baamnah.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat si bayi sakit batuk dan pilek, perhatikan apakah napasnya sesak dan
cepat. Jika ya, besar kemungkinan ia terkena bronkitis. Bronkitis adalah
peradangan pada bronkiolus, yaitu cabang saluran napas yang paling kecil dan
paling ujung, yang bersambungan dengan alveolus (jaringan paru). "Biasanya,
bronkitis didahului infeksi saluran napas atas akut, misal, batuk pilek biasa.
Proses perjalanan dari batuk pilek biasa hingga menjadi bronkitis memakan
waktu antara 3-10 hari," papar dr. Darmawan B.S. Sp.A, dari Sub-Bagian
Pulmonologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSUPN CM, Jakarta.
Menyoal penyebab bronkitis, berdasarkan referensi ilmu kedokteran,
dikatakan, utamanya adalah virus. Adapun yang paling banyak menyerang
adalah Respiratory Syncytial Virus atau biasa disingkat RSV. Di Indonesia,
ungkap Darmawan, pernah dilakukan studi untuk mengetahui secara persis
kuman yang paling sering menyebabkan bronkitis. Namun karena kemampuan
diagnostik di sini terbatas, belum dapat diambil kesimpulan secara akurat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Bronkitis?
2. Manifestasi klinik Bronkitis?
3. pemeriksaan penunjang pasa Bronkitis?
4. Faktor-faktor pencetus apa saja pada Bronkitis?
5. perjalana penyakit pada Bronkitis?
1
6. penatalaksanaan pada Bronkitis?
7. Askep Bronkitis?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengerti tentang Bronkitis dan memahami apa yang harus dilakukan seorang
perawat untuk menangani Bronkitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi Bronkitis
b. Mengetahui Manifestasi klinik Bronkitis
c. Mengetahui pemeriksaan penunjang pasa Bronkitis
d. Mengetahui Faktor-faktor pencetus apa saja Bronkitis
e. Mengetahui perjalana penyakit pada Bronkitis
f. Mengetahui penatalaksanaan pada Bronkitis
D. Manfaat
Dengan pembuatan makalah ini kami dapat mengerti tentang Bronkitis
memahami apa yang harus dilakukan seorang perawat untuk menangani
Bronkitis.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
Gambar 1
3
Gambar 2
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan
adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh
untuk mengadakan pembakaran,
mengeluarkan CO2 hasil dari metabolism.
1. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang
dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk
menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis
inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi
untuk mengahangatkan udara.
2. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung,
dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat
jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening.
3. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk
suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis
dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir,
kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium
berlapis.
4
1. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang
terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi
untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam
diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang
berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama
dengan udara pernapasan.
2. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada
ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan
lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai
3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang.
Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat
cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.
3. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-
gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam
darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
B. Bronkitis
Pengertian
Bronkitis adalah suatu kondisi terjadi terutama pada umur kurang dari 6 bulan
dan didahului dengan gejala pilek yang diikuti oleh batuk iritatif serak, sukar
bernafas, dan tidak mau makan.
5
Bronkitis akut adalah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering diderita
bayi atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering pada usia 6 bulan.
(Ngastiyah, 2005).
Bronkitis akut adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran
nafas kecil (bronkiolus), terjadai pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan
insidens tertinggi sekitar usia 6 bulan.
C. Etiologi
Mula-mula bayi menderita gejala ISPA atas ringan berupa pilek yang
encer dan bersin. Gejala ini berlangsung beberapa hari, kadang-kadang disertai
demam dan nafsu makan berkurang. Kemudian timbul distres nafas yang ditandai
oleh batuk paroksismal, wheezing, sesak napas. Bayi-bayi akan menjadi rewel,
muntah serta sulit makan dan minum. Bronkitis biasanya terjadi setelah kontak
dengan orang dewasa atau anak besar yang menderita infeksi saluran nafas atas
yang ringan. Bayi mengalami demam ringan atau tidak demam sama sekali dan
bahkan ada yang mengalami hipotermi.
Terjadi distres nafas dengan frekuensi nafas lebih dari 60 kali per menit,
kadang-kadang disertai sianosis, nadi juga biasanya meningkat. Terdapat nafas
cuping hidung, penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi.
D. Patofisiologi
RSV adalah single stranded RNA virus yang berukuran sedang (80-350nm),
termasuk paramyxovirus. Terdapat dua glikoprotein permukaan yang merupakan
bagian penting dari RSV untuk menginfeksi sel, yaitu protein G (attachment
protein )yang mengikat sel dan protein F (fusion protein) yang menghubungkan
partikel virus dengan sel target dan sel tetangganya. Kedua protein ini
merangsang antibodi neutralisasi protektif pada host. Terdapat dua macam strain
antigen RSV yaitu A dan B. RSV strain A menyebabkan gejala yang pernapasan
6
yang lebih berat dan menimbulkan sekuele. Masa inkubasi RSV 2 - 5 hari. Virus
bereplikasi di dalam nasofaring kemudian menyebar dari saluran nafas atas ke
saluran nafas bawah melalui penyebaran langsung pada epitel saluran nafas dan
melalui aspirasi sekresi nasofaring. RSV mempengaruhi sistem saluran napas
melalui kolonisasi dan replikasi virus pada mukosa bronkus dan bronkiolus yang
memberi gambaran patologi awal berupa nekrosis sel epitel silia. Nekrosis sel
epitel saluran napas menyebabkan terjadi edema submukosa dan pelepasan debris
dan fibrin kedalam lumen bronkiolus.
Virus yang merusak epitel bersilia juga mengganggu gerakan mukosilier,
mukus tertimbun di dalam bronkiolus . Kerusakan sel epitel saluran napas juga
mengakibatkan saraf aferen lebih terpapar terhadap alergen/iritan, sehingga
dilepaskan beberapa neuropeptida (neurokinin, substance P) yang menyebabkan
kontraksi otot polos saluran napas. Pada akhirnya kerusakan epitel saluran napas
juga meningkatkan ekpresi Intercellular Adhesion Molecule-1 (ICAM-1) dan
produksi sitokin yang akan menarik eosinofil dan sel-sel inflamasi. Jadi,
bronkiolus menjadi sempit karena kombinasi dari proses inflamasi, edema saluran
nafas, akumulasi sel-sel debris dan mukus serta spasme otot polos saluran
napas.Adapun respon paru ialah dengan meningkatkan kapasitas fungsi residu,
menurunkan compliance, meningkatkan tahanan saluran napas, dead space serta
meningkatkan shunt. Semua faktor-faktor tersebut menyebabkan peningkatan
kerja sistem pernapasan, batuk, wheezing, obstruksi saluran napas, hiperaerasi,
atelektasis, hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolik sampai gagal napas. Karena
resistensi aliran udara saluran nafas berbanding terbalik dengan diameter saluran
napas pangkat 4, maka penebalan dinding bronkiolus sedikit saja sudah
memberikan akibat cukup besar pada aliran udara. Apalagi diameter saluran napas
bayi dan anak kecil lebih sempit. Resistensi aliran udara saluran nafas meningkat
pada fase inspirasi maupun pada fase ekspirasi.
Selama fase ekspirasi terdapat mekanisme klep hingga udara akan
terperangkap dan menimbulkan overinflasi dada. Volume dada pada akhir
7
ekspirasi meningkat hampir 2 kali di atas normal. Atelektasis dapat terjadi bila
obstruksi total.Anak besar dan orang dewasa jarang mengalami bronkitis bila
terserang infeksi virus. Perbedaan anatomi antara paru-paru bayi muda dan anak
yang lebih besar mungkin merupakan kontribusi terhadap hal ini. Respon proteksi
imunologi terhadap RSV bersifat transien dan tidak lengkap. Infeksi yang
berulang pada saluran napas bawah akan meningkatkan resistensi terhadap
penyakit. Akibat infeksi yang berulang-ulang, terjadi ‘cumulatif immunity’
sehingga pada anak yang lebih besar dan orang dewasa cenderung lebih tahan
terhadap infeksi bronkitis dan pneumonia karena RSV.
Penyembuhan bronkitis akut diawali dengan regenerasi epitel bronkus dalam
3-4 hari, sedangkan regenerasi dari silia berlangsung lebih lama dapat sampai 15
hari . Ada 2 macam fenomena yang mendasari hubungan antara infeksi virus
saluran napas dan asma: (1) Infeksi akut virus saluran napas pada bayi atau anak
keci seringkali disertai wheezing. (2) Penderita wheezing berulang yang disertai
dengan penurunan tes faal paru, ternyata seringkali mengalami infeksi virus
saluran napas pada saat bayi/usia muda. Infeksi RSV dapat menstimulasi respon
imun humoral dan selular. Respon antibodi sistemik terjadi bersamaan dengan
respon imun lokal. Bayi usia muda mempunyai respon imun yang lebih buruk.
Glezen dkk (dikutip dari Bar-on, 1996) mendapatkan bahwa terjadi hubungan
terbalik antara titer antibodi neutralizing dengan resiko reinfeksi. Tujuh puluh
sampai delapan puluh persen anak dengan infeksi RSV memproduksi IgE dalam 6
hari perjalanan penyakit dan dapat bertahan sampai 34 hari. IgE-RSV ditemukan
dalam sekret nasofaring 45% anak yang terinfeksi RSV dengan mengi, tapi tidak
pada anak tanpa mengi. Bronkitis yang disebabkan RSV pada usia dini akan
berkembang menjadi asma bila ditemukan IgE spesifik RSV .
Patway
BRONKITIS
8
9
Respiratory Syncytial Virus (RSV) menyerang / menginfeksi saluran pernafasan atas
menimbulkan edema dan akumulasi skret/lendir
PeradanganObstruksi
- Anoreksia - Penurunan
BB
- Batuk - Pilek - Sesak - Rhonci - Wheezing
Suhu tubuh meningkat
Kontriksi pada bronkiolus selama ekspirasi
Hipertermi
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuhCairan tubuh mengalami
penguapan
Hiperinflasi pada paru
Kekurangan volume cairan Bersihan jalan
nafas tak efektif Atelektasis
E. Tanda dan gejala
1. Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
2. Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
3. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
4. Bengek
5. Lelah
6. Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
7. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
8. Pipi tampak kemerahan
9. Sakit kepala
10. Gangguan penglihatan
10
Ansietas Kurang pengetahuan
Kerusakan pertukaran gas
Hypoxsia
Terjadi asidosis dan alkalosis respiratori ringan
11. Sedikit demam.
12. Dada merasa tidak nyaman.
F. Penatalaksanaan Medis
a) Pemberian oksigen 1-2 liter/menit, diberikan bila terdapat tanda hipoksemia
seperti : gelisah dan cyanosis.
b) Cairan intravena (NFD), biasanya diperlukan campuran dektrose 10% : NaCl
0,9% = 3:1 + KCL 10Meq/500 ml cairan.
c) Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi :
a. Bronkitis community base (Ampisilin 100 mg/kg BB/ hari,
letoramfenikol 75 mg/kg BB/hari)
b. Bronkolitis hospital base (Sefatoksin 100 mg/kg BB/hari, Amikasin 10-
15 mg/kg BB/hari)
d) Steroid
e) Bronkodilator (ventolin) diberikan pada kondisi sekret yang kental.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia.
2. Laboratorium : Leukosit > 17.500.
3. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
a. Tes fungsi paru-paru
b. Gas darah arteri
c. Rontgen dada.
d. Pemeriksaan sputum selama 3x berturut-turut selama 3 hari pada pagi hari
sesudah bangun tidur.
11
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT
BRONKITIS
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
a) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek,
demam.
b) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
c) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.
d) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan.
e) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal,
gelisah, sianosis.
2. Pemeriksaan fisik
a. Demam, takipnea, sianosis, pernapasan cuping hidung
b. Auskultasi paru ronchi basah
c. Laboratorium leukositosis, LED meningkat atau normal
d. Rontgent dada abnormal (bercak, konsolidasi yang tersebar pada kedua
paru)
3. Factor fsikologis / perkembangan
a) Toleransi / kemampuan memahami tindakan
b) Koping
c) Pengalaman terpisah dari keluarga / orang tua
12
d) Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya
4. Pengetahuan keluarga / orang tua
a) Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit saluran pernapasan
b) Pengalaman keluarga tentang penyakit saluran pernafasan
c) Kesiapan / kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan meningkatnya
produksi lender atau secret.
2. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi mekanis,
inflamasi, peningkatan sekresi, ketidaknyamanan, kerusakan persepsi dan
kognitif, nyeri.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif.
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
C. Intervensi
Diagnosa I
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema dan
meningkatnya produksi lender atau secret.
1. Tujuan : pertukaran gas kembali normal.
2. Kriteria : Klien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara
optimal dan oksigenisasi jaringan secara adekuat
3. Rencana tindakan :
a. Ciptakan lingkungan dengan tinggi kelembabannya dengan cara
menempatkan ke dalam tenda lembab atau alat dengan humidifikasi yang
dingin.
13
R/ : Kelembaban yang dingin dari tenda atau Croupette akan membantu
mengencerkan lendir dan mengurangi edema bronkiolus
b. Berikan oksigen melalui sungkup muka, kanule hidung, atau oksigen tenda,
sesuai petunjuk.
R/ : Oksigen akan membantu mengurangi kegelisahan berhubungan dengan
kesukaran pernafasan dan hipoksia
c. Posisikan anak dengan kepala dan dada lebih tinggi dan leher agak
ekstensi.
R/ : Posisi ini mempertahankan terbukanya jalan nafas dan memudahkan
respirasi oleh karena menurnnya tekanan diaphragm
d. Lakukan fisioterapi dada setiap 4 jam, atau sesuai petunjuk.
R/ : Fisoterapi dada membantu menghilangkan dan mengeluarkan mukus
yang dapat menghambat jalan nafas yang lebih kecil
e. Berikan bronkodilator sesuai petunjuk
R/ : Walaupun sering digunakan untuk menangani spasme otot,
bronkodilator juga secara efektif mengobatan edema bronkiolus
f. Lakukan pengisapan lendir sesuai kebutuhan untuk mengeluarkan secret
R/ : Mengeluarkan lendir akan membantu membersihkan bronkiolus, akan
meningkat pertukaran gas.
g. Berikan obat antivirus sesuai petunjuk.
R/ : Obat anti virus, seperti respiratory syncytial virus immune globulin
(RespiGam), digunakan untuk pengobati RSV, ribavirin (Virasole) juga
digunakan, walaupun kemanjuran dapat dipertanyakan.
h. Berikan istirahat yang adekuat dengan mengurangi kegaduhan dan
pencahayaan dan berikan kehangatan dan kenyamanan
14
R/ : Meningkatkan istirahat akan mengurangi kesukaran pernafasan yang
berhubungan dengan bronkitis.
i. Kaji frekuensi pernafasan anak dan iramanya setiap jam. Jika anak
mengalami gangguan pernafasan, auskultasi bunyi nafas, lakukan
fisioterapi dada, dan informasikan pengobatan pernafasan.
R/ : Pengkajian yang sering akan menjamin fungsi pernafasan yang
adekuat.
j. Monitor denyut apikal pada anak; jika mendeteksi adanya takikardia
(dasarkan pada usia anak), laporkan pada dokter kejadian tersebut
R: / Takikardia dapat disebabkan adanya hipoksia atau pengaruh
penggunaan bronkodilator.
Diagnosa 2
- Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi
mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, ketidaknyamanan, kerusakan
persepsi dan kognitif, nyeri.
1. Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
2. Kriteria : sekret dapat keluar.
3. Rencana tindakan :
a. Observasi TTV
R/: Mengetahui tanda- tanda vital pada anak
b. Kaji frekwensi dan kedalaman gerakan dada
R:/ Takipnoe, pernafasan dangkal, dan gerakan tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru- paru
15
c. Auskultasi daerah paru, catat area penurunan / tidak adanya aliran udara
dan bunyi nafas
R/: Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan,
bunyi nafas bronchial ( normal pada bronchus ) dapat juga terjadi pada area
konsolidasi.
Diagnosa 3
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif.
1. Tujuan : Klien tidak menunjukkan tanda- tanda infeksi sekunder
2. Kriteria : Terjadi penurunan gejala infeksi.
3. Rencana tindakan :
a) Ajarrkan mencuci tangan yang baik
R:/ Mempertahankan lingkungan aseptik.
b) Isolasi anak sesuai indikasi.
R;/: Mencegah penyebaran infeksi nasokomial
c) Beri antibiotic sesuai ketentuan
R/: Mencegah atau mengatasi infeksi
d) Berikan diet bergizi sesuai kesukaan anak dan kemauan untuk
mengkonsumsi nutrisi
R/: Mendukung pertahanan tubuh alami.
Diagnosa 4
- Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
16
1. Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
2. Kriteria : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan proses infeksi
hilang
3. Rencana tindakan :
a) Pertahankan lingkungan yang sejuk melalui penggunaan piyama sinar
kuat dan selimut dan pertahankan temperatur ruangan antara 72º dan 75ºF
(22º dan 24º C).
R:/ Lingkungan yang sejuk akan membantu menurunkan temperatur
tubuh melalui kehilangan panas melalui radiasi
b) Berikan antipiretik sesuai petunjuk.
R/: Antipiretika seperti acetaminophen (Tyleno), efektif menurunkan
demam
c) monitor temperatur anak setiap 1 sampai 2 jam bila terjadi peningkatan
secara tiba-tiba
R/: Peningkatan temperatur secara tiba-tiba akan mengakibatkan kejang-
kejang
d) Berikan antimikroba, jika disarankan
R:/ Antimikroba sesuai dengan petunjuk guna mengobati organisma
penyebab. Antibiotik biasanya tidak disarnkan untuk mengobati RSV.
D. Implementasi Keperawatan
Tindakan/pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
17
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodofikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan
keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai
keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama
tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan pengumpulan data dan memilih
tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua tindakan
keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan oleh institusi.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan
Menurut Griffith & Christensen (2002) evaluasi sebagai sesuatu yang
direncanakan, dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien.
Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka
perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan. Evaluasi merupakan
langkah terakhir dalam proses keperawatan yang merupakan kegiatan sengaja dan
terus menerus yang melibatkan klien perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
1. Tujuan evaluasi adalah :
a) Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak
b) Untuk melakukan pengkajian ulang
c) Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat dibuktikan
dengan prilaku klien
d) Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan
18
pernyataan tujuan pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan
e) Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku,
tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah
ditentukan
f) Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali
menunjukkan prilaku yang telah ditentukan.
Menurut Alimul, (2001) catatan perkembangan merupakan catatan
tentang perkembangan keadaan klien yang didasarkan pada setiap masalah
yang ditemui pada klien. Modifikasi rencana dan tindakan mengikuti
perubahan keadaan klien. Adapun metode yang digunakan dalam catatan
perkembangan adalah sebagai berikut :
S : Data subjektif
Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan,
dan dikemukakan klien.
O : Data objektif
Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain.
A : Assesment
Kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun objektif dinilai dan
dianalisis, apakah perkembangan kearah perbaikan atau kemunduran.
Hasil analisis dapat menguraikan sampai dimana masalah yang ada dapat
diatasi atau adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan
diagnosa keperawatan baru.
P : Perencanaan
Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisa di
atas yang berisi malanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau
19
masalah belum teratasi dan membuat rencana baru bila rencana awal tidak
efektif.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
A. Pengkajian
1. Kaji identitas Pasien
Nama : A.n W
Tempat tanggal lahir : Lebin 21 November 2013
Usia : 1 tahun
Jenis kelamin : laki – laki
Tanggal masuk : 17 November 2014
Nama ayah/ ibu : T.n Z/ Ny. U
Pendidikan ayah/ ibu : SMA/ SMP
Agama : Islam
Suku bangsa : Samawa
Alamat : Sumbawah Besar
Diagnosa medis : Bronkialitis
2. Keluhan Utama
Klien datang ke RS dengan Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna
kemerahan), Sesak nafas ketika lagi bermain atau aktivitas, Bengek, dan
Sedikit demam.
20
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk-batuk diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak bertambah berat saat
anak lari-lari.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu pasien mengatakan pernah pilek
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
riwayat penyakit asma, bronkialitis ataupun penyakit pernafasan lainnya.
6. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
a. TTV
1) Suhu : 38°C
2) Nadi : 88X/ menit
3) TD : normal (110/60 mmHg)
4) Pernafasan : 28 x / menit
5) Kesan umum : Sesak
6) Wajah : pucat
7) Kesadaran : composmentis
b. Head to toes
2. kulit rambut dan kuku
a) Inspeksi
Warna kulit : kemerahan
Lesi : tidak/ada
Jml rambut : merata
21
Warna kuku : merah muda
Cavilar revil : normal bila kembali < 2 detik.
b) Palpasi
Suhu : teraba panas
Edema : tidak ada
3. kepala
a. Inspeksi
Kesimetrisan muka : simetris
Tengkorak : normal (tidak ada deformitas)
Rambut : relative (dari banyak sampai sedikit)
Kulit kepala : tidak ada deformitas, tidak ada ketombe,
b. Palpasi
Kulit kepala : tidak ada kotoran
deformitas : tidak ada
Mata
bentuk bola mata : bulat
konjunctiva : ikterik
sclera : ikterik
pupil : isokor
gerakan : tidak terbatas
tekanan bola mata : tidak ada nyeri tekan
4. Telinga
a. Inspeksi
Daun telinga : simetris kanan kiri
Liang telinga : ada serumen, ada lesi
b. Palpasi
22
Cartilage : ada nyeri tekan
Nyeri tekan tragus : ada dan ada gangguan pendengaran.
5. Leher
a) Inspeksi
Bentuk leher : sedang
Bengkak : tidak ada
Hyperplasia : tidak ada
JVP : tidak ada
Gerakan : agak lemah
b) Palpasi
Kelenjar limpe : tidak ada nyeri tekan
Kelenjar tiroid : tidak ada nyeri tekan
6. Dada
a. Inspeksi
Bentuk : ada peninggian diafragma, tidak ada
pembengkakan
Retraksi : tidak ada
Kulit : sama dengan warna kulit sekitar,tidak ada lesi
atau bisul
b. Palpasi
Benjolan : tidak ada,tidak ada nyeri tekan /krepitasi.
c) Perkusi
Hipersonor
d) Auskultasi
23
Inspirasi :
Ekspirasi : kadang terdengar suara ronki basah halus
7. Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk : tidak terlihat pembengkakan abdomen
Simetris : tidak simetris kanan kiri
Luka : tidak ada luka
b. Auskultasi
Peristaltic : 30 X/menit
c) Perkusi : peka
d) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan abdomen
24
7. Analisis Data
Data Etiologi Masalah
Biasanya berisi data subjektif dan
objektif
Contoh:
DS: Ibu mengungkapkan anak
batuk disertai riak dengan
sesak sejak 2 hari yang lalu.
DO:
- Wheezing +/+.
- Rhonci +/+.
- RR 28 x/mnt, teratur.
- Retraksi intercosta ringan.
- Pergerakan dada simetris,
irama nafas teratur.
Alergen
Aktivasi Ig. E
Pengeluaran histamin
Organ target (saluran
pernafasan)
Edema mukosa
Peningkatan produksi mukus
Bersihan jalan
nafas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifanjalan nafas b/d banyaknya secret mucus
2. Risiko aspirasi b/dtidak efektifnya refllek menelan.
3. Perfusi jaringan tidak efektif b/d kerusakan transport oksigen melalui alveolar
dan atau membran kapiler
25
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak
mampuan pemasukan
5. Risiko infeksi b/d penurunan imunitas tubuh, prosedur invasive.
C. Rencana Intervensi
No.
Dx. Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan
jalan nafas b/d
banyaknya
secret mucus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan jalan nafas efektif dengan kriteria:1) Menentukan
posisi pasien sehingga memudahkan meningkatnya pertukaran gas.
2) Dapat mendemonstrasikan batuk efektif.
3) Dapat menyebabkan strategi untuk menurunkan kekentalan sekret.
4) Tidak ada suara nafas tambahan.
1) Kaji warna, kekentalan dan jumlah sputum
2) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk.
3) Ajarkan klien untuk menurunkan viskositas sekresi
4) Auskultasi paru sebelum dan sesudah tindakan
5) Lakukan fisioterapi dada dengan tehnik drainage postural,perkusi dan fibrasi dada
1) Karakteristik sputrum dapat menunjukkan berat ringannya obstruksi
2) Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif serta menimbulkan frustasi
3) Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.
4) Berkurangnya suara tambahan
26
6) Dorong dan atau berikan perawatan mulut
setelah tindakan menunjukan keberhasilan
5) Fisioterpi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret.
6) Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau mulut.
2. Risiko aspirasi
b/dtidak
efektifnya
refllek menelan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi aspirasi dengan kriteria hasil:1. Terjadi
peningkatan reflek menelan
2. Bertoleransi thdp intake oral & sekresi tanpa aspirasi
3. Jalan nafas bersih.
1. Cek residu sebelum pemberian NGT
2. Monitor tanda aspirasi selama proses pemberian NGT (batuk, tersedak, saliva)
3. Monitor tingkat kesadaran,reflek batuk,reflek menelan dan kemampuan menelan
4. Monitor status paru
1. Untuk mencegah terjadinya aspirasi
2. Agar pada saat pemberian NGT perawat dapat mengetahui terjadi aspirasi
3. Untuk mengurangi resiko terjadinya aspirasi
4. Untuk mengetahui kondisi paru klien
27
3
4
Perfusi
jaringan tidak
efektif b/d
kerusakan
transport
oksigen
melalui
alveolar dan
atau membran
kapiler
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
Setelah dilakukan askep 3x24 jam terjadi peningkatan Status sirkulasi dengan criteria hasil: 1. Perfusi jaringan
adekuat2. tidak ada edem
palpebra3. akral hangat,
kulit tdk pucat4. output urine
adekuat 5. respirasi normal.
5. Berikan oksigenasi
6. Ajarkan pada keluarga cara memberikan NGT
1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi periper(cek nadi priper,oedema, kapiler refil, temperatur ekstremitas)
2. Inspeksi kulit dari luka
3. Atur posisi pasien
5. Untuk mempermudah klien dalam bernafas
6. Untuk mengurangi resiko aspirasi yang disebabkan oleh keluarga klien
1. Untuk memberikan informasi dan mempermudah perawat dalam memberikan tindakan
2. Perubahan Warna kulit menandakan kekurangan suplay oksigen
3. Posisi semi fowler dapat membantu peredaran
28
5
ketidak mampuan pemasukan
Risiko infeksi
b/d penurunan
imunitas tubuh,
prosedur
invasive.
Setelah dilakukan asuhan keperawtan selama 3x24 jam terjadi peningkatan status nutrisi dengan kriteria hasil:1. Mengkonsumsi
nutrisi yang adekuat.
2. kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Bebas dari tanda malnutrisi.
4. ekstremitas bawah lebih rendah
5. Berikan therapi antikoagulan.
1. Kaji pola makan klien
2. Kaji kebiasaan makan klien dan makanan kesukaannya
3. Anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan
4. kelaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan
5. tingkatkan intake protein, zat besi dan vit c
1. Monitor tanda dan gejala infeksi.
4.5.6.
oksigen keseluruh tubuh
4. Untuk memperbaiki sirkulasi
5. Antikoagulan mempunyai efek untuk memperlancar sirkulasi
1. Untuk mempermudah perawat dalam memberikan tindakan
2. Untuk Mempermudah dalam pemberian asupan nutrisi
3. Agar asupan nutrisi terpenuhi atau seimbang
4. Ahli gizi dapat menentukan diet dan asupan nutrisi
29
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam infeksi terkontrol, status imun adekuat dengan criteria hasil:1. Bebas dari tanda
dan gejala infeksi.
2. Keluarga tahu tanda-tanda infeksi.
3. Angka leukosit normal.
2. Monitor WBC
3. Ajari anggota keluarga cara-cara menghindari infeksi dan tanda-tanda dan gejala infeksi.
4. Batasi jumlah pengunjung
5. Tingkatkan masukan gizi dan cairan yang cukup
.
yang tepat bagi klien
5. Vitamin c dapat meningkatkan nafsu makan klien
1. Untuk mencegah sedini mungkin terjadi infeksi.
2. Nilai WBC meningkat menandakan terjadi infeksi
3. Agar keluarga dapat mengetahui cara-cara menghindari infeksi dan tanda-tanda dan gejala infeksi.
4. Untuk meminimalisir tingkat penularan infeksi
5. Asupan nutrisi yang baik dapat mempetahankan sistem imun tubuh.
30
D. Implementasi
No. No.
Dx
Hari/Tgl Implementasi
1 I Jum’at/21/11/2014 1) Mengkaji warna, kekentalan dan jumlah
sputum
2) Meninstruksikan klien pada metode yang
tepat dalam mengontrol batuk.
3) Mengajarkan klien untuk menurunkan
viskositas sekresi
4) Auskultasikan paru sebelum dan sesudah
tindakan
5) melakukan fisioterapi dada
II Jum’at/21/11/2014 1. Melakukan dengan tehnik drainage
postural,perkusi dan fibrasi dada
2. Medorong dan atau berikan perawatan mulut
3. Monitor frekuensi, irama dan kedalaman
pernafasan
4. Memposisikan klien dada posisi semi fowler
5. Mengalihkan perhatian individu dari
pemikiran tentang keadaan ansietas dan
ajarkan cara bernafas efektif
6. Meminimalkan distensi gaster
31
7. Mengkaji pernafasan selama tidur
8. Menyakinkan klien dan beri dukungan saat
dipsnea
III Jum’at/21/11/2014 1) Mempantauan status pernafasan tiap 4 jam,
hasil GDA, pemasukan dan haluaran
2) Menempatkan klien pada posisi semi fowler
3) Meberikan terapi intravena sesuai anjuran
4) Memberikan oksigen melalui kanula nasal 4
l/mt selanjutnya sesuaikan dengan hasil PaO2
5) Memberikan pengobatan yang telah
ditentukan serta amati bila ada tanda – tanda
toksisitas
IV Jum’at/21/11/2014 1) Monitor keterbatasan aktivitas dan
kelemahan saat aktivitas
2) Membantu pasien
dalam melakukuan akitvitas sendiri
3) Mencatat tanda vital sebelum dan sesudah
aktivitas
4) Melakukan istrahat yang adekuat setelah
latihan aktivitas
5) Mengkolaborasikan dengan dokter dan
fisioterapi dalam latihan aktivitas
32
D. Evaluasi
Setelah di lakukan tindakan 3x 24 jam
No
.
Dx
Hari
TanggalCatatan Perkembangan
1Senin
24-11-2014
S : ibu Klien mengatakan anaknya berhenti sesak dan batuk.
O :. 1. Pola nafas membaik
2. Jalan nafas bersih
3. Suhu tubuh normal.
A : Masalah teratasi.
P : intervensi di hentikan
33
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkiolus (saluran udara yang
merupakan percabangan dari saluran udara utama), yang biasanya disebabkan
oleh infeksi virus. Bronkitis biasanya menyerang anak yang berumur di bawah
2 tahun.
B. Saran
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, jadi
diharapkan untuk para pembaca untuk lebih mengembagkannya lagi. Jadikan
makalah ini sebagai perimbangan pengembangan dari penyakit yang telah
dibahas diatas.
34
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Esther. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta :
EGC
Cotran,robbins.2008.dasar patologis penyakit.jakarta:Egc.
Rab, Tabran. 1996. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates
Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem
Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Tambayong,Jan.2000.Patofisiologi untuk keperawatan.Jakarta:EGC
Price,Sylvia Anderson.1995.Patofisiologi.Jakarta:EGC
Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkiti
35