atelektasis

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi paru seseorang dikatakan normal jika hasil kerja proses ventilasi dengan perfusi pada orang tersebut dalam keadaan ketika jantung dan paru tanpa beban kerja yang berat menghasilkan tekanan parsial gas darah arteri (PaO 2 dan PaCO 2 ) yang normal. Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas antara organism dengan lingkungan, yaitu pengambilan O 2 dan eliminasi CO 2 . Respirasi eksternal adalah proses pertukaran O 2 dan CO 2 antara darah dan atmosfer, sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan. Pertukaran gas memerlukan 4 proses yang mempunyai ketergantungan satu sama lain, yaitu: 1) Proses yang berkaitan dengan volume udara nafas dan distrbusi ventilasi, 2) Proses yang berkaitan dengan volume darah di paru dan distribusi aliran darah, 3) Proses yang berkaitan dengan difusi O 2 dan CO 2 dan 3) Proses yang berkaitan dengan regulasi pernafasan ( Djojodibroto, 2009). Kolapsnya semua atau sebagian paru-paru yang memberikan komplikasi pada banyak masalah

Upload: ega-prasetya

Post on 12-Aug-2015

166 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: atelektasis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fungsi paru seseorang dikatakan normal jika hasil kerja proses ventilasi

dengan perfusi pada orang tersebut dalam keadaan ketika jantung dan paru

tanpa beban kerja yang berat menghasilkan tekanan parsial gas darah arteri

(PaO2 dan PaCO2) yang normal. Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas

antara organism dengan lingkungan, yaitu pengambilan O2  dan eliminasi CO2.

Respirasi eksternal adalah proses pertukaran O2 dan CO2 antara darah dan

atmosfer, sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara

darah sirkulasi dan sel jaringan. Pertukaran gas memerlukan 4 proses yang

mempunyai ketergantungan satu sama lain, yaitu: 1) Proses yang

berkaitan  dengan volume udara nafas dan distrbusi ventilasi, 2) Proses yang

berkaitan dengan volume darah di paru dan distribusi aliran darah, 3) Proses

yang berkaitan dengan difusi O2 dan CO2 dan 3) Proses yang berkaitan dengan

regulasi pernafasan (Djojodibroto, 2009).

Kolapsnya semua atau sebagian paru-paru yang memberikan komplikasi

pada banyak masalah pernafasan. Lendir di saluran udara setelah operasi,

fibrosis kistik, menghirup benda asing, asma berat dan cedera thorax adalah

salah satu penyebab umum atalektasis. Atelektasis terjadi ketika alveoli di

paru-paru menjadi kempis. Jumlah jaringan paru yang terlibat dalam

atelektasis adalah tergantung dari penyebabnya. Tanda dan gejala juga

tergantung dari penyebab yang mendasari dan keterlibatan paru. Atelektasis

bisa serius karena mengganggu pertukaran O2 dan CO2 dalam paru.

Pengobatan tergantung pada penyebab dan keparahan dari kolapsnya paru

(Lukas, 2010).

Page 2: atelektasis

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi atelektasis?

2. Bagaimana anatomi fisiologi saluran nafas?

3. Apa saja macam-macam  atelektasis?

4. Bagaimana etiologi atelektasis?

5. Bagaiamana patofisiologi atelektasis?

6. Bagaimana gejala atelektasis?

7. Bagaimana gambaran radiologis atelektasis?

8. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan atelektasis?

9. Bagaiamana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan atelektasis?

 C.    Tujuan

1. Mengetahui definisi atelektasis.

2. Mengetahui anatomi fisiologi saluran nafas.

3. Mengetahui macam-macam  atelektasis.

4. Mengetahui etiologi atelektasis.

5. Mengetahui patofisiologi atelektasis.

6. Mengetahui gejala atelektasis.

7. Mengetahui gambaran radiologis atelektasis.

8. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan atelektasis.

9. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan atelektasis.

Page 3: atelektasis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Atelektasis adalah keadaan ketika sebagian atau seluruh paru mengempis

dan tidak mengandung udara (Djojodibroto, 2009).

B. Anatomi dn Fisiologi Atelektasis

Saluran pernapasan udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung,

faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkhiolus. Saluran dari bronkus sampai

bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Udara mengalir dari

faring menuju laring atau kotak suara, laring merupakan rangkaian cincin

tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara.

Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda

yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan

sebagai suatu pohon dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial.

Bronkus terdiri dari bronkus kiri dan kanan yang tidak simetris, bronkus kanan

lebih pendek dan lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea, cabang utama

bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus

segmentalis, percabangan ini berjalan menuju terus menjadi bronkus yang

ukurannya sangat kecil sampai akhirnya menjadi bronkus terminalis yaitu

saluran udara yang mengandung alveoli, setelah bronkus terminalis terdapat

asinus yaitu tempat pertukaran gas.

Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, yang terletak

dalam rongga dada atau thorak. Kedua paru-paru saling berpisah oleh

mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.

Setiap paru-paru mempunyai apek dan basis. Pembuluh darah paru-paru dan

bronchial, saraf dan pembuluh darah limfe memasuki tiap paru-paru pada

bagian hilus dan membentuk akar paru-paru. Paru-paru kanan lebih besar

daripada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi tiga lobus oleh fisura

interlobaris, paru-paru kiri dibagi dua lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi

Page 4: atelektasis

menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya. Suatu lapisan

yang kontinu mengandung kolagen dan jaringan elastis dikenal sebagai pleura

yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru-

paru (pleura vesiralis).

Peredaran darah paru-paru berasal dari arteri bronkilais dan arteri

pulmonalis. Sirkulasi bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi

sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru.

Arteri bronchial berasal dari aortatorakalis dan berjalan sepanjang dinding

posterior bronkus. Vena bronkialis yang besar mengalirkan darahnya ke dalam

sistem azigos, yang kemudian bermuara pada vena cava superior dan

mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan

mengalirkan darah vena pulmonalis. Karena sirkulasi bronchial tidak berperan

pada pertukaran gas, darah yang tidak teroksigenasi mengalami pirau sekitar 2

sampai 3% curah jantung. Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan

mengalirkan darah vena campuaran keparu-paru di mana darah tersebut

mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus

mengitari dan menutupi alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan

untuk proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang

teroksigenasi kemudian dikembalikan melalui vena pulmonaliske ventrikel

kiri, yang selanjutnya membagikan kepada sel-sel melalui sirkulasi sistemik

(Price, 2006).

C. Macam-macam Atelektasis

1. Berdasarkan Faktor yang Menimbulkan

a. Atelektasis Neonatorum

Banyak terjadi pada bayi prematur, di mana pusat pernapasan dalam

otak tidak matur dan gerakan pernapasan masih terbatas. Faktor

pencetus termasuk komplikasi persalinan yang menyebabkan hipoksia

intrauter.

Pada autopsy, paru tampak kolaps, berwarna merah kebiruan, non

crepitant, lembek dan elastis. Yang khas paru ini tidak mampu

Page 5: atelektasis

mengembang di dalam air. Secara histologis, alveoli mempunyai paru

bayi, dengan ruang alveoli kecil yang seragam, dilapisi dindingin septa

yang tebal yang tampak kisut. Epitel kubis yang prominem melaposi

rongga alveoli dan sering terdapat edapan protein granular bercampur

dengan debris amnion dan rongga udara. Atelektasi neonatorum pada

sistem, gawat napas, telah di bahas disebelumnya.

b. Atelektasis Acquired atau Didapat

Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang

menyebabkan kolaps dari ruang udara, yang sebelumnya telah

berkembang. Jadi terbagi atas atelektasis absorpsi, kompresi, kontraksi

dan bercak. Istilah ini banya menyangkut mekanisme dasar yang

menyebabkan paru kolaps atau pada distribusi dari perubahan tersebut.

1) Altelektasis absorpsi

terjadi jika saluran pernapasan sama sekali tersumbat sehingga

udara tidak dapat memasuki bagian distal parenkim. Udara yang

telah tersedia secara lambat laun memasuki aliran darah, disertai

dengan kolapsnya alveoli. Tergantung dari tingkat obstruksi

saluran udara, seluruh paru, merupakan lobus yang lengkap, atau

bercak segmen dapat terlibat. Penyebab tersering dari kolaps

absorbsi adalah abstruksi bronchus oleh suatu sumbatan mucus.

Hal ini sering terjadi pasca operasi. Asma bronchial, bronkiektasis

dan bronchitis akut serta kronis, dapat pula menyebabkan

obstruksi akut serta kronis. Dapat pula menyebabkan obstruksi

akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi karena

sumbatan bahan mukopurulen. Kadang-kadang obstruksi

disebabkan oleh aspirasi benda asing atau bekuan darah, terutama

pada anak atau selama operasi rongga mulut atau anestesi.

Saluran udara dapat juga ter sumbat oleh tumor, terutama

karsinoma bronkogenik dengan pembesaran kelenjar getah bening

(seperti pada tuberculosis, contohnya) dan oleh aneurisma

pembuluh darah.

Page 6: atelektasis

2) Atelektasis kompresi

paling sering dihubungkan dengan penimbunan cairan darah atau

udara dalam kavum pleura, yang secara mekanis menyebabkan

kolaps paru di sebelahnya. Ini adalah kejadian yang sering pada

efusi pleura dari penyebab apa pun, namun mungkin yang paling

sering dihubungkan dengan hidrotoraks pada payah jantung

kongesti. Pneumotoraks dapat juga menyebabkan atelektasis

kompresi pada penderita dengan tirah baring dan penderita denan

asites, atelaktasis basal menyebabkan posisi diafragma yang lebih

tinggi.

3) Atelektasis kontraksi

terjadi bila perubahan fibrosis pada paru dan pleura yang

menghambat ekspensi dan meningkatkan daya pegas pada

ekspirasi.

4) Atelektasis bercak

berarti adanya daeah kecil-kecil dari kolaps paru, sepeti terjadi

pada obstruksi bronkioli yang multiple karena sekresi atau

eksudat pada kedua sindrom gawat napas orang dewasa dan bayi. 

Pada sebagian kecil kasus, atelektasis terjadi karena patogenesis

tertentu yang menyertai jelas pada dinding dada.

Atelektasis didapat (acquired) dapat akut atau kronis. Biasanya timbul

karena sumbatan mucus yang relatif akut, yang menjadi manifest

karena mendadak timbul sesak napas. Memang peristiwa sesak napas

akut dalam 48 jam setelah satu prosedur pembedahan, hampir selalu

didiagnosis sebagai atelektasis.

2. Berdasarkan luasnya atelektasis

a.Massive atelectase, mengenai satu paru

b.Satu lobus, percabangan main bronchus

Gambaran khas yaitu inverted S sign  →  tumor ganas bronkus dengan

atelectase lobus superior paru.

Page 7: atelektasis

1) Satu segmen  → segmental atelectase

2) Platelike atelectase, berbentuk garis

Misal : Fleischner line  →  oleh tumor paru

Bisa juga terjadi pada basal paru  →  post operatif

3. Berdasarkan lokasi atelektasis

a. Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri,

maka akan tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada

foto thorak PA hamya memperlihatkan diafragma letak tinggi.

b. Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering

disebabkan peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar

getah bening yang membesar.

c. Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan

densitas tinggi dengan tanda penarikan fissure interlobaris ke atas

dan trakea ke arah atelektasis.

d. Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto

thoraj PA, maka perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral,

miring (obligue), yang memperlihatkan bagian uang terselubung

dengan penarikan fissure interlobularis.

e. Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila

penyumbatan terjadi pada bronkus kecil untuk sebagian segmen

paru, maka akan terjadi bayangan horizontal tipis, biasanya

dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan dengan proses

fibrosis. Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka biasanya

tidak ada keluhan.

f. Atelektasis pada lobus atas paru kanan. Kolaps pada bagian ini

meliputi bagian anterior, superior dan medial. Pada foto thorak PA

tergambarkan dengan fisura minor bagian superior dan mendial

yang mengalami pergeseran. Pada foto lateral, fisura mayor

bergerak ke depan, sedangkan fisura minor dapat juga mengalamai

pergeseran ke arah superior.

Page 8: atelektasis

D. Etiologi

Etiologi terbanyak dari atelektasis adalah terbagi dua yaitu intrinsik dan

ekstrinsik.

1. Etiologi intrinsik atelektasis adalah sebagai berikut :

a. Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus

seperti tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan

penyumbatan bronkus akibat panekanan dari luar bronkus seperti

tumor sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.

b. Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret

yang berupa mukus.

c. Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh pneumothorah,

cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi alat perut ke dalam

rongga thorak, tumor thorak seperti tumor mediastinum.

d. Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan

perkembangan paru yang tidak sempurna, misalkan pada kasus

poliomyelitis dan kelainan neurologis lainnya. Gerak napas yang

terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran sekret bronkus

dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir

dengan memperberat keadaan atelektasis.

e. Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak

yang menahan rasa sakit, keadaan ini juga akan menghambat

pengeluaran sekret bronkus yang dapat memperberat terjadinya

atelektasis

2. Etiologi ekstrinsik atelektasis:

a. Pneumothoraks

b. Tumor

c. Pembesaran kelenjar getah bening.

d. Pembiusan (anestesia)/pembedahan

e. Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi

f. Pernafasan dangkal

Page 9: atelektasis

g. Penyakit paru-paru

(Rasad, 2009).

E.  Patofisiologi

1. Sindroma Lobus Medialis

Sindroma lobus medialis merupakan atelektasis jangka panjang, dimana

lobus media (tengah) dari paru-paru kanan mengkerut. Penyebabnya

biasanya adalah penekanan bronkus oleh suatu tumor atau pembesaran

kelenjar getah bening. Paru-paru yang tersumbat dan mengkerut, dapat

berkembang menjadi pneumonia yang tidak dapat sembuh total dan

peradangan kronis, jaringan parut dan bronkiektasis.

2. Atelektasis Percepatan

Atelektasis percepatan biasanya terjadi pada pilot pesawat tempur.

Penerbangan dengan kecepatan tinggi akan menutup saluran pernafasan

yang kecil, menyebabkan alveoli (kantong udara kecil di paru-paru)

menciut.

3. Mikroatelektasis Tersebar Atau Terlokalisasi

Pada keadaan ini, sistem surfaktan paru-paru terganggu. Surfaktan adalah

zat yang melapisi alveoli dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan,

sehingga mencegah pengkerutan. Bila bayi prematur kekurangan

surfaktan, mereka akan mengalami sindroma gawat pernafasan. Orang

dewasa juga bisa mengalami mikroatelektsis karena:

a. Terapi oksigen yang berlebihan

b. Infeksi berat dan luas (sepsis)

c. Faktor lainnya yang merusak lapisan alveoli.

4. Atelektasis Resorbsi

Karena obstruksi saluran nafas sehingga dapat menghambat udara

mencapai jalan nafas bagian distal. Udara yang terjebak di saluran nafas

atas menyebabkan alveoli menjadi kolaps dan dapat mengenai seluruh

paru, satu lobus, tergantung tingkat obstruksinya. Penyebab tersering

obstruksi bronkus oleh sumbatan mukopurulen atau mukus (sering pada

pasca operasi walaupun juga menjadi penyulit asma bronkial, brokiektasis,

Page 10: atelektasis

bronkitis kronis). Obstruksi kadang oleh aspirasi benda asing pada anak-

anak, bekuan darah saat bedah mulut, anestesi, karsinoma bronkogenik,

pembesaran kelenjar getah bening pada TB.

5. Atelektasis Kompresi

Berkaitan dengan penimunan cairan, darah, udara dalam cavum pleura

sehingga alveoli yang ada didekatnya menjadi terdesak kemudian menjadi

kolaps secara mekanis. Etiologi pada efusi pleura, gagal jantung kompresi,

bisa juga karena pneumothorak. Atelektasis basal akibat posisi diafragma

meninggi sering pada pasien tirah baring, asites, selama dan pasca bedah

(Lukas, 2010).

F. Manifestasi Klinis

Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak

nafas yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak

mengalami gejala sama sekali,walaupun banyak yang menderita batuk-batuk

pendek.

Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut

jantung, kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).

Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya atelektasis.

Pada umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma,

neoplasma, asma dan penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis,

bronkopmeumonia, dan pain-lain jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas,

kecuali jika ada obstruksi pada bronkus utama. Jika daerah atelektsis itu luas

dan terjadi sangat cepat akan terjadi dipsneu dengan pola pernapasan yang

cepat dan dangkal, takikardi dan sering sianosis, temperatur yang tinggi, dan

jika berlanjut akan menyebabkan penurunan kesadaran atau syok. Pada

perkusi redup dan mungkin pula normal bila terjadi emfisema kompensasi.

Pada atelektasis yang luas, atelektasis yang melibatkan lebih dari satu lobus,

bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar, biasanya

didapatkan adanya perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga dan

Page 11: atelektasis

diafragma. Pada perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan

bergeser, letak diafragma mungkin meninggi (Harrison, 2008).

G. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan klinis dan gambaran

radiologis yang jelas dariberkurangnya ukuran paru-paru (digambarkan

dengan adanya penarikan tulang iga, peninggian diafragma, penyimpangan

dari trakea, jantung dan mediastinum dan sela lobus kehilangan udara,di celah

interlobus menjadi bergeser atau tidak pada tempatnya, dan densitas pada

lobus menjadi lebih opaq, seperti pada bronkus, pembuluh darah kelenjar

limfe menjadi tidak beraturan. Danpemeriksaan khusus misalnya dengan

bronkoskopi dan bronkografi, dapat dengan tepat menetukan cabang bronkus

yang tersumbat (Rasad, 2009).

H. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan

kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena. Tindakan yang biasa

dilakukan:

1.  Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang

terkena kembali bisa mengembang

2. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun

prosedur lainnya

3.  Latihan menarik nafas dalam (spirometri insentif)

4. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak

5.  Postural drainase

6.  Antibiotik diberikan untuk semua infeksi

7.  Pengobatan tumor atau keadaan lainnya.

8.  Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang,

menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-

paru yang terkena mungkin perlu diangkat

Page 12: atelektasis

Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang

mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan

jaringan parut ataupun kerusakan lainnya (Mayo, 2010).

I. Komplikasi

Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan

paru yangterserang dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat

menyebabkan pirau (jalan pengalihan) intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan

bila meluas, dapat menyebabkan hipoksemia.

Page 13: atelektasis

BAB III

Penutup

Atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat

mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yang tidak

mengandungudara.Etiologi atelektasis merupakan akibat suatu kelainan paru yang

dapat disebabkan bronkusyang tersumbat, tekanan ekstra pulmonary, paralisis,

hambatan gerak pernafasan oleh efusipleura. Pada umumnya atelektasis yang

terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma, neoplasma,asma dan penyakit yang

disebabkan infeksi misalnya bronchitis, bronkopmeumonia, dan lain-lain jarang

menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali jika ada obstruksi pada bronkus

utama.Jika daerah atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan terjadi dispnea

dengan pola pernapasan yang cepat dan dangkal, takikardi dan sering sianosis,

temperatur yang tinggi, danjika berlanjut akan menyebabkan penurunan kesadaran

atau syok.

Page 14: atelektasis

DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, Darmanto., 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Harrison., 2008. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Lukas., 2010. Atelektasis. Kesehatan Milik Semua : Pusat Informasi Penyakit dan

Kesehatan . Penyakit Paru dan Saluran Pernafasan. www.infopenyakit.com

Mayo., 2010. Dasar-dasar Atelektasis. Mayo Foundation untuk Pendidikan dan

Penelitian Medis.www.mayo.com

Price A. Sylvia &  Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2. Penerbit

buku kedokteran.EGC.Jakarta.

Rasad Sjahriar.,  2009. Radiologi Diagnostik. Jakarta: balai penerbit FKUI