ayu w - aneurisma aorta & aspek radiologisnya

34
Ayu Windyaningrum 406127035 Juni 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta

Upload: ayu-windyaningrum

Post on 24-Nov-2015

111 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

  • Ayu Windyaningrum406127035

    Juni 2013

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta

  • Aneurisma: dilatasi lokal maupun difus dari sebuah arteri, dimana diameter pelebarannya setidaknya 50% lebih besar daripada yang diharapkan dari ukuran arteri individu sehat.

  • Prevalensi dari aneurisma aorta kemungkinan meningkat sampai 3-4% pada individu-individu berusia diatas 65 tahun. Prevalensi keseluruhan dari aneurisma aorta meningkat secara signifikan dalam setidaknya 30 tahun terakhir. Studi berdasarkan populasi menunjukkan insidensi diseksi aorta akut sebanyak 3.5 kasus per 100.000 orang; insidensi ruptur aorta thorakal 3.5 kasus per 100.000 orang; dan insidensi ruptur aorta abdominal sebanyak 9 kasus per 100.000 orang.

  • Proses aging menghasilkan perubahan pada kualitas dan kuantitas produksi kolagen dan elastin, yang akan menyababkan lemahnya dinding aorta sehingga menyebabkan dilatasi aneurismal. Para peneliti setuju bahwa genetik memainkan peran dalam pembentukan aneurisma aorta. Dari keturunan langsung pasien-pasien dengan aneurisma aorta, 15% diantaranya menderita aneurisma.

  • Kebiasaan merokokHipertensiAtherosklerosisUsia lanjutObesitasKelainan genetik struktur pembuluh darahRiwayat penyakit keluarga dengan aneurisma

  • Kejadian dan ekspansi dari sebuah aneurisma pada segmen tertentu dari percabangan arterial sangat mungkin melibatkan faktor-faktor hemodinamik lokal dan faktor-faktor intrinsik dari segmen arterial itu sendiri.

  • Aneurisma aorta biasanya dideskripsikan secara terminologi berdasarkan ukuran, lokasi, morfologi, dan etiologi. Kriteria ukuran biasanya difokuskan pada diameter potongan melintang, seperti yang didapat dari hasil pengukuran pada pemeriksaan penunjang radiologi.Aneurisma aorta dapat berbentuk fusiformis atau sakular. Aneurisma dapat terbentuk dimanapun sepanjang aorta

  • Kebanyakan pasien-pasien dengan aneurisma aorta asimptomatik pada saat ditemukannya kelainan. Aneurisma thorakal biasanya ditemukan secara tidak sengaja setelah pemeriksaan penunjang radiografi dada atau pemeriksaaan radiologi lainnya. Aneurisma aorta abdominal dapat ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan penunjang radiologi atau pemeriksaan fisik rutin sebagai massa abdominal yang berdenyut-denyut.

  • Aneurisma aorta ascending biasanya menyebabkan nyeri dada anterior, sementara aneurisma arcus aorta biasanya menyebabkan nyeri yang menjalar sampai ke leher. Aneurisma thorakal aorta descenden biasanya menyebabkan nyeri punggung yang berlokasi diantara kedua scapula. Ketika aneurisma berlokasi setinggi hiatus diaphragmatikum, nyeri muncul pada punggung tengah dan regio epigastrik.

  • Manifestasi klinis lain dari aneurisma aorta abdominal termasuk iskemi ekstremitas tubuh bagian bawah, obstruksi duodenal, obstruksi ureteral, erosi ke dalam dinding vertebra, fistel aortoenterik (misalnya, perdarahan gastrointestinal), atau fistel aortocaval (disebabkan oleh ruptur spontan dari aneurisma ke dalam dinding vena cava inferior).

  • Kebanyakan aneurisma aorta thorakal ditemukan pada saat pemeriksaan radiologi thoraks dengan ciri-ciri termasuk pelebaran mediastinum, penonjolan aorta prominen, atau pergeseran letak trachea.Aneurisma yang lebih kecil terutama aneurisma sakular, dapat tidak ditemukan pada radiografi thoraks. Aneurisma yang melibatkan sinus valsava dan pangkal aorta biasanya tersembunyi di balik sternum, struktur-struktur mediastinal, dan vertebrae, dan hal ini biasanya tidak tervisualisasi pada pemeriksaan-pemeriksaan radiologi thoraks.

  • Transthorakal ekokardiografi adalah modalitas sempurna untuk melihat pangkal aorta dan dapat memvisualisasikan aneurisma aorta thorakal yang melibatkan sinus-sinus valsava, dan biasanya pada proksimal aorta ascenden, arcus, dan proksimal aorta descenden. Transesofagial ekokardiografi (TEE) dapat mengabadikan nyaris seluruh aorta thorakal dengan baik dan sudah digunakan secara luas untuk deteksi diseksi aorta dan untuk mengkarakterisasi atherosklerosis aortik.

  • Kebanyakan signifikan aneurisma aorta abdominal secara klinis dapat dipalpasi pada pemeriksaan fisik rutin; bagaimanapun juga, sensitivitas dari tekniknya tergantung pada kemampuan pemeriksa, ukuran aneurismanya, dan ukuran tubuh pasien. Pemeriksaan fisik abdomen termasuk palpasi aorta dan estimasi ukuran aneurisma. Klinisi tidak perlu takut untuk mempalpasi abdomen dengan baik karena tidak ada bukti yang mengatakan bahwa ruptur aorta dapat terjadi karena manuver ini.

  • Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:Hitung darah lengkap.Evaluasi elektrolit dan BUN / nilai kreatinin: menentukan fungsi renal penting untuk menentukan morbiditas.PT dan aPTT.Golongan darah.Tes fungsi liver dan nilai amylase laktat: tes ini diindikasikan untuk pasien-pasien dengan diseksi akut atau resiko embolisasi distal.

  • Pilihan-pilihan untuk evaluasi radiologik dari aneurisma aorta termasuk ultrasonografi, foto polos, CT scan, MRI, dan angiografi.

  • Screening untuk aneurisma aorta mengurangi mortalitas akibat ruptur dan hemat biaya. The US Preventive Services Task Force merekomendasikan screening ultrasonografi pada pria berusia 65-75 tahun yang pernah merokok. Ultrasonografi abdomen dapat menyediakan penentuan sedini mungkin dari keberadaan aneurisma, ukuran, dan jangkauannya. Belum lagi, ini adalah modalitas hemat biaya untuk memonitor pasien yang aneurismanya terlalu kecil untuk intervensi bedah.

  • Diagnosa banding dari aneurisma aorta adalah:Appendisitis.Cholelithiasis.Gastritis dan Ulkus peptikum.Obstruksi usus halus dan/atau usus besar.Miokardial Infark.Pankreatitis.Infeksi Traktus Urinarius.

  • Semua aneurisma harus diterapi dengan penurunan faktor resiko.Kontrol ketat hipertensi diimplementasikan pada seluruh pasien, tidak tergantung ukuran dari aneurisma aorta.Aktivitas merokok berkontribusi dalam pembentukan aneurisma, walaupun patofisiologi yang tepat tidak benar-benar diketahui. Kontrol faktor resiko lainnya untuk obstruksi arteri perifer dapat menguntungkan.

  • Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi. Agen antihipertensi digunakan untuk menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah pada pasien dengan aneurisma aorta abdominal yang memiliki peningkatan tekanan darah. Analgesik juga merupakan elemen penting dalam penatalaksanaan.

  • Komplikasi paling serius dari aneurisma aorta thorakal adalah ruptur dan diseksi. Ruptur aorta menyebabkan nyeri dada dan punggung berat yang muncul tiba-tiba. Ruptur ke dalam kavitas pleura (biasanya pada hemithoraks kiri) atau ke dalam mediastinum menyebabkan hipotensi.

  • Ruptur ke dalam esophagus menyebabkan hematemesis dari aortoesophageal fistula; ruptur ke dalam bronkus atau trakhea menyebabkan hemoptysis. Aneurisma aorta thorakalis yang terinfeksi biasanya diasosiasikan dengan fistula.

  • Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, et al. Braunwalds Heart Disease A Textbook of Cardiovascular Medicine 9th edition Volume I. 2012. Philadelphia: Elsevier Saunders.Tseng E. Thoracic Aortic Aneurysm in Medscape Reference. 2012. Cited on June 5, 2013. http://emedicine.medscape.com/article/424904-overview#a03Pearce WH. Abdominal Aortic Aneurysm in Medscape Reference. 2013. Cited on June 6, 2013. http://emedicine.medscape.com/article/1979501-overview#aw2aab6b2b4aa