at a glance
DESCRIPTION
amenoreaTRANSCRIPT
Heffner Linda J, Schust Danny J. At a glance: sistem reproduksi edisi 2. Penerbit
Erlangga medical Series. hlm. 68-9.
Amenorea primer adalah tidak terdapatnya menstruasi pada pasien berusia 16 tahun
dengan ciri-ciri seksual sekunder yang normal atau tidak terdapatnya menstruasi pada pasien
berusia 14 tahun tanpa tanda-tanda pematangan seksual. Amenorea sekunder adalah tidak
terdapatnya tiga siklus mensttruasi atau tidak adanya perdarahan menstruasi selama 6 bulan.
Perbedaan antara amenorea primer dan sekunder sejak dahulu telah ditekankan karena
adanya insidensi yang lebih tinggi terhadap kelainan genetik dan anatomik pada wanita muda
dengan amenorea primer. Pembedaan keduanya tetap berguna karena beberapa kelainan unik
hanya ditemukan pada pasien dengan salah satu kelainan tersebut. Namun, asal dan
patofisiologi kedua kelainan ini masih mengalami tumpang tindih. Misalnya, sindrom Turner
merupakan penyebab genetik yang sering pada amenorea primer, namun beberapa pasien
sindrom Turner mungkin memiliki simpanan pada ovarium yang cukup untuk mengalami
perkembangan seksual sekunder dan menarke sebelum terjadi kegagalan ovarium komplet
yang menyebabkan amenorea sekunder. Wanita muda dengan anovulasi kronik yang
disebabkan oleh kelainan-kelainan fungsional akan dikelompokkan ke dalam amenorea
primer jika onset kelainan terjadi saat pubertas. Pada kasus seperti itu, mungkin lebih berguna
jika menilai apakah karakteristik seksual sekunder pada anak perempuan telah berkembang
tanpa adanya menstruasi. Kegagalan perkembangan payudara dan rambut pubis merupakan
suatu tanda untuk pubertas terlambat atau tidak terjadi yang menggambarkan adanya
sekelompok kelainan reproduksi yang spesifik.
Seperti yang ditampilkan pada tabel, penyebab amenorea sangat luas dan melibatkan
semua tingkat aksis hipotalamus-hipofisis-gonad-organ target. Untuk menghindari kerancuan,
amenorea dapat dibagi menjadi dua kategori. Kategori yang pertama dan paling luas
ditandaioleh anovulasi kronik. Pada pasien ini, kegagalan ovarium untuk menghasilkan
estrogen dan progesteron siklis menimbulkan sangat tidak teraturnya atau tidak ada peluruhan
endometrium yang distimulasi tidak seperti biasanya. Anovulasi kronik disebabkan oleh
empat mekanisme patofisiologis umum: (i) hipotalamus gagal membuat sinyal GnRH siklis
terhadap kelenjar hipofisis; (ii) hipofisis gagal untuk merespon sinyal dari hipotalamus; (iii)
mekanisme umpan balik steroid seks normal gagal untuk mengatur lonjakan LH pada tengah
siklus; dan (iv) pengaruh umpan balik steroid gonad oleh sistem endokrin lainnya. Kategori
yang kedua, yang lebih sempit, meliputi kelainan organ target yang mempengaruhi
kemampuan organ ini untuk merespons produksi steroid ovarium siklis yang normal dan
menyebabkan perdarahan endometrial.
Penegakan diagnosis penyebab amenorea meliputi penentuan fungsi masing-masing
kompartemen yang berpotensi terlibat secara berurutan (uterus dan vagina, ovarium,
hipofisis, dan hipotalamus). Pengobatan bertujuan untuk mengoreksi disfungsi yang
mendasari sehingga menstruasi dapat terjadi. Jika terapi tidak dapat menimbulkan atau
mempertahankan menstruasi, maka sangat penting untuk menilai status hormonal pada
individu yang tidak atau tidak cukup diterapi. Wanita yang mengalami hipoestrogen kronik
memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap osteoporosis. Dan wanita sengan stimulasi
estrogen yang tidak dihambat secara kronik pada endometrium memiliki risiko terhadap
kanker endometrium. Terapi hormonal untuk mencegah akibat-akibat ini harus dipikirkan
pada setiap wanita yang mengalami amenorea.
Etiologi amenorea primer
Etiologi ini paling mudah dipahami jika dikelompokkan menjadi: (i) ada atau
tidaknya perkembangan payudara; (ii) ada atau tidaknya serviks atau uterus; (iii) kadar FSH
yang bersirkulasi.
Berdasarkan tingkat frekuensinya yang makin menurun, penyebab amenorea primer
yang paling sering adalah disgenesis gonad, keterlambatan pubertas fisiologis, agenesis
Mullerii, septum vagina transversa atau himen imperforata, sindrom Kallman, anoreksia
nervosa, dan hipopituitarisme. Insensitivitas androgen komplet, walaupun lebih jarang
dibandingkan dengan agenesis Mullerii, harus dipikirkan pada wanita yang memiliki
payudara namun tidak memiliki uterus. Semua anak perempuan atau wanita dengan amenorea
primer dan peningkatan FSH harus melakukan pemeriksaan kariotipe untuk menentukan
apakah memiliki kromosom Y atau bahkan potongan/bagian dari kromosom Y. Adanya gen
kromosom Y dan gonad intra-abdomen, tanpa memperhatikan fenotipenya, menunjukkan
risiko perkembangan tumor sel germinal. Gonad ini harus diangkat melalui pembedahan,
biasanya saat diagnosis ditegakkan.
Disgenesis gonad dengan kariotipe 45X murni biasanya dapat didiagnosis karena
adanya gambaran fisik sindrom Turner. Kelainan kromosom seks lainnya juga dapat
menyebabkan amenorea, termasuk 45X/46XX, mosaik lainnya, dan 46XY dengan lokus SRY
yang hilang. Agenesis Mullerii, juga dikenal sebagai sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-
Hauser, ditandai oleh tidak adanya genitalia interna wanita, termasuk vagina, uterus, dan tuba
Fallopii, pada wanita dengan kromosom normal. Penyebab biologisnya tidak diketahui.
Septum vagina transcersa mungkin disebabkan oleh kegagalan lempeng vagina untuk
membentuk serviks. Sindrom Kallman merupakan kelainan perkembangan sistem saraf pusat
di mana sel neurosekretorik yang seharusnya menjadi generator denyut GnRH gagal
bermigrasi dari tempat asalnya di plakoda olfaktorius ke hipotalamus mediobasal. Selain
memiliki kelainan reproduksi, individu dengan sindrom Kallman juga tidak dapat menghidu
karena tidak adanya neuron olfaktorius yang berkembang dari tunas yang sama. Anoreksia
nervosa dan penekanan hipotalamus yang diakibatkannya dapat menyebabkan terlambat atau
tidak terjadinya pubertas jika kelainan dimulai saat masa kanak-kanak, amenorea primer jika
terjadinya selama pubertas, atau amenorea sekunder jika terjadi kemudian saat remaja.
Hipopituitarisme paling sering disebabkan oleh tumor SSP dan dapat timbul sebagai
keterlambatan atau tidak adanya pubertas atau amenorea bergantung pada waktu onset dan
kecepatan pertumbuhan tumor. Insensitivitas androgen (AI) komplet, yang dahulu dikenal
sebagai feminisasi testikular, merupakan kelainan terkait-X yang jarang yang disebabkan
oleh mutasi pada reseptor androgen yang membuatnya tidak responsif lagi terhadap
androgen. Walaupun individu dengan AI komplet dapat membuat testosteron dan androgen
lainnya, namun mereka tidak dapat menimbulkan aktivitas androgen pada pusat atau jaringan
target perifer. Genitalia gagal mengalami maskulinisasi selama embriogenesis dan androgen
tidak dapat menghasilkan umpan balik negatif pada produksi FSH oleh kelenjar hipofisis.
Individu dengan AI komplet secara fenotipe adalah perempuan dan akan mengalami
pertumbuhan payudara saat pubertas karena androgen yang disekresi oleh testis yang
distimulasi berlebihan dapat dkonversi di perifer menjadi estrogen. Mereka tidak memiliki
uterus sehingga tidak akan mengalami menstruasi dan akan timbul gejala amenorea primer
dengan perkembangan payudara yang normal.
Penyebab Amenorea
Gangguan hipotalamus
Lesi hipotalamus primer
Sindrom Kallman
Lesi hipotalamus sekunder
Tumor SSP
Interaksi SSP-hipotalamus abnormal
Anoreksia nervosa
Amenorea yang diinduksi latihan fisik
Gangguan hipofisis primer
Sindrom Sheehan (apopleksia hipofisis)
Adenoma hipofisis
Tumor hipofisis
Sindrom Sella kosong
Gangguan hipofisis sekunder
Umpan balik steroid gonad yang tidak sesuai
Kehamilan
Kontrasepsi steroid
Pajanan estrogen menetap
Kelebihan estrogen
Tumor yang memproduksi estrogen
Kelebihan aromatase
Defisiensi estrogen
Mutasi gen pada reseptor estrogen
Defisiensi aromatase
Kelebihan androgen
Tumor yang memproduksi androgen
Kelebihan fungsional (adrenal atau ovarium)
Umpan balik yang tidak sesuai oleh sumber lain
Sindrom ovarium polikistik (polycystic ovary syndrome, PCOS)
Sindrom Cushing
Hipotiroidisme dan hipertiroidisme
Laktasi
Hiperprolaktinemia
Kelebihan hormon pertumbuhan
Malnutrisi
Kelainan gonad
Kegagalan gonad
Disgenesis gonad
Menopause
Ablsi atau pengangkatan ovarium
Mutasi gen pada reseptor LH dan FSH
Kelainan organ akhir
Uterus
Agenesis Mullerii
Pembedahan pengangkatan uterus
Ablasi endometrium
Sindrom Asherman
Vagina
Himen imperforata
Septum vagina
Lainnya
Insensitivitas androgen komplet (feminisasi testikular)