ba cardiac cirrhosis.doc
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RS BUDHI ASIH
DESEMBER 2015
Ruang rawat : 606
Tanggal masuk RS : 7 November 2015
1.1 Identitas Pasien
RM : 931775
Nama : Tn.S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 53 th
Alamat : Jl. Rasmala VII jakarta selatan
Agama : Islam
Pekerjaan : Tukang Ojek
Status Pernikahan : Menikah
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di lantai 6 ruang
606 RS Budhi Asih pada 11 November 2015 pukul 12.00
Keluhan Utama :
Sesak nafas
Keluhan Tambahan :
Nyeri perut kanan atas, perut membesar, kaki bengkak, mual
Penyakit Sekarang (RPS)
Pasien datang ke RS Budhi Asih pada tanggal 8 November 2015 dengan
keluhan sesak nafas sejak 1 minggu SMRS. Sesak dirasakan saat beraktivitas,
dan apabila dalam keadaan berbaring. Perut dirasakan semakin lama semakin
membesar dan kaki menjadi bengkak. Pasien merasa mual (+), muntah (-),
BAK lancar, urin seperti air teh (-), BAB lancar.
1
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku memiliki riwayat riwayat penyakit liver (-), gula darah (-),
hipertensi (+), stroke (-), ginjal (-), paru (+), alergi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluraga pasien didapatkan riwayat penyakit liver (-), gula darah (-),
hipertensi (+), stroke (-), ginjal (-), paru (+), alergi (-).
Riwayat Pengobatan
Pasien mengkonsumsi OAT selama 7 bulan
Riwayat Kebiasaan
Merokok selama 13 tahun 1 bungkus per hari. Pasien jarang berolah raga.
Konsumsi alkohol (-), narkoba (-).
Riwayat Lingkungan
Pasien tinggal di tempat yang padat penduduk, rumah berdempetan satu sama
lain, sinar matahari masuk di siang hari, ventilasi ada 3 jendela yang dibuka
dari pagi hingga sore.
Anamnesis menurut sistem :
Umum : Pasien sadar, tampak sakit sedang, lemas (+).
Kulit : Tidak ada keluhan
Kepala : Tidak ada keluhan
Mata : Tidak ada keluhan
THT : Tidak ada keluhan
Leher : JVP 3+5
Thoraks : Sesak (+) saat berbaring dan melakukan aktivitas
Abdomen : Nyeri perut kanan atas (+), perut semakin membesar (+),
mual (+).
Saluran kemih : Tidak ada keluhan
Genital : Tidak ada keluhan
Ekstremitas : Kedua kaki bengkak
2
1.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Tampak Sakit Sedang, lemas (+)
Kesadaran Compos Mentis
Tanda Vital
TD : 140/90 mmHg
HR : 100 x/menit
RR : 33 x/menit
Suhu : 37◦C
Status Gizi
BB : 58 kg
TB : 160 cm
BMI : 22.6
Status Generalis
Kepala
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-),
pupil isokor (+/+), refleks cahaya langsung dan tidak
langsung (+/+)
Hidung Bentuk normal, sekret (-/-), pernapasan cuping hidung (+),
deviasi septum (-/-), hipertrofi konka (-/-)
Telinga Bentuk normal, nyeri tarik (-/-), nyeri tekan (-/-), sekret (-/-),
serumen (-/-)
Mulut Mukosa bibir pucat, sianosis (-), oral hygine baik, faring
hiperemis (-), tonsil T1/T1, dendritus (-), uvula di tengah,
coated tongue (-)
Leher JVP 3+5, pembesaran kelenjar tiroid (-), KGB (-).
Thoraks Inspeksi
Bentuk dinding dada :
Efloresensi bermakna (-)
Simetris kanan/kiri saat inspirasi maupun ekspirasi
Otot bantu pernapasan (+)
Retraksi sela iga (+)
Spider navy (-)
Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
3
Paru : pergerakan nafas simetris
Jantung : Ictus cordis teraba pada ICS IV 1 cm medial
garis midklavicularis sinistra
Perkusi
Redup pada hemithorak kiri
Batas paru - hepar : ICS VI garis midclavicularis dextra,
peranjakan pada 2 jari di bawah costae garis
midclavicularis dextra
Batas paru - jantung kanan : ICS II-ICS IV linea para
sternalis dextra
Batas paru - jantung kiri : ICS VI linea midclavicularis
sinistra
Batas paru - atas jantung : ICS II linea parasternalis
sinistra
Auskultasi
Paru : Suara napas vesikuler +/+ melemah pada
hemithoraks kiri, ronki +/-, wheezing -/-
Jantung : S1>S2, irama regular 80x/menit, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen Inspeksi
Perut cembung
Sagging of the flanks (+)
Warna kulit sawo matang, tidak ada kemerahan,
efloresensi yang bermakna (-)
Auskultasi
Bising usus terdengar menurun
Perkusi :
Redup pada seluruh regio abdomen
Shifting dullness (+)
Palpasi
Dinding perut supel
Nyeri tekan (-)
4
Diameter 93,5 cm
Hepatomegali 5 jari dibawah arcus costae
Genitalia Tidak dinilai
Ekstremitas Inspeksi
Warna kulit sawo matang, tidak ada efloresensi
bermakna
Tidak terdapat deformitas pada ekstremitas atas dan
bawah
Tidak terdapat oedem pada ekstremitas atas dan bawah
Palpasi
Akral teraba hangat
Pitting oedem pada kedua ekstremitas bawah (+)
Nyeri tekan (-)
CRT < 2 detik
1.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
5
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Leukosit 8.3 ribu/dL 3.8 – 10.6
Eritrosit 6.1 juta/µL 4.7 – 5.9
Hemoglobin 13.1 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 43 % 40 – 52
Trombosit 145 ribu/mcL 150 – 440
MCV 72.0 fL 80 – 100
MCH 21.7 Pg 26 – 34
MCHC 30.2 g/dL 32 – 36
RDW 17.9 % <14
KIMIA KLINIK
ANALISIS GAS DARAH
pH 7.38 7.35-7.45
pCO2 52 mmHg 35-45
pO2 75 mmHg 80-100
Bikarbonat (HCO3) 31 mmol/L 21-28
Total CO2 32 mmol/L 23-27
Saturasi O2 94 % 95-100
Kelebihan basa (BE) 4.9 mEq/L -2.5-2.5
Rontgen thorak : Cor pulmonale, pneumonia dd/ TB, Susp. Massa pada paru kiri
1.5 Rencana Diagnostik
Pasang DC UMU/24 jam
6
EKG RO Thorak SGOT/SGPT AGD Kolesterol
1.6 Penatalaksanaan
Pada pasien ini, terapi yang diberikan antara lain :
Non-Medikamentosa
- Tirah baring dengan posisi setengah duduk
- Kurangi asupan cairan
- Kurangi asupan garam
Medikamentosa
- Lasix drip 6 amp/6 jam
- Digoxin 1x1
- ISDN 3x5 mg
- Captopril 2x6.25mg
- Aldacton 2x50mg
1.7 Prognosis
Ad vitam : Dubia Ad Malam
Ad functionam : Dubia Ad Malam
Ad sanationam : Dubia Ad Malam
1.8 Ringkasan
Tn. S usia 53 tahun datang ke RS Budhi Asih pada tanggal 7 November 2015
dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu SMRS, ortopnea (+), DOE (+). Perut
7
dirasakan semakin lama semakin membesar, oedem kedua tungkai (+). Pasien
merasa mual (+).Tampak Sakit Sedang, lemas (+), pernapasan cuping hidung (+),
JVP 3+5, Thoraks: otot bantu pernapasan (+), retraksi sela iga (+),Redup pada
hemithorak kiri, Suara napas vesikuler +/+ melemah pada hemithoraks kiri, ronki
+/-, wheezing -/-. Abdomen : Perut cembung, Sagging of the flanks (+), Bising
usus terdengar menurun, Redup pada seluruh regio abdomen, Shifting dullness
(+), diameter 93,5 cm, hepatomegali 5 jari dibawah arcus costae. Ekstremitas :
Pitting oedem pada kedua ekstremitas bawah (+). Trombosit 145.000, ureum 69
mg/dL, kreatinin 1.55 mg/dL, Saturasi O2 94%. Rontgen thorak : Cor pulmonale,
pneumonia dd/ TB, Susp. Massa pada paru kiri.
1.8 Masalah
1. CHF Fungsio Class III-IV Cardiac Cirrhosis
2. AKI dd/ CKD
3. TB Paru
1. CHF Fungsio Class III-IV Cardiac Cirrhosis
CHF Fungsio Class III-IV Cardiac Cirrhosis ditegakkan berdasarkan
adanya sesak nafas berupa ortopnea (+), DOE (+). Perut membesar (+),
mual (+). Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang,
lemas (+), TD 140/90 mmHg, pernapasan cuping hidung (+), JVP 3+5,
Thoraks: otot bantu pernapasan (+), retraksi sela iga (+),Redup pada
hemithorak kiri, Suara napas vesikuler +/+ melemah pada hemithoraks
kiri, ronki basah halus +/+, wheezing -/-. Abdomen : Perut cembung,
Sagging of the flanks (+), Bising usus terdengar menurun, Redup pada
seluruh regio abdomen, Shifting dullness (+), diameter 93,5 cm,
hepatomegali 5 jari dibawah arcus costae. Ekstremitas: oedem kedua
tungkai (+). Riwayat hipertensi (+) , riwayat penyakit paru (+).(+). Pada
pemeriksaan lab.Trombosit 145.000, Saturasi O2 94%. Rontgen thorak :
Cor pulmonale, pneumonia dd/ TB, Susp. Massa pada paru kiri.
Dipikirkan CHF nya disebabkan oleh Cor Pulmonal dengan DD/ HHD.
Rencana diagnostik :
Observasi tanda vital
8
Pasang DC
UMU /24 jam
Thoraks foto
EKG
AGD
SGOT SGPT
Rencana terapi :
Non farmakologi :
Bed rest total posisi setengah duduk
Retriksi cairan sebanyak insesnsible water lose
Kurangi asupan garam
Farmakologi :
Lasix drip 6 amp/6 jam
Digoxin 1x1
ISDN 3x5 mg
Captopril 2x6.25mg
Aldacton 2x50mg
Rencana edukasi
Bed rest total posisi setengah duduk
Tidak boleh ngeden saat BAB
Tampung urin
2. Aki dd/ CKD
AKI dd/ CKD ditegakkan berdasarkan pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan ureum 69 mg/dL, kreatinin 1.55 mg/dL. Dipikirkan AKI dd/
CKD nya disebabkan oleh CHF.
9
Rencana diagnostik :
USG Abdomen
Pantau balance cairan
Rencana terapi :
Aminoral 3x2
3. TB ParuTB paru ditegakkan berdasarkan batuk (+), dahak (+) kuning kehijaun, mantoux test (+), infiltrat pada kedua lapang paru.Rencana diagnostik :
BTA 3x
Rencana terapi :
Rifampisin 1x450mg Isoniazid 1x300mg Ethambutol 1x750mg Pirazinamid 1x750mg
FOLLOW UP
8/11-2015
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
10
KIMIA KLINIK
HATI
SGOT 25 mU/dl <33
SGPT 16 mU/dl <50
GINJAL
Ureum 35 mg/dl 13-43
Kreatinin 1.22 mg/dl <1.2
METABOLISME
KARBOHIDRAT
GDS 106 mg/dl <110
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
Natrium (Na) 143 mmol/L 135-155
Kalium (K) 4.1 mmol/L 3.6-5.5
Klorida (Cl) 104 mmol/L 98-109
9/11-2015
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
KIMIA KLINIK
HATI
11
SGOT 28 mU/dl <33
SGPT 19 mU/dl <50
GINJAL
Ureum 35 mg/dl 13-43
Kreatinin 1.18 mg/dl <1.2
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT
SERUM
Natrium (Na) 145 mmol/L 135-155
Kalium (K) 3.6 mmol/L 3.6-5.5
Klorida (Cl) 91 mmol/L 98-109
10/11-2015
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
LED 31 mm/jam 0-30
19/11-2015
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
12
Hematologi Rutin
Leukosit 7.6 ribu/dL 3.8 – 10.6
Eritrosit 7.2 juta/µL 4.7 – 5.9
Hemoglobin 16.1 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 55 % 40 – 52
Trombosit 136 ribu/mcL 150 – 440
MCV 76.6 fL 80 – 100
MCH 22.3 Pg 26 – 34
MCHC 29.1 g/dL 32 – 36
RDW 22.1 % <14
KIMIA KLINIK
GINJAL
Ureum 69 mg/dl 13-43
Kreatinin 1.55 mg/dl <1.2
13
FOLLOW UP
08/11-2015
Subjektif Objektif Analisis Perencanaan
Sesak (+), pusing (+), mual (-), muntah (-).
Tanda vital : TD: 140/90mmHg N: 100x/mnt
S : 36,4ºC R: 40x/mnt
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), PCH (+/+),
sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
JVP 3+5
Thoraks : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Retraksi sela iga (+)
Abdomen : Buncit, BU (+) ↓, diameter 93,5 cm
Shifting dullnes (+)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem tungkai +/+
1. CHF Fungsional Class III-IV Cardiac cirhosis
Rencana diagnostik :
UMU/hari Konsul paru
Rencana terapi :
Lasix drip 6 amp/6 jam Digoxin 1x1 ISDN 3x5 mg Captopril 2x6.25mg Aldacton 2x50mg
14
FOLLOW UP
09/11-2015
Subjektif Objektif Analisis Perencanaan
Sesak (+), pusing (+), mual (-), muntah (-).
Tanda vital : TD: 120/80mmHg N: 100x/mnt
S : 36,4ºC R: 33x/mnt
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), PCH (+/+),
sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
JVP 3+5
Thoraks : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Retraksi sela iga (+)
Abdomen : Buncit, BU (+) ↓, diameter 93 cm
Shifting dullnes (+)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem tungkai +/+
Balance cairan = -500
1. CHF Fungsional Class III-IV Cardiac cirhosis
Rencana diagnostik :
UMU/hari Ureum/kreatinin SGOT/SGPT Elektrolit
Rencana terapi :
Lasix drip 7 amp/24 jam Digoxin 1x1 ISDN 3x5 mg Captopril 2x6.25mg Aldacton 2x50mg
FOLLOW UP
15
10/11-2015
Subjektif Objektif Analisis Perencanaan
Sesak (+), pusing (+), mual (-), muntah (-).
Tanda vital : TD: 110/80mmHg N: 100x/mnt
S : 36,4ºC R: 33x/mnt
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), PCH (+/+),
sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
JVP 3+5
Thoraks : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Retraksi sela iga (+)
Abdomen : Buncit, BU (+) ↓, diameter 93 cm
Shifting dullnes (+)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem tungkai +/+
Balance cairan = - 450
1. CHF Fungsional Class III-IV Cardiac cirhosis
Rencana diagnostik :
UMU/hari LED
Rencana terapi :
Lasix drip 6 mg/jam Digoxin 1x1 ISDN 3x5 mg Captopril 2x6.25mg Aldacton 2x50mg
16
FOLLOW UP
11/11-2015
Subjektif Objektif Analisis Perencanaan
Sesak (+), batuk (+) dahak sulit keluar, pusing (+), mual (-), muntah (-).
Tanda vital : TD: 130/80mmHg N: 100x/mnt
S : 36,4ºC R: 33x/mnt
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), PCH (+/+),
sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
JVP 3+5
Thoraks : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Retraksi sela iga (+)
Abdomen : Buncit, BU (+) ↓, diameter 92 cm
Shifting dullnes (+)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem tungkai +/+
Balance cairan = - 480
1. CHF Fungsional Class III-IV Cardiac cirhosis
Rencana diagnostik : UMU/hari Mantoux test BTA 3x
Rencana terapi : Lasix drip 6 mg/jam Digoxin 1x1 ISDN 3x5 mg Captopril 2x6.25mg Aldacton 2x50mg Flumuicil 3x1 Azytromicin 1x500mg Inhalasi pulmicort 2x/hari Inhalasi ventolin 3x/hari
17
FOLLOW UP
12/11-2015
Subjektif Objektif Analisis Perencanaan
Sesak (+), batuk (+) dahak sulit keluar, pusing (+), mual (-), muntah (-).
Tanda vital : TD: 100/70mmHg N: 100x/mnt
S : 36,4ºC R: 33x/mnt
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), PCH (+/+),
sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
JVP 3+5
Thoraks : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Retraksi sela iga (+)
Abdomen : Buncit, BU (+) ↓, diameter 88 cm
Shifting dullnes (+)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem tungkai +/+
Balance cairan = - 2026
1. CHF Fungsional Class III-IV Cardiac cirhosis
Rencana diagnostik : UMU/hari
Rencana terapi : Furosemid 1x1 Digoxin 1x1 ISDN 3x5 mg Captopril 2x6.25mg Aldacton 2x50mg Flumuicil 3x1 Azytromicin 1x500mg Inhalasi pulmicort 2x/hari Inhalasi ventolin 3x/hari
18
FOLLOW UP15/11-2015
Subjektif Objektif Analisis Perencanaan
Sesak (-) menurun, batuk (+), pusing (+), mual (-), muntah (-).
Tanda vital : TD: 120/80mmHg N: 100x/mnt
S : 36,4ºC R: 33x/mnt
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), PCH (+/+),
sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
JVP 3+5
Thoraks : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Retraksi sela iga (+)
Abdomen : Buncit, BU (+) ↓, diameter 93,5 cm
Shifting dullnes (+)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem tungkai +/+
Mantoux (+)Balance cairan = - 650
1. CHF Fungsional Class III-IV Cardiac cirhosis
2. TB Paru
Rencana diagnostik : UMU/hari
Rencana terapi : Inhalasi pulmicort 2x/hari Inhalasi ventolin 3x/hari Furosemid 1x1 Digoxin 1x1 ISDN 3x5 mg Captopril 2x6.25mg Aldacton 2x50mg Flumuicil 3x1 Cefixime 2x200mg Rifampisin 1x450mg Isoniazid 1x300mg Ethambutol 1x750mg Pirazinamid 1x750mg
FOLLOW UP
19
16/11-2015Subjektif Objektif Analisis Perencanaan
Sesak (-) menurun, batuk (-), pusing (-), mual (-), muntah (-).
Tanda vital : TD: 120/80mmHg N: 100x/mnt
S : 36,4ºC R: 33x/mnt
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), PCH (+/+),
sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
JVP 3+5
Thoraks : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
SNV +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Retraksi sela iga (+)
Abdomen : Buncit, BU (+) ↓, diameter 93,5 cm
Shifting dullnes (+)
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem tungkai +/+
1. CHF Fungsional Class III-IV Cardiac cirhosis
2. TB Paru
Rencana diagnostik :
Boleh pulang dari paru dan IPD
Kontrol cek H2TL, ureum/kreatinin
Rencana terapi :
Digoxin 1x1 ISDN 3x5 mg Captopril 2x6.25mg Aldacton 2x50mg Rifampisin 1x450mg Isoniazid 1x300mg Ethambutol 1x750mg Pirazinamid 1x750mg
20
FOLLOW UP19/11-2015
Subjektif Objektif Analisis Perencanaan
Sesak (-) menurun, batuk (-), pusing (-), mual (-), muntah (-).
Tanda vital : TD: 120/80mmHg N: 100x/mnt
S : 36,4ºC R: 33x/mnt
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), PCH (-/-),
sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)
JVP 3+2
Thoraks : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
SNV +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Retraksi sela iga (-)
Abdomen : Supel, BU (+) 2x/menit
Ekstremitas : Akral hangat +/+/+/+, oedem tungkai -/-
ureum 69 mg/dL, kreatinin 1.55 mg/dL
1. TB Paru2. AKI dd/ CKD
Rencana diagnostik :
Kontror hipertensi dan TB/bulan
Rencana terapi :
Captopril 2x6.25mg Rifampisin 1x450mg Isoniazid 1x300mg Ethambutol 1x750mg Pirazinamid 1x750mg
21
TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Kerusakan hati diakibatkan oleh penyakit jantung merupakan hal yang biasa
terjadi, tetapi jarang terdiagnosa. Sejak tahun 1951 telah dilaporkan sindroma yang
sekarang dikenal sebagai cardiac sirosis atau congestive hepatopathy dengan berbagai
riwayat penyakit, hasil tes diagnostik, dan hasil histologi. Tetapi sedikit penelitian yang
dilaporkan.1 Cardiac sirosis mungkin terlewatkan pada penderita dengan gagal jantung
dan mild hepatic congestion dengan gejala yang samar-samar. Oleh karena itu, dokter
harus mempertimbangkan cardiac sirosis pada gagal jantung kanan dengan
hepatomegali dengan atau tanpa ikterus.2
Congestive hepatopathy merupakan kelainan hati yang sering dijumpai pada
penderita gagal jantung. Kelainan ini ditandai dengan adanya gejala klinis gagal jantung
(terutama gagal jantung kanan), tes fungsi hati yang abnormal dan tidak ditemukan
penyebab lain dari disfungsi hati.3 Congestive hepatopathy juga dikenal dengan istilah
cardiac hepatopathy, nutmeg liver, atau chronic passive hepatic congestion. Bila kondisi
ini berlangsung lama akan mengakibatkan timbulnya jaringan fibrosis pada hati, yang
sering disebut dengan cardiac cirrhosis atau cardiac fibrosis.
Meskipun cardiac cirrhosis menggunakan istilah sirosis, tipe ini jarang
memenuhi kriteria patologis sirosis. Cardiac sirosis ini sangat sulit dibedakan dari
sirosis hati primer karena klinisnya relatif tidak spesifik. Tetapi tidak sama seperti
sirosis yang disebabkan oleh hepatitis virus atau penggunaan alkohol, pengobatan
ditujukan pada pengelolaan gagal jantung sebagai penyakit dasar.1,4
Patogenesis cardiac sirosis umumnya dianggap sebagai reaksi stroma hati
terhadap hipoksia, tekanan atau nekrosis hepatoselular. Tetapi hal ini tidak menjelaskan
hubungan antara gejala dan tingkat keparahan fibrosis, dimana pada pasien jantung
dekompensasi pada derajat yang sama, fibrosis tidak selalu terjadi. Patogenesis cardiac
sirosis penting, karena definisi cardiac sirosis masih menjadi perdebatan. Prevalensi
cardiac sirosis tidak jelas. Tidak ada data perbandingan laki-laki dan wanita untuk
cardiac sirosis, namun karena gagal jantung kongestif lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan wanita, kemungkinan yang sama untuk cardiac sirosis.
22
BAB II
CARDIAC SIROSIS
I. Anatomi dan Fisiologi Hepar
Hepar merupakan kelenjar eksokrim terbesar yang memiliki fungsi untuk
menghasilkan empedu, serta juga memiliki fungsi endokrin. Hepar terletak di belakang
tulang-tulang iga (kosta) dalam rongga abdomen daerah kanan atas. Hepar memiliki
berat sekitar 1500 gram, dan dibagi menjadi empat lobus.5 Setiap lobus hepar
terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang ke dalam lobus itu sendiri
dan membagi massa hati menjadi unit-unit yang lebih kecil, yang disebut lobules .
Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritoneum
kecuali di daerah posterior-superior yang berdekatan dengan v.cava inferior dan
mengadakan kontak langsung dengan diafragma.5
Pada lobus hepatis dextra, terdapat fossa sagittalis sinistra, fossa sagittalis
dextra, dan porta hepatis . Porta hepatis membentuk lobus quadratus hepatis dan lobus
caudatus hepatis . Lobus Quadratus Hepatis memiliki batas anterior pada margo anterior
hepatis , batas dorsal pada porta hepatis , batas dextra pada fossa vesicae fellea , dan
batas sinistra pada venae umbilicalis .
Lobus Hepatis Sinistra adalah lobus hepar yang berada di sebelah kiri
ligamentum falciforme hepatis . Lobus ini lebih kecil dan pipih jika dibandingkan
dengan lobus hepatis dextra. Letaknya adalah di regio epigastrium dan sedikit pada
regio hyochondrium sinistra.Pada lobus ini, terdapat impressio gastric , tuber omentale,
23
dan appendix fibrosa hepatis .Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare
area.
Vascularisasi hepar oleh5:
1. Circulasi portal
2. A. Hepatica communis
3. Vena portae hepatis
4. Vena hepatica
Innervasi hepar oleh:
1. Nn. Splanchnici (simpatis)
2. N. Vagus dexter et sinister (chorda anterior dan chorda posterior), dan
3. N . Phrenicus dexter (viscero-afferent)
Apparatus excretorius hepatis (oleh karena hepar sebenarnya adalah suatu kelenjar
raksasa) adalah:
1. Vessica fellea
2. Ductus cysticus
3. Ductus hepaticus, dan
4. Ductus choledochus
Histologi Hepar
Secara mikroskopik terdiri dari Capsula Glisson dan lobulus hepar . Lobulus
hepar dibagi- bagi menjadi:
Lobulus klasik
Lobulus portal
24
Asinus hepar
Lobulus-lobulus itu terdiri dari Sel hepatosit dan sinusoid . Sinusoid memiliki sel
endothelial yang terdiri dari sel endotelial , sel kupffer , dan sel fat storing .
Lobulus hepar:
Lobulus klasik:
a. Berbentuk prisma dengan 6 sudut.
b. Dibentuk oleh sel hepar yang
tersusun radier disertai sinusoid.
c. Pusat lobulus ini adalah v.Sentralis
d.Sudut lobulus ini adalah portal
area(segitiga kiernann),yang pada
segitiga/trigonum kiernan ini
ditemukan:
Cabang a. Hepatica
Cabang v. Porta
Cabang duktus biliaris
Kapiler lymphe
Lobulus portal:
a.Berbentuk segitiga
b. Pusat lobulus ini adalah trigonum
Kiernann
c. Sudut lobulus ini adalah v. sentralis
Asinus hepar:
a. Berbentuk rhomboid
b. Terbagi menjadi 3 area
c. Pusat lobulus ini adalah sepanjang
portal area
d. Sudut lobulus ini adalah v. sentralis
FISIOLOGI HEPAR
Hepar merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi
tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 ± 25% oksigen darah. Ada beberapa fungsi
hepar yaitu6
1. Fungsi hepar sebagai metabolisme karbohidrat
2. Fungsi hepar sebagai metabolisme lemak
3. Fungsi hepar sebagai metabolisme protein
4. Fungsi hepar sehubungan dengan pembekuan darah
5. Fungsi hepar sebagai metabolisme vitamin
6. Fungsi hepar sebagai detoksikasi
7. Fungsi hepar sebagai fagositosis dan imunitas
25
8. Fungsi hemodinamik
II. Definisi
Cardiac sirosis disebabkan oleh dekompensasi ventrikel kanan jantung atau
gagal jantung biventrikular, dimana terjadi peningkatan tekanan atrium kanan ke hati
melalui vena kava inferior dan vena hepatik. Ini merupakan komplikasi umum dari
gagal jantung kongestif, akibat anatomi yang berdekatan terjadi peningkatan tekanan
vena sentral secara langsung dari atrium kanan ke vena hepatik.6
III. Etiologi
Cardiac sirosis paling banyak disebabkan karna gagal jantung kanan dan gagal
jantung kongestif. Penyebab paling umum dari gagal jantung kongestif pada usia lanjut
berdasarkan data dari RS.Dr.Kariadi pada tahun 2006 adalah penyakit jantung iskemik
65,63%, penyakit jantung hipertensi 15,63%, kardiomiopati 9,38%, penyakit katub
jantung, rheumatic heart disease, penyakit jantung pulmonal masing-masing 3,13%.
Penyebab paling umum dari gagal jantung kongestif pada usia lebih muda adalah
penyakit jantung iskemik 55%, penyakit katub jantung 15%, kardiomiopati 12,5%,
rheumatic heart disease 7,5%, penyakit jantung bawaan 5%, penyakit jantung hipertensi
dan penyakit jantung pulmonal keduanya 2,5%.7
IV. Patofisiologi
Hepatosit mempunyai sifat sangat sensitif terhadap trauma iskemik, meski dalam
jangka waktu yang pendek. Hepatosit dapat rusak oleh berbagai kondisi, seperti arterial
hypoxia, acute left sided heart failure, central venous hypertension.8 Stasis kemudian
menyebabkan timbulnya trombosis. Trombosis sinusoid memperburuk stasis, dimana
trombosis menambah aktivasi fibroblast dan deposisi kolagen. Dalam kondisi yang
parah menyebabkan nekrosis berlanjut menyebabkan hilangnya parenkim hati, dan
dapat menyebabkan trombosis pada vena hepatik. Proses ini sering diperparah oleh
trombosis lokal vena porta.
Pada tingkat selular, kongesti vena menghambat efisiensi aliran darah sinusoid
ke venula terminal hati. Stasis darah dalam parenkim hepar terjadi karena usaha hepar
mengatasi perubahan saluran darah vena. Sebagai usaha mengakomodasi aliran balik
darah (backflow), sinusoid hati membesar, mengakibatkan hepar menjadi besar. Stasis
26
sinusoid menyebabkan akumulasi deoksigenasi darah, atrofi parenkim hati, nekrosis,
deposisi kolagen dan fibrosis.
Pembengkakan sinusoidal dan perdarahan akibat nekrosis nampak jelas di area
perivenular dari liver acinus. Fibrosis berkembang di daerah perivenular, akhirnya
menyebabkan timbulnya jembatan fibrosis antara vena sentral yang berdekatan. Hal ini
menyebabkan proses cardiac fibrosis, oleh karena itu cardiac sirosis tidak tepat disebut
sebagai sirosis pada umumnya karena berbeda dengan sirosis hati dimana jembatan
fibrosis cenderung untuk berdekatan dengan daerah portal. Regenerasi hepatosit
periportal pada kondisi ini dapat mengakibatkan regenerasi hiperplasia nodular. Nodul
cenderung kurang bulat dan sering menunjukkan koneksi antar nodul.2
27
Cardiac cirrhosis telah didefinisikan dalam berbagai cara dan telah ditetapkan
sebagai klinis dari hipertensi portal atau akibat penyakit jantung kongestif. Pada
kongestif kronis, hipoksia berkelanjutan menghambat regenerasi hepatoselular dan
membentuk jaringan fibrosis, yang akan mengarah ke cardiac cirrhosis.
Distorsi struktur hati nampak pada saat parenkim hati rusak dan parenkim yang
berbatasan memperluas menuju daerah parenkim yang rusak. Sirosis dapat didefinisikan
sebagai distorsi struktur hati disertai fibrosis pada daerah parenkim hati yang musnah.
Pada saat perubahan menunjukkan kehadiran nodul pada sebagian besar organ, secara
umum dianggap sirosis. Hanya saja deskripsi kualitatif tidak dapat mendeskripsikan
semua tahapan pada pada penyakit, oleh karena itu diperlukan nomenklatur menyangkut
aspek kuantitatif fibrosis hati dan sirosis, seperti pada TABEL 1. Tabel ini merupakan
klasifikasi sirosis apapun penyebabnya.
TABEL 1. Definisi Sirosis8
V. Manifestasi Klinis
Tanda, gejala, dan Pemeriksaan Fisik
Tanda dan gejala dapat muncul berupa ikterus ringan. Pada gagal jantung berat,
ikterus dapat muncul lebih berat dan menunjukkan kolestasis. Timbul ketidaknyamanan
pada kuadran kanan atas abdomen akibat peregangan kapsul hati. Kadang-kadang
gambaran klinis dapat menyerupai hepatitis virus akut, dimana timbul ikterus disertai
peningkatan aminotransferase.
28
Gejala seperti dispnea exertional, ortopnea dan angina serta temuan fisik seperti
peningkatan vena jugularis, murmur jantung dapat membantu membedakan cardiac
sirosis dengan penyakit hati primer. Pada pemeriksaan fisik ditemukan hepatomegali
lunak, kadang masif, batas tepi hati tegas, dan halus. Splenomegali jarang terjadi. Asites
dan edema dapat tampak, tetapi tidak disebabkan oleh kerusakan hati, melainkan lebih
kepada akibat gagal jantung kanan .1,2
VI.Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada cardiac sirosis menunjukkan peningkatan Liver
Function Test (LFT) yang berkarakter cholestatic profile yakni Alkaline Phosphatase
(ALP), Gamma Glutamyl Transpeptidase (GGT) dan bilirubin, serta hipoalbumin,
bukan hepatitic profile, Alanine transaminase (ALT) dan Aspartate transaminase
(AST).8 ALP dan GGT meningkat akibat meningkatnya sistesis protein enzim, yang
biasanya disertai peningkatan bilirubin (kecuali terjadi obstruksi bilier atau
intrahepatal). Karena ALP diproduksi oleh hepatosit dan GGT oleh sel epitel bilier.
Bilirubin yang meningkat adalah bilirubin total, sebagian besar yang tidak terkonjugasi.
Hiperbilirubinemia terjadi sekitar 70% pasien dengan cardiac sirosis.
Hiperbilirubinemia yang berat mungkin dapat terjadi pada pasien dengan gagal jantung
kanan yang berat dan akut. Meskipun terjadi deep jaundice, serum alkaline phospatase
level pada umumnya hanya meningkat sedikit sehingga dapat membedakan cardiac
sirosis dengan ikterus obstruksi. Serum aminotransferase level menunjukkan
peningkatan ringan, kecuali terjadi hepatitis iskemia, dimana dapat terjadi peningkatan
serum aminotransferase (AST dan ALT) yang signifikan. Prothrombin time dapat
sedikit terganggu, albumin dapat turun dan serum ammonia level dapat meningkat.
Serologi hepatitis virus perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
virus tersebut.
Diagnosa paracentesis cairan asites pada congestive hepatopathy menunjukkan
tingginya protein dan gradien serum albumin >1,1g/dL. Hal ini menunjukkan
konstribusi dari hepatic lymph dan hipertensi portal. Perbaikan LFT setelah pengobatan
penyakit jantung mendukung diagnosa congestive hepatopathy.2
Pemeriksaan radiologi
29
Pemeriksaan radiologi yang menunjang pemeriksaan cardiac sirosis:
- Abdominal Doppler ultrasonography : dipertimbangkan bila klinis terdapat asites,
nyeri perut kuadran kanan atas, ikterus dan/atau serum LFT abnormal yang refrakter
terhadap pengobatan gagal jantung yang mendasari. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mencari diagnosa alternatif seperti sindroma Budd-Chiari.8
- CT scan dan MRI : Pemeriksaan ini dapat menunjukkan cardiac cirrhosis, termasuk
hepatomegali, hepatic congestion, pembesaran vena cava inferior dan splenomegali.8
Pemeriksaan radiologi untuk menunjang pemeriksaan:
- X foto dada
- Transthoracic Echocardiogram dengan Doppler :
- Radionuclide imaging dengan thallium atau technetium merupakan pemeriksaan
noninvasif yang berarti. Tujuannya untuk mengidentifikasi reversible cardiac
ischemia pada pasien cardiac cirrhosis pada gagal jantung kompensasi atau
dekompensasi.
- CT scan dan MRI
Pemeriksaan Histopatologi
Biopsi hati dapat membantu menegakkan diagnosa. Patologi pada kelainan ini
dikenal dengan istilah nutmeg liver. Istilah ini dikarenakan penampilan hati pada
congestive hepatopathy merupakan perpaduan 2 area, yakni area kontras berwarna
merah yang diakibatkan sinusoidal congestion dan perdarahan pada area nekrosis di
sekeliling vena hepatika yang membesar, serta area berwarna kekuningan yang
merupakan area hati normal atau fatty liver tissue.8
- Congestive hepatopathy : terjadi penyatuan darah merah di dekat vena sentral dari
beberapa vena sentral dari beberapa lobulus. Dalam proses ini fibrosis terjadi dari
dalam ke luar lobulus.
- Sirosis alkoholik : Alkohol yang berasal dari usus, awal bersentuhan dengan
hepatosit di portal triad, oleh karena itu yang pertama terpengaruh toksisitas alkohol
adalah hepatosit. Fibrosis akan terbentuk dari bagian luar ke dalam lobus, lobulus
sendiri terhindar dari kerusakan.
- Sirosis hati karena virus : virus hepatitis, utamanya hepatitis B menyebabkan
nekrosis luas hati, kerusakan meliputi lobulus dan interstitium sehingga jaringan sulit
30
dikenali.
GAMBAR 3A. Congestive Hepatopathy
GAMBAR 3B. Sirosis Alkoholik
GAMBAR 3C. Sirosis karena virus
VII. DIAGNOSA BANDING
- Veno-occlusive disease : obstruksi pada sinusoid hati dan venul terminal. Kelainan
ini disebabkan oleh kerusakan endotel sinusoid karena Hematopoietic Stem Cell
Transplantation, kemoterapi, radioterapi abdominal dan pyrrolizidine alkaloids8
- Sindroma Budd-Chiari : obstruksi dari vena hepatik ke ujung superior vena cava
inferior. Kelainan ini disebabkan trombosis vena hepatik, pembuntuan vena cava
inferior, kompresi vena cava inferior oleh tumor, kista, abses.
- Hepatitis iskemik : membedakan congestive hepatopathy dan hepatitis iskemik
sangatlah penting. Hepatitis iskemik dapat terjadi karna nekrosis hepatoseluler
31
massive yang disebabkan oleh shock kardiogenik atau ketidakseimbangan
hemodinamik. Biasanya tiba-tiba ditemukan peningkatan serum hepatic
transaminase.
VIII. TATALAKSANA
Pengobatan penyakit dasar sangat penting untuk manajemen congestive
hepatopathy. Ikterus dan asites biasanya respon dengan baik terhadap diuresis. Jika
gagal jantung diobati dengan sukses, awal perubahan histologi cardiac sirosis dapat
diatasi dan bahkan cardiac fibrosis mungkin secara histologis dan klinis mengalami
regresi. Setelah pasien dalam kondisi stabil, dapat diberikan beta bloker dan ACE-
inhibitor apabila penyebab gagal jantung berasal dari ventrikel kiri. Spironolactone
dapat diberikan apabila pasien sudah termasuk NYHA kelas III atau IV.
Untuk diet, dapat disarankan pasien untuk mengikuti diet rendah garam, dan diet
tinggi protein apabila kadar albumin dalam tubuh pasien rendah dan terdapat ascites
atau oedem.
IX.PROGNOSIS
Penderita dengan congestive hepatopathy meninggal terbanyak diakibatkan oleh
penyakit jantung itu sendiri. Kelainan hati jarang memberi konstribusi pada morbiditas
dan mortalitas pasien congestive hepatopathy. Tidak seperti pasien sirosis hati, pasien
dengan cardiac cirrhosis jarang menyebabkan komplikasi serius seperti perdarahan
varises esofagus.
Congestive hepatopathy yang mengakibatkan hepatocellular carcinoma jarang
dilaporkan. Namun, insiden hepatocellular carcinoma dan gagal hati karena congestive
hepatopathy kemungkinan meningkat diakibatkan peningkatan survival pasien ini
dengan kemajuan dalam pengobatan gagal jantung.2
32
BAB III
KESIMPULAN
Cardiac sirosis merupakan kelainan hati yang sulit dibedakan dari sirosis hati
primer karena klinisnya relatif tidak spesifik. Definisinya masih diperdebatkan. Ditandai
dengan trias adanya gejala klinis gagal jantung (terutama gagal jantung kanan), tes
fungsi hati yang abnormal dan tidak ditemukan penyebab lain dari disfungsi hati.
Fibrosis pada congestive hepatopathy tidak tepat disebut cardiac cirrhosis, tetapi istilah
cardiac cirrhosis banyak digunakan untuk congestive hepatopathy dengan atau tanpa
fibrosis hati Diagnosis ditegakkan dari manifestasi klinis didukung dengan laboratorium
penunjang dan pemeriksaan tambahan. Terapi terpenting adalah mengobati penyakit
dasarnya. Prognosa cardiac sirosis jarang meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Myers RP, Cerini R, Sayegh R, Moreau R, Degott C, Lebrec D, Lee SS. 2003.
Cardiac hepatopathy: clinical, hemodynamic, and histologic characteristics and
correlations. Hepatology. 37:393-400
2. Bayraktar UD, Seren S, Bayraktar Y. 2007. Hepatic venous outflow obstruction:
three similar syndromes. World J Gastroenterol (13913): 1912-1927
3. Allen LA, Felker GM, Pocock S, McMurray JJV, Pfeffer MA, Swedberg K, Wang
D, Yusuf S, Michelson EL, Granger CB. 2009. Liver function abnormalities and
outcome in patients with chronic heart failure: data from the candesartan in heart
failure: assessment of reduction in mortality and morbidity (CHARM) program.
European Journal of Heart Failure 11:170-177
4. Giallourakis CC, Rosenberg PM, Friedman LS. 2002. The liver in heart
failure(Abstract). Clin Liver Dis 6 (4): 947–67
5. Snell R. Anatomi Abdomen. Dalam: Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa
Kedokteran. Jakarta: EGC; 1997 p. 240-44
6. Guyton. Hall. Sistem Pencernaan. Dalam: Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC;
2002 p.
7. Ardini DNE. 2007. Perbedaan etiologi gagal jantung kongestif pada usia lanjut
dengan usia dewasa di rumah sakit dr. Kariadi januari-desember 2006(Abstrak).
UNDIP
8. Chung R, Daniel KP. Cirrhosis and It’s Complications. In: Fauci AS, Braunwald
E, Isselbacher KJ, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL, et al., editors. Harrison's
Principle of Internal Medicine. 16thed. New York: McGraw-Hill; 2005 p.1858-
1869.
34