aneurisma sifilitika
DESCRIPTION
aneurism sifilitikaTRANSCRIPT
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
ANEURISMA
Aneurisma arteri merupakan pelebaran local permanen dari arteri lebih dari 1,5 kali dari
diameter yang seharusnya. Aneurisma dapat terjadi di arteri mana saja, lebih sering ditemukan
pada aorta, arteri iliaka, arteri popliteal, arteri femoralis. Arteri carotid, renal, dan visceral, serta
ektremitas atas juga bias berkembang menjadi aneurisma.1,2,3
Aneurisma arteri dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi (degenerative, infalmasi,
kongenital), bentuk ( sakular, fusiform), lokasi (aorta, perifer, splancnikus, serebral), struktur
(asli, palsu).1,2 Penyebab terbanyak dari aneurisma adalah aterosklerotik dinding pembuluh
darah.1 Aneurisma asli melibatkan dilatasi abnormal dari arteri termasuk lapisan dinding
pembuluh darah (intima, media, dan adventisia).2,4 Perluasan pembuluh darah mengikuti
dilatasinya. Aneurisma palsu atau pseudoaneurisma memiliki karakter gangguan integritas
dinding arteri, dan sebenarnya merupakan hematom yang berdenyut tidak terdiri dari dinding
pembuluh darah arteri tetapi merupakan kapsul fibrosa.1,2,4 Dinding pembuluh darah dibentuk
dari jaringan parut dan jaringan radang.4 Aneurisma mikotik merupakan aneurisma palsu yang
terinfeksi.2 Aneurisma banyak terjadi pada orang tua, dan prevalensinya meningkat seiring usia.
Aneurisma juga bias terjadi pada orang muda, pada individu yang memiliki sindroma Marfan.1,2
Aneurisma dapat juga tejadi sebagai hasil dari dilatasi bagian distal arteri yang stenosis atau
fistula arteri-vena. Saat arteri sudah mengalami aneurisma, maka tidak akan ditemukan
kembalinya hemodinamik seperti sebelum terjadinya aneurisma.
Psuedoaneurisma gangguan local arteri yang disebabkan oleh trauma tumpul atau tembus,
intervensi vascular, atau gangguan anastomotic. Darah mengandung jaringan sekitar dan fibrosa.1
Aneurisma palsu arteri femoralis akibat kateterisasi merupakan yang paling banyak dari semua
aneurisma. Aneurisma aorta, aneurisma asli yang terbanyak
1
Aneurisma arteri femoral dapat merupakan aneurisma asli karena degenerasi pembuluh darah
ataupun aneurisma palsu, salah satunya adalah:
Akkibat sekunder dari truma tembus atau kateterisasi arteri femoral.
Aneurisma anastomotic akibat rekonstruksi vascular.
Pseudoaneurisma iatrogenic akibat lesi yang disebabkan oleh transkateterial arteri femoral yang
dapat menyebabkan infeksi. Infeksi akut yang menyebabkan nekrosis mungkin menjadi
penyebab pseudoaneurisma, khususnya penyalah guna obat-obatan intravena yang menggunakan
arteri femoralis sebagai akses vascular.4
Etiologi5
Aneurisma bawaan berkembang dari kelemahan tunika media arteri dan bentuk kantong terjadi
secara sekunder. Predileksi aneurisma bawaan adalah arteri dasar otak pada sirkulus Willisi,
aorta asendens, termasuk sinus Valsava (sinus aorta) arteri pulmonalis utama.
Aneurisma arteriosklerotik banyak dijumpai pada usia di atas 50 tahun. Penderita laki-laki lebih
banyak dibanding dengan wanita (10:1). Tempat yang paling sering terkena adalah aorta
abdominalis segmen infrarenal, arteri femoralis komunis, dan arteri popliteal. Obstruksi perifer
sering disebabkan oleh lepasnya emboli arteri dari kantong aneurisma.
Aneurisma sifilis pada umumnya berkembang dari angiitis sifilitika di vasa vasorum pada sifilis
stadium III. Kerusakan tunika media terjadi secara progresif bersamaan dengan pembentukan
parut jaringan ikat. Manifestasi klinis berlangsung lama, yaiitu setelah beberapa tahun smpai
puluhan tahun sejak terjadinmya infeksi primer. Setelah dikenalnya salvarsan dan antibiotic,
sifilis stadium III hampir tak ditemukan lagi sehingga kejadian aneurisma sifilis banyak
berkurang. Tempat yang sering terkena adalah arkus aorta. Ciri khusus aneurisma sifilis adalah
cenderung progresif disertai erosi struktur di sekitarnya seperti tulang belakang atau sternum
didekatnya sehingga cenderung mengalami rupture.
2
Aneurisma pascatrauma terbentuk akibat robekan dinding pembuluh darah sebagian atau total
pada trauma tajam atau tumpul. Jika taka da hubungan dengan dunia luar, biasanya akan
terbentuk aneurisma palsu yang sebenarnya merupakan hematom berdenyut. Aneurisma
pascatrauma banyak ditemukan di daerah ekstremitas, sebagian disebabkan oleh luka tembak,
selebihnya oleh pungsi arteri atau luka tusuk.
Aneurisma mikotik terbentuk akibat proses radang di dinding arteri seperti apda endocarditis
bakteria. Nama mikotik merupakan nama yang salah karena tak berhubungan dengan jamur.
Aneurisma pascastenosis terbentuk karena perubahan hemodinamik akibat penyempitan
pembuluh darah. Terjadinya sesuai dengan hokum Bernoulli. Aneurisma ini disebut juga dilatasi
pascastenosis. Terdapat pada arteri subklavia, aorta asendens, arteri pulmonalis utama.
Morfologi5
Pada aneurisma asli, dinding aneurisma terbentuk dari sebagian dinding pembuluh darah yang
bersangkutan dan dapat berbentuk konsentrik atau eksentrik. Menurut bentuk gelembung,
aneurisma asli dapat dibedakan atas bentuk fusiform, sakular, atau disekans.
Aneurisma disekans merupakan hematom intramural yang mempunyai hubungan terbuka dengan
lumen arteri. Hematom itu secara berangsur meluas diantara lapisan dinding arteri sampai pada
akhirnya terjadi rupture ke arah lumen.
Pada aneurisma palsu, terbentuknya kantong yang berasal dari hematom akibat robek atau
terbukanya dinding pembuluh sehingga disebut juga hematom berdenyut. Pada pemeriksaan
histologis tak ditemukan bagian atau sisa dinding pembuluh darah. Sebagian besar dinding
terbentuk oleh berkas thrombus yang mungkin sebagian mengalami fibrosis.
Aneurisma arteri-vena sebenarnya merupakan fistel arteri-vena. Vena membengkak karena
tekanan arteri. Fistel akhirnya akan dilapisi endotel, tetapi biasanya akan terbentuk aneurisma
palsu atau hematom berdenytu disekitar fistel tersebut.
3
Gambaran Klinis dan Diagnosis
Tanda dan gejala klinis suatu aneurisma tergantung dari letak dan besarnya gelembung. Tanda
subjektif maupun objektif berupa tumor pembuluh darah yang berdenyut dan ekspansif ke segala
jurusan. Pada auskultasi terdengar bising yang sering dapat diraba sebagai getaran.
Pada aneurisma yang letaknya perifer, diagnosis klinis biasanya tidak sulit. Aneurisma sentral
yang letaknya didalam rongga tubuh yang besar seperti rongga toraks atau abdomen sangat sulit
didiagnosa. Tidak jarang penderita datang dengan salah satu dari komplikasi aneurisma, biasanya
berupa rupture. Pemriksaan penunjang ultrasonografi dan erteriografi dapat memberikan
diagnosis pasti.
Diagnosis Banding
Aneurismma arteri harus dibedakan dengan tumor jaringan lunak di dekat arteri, pemanjangan
abnormal dari pembuluh darah, dan fistel arteri-vena.
Komplikasi
Komplikasi aneurisma arteri dapat berupa rupture atau emboli. Ruptur aneurisma aorta
abdominalis tidak jarang terjadi. Emboli yang berasal dari thrombus di dalam aneurisma dapat
menyebabkan obstruksi arteri di ekstremitas maupun alat dalaman.
Tatalaksana
Terapi non bedah ditujukan pada penyakit yang mendasari terjadinya aneurisma,, misalnya
radang arteri pada aneurisma mikotik, sifilis, atau onfeksi yang lain.
Terapi bedah terdiri atas eksisi aneurisma atau ligase di sebelah proksima; dan distal aneurisma.
Rekonstruksi dilakukan dengan protesis interposisi atau secara pintas.
4
ANEURISMA ARTERI FEMORAL DAN POPLITEAL1
Aneurisma popliteal merupakan aneurisma perifer yang tersering, terhitung 70% dari semua jenis
aneurisma. Kemudian diikuti oleh aneurisma femoralis, dan bersama mereka mencapai angka
90% dari aneurisma perifer tanpa mengikutsertakan arteri aortoiliaka. Penyebab utama dari
aneurisma ini adalah karena degenerative. Perbandingan pria dan wanita 20-30:1, dan insiden
terbanyak pada usia 65 tahun. Lebih dari 50% bilateral, dan 75% diantaranya dengan aneurisma
femoralis dan 33% diantaranya juga memiliki aneurisma aorta. Penyebab dari aneurisma arteri
popliteal masih belum diketahui, factor seperti stenosis hiatus tendinosa dari adductor magnus
dan flexi berulang dari lutut pernah dipikirkan.
Aneurisma arteri popliteal dan femoralis biasanya asimtomatik. Manifestasi penting pada
aneurisma arteri popliteal dan femoralis adalah embolisasi distal. Embolisasi distal terjadi pada
10% dari aneurisma femoralis dan 25% dari aneurisma arteri popliteal. Peristiwa ini
menyebabkan iskemia bagian distal yan gmengancam ekstremitas bawah pada 44% kasus.
Trombosis dari aneurisma lebih sering ditemukan pada aneurisma popliteal (40%) daripada
aneurisma femoralis (1-16%). Sekitar 25% dari pasien dengan tomboembolisme bagian distal
karena aneurisma popliteal atau femoralis memerlukan amputasi karena oklusi kronis progresif.
Ruptur dari aneurisma jarang (1-14%) pada aneurisma femoralis dan angka yang lebih kecil
dijumpai pada aneurisma popliteal, 5%. Gejala lain seperti nyeri local akibat kompresi saraf dan
kompresi vena dengan akibat tombosis vena atau edema.
Aneurisma femoropopliteal bisa didiagnosa dengan pemeriksaan jasmani. Pada lipat paha,
pemeriksaan ukuran aneurisma lebih mudah daripada di fossa popliteal, karena letak arteri yang
dalam, hanya denyut abnormal yang dapat dipalpasi dan mungkin mirip seperti kista Baker atau
tumor. Ultrasonografi dupleks merupakan pembelajaran awal yang baik untuk evaluasi
aneurisma femoropopliteal, untuk mengukur diameter dan menentukan penyebaran thrombus. Itu
juga merupakan pemeriksaan pilihan untuk oklusi femoropopliteal akut yang sebelumnya tak
terdiagnosa sebagai aneurisma. Baik CT dan MRI dapat memperlihatkan aneurisma
femoropopliteal tapi biasanya tak terlalu memerlukan itu. Angiografi penting dilakukan untuk
5
memperlihatkan bagian-bagian yang terlibat, menevaluasi patensi dan kualitas dari pembuluh
darah yang terlibat, dan untuk mendeteksi oklusi emboli distal. Evaluasi yang lebih jauh
termasuk pencarian aneurisma di tempat yang lain, karena 40% dari pasien memiliki aneurisma
aorta abdominalis dan 70% memiliki aneurisma femoral atau popliteal kontralateral.
Indikasi untuk penatalaksanaan termasuk iskemia tungkai bawah sebagai akibat dari oklusi akut,
emboli distal, dan diameter transversal lebih dari 2 cm untuk aneurisma popliteal dan lebih dari
2,5 cm untuk aneurisma femoralis. Penatalaksanaan dari aneurisma femoralis dan popliteal
terdiri dari ekslusi dan restorasi suplai pembuluh darah. Dalalm kasus aneurisma multiple, yang
menjadi ancaman terbesar yang terlebih dahulu di repair. Aneurisma femoralis biasa diganti
dengan graft prostetik.Aneurisma popliteal diganti dengan vena saphenous magna. Reseksi dari
aneurisma tidak dibutuhkan dan mungkin merusak. Saat aneurisma sudah menjadi thrombosis
atau bagian distal dari pembuluh darah sudah terobliterasi dengan emboli, tromboembolektomi
atau trombolisis diperlukan untuk membebaskan pembuluh darah. Penatalaksanaan endovascular
pada aneurisma femoral dan popliteal saat ini sedang dievaluasi dan mungkin dijadikan salah
satu pilihan tatalaksana.
Aneurisma Palsu4
Pseudoaneurisma traumatic
Aneurisma palsu dari arteri femoral, akibat sekunder dari kateterisasi, adalah masalah yang biasa
terjadi pada bedah vascular. Insiden ini meningkat seiring dengan kompleksitas dan ukuran dari
kateter yang digunakan, insidennya meningkat 0,5-1% setelah pompa balon intra-aorta. Trauma
pada fistula arteriovenosa dapat pula menyebabkan suatu pseudoaneurisma. Terdengarnya suara
murmur sistolik ataupun diastolic merupakan suatu nilai diagnostik.
6
Fig. 2. Color flow duplex examination demonstrating arterial flow in false aneurysm cavity (FA)
originating from common femoral artery (CFA).
Saat diagnosis pseudoaneurisma arteri femoral sulit dibedakan dengan masa berdenyut dari
hematoma periarterial, yang terjadi setelah pemasangan kateter, pemeriksaan Doppler sangat
bermanfaat. USG dapat menilai lokasi, ukuran, bentuk. Repair aneurisma untuk mencegah
komplikasi seperti perluasan, kompresi saraf oleh pseudoanerisma, rupture, dan embolisasi
bagian distal. Banyak pseudoaneurisma iatrogenic menjadi thrombus spontan dalam hitungan
minggu. Faktor prediksi dari psueudoaneurisma masih belum pasti, pseudoaneurisma dengan
diameter kurang dari 3 cm masih bersifat aman. Pasien yang sudah diterapi tetapi terus
mengalami perluasan, rasa nyeri yang terus ada, dan penekanan terhadap saraf femoralis harus
mendapatkan intervensi bedah yang segera.
Sejak tahun 1991, lebih dari 300 kasus ditangani dengan menggunakan terapi kompresi panduan
USG. Bagaimanapun ukuran aneurisma, menghilangkan pseudoaneurisma iatrogenic dengan
terapi kompresi dengan panduan USG, dapat dilakukan pada lebih dari 80% pasien.
Prosedurnya, jika dilakukan dengan persiapan yang baik maka memiliki morbiditas yang rendah.
Beberapa kasus dengan rupture spontan dan tromboembolik distal pernah dilaporkan setelah
dilakukan terapi tersebut. Kompresi manual kurang berhasil untuk pasien yang membutuhkan
antikoagulasi terus-menerus dan repair dengan pembedahan merupakan pilihan yang terbaik.
Pada pasien dengan hematoma yang besar, kompresi saraf femoralis, membutuhkan tindakan
bedah lain seperti bypass arteri coroner, dan pada mereka yang tanpa followup yang adekuat
sabaiknya mendapatkan repair pepmbedahan pada aneurisma palsunya.
7
Mengontrol bagian proksimal dailakukan di level ligament inguinal, sedangkan control bagian
distal baik arteri superfisial maupun profunda biasanya tak diperlukan.
Pengawasan bagian proksimal dan pendekatan ke arteri yang rusak secara langsung melalui
rongga aneurisma mempermudah operasi. Sekali masuk ke rongga aneurisma, terdapat
perdarahan substansial walaupun arteri femoralis bagian proksimal sudah diklem. Perdarahan
dapat dikontrol dengan jari atau cottenoid dissector saat isi dari aneurisma dievakuasi dan
dinding anterior arteri ditemukan. Setelah identifikasi kerusakan dari dinding arteri, dilakukan
penutupan lubang dengan satu atau dua jahitan paralel sesuai aksis panjang arteri. Evaluasi
preoperasi pada sirkulasi bagian distal untuk menilai perlu atau tidaknya embolektomy untuk
kateter distal.
PSEUDOANEURYSMS1
Pseudoaneurisma terdiri dari gangguan arteri yang bisa dikategorikan menjadi 2 tipe utama,
yakni perforasi arteri akibat trauma atau iatrogenic dan hasil dari pembedahan anastomosis.
Keduanya lebih banyak ditemukan pada arteri femoralis.
Manajemen terdiri dari pembedahan perbaikan (repair) dengan stent-graft. Pseudoaneurisma
timbul dalam kondisi yang kecil, arteri non vital ditangani dengan ligase, kompresi, atau dengan
embolisasi coil. Pseudoaneurisma iatrogenic terjadi akibat dari tusukan arteri untuk angiogrefi
atau intervensi vascular.
Tempat tersering perkembangan pseudoaneurisma di percabangan dari arteri femoralis
superfisial, dimana kompresi kurang efektif. Pseudoaneurisma bermanifestasi seperti nyeri,
massa berdenyut, dan kompresi dari struktur yang berdekatan. Besar, meluasnya, dan nyeri
pseudoaneurisma merupakan resiko penting untuk terjadinya rupture dan seharusnya diperbaiki,
sedangkan pseudoaneurisma yang lebih kecil dan stabil dapat di observasi. Modalitas imaging
8
yang menjadi pilihan adalah ultrasonografi dupleks yang dapat memperlihatkan ukuran,
morfologi, dan lokasi dari kompresi pseudoaneurisma saat diperlihatkan aliran arteri femoralis.
Pseudoaneurisma yang diameternya kurang dari 2 cm memiliki persentase sebesar 70% untuk
mengalami thrombosis spontan.
Pembedahan perlu dilakukan pada pasien yang terinfeksi dan pseudoaneurisma yang cepat
membesar. Pembedahan perbaikan termasuk membuat defek atau llubang pada aneurisma dan
kemudian diperbaiki.
Pseudoaneurisma yang biasa terdapat pada arteri femoralis bermanifestasi sebagai massa di lipat
paha yang berdenyut.
Kultur bakteri harus dilakukan saat rekonstruksi dan jika bukti terjadinya infeksi didapatkan,
persiakan debridement dan rencanakan rekonstruksi ulang.
Mortalitas setelah dilakukan perbaiakn pseudoaneurisma jarang terjadi.
Aneurisma Mikotik1
Aneurisma mikotik merupakan akibat dari infeksi yang terlokalisasi, yang mungkin disebabkan
oleh blood borne atau yahng berhubungan dengan proses infeksius local. Itu dapat terjadi
dimana saja, tapi lebih sering terjadi di arteri femoralis lalu diikuti oleh aorta. Patogen yang
sering menyebabkan infeksi adalah Salmonella dan Staphylococcus. Aneurisma sifilitik, yang
sering terjadi pada abad ke 20, sekarang jarang terjadi lagi. Infeksi local sering terjadi akibat luka
langsung yang terpapat infeksi dan penyalahgunaan obat intravascular. Manifestasi klinis dapat
berupa nyeri pada region dimana terdapat aneurisma dan denyutannya diikuti oleh demam dan
menggigil.
Sering pada infeksi aorta, manifestasi klinis tak terlalu spesifik dengan demam yang tak
diketahui asalnya. Bukti dari emboli septik seperti peteki dan hemoragik di jari atau kuku kaki
dapat ditemukan. Pemeriksaan CT scan atau MRI dapat memperlihatkan kantung aneurisma
dengan konfigurasi yang berlobus dan irregular. Pada lipat paha, ultrasonografi dupleks
merupakan pilihan pemeriksaan. Tujuan dari manajemen adalah eradikasi dari infeksi dan
9
penyiapan suplai darah yang adekuat. Jaringan yang terkena infeksi harus dibersihkan dan jika
arteri dan perfusi distalnya cukup baik, harus segera dilakukan rekonstruksi. Tergantung dari
lokasi dan perluasan dari iinfeksi, dapat dilakukan eksisi. Rekonstruksi dan eksisi dapat
dilakukan bersama untuk mencegah kontaminasi rekonstruksi atau rekonstruksi dapat dilakukan
setelah eksisi.
Saluran yang menjadi pilihan adalah vena aoutolog, vena femoralis superfisialis. Saat tak dapat
dilakukan dengan vena autolog, dapat dipikirkan untuk dilakukan homograft.
10
BAB 2
LAPORAN KASUS
11
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R. G
Usia : 28 tahun
Alamat : Timika
Status : belum menikah
Pekerjaan : buruh
Agama : Katolik
Suku : Kamora
Pendidikan terakhir : SMU
Tanggal masuk RS : 8 Januari 2011
ANAMESIS
Keluhan Utama : nyeri kaki kanan
Keluhan Tambahan : kaki kanan bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan rujukan dari rumah sakit di daerah Timika, Papua Barat. Ia
mengeluh nyeri dan bengkak pada paha kanannya. Rasa nyeri sudah berlangsung selama
± 3 bulan yang lalu. Rasa nyeri dirasakan nyut-nyutan, datang hilang timbul, tak
berkurang setelah perubahan posisi. Rasa sakit mempengaruhi aktivitasnya, ia sampai
tidak bisa berjalan. Menurut pengakuan pasien, hal ini dirasakan setelah paha kanannya
( bekas tusukan 3 tahun yang lalu ) terkena tendangan dari temannya. Benjolan kecil
12
sudah terjadi dalam ± 3 tahun ini namun tidak membesar. Pembesarannya terjadi setelah
kejadian di atas. Pasien mengaku sudah pernah meminum obat anti nyeri yang dibelinya
dari apotek, tetapi tak mengurangi rasa sakit. Dalam 2 bulan, rasa sakit dan bengkak
semakin parah. Lalu ia pergi ke rumah sakit, saat itu dokter mengatakan bahwa pembuluh
darah pasien bocor di dalam dan darahnya tidak keluar sehingga kakinya bengkak, dan ia
harus ditangani di rumah sakit yang punya fasilitas untuk menangani kasus tersebut.
Pasien juga mengaku, ia mengalami demam beberapa hari sebelum ia pergi ke rumah
sakit di Timika. Sebelum berobat ke RS, ia hanya meminum obat penurun panas. Panas
sempat turun kemudian naik lagi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Hipertensi, asma, alergi, diabetes mellitus disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
1. Penyaki terdahulu : disangkal
2. Trauma terdahulu :
Saat ± 3 tahun yang lalu, ia mengaku menusuk kaki kanannya sendiri karena
mabuk. Saat itu, ia berobat ke rumah sakit, lukanya dibersihkan dan dijahit, dan
pasien diberikan obat. Dalam 3 tahun ini, pasien tak pernah memiliki keluhan yang
serius mengenai kaki kanannya tersebut. Menurut pengakuannya, setelah kejadian
tersebut ia lebih sering merasakan kram di kaki kanannya terutama setelah mendaki
gunung dan mengangkut kayu.
Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Saat berusia 20an
ia pernah mengalami kecelakaan motor yang menurut pengakuannya ia mengalami
patah tulang dikedua kakinya, ia hanya mengobatinya dengan obat-obatan tradisional.
Hipertensi, asma, alergi, diabetes mellitus disangkal. Pasien belum pernah di
operasi maupun di rawat di rumah sakit.
3. Riwayat operasi : disangkal
4. Sistem
13
a. Neurologi : disangkal
b. Kardiovaskuler : disangkal
c. GIT : disangkal
d. Genitourinari : disangkal
e. Catamenia : disangkal
5. Riwayat gizi : Baik
6. Riwayat pskiatri : disangkal
STATUS PASIEN
Pemeriksaan Fisik
Status Umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 88 x /menit
Frekuensi napas : 24 x/menit
Suhu : 39,3 oC
Kepala : normosefali, rambut hitam distribusi merata
Mata : konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-
refleks cahaya +/+
Telinga : normotia, liang lapang/lapang
Hidung : cavum nasi lapang/lapang, sekret -/-
Leher : trakea lurus ditengah, KGB tidak teraba membesar
Toraks
Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris dalam
keadaan statis dan dinamis.
14
Palpasi :fokal fremitus kanan dan kiri
simetris
Perkusi : sonor kanan dan kiri
Auskultasi : BND vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Jantung : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga V
garis midklavikula kiri
Perkusi : batas jantung kanan dan kiri normal
Auskultasi : bunyi jantung I – II reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen Inspeksi : perut tampak datar
Auskultasi : bising usus (+) normal, 4x/menit
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak membesar
Perkusi : timpani, nyeri ketok (-)
Ekstremitas :
Superior : akral hangat, cap. Refill <2 “, edema(-)
Inferior : Dextra: akral hangat, cap.refill < 2”, pulsasi arteri poplitea dan
dorsalis pedis tak teraba. Sinistra: akral, hangat, cap.refill<2”.
Status Lokalis :
Regio femoris dextra
L : edema (+), benjolan ± Ø 15 cm
hiperemis
F: suhu lebih panas dari sekitarnya,
fluktuasi (+), nyeri tekan (+)
15
Bengkak
Hiperemis
Nyeri tekan +
Fluktuasi +
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 8 Januari 2011
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
LED 5 0-10
Hb 6,3 13-16
Leukosit 17.100 5.000-10.000
Eritrosit 3.110.000 4.500.000-5.500.000
Hematokrit 20% 40-48%
Retikulosit 12 permil
Hitung Jenis
Basofil 0 0-1
Eosinofil 1 1-3
Neutrofil Batang 0 2-6
Neutrofil Segmen 79 50-70
Limfosit 13 20-40
Monosit 7 2-8
16
Trombosit 433.000 150.000-450.000
MCV 64 81-92
MCH 20,3 27-32
MCHC 31,5 32-37
Masa pembekuan 11’-13’ 10’-16’
APTT 38,6” 26,4”-37,5”
PT 12,9” 11,0”-14,2”
Fibrinogen 379 mg/dl 180-350
Masa Perdarahan 3’30” 1’-6’
Ureum 32
Creatinine 1,4 0,6-1,1
SGOT 38 0-50
SGPT 36 0-50
GDS 111 70-120
Na 123 135-147
K 4,0 3,5-5,0
Ca 7,6
17
USG Doppler
Tampak arteri femoralis kanan bagian proksimal masih terlihat baik, pada bagian
tengah terlihat pelebaran dengan bayangan thrombus yang besar, terlihat flow turublens
di daerah sentralnya, sampai arteri femoralis superfisial kanan.
Kesimpulan : PSEUDOANEURISMA dengan thrombus pada arteri femoralis
CT Angiografi femoral ( 10 Januari 2011)
Tampak arteri femoralis kanan caliber bagiani proksimal masih baik, terlihat adany
additional shadow yang berasal dari bagian media arteri femoralis kanan dengan kontur lobilated
serta adanay thrombus yang besar, flow ke bagian bawah arteri femoralis kanan masih terlihat
walaupun opasitas vaskulernya sangat berkurang.
Kesimpulan: pseudoaneurisma dengan thrombus di mid arteri femoralis kanan.
18
19
DIAGNOSA
Aneurisma palsu arteri femoralis kanan
TATALAKSANA
Rawat inap
Diet : biasa
IVFD : RingAs / 24 jam
MM/ :
Panadol 3 x 1 tab
Inj. Bioxon 1 x 1 gr/ IV
Inj. Novalgin 1 cc/IV
Ca. Glukonas 2 x 1 amp
20
FOLLOW UP
9 Januari 2011
KU : anemi
Status lokalis :
Paha kanan pembengkakan Ø 15 cm pada proksimal paha kanan. Denyut arteri
dorsum pedis dan arteri popliteal –
Hasil Laboratorium:
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
LED 8,5 0-10
Hb 6,6 13-16
Leukosit 6400 5.000-10.000
Eritrosit 3.1200.000 4.500.000-5.500.000
Hematokrit 21 40-48%
Retikulosit 2 permil
21
Hitung Jenis
Basofil 1 0-1
Eosinofil 15 1-3
Neutrofil Batang 0 2-6
Neutrofil Segmen 55 50-70
Limfosit 19 20-40
Monosit 10 2-8
Trombosit 304.000 150.000-450.000
MCV 68 81-92
MCH 21,2 27-32
MCHC 31,3 32-37
Diagnosa : aneurisma palsu arteri femoralis kanan
Rencana penatalaksanaan:
Jika Hb turun transfusi PRC 300cc
Pemeriksaan CT-doppler, CT-arteriografi
IVFD: RingAs, NS 3%
Bioxan 1 x 2 gr
Ca. Glukonas 2 x 1 amp, Panadol 3 x 1 tab
10 Januari 2011
Hb post transfuse 6,6
Transfusi kembali 300cc
22
CT-arteriografi pagi ini
IVFD: RingAs, NS 3%
Bioxan 1 x 2 gr
Ca. Glukonas 2 x 1 amp, Panadol 3 x 1 tab
11 Januari 2011
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
LED 5,2 0-10
Hb 8,8 13-16
Leukosit 6.900 5.000-10.000
Eritrosit 3.920.000 4.500.000-5.500.000
Hematokrit 28% 40-48%
Retikulosit 8 permil
Hitung Jenis
Basofil 1 0-1
Eosinofil 22 1-3
Neutrofil Batang 0 2-6
Neutrofil Segmen 46 50-70
Limfosit 20 20-40
Monosit 11 2-8
23
Trombosit 300.000 150.000-450.000
MCV 70 81-92
MCH 22,4 27-32
MCHC 31,9 32-37
Na 133 135-147
K 2,7 3,5-5,0
Ca 7
Anemia sedang dengan mikrositik hipokrom + eosinophilia
CT-angio pseudoaneurisma
Darah 300cc
IVFD: RingAs, NS 3%
Bioxan 1 x 2 gr
Ca. Glukonas 2 x 1 amp, Panadol 3 x 1 tab
Transamin 3 x 500 mg
Vit. K 2 x 1 amp
13 Januari 2011
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
LED 13 0-10
Hb 9,8 13-16
24
Leukosit 5.500 5.000-10.000
Eritrosit 4.160.000 4.500.000-5.500.000
Hematokrit 31% 40-48%
Retikulosit 13 permil
Hitung Jenis
Basofil 0 0-1
Eosinofil 20 1-3
Neutrofil Batang 0 2-6
Neutrofil Segmen 47 50-70
Limfosit 21 20-40
Monosit 12 2-8
Trombosit 280.000 150.000-450.000
MCV 74 81-92
MCH 23,6 27-32
MCHC 31,9 32-37
Hb < 10 transfuse 300cc
IVFD: RingAs, NS 3%
Bioxan 1 x 2 gr
Ca. Glukonas 2 x 1 amp, Panadol 3 x 1 tab
Transamin 3 x 500 mg
25
Vit. K 2 x 1 amp
14 Januari 2011
Dilakukan operasi repair aneurisma
Laporan Pre-Operasi:
Hasil laboratorium:
Protein total 7,2 ( Normal: 6-8)
Albumin 1,9 ( Normal: 3,4-4,8)
Globulin 5,3 ( Normal: 1,3-3,7)
APTT 42,2
D-dimer 543 µg (Normal: 0-500)
Instruksi:
Terapi teruskan, siapkan PRC 600cc untuk operasi
Persiapan PRC 600cc
IVFD: NS 3% + RL
Puasa sejak jam 23.00 WIB
Frek. Nadi: 19 x/ menit, Frek. Nafas: 20 x/menit
Suhu : 36,3oC
Konjungtiva anemis -/-
26
LAPORAN OPERASI
Nama : Tn.G Jenis kelamin : L Usia : 28 Th No. MR : 22.64.16
Operator : dr.Togar M Simanjuntak.SpB(K) Onk
Asisten: dr. Bintang, dr. Parlin Anestesi : dr.Ganda, Sp.An
Asistern : - Instrumentator : Zr.
Diagnosis Pra Bedah : aneurisma arteri femoralis dextra Tanggal Operasi:
14 Januari 2011
Diagnosis Pasca Bedah : aneurisma arteri femoralis dextra Lama Operasi : 2 jam 30 menit
Tindakan Pembedahan :
1. ekplorasi dan repair aneurisma
Jenis Operasi :
Khusus √ Besar
Emergency Sedang
√ Elektif Kecil
27
Uraian Pembehan :
1. Os terlentang dalam keadaan narkose
2. Antisepsis tungkai bawah kanan
3. Dilakukan insisi kulit dari titik arteri femoralis di inguinal sampai dengan di atas lutut kanan.
4. Identifikasi arteri femoralis superfisialis dan tampak aneurisma / bocor di 1/3 tengah arteri femoralis superficialis dextra, kemudian difiksir
5. Hematom dievakuasi + darah segar ± 700cc
6. KGB di inguinal dextra di kirim ke patologi anatomi
7. Cuci NaCl, stoma pada arteri femoralis superficial dextra ditutup dan dijahit dengan benang 6.0
8. Cuci lagi dengan NaCl
9. Pasang drain, luka ditutup dan dijahit
10. Operasi selesai
Jaringan Dikirim ke Patologi
Tidak √ Ya
Dokter ahli Bedah
Tanda Tangan
dr.Togar M Simanjuntak, Sp.B(K) Onk
IVFD : II asering, II Tutopops
Mm/ :
Bioxon 1 x 1 gr
Ca. Glokonas 2 x 1 amp
Tramsamin 3 x 500 mg
Vit. K 2 x 1 amp
KCl 50 meq/24jam
28
Torasic 60 mg/24jam
Albumin 20% 100
Follow Up Post Op
15 Januari 2011
PH: 7 PO: 1
Perawatan di ICU.
S: -
O: KU : tampak sakit sedang
TD : 110/80 mmHg Frek. napas : 22 x/mnt
Frek. nadi : 86 x/mnt Suhu : 37,2 oC
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Hidung : cavum nasi lapang/lapang, secret -/-
Telinga : liang telinga lapang/lapang, serumen-/-
Gigi-mulut: karies -, bau mulut -
29
Leher : KGB tak teraba membesar, nyeri –
Toraks : I: pergerakan dinding dada simetris
Pal: ictus kordis teraba di garis mid klavikula sinistra ICS 5, vocal fremitus simetris kanan=kiri
Perk: Sonor simetris kanan=kiri
Ausk: BJ I/II normal gallop-, murmur-,
BND vesikuler, wheezing -, rhonki –
Abdomen : I: perut tampak datar
Pal: supel, hepar dan lien tak teraba membesar, nyeri tekan –
Perk : timpani
Ausk : BU +
Ekstremitas : akral hangat, cap.refill < 2”
St.lokalis:
R. femoris dextra:
L: luka operasi terbalut verband elastis, rambesan darah (-), pus (-), terpasang selang drain
F: nyeri tekan +
M: tak dapat dinilai
Hasil lab:
Hb: 11,2 Ht: 34 Leukosit : 7.300 Trombosit : 273.000
Na: 133, K: 3, Cl: 7,6
A: post repair aneurisma femoris dextra
P: Diet lunak
IVFD: RL / 24 jam
Medikamentosa :
Bioxon 1 x 1 gr
Ca. Glokonas 2 x 1 amp
Transamin 3 x 500 mg
Vit. K 2 x 1 amp
30
KCl 50 meq/24jam dalam asering
Torasic 60 mg/24jam
Albumin 20% 1 x 100
Lovenox 1 x 0,4
17 Januari 2011
PH: 9 PO: 3
S: nyeri pada bekas operasi
O: KU : tampak sakit sedang
TD : 120/80 mmHg Frek. napas : 20 x/mnt
Frek. nadi : 82 x/mnt Suhu : 36,7 oC
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Hidung : cavum nasi lapang/lapang, secret -/-
Telinga : liang telinga lapang/lapang, serumen-/-
Gigi-mulut: karies -, bau mulut -
Leher : KGB tak teraba membesar, nyeri –
Toraks : I: pergerakan dinding dada simetris
Pal: ictus kordis teraba di garis mid klavikula sinistra ICS 5, vocal fremitus simetris kanan=kiri
Perk: Sonor simetris kanan=kiri
Ausk: BJ I/II normal gallop-, murmur-,
BND vesikuler, wheezing -, rhonki –
Abdomen : I: perut tampak datar
Pal: supel, hepar dan lien tak teraba membesar, nyeri tekan –
Perk : timpani
Ausk : BU +
Ekstremitas : akral hangat, cap.refill < 2”
St.lokalis:
31
R. femoris dextra:
L: luka operasi terbalut verband elastis, rembesan darah (-), pus (-), terpasang selang drain
F: nyeri tekan +
M: tak dapata dinilai
A: post repair aneurisma femoris dextra
P: Diet lunak
IVFD: RL / 24 jam
Medikamentosa :
Bioxon 1 x 1 gr
Ca. Glokonas 2 x 1 amp
Transamin 3 x 500 mg
Vit. K 2 x 1 amp
KCl 50 meq/24jam dalam asering
Torasic 60 mg/24jam
Albumin 20% 1 x 100
Lovenox 1 x 0,4
Hasil PA:
I: jaringan ukuran 2,5x2x0,7 cm penampang coklat padat, sediaan terdiri atas jaringan KGB yang menunjukkan hyperplasia folikel limfoid. Sinus-sinus melebar bersebukan sel limfosit dan histiosit. Kesimpulan: limfadenitis kronik tak spesifik.
II: Jaringan pipih ukuran 5,5x2x0,5 cm coklat lunak. Sediaan dari dinding pembuluh darah terdiri atas jaringan nekrotik dan beku darah. Tak tampak daerah “viable”. Kesimpulan: sesuai dengan jaringan yang berasal dari pembuluh darah pada keadaan aneurisma.
Visite dr. Togar:
GV
Therapy Lovenox
Boleh mobilisasi
32
18 Januari 2011
PH: 10 PO: 4
S: nyeri pada bekas operasi
O: KU : tampak sakit sedang
TD : 120/90 mmHg Frek. napas : 18 x/mnt
Frek. nadi : 90 x/mnt Suhu : 36,5 oC
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Hidung : cavum nasi lapang/lapang, secret -/-
Telinga : liang telinga lapang/lapang, serumen-/-
Gigi-mulut: karies -, bau mulut -
Leher : KGB tak teraba membesar, nyeri –
Toraks : I: pergerakan dinding dada simetris
Pal: ictus kordis teraba di garis mid klavikula sinistra ICS 5, vocal fremitus simetris kanan=kiri
Perk: Sonor simetris kanan=kiri
Ausk: BJ I/II normal gallop-, murmur-,
BND vesikuler, wheezing -, rhonki –
Abdomen : I: perut tampak datar
Pal: supel, hepar dan lien tak teraba membesar, nyeri tekan –
Perk : timpani
Ausk : BU +
Ekstremitas : akral hangat, cap.refill < 2”
St.lokalis:
R. femoris dextra:
L: luka operasi terbalut verband elastis, rembesan darah (-), pus (-), terpasang selang drain.
F: nyeri tekan +
M: pergerakan aktif dan pasif terbatas
33
P: Diet lunak
IVFD: RL / 24 jam
Medikamentosa :
Torasic 3x 1 amp
Albumin 20% 1 x 100
Lovenox 1 x 0,4
Visite dr. Togar:
Rencana fisioterapi dan tingkatkan mobilisasi
19 Januari 2011
PH: 10 PO: 5
S: -
O:
KU : tampak sakit ringan
TD : 120/90 mmHg Frek. napas : 20 x/mnt
Frek. nadi : 80 x/mnt Suhu : 36,5 oC
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Hidung : cavum nasi lapang/lapang, secret -/-
Telinga : liang telinga lapang/lapang, serumen-/-
Gigi-mulut: karies -, bau mulut -
Leher : KGB tak teraba membesar, nyeri –
Toraks : I: pergerakan dinding dada simetris
34
Pal: ictus kordis teraba di garis mid klavikula sinistra ICS 5, vocal fremitus simetris kanan=kiri
Perk: Sonor simetris kanan=kiri
Ausk: BJ I/II normal gallop-, murmur-,
BND vesikuler, wheezing -, rhonki –
Abdomen : I: perut tampak datar
Pal: supel, hepar dan lien tak teraba membesar, nyeri tekan –
Perk : timpani
Ausk : BU +
Ekstremitas : akral hangat, cap.refill < 2”
St. lokalis
R. femoris dextra:
L: luka operasi terbalut verband elastis, rembesan darah (-), pus (-), terpasang selang drain.
F: nyeri tekan +
M: pergerakan aktif dan pasif terbatas
A: post repair aneurisma femoris dextra
P: Diet lunak
IVFD: RL / 24 jam
Medikamentosa :
Torasic 3x 1 amp
Albumin 20% 1 x 100
Lovenox 1 x 0,4
Visite dr. Togar:
Boleh makan nasi
20 Januari 2011
PH: 11 PO: 6
S: -
35
O:
KU : tampak sakit ringan
TD : 130/90 mmHg Frek. napas : 17 x/mnt
Frek. nadi : 85 x/mnt Suhu : 36,2 oC
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Hidung : cavum nasi lapang/lapang, secret -/-
Telinga : liang telinga lapang/lapang, serumen-/-
Gigi-mulut: karies -, bau mulut -
Leher : KGB tak teraba membesar, nyeri –
Toraks : I: pergerakan dinding dada simetris
Pal: ictus kordis teraba di garis mid klavikula sinistra ICS 5, vocal fremitus simetris kanan=kiri
Perk: Sonor simetris kanan=kiri
Ausk: BJ I/II normal gallop-, murmur-,
BND vesikuler, wheezing -, rhonki –
Abdomen : I: perut tampak datar
Pal: supel, hepar dan lien tak teraba membesar, nyeri tekan –
Perk : timpani
Ausk : BU +
Ekstremitas : akral hangat, cap.refill < 2”
St. lokalis
R. femoris dextra:
L: luka operasi terbalut verband elastis, rembesan darah (-), pus (-), terpasang selang drain.
F: nyeri tekan +
M: pergerakan aktif dan pasif +
A: post repair aneurisma femoris dextra
P: Diet biasa
IVFD: RL / 24 Jam
36
Medikamentosa :
Torasic 3x 1 amp
Lovenox 1 x 0,4
Provital plus 1 x 1
Becom C 1 x 1
Visite dr. Togar:
IVFD aff
21 Januari 2011
PH: 12 PO: 7
S: demam
O:
KU : tampak sakit ringan
TD : 110/80 mmHg Frek. napas : 20 x/mnt
Frek. nadi : 85 x/mnt Suhu : 37 oC
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Hidung : cavum nasi lapang/lapang, secret -/-
Telinga : liang telinga lapang/lapang, serumen-/-
Leher : KGB tak teraba membesar, nyeri –
Toraks : I: pergerakan dinding dada simetris
Pal: ictus kordis teraba di garis mid klavikula sinistra ICS 5, vocal fremitus simetris kanan=kiri
37
Perk: Sonor simetris kanan=kiri
Ausk: BJ I/II normal gallop-, murmur-,
BND vesikuler, wheezing -, rhonki –
Abdomen : I: perut tampak datar
Pal: supel, hepar dan lien tak teraba membesar, nyeri tekan –
Perk : timpani
Ausk : BU +
Ekstremitas : akral hangat, cap.refill < 2”
St. lokalis
R. femoris dextra:
L: luka operasi terbalut verband elastis, rembesan darah (-), pus (-), terpasang selang drain.
F: nyeri tekan -
M: pergerakan aktif dan pasif +
A: post repair aneurisma femoris dextra
P: Diet biasa
IVFD: aff
Medikamentosa :
Provital plus 1 x 1
Becom C 1 x 1
Panadol 3 x 1
Visite dr. Togar:
Gunting Brovac, drain disisakan ± 3 cm dari kulit
23 Januari 2011
PH: 13 PO: 8
S: -
38
O:
KU : tampak sakit ringan
TD : 110/80 mmHg Frek. napas : 20 x/mnt
Frek. nadi : 80 x/mnt Suhu : 36,5 oC
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Hidung : cavum nasi lapang/lapang, secret -/-
Telinga : liang telinga lapang/lapang, serumen-/-
Leher : KGB tak teraba membesar, nyeri –
Toraks : I: pergerakan dinding dada simetris
Pal: ictus kordis teraba di garis mid klavikula sinistra ICS 5, vocal fremitus simetris kanan=kiri
Perk: Sonor simetris kanan=kiri
Ausk: BJ I/II normal gallop-, murmur-,
BND vesikuler, wheezing -, rhonki –
Abdomen : I: perut tampak datar
Pal: supel, hepar dan lien tak teraba membesar, nyeri tekan –
Perk : timpani
Ausk : BU +
Ekstremitas : akral hangat, cap.refill < 2”
St. lokalis
R. femoris dextra:
L: luka operasi terbalut verband elastis, rembesan darah (-), pus (-)
F: nyeri tekan -
M: pergerakan aktif dan pasif +
A: post repair aneurisma femoris dextra
P: Diet biasa
IVFD: aff
39
Medikamentosa :
Provital plus 1 x 1
Becom C 1 x 1
Panadol 3 x 1
Visite dr. Togar:
Fisioterapi
RESUME
Pasien seorang laki-laki berumur 28 tahun datang dengan keluhan utama nyeri pada kaki
kanannya, dan keluhan tambahan kaki kanannya bengkak. Awalnya hanya berupa benjolan bekas trauma
tusuk 3 tahun yang lalu, dalam 2 bulan SMRS benjolan terasa nyeri dan semakin besar hingga
mmngganggu pergerakan pasien. Pasien berobat ke dokter kemudian pasien dirujuk untuk ke rumah sakit
yang memiliki dokter bedah ahli dan fasilitas yang lengkap. Setelah itu pasien dirawat di RS PGI Cikini
dan dilakukan konservatif selama 5 hari Kemudian dilakukan operasi pada tanggal 14/1/2011.
DISKUSI KASUS
Pasien datang dengan keluhan benjolan yang nyeri terasa berdenyut dan semakin membesar
selama 2 bulan SMRS. Sebelumnya pasien memiliki riwayat trauma pada daerah benjolan tersebut. Saat
3 tahun yang lalau setelah trauma pada paha kankannya, benjolan muncul tanpa rasa nyeri dan tidak
membesar. Pasien juga mengaku setelah trauma tersebut, kaki kanannya menjadi lebih sering mengalami
keram dan cepat lelah. Dari pemeriksaan fisik, tidak didapatkan pulsasi arteri popliteal dan dorsum pedis
pada kaki kananya. Ini menggambarkan suatu manifestasi klinis dari aneurisma. Riwayat trauma, keluhan
fisik benjolan yang berdenyut menggambarkan kemungkinan dari suatu aneurisma palsu. Munculnya rasa
nyeri disertai demam, mungkin menggambarkan suatu infeksi dari aneurisma yang disebut dengan
aneurisma mikotik. Hasil laboratorium yang menunjukkan hemoglobin yang rendah menunjukkan telah
terjadinya perdarahan kronis yan gterjadi pada pseudoaneurisma tersebut. Untuk menyingkirkan diagnose
banding dan memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan penunjang seperti USG Doppler dan CT
40
Angiografi femoral. Gambaran flow turbulensi dan thrombus memperlihatkan adanya suatu
pseudoaneurisma.
Yang perlu dilakukan dalam penatalaksanaan psudoaneurisma pada pasien tersebut adalah
memperbaiki keadaan umumnya terlebih dahulu. Jika keadaan umum sudah baik, dapat direncanakan
prosedur operasi untuk mengeluarkan thrombus dan memperbaiki arteri femoralis. Setelah dilakukan
repair aneurisma, diharapkan keluhan dan fungsi kaki kanan membaik. Diharapkan perfusi bagian distal
membaik yang ditandai dengan terabanya denyutan arteri popliteal dan arteri dorsum pedis kaki kananya.
Tindakan repair aneurisma diikuti dengan rencana fisioterapi untuk mempercepat pemulihan fungsi kaki
pasien.
BAB 3
PENUTUP
Pseudoaneurisma merupakan suatu aneurisma palsu yang salah satu etiologinya akibat
riwayat trauma tusuk ataupun iatrogenic. Pada pasien Tn. G, terdapat riwayat trauma tusuk.
Keluhan yang didapatkan berupa benjolan nyeri berdenyut dan bertambah besar disertai
hilangnya pulsasi arteri popliteal dan dorsali pedis sudah menggambarkan suatu aneurisma palsu.
Pemeriksaan yang diperlukan berupa USG Doppler atau CT angiografi. Tatalaksana yang
41
dilakukan sudah berupa repair aneurisma. Pemulihan pasien dapat dibantu dengan rencana
fisioterapi.
42