bab 1. agama & manusia

20
TUGAS KELOMPOK MATAKULIAH AGAMA ISLAM NAMA NPM HANDAKA SUGITO : 13.11.1001.7311.180 : : : BAB I AGAMA DAN MANUSIA A. PENGERTIAN AGAMA Mencari makna agama yang tepat dan diterima semua kalangan bukanlah persoalan yang mudah, apalagi membuat definisi yang dapat menampung semua persoalan esensial yang terkandung dalam agama. Karena istilah agama digunakan untuk menyebut agama-agama yang berbeda sistem dan ruang lingkupnya. Sebelum kita mengambil definisi agama yang meskipun tidak bisa mewakili seluruh persoalan esensial yang terkandung di dalamnya - ada baiknya kita gali terlebih dahulu pengertian agama dari segi etimologi; Mengenai asal-usul istilah agama, setidaknya ada tiga teori yang menjelaskanya, yaitu : 1. Teori pertama, mengatakan bahwa agama berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata a (tidak) dan gaina (kacau). Agama artinya tidak kacau. Diartikan demikian, karena agama mengatur kehidupan umat manusia dan menetapkan hukum-hukum yang ditaati dalam kehidupan mereka. Karena itu agama, dapat mengantarkan manusia pada ketentriman dalam kehidupan serta terlepas dari kekacauan dan petaka.

Upload: yuanita-martha

Post on 28-Nov-2015

34 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

hubungan antara agama & manusia

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1. Agama & Manusia

Hal

aman

1

TUGAS KELOMPOKMATAKULIAH AGAMA ISLAM

NAMA NPM

HANDAKA SUGITO : 13.11.1001.7311.180

:

:

:

BAB IAGAMA DAN MANUSIA

A. PENGERTIAN AGAMA

Mencari makna agama yang tepat dan diterima semua kalangan bukanlah persoalan yang mudah, apalagi membuat definisi yang dapat menampung semua persoalan esensial yang terkandung dalam agama. Karena istilah agama digunakan untuk menyebut agama-agama yang berbeda sistem dan ruang lingkupnya. Sebelum kita mengambil definisi agama yang meskipun tidak bisa mewakili seluruh persoalan esensial yang terkandung di dalamnya - ada baiknya kita gali terlebih dahulu pengertian agama dari segi etimologi;

Mengenai asal-usul istilah agama, setidaknya ada tiga teori yang menjelaskanya, yaitu :

1. Teori pertama, mengatakan bahwa agama berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata a (tidak) dan gaina (kacau). Agama artinya tidak kacau. Diartikan demikian, karena agama mengatur kehidupan umat manusia dan menetapkan hukum-hukum yang ditaati dalam kehidupan mereka. Karena itu agama, dapat mengantarkan manusia pada ketentriman dalam kehidupan serta terlepas dari kekacauan dan petaka.

2. Teori kedua, berasal dari bahasa sansekerta, dari kata gama mendapat awalan a dan akhiran a, sehingga menjadi agama. Kata itu kadang-kadang mendapat awalan I, sehingga menjadi igama dan terkadang mendapat awalan u, menjadi ugama. Kata gam, pengertian dasarnya adalah sama dengan kata go dalam bahasa Inggris, atau ga-gaam dalam bahasa Belanda, yang artinya pergi. Setelah mendapat awalan dan akhiran a, pengertiannya berarti jalan. Agama diartikan dengan jalan, karena ia merupakan jalan yang ditempuh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Selain merupakan pcdoman hidup dan tata cara kehidupan manusia.

3. Teori ketiga, muncul dari dunia pesantren, kata agama berasal dari bahasa Arab

Page 2: Bab 1. Agama & Manusia

Hal

aman

1

yaitu Aqama (agama--- huruf arab) diambil dari aqama al-din (agama aldin---huruf

arab) yang artinya melaksanakan dan menunaikan ajaran agama. Kata ini akrab dengan lisan umat Islam, searti dengan ayama al-shalat yang artinya mengerjakan dan menunaikan shalat. Karena kebiasaan orang-orang Arab membaca huruf ya (g) dengan g terutama orang-orang yang berasal dari Arabia Selatan, sekitar Yaman dan Hadramaut yang ikut andil dalam penyebaran agama Islam di Indonesia, maka kata aqama dibaca dan diucapkan dengan agama. Contoh Yang serupa demgan ungkapan itu, Abdul Qadir dibaca Abdul Gadir, dll.

Selain dari arti agama yang telah disebutkan di atas, menurut teori, ada beberapa arti lain yang terkandung oleh perkataan agama. Salah saw di antaranya adalah tradisi atau kebiasan dalam agama Hindu dan Budha. Setelah agama Islam datang ke Nusantara ini, masyarakat Nusantara yang berbahasa melayu mempergunakan kata agama juga untuk menunjukkan sistem dan ruang lingkup ajaran agama Islam yang berbeda dengan sistem agama Hindu dan Budha. Ajaran agama Islam tidak berasal dari tradisi, tetapi dari Allah melalui wahyu-Nya, mengatur tata hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya sendiri, dengan manusia lain dalam masyarakat dan dengan lingkungan hidupnya. Dalam bahasa aslinya agama Islam disebut din. Mulailah timbul kerancuan atau pencampuradukan pengertian, karena lambang yang biasa digunakan dalam agama Hindu dan Budha dipergunakan untuk din alIslam yang lain sekali sistem ajaran dan ruang lingkupnya kalau dibanding dengan sistem agama yang mendahuluinya.

Sementara dalam bahasa Inggris, kata agama diterjemahkan dengan religion, dari bahasa latin "relegere", yaitu suatu ketetapan yang mengatur hubungan manusia dengan yang Maha Kudus (Allah Swt) yang disebut dengan hubungan vertikal. Maka bertambahlah kekaburan dan kerancuan pengertian tersebut. Hal ini sangat kentara kalau dihubungkan dengan sistem dan ruang lingkup ajaran Islam. Karena Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan saja tetapi sebagaimana disebutkan di atas agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia dan dengan lingkungan hidupnya.

Dari uraian di atas jelas bahwa istilah ad-din yang berasal dari Islam lebih lengkap dari pengertian agama atau religion yang dikaitkan dengan agama tertentu, selain agama Islam. Agama atau religion hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, se-dangkan ad-din merupakan suatu Syariat yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (Allah SWT), hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan makhluk lain. Namun demikian, apabila istilah agama atau religion dikaitkan dengan kata Islam, menjadi agama Islam atau The Religion of Islam, maka pengertiannya sama dengan ad-din al- Islam.

Dari perbedaan tersebut di atas, maka merumuskan definisi agama secara memuaskan, nampaknya dijumpai banyak kesulitan. Hal itu mendorong beberapa ahli mengalihkan definisi agama kepada definisi orang beragama. Mircea Eliade dalam bukunya : The Sacred and the Profane" mengatakan : "A Religious man is one who recognizes the essential differnces between the sacred and the profane and prefers the sacred". Seorang beragama adalah orang yang menyadari perbedaan-perbedaan pokok antara yang suci dan yang biasa (profane), serta mengutamakan yang suci.

Emile Durkheim, seorang sarjana perancis memberikan definisi agama sebagai berikut : "Religion is an interdependent whole composed of beliefs and rites (faith and practices) related to sacred things, unites adherents in a single community known as a Church". Agama adalah suatu keseluruhan yang bagian-bagiannya saling terkait dengan yang

Page 3: Bab 1. Agama & Manusia

Hal

aman

1

lainnya, terdiri dari kepercayaan-kepercayaan, ibadat-ibadat, semua dihubungkan dengan hal-hal yang suci, dan mengikat pengikutnya dalam suatu masyarakat yang disebut gereja (tempat ibadah lain). Pada buku sosiologi karangan Ogburn dan Nimhoff dari The Florida State University, agama didefinisikan sebagai : "Suatu pola kepercayaankepercayaan, sikap-sikap emosional dan praktek-praktek yang dipakai sekelompok manusia untuk mencoba memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan manusia".

Dari definisi dan pengertian di atas meskipun beluni memberikan pemahaman yang utuh dan memuaskan, namun demikian saw dengan yang lainnya dapat saling melengkapi. Kendatipun ada perbedaan-perbedaan seperti disebutkan di atas, ternyata ada hentuk-bentuk dan ciri-ciri khas yang biasanya ada dalam kepercayaan-kepercayaan dan aktifitas keagamaan yang ada pada setiap agama dan dipandang sebagai ciri khas keagamaan yang secara langsung atau tidak langsung ada atau berlaku dalam suatu agama. Ciri-ciri tersebut adalah kebaktian, pemisahan antara sakral dan profan, kepercayaan terhadap jiwa, kepercayaan dewa-dewa atau Tuhan, penerimaan atas wahyu yang supranatural dan pencarian keselamatan.

Agama bagi manusia sebagaimana aspek kebutuhan lainnya, memiliki peran dan fungsi tertentu dalam memenuhi hajat hidup. Ada dua macam fungsi agama, yakni fungsi maknawi, dan fungsi identitas, Max Weber memandang fungsi maknawi sebagai dasar bagi semua agama. Agama menyajikan wawasan dunia atau cosmos; karenanya segala ketidakadilan, penderitaan dan kematian dapat dipandang sebagai suatu yang penuh makna. Termasuk ek dalam makna ini antara lain konsep, ide, tuntutan dan kewajiban. Filsafat juga menyajikan wawasan kosmik, tetapi itu kurang mendorong manusia untuk menyadari bahwa mereka dikuasai sistem kepercayaan, tetapi agama melalui konsep ritual menjalin dimensi afektif dan kognitif dan jawaban agama senantiasa berurusan dengan nilai.

B. KLASIFIKASI AGAMA

Dilihat dari sumber, sifat dan tempatnya, agama dapat diklasifikasikan atas tiga kategori, yaitu :1. Agama wahyu dan bukan wahyu (budaya)2. Agama Misionari3. Agama ras geografis dan agama universal.

Agama wahyu adalah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan pemberi wahyu, kepada rasul-rasul penerima wahyu dan kepada kitab-kitab kumpulan wahyu serta pesannya disebarluaskan kepada seluruh umat manusia. Sedangkan agama bukan wahyu tidak memandang penyerahan kepada Tuhan dan menaati aturanaturan-Nya sebagai suatu hal yang esesnsial. Perbedaan kedua jenis agama ini adalah :1. Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedang kan agama bukan

wahyu tidak demikian.2. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama bukan wahyu tidak.3. Dalam agama wahyu sumber utama tuntunan baika dan buruk adalah kitab suci

yang diwahyukan, sedangkan agama bukan wahyu kitab suci tidak penting. 4. Semua agama wahyu lahir di timur tengah, sedangkan agama bukan wahyu lahir

di luar daerah tersebut.5. Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras semitik.6. Agama wahyu sesuai dengan ajarannya adalah agama misionari, sedangkan

Page 4: Bab 1. Agama & Manusia

Hal

aman

1

agama bukan wahyu bukan agama misionari. 7. Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama bukan wahyu kabur dan

elastis.8. Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik aspek spiritual

maupun material, sedangkan agam bukan wahyu lebih menitik beratkan kepada aspek spiritual saja, seperti pada Taoisme, atau pada aspek meterial saja seperti pada Confusianisme.

Agama misionari adalah agama yang menurut ajarannya harus disebarkan kepada seluruh umat manusia, sedangkan agama bukan misionari tidak ada kewajiban dalam ajarannya untuk menyebarkan kepada seluruh umat. Pada kategori ini, agama yang tampak jelas pesannya untuk disebarluaskan hanyalah Islam, tetapi dalam perkembangan selanjutnya para pemeluk agama selain Islam mengubah pesannya menjadi agama misionari.

Dari segi ras geografis, terdiri atas agama semitik, arya dan Mongolian. Agama Semitik pada umumnya adalah agama wahyu, seperti Islam, Nasrani dan Yahudi, sedangkan agama non semitik, yaitu Arya dan Mongolian bukanlah agama wahyu, seperti Hindu, Budha dan Zoroaster di Mongolia, atau Confusianisme, Taoisme, dan Sintoisme di Mongolia.

Agama non semitik dilihat dari ajarannya termasuk agama ras geografis atau agama lokal dan agama semitik lebih bersifat universal. Tetapi jika dilihat lebih lanjut, hanya agama Islam yang bersifat Universal. Walaupun pada perkembangan selanjutnya semua agama menyatakan keuniversalitasannya.

Dilihat dari sumbernya agama dibagi dalam kategori samawi (agama langit) dan agama budaya (ardhi). Sedangkan yang termasuk dalam kategori agama samawi hanyalah agama Islam.

C. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA

Dalam masyarakat sederhana banyak peristiwa yang terjadi dan berlangsung di sekitar manusia, tetapi tidak dipahami oleh mereka. Hal-hal yang tidak mereka pahami ini mereka anggap sebagai sesuatu yang gaib. Mereka merasakan hidup mereka penuh dengan kegaiban. Menghadapi peristiwa-peristiwa yang gaib ini mereka merasa lemah tidak berdaya. Untuk menguatkan diri, mereka mencari perlindungan kepada kekuatan yang menurut anggapan mereka menguasai kekuatan gaib, yaitu Dewa atau Tuhan. Karena itu hubungan mereka dengan para dewa atau Tuhan tersebut menjadi akrab. Keakraban hubungan itu terjalin dalam berbagai segi kehidupan; sosial, ekonomi, kesenian dan schagainya. Kepercayaan dan sistem hubungan m,u1usia dengan para Dewa atau Tuhan itu membentuk agama. Manusia, karena itu, dalam masyarakat sederhana mempunYai hubungan erat dengan agama. Gambaran ini berlaku di seluruh dunia.

Setidaknya begitulah teori yang berkembang tentang hubungan manusia dengan agama, bahwa agama tercipta dan dibutuhkan manusia untuk menguatkan diri dan mencari perlindtmgan dari ketakutan yang mereka hadapi dalam hidup mereka. Teori ini diku-atkan oleh seorang ahli psikologi Sigmund Freud, ia memandang bahwa agama berasal dari ketidakmampuan manusia menghadapi kekuatan alam di luar diri dan juga kekuatan instink dari dalam diri. Munculnya agama pada tingkat pertama perkembangan manusia, di saat manusia belum mampu menggunakan akal untuk mengatasi kekuatan

Page 5: Bab 1. Agama & Manusia

Hal

aman

1

yang ada di luar dan dalam diri dan harus menghadapi atau mengatur dengan bantuan kekuatan lain yang efektif. Freud melihat agama sebagai fenomena manusia primitive atau paling tidak dalam taraf perkembangan masa kanak-kanak (The Childhood of Man). Agama dipandang sebagai ilusi atau imaginasi anak anak yang penuh fantasi dan mimpi.

Pandangan yang hampir serupa dikemukakan August Comte dalam bukunya Course de la Philosophie Positive (1842). Dalam buku tersebut ia menyebut tiga tahap perkembangan pemikiran manusia, yaitu (a) Teologik, (b) metafisik, dan (c) positif. Kerangka berfikir ini melahirkan aliran filsafat Positivisme di abad XIX. Menurut Comte, tahap pemikiran yang paling rendah adalah (a) tahap pemikiran teologik, yaitu tahap pemikiran manusia yang percaya kepada Tuhan, percaya kepada ajaran agama. Menurut Comte, dalam pemikiran teologik ini manusia belum tahu tentang sebab musabab kejadian di alam ini, tidak tahb mengenai hal atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Karena itu ia selalu hidup dalam ketakutan terhadap misalnya, bencana alam seperti gunung meletus, banjir dan lain sebagainya. Untuk menghindari ketakutan itu, manusia lalu melindungkan dirinya kepada Tuhan yang Maha kuasa. (b) Tahap Metafisik (tahap percaya kepada kekuatan atau hal-hal non fisik, yang tidak kelihatan). Untuk keselamatan dirinya, dalam tahap ini manusia berusaha menjinakkan kekuatankekuatan nonfisik itu dengan saji-sajian. Dan apabila pengalaman serta pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang lebih lanjut, tahap pemikirannya pun meningkat ke tingkatan yang lebih tinggi (positif). Pada tingkat atau tahapan ini seperti di zaman modem sekarang manusa telah mempunyai pengetahuan yang cukup tentang alam dan dirinya sendiri. Manusia telah mengetahui hukumhukum alam, telah mampu memanfaatkan bahkan menundukkan alam untuk kepentingan manusia dan manusia tidak lagi memerlukan agama. Dari ajaran ini, lahirlah filsafat positivisme (aliran filsafat yang beranggapan bahwa pengetahuan semata-mata berdasarkan pengalaman dan ilmu yang pasti) seperti tersebut di atas, yang mempengaruhi perkembangan sains dan tekhnologi zaman sekarang.

Berbeda dengan di atas, kaum Marxisme melihat agama diwujudkan agar kelas penindas tetap dapat mempertahankan kedudukan dan kekuasaannya di kalangan bangsa-bangsa. Kelas penguasa menghidupkan agama agar kaum proletar tidak melancarkan pemberontakan terhadapnya. Menurutnya agama dapat mengekang kendali kemarahan kaum proletar dan merupakan candu yang membius mereka agar tetap dalam kelelapan dan ketidaksadarannya. Demikianlah pandangan orang-orang barat tentang agama dan hubungannya dengan manusia. Berbeda dengan pandangan tersebut, Islam memandang bahwa manusia adalah makhluk religius, makhluk yang tercipta dengan memiliki naluri untuk beragama. Sebagaimana difirmankan Allah dalam Qs. Al-A'raf : 172 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab : "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) atlalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",. (Qs. Al-A'raf : 172)

Qs. Ar-Rum : 30, Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Qs. Ar-Rum : 30) Dalam terjemah Al Quran yang dikeluarkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia dijelaskan bahwa yang

Page 6: Bab 1. Agama & Manusia

Hal

aman

1

dimaksud dengan fitrah Allah : adalah ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid.

Kedua ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa agama adalah bagian inherent dalam diri manusia atau disebut juga fitrah manusia. Kefitrian agama bagi manusia menunjukkan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama, karena agama merupakan kebutuhan hidupnya.

D. URGENSI AGAMA BAGI MANUSIA

Agama bagi manusia merupakan kebutuhan alamiah (fitrah). Berbagai pendapat mengenai kefitrian agama ii-ii dapat dikaji pada beberapa pemikiran. Misalnya Einstin menyatakan bahwa sifat social mamisia merupakan salah saw faktor pendorong terwujudnya agama. Manusia menyaksikan maut merenggut ayahnya, ibunya, kerabatnya serta para pemimpin beasar. Direnggutnya mereka satu persatu, sehingga manusia merasa kesepian di kala dunia telah kosong. Jadi harapan akan adanya sesuatu yang dapat memberi petunjuk dan pengarahan harapan menjadi pecinta dan dicintai. Keinginan bersandar kepada orang lain dan terlepas dari perasaan putus asa, semua itu membentuk dalam diri sendiri dasar kejiwaan untuk menerima keimanan kepada Tuhan.

Dari berbagai pendapat itu dapat dipahami bahwa manusia terutama orang dewasa memiliki perasaan dan keinginan untuk melepaskan diri dari wujud terbatas mereka dan mencapai inti wujud. Manusia tidak mungkin dapat melepaskan keterbatasan dan ikatan tersebut kecuali berhubungan dengan sumber wujud. Melepaskan diri untuk mencapai sumber wujud ini adalah ketenangan dan ketenteraman, seperti diungkapkan dalam firman Allah Swt. Qs. Ar-Ra'ad : 28. Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Qs. Ar-Ra'ad : 28)

Agama sebagi fitrah manusia melahirkan keyakinan bahwa agama adalah satu-satunya cara pemenuhan semua kebutuhan manusia. Posisi ini semakin tampak dan tidak mungkin dapat digantikan dengan yang lain. Semula orang mengira bahwa dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, kebutuhan terhadap agama akan semakin mengecil, bahkan hilang sama sekali. Tetapi kenyataan sekarang menampakkan dengan jelas bahwa semakin maju ilmu pengetahuan dart teknologi yang digapai manusia, kebutuhan akan agama semakin mendesak berkenaan dengan kebahagiaan sebagai sesuatu yang abstrak yang ingin digapai manusia. Ilmu dan teknologi serta kemajuan peradaban manusia melahirkan jiwa yang kering dan haus akan sesuatu yang bersifat rohaniah. Kekecewaan dan kegelisahan batin senantiasa menyertai perkembangan kesejahteraan manusia. Satu-satunya cara untuk memenuhi perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan itu dalam bentuknya yang sempurna dan memuaskan adalah perasaan dan keyakinan agama.

Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Sehingga, diakui atau tidak, sesungguhnya manusia sangatlah membutuhkan agama. Sangat dibutuhkannya agama oleh manusia, tidak saja di masa primitive dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum berkembang, tetapi juga di zaman modern sekarang sewaktu ilmu dan teknologi telah demikian maju.

Agama sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain karena agama merupakan : 1) sumber moral, 2) petunjuk kebenaran, 3) sumber informasi tentang masalah metafisika, dan 4) bimbingan rohani bagi matwsia, baik di kala suka maupun duka.

Page 7: Bab 1. Agama & Manusia

Hal

aman

1

1. Agama Sumber Moral

Manusia sangat memerlukan akhlak dan moral, karena moral begitu penting dalam kehidupan. Moral adalah mustika hidup yang membedakan manusia dari hewan. Manusia tanpa moral pada hakikatnya adalah binatang. Dan manusia yang membinatang ini sangat berbahaya. la akan lebih jahat dan lebih buas daripada binatang buas sendiri.

Tanpa moral, kehidupan akan kacau balau tidak saja kehidupan perseorangan tetapi juga kehidupan masyarakat dan Negara, karena orang sudah tidak peduli lagi terhadap baik buruk atau halal haram. Kalau halal haram tidak lagi dihiraukan, maka kehancuranlah yang akan terjadi. Seperti yang diungkapkan Ahmad Syauqi Bek, Penyair Mesir (w. 1868) dalam sebuah syairnya : Kebe-radaan suatu bangsa ditentukan oleh akhlak, jika akhlak mereka lenyap, akan lenyap pulalah bangsa itu.

Kebenaran ucapan Ahmad Syauqi ini telah berulang kali terbukti dalam sejarah. Karena hancurnya morallah, maka menjadi hancur berbagai umat di masa nabi-nabi dulu, seperti kaum Ad (umat nabi Hud), kaum Tsamud (umat nabi Shaleh), penduduk Sodom (Umat Nabi Luth), Penduduk Madyan (umat Nabi Syuaib) dan lain sebagainya. Dalam kehidupan seringkali moral melebihi peranan ilmu, sebab ilmu ada kalanya merugikan. "Kemajuan ilmu dan teknologi mendorong manusia kepada kebiadaban", demikian dikatakan oleh Prof. Dr. Alexis Carrel, seorang sarjana Amerika penerima hadiah Nobel 1948

Sekarang di mana moral yang sangat penting bagi manusia ini dapat diperoleh? Moral dapat digali dan diperoleh dalam agama, karena agama adalah sumber moral, bahkan moral paling tangguh. Nabi Muhammad SAW diutus tidak lain juga untuk membawa misi moral, yaitu untuk menyermpurnakan akhlak yang mulia. W.M. Dixon dalam The Human Situation menulis" sekurang-kurangnya kita bolch percaya bahwa agama yang benar ataupun salah, dengan ajarannya percaya kepada TUhan dan kehidupan akherat yang akan datang, secara keseluruhannya kalau tidak satu-satunya, merupakan dasar yang paling kuat bagi manusia.

Dari tulisan Dixon di atas ini dapat diketahui bahwa agama merupakan sumber dan dasar (yang paling kuat) bagi moral, karena agama mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akherat. Pendapat Dixon ini memang betel. Kalau seorang manusia percaya bahwa Tuhan itu ada, dan Tuhan yang ada itu maha mengetahui segala tingkah lake manusia yang kemudian memberikan balasan kepada tiap orang sesuai dengan aural yang dikerjakan, maka keimanan seperti ini merupakan sumber yang tidak kering-keringnya bagi moral. Itulah sebabnya Rasulullah menegaskan : Orang mukmin yang palig sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya (HR. At-Tirmidzi)

2. Agama Petunjuk Kebenaran

Manusia adalah makhluk berakal, bahkan juga makhluk tukang bertanya. Apa saja dipertanyakan oleh manusia dengan akalnya. Dari akal lahirlah ilmu dan filsafat. Dengan ilmu dan filsafat ini makin besarlah keinginan manusia untuk mengetahui segala sesuatu dan makin besar kemampuannya untuk itu.

Salah satu hal yang ingin diketahui oleh manusia adalah apa yang bernama

Page 8: Bab 1. Agama & Manusia

Hal

aman

1

kebenaran. Ini adalah masalah besar dan menjadi tanda tanya besar bagi manusia sejak zaman dahulu kala. Apa kebenaran itu, dan di mana dapat diperoleh? Manusia dengan akal dengan ilmu dan filsafatnya ingin mengetahui dan mencapainya. Dan-yang menjadi tujuan ilmu dan filsafat tidak lain adalah untuk mencari jawab atas tanda tanya besar ini, yaitu masalah kebenaran. Tetapi sayang, sebegitu jauh usaha ilmu dan filsafat untuk mencapai kebenaran tidak membawa hash seperti yag diharapkan. Kemampuan ilmu dan filsafat hanyalah sampai kepada kebenaran relative (nisbi), padahal kebenaran relative bukanlah kebenaran yang sesung?uhnya. Kebenaran yang sesungguhnya adalah kebenaran mutlak dan universal, yaitu kebenaran yang sungguh-sungguh benar, absolute dan berlaku untuk semua orang.

Tampaknya sampai kapan pun masalah kebenaran akan tetap menjadi misteri bagi manusia, kalau saja manusia hanya mengandalkan alat yang bernama akal atau ilmu atau juga filsafat. Sebab, seperti yang dikatakan oleh Demokritos (460-360), "kebenaran itu dalam sekali letaknya, tidak terjangkau semuanya oleh manusia" (Hatta, 1959).

Penganut sofisme, yaitu aliran bare dalm filsafat Yunani yang timbal pada pertengahan abad ke 5 menegaskan pula. "Kebenaran yang sebenar-benarnya tidak tercapai oleh manusia". Betrand Russel, seorang filosuf Inggris termasyhur juga berkata : " Apa yang tidak sanggup dikerjakan oleh ahli ilmu pengetahuan ialah menentukan kebajikan (hak dan batil). Segala sesuatu berkenaan dengan nilai-nilai adalah di luar bidan ilmu pengetahuan".

Sekarang bagaimana manusia mesti mencapai kebenaran. Sebagai jawaban atas pertanyaan ini Allah Swt telah mengutus para Nabi dan Rasul di berbagai masa dan tempat, sejak Nabi pertama yaitu Adam sampai dengan Nabi terakhir yaitu nabi Muhammad Saw, para Nabi dan Rasul diberi wahyu atau agama untuk disampaikan kepada manusia. Wahyu atau agama inilah agama Islam, dan ini pula sesungguhnya kebenaran yang dicari-cari oleh manusia sejak dulu kala, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal. Tinggalah kewajiban manusia untuk beriman dan patuh terhadap agama kebenaran itu. Allah berfirman : Sesungguhnya telah kami turunkan Al kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, agar kamu memberi kepastian hukum di antara manusia dengan apa yang telah ditunjukan oleh Allah kepadamu.(Qs. An-Nisa 105)

Dapat disimpulkan agama sangat penting dalam kehidupan karena kebenaran yang gagal di cari-cari oleh manusia sejak dulu kala dengan ilmu dan filsafatnya, ternyata apa yang dicarinya itu terdapat dalam agama. Agama adalah petunjuk kebenaran. Bahkan agama itulah kebenaran, yaitu kebenaran yang mutlak dan universal. Itulah agama Islam.

3. Agama Sumber Informasi Metafisika

Telah disebutkan di muka, bahwa manusia itu makhluk tukang hertanya. Apa saja dipertanyakan untuk diketahui. Prof. Arnold Toynbee memperkuat pernyataan ini. Menurut ahli sejarah Inggris kenamaan ini. Bahkan tabir rahasia alam semesta juga ingin disingkap manusia. Dalam bukunya "an historian's approach to religion" dia menulis; "Tidak ada satu jiwa pun akan melalui hidup ini tanpa mendapat tantangan-rangsangan untuk memikirkan rahasia alam semesta.

Page 9: Bab 1. Agama & Manusia

Hal

aman

1

Lebih dari itu, bahkan rahasia metafisika juga termasuk hal yang ingin disingkap oleh manusia. Padahal masalah metafisika ialah masalah gaib seperti hidup sesudah mati (akherat), Tuhan, surga, neraka, atau hal-hal lain yang di balik alam nyata ini. Misalnya persoalan, kalau nyawa bercerai dari badan, kemana gerangan sang nyawa itu pergi? Lelakon apa kira-kira yang bakal dialaminya? Bagaimatia sebenamya keadaan alam akhirat yang serba gaib itu? Masalahmasalah pelik penuh misteri ini ingin diketahui oleh manusia.

Tetapi kenyataan menunjukkan, kalau manusia hanya mengandalkan akalnya (bahkan dengan ditambah ilmu dan filsafat sekalipun) semua persoalan metafisika tersebut tidak akan dapat diketahui. Manusia hanya bisa mengkhayal, atau paling tinggi menduga-duga dan tidak pernah mampu mengetahui perkara yang gaib terse~but secara yakin. Soalnya, semua persoalan metafisika yang serba gaib itu, memang sudah bukan lagi wilayah kemampuan akal, ilmu apa pun (hasilnya akan) menjadi lumpuh memasuki wilayah tersebut, sebab memang bukan lagi daerah wewenangnya. Firman Allah Swt : Katakan : tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui hat yang gaib, kecuali Allah : (Qs. An Naml :65)

Ibnu Khaldun dalam kitab Muqaddimahnya menulis, "Akal adalah sebuah timbangan yang tepat, yang catatan-catatannya pasti dan bisa dipercaya, Tetapi mempergunakan akal untuk menimbang hakikat dari hal-hal yang berkaitan dengan keesaan Tuhan, atau hidup sesudah mati, atau sifat-sifat Tuhan, atau hal-hal lain yang di luar lingkungan akal, adalah laksana mencoba mempergunakan timbangan tukang emas untuk menimbang gunung, ini tidak berarti bahwa timbangannya itu sendiri yang kurang tepat. Soalnya adalah, karena akal mempunyai batasbatas yang membatasinya".

Herbert Spencer, seorang filosuf (w. 1903) berkata : " Ilmu alam memberitahu kepada kita, bahwa untuk kita ada batas yang ditentukan,yang tidak boleh kita lampui dalam soal-soal ilmu. Kita tidak boleh melangkah melewati batas itu untuk mengenal sebab-sebab yang pertama (yang dimaksud adalah Tuhan) dan bagaimana hakikatnya.

Sehubungan dengan itu persoalan yang menyangkut metafisika masih gelap bagi manusia dan belum mendapat penyelesaian, semua tanda tanya tentang hat itu tidak terjawab oleh akal manusia, oleh ilmu dan filsafatnya. Padahal sejak dulu kala manusia telah tergoda untuk menyingkap dan mengetahuinya.

Sesungguhnya persoalan metafisika sudah masuk wilayah agama atau Iman, dan hanya Allah saja yang mengetahuinya, dan Allah Yang maha mengetahui perkara yang gaib ini dalam batas= batas yang dipandang perlu telah menerangkan perkara yang gaib rersebut melalui wahyu atau agama-Nya. Dengan demikian agama adalah sumber informasi tentang metafisika, dan karena itu pula hanya dengan agama manusia dapat mengetahui persoalan metafisika. Dengan agamalah dapat diketahui, hal-hal yang berkaitan dengan alam arwah, alam barzah, alam akherat, surga dan neraka, Tuhan dan sifat-sifatnya, dan hal-hal gaib lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa agama sangat penting bagi manusia (dan karena itu sangat dibutuhkan), karena manusia dengan akal, ilmu atau filsafatnya tidak sanggup menyingkap rahasia metafisika. Hal itu hanya dapat diketahui dengan agama, sebab agama adalah sumber informasi metafisika.

4. Agama Pembimbing Rohani bagi Manusia

Page 10: Bab 1. Agama & Manusia

Hal

aman

1

Hidup manusia di dunia fana ini kadang-kadang suka, tapi kadang-kadang juga duka, maklumlah, dunia bukanlah surga tetapi juga bukan neraka. Jika dunia itu surga, tentulah hanya kegembiraan yang ada, dan jika dunia itu neraka tentulah hanya penderitaan yang terjadi. Kenyataan menunjukkan, bahwa kehidupan dunia adalah rangkaian dari suka dan duka yang silih berganti, firman Allah SWT : Setiap jiwa pasti merasakan kemutian, dan kami mencoba kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai suatu ujian...(QS. Al-Anbiya : 35).

Terjadinya suka atau duka yang mewarnai kehidupan dunia ini sebabnya banyak dan bermacam-macam. Tetapi dalam garis besarnya menurut ayat di atas, karena manusia diberi cobaan Tuhan "dengan keburukan &n kebaikan". Dan hat itu dimaksudkan sebagai ujian bagi manusia dalam menghadapi cobaan tersebut, yak-ni cobaan duka karena ditimpa sesuatu yang buruk atau cobaan suka karena memperoleh sesuatu yang baik.

Dalam masyarakat dapat dilihat seringkali orang salah mengambil sikap menghadapi cobaan suka dan duka ini. Misalnya di kala suka, orang mabuk kepayang dan lupa daratan. Bermacam karunia Tuhan yang ada padanya tidak mengantarkan dia kepada kebaikan tetapi malah membuat dia jahat. Qarun yang hidup di zaman nabi Musa adalah contoh orang yang seperti ini. Sewaktu miskin, dia patuh beragama, tetapi sewaktu kaya raya ia jahat dan memusuhu Nabi Musa, Tsa'iabah yang hidup di zaman Nabi Muhammad SAW juga bertingkah demikian. Sewaktu ia miskin ia rajin beribadah, tetapi setelah menjadi peternak besar ia tinggalkan ibadahnya, bahkan ia menolak membayar zakat ternaknya.

Sikap yang salah juga sering dilakukan orang sewaktu dirundung duka. Dia misalnya hanyut saja dalam himpitan kesedihan yang berkepanjangan. Padahal dari sikap yang keliru ini dapat mengakibatkan gangguan jiwa, yang disebut depresi yang gejalagejalanya berupa murung, lesu, hilang gairah hidup, merasa tidak berguna dan putus asa. Menurut data yang dikumpulkan oleh WHO (World Health Organiziation), diperkirakan 100 juta penduduk dunia saat ini mengalami depresi. Dan konon, dari jumlah ini sekitar 800.000 penderita adalah orang-orang Indonesia. Depresi adalah penyebab utama tindakan bunuh diri, dan tindakan ini menempati urutan keenam dan penyebab utama kematian di Amerika Serikat.

Bagaimana sikap yang benar menghadapi suka dan duka? Jawaban atas pertanyaan ini terkandung dalam sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan : Betapa menakjubkan keadaan orang yang ber-iman, Sesungguhnya keadan orang yangb beriman itu semuanya serba baik dan yang demikian itu tidak terjadi kecuali hanya pada orang yang beriman. Yakni, kika ia memperoleh sesuatu yang menggembirakan dia bersyukur dan syukur adalah baik baginya. Dan jika ia ditimpa sesuatu yang menyedihkan dia bersabar dan sabar juga baik baginya" (H.R Muslim).

Dengan sabdanya ini Nabi mengajarkan, hendaknya orang beriman bersyukur kepada Allah pada waktu memperoleh sesuatu yang menggemberikan, dan tabah atau sabar pada waktu ditimpa sesuatu yang menyedihkan. Bersyukur di kala suka dan sabar di kala duka inilah sikap mental yang hendaknya selalu dimiliki oleh orang beriman. Dengan begitu hidup orang beriman selalu stabil, tidak ada goncangan-goncangana, bahkan tenteram dan bahagia, inilah hal yang menakjubkan dari orang yang beriman seperti dikatakan Nabi. Keadaan hidup

Page 11: Bab 1. Agama & Manusia

Hal

aman

1

seluruhnya serba baik.

E. AGAMA ISLAM DAN RUANG LINGKUPNYA

Islam berasal dari kata aslama-Yuslimu yang berarti menyerah, tunduk dan damai. Secara bahasa Islam mengandung makna umum, bukan nama dari suatu agama. Ketundukan ketaatan dan kepatuhan merupakan makna Islam. Ini berarti segala sesuatu tunduk dan patuh terhadap kehendak Allah adalah Islam. Menurut Al Quran, Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diberikan kepada masyarakat manusia melalui para Rasul-Nya. Jadi, Islam adalah agama Allah yang dibawa para nabi, pada setiap zamannya yang berakhir dengan kenabian Muhammad Saw, penamaan agama Islam bagi para nabi didasarkan kepada firman Allah, yaitu :

Katakanlah (hai orang-orang mukmin) : "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkdn kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Qs. Al Baqarah : 136)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oteh nabi-nabi yang Islam (menyerah diri kepada Allah), oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orung yang kafir. (Qs. Al Maidah : 44)

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu [dalam Kitab-Kitab yang telah dirurunkan kepada nahi-nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirinur dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penotong. (Qs. Al Hajj : 78)

Dan rangkaian ayat di atas tampaklah bahwa agama Islam adalah agama yang diturUmkan Allah kepada manusia melalui para rasul dan pada saat ter,ikhir agama ini diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Jadi Islam dalam pengertian yang paling baru dan sempurna merupakan ajaran dan wahyu Allah yang ditu runkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Ajaran Islam bersifat universal dan berlaku setiap zaman. Keabadian dan keaknialan Islam telah dibuktikan sepanjang sejarahnya, dimana setiap kurun waktu dan perkembangan peradaban manusia senantiasa dapat dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui Al Quran sebagai landasannya. Keuniversalan konsep Islam merupakan jawaban terhadap keterbatasan manusia dan pemikirannya yang temporal dan parsial, Karena keparsialan ini muncullah kekurangan dan dari ketemporalan lahirlah kegoyahan yang menuntut perubahan-perubahan. Keuniversalan Islam membebaskan

Page 12: Bab 1. Agama & Manusia

Hal

aman

1

Islam dari berbagai kekurangan dan kelemahan yang lebih membuktikan akan kebenarannya.

Keuniversalan ajaran Islam pada hakekatnya terwujud dari hal yang paling mendasar dan pokok dari seluruh konsep Islam, yaitu keyakinan akan keesaan Allah atau Tauhidullah. Konsep tauhidullah adalah konsep khas Islam dan menjadi azas yang paling esensial dalam seluruh system Islam yang dapat melahirkan jiwa kaum muslimin merdeka dari intervensi, penekanan dan intimidasi manusia lain. Ia merupakan nilai dan etos yang membentuk sikap jiwa yang bebas dan kreatif dalam menunaikan tugas kema-nusiaannya. Dalam pada itu tauhid melahirkan pula ketundukan, kepasrahan dan ketaatan tanpa reserve terhadap undang-undang dan peraturan-peraturan Allah.

Dari tauhidullah ini lahir pula konsep Islam selanjutnya berupa integralitas dan kesempurnaan, dalam konsep ini berarti islam tidak membutuhkan penyempurnaan atau penambahan dari luar, karena ia adalah ciptaan Allah sehingga akan sesuai dengannya apapun yang idciptakan Allah, termasuk di dalamnya manusia sebagi sasaran konsep Islam. Penolakan terahadap konsep Islam berarti pengingkaran terhadap nilai dan makna kemanusiannya.

Tauhidullah melahirkan prinsip keseimbangan dan harmoni, yaitu mencakup kehidupan hari ini hari esok (dunia dan akhirat), memberikan pemenuhan kebutuhan jasmani sekaligus kebutuhan rohani, memberi perhatian terhadap individu maupun social, dan mencakup hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan makhluk lainnya termasuk dengan lingkungannya. Aspek-aspek yang berkenaan dengan hidup dalam bentuk nilai dan norma Islam disebut syariat.

Tujuan syariat Islam yang sangat menonjol adalah meneguhkan nilai-nilai kemanusian yang sehat, agar tercipta hak yang menjamin kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan demikian tujuan yang dibimbing oleh syariat Islam bukan hanya tujuan yarrg bersifat sementara, tetapi suatu tujuan akhir (ultimate goal) berupa kebahagiaan yang abadi yang dipenuhi kebaikan di akherat. Dengan demikian di dalam konsep Islam kematian adalah pembuka kea rah kebaikan dan bukan suatu tragedi yang perlu ditakutkan. Jadi kehidupan dalam Islam menyimpan optimisme menyambut masa depan dengan penuh harapan, karena tertanamnya keimanan.

Syariat Islam yang dating dari Allah itu ditujukan kepada manusia, makhluk Allah. Karena sumber syariat adalah Allah, maka realisasi syariat Islam dalam kehidupan manusia telah terencana dengan sempurna sebagai perbuatan yang mampu dilakukan manusia. Karena kapasitas kemanusiaanya telah disesuaikan dengan beban dan bobot syariat. Di sini Islam dapat lebih dipahami sebagai ajaran yang sesuai dengan atribut kemanusiaan. Karena itu tidak heran jika syariat Islam sesuai dengan kodrat kemanusiaan dan tidak ada satupun ajaran syariat Islam yang menafikan kodrat tersebut. Dengan demikian penolakan manusia terahadap syariat Islam merupakan penolakan manusia terhadap syariat Islam yang merupakan penolakan manusia terhadap kodrat asasi dirinya sendiri sebagai manusia.

Konsep Islam berhubungan dengan realitas-realitas nyata dan meyakinkan yang tidak terlepas hakekat Ilahi yang membekas dalam jejak-jejak nyata dan dapat dicerap secara indrawi. Islam menghendaki realitas kongkrit, bukan imaginative. Karena itu dalam konsep Islam tidak dapat dipisahkan antara keimanan yang abstrak dengan realitas indrawi yang kongkrit berupa tingkah laku yang dikenal dengan amal shaleh. Melalui realitas inilah Islam n,enghadapi alam yang berwujud realistis yang menjelmakan dan

Page 13: Bab 1. Agama & Manusia

Hal

aman

1

mendorong munculnya sikap, aktifitas dan kreatifitas kemanusiaan dalam alam nyata, yaitu kehidupan sehari-hari sebagai individu dan masyarakat di tengah-tengah lingkungan alamnya.

Agama Islam adalah risalah (pesan-pesan) yang diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung hokum-hukum sempurna untuk dipergunakan dalam menyelenggarakan tata cara kehidupan manusia, yaitu mengatur hubungan manusiadengan manusia lainnya, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan Khaliknya. Karena itu, agama Islam mengandung tiga komponen pokok yang terstruktur dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga komponen tersebut adalah :1. Aqidah atau Iman, yaitu keyakinan akan adanya Allah dan para rasul yang diutus

dan dipilih-Nya untuk menyampaikan risalah-Nya kepada umat melalui malaikat, yang dituangkan dalam kitab-kitab suci-Nya yang berisikan informasi tentang adanya hari akhir dan adanya suatu kehidupan sesudah mati. Serta informasi tentang segala sesuatu yang telah direncanakan dan ditentukan Allah. Aqidah merupakan komponen pokok dalam agama Islam yang diatasnya berdiri syariat dan akhlak Islam.

2. Syariat, yaitu aturan atau undang-undang Allah tentang pelaksanaan dan penyerahan diri secara total melalui proses ibadah secara langsung kepada Allah maupun secara tidak langsung dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan alam sekitarnya. Oleh karena itu, secara garis besar, syariat meliputi dua hal pokok, yaitu ibadah dalam pengertian khusus atau ibadah mahdhah dan ibadah dalam arti umum atau muamalah arau ibadah ghairu mahdhah.

3. Akhlak, yaitu pelaksanaan ihadah kepada Allah dan bermua'malah dengan sesame makhluk dengna penuh keikhlasan seakan-akan disaksikan langsung oleh Allah, meskipun dia tidak melihat Allah secara langsung.