baamnah.docx

49
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat si bayi sakit batuk dan pilek, perhatikan apakah napasnya sesak dan cepat. Jika ya, besar kemungkinan ia terkena bronkitis. Bronkitis adalah peradangan pada bronkiolus, yaitu cabang saluran napas yang paling kecil dan paling ujung, yang bersambungan dengan alveolus (jaringan paru). "Biasanya, bronkitis didahului infeksi saluran napas atas akut, misal, batuk pilek biasa. Proses perjalanan dari batuk pilek biasa hingga menjadi bronkitis memakan waktu antara 3-10 hari," papar dr. Darmawan B.S. Sp.A, dari Sub-Bagian Pulmonologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN CM, Jakarta. Menyoal penyebab bronkitis, berdasarkan referensi ilmu kedokteran, dikatakan, utamanya adalah virus. Adapun yang paling banyak menyerang adalah Respiratory Syncytial Virus atau biasa disingkat RSV. Di Indonesia, ungkap Darmawan, pernah dilakukan studi untuk mengetahui secara persis kuman yang paling sering menyebabkan bronkitis. Namun karena kemampuan 1

Upload: novan-cahaya-saputra

Post on 01-Feb-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAAMNAH.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat si bayi sakit batuk dan pilek, perhatikan apakah napasnya sesak dan

cepat. Jika ya, besar kemungkinan ia terkena bronkitis. Bronkitis adalah

peradangan pada bronkiolus, yaitu cabang saluran napas yang paling kecil dan

paling ujung, yang bersambungan dengan alveolus (jaringan paru). "Biasanya,

bronkitis didahului infeksi saluran napas atas akut, misal, batuk pilek biasa.

Proses perjalanan dari batuk pilek biasa hingga menjadi bronkitis memakan

waktu antara 3-10 hari," papar dr. Darmawan B.S. Sp.A, dari Sub-Bagian

Pulmonologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN CM, Jakarta.

Menyoal penyebab bronkitis, berdasarkan referensi ilmu kedokteran,

dikatakan, utamanya adalah virus. Adapun yang paling banyak menyerang

adalah Respiratory Syncytial Virus atau biasa disingkat RSV. Di Indonesia,

ungkap Darmawan, pernah dilakukan studi untuk mengetahui secara persis

kuman yang paling sering menyebabkan bronkitis. Namun karena kemampuan

diagnostik di sini terbatas, belum dapat diambil kesimpulan secara akurat.

B. Rumusan Masalah

1.  Apa definisi Bronkitis?

2. Manifestasi klinik Bronkitis?

3. pemeriksaan penunjang pasa Bronkitis?

4. Faktor-faktor pencetus apa saja pada Bronkitis?

5. perjalana penyakit pada Bronkitis?

1

Page 2: BAAMNAH.docx

6.  penatalaksanaan pada Bronkitis?

7. Askep Bronkitis?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengerti tentang Bronkitis dan memahami apa yang harus dilakukan seorang

perawat untuk menangani Bronkitis.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi Bronkitis

b. Mengetahui Manifestasi klinik Bronkitis

c. Mengetahui pemeriksaan penunjang pasa Bronkitis

d. Mengetahui Faktor-faktor pencetus apa saja Bronkitis

e. Mengetahui perjalana penyakit pada Bronkitis

f. Mengetahui penatalaksanaan pada Bronkitis

D. Manfaat

Dengan pembuatan makalah ini kami dapat mengerti tentang Bronkitis

memahami apa yang harus dilakukan seorang perawat untuk menangani

Bronkitis.

2

Page 3: BAAMNAH.docx

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi

Gambar 1

3

Page 4: BAAMNAH.docx

Gambar 2

Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung

oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung

CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan

adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh

untuk mengadakan pembakaran,

mengeluarkan CO2 hasil dari metabolism.

1. Hidung

Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang

dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk

menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis

inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi

untuk mengahangatkan udara.

2. Faring

Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan

makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung,

dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat

jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening.

3. Laring

Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk

suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis

dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir,

kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium

berlapis.

4

Page 5: BAAMNAH.docx

1. Trakea

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang

terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi

untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam

diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang

berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama

dengan udara pernapasan.

2. Bronkus

Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada

ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan

trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan

lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai

3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang.

Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat

cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.

3. Paru-paru

Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-

gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam

darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.

B. Bronkitis

Pengertian

Bronkitis adalah suatu kondisi terjadi terutama pada umur kurang dari 6 bulan

dan didahului dengan gejala pilek yang diikuti oleh batuk iritatif serak, sukar

bernafas, dan tidak mau makan.

5

Page 6: BAAMNAH.docx

Bronkitis akut adalah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering diderita

bayi atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering pada usia 6 bulan.

(Ngastiyah, 2005).

Bronkitis akut adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran

nafas kecil (bronkiolus), terjadai pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan

insidens tertinggi sekitar usia 6 bulan.

C. Etiologi

Mula-mula bayi menderita gejala ISPA atas ringan berupa pilek yang

encer dan bersin. Gejala ini berlangsung beberapa hari, kadang-kadang disertai

demam dan nafsu makan berkurang. Kemudian timbul distres nafas yang ditandai

oleh batuk paroksismal, wheezing, sesak napas. Bayi-bayi akan menjadi rewel,

muntah serta sulit makan dan minum. Bronkitis biasanya terjadi setelah kontak

dengan orang dewasa atau anak besar yang menderita infeksi saluran nafas atas

yang ringan. Bayi mengalami demam ringan atau tidak demam sama sekali dan

bahkan ada yang mengalami hipotermi.

Terjadi distres nafas dengan frekuensi nafas lebih dari 60 kali per menit,

kadang-kadang disertai sianosis, nadi juga biasanya meningkat. Terdapat nafas

cuping hidung, penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi.

D. Patofisiologi

RSV adalah single stranded RNA virus yang berukuran sedang (80-350nm),

termasuk paramyxovirus. Terdapat dua glikoprotein permukaan yang merupakan

bagian penting dari RSV untuk menginfeksi sel, yaitu protein G (attachment

protein )yang mengikat sel dan protein F (fusion protein) yang menghubungkan

partikel virus dengan sel target dan sel tetangganya. Kedua protein ini

merangsang antibodi neutralisasi protektif pada host. Terdapat dua macam strain

antigen RSV yaitu A dan B. RSV strain A menyebabkan gejala yang pernapasan

6

Page 7: BAAMNAH.docx

yang lebih berat dan menimbulkan sekuele. Masa inkubasi RSV 2 - 5 hari. Virus

bereplikasi di dalam nasofaring kemudian menyebar dari saluran nafas atas ke

saluran nafas bawah melalui penyebaran langsung pada epitel saluran nafas dan

melalui aspirasi sekresi nasofaring. RSV mempengaruhi sistem saluran napas

melalui kolonisasi dan replikasi virus pada mukosa bronkus dan bronkiolus yang

memberi gambaran patologi awal berupa nekrosis sel epitel silia. Nekrosis sel

epitel saluran napas menyebabkan terjadi edema submukosa dan pelepasan debris

dan fibrin kedalam lumen bronkiolus.

Virus yang merusak epitel bersilia juga mengganggu gerakan mukosilier,

mukus tertimbun di dalam bronkiolus . Kerusakan sel epitel saluran napas juga

mengakibatkan saraf aferen lebih terpapar terhadap alergen/iritan, sehingga

dilepaskan beberapa neuropeptida (neurokinin, substance P) yang menyebabkan

kontraksi otot polos saluran napas. Pada akhirnya kerusakan epitel saluran napas

juga meningkatkan ekpresi Intercellular Adhesion Molecule-1 (ICAM-1) dan

produksi sitokin yang akan menarik eosinofil dan sel-sel inflamasi. Jadi,

bronkiolus menjadi sempit karena kombinasi dari proses inflamasi, edema saluran

nafas, akumulasi sel-sel debris dan mukus serta spasme otot polos saluran

napas.Adapun respon paru ialah dengan meningkatkan kapasitas fungsi residu,

menurunkan compliance, meningkatkan tahanan saluran napas, dead space serta

meningkatkan shunt. Semua faktor-faktor tersebut menyebabkan peningkatan

kerja sistem pernapasan, batuk, wheezing, obstruksi saluran napas, hiperaerasi,

atelektasis, hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolik sampai gagal napas. Karena

resistensi aliran udara saluran nafas berbanding terbalik dengan diameter saluran

napas pangkat 4, maka penebalan dinding bronkiolus sedikit saja sudah

memberikan akibat cukup besar pada aliran udara. Apalagi diameter saluran napas

bayi dan anak kecil lebih sempit. Resistensi aliran udara saluran nafas meningkat

pada fase inspirasi maupun pada fase ekspirasi.

Selama fase ekspirasi terdapat mekanisme klep hingga udara akan

terperangkap dan menimbulkan overinflasi dada. Volume dada pada akhir

7

Page 8: BAAMNAH.docx

ekspirasi meningkat hampir 2 kali di atas normal. Atelektasis dapat terjadi bila

obstruksi total.Anak besar dan orang dewasa jarang mengalami bronkitis bila

terserang infeksi virus. Perbedaan anatomi antara paru-paru bayi muda dan anak

yang lebih besar mungkin merupakan kontribusi terhadap hal ini. Respon proteksi

imunologi terhadap RSV bersifat transien dan tidak lengkap. Infeksi yang

berulang pada saluran napas bawah akan meningkatkan resistensi terhadap

penyakit. Akibat infeksi yang berulang-ulang, terjadi ‘cumulatif immunity’

sehingga pada anak yang lebih besar dan orang dewasa cenderung lebih tahan

terhadap infeksi bronkitis dan pneumonia karena RSV.

Penyembuhan bronkitis akut diawali dengan regenerasi epitel bronkus dalam

3-4 hari, sedangkan regenerasi dari silia berlangsung lebih lama dapat sampai 15

hari . Ada 2 macam fenomena yang mendasari hubungan antara infeksi virus

saluran napas dan asma: (1) Infeksi akut virus saluran napas pada bayi atau anak

keci seringkali disertai wheezing. (2) Penderita wheezing berulang yang disertai

dengan penurunan tes faal paru, ternyata seringkali mengalami infeksi virus

saluran napas pada saat bayi/usia muda. Infeksi RSV dapat menstimulasi respon

imun humoral dan selular. Respon antibodi sistemik terjadi bersamaan dengan

respon imun lokal. Bayi usia muda mempunyai respon imun yang lebih buruk.

Glezen dkk (dikutip dari Bar-on, 1996) mendapatkan bahwa terjadi hubungan

terbalik antara titer antibodi neutralizing dengan resiko reinfeksi. Tujuh puluh

sampai delapan puluh persen anak dengan infeksi RSV memproduksi IgE dalam 6

hari perjalanan penyakit dan dapat bertahan sampai 34 hari. IgE-RSV ditemukan

dalam sekret nasofaring 45% anak yang terinfeksi RSV dengan mengi, tapi tidak

pada anak tanpa mengi. Bronkitis yang disebabkan RSV pada usia dini akan

berkembang menjadi asma bila ditemukan IgE spesifik RSV .

Patway

BRONKITIS

8

Page 9: BAAMNAH.docx

9

Respiratory Syncytial Virus (RSV) menyerang / menginfeksi saluran pernafasan atas

menimbulkan edema dan akumulasi skret/lendir

PeradanganObstruksi

- Anoreksia - Penurunan

BB

- Batuk - Pilek - Sesak - Rhonci - Wheezing

Suhu tubuh meningkat

Kontriksi pada bronkiolus selama ekspirasi

Hipertermi

Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuhCairan tubuh mengalami

penguapan

Hiperinflasi pada paru

Kekurangan volume cairan Bersihan jalan

nafas tak efektif Atelektasis

Page 10: BAAMNAH.docx

E. Tanda dan gejala

1. Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)

2. Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan

3. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)

4. Bengek

5. Lelah

6. Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan

7. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan

8. Pipi tampak kemerahan

9. Sakit kepala

10. Gangguan penglihatan

10

Ansietas Kurang pengetahuan

Kerusakan pertukaran gas

Hypoxsia

Terjadi asidosis dan alkalosis respiratori ringan

Page 11: BAAMNAH.docx

11. Sedikit demam.

12. Dada merasa tidak nyaman.

F. Penatalaksanaan Medis

a) Pemberian oksigen 1-2 liter/menit, diberikan bila terdapat tanda hipoksemia

seperti : gelisah dan cyanosis.

b) Cairan intravena (NFD), biasanya diperlukan campuran dektrose 10% : NaCl

0,9% = 3:1 + KCL 10Meq/500 ml cairan.

c) Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi :

a. Bronkitis community base (Ampisilin 100 mg/kg BB/ hari,

letoramfenikol 75 mg/kg BB/hari)

b. Bronkolitis hospital base (Sefatoksin 100 mg/kg BB/hari, Amikasin 10-

15 mg/kg BB/hari)

d) Steroid

e) Bronkodilator (ventolin) diberikan pada kondisi sekret yang kental.

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia.

2. Laboratorium : Leukosit > 17.500.

3. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

a. Tes fungsi paru-paru

b. Gas darah arteri

c. Rontgen dada.

d. Pemeriksaan sputum selama 3x berturut-turut selama 3 hari pada pagi hari

sesudah bangun tidur.

11

Page 12: BAAMNAH.docx

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT

BRONKITIS

A. Pengkajian

1. Riwayat kesehatan

a) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek,

demam.

b) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.

c) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.

d) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan.

e) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal,

gelisah, sianosis.

2. Pemeriksaan fisik

a. Demam, takipnea, sianosis, pernapasan cuping hidung

b. Auskultasi paru ronchi basah

c. Laboratorium leukositosis, LED meningkat atau normal

d. Rontgent dada abnormal (bercak, konsolidasi yang tersebar pada kedua

paru)

3. Factor fsikologis / perkembangan

a) Toleransi / kemampuan memahami tindakan

b) Koping

c) Pengalaman terpisah dari keluarga / orang tua

12

Page 13: BAAMNAH.docx

d) Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya

4. Pengetahuan keluarga / orang tua

a) Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit saluran pernapasan

b) Pengalaman keluarga tentang penyakit saluran pernafasan

c) Kesiapan / kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya

B. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan meningkatnya

produksi lender atau secret.

2. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi mekanis,

inflamasi, peningkatan sekresi, ketidaknyamanan, kerusakan persepsi dan

kognitif, nyeri.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif.

4. Peningkatan  suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

C. Intervensi

Diagnosa I

- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan

meningkatnya produksi lender atau secret.

1. Tujuan : pertukaran gas kembali normal.

2. Kriteria : Klien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara

optimal dan oksigenisasi jaringan secara adekuat

3. Rencana tindakan :

a. Ciptakan lingkungan dengan tinggi kelembabannya dengan cara

menempatkan ke dalam tenda lembab atau alat dengan humidifikasi yang

dingin.

13

Page 14: BAAMNAH.docx

R/ : Kelembaban yang dingin dari tenda atau Croupette akan membantu

mengencerkan lendir dan mengurangi edema bronkiolus

b. Berikan oksigen melalui sungkup muka, kanule hidung, atau oksigen tenda,

sesuai petunjuk.

R/ : Oksigen akan membantu mengurangi kegelisahan berhubungan dengan

kesukaran pernafasan dan hipoksia

c. Posisikan anak dengan kepala dan dada lebih tinggi dan leher agak

ekstensi.

R/ : Posisi ini mempertahankan terbukanya jalan nafas dan memudahkan

respirasi oleh karena menurnnya tekanan diaphragm

d. Lakukan fisioterapi dada setiap 4 jam, atau sesuai petunjuk.

R/ : Fisoterapi dada membantu menghilangkan dan mengeluarkan mukus

yang dapat menghambat jalan nafas yang lebih kecil

e. Berikan bronkodilator sesuai petunjuk

R/ : Walaupun sering digunakan untuk menangani spasme otot,

bronkodilator juga secara efektif mengobatan edema bronkiolus

f. Lakukan pengisapan lendir sesuai kebutuhan untuk mengeluarkan secret

R/ : Mengeluarkan lendir akan membantu membersihkan bronkiolus, akan

meningkat pertukaran gas.

g. Berikan obat antivirus sesuai petunjuk.

R/ : Obat anti virus, seperti respiratory syncytial virus immune globulin

(RespiGam), digunakan untuk pengobati RSV, ribavirin (Virasole) juga

digunakan, walaupun kemanjuran dapat dipertanyakan.

h. Berikan istirahat yang adekuat dengan mengurangi kegaduhan dan

pencahayaan dan berikan kehangatan dan kenyamanan

14

Page 15: BAAMNAH.docx

R/ : Meningkatkan istirahat akan mengurangi kesukaran pernafasan yang

berhubungan dengan bronkitis.

i. Kaji frekuensi pernafasan anak dan iramanya setiap jam. Jika anak

mengalami gangguan pernafasan, auskultasi bunyi nafas, lakukan

fisioterapi dada, dan informasikan pengobatan pernafasan.

R/ : Pengkajian yang sering akan menjamin fungsi pernafasan yang

adekuat.

j. Monitor denyut apikal pada anak; jika mendeteksi adanya takikardia

(dasarkan pada usia anak), laporkan pada dokter kejadian tersebut

R: / Takikardia dapat disebabkan adanya hipoksia atau pengaruh

penggunaan bronkodilator.

Diagnosa 2

- Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi

mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, ketidaknyamanan, kerusakan

persepsi dan kognitif, nyeri.

1. Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.

2. Kriteria : sekret dapat keluar.

3. Rencana tindakan :

a. Observasi TTV

R/: Mengetahui tanda- tanda vital pada anak

b. Kaji frekwensi dan  kedalaman gerakan dada

R:/ Takipnoe, pernafasan dangkal, dan gerakan tak simetris sering terjadi

karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru- paru

15

Page 16: BAAMNAH.docx

c. Auskultasi daerah paru, catat area penurunan / tidak adanya aliran udara

dan bunyi nafas

R/: Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan,

bunyi nafas bronchial ( normal pada bronchus ) dapat juga terjadi pada area

konsolidasi.

Diagnosa 3

- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif.

1. Tujuan : Klien tidak menunjukkan tanda- tanda infeksi sekunder

2. Kriteria : Terjadi penurunan gejala infeksi.

3. Rencana tindakan :

a) Ajarrkan mencuci tangan yang baik

R:/ Mempertahankan lingkungan aseptik.

b) Isolasi anak sesuai indikasi.

R;/: Mencegah penyebaran infeksi nasokomial

c) Beri antibiotic sesuai ketentuan

R/: Mencegah atau mengatasi infeksi

d) Berikan diet bergizi sesuai kesukaan anak dan kemauan untuk

mengkonsumsi nutrisi

R/: Mendukung pertahanan tubuh alami.

Diagnosa 4

- Peningkatan  suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

16

Page 17: BAAMNAH.docx

1. Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.

2. Kriteria : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan proses infeksi

hilang

3. Rencana tindakan :

a) Pertahankan lingkungan yang sejuk melalui penggunaan piyama sinar

kuat dan selimut dan pertahankan temperatur ruangan antara 72º dan 75ºF

(22º dan 24º C).

R:/ Lingkungan yang sejuk akan membantu menurunkan temperatur

tubuh melalui kehilangan panas melalui radiasi

b) Berikan antipiretik sesuai petunjuk.

R/: Antipiretika seperti acetaminophen (Tyleno), efektif menurunkan

demam

c) monitor temperatur anak setiap 1 sampai 2 jam bila terjadi peningkatan

secara tiba-tiba

R/: Peningkatan temperatur secara tiba-tiba akan mengakibatkan kejang-

kejang

d) Berikan antimikroba, jika disarankan

R:/ Antimikroba sesuai dengan petunjuk guna mengobati organisma

penyebab. Antibiotik biasanya tidak disarnkan untuk mengobati RSV.

D. Implementasi Keperawatan

Tindakan/pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun

dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang

17

Page 18: BAAMNAH.docx

diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodofikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan

keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai

keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama

tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan pengumpulan data dan memilih

tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua tindakan

keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan oleh institusi.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat

untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,

perencanaan, dan pelaksanaan tindakan

Menurut Griffith & Christensen (2002) evaluasi sebagai sesuatu yang

direncanakan, dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien.

Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka

perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan. Evaluasi merupakan

langkah terakhir dalam proses keperawatan yang merupakan kegiatan sengaja dan

terus menerus yang melibatkan klien perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.

1. Tujuan evaluasi adalah :

a) Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak

b) Untuk melakukan pengkajian ulang

c) Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat dibuktikan

dengan prilaku klien

d) Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan

18

Page 19: BAAMNAH.docx

pernyataan tujuan pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan

e) Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku,

tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah

ditentukan

f) Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali

menunjukkan prilaku yang telah ditentukan.

Menurut Alimul, (2001) catatan perkembangan merupakan catatan

tentang perkembangan keadaan klien yang didasarkan pada setiap masalah

yang ditemui pada klien. Modifikasi rencana dan tindakan mengikuti

perubahan keadaan klien. Adapun metode yang digunakan dalam catatan

perkembangan adalah sebagai berikut :

S : Data subjektif

Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan,

dan dikemukakan klien.

O : Data objektif

Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim

kesehatan lain.

A : Assesment

Kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun objektif dinilai dan

dianalisis, apakah perkembangan kearah perbaikan atau kemunduran.

Hasil analisis dapat menguraikan sampai dimana masalah yang ada dapat

diatasi atau adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan

diagnosa keperawatan baru.

P : Perencanaan

Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisa di

atas yang berisi malanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau

19

Page 20: BAAMNAH.docx

masalah belum teratasi dan membuat rencana baru bila rencana awal tidak

efektif.

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

A. Pengkajian

1. Kaji identitas Pasien

Nama  : A.n W

Tempat tanggal lahir  : Lebin 21 November 2013

Usia : 1 tahun

Jenis kelamin  : laki – laki

Tanggal masuk : 17 November 2014

Nama ayah/ ibu : T.n Z/ Ny. U

Pendidikan ayah/ ibu  : SMA/ SMP

Agama  : Islam

Suku bangsa  : Samawa

Alamat  : Sumbawah Besar

Diagnosa medis  : Bronkialitis

2. Keluhan Utama

Klien datang ke RS dengan Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna

kemerahan), Sesak nafas ketika lagi bermain atau aktivitas, Bengek, dan

Sedikit demam.

20

Page 21: BAAMNAH.docx

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Batuk-batuk diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak bertambah berat saat

anak lari-lari.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Ibu pasien mengatakan pernah pilek

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai

riwayat penyakit asma, bronkialitis ataupun penyakit pernafasan lainnya.

6. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

a. TTV

1) Suhu : 38°C

2)  Nadi : 88X/ menit

3) TD : normal (110/60 mmHg)

4)  Pernafasan : 28 x / menit

5) Kesan umum : Sesak

6) Wajah             : pucat

7) Kesadaran     : composmentis

b. Head to toes

2. kulit rambut dan kuku

a) Inspeksi

 Warna kulit     : kemerahan

  Lesi                 : tidak/ada

  Jml rambut      : merata

21

Page 22: BAAMNAH.docx

  Warna kuku     : merah muda

  Cavilar revil     : normal bila kembali < 2 detik.

b) Palpasi

  Suhu                : teraba panas

  Edema             : tidak ada

3. kepala

a. Inspeksi

  Kesimetrisan muka       : simetris

  Tengkorak                    : normal (tidak ada deformitas)

  Rambut                     : relative (dari banyak sampai sedikit)

  Kulit kepala                  : tidak ada deformitas, tidak ada ketombe,

b. Palpasi

  Kulit kepala                  : tidak ada kotoran

  deformitas              : tidak ada

Mata

  bentuk bola mata          : bulat

  konjunctiva                  : ikterik

  sclera                            : ikterik

  pupil                             : isokor

  gerakan                          : tidak terbatas

  tekanan bola mata        : tidak ada nyeri tekan

4. Telinga

a. Inspeksi

  Daun telinga                 : simetris kanan kiri

  Liang telinga                : ada serumen, ada lesi

b. Palpasi

22

Page 23: BAAMNAH.docx

  Cartilage                       : ada nyeri tekan

  Nyeri tekan tragus        : ada dan ada gangguan pendengaran.

5. Leher

a) Inspeksi

  Bentuk leher     : sedang

  Bengkak           : tidak ada

  Hyperplasia      : tidak ada

  JVP                  : tidak ada

  Gerakan            : agak lemah

b) Palpasi

  Kelenjar limpe          : tidak ada nyeri tekan

  Kelenjar tiroid         : tidak ada nyeri tekan

6. Dada

a. Inspeksi

  Bentuk             : ada peninggian diafragma, tidak ada

pembengkakan

  Retraksi            : tidak ada

  Kulit                 : sama dengan warna kulit sekitar,tidak ada lesi

atau bisul

b. Palpasi

  Benjolan           : tidak ada,tidak ada nyeri tekan /krepitasi.

c) Perkusi            

Hipersonor

d) Auskultasi     

23

Page 24: BAAMNAH.docx

Inspirasi :

Ekspirasi : kadang terdengar suara ronki basah halus

7. Abdomen

a. Inspeksi

  Bentuk            : tidak terlihat pembengkakan abdomen

  Simetris            : tidak simetris kanan kiri

  Luka                 : tidak ada luka

b. Auskultasi

     Peristaltic      : 30 X/menit

c) Perkusi                     : peka

d) Palpasi                       : tidak terdapat nyeri tekan abdomen

24

Page 25: BAAMNAH.docx

7. Analisis Data

Data Etiologi Masalah

Biasanya berisi data subjektif dan

objektif

Contoh:

DS: Ibu mengungkapkan anak

batuk disertai riak dengan

sesak sejak 2 hari yang lalu.

DO:

- Wheezing +/+.

- Rhonci +/+.

- RR 28 x/mnt, teratur.

- Retraksi intercosta ringan.

- Pergerakan dada simetris,

irama nafas teratur.

Alergen

Aktivasi Ig. E

Pengeluaran histamin

Organ target (saluran

pernafasan)

Edema mukosa

Peningkatan produksi mukus

Bersihan jalan

nafas

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifanjalan nafas b/d banyaknya secret mucus

2. Risiko aspirasi b/dtidak efektifnya refllek menelan.

3. Perfusi jaringan tidak efektif b/d kerusakan transport oksigen melalui alveolar

dan atau membran kapiler

25

Page 26: BAAMNAH.docx

4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak

mampuan pemasukan

5. Risiko infeksi b/d penurunan imunitas tubuh, prosedur invasive.

C. Rencana Intervensi

No.

Dx. Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifan

jalan nafas b/d

banyaknya

secret mucus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan jalan nafas efektif dengan kriteria:1) Menentukan

posisi pasien sehingga memudahkan meningkatnya pertukaran gas.

2) Dapat mendemonstrasikan batuk efektif.

3) Dapat menyebabkan strategi untuk menurunkan kekentalan sekret.

4) Tidak ada suara nafas tambahan.

1) Kaji warna, kekentalan dan jumlah sputum

2) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk.

3) Ajarkan klien untuk menurunkan viskositas sekresi

4) Auskultasi paru sebelum dan sesudah tindakan

5) Lakukan fisioterapi dada dengan tehnik drainage postural,perkusi dan fibrasi dada

1) Karakteristik sputrum dapat menunjukkan berat ringannya obstruksi

2) Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif serta menimbulkan frustasi

3) Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.

4) Berkurangnya suara tambahan

26

Page 27: BAAMNAH.docx

6) Dorong dan atau berikan perawatan mulut

setelah tindakan menunjukan keberhasilan

5) Fisioterpi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret.

6) Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau mulut.

2. Risiko aspirasi

b/dtidak

efektifnya

refllek menelan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi aspirasi dengan kriteria hasil:1. Terjadi

peningkatan reflek menelan

2. Bertoleransi thdp intake oral & sekresi tanpa aspirasi

3. Jalan nafas bersih.

1. Cek residu sebelum pemberian NGT

2. Monitor tanda aspirasi selama proses pemberian NGT (batuk, tersedak, saliva)

3. Monitor tingkat kesadaran,reflek batuk,reflek menelan dan kemampuan menelan

4. Monitor status paru

1. Untuk mencegah terjadinya aspirasi

2. Agar pada saat pemberian NGT perawat dapat mengetahui terjadi aspirasi

3. Untuk mengurangi resiko terjadinya aspirasi

4. Untuk mengetahui kondisi paru klien

27

Page 28: BAAMNAH.docx

3

4

Perfusi

jaringan tidak

efektif b/d

kerusakan

transport

oksigen

melalui

alveolar dan

atau membran

kapiler

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

Setelah dilakukan askep 3x24 jam terjadi peningkatan Status sirkulasi dengan criteria hasil: 1. Perfusi jaringan

adekuat2. tidak ada edem

palpebra3. akral hangat,

kulit tdk pucat4. output urine

adekuat 5. respirasi normal.

5. Berikan oksigenasi

6. Ajarkan pada keluarga cara memberikan NGT

1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi periper(cek nadi priper,oedema, kapiler refil, temperatur ekstremitas)

2. Inspeksi kulit dari luka

3. Atur posisi pasien

5. Untuk mempermudah klien dalam bernafas

6. Untuk mengurangi resiko aspirasi yang disebabkan oleh keluarga klien

1. Untuk memberikan informasi dan mempermudah perawat dalam memberikan tindakan

2. Perubahan Warna kulit menandakan kekurangan suplay oksigen

3. Posisi semi fowler dapat membantu peredaran

28

Page 29: BAAMNAH.docx

5

ketidak mampuan pemasukan

Risiko infeksi

b/d penurunan

imunitas tubuh,

prosedur

invasive.

Setelah dilakukan asuhan keperawtan selama 3x24 jam terjadi peningkatan status nutrisi dengan kriteria hasil:1. Mengkonsumsi

nutrisi yang adekuat.

2. kebutuhan nutrisi terpenuhi.

      Bebas dari tanda malnutrisi.

4. ekstremitas bawah lebih rendah

5. Berikan therapi antikoagulan.

1. Kaji pola makan klien

2. Kaji kebiasaan makan klien dan makanan kesukaannya

3. Anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan

4. kelaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan

5. tingkatkan intake protein, zat besi dan vit c

1. Monitor tanda dan gejala infeksi.

4.5.6.

oksigen keseluruh tubuh

4. Untuk memperbaiki sirkulasi

5. Antikoagulan mempunyai efek untuk memperlancar sirkulasi

1. Untuk mempermudah perawat dalam memberikan tindakan

2. Untuk Mempermudah dalam pemberian asupan nutrisi

3. Agar asupan nutrisi terpenuhi atau seimbang

4. Ahli gizi dapat menentukan diet dan asupan nutrisi

29

Page 30: BAAMNAH.docx

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam infeksi terkontrol, status imun adekuat dengan criteria hasil:1. Bebas dari tanda

dan gejala infeksi.

2. Keluarga tahu tanda-tanda infeksi.

3. Angka leukosit normal.

2. Monitor WBC

3. Ajari anggota keluarga cara-cara menghindari infeksi dan tanda-tanda dan gejala infeksi.

4. Batasi jumlah pengunjung

5. Tingkatkan masukan gizi dan cairan yang cukup

.

yang tepat bagi klien

5. Vitamin c dapat meningkatkan nafsu makan klien

1. Untuk mencegah sedini mungkin terjadi infeksi.

2. Nilai WBC meningkat menandakan terjadi infeksi

3. Agar keluarga dapat mengetahui cara-cara menghindari infeksi dan tanda-tanda dan gejala infeksi.

4. Untuk meminimalisir tingkat penularan infeksi

5. Asupan nutrisi yang baik dapat mempetahankan sistem imun tubuh.

30

Page 31: BAAMNAH.docx

D. Implementasi

No. No.

Dx

Hari/Tgl Implementasi

1 I Jum’at/21/11/2014 1) Mengkaji warna, kekentalan dan jumlah

sputum

2) Meninstruksikan klien pada metode yang

tepat dalam mengontrol batuk.

3) Mengajarkan klien untuk menurunkan

viskositas sekresi

4) Auskultasikan paru sebelum dan sesudah

tindakan

5) melakukan fisioterapi dada

II Jum’at/21/11/2014 1. Melakukan dengan tehnik drainage

postural,perkusi dan fibrasi dada

2. Medorong dan atau berikan perawatan mulut

3. Monitor frekuensi, irama dan kedalaman

pernafasan

4. Memposisikan klien dada posisi semi fowler

5. Mengalihkan perhatian individu dari

pemikiran tentang keadaan ansietas dan

ajarkan cara bernafas efektif

6. Meminimalkan distensi gaster

31

Page 32: BAAMNAH.docx

7. Mengkaji pernafasan selama tidur

8. Menyakinkan klien dan beri dukungan saat

dipsnea

III Jum’at/21/11/2014 1) Mempantauan status pernafasan tiap 4 jam,

hasil GDA, pemasukan dan haluaran

2) Menempatkan klien pada posisi semi fowler

3) Meberikan terapi intravena sesuai anjuran

4) Memberikan oksigen melalui kanula nasal 4

l/mt selanjutnya sesuaikan dengan hasil PaO2

5) Memberikan pengobatan yang telah

ditentukan serta amati bila ada tanda – tanda

toksisitas

IV Jum’at/21/11/2014 1) Monitor keterbatasan aktivitas dan

kelemahan saat aktivitas

2) Membantu pasien

dalam melakukuan akitvitas sendiri

3) Mencatat tanda vital sebelum dan sesudah

aktivitas

4) Melakukan istrahat yang adekuat setelah

latihan aktivitas

5) Mengkolaborasikan dengan dokter dan

fisioterapi dalam latihan aktivitas

32

Page 33: BAAMNAH.docx

D. Evaluasi

Setelah di lakukan tindakan 3x 24 jam

No

.

Dx

Hari

TanggalCatatan Perkembangan

1Senin

24-11-2014

S : ibu Klien mengatakan anaknya berhenti sesak dan batuk.

O :. 1. Pola nafas membaik

2. Jalan nafas bersih

3. Suhu tubuh normal.

A : Masalah teratasi.

P :   intervensi di hentikan

33

Page 34: BAAMNAH.docx

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus (saluran udara yang

merupakan percabangan dari saluran udara utama), yang biasanya disebabkan

oleh infeksi virus. Bronkitis biasanya menyerang anak yang berumur di bawah

2 tahun.

B. Saran

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, jadi

diharapkan untuk para pembaca untuk lebih mengembagkannya lagi. Jadikan

makalah ini sebagai perimbangan pengembangan dari penyakit yang telah

dibahas diatas.

34

Page 35: BAAMNAH.docx

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Esther. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta :

EGC

Cotran,robbins.2008.dasar patologis penyakit.jakarta:Egc.

Rab, Tabran. 1996. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates

Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan

Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

 Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem

Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Tambayong,Jan.2000.Patofisiologi untuk keperawatan.Jakarta:EGC

Price,Sylvia Anderson.1995.Patofisiologi.Jakarta:EGC

Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkiti

35