att 1427201678428 aspek neurologi bahasa

18
Rangkuman Psikolinguistik: Otak dan Bahasa dari 3 Buku Psikolinguistik Dosen Pengampu: Asisda Wahyu. A. P Disusun Oleh: Rizka Kasila Ariyanthi 2125120113 Kelas 3-SI-L2 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni

Upload: diamond101190

Post on 13-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

bahasa

TRANSCRIPT

Rangkuman Psikolinguistik: Otak dan Bahasa dari 3 BukuPsikolinguistikDosen Pengampu: Asisda Wahyu. A. P

Disusun Oleh:Rizka Kasila Ariyanthi2125120113Kelas 3-SI-L2

Jurusan Bahasa dan Sastra IndonesiaFakultas Bahasa dan SeniUniversitas Negeri Jakarta2015Aspek Neurologi Bahasa

Proses berbahasa dimulai dari encode semantik, encode gramatikal, encode fonologi, yang dilanjutkan dengan decode fonologi, decode gramatikal, dan diakhiri dengan decode semantic. Proses berbahasa bersifat dua arah, bersifat bolak-balik antara penutur dan pendengan, maka seorang penutur kemudian bisa menjadi pendengar, dan seorang pendengar kemudian bisa menjadi penutur. Semua proses ini dikendalikan oleh otak yang merupakan alat pengatur dan pengendali gerak semua aktivitas manusia.1. Struktur, Fungsi, dan Pertumbuhan OtakOtak (serebrum dan serebelum) adalah salah satu komponen dalam sistem susunan saraf manusia. Komponen lainnya adalah sumsum tulang belakang atau medulla spinalis dan saraf tepi. Otak seorang bayi ketika baru dilahirkan beratnya hanyalah kira-kira 40% dari berat otak orang dewasa, sedangkan makhluk primata lain, seperti kera dan simpanse adalah 70% dari otak dewasanya (Menyuk,1971:31). Dari perbandingan tersebut tampak bahwa manusia kiranya telah dikodratkan secara biologis untuk mengembangkan otak dan kemampuannya secara cepat.Perbedaan otak manusia dan otak makhluk lain bukan hanya terletak pada beratnya saja, melainkan juga pada struktur dan fungsinya. Otak manusia terdiri dari dua hemisfer (belahan), yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan, yang dihubungkan dengan korpus kalosum. Tiap hemisfer terbagi lagi dalam bagian-bagian besar yang disebut sebagai lobus, yaitu lobus frontalis, lobus parietalis, dan lobus temporalis.Permukaan otak (korteks serebri) mempunyai perana penting baik pada fungsi elementer (pergerakan, perasaan, panca indera), maupun pada fungsi yang lebih tinggi dan kompleks yaitu fungsi mental atau fungsi luhur atau fungsi kortikal (isi pikiran manusia, ingatan, emosi, persepsi, organisasi gerak dan aksi, fungsi berbahasa.Perkembangan atau pertumbuhan sel otak manusia menurut Volpe (1987) terdiri atas enam tahap, yaitu:a. Pembentukan tabung neuralb. Profilerasi selular untuk membentuk calon sel neuron dan gliac. Perpindahan selular dari germinal subependermal ke korteksd. Deferensiasi selular menjadi neuron spesifike. Perkembangan akson dan dendrite yang menyebabkan bertambahnya sinaps (perkembangan dendrite tergantung fungsi daerah tersebut)f. Elimenisi selektif neuron, sinaps, dan sebagainya untuk spesifikasi

2. Fungsi Kebahasaan OtakFungsi bicara-bahasa dipusatkan pada hemisfer kiri bagi orang yang tidak kidal. Hemisfer kiri ini disebut juga hemisfer dominan bagi bahasa dan korteksnya dinamakan korteks bahasa.Hasil penelitian tentang kerusakan otak oleh Broca dan Wernickle serta penelitian Penfield dan Robert mengarah pada kesimpulan bahwa hemisfer kiri dilibatkan dalam hubungannya dengan fungsi bahasa. Krashen (1977) mengemukakan lima alasan yang mendasari kesimpulan itu, yaitu:1. Hilangnya kemampuan berbahasa akibat kerusakan otak lebih sering disebabkan oleh kerusakan jaringan saraf hemisfer kiri dari pada hemisfer kanan.2. Ketika hemisfer kiri dianestesia kemampuan berbahasa menjadi hilang. Tetapi ketika hemisfer kanan dianestesi kemampuan berbahasa itu tetap ada.3. Sewaktu bersaing dalam menerima masukan bahasa secara bersamaan dalam tes dikotik, ternyata telinga kanan lebih unggul dalam ketepatan dan kecepatan pemahaman dari pada telinga kiri. Keunggulan telinga kanan itu karena hubungan antara telinga kanan dan hemisfer kiri lebih baik dari pada hubungan telinga kiri dengan hemisfer kanan.4. Ketika materi bahasa diberikan melalui penglihatan mata kanan dan mata kiri, maka ternyata penglihatan kanan lebih cepat dan lebih tepat dalam menangkap materi bahasa itu dari pada penglihatan kiri. Keunggulan penglihatan kanan itu karena hubungan antara penglihatan kanan dan hemisfer kiri lebih baik dari pada hubungan penglihatan kiri dan hemisfer kanan.5. Pada waktu melakukan kegiatan berbahasa baik secara terbuka maupun tertutup, hemisfer kiri menunjukan kegiatan elektris lebih hebat dari pada hemisfer kanan. Hal ini diketahui melalui analisis gelombang otak. Hemisfer yang lebih aktif lebih sedikit dalam menghasilkan gelombang alpha.

3. Teori LateralisasiDari teori Broca dan Wernicke sebenarnya sudah dapat ditarik suatu kesimpulan yang menyatakan adanya spesialisasi atau semacam pembagian kerja pada daerah-daerah otak serebrum manusia. Satu teori yang dapat ditarik secara jelas adalah bahwa belahan korteks dominan (hemisfer kiri) bertanggung jawab untuk mengatur penyimpanan pemahaman dan produksi secara alamiah. Dalam studi neurolinguistik hal ini disebut lateralisasi (lateralization). Eksperimen penyokong teori lateralisasi:a. Tes Menyimak Rangkap (Dishotic Listening)Tes ini pertama kali diperkenalkan oleh Broadbent (1954), lalu banyak dilakukan oleh Kimura (1963, 1964) dan Ling (1969). Tes ini didasarkan pada teori bahwa hemisfer kiri menguasai kerja anggota tubuh sebelah kanan, dan hemisfer kanan menguasai kerja anggota tubuh sebelah kiri.b. Tes Stimulus Elektris (Elektrical Stimulation of Brain)Tes ini pertama kali diperkenalkan oleh Penfield dan Rasmussen (1951), lalu Penfield dan Robert (1959). Dengan tes ini pusat bahasa pada otak distimuluskan dengan aliran listrik melalui thalamus lateral kiri (talamus = satu struktur jaringan jauh di dalam otak) sehingga menimbulkan anomia, di mana subjek yang diteliti tidak dapat menyebutkan nama benda yang ada di depannya, meskipun dia masih lancer bercakap-cakap.c. Tes Grafik Kegiatan Elektris (Electris-Encephalo-Graphy)Tes ini pertama kali diperkenalkan oleh Schafer (1967), dan yang pertama kali menggunakan adalah Whitaker (1971). Tes ini dilakukan untuk mengetahui adakah aliran listrik pada otak apabila seseorang sedang bercakap-cakap dan kalau ada bagian manakah yang giat mendapatkan aliran listrik ini. Hasilnya lateralisasi untuk bahasa adalah pada hemisfer kiri, sedangkan hemisfer kanan untuk fungsi lain bukan bahasa.d. Tes Wada (Tes Amysal)Tes ini pertama kali diperkenalkan oleh J. Wada (1959). Dalam tes ini obat sodium amysal diinjeksikan ke dalam sistem peredaran salah satu belahan otak. Hasilnya pusat bahasa berada pada hemisfer kiri.e. Teknik Fisiologi Langsung (Direct Physiological Technique)Teknik ini dilakukan oleh Cohn (1971). Teknik ini merekam secara langsung getaran-getaran elektris pada otak.f. Teknik Belah Dua Otak (Bisected Brain Technique)Pada teknik ini kedua hemisfer sengaja dipisahkan dengan memotong korpus kalosum, sehingga kedua hemisfer itu tidak mempunyai hubungan.

4. Teori LokalisasiTeori lokalisasi atau lazim juga disebut pandangan lokalisasi berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan daerah Wernicke. Lokalisasi pusat bahasa terletak pada hemisfer kiri.a. Teknik Stimulus ElektrikTeknik ini dilakukan dengan cara menstimulus bagian-bagian tertentu permukaan korteks dengan aliran listrik.b. Teknik Perbedaan Anatomi OtakJika pusat-pusat bahasa hanya berada pada hemisfer kiri, tentulah kedua hemisfer itu, kiri dan kanan tidak simetris, hemisfer kiri tentu lebih besar dari pada hemisfer kanan.c. Cara Melihat Otak dengan PET (Positron Emission Tomography)Dengan PET ini kita melihat bagian-bagian otak, terutama bagian-bagian korteks, pada waktu bagian-bagian itu sedang berfungsi.

5. Hemisfer yang DominanKrashen (1977) mengatakan bahwa meskipun terdapat keunggulan pada hemisfer kiri, tetapi tidak semua aspek bahasa dibatasi pada hemisfer kiri itu. Cara kerja hemisfer tertentu pada setiap orang dapat bervariasi dalam dua hal berikut:a. Sebagian orang kurang mendapat lateralisasi dari pada sebagian orang yang lain.b. Sebagian orang lebih cenderung pada penggunaan salah satu hemisfer kiri atau kanan secara lebih siap untuk fungsi kognitif.Teori mengenai daerah kovergensi bahasa:a. Setiap orang memiliki pola otak yang unik mendasari kemampuan berbahasa yang dimilikinya.b. Bahasa pertama (bahasa ibu) seseorang berkaitan erat dengan jaringan sel saraf, sedangkan bahasa kedua berkaitan dengan otak.

6. Otak WanitaPaul Broca ilmuwan Perancis menyatakan bahwa otak pria lebih besar, mempunyai fungsi lebih baik, lebih cerdas, dan memiliki kelebihan lainnya bila dibandingkan dengan otak wanita (Awuy, 1999). Para peneliti mengatakan bahwa wanita memiliki kemampuan memadukan banyak aspek kognitif dalam berpikir. Bukan hanya rasio, tetapi emosi dan istingnya juga terlibat. Ada yang menyatakan kemampuan ini sebagai inteligensi emosional, atau juga intuisi wanita.Thomas Crook mengatakan bahwa ingatan pria lebih kurang tajam bila dibandingkan dengan ingatan wanita. Daya ingat wanita akan kosakata dan nama jenis jauh lebih awet dibandingkan pria, karena otak wanita punya cara unik dalam menyimpan informasi ke dalam bank memorinya. Ketajaman otak wanita bukan hanya pada inderanya, tetapi juga pada perasaannya.Otak wanita memiliki kemampuan untuk menyesuaikan kecepatan metabolism otak (pemakaian energy oleh otak) dengan umurnya. Sedangkan kecepatan metabolism pria semakin boros energy dengan bertambahnya usia. Saat wanita rileks sama dengan mematikan bagian yang disebut cingulate gyrus, yaitu bagian yang mengendalikan ekspresi simbolis, seperti gerak-gerik dan kata-kata.7. Peningkatan Kemampuan Otak: Membaca dengan Kedua Belah OtakTeori lateralisasi dan lokalisasi berpendapat bahwa wilayah-wilayah tertentu dalam otak memiliki fungsi-fungsi tertentu, seperti ideasi bahasa berada pada hemisfer kiri dan kemampuan berbicara ada pada daerah Broca sedangkan kemampuan memahami berada pada daerah Wernicke.Orang dewasa rata-rata dapat membaca 250 kata per menit. Namun setelah 36 jam daya ingat yang tersisa dari yang dibaca itu tinggal 10%. Jadi, orang yang membaca selama satu jam hanya menguasai bahan yang dibacanya selama enam menit.Menurut Diane Alexander, lambannya kecepatan membaca dan minimnya daya ingat seseorang terhadap apa yang dibacanya adalah karena tidak terfokusnya mata pada apa yang dibacanya. Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengubah kebiasaan itu adalah membaca dengan runtut dari samping kiri ke kanan halaman, dengan bantuan jari tangan yang digunakan untuk mengikuti baris demi baris kalimat tersebut. Metode ini dikatakan sepenuhnya bergantung pada koordinasi mata, jari, dan otak.8. Pemberbahasaan HewanOtak hewan tidak memiliki bagian-bagian yang sifatnya manusiawi seperti otak manusia. Karena ketidakadaan fungsi-fungsi yang disebut manusiawi inilah maka hewan tidak dapat berbicara atau berbahasa.Mengerti bahasa dan dapat berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Hewan yang dilatih memang mengerti bahasa karena dia dapat melakukan perbuatan yang diperintahkan kepadanya. Hal tersebut merupakan hasil dari respon yang dikondisikan, bukan karena mengerti bahasa.Ada beberapa pakar yang telah mencoba mengajarkan bahasa manusia kepada hewan primate yakni simpanse, diantaranya:1. Keith J. Hayes dan Catherine Hayes2. R. Allen Gardner dan Beatrice T. Gardner3. David Premack dan Ann Premack

DAFTAR PUSTAKAChaer Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta. Rineka CiptaLandasan Neurologis Pada Bahasa

Faktor yang sangat penting dalam penguasaan bahasa adalah faktor neurologis, yakni kaitan antara otak manusia dengan bahasa.1. Evolusi Otak ManusiaManusia tumbuh secara gradual dari suatu bentuk ke bentuk yang lain selama berjuta-juta tahun. Evolusi otak dari primata Austrolipithrcus sampai dengan manusia masa kini telah berlangsung sekitar 3 juta tahun. Perkembangan otak dapat dibagi menjadi empat tahap (Holloway 1996: 85). Tahap pertama adalah tahap perkembangan ukuran. Tahap kedua adalah adanya perubahan reorganisasi pada otak tersebut. Tahap ketiga adalah munculnya sistem fiber yang berbeda-beda pada tertentu melalui corpus callosum. Tahap terakhir adalah munculnya dua hemisfer yang asimitris.

2. Otak Manusia VS Otak BinatangDisamping bentuk tubuh dan cirri fisik lain, yang membedakan manusia dari binatang adalah terutama otaknya.2.1 Otak ManusiaDari segi ukurannya berat otak manusia adalah antara 1 sampai 1,5 kilogram dengan rata-rata 1330 gram. Seluruh sistem saraf manusia terdiri dari dua bagian utama: (a) tulang punggung yang terdiri dari sederetan tulang punggung yang bersambung-sambungan (spinal cord) dan (b) otak.Otak terdiri dari dua bagian: (i) batang otak dan (ii) korteks serebral. Korteks serebral manusia terdiri dari dua bagian: hemisfir kiri dan hemisfir kanan. Hemisfir kiri mengendalikan semua anggota badan yang ada di sebelah kanan. Sebaliknya hemisfir kanan mengontrol anggota badan sebelah kiri.Pada waktu manusia dilahirkan belum ada pembagian tugas antara kedua hemisfir ini. Akan tetapi menjelang anak mencapai usia 12 tahun terjadi pembagian fungsi yang dinamakan lateralisasi. Hemisfir kiri berfungsi untuk mengelola ihwal bahasa dan hemisfir kanan untuk hal-hal yang lain.Hemisfir kiri terdiri dari empat daerah besar yang dinamakan lobe: lobe frontal, lobe temporal, lobe osipital, lobe parietal.2.2 Otak BinatangPada binatang tidak terdapat daerah-daerah yang dipakai untuk memproses bahasa. Manusia memakai sebagian besar otaknya untuk proses mental termasuk proses kebahasaan, binatang lebih banyak memakai otaknya untuk kebutuhan fisik. Perbedaan neurologi antara manusia dan binatang seperti inilah yang membuat manusia dapat berbahasa sedangkan binatang tidak.3. Kaitan Otak Dengan BahasaDari struktur serta organisasi otak manusia memegang peran yang sangat penting dalam bahasa. Apabila input yang masuk adalah dalam bentuk lisan, maka bunyi-bunyi itu ditanggapi di lobe temporal, khususnya oleh korteks primer pendengaran.Angka indek VOT sangat penting, karena kalau VOTnya adalah 0+ milidetik, maka bunyi itu pastilah vois seperti /b/ atau /g/, kalau lebih dari +30 milidetik pastilah itu berbunyi tak vois seperti /p/ atau /k/, dsb.Pada lobe frontal terdapat suatu daerah yang kemudian dikenal sebagai daerah broca. Nama ini berasal dari seorang ahli bedah saraf Perancis yang bernama Pierre Paul Broca (1824-1880).4. Peran Hemisfir Kiri dan Hemisfir KananHemisfer kiri sangat berperan yang berkaitan dengan bahasa. Disamping itu, ada hal-hal yang berkaitan dengan bahasa yang ternyata ditangani oleh hemisfir kanan.Orang-orang yang hemisfir kanannya terganggu tidak dapat mengurutkan peristiwa sebuah cerita atau narasi. Mereka juga mendapatkan kesukaran dalam menarik inferensi. Mereka juga tidak dapat mendeteksi kalimat ambigu, serta kesukaran memahami metafora maupun sarkasme.Dari gambaran ini tampak bahwa hemisfir kanan juga mempunyai peran bahasa, tetapi memang tidak seintensif seperti hemisfir kiri. Namun demikian, tetap saja hemisfir kanan memegang peran yang cukup penting.5. Gangguan WicaraApabila aliran darah pada otak tidak cukup, atau ada penyempitan pembuluh darah atau gangguan lain yang menyebabkan jumlah oksigen yang diperlukan berkurang maka akan terjadi kerusakan otak. Penyakit yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah, tersumbatnya pembuluh darah, atau berkurangnya oksigen pada otak dinamakan stroke.Stroke mempunyai berbagai akibat. Gangguan wicara yang disebabkan oleh stroke dinamakan afasia (aphasia).5.1 Macam-macam AfasiaAfasia Broca: kerusakan (yang umumnya disebut lesion) yang terjadi pada daerah Broca. Afasia Broca menyebabkan gangguan pada perencanaan dan pengungkapan ujaran.Afasia Wernicke: letak kerusakan adalah pada daerah Wernicke, yakni bagian agak ke belakang dari lobe temporal. Penderita ini lancer dalam berbicara dan bentuk sintaksisnya juga cukup baik. Namun kalimatnya sukar dimengerti karena banyak kata yang tidak cocok maknanya.Afasia Anomik: kerusakan otak terjadi pada bagian depan dari lobe parietal atau pada batas antara lobe parietal dengan lobe temporal. Gangguan wicaranya tampak pada ketidak mampuan penderita untuk mengaitkan konsep dan bunyi atau kata yang mewakilinya.Afasia Global: pada afasia ini kerusakan terjadi tidak pada satu atau dua daerah saja tetapi di beberapa daerah yang lain. Hal ini mengakibatkan gangguan fisikal dan verbal yang sangat besar.Afasia Konduksi: bagian otak yang rusak pada afasia macam ini adalah fiber-fiber yang ada pada fasikulus arkuat yang menghubungkan lobe frontal dengan lobe temporal. Penderitanya tidak dapat mengulang kata yang baru saja diberikan.5.2 Akibat Lain dari StrokePengaruh stroke tidak terbatas hanya pada gangguan wicara saja. Ada gangguan lain yang tidak langsung berkaitan dengan bahasa. Penderita apraksia misalnya tidak dapat melakukan gerakan-gerakan tertentu, meskipun dia tidak menderita cacat lumpuh tangan. Penderita ataksia kehilangan kemampuan untuk melakukan gerakan maskuler yang volunter.Penderita anterograde amnesia mengalami kerusakan pada bagian otak yang dinamakan hippocampus. Hal ini menyebabkan tidak mampu menyimpan informasi. Stroke juga dapat menyebabkan penyakit prosopagnosia, yakni ketidak mampuan untuk mengenal wajah.6. Hipotese Umur KritisSebelum mencapai umur belasan bawah, sekitar usia 12 tahun, anak mempunyai kemampuan untuk memperoleh bahasa manapun yang disajikan padanya secara natif. Hal ini tampak terutama pada aksennya. Gejala ini dinyatakan dalam hipotese yang bernama Hipotese Umur Kritis yang diajukan oleh Lenneberg (1967).Setelah masa puber mulai, laterisasi pada anak dimulai. Otak sudah tidak sefleksibel seperti sebelumnya. Kemampuan berbahasa seperti penutur asli sudah berkurang. VOT untuk bunyi vois juga tidak akurat lagi.7. Kekidalan dan KekinananManusia ada yang kidal dan ada yang kinan. Sementara itu ada pula orang yang mampu menggunakan tangan kanan dan kiri secara bersamaan (ambidektrus). Meskipun seseorang dikatakan kidal, tetap saja hemisfer kiri yang lebih dominan untuk kebahasaan adalah hemisfir kiri. Sekitar 99% dari orang kinan memakai hemisfir kiri untuk berbahasa. 75% dari orang kidal memakai hemisfir kiri meskipun kadarnya tidak sekuat orang kinan. Kadar dominasi hemisfer kiri pada orang kidal tidak sekuat orang kinan membuat orang kidal mempunyai masalah dalam hal baca dan tulis.8. Otak Pria dan Otak WanitaAda perbedaan antara otak pria dan otak wanita dalam hal bentuknya, yakni hemisfir kiri pada wanita lebih tebal dari pada hemisfir kanan. Akan tetapi, temuan dari Philip dkk menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan dalam pemrosesan bahasa antara pria dan wanita, perbedaan ini hanya mengarah pada pengaruh budaya dari pada pengaryh genetik. Mengenai otak pria dan wanita ini, ada kecenderungan yang lebih besar bagi wanita untuk dapat sembuh dari penyakit afasia dari pada pria. Begitu juga afasia akan lebih sering muncul pada pria dari pada pada wanita saat mereka kena stroke.9. Bahasa SinyalOrang tidak dapat berkomunikasi secara lisan dapat menggunakan piranti lain, yakni bahasa sinyal (sign language). Bahasa ini mempergunakan tangan dan jari-jari untuk membentuk kata dan kalimat.Karena hemisfir kanan lebih unggul untuk menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan desain dan pola-pola visual maka hemisfir inilah yang juga mengurusi bahasa sinyal. Penderita afasia broca kesukaran dalam mensinyalkan apa yang ingin dinyatakan. Begitu juga dengan orang tuna rungu yang daerah wernickenya terserang.10. Metode Penelitian OtakPada jamannya Broca dan Wernicke melakukan penelitian mengenai otak manusia tentunya belum ada alat-alat yang canggih seperti sekarang. Kemajuan teknologi telah membuat penelitian mengenai otak lebih maju. Kini telah terdapat CT atau CAT (Computerized Axial Tomography), PET (Positron Emission Tomography), MRI (Magnetic Resonance Imaging), dan ERPs (Event Related Potentials).CT memanfaatkan sumber sinar-X untuk merekam berbagai imaji yang oleh computer kemudian dibentuk imaji tiga dimensi dari seluruh atau sebagian otak. PET dapat mempertunjukkan kegiatan otak secara langsung. MRI mengukur fungsi otak dengan memanfaatkan jumlah aliran darah pada daerah-daerah otak yang sedang aktif. ERPs mengukur perubahan-perubahan viltase pada otak yang berkaitan dengan hal-hal yang sensorik, motorik, atau kognitif.

DAFTAR PUSTAKADardjowidjojo Soenjono. 2014. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.