asuhan keperawatan pada an. t dengan dbd di ruang … · 2012. 7. 22. · rita purnamasari akademi...

23
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. T DENGAN DBD DI RUANG DELIMA ATAS I RUMAH SAKIT URIP SUMOHARJO BANDAR LAMPUNG Oleh : Rita Purnamasari (NIM. AB/A/Y/2010.682) AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG 2011

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG1

    ASKEP

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. TDENGAN DBD DI RUANG DELIMA ATAS IRUMAH SAKIT URIP SUMOHARJOBANDAR LAMPUNG

    Oleh :

    Rita Purnamasari(NIM. AB/A/Y/2010.682)

    AKADEMI KEBIDANAN ADILABANDAR LAMPUNG2011

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG2

    ASKEP

    Virus Dengue

    Nodus Limpatikus

    Retikuleon Dotelial

    Bronkogen Hematogen

    Anafilatoksin# Antibodi

    Trombosit meningkat + permeabilitas meningkat

    Pecahnya pembuluh darah

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG3

    ASKEP

    I. DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

    1.1 Definisi

    Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang menyerang anak, remaja, atau orang dewasa dengan tanda klinis berupa demam, nyeri otot, nyeri sendi yang disertai leukopenia dan dengan atau tanpa ruam. Dengue Shock Syndrome (DSS) adalah penyakit DBD yang disertai renjatan.

    Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia. Seringkali ada kesalahan dalam penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti Flu dan Tipes (Typhoid).

    1.2 Patogenesis

    Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Nyamuk ini memiliki siklus perkembangbiakan yang sangat cepat, yakni hanya 10 hari saja mulai dari telur sampai menjadi nyamuk.

    Gambar 1.Nyamuk Aedes aegypti sebagai vector virus dengue pada manusia dan siklus perkembangannya

    (http://1.bp.blogspot.com/_28tXe4I_tCM/TUZcdV7SVmI/AAAAAAAAAD4/tiVPSu1qRmk/s1600/mosquito-aedes-aegypti.jpg)

    http://1.bp.blogspot.com/_28tXe4I_tCM/TUZcdV7SVmI/AAAAAAAAAD4/tiVPSu1qRmk/s1600/mosquito-aedes-aegypti.jpghttp://1.bp.blogspot.com/_28tXe4I_tCM/TUZcdV7SVmI/AAAAAAAAAD4/tiVPSu1qRmk/s1600/mosquito-aedes-aegypti.jpg

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG4

    ASKEP

    Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala DD. Apabila orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan bereplikasi di nodus limfatikus regional dan menyebar ke jaringan lain, terutama ke sistem retikuleon dotelial dan kulit secara bronkogen maupun hematogen. Tubuh akan membentuk kompleks virus – antibodi dalam sirkulasi darah sehingga mengaktifkan sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a sehingga permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat. Akan terjadi agregasi trombosit yang melepaskan ADP, trombosit melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi intravaskuler. Terjadinya aktivasi faktor hageman (faktor XII) akan menyebabkan pembekuan intravaskuler yang meluas dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah (Masjoer Arief. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius. 1999).

    Gambar 2.Bagan Patogenesis DBD

    1.3 Manifestasi Klinis

    Gambaran klinis amat bervariasi, dari yang ringan, sedang, sampai DBD dengan manifestasi demam akut, pendarahan, serta kecenderungan terjadinya renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.

    Pada DD terdapat peningkatan suhu secara tiba-tiba, disertai sakit kepala, nyeri yang hebat pada otot dan tulang, mual, kadang muntah, dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supraorbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila tendon atau otot perut ditekan. Pada mata dapat ditemukan pembengkakan, injeksi konjungtiva, lakrimasi, dan fotofobia.

    Virus Dengue

    Nodus Limpatikus

    Retikuleon

    Bronkogen Hematogen

    Anafilatoksin# Antibodi

    Trombosit meningkat + permeabilitas meningkat

    Pecahnya pembuluh darah

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG5

    ASKEP

    Otot-otot di sekitar mata terasa pegal. Eksantem dapat muncul pada awal demam yang terlihat jelas di muka dan dada, berlangsung beberapa jam yang lalu akan muncul kembali pada hari ke 3 – 6 berupa bercak petekie di lengan dan kaki lalu ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Pada sebagian pasien dapat ditemukan kurva suhu yang bifasik. Dalam pemeriksaan fisik pasien DD hampir tidak ditemukan kelainan. Nadi pasien mula-mula cepat kemudian menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5.

    Bradikardi dapat menetap beberapa hari dalam masa penyembuhan. Dapat ditemukan lidah kotor dan kesulitan buang air besar. Pada pasien DBD dapat terjadi gejala perdarahan pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis, melena, dan epitaksis. Hati umumnya membesar dan terdapat nyeri tekan yang tidak sesuai dengan beratnya penyakit pada pasien DSS. Gejala renjatan ditandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin, sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki, serta dijumpai penurunan tekanan darah. Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam atau saat demam turun antara hari ke-3 dan hari ke-7 penyakit (Masjoer Arief. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius. 1999).

    1.4 Diagnosis

    Kriteria klinis pada penderita DBD adalah (Masjoer Arief. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius. 1999) :1. Suhu badan yang tiba-tiba meninggi2. Demam yang berlangsung hanya beberapa hari3. Kurva demam yang menyerupai pelana kuda4. Nyeri tekan terutama di otot-otot persendian5. Adanya ruam-ruam pada kulit6. Leukopenia.

    Gambar 3.Kurva demam pada penderita DBD menyerupai pelana kuda

    (http://4.bp.blogspot.com/_J0oH7UYTsUU/SkW0hIR0TOI/AAAAAAAAAHU/ryEBS2V3NY8/s400/8+Demam+Berdarah+Dengue.JPG)

    http://4.bp.blogspot.com/_J0oH7UYTsUU/SkW0hIR0TOI/AAAAAAAAAHU/ryEBS2V3NY8/s400/8+Demam+Berdarah+Dengue.JPGhttp://4.bp.blogspot.com/_J0oH7UYTsUU/SkW0hIR0TOI/AAAAAAAAAHU/ryEBS2V3NY8/s400/8+Demam+Berdarah+Dengue.JPG

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG6

    ASKEP

    Kriteria klinis pada penderita DBD menurut WHO tahun 1986 (Masjoer Arief. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius. 1999) adalah:1. Demam akut, yang tetap tinggi 2-7 hari, kemudian turun secara lisis. Demam disertai gejala tidak

    spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian, dan kepala.

    Gambar 4.Demam akut dengan disertai nyeri pada tulang persendian, dan kepala dapat menjadi salah satu

    kriteria klinis penderita DBD(http://sehatjiwaraga.files.wordpress.com/2010/03/demam1.jpg)

    2. Manifestasi pendarahan, seperti uji tourniquet positif, petekie, purpura, ekimosis, epitaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan malena.

    3. Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus.4. Dengan atau tanpa renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis yang

    buruk.5. Kenaikan nilai Ht / hemokonsentrasi, yaitu sedikitnya 20%.

    Derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut (Masjoer Arief. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius. 1999):1. Derajat I (ringan), terdapat demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain dengan

    manifestasi teringan, yaitu uji tourniquet positif (sistole + diastole : 2 = ....) selama 5 menit.2. Derajat II (sedang), ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain.3. Derajat III, ditemukan tanda-tanda dini rejatan.4. Derajat IV, terdapat DSS dengan nadi dan tekanan darah yang tak terukur. Diagnosis klinis perlu

    disokong pemeriksaan serologi.

    http://sehatjiwaraga.files.wordpress.com/2010/03/demam1.jpg

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG7

    ASKEP

    1.5 Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang pada penderita DBD dilakukan pada darah, air seni, sum-sum tulang, uji serologi, isolasi virus (Masjoer Arief. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius. 1999).

    1. Darah

    Pada DD terdapat lekopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3 pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan XII. Pada pemeriksaaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokrorenia. SGOT, Serum Glutamik Piruvat Transaminase (SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, dan reserve alkali menurun.

    2. Air seni

    Pada penderita DBD ada kemungkinan ditemukan albuminuria ringan.

    3. Sum-sum tulang

    Pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke-10 sudah kembali normal untuk semua sistem.

    4. Uji serologi

    a. Uji serologi memakai siste ganda, yaitu serum diambil pada masa akut dan konvalesen, yaitu uji pengikatan komplemen (PK), uji netralisasi (IVT), dan uji dengue blood. Pada uji ini dicari kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali.

    b. Uji serologi memakai serum tunggal, yaitu uji dengue blood yang mengukur antibodi antidengue dari kelas l9M. Pada uji ini, yang dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu antibodi dengue.

    5. Isolasi virus

    Yang diperiksa adalah darah pasien dan jaringan.

    1.6 Diagnosis Banding

    Diagnosis banding pada penderita DBD adalah sebagai berikut (Masjoer Arief. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius. 1999):1. Adanya demam pada awal penyakit dapat dibandingkan dengan infeksi bakteri maupun virus,

    seperti bronko pneumonia, kolesistitis pielonefritis, demam tifoid, malaria, dan sebagainya.2. Adanya ruam yang akut seperti pada morbili perlu dibedakan dengan DBD.3. Adanya pembesaran hati perlu dibedakan dengan hepatitis akut dan leptospirosis.4. Pada meningitis meningokok dan sepsis terdapat perdarahan di kulit.5. Penyakit-penyakit darah seperti idiophattie trombocytopenic purpurae, leukimia pada stadium

    lanjut dan anemia aplastik.6. Rejatan endotoksik.7. Demam chikungunya.

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG8

    ASKEP

    1.7 Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan DD atau DBD tanpa penyulit adalah sebagai berikut:1. Tirah baring.2. Makan lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam (susu, air

    dengan gula, atau sirup) atau air tawar ditambahkan garam.

    Gambar 4.Makanan lunak seperti buah, susu, dan sirup dapat menjadi salah satu komponen dalam

    penatalaksanaan pasien DBD tanpa penyulit

    3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron dan jangan diberikan setosal karena baha perdarahan.

    4. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.

    Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan:1. Pemasangan infus dan pertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan diatasi.2. Observasi keadaan umum, nadi, TD, suhu, dan pernafasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4 – 6

    jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.

    Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan dengan diguyur seperti NaCl, RL yang dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tak tampak perbaikan dapat diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemaset sejumlah 15 – 29 ml/kg berat badan dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfusi darah (Masjoer Arief. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius. 1999).

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG9

    ASKEP

    1.8 Prognosis

    Kematian karena demam dengue hampir tidak ada. Pada DBD atau DSS mortalitasnya cukup tinggi.Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta menunjukkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan pada anak-anak.

    DAFTAR PUSTAKA

    Masjoer Arief. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius. 1999.Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-demam-

    berdarah-dengue-dbd.html.http://1.bp.blogspot.com/_28tXe4I_tCM/TUZcdV7SVmI/AAAAAAAAAD4/tiVPSu1qRmk/s1600/mosquito-

    aedes-aegypti.jpghttp://4.bp.blogspot.com/_J0oH7UYTsUU/SkW0hIR0TOI/AAAAAAAAAHU/ryEBS2V3NY8/s400/8

    Demam+Berdarah+Dengue.JPG)http://sehatjiwaraga.files.wordpress.com/2010/03/demam1.jpghttp://3.bp.blogspot.com/_LxBjLnG61I8/TMa6gga83LI/AAAAAAAABkc/LdghqJRQsEw/s1600/2510--

    daur-hidup-aedes-aegypti_%286%29.jpg

    http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd.htmlhttp://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd.htmlhttp://1.bp.blogspot.com/_28tXe4I_tCM/TUZcdV7SVmI/AAAAAAAAAD4/tiVPSu1qRmk/s1600/mosquito-aedes-aegypti.jpghttp://1.bp.blogspot.com/_28tXe4I_tCM/TUZcdV7SVmI/AAAAAAAAAD4/tiVPSu1qRmk/s1600/mosquito-aedes-aegypti.jpghttp://4.bp.blogspot.com/_J0oH7UYTsUU/SkW0hIR0TOI/AAAAAAAAAHU/ryEBS2V3NY8/s400/8 Demam+Berdarah+Dengue.JPGhttp://4.bp.blogspot.com/_J0oH7UYTsUU/SkW0hIR0TOI/AAAAAAAAAHU/ryEBS2V3NY8/s400/8 Demam+Berdarah+Dengue.JPGhttp://sehatjiwaraga.files.wordpress.com/2010/03/demam1.jpghttp://3.bp.blogspot.com/_LxBjLnG61I8/TMa6gga83LI/AAAAAAAABkc/LdghqJRQsEw/s1600/2510--daur-hidup-aedes-aegypti_%286%29.jpghttp://3.bp.blogspot.com/_LxBjLnG61I8/TMa6gga83LI/AAAAAAAABkc/LdghqJRQsEw/s1600/2510--daur-hidup-aedes-aegypti_%286%29.jpg

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG10

    ASKEP

    II. TINJAUAN KASUS

    2.1 Riwayat Kesehatan

    Tanggal pengkajian :Tanggal masuk rumah sakit :Tempat praktik :

    Data biografi (identitas pasien)

    a. Pasien

    Nama : An. TNo R.M. : 192034Tempat, tanggal lahir : 26 Desember 2005Jenis kelamin : PerempuanSuku : PadangPendidikan : -Agama : IslamPekerjaan : -Alamat : Palapa V No. 3, Labuhan Ratu, Bandar Lampung

    b. Keluarga

    Nama : Ny. KHubungan dengan pasien : IbuTempat, tanggal lahir : 2 Januari 1979Pendidikan : SMAPekerjaan : Ibu rumah tanggaAlamat : Palapa V No. 3, Labuhan Ratu, Bandar Lampung

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG11

    ASKEP

    Pola sehat-sakit / riwayat kesehatan Keterangan

    Alasan masuk rumah sakit / keluhan utama Ibu Klien mengatakan pasien datang dengan keluhan panas sudah 3 hari, mual, muntah, dan BAB cair.

    Status kesehatan sekarang Klien mengatakan demam ± 3 hari, disertai mual dan muntah serta sakit perut bagian kiri. Pada saat diperiksa, suhu 37,80C, klien demam diperberat oleh kurangnya cairan dan berkurang bila dikompres dengan air hangat dan minum yang banyak. Keluhan demam dirasakan klien terus menerus dan klien tampak memegangi perutnya, OS selalu merasa haus dan bibir kering.

    Status kesehatan dahulu Ibu klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit seperti saat ini.

    Status kesehatan keluarga Saat ini, keluarga pasien tidak mengalami sakit yang sama dan tidak mengalami penyakit yang lain juga.

    Pola pengkajian fungsional menurut Gordon :

    1. Pola persepsi kesehatan – pemeliharaan kesehatan

    Sebelum : Sebelum sakit, ibu klien mengatakan OS kurang memperhatikan kesehatan, kurang makan, dan kurang istirahat.

    Sesudah : Ibu klien mengatakan bahwa OS menyadari bahwa makan yang banyak dapat membuat tubuhnya cepat sembuh.

    2. Pola metabolisme nutrisi

    Sebelum : Ibu klien mengatakan OS makan 3 kali sehari dengan menghabiskan ½ porsi saja dan minum ± 1 liter / hari.

    Sesudah : Ibu klien mengatakan bahwa OS makan 3 kali sehari dengan menghabiskan 2 – 3 sendok makan saja dan minum ± ½ liter / hari.

    3. Pola eliminasi

    Sebelum : OS mengatakan BAB 2 kali sehari dengan tekstur lembik dan warnanya kuning kecoklatan. BAK sehari 4-5 kali dengan warna kuning jernih.

    Sesudah : OS mengatakan Bab 1 kali sehari 2 hari dengan tekstur keras. BAK 3-4 kali dengan warna kuning keruh berbau khas amoniak.

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG12

    ASKEP

    4. Pola aktivitas

    Sebelum : OS tidur sehari 1 kali pada saat malam dengan lama tidur 7 – 8 jam.Sesudah : OS tidur sehari 2 kali pada siang dan malam dengan lama tidur 4 – 5 jam.

    Klien mengatakan porsi tidur cukup.

    2.2 Pengkajian Fisik

    a. Tanda-tanda vital

    1. Suhu : 37,80C2. Pernafasan : 28 x/menit3. Nadi : 88 x/menit4. Tekanan darah : -5. TB : 100 cm

    BB : 17 kg

    b. Keadaan umum

    1. Keadaan umum : Baik2. Wajah : Baik3. Kesadaran : Compos mentis4. Keluhan yang dirasakan saat ini : Panas tinggi dengan suhu 37,80C5. Bentuk badan : Sangat kurus6. Cara berbaring dan bergerak : Sangat lemah7. Bicara : Jelas, lancar serta dapat dimengerti8. Pakaian, kerapihan, dan kebersihan badan : Rapi

    Kulit, rambut, dan kuku

    Inspeksi

    Warna kulit : Kuning langsatJaringan parut : Tidak ada jaringan parutLesi : Tidak ada lesiWarna rambut : HitamDistribusi (penyebaran) : Di seluruh kepalaKebersihan : Sedikit kotorLesi : Tidak ada lesiWarna kuku : Putih kecoklatanBentuk kuku : Bulat

    Palpasi

    Suhu : Panas 37,80CKelembapan : KeringTekstur : LembutTugor : ElastisEdema : Tidak ada edema

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG13

    ASKEP

    Kepala

    Inspeksi

    Kesimetrisan : Ya, simetris antara kiri dan kananTengkorak : Tidak ada frakturRambut : Sedikit kotorKulit kepala : Bersih

    Palpasi

    Kulit kepala : Sedikit berminyakDeformitas : Tidak ada deformitas

    Mata

    Inspeksi

    Bentuk bola mata : BulatKelopak mata : NormalKonjungtiva : Tidak anemiSkelera : NormalKornea : HitamIris : Tidak dikaji Pupil - kanan : Tidak dikaji

    - kiri : Tidak dikajiLensa : NormalGerakan : PenuhLadang pandang : Tidak dikajiVisus : Tidak dikaji

    PalpasiTekanan pada bola mata : Tidak dikaji

    Telinga

    Inspeksi

    Daun telinga : Simetris antara kanan dan kiriMembrane tympani : Peka terhadap rangsangan bunyiLiang : Terdapat rangsangan serumen

    Palpasi

    Kartilago : Tidak ada nyeri tekan

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG14

    ASKEP

    Hidung dan sinus

    Inspeksi

    Bagian luar : Simetris antara kanan dan kiriBagian dalam : Terdapat sekretIngus : Tidak adaPerdarahan : Tidak adaPenyumbatan : Tidak ada

    Palpasi

    Septum : Tidak ada nyeri tekanSinus : Tidak terdapat peradangan

    Mulut

    Inspeksi

    Bibir : KeringGigi : Tidak ada cariesGusi : Tidak ada stomatitisLidah : BersihMembran mukosa : Ditemukan di mulutFaring : Saat menelan tidak sakitUvula :Tonsil : Tidak ada peradangan

    Palpasi

    Pipi : Tidak ada nyeri tekanPalatum : Tidak ada stomatitisDasar mulut : BersihLidah : Bersih

    Perkusi

    Gigi : Tidak rapuhBau mulut : Tidak bau mulut

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG15

    ASKEP

    Leher

    Inspeksi

    Bentuk leher : NormalWarna kulit : Kuning langsatBengkak : Tidak terdapat bengkakTumor : Tidak terdapat tumor Tekanan vena : NormalGerakan : Dapat bergerak bebas

    Palpasi

    Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaranKelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroidTrakea : NormalPembuluh darah : Normal

    Dada

    Inspeksi

    Bentuk : SimetrisRetraksi : Tidak terdapat retraksiKulit : Kuning langsatPayudara : Simetris

    Paru-paru

    Inspeksi

    Pengembangan diafragma : Simetris

    Palpasi : Tidak ada nyeri tekanPerkusi : Pekak, sonarAuskultasi : Sonor

    Jantung

    Inspeksi : NormalPalpasi : Vena apikal terabaPerkusi : Tidak terjadi pembesaran pada jantungAuskultasi : Terdengar suara dup (suara 2)

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG16

    ASKEP

    Abdomen

    Inspeksi

    Bentuk : DatarRetraksi : NormalSimetris : SimetrisKantur permukaan : HalusPenonjolan : Tidak ada penonjolan

    Auskultasi

    Bising usus : 14 x/iBunyi arteri : Tidak dikajiBunyi vena : Tidak dikaji

    Palpasi

    Ringan : NormalDalam : NormalHepar : Ada pembesaran heparLimpa : Tidak ada pembesaran limpaGinjal : Ada nyeri tekanKandung kemih : Normal

    Anus dan rektum

    Inspeksi : Tidak ada ambeyen (haemoroid)Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

    Muskuloskletal

    Otot

    Inspeksi

    Ukuran : NormalKontraktur : AdaKontraksi : Bisa bergerak bebasKekuatan : Normal

    Palpasi

    Kelemahan : LemahKontraksi : -Gerakan : Normal

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG17

    ASKEP

    Tulang

    Inspeksi

    Susunan tulang : NormalDeformitas :Pembengkakan : tidak terjadi pembengkakan

    Palpasi

    Edema : Tidak terjadi edemaNyeri tekan : Tidak terdapat nyeri

    Persendian

    Inspeksi

    Kaku : Tidak kakuRentang gerak : Dapat bergerak kapan saja

    Palpasi

    Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeriBengkak : Tidak terdapat bengkak

    Neurology

    Kesadaran : Compos mentisMentasi : -Pergerakan : NormalSensasi : -

    Pengkajian nyeri

    Intensitas nyeri : os mengatakan seperti tertimpa benda beratLetak nyeri : Pada kepalaDurasi nyeri : Selama beberapa menit dan terus menerusIrama nyeri : -Kualitas nyeri : os mengatakan nyeri tingkat 3Faktor yang meredakan nyeri : os mengatakan akan hilang bila istirahat yang cukup

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG18

    ASKEP

    2.3 Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan lab pada tanggal 24 Februari 2011

    Jenis pemeriksaan :Hb, Leko, Ht, Trombo Hasil Normal

    HB 12.4 L : 13-18 P : 12-15gr%Leukosit 6.000 5.000-10.000 sel/mm3

    Hematokrit 36.8 L : 40-48 P : 37-43%Trombosit 96.00 150.000-400.000 /mm3

    Pemeriksaan lab pada tanggal 23 Februari 2011

    Jenis pemeriksaan :Hb, Leko, Ht, Trombo Hasil Normal

    HB 13.00 L : 13-18 P : 12-15gr%Leukosit 5.400 5.000-10.000 sel/mm3

    Hematokrit 30.8 L : 40-48 P : 37-43%Trombosit 57.000 150.000-400.000 /mm3

    Pemeriksaan lab pada tanggal 22 Februari 2011

    Jenis pemeriksaan :Hb, Leko, Ht, Trombo Hasil Normal

    HB 13.4 L : 13-18 P : 12-15gr%Leukosit 5.000 5.000-10.000 sel/mm3

    Hematokrit 40.4 L : 40-48 P : 37-43%Trombosit 41.000 150.000-400.000 /mm3

    Pemeriksaan lab pada tanggal 21 Februari 2011

    Jenis pemeriksaan :Dengue blood / DB / DHF Hasil Nilai Normal

    Dengue blot 166 + / positif NegatifDengue blot 16M + / positif Negatif

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG19

    ASKEP

    Pemeriksaan lab pada tanggal 21 Februari 2011

    Jenis pemeriksaan :DL WIDAL Hasil Nilai Normal

    HB 1.9 L : 13-18 P : 12-15gr%Leukosit 3.700 5.000-10.000 sel/mm3

    Basofil 0 0-1%Eosinofil 0 1-3%Netrofil batang 0 2-5%Netrofil segmen 0 2-5%Limfosit 35 50-70%Monosit 30 2-8%Hematokrit 42.5 L : 40-48 P : 37-43%Trombosit 54.000 150.000-400.000 /mm3

    Widal typhus O 1/80 0Widal paratyus AO 0 0Widal paratypus BO 0 0Widal paratypus CO 1/160 0Widal typus H 0 0Widal paratypus AH 0 0Widal paratypus BH 0 0Widal paratypus CH 0 0

    Pemeriksaan lab pada tanggal 20 Februari 2011

    Jenis pemeriksaan :Hb, Leko, Ht, Trombo Hasil Normal

    HB 11.7 L : 13-18 P : 12-15gr%Leukosit 1.700 5.000-10.000 sel/mm3

    Hematokrit 35.2 L : 40-48 P : 37-43%Trombosit 74.000 150.000-400.000 /mm3

    2.4 Terapi Yang Dilakukan

    Dengan memberikan cairan infus (RL), 20 tetes permenit.

    2.5 Penatalaksanaan

    Obat-obatan yang diberikan melalui oral adalah:1. Trolit (untuk menaikkan trombosit), 4x12. Bcom (untuk menambah nafsu makan), 3x13. Sanmol (untuk menurunkan panas), 3x1

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG20

    ASKEP

    2.6 Analisa Data

    No Data Masalah Etiologi

    1 Ds : pasien mengatakan suhu tubuhnya panas.

    Do : Pasien tampak lemas dengan suhu : 37,80C, trombosit : 74.000 mm3.

    Hipertemi. Proses infeksi virus dengue.

    2 Ds : pasien mengatakan makannya kurang disertai mual.

    Do : pasien tampak lemas dan hanya menghabiskan ½ porsi dari yang diberikan.

    Resiko pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

    Intake makanan yang tidak adekuat.

    3 Ds : keluarga pasien mengatakan pasien mengantuk karena saat sakit susah tidur.

    Do : pasien tampak gelisah.

    Gangguan pola istirahat tidur.

    Kondisi saat sakit.

    Dx keperawatan1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak

    adekuat.3. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan kondisi saat sakit.

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG21

    ASKEP

    2.7 Rencana Asuhan Keperawatan

    No Dx Keperawatan Tujuan / Hasil Intervensi Rasionalisasi

    1 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

    Dilakukan asuhan keperawatan dapat menurunkan suhu menjadi normal (36,50C – 77,50C)

    - Memonitor TTV- Beri obat penurun

    panas (sanmol)- Beri kompres air

    hangat- Anjurkan banyak

    minum

    Agar suhu tubuh pasien menurun.

    2 Resiko pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat.

    Dengan dilakukannya asuhan keperawatan dapat mengatasi pola nutrisi sesuai dengan kriteria.

    - Anjurkan pasien untuk makan sedikit tetapi sering.

    - Kolaborasi dengan ahli gizi.

    - Beri makan pada saat makanan hangat.

    - Membantu pasien untuk memenuhi asupan nutrisinya.

    - Agar pasien nafsu makan.

    - Agar nafsu makan meningkat.

    3 Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan kondisi saat sakit.

    Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pola istirahat tidur dapat diatasi sesuai dengan kriteria.

    - Anjurkan pasien banyak istirahat.

    - Kolaborasi dengan dokter.

    - Ciptakan suasana yang nyaman dan tenang.

    Agar pasien dapat beristirahat dengan tenang dan cepat sembuh.

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG22

    ASKEP

    2.8 Implementasi

    No Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi

    22 Februari 2011

    1 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

    - Memonitor TTV.- Memberikan obat penurun

    panas.- Memberi kompres air

    hangat.- Menganjurkan banyak

    minum.

    S : klien mengatakan panasnya tinggi

    O : klien tampak pucat, T = 37,80C.

    A : masalah belum teratasi.P : lanjutkan intervensi.

    2 Resiko pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat.

    - Mengajurkan pasien untuk makan sedikit tetapi sering.

    - Berkolaborasi dengan ahli gizi.

    S : keluarga pasien mengatakan pasien nafsu makannya kurang, hanya menghabiskan ½ porsi perhari.

    O : pasien tampak lemah.A : masalah belum teratasi.P : lanjutkan intervensi.

    3 Gangguan pola istrirahat tidur berhubungan dengan kondisi saat sakit.

    - Menganjurkan pasien banyak istirahat.

    - Berkolaborasi dengan dokter.

    S : keluarga mengatakan pasien susah tidur.

    O : pasien tampak gelisah.A : masalah belum teratasi.P : lanjutkan intervensi.

    23 Februari 2011

    1 Penurunan suhu tubuh. Memonitor TTV. S : klien mengatakan panasnya mulai turun (T = 37,80C).

    O : pasien tampak lemah. A : masalah belum teratasi.P : lanjutkan intervensi.

    2 Resiko pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat.

    - Mengajurkan pasien untuk makan sedikit tetapi sering.

    - Berkolaborasi dengan ahli gizi.

    S : keluarga pasien mengatakan pasien nafsu makannya kurang, hanya menghabiskan ½ porsi perhari.

    O : pasien tampak lemah.A : masalah belum teratasi.P : lanjutkan intervensi.

    3 Gangguan pola istrirahat tidur berhubungan dengan kondisi saat sakit.

    - Menganjurkan pasien banyak istirahat.

    - Berkolaborasi dengan dokter.

    S : keluarga mengatakan pasien susah tidur.

    O : pasien tampak gelisah.A : masalah belum teratasi.P : lanjutkan intervensi.

  • RITA PURNAMASARI

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA – BANDAR LAMPUNG23

    ASKEP

    No Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi

    24 Februari 2011

    1 Penurunan suhu tubuh Memonitor TTV. S : klien mengatakan badannya sudah tidak panas (T = 36,50C).

    O : pasien tampak sehat.A : masalah telah teratasi.P : hentikan intervensi.

    2 Pola nutrisi dengan makanan yang adekuat.

    Menganjurkan pasien untuk makan yang banyak.

    S : keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien mulai kembali seperti semula (bertambah).

    O : pasien tampak sehat.A : masalah telah teratasi.P : hentikan intervensi.

    3 Pola istirahat tidur. Menganjurkan pasien untuk banyak istirahat.

    S : keluarga mengatakan pasien telah dapat tidur.

    O : pasien tampak sehat.A : masalah telah teratasi.P : hentikan intervensi.

    Mengetahui

    Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

    Rini Palupi, S.Kep. Retno Wulandari, A.Md. Kep.