jahitan operasi
Nyeri dirasakan seperti berdenyut dan menusuk
Lama nyeri tidak teratur
Skala nyeri 8
Nyeri bertambah jika bergerak dan berjalan
Data Objektif :
Klien tampak meringis (faces pain scale) dan
berkeringat (diaphoresis)
Klien gelisah
TTV :
- TD : 140/90 MmHg
- N : 96 x/menit
- RR : 20 x/menit
S : 36,2 c
Nyeri berhubungan dengan luka
post operasi
2. Data Subjektif : (-)
Data Objektif :
Terdapat luka operasi post SC, sayatan
melintang
Leukosit : 14.000/µL
Resiko infeksi berhubungan
dengan tempat masuknya
organisme sekunder akibat
pembedahan
3. Data Subjektif:
Klien mengatakan bengkak pada kedua kakinya
Data Objektif:
- Edema ekstremitas atas dan bawah
- Peningkatan berat badan sebelum hamil 52
setelah hamil menjadi 72
Resiko tinggi kelebihan cairan
berhubungan dengan
perpindahan cairan atau
peningkatan aliran plasma
ginjal
- Intake = 600ml/24 jam
- Output = 500ml/24 jam
4. Data Subjektif:
Ibu mengungkapkan berat bayinya 1800 gram
Ibu mengatakan anaknya masih di ruang bayi
Ibu mengatakan ASI nya belum keluar
Ibu mengatakan bayi yang sekarang adalah
anak ke 3 yang direncanakan
Data Objektif
Klien mengatakan tidak tidur
ASI belum keluar
Ansietas berhubungan dengan
kebutuhan tidak terpenuhi (bayi
dalam kondisi perawatan)
II. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan luka post operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder akibat
pembedahan
3. Resiko tinggi kelebihan cairan
4. Ansietas berhubungan dengan kebutuhan tidak terpenuhi (bayi dalam kondisi perawatan)
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. A.K
Umur : 30 tahun
Diagnosa : Post SC + IUD NH 2
NO. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN &
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan
dengan luka post
operasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam nyeri teratasi
KH: klien dapat
1. Kaji nyeri dengan PQRST
2. Ajarkan pada klien metode
relaksasi tarik napas dalam,
3. Instruksikan teknik untuk
menurunkan ketegangan otot,
menunjukan
Ekspresi wajah klien
tampak tenang
Klien dapat
menunjukan bahwa
nyeri di daerah luka
operasi berkurang
yang dapat menurunkan
intensitas nyeri.
4. Bantu klien dalam ambulasi
sesuai kebutuhan
5. Observasi tanda-tanda vital
6. Kolaborasi pemberian obat
analgesic (asam mefenamat
3x1 dan pronalges supositoria
3 x 1)
2. Resiko infeksi
berhubungan dengan
tempat masuknya
organisme sekunder
akibat pembedahan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam kerusakan integritas
kulit teratasi
KH : klien dapat
menunjukan
Luka operasi dapat
menutup sempurna
Tidak muncul tanda-
tanda infeksi
1. Kaji kondisi luka, observasi
tanda-tanda infeksi
2. Pantau adanya tanda-tanda
infeksi
3. Ganti balutan luka operasi
secara aseptik
4. Anjurkan untuk tidak
membasahi balutan ketika
mandi, dan gunakan balutan
tahan air ketika pulang
5. Motivasi untuk meningkatkan
asupan protein (6 butir
telur/hari putihnya saja) dan
gizi yang cukup (ikan, sayur-
sayuran)
3. Resiko tinggi
Kelebihan volume
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
3x 24 jam resiko tinggi
kelebihan volume cairan
teratasi
Kriteria hasil:
- Berat bada normal
1. Tinjau ulang riwayat HKK
pranatal dan intrapartal,
perhatikan peningkatan TD,
proteinuria dan edema
2. Pantau masukan dan keluaran
3. Kaji adanya lokasi dan
luasnya edema. Pantau tanda-
- Tidak ada edema
- Intake output
seimbang
tanda kemajuan edema
4. Tes adanya proteinurian/hari
Kolaborasi
5. Catat hasil protein 24 jam
6. Pasang kateter indweeling
sesuai indikas
7. Berikan MgSo4 perpompa
infus bila diindikasikn
8. Evaluasi terhdapa sindrom
HELLP
9. Berikan antihipertensif
Aldomet
4. Ansietas
berhubungan dengan
situasi, ancaman
pada konsep diri,
transmisi /kontak
interpersonal,
kebutuhan tidak
terpenuhi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
Keperawatan selama 1x24
jam ansietas dapat
berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
Mengungkapkan perasaan
ansietas
Melaporkan bahwa
ansietas sudah menurun
Kelihatan rileks, dapat
tidur / istirahat dengan
benar
Mandiri1. Dorong motivasi keberadaan
atau partisipasi pasangan
2. Tentukan tingkat ansietas
pasien dan sumber dari
masalah.
3. Bantu pasien atau pasangan
dalam mengidentifikasi
mekanisme koping baru yang
lazim dan perkembangan
strategi koping baru jika
dibutuhkan.
4. Memberikan informasi yang
akurat tentang keadaan pasien
dan bayi.
5. Mulai kontak antara
pasien/pasangan, dan bayi
dengan baik
IV. CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. A.K
Umur : 30 tahun
Diagnosa : Post SC + IUD NH 2
HARI/
TANGGAL
NO. DX TINDAKAN KEPERAWATAN
Senin ,
07 Oktober 2013
I 1. Mengkaji nyeri dengan skala nyeri rentang 1-10
R/ klien mengatakan merasa nyeri di daerah luka
jahitan operasi, nyeri dirasakan seperti berdenyut
dan menusuk, lama nyeri tidak teratur, skala nyeri 5,
nyeri bertambah jika bergerak dan berjalan
2. Mengajakan pada klien tekhnik relaksasi tarik napas
dalam
R/ klien dapat melakukan tekhnik relaksasi tarik
napas dalam dengan benar
3. Mengobservasi tanda-tanda vital tiap 8 jam
R/ TTV :
- TD : 130/80 MmHg
- N : 80 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,2 c
Kolaborasi :
1. Pemberian analgetik
R/ klien mengatakan nyeri berkurang setelah
diberikan pronalges
Senin,
07 Oktober 2013
II 1. Mengkaji kondisi luka, observasi tanda-tanda infeksi
R/ luka tertutup, balutan tidak ada rembesan, balutan
tampak bersih
2. Menganjurkan untuk tidak membasahi balutan ketika
mandi
R/ Klien dapat memahami perintah perawat
3. Memotivasi untuk meningkatkan asupan protein dan
gizi yang cukup
R/ Klien tampak koperatif, mengikuti instruksi
perawat, nafsu makan baik, porsi 1 piring habis
Senin, 07 Oktober
2013
III 1. Tinjau ulang riwayat HKK pranatal dan intrapartal,
perhatikan peningkatan TD, proteinuria dan edema
R/ TD : 140/90 mmHg
Proteinuria +1, Edema +
2. Pantau masukan dan keluaran
R/ intake = 600 ml/24 jam
Keluaran = 400ml/ hari
3. Berikan antihipertensif Aldomet
IV 1. Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari
masalah.
R/ klien cemas dengan kondisi anaknya
2. Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi
mekanisme koping baru yang lazim dan
perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan.
R/ klien beerdoa
3. Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan
pasien dan bayi.
R/ jika TD sudah stabil ,Proteinuria -, klien akan
direncanakan pulang.
Selasa,
08 Oktober 2013
I 1. Mengevaluasi keluhan nyeri
R/ klien mengatakan rasa nyeri berkurang skala 3
2. mengevaluasi tekhnik relaksasi tarik napas dalam
R/ klien tampak lebih nyaman, rasa nyeri berkurang
ketika melakukan teknik tarik napas dalam
3. Mengobservasi tanda-tanda vital
R/ TTV :
- TD : 120/80 MmHg
- N : 80 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,5 c
Selasa,
08 Oktober 2013
II 1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada luka
R/ luka menutup, kemerahan (-) bengkak (-) drain (-),
pus (-), darah (-)
2. Mengganti balutan luka operasi secara aseptik,
menggunakan balutan tahan air dan menganjurkan
klien untuk mandi
R/ Klen mengatakan akan mandi setelah ganti
balutan, tampak merasa lebih nyaman
3. Memotivasi untuk meningkatkan asupan protein dan
gizi yang cukup
R/ nafsu makan baik, porsi 1 piring habis, konsumsi
telor 3 buah
Selasa,
08 Oktober 2013
III 1.Tinjau ulang riwayat HKK pranatal dan intrapartal,
perhatikan peningkatan TD, proteinuria dan edema
R/ TD : 140/90 mmHg
Proteinuria +1, Edema +
2.Pantau masukan dan keluaran
R/ intake = 600 ml/24 jam
Keluaran = 400ml/ hari
3.Berikan antihipertensif Aldomet
IV 1.Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari
masalah.
R/ klien cemas dengan kondisi anaknya
2.Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi
mekanisme koping baru yang lazim dan perkembangan
strategi koping baru jika dibutuhkan.
R/ klien beerdoa
3.Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan
pasien dan bayi.
R/ jika TD sudah stabil ,Proteinuria -, klien akan
direncanakan pulang.
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama Klien : Ny. A.K
Umur : 30 tahun
Diagnosa : Post SC + IUD NH 2
TANGGAL NO
DX
TINDAKAN
KEPERAWATAN
SOAP
07 Oktober
2013
I 1. Mengkaji nyeri dengan
menggunakan skala
nyeri 1-10
2. Mengajarkan pada klien
tekhnik relaksasi tarik
napas dalam
3. Mengobservasi tanda-
tanda vital
S : klien mengatakan merasa nyeri di
daerah luka jahitan operasi, nyeri
dirasakan seperti berdenyut dan
menusuk, lama nyeri tidak teratur, skala
nyeri 5, nyeri bertambah jika bergerak
dan berjalan
O : klien dapat melakukan tekhnik
relaksasi tarik napas dalam dengan
benar
A : masalah belum teratasi
P :
Evaluasi nyeri secara berkala
Evaluasi kemampuan teknik
relaksasi yang digunakan
Motivasi untuk melakukan teknik
relaksasi yang lain
II 1. Mengkaji kondisi luka,
observasi tanda-tanda
infeksi
2. Menganjurkan untuk
tidak membasahi balutan
S : (-)
O :
luka tertutup, balutan tidak ada
rembesan, balutan tampak bersih
Klien dapat memahami perintah
ketika mandi
3. Memotivasi untuk
meningkatkan asupan
protein dan gizi yang
cukup
perawat
Klien tampak koperatif, mengikuti
instruksi perawat, nafsu makan
baik, porsi 1 piring habis
A :
Masalah tidak terjadi
P :
Ganti balutan dengan
mempertahankan teknik aseptic.
Gunakan balutan tahan air bila perlu
Motivasi untuk meningkatkan
asupan protein dan gizi yang cukup
08 Oktober
2013
I 1. Mengevaluasi keluhan
nyeri
2. mengevaluasi tekhnik
relaksasi tarik napas
dalam
3. Mengobservasi tanda-
tanda vital
S : klien mengatakan rasa nyeri
berkurang skala 3
O : klien tampak lebih nyaman, rasa
nyeri berkurang ketika melakukan
teknik tarik napas dalam
A : masalah teratasi
P :
Pasien pulang
II 1. Mengobservasi tanda-
tanda infeksi pada luka
2. Mengganti balutan luka
operasi secara aseptik,
menggunakan balutan
tahan air dan
menganjurkan klien
untuk mandi
3. Memotivasi untuk
meningkatkan asupan
S :
Klen mengatakan akan mandi
setelah ganti balutan, tampak
merasa lebih nyaman
nafsu makan baik, porsi 1 piring
habis, konsumsi telor 3 buah
O : luka menutup, kemerahan (-)
bengkak (-) drain (-), pus (-), darah (-)
A : masalah tidak terjadi
P :
protein dan gizi yang
cukup
Pasien pulang
Motivasi untuk menjaga
kebersihan pada daerah luka
Control ulang
BAB IV
PEMBAHASAN
i. Pengkajian
Klien Ny A.K diketahui mengalami komplikasi hipertensi dalam kehamilan. Data-data
yang diperoleh dari hasil pengkajian yakni tekanan darah mencapai 160/100 mmHg dimulai
pada usia kehamilan 7 bulan dan edema pada ekstremitas bawah dan hasil urinalisa
menunjukkan bahwa kadar protein dalam urin adalah positif. Berdasarkan data-data tersebut
hipertensi yang dialami oleh Ny A.K dapat diklasifikasikan kedalam pre eklamsia berat
(PEB). PEB merupakan timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah
umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum
20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik. Akibat kondisi yang dialami, klien harus
melahirkan dengan pembedahan (secsio caesaria). Tanda dan gejala PEB seperti yang telah
dijabarkan meliputi tensi 160/110 mmhg, edema, oliguria kurang 400cc/24 jam, proteinuria 2
g/24 jam plus 2, terdapat dispnea sianosis, namun kondisi klien post sc masih dalam tekanan
darah tinggi dan terdapat proteinuria +. Setelah 3 hari postpartum dan mendapat terapi anti
konvulsan 2 kolf dan terapi oral anti hipetensif keadaan kembali normal. Hal ini ditunjukkan
dengan TD yang kembali normal yaitu 130/80 mmHg, kadar protein dalam urin juga
menunjukkan hasil negative. Hal ini menunjukkan bahwa klien tidak lagi menunjukkan
tanda-tanda PEB kecuali edema. Hal ini karena klien telah memperoleh tatalaksana PEB baik
di kamar bersalin maupun di ruang perawatan post partum.
Pengkajian yang dilakukan pada hari ke 2 post SC menunjukkan kondisi klien yang
sudah mulai membaik. Pengeluaran ASI pada saat pengkajian sudah keluar. Namun tidak
terdapat bengkak dan nyeri, putting tampak menonjol.
Involusio uteri pada klien baik, dengan tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat dan
kontraksi baik. Klien pun sudah BAB pada hari ke 2 post operasi dengan konsistensi
lembek. Hal ini sama dengan teori yang menyatakan bahwa biasanya pada ibu postpartum
mengalami konstipasi terutama yang menjalani bedah caesarea akibat efek anestesi dan
BAK klien pun tidak ada masalah. Selama akhir kehamilan, klien mengatakan frekuensi
BAK 8X/hari, saat pengkajian frekuensi berkemih klien masih sama yakni 8x/hari.
Masalah pada perineum tidak terjadi. Memar, edema, kemerahan dan varises pada vagina
tidak terjadi. Lokia sesuai dengan masa post partum yakni rubra (pada hari 1-3) dengan bau
khas darah.
Pola istirahat klien saat ini mengalami perubahan dari sebelumnya 8 jam (siang 2 jam dan
malam 6jam) menjadi 3 jam/hari akibat tidak nyaman dengan luka operasi dan didukung
dengan keadaan bayi yang sering menangis. Saat pengkajian klien sudah melakukan
mobilisasi dini, namun belum melakukan senam. Asupan makanan dan cairan klien sehari-
hari pun cukup, namun masih perlu ditingkatkan lagi mengingat kebutuhan ibu menyusui
yang lebih besar dari kebutuhan nutrisi ibu hamil.
Adaptasi psikologis klien pada hari kedua post partum ini berada pada fase taking hold.
Berbeda dengan teori yang menyebutkan bahwa taking hold baru terjadi pada hari ke 3-10
post partum. Hal ini kemungkinan dikarenakan bayi dirawat gabung secara dini. Klien
senang menerima kehadiran anak ketiganya. Klien mulai menaruh perhatian dalam merawat
bayinya. Tidak tampak baby blues seperti yang sering terjadi pada fase ini.
ii. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny A.K lebih terkait dengan diagnosa yang
biasa muncul pada klien post SC karena seperti yang telah disebutkan klien tidak lagi
menunjukkan tanda PEB setelah memperoleh tatalaksana PEB. Adapun diagnosa
keperawatan yang muncul adalah nyeri berhubungan dengan luka post operasi, resiko infeksi
berhubungan dengan tempat masuknya akibat pembadahan dan gangguan pola tidur
berhubungan dengan rasa tidak nyaman dan potensial ibu menyusui.
Diagnosa keperawatan nyeri akut merupakan keadaan ketika individu mengalami dan
melaporkan adanya ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan
selama 6 bulan atau kurang (Carpenito, 2006). Diagnosa ini ditegakkan karena klien merasa
nyeri seperti berdenyut dan menusuk skala 8 serta nyeri dirasakan bertambah jika bergerak
dan berjalan. Nyeri tersebut normal dialami seiring dengan proses inflamasi yang sedang
berlangsung.
Diagnosa keperawatan resiko infeksi merupakan keadaan ketika individu mengalami
atau berisiko mengalami kerusakan jaringan epidermis dan dermis (Carpenito, 2006).
Diagnosa ini ditegakkan karena klien mengalami pembedahan. Insisi dilakukan pada segmen
bawah uterus dengan potongan transversal. Saat pengkajian luka tertutup balutan, tidak ada
rembesan dan kondisi balutan bersih.
Diagnosa sejahtera potensial ibu menyusui merupakan keadaan ibu menyusui dalam
transisi ketingkat yang lebih sejahtera. Diagnose ini ditegakkan karena klien sudah
melahirkan anak ketiga dan setelah diobservasi klien sudah mengerti akan cara menyusui
yang benar dan mendapat dukungan penuh dari suami dan keluarga. Hanya perlu
peningkatan pengetahuan agar ibu dapat menyusui dengan baik dan benar.
iii. Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat
dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien
jangka panjang (Potter,1997). Dalam pembuatan rencana asuhan keperawatan, kami berpijak
kepada teori yang disesuaikan dengan kondisi ruangan serta kemajuan dan tingkat kebutuhan
pasien. Intervensi yang telah dibuat sesuai dengan intervensi yang ada pada textbook, namun
karena kondisi ruangan dan keterbatasan yang ada tidak semua intervensi dalam teori dapat
diaplikasikan pada rencana tindakan pada Ny A.K
iv. Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Perry &bPotter, 1997).
Pada implementasi keperawatan pada Ny A.K, kami tidak menemukan hambatan
yang berarti. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervesi yang yang telah dibuat.
Tindakan berkaitan dengan PEB tidak dilakukan karena sudah tidak muncul masalah terkait
PEB.
Pelaksanaan implementasi pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan luka post operasi tindakan yang telah dilakukan antara lain mengkaji nyeri meliputi
PQRST, mengajarkan teknis napas dalam, memberikan analgesic dan mengobservasi tanda-
tanda vital. Pelaksanaan tindakan ini hanya sebagian kecil dari tindakan yang dapat
dilakukan dalam mengatasi nyeri.
Pelaksanaan implementasi keperawatan pada diagnosa keperawatan resiko infeksi
berhubungan dengan tindakan post operasi berfokus pada tindakan pencegahan infeksi
meliputi pengkajian luka, penggantian balutan dengan teknik aseptis dan menganjurkan
untuk meningkatkan asupan gizi. Seperti diketahui status nutrisi individu berimplikasi pada
proses penyembuaha luka yag baik.
Pelaksanaan implementasi keperawatan pada diagnosa keperawatan resiko tinggi
kelebihan volume cairan berhubungan dengan tingkat pengetahuan pengalaman sebelumnya
berfokus pada peningkatan kualitas dan pengetahuan ibu dalam mencegah terjadinya kenjang
dan edema paru.
v. Evaluasi
Evaluasi terhadap intervensi yang diberikan pada klien menunjukkan bahwa sebagian
masalah teratasi. Masalah nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi sudah teratasi.
Kriteria hasil yang kami harapkan setelah proses intervensi adalah klien dapat menyatakan
nyeri berkurang sehingga klien dapat menunjukkan peningkatan aktivitas. Hal ini tampak
dari kondisi klien saat pulang.
Masalah resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya akibat pembedahan
tidak terjadi. Hal ini karena luka sudah menutup rapat, namun masih terdapat resiko luka
terbuka karena luka belum menutup secara sempurna. Kadar leukosit belum dilakukan
kembali. Pemberian informasi tentang tanda-tanda infeksi pada klien penting diberikan
sehingga klien dapat melakukan tindakan segera agar mencegah terjadinya infeksi yang lebih
lanjut akan memperpanjang proses penyembuhan luka.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Klien Ny A.K dengan diagnosa medis PPSC a.i PEB NH2 P3A0 diketahui mengalami
tekanan darah tinggi sejak kehamilan 6 bulan. Klien sebelumnya tidak memiliki riwayat
hipertensi, begitu pula dengan keluarganya. Tekanan darah tinggi klien pernah mencapai
160/100 mmHg.
Pada periode post partum klien sudah tidak lagi mengalami PEB, berdasarkan dari hasil
pengkajian tekanan darah tinggi klien 120/80 mmHg, proteinuria negative. Sehingga
penatalaksanaan pada Ny. A.K berfokus pada penganangan masalah yang terjadi post sectio
caesaria.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny A.K adalah nyeri akut berhubungan
dengan luka post operasi, resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder akibat pembedahan, gangguan pola tidur berhubungan dengan perasaan tidak nyaman,
dan potensial ibu menyusui berhubungan dengan tidur tingkat pengetahuan dan pengalaman
sebelumnya
Tindakan keperawatan sudah dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
dibuat. Pada akhir proses keperawatan pencapaian yang didapat selama asuhan keperawatan
berlangsung yakni teratasinya masalah nyeri akut, resiko infeksi, gangguan pola tidur klien, dan
potensial ibu menyusui.
B. Saran
1. Bagi petugas di ruangan Aster RSU Kabupaten Tangerang
Diharapkan lebih holistic dalam memberikan asuhan, memberikan delegasi yang
tepat dan lebih memberikan pendampingan pada mahasiswa yang sedang praktek, karena
mengingat bahayanya jika salah pemberian obat, khususnya keracunan magnesium sulfat
pada kasus PEB
2. Bagi RSU Kabupaten Tangerang
Lebih memperhatikan fasilitas, terutama fasilitas alat pelindung diri bagi petugas,
pemberian informasi yang jelas terkait sistem dirumah sakit. Penting bagi rumah sakit
menyediakan alur pelayanan sehingga klien dan keluarga tidak bingung saat mengurus
adminitrasi
3. Bagi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Khususnya bagi stase maternitas, jika dimungkinkan untuk pembuatan modul
keislaman terkait dengan proses persalinan serta adanya latihan baik pada masa akademik
maupun pembekalan profesi terkait dengan bimbingan rohani pada ibu
postpartum,sehingga mahasiswa siap untuk mengaplikasikannya ke klien terutama
mengingat klien di pav Aster khususnya sebagain besar mengeluhkan nyeri, sehigga
mereka terhambat dalam menjalankan ibadahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Benson, Ralph. C. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Ed. 9. Jakarta: EGC. 2008.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. 2004
Doenges & Moorhouse. Rencana Perawatan Maternal/Bayi.Jakarta : EGC. 2001.
Doenges, Marilyn E, et all. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien). Jakarta: EGC. 1993
Jurnal kesehatan Indonesia Vo. 1, No 5. April 2007. Tantangan Pencapaian Millenium
Development Goals (MGDs) Bidang Kesehatan.2007
Manuaba, Ida B.G. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. 2007
Manuaba, Ida Bagus Gde. Operasi kebidanan, Kandungan dan KB untuk Dokter Umum.
Jakarta : EGC.1999
Persis Mary Hamilton, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta. 1995
Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 1. Jakarta : EGC. 2005
Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2009
Wiknjosastro, hanifa. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono: Jakarta. 2005.
Wilkinson, Judith M. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC Edisi 7. Jakarta: EGC. 2006