asuhan keperawatan gangguan sistem reproduksi.docx

14
Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi A. Konsep Dasar Gangguan Sistem Reproduksi 1. Pengertian Gangguan pada sistem reproduksi merupakan ketidaknormalan yang terdapat pada organ-organ reproduksi, termasuk neoplasma dan keganasan. Neoplasma reproduksi adalah: tumbuhnya sel-sel abnormal pada organ reproduksi. Jenis neoplasma tersebut ada yang disebut benigna dan maligna. Masalah-masalah fisiologis yang dapat muncul pada keganasan sistem reproduksi, adalah : a. Gangguan fungsi tubuh, baik organ asal maupun organ yang diinvasi b. Gangguan konsep diri: gambaran diri, peran, harga diri c. Gangguan dalam koping, dalam menangani masalah dengan keganasan karena merupakan penyakit terminal. d. Gangguan pola dan kebutuhan seksual (Hutahean,Serri.2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta:Trans Info Media) 2. Epidemiologi Dibawah ini merupakan epidemiologi dari keganasan sistem reproduksi ini, yaitu: a. 1 / 3 dari kasus dapat diobati b. Peningkatan penatalaksanaan terapi morbiditas dapat mengakibatkan harapan hidup lebih panjang, nyaman dan lebih produktif c. Hampir seluruh hidup pasien dihabiskan diluar RS untuk pengobatan yang intermiten d. 48% dari semua pasien kanker dapat diobati dengan tuntas e. Insiden 870.000 kasus tiap tahun f. Urutan ke dua penyebab kematian di dunia

Upload: yunittamuassassari

Post on 10-Apr-2016

52 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi.docx

Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi

A. Konsep Dasar Gangguan Sistem Reproduksi

1. Pengertian

Gangguan pada sistem reproduksi merupakan ketidaknormalan yang terdapat pada organ-organ reproduksi, termasuk neoplasma dan keganasan. Neoplasma reproduksi adalah: tumbuhnya sel-sel abnormal pada organ reproduksi. Jenis neoplasma tersebut ada yang disebut benigna dan maligna.Masalah-masalah fisiologis yang dapat muncul pada keganasan sistem reproduksi, adalah :a. Gangguan fungsi tubuh, baik organ asal maupun organ yang diinvasib. Gangguan konsep diri: gambaran diri, peran, harga diric. Gangguan dalam koping, dalam menangani masalah dengan keganasan karena

merupakan penyakit terminal.d. Gangguan pola dan kebutuhan seksual

(Hutahean,Serri.2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta:Trans Info Media)

2. EpidemiologiDibawah ini merupakan epidemiologi dari keganasan sistem reproduksi ini, yaitu:a. 1/3 dari kasus dapat diobatib. Peningkatan penatalaksanaan terapi morbiditas dapat mengakibatkan harapan

hidup lebih panjang, nyaman dan lebih produktifc. Hampir seluruh hidup pasien dihabiskan diluar RS untuk pengobatan yang

intermitend. 48% dari semua pasien kanker dapat diobati dengan tuntase. Insiden 870.000 kasus tiap tahunf. Urutan ke dua penyebab kematian di dunia

(Hutahean,Serri.2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta:Trans Info Media)

3. MetastaseMetastase adalah: perjalanan sel-sel kanker dari lokasi asal ke bagian lain dari tubuh melalui:a. Invasi: terjadi karena tidak membentuk kapsular sehingga mudah invasi ke jaringan

organ lain, menyebar dengan cepat melalui aliran limfe dan darahb. Limfe: pertumbuhan sekunder sel-sel kanker sering ditemukan pada limfe, kelamin

limfe.c. Pembuluh darah: melalui pembuluh darah dan dibawa ke organ yang dilewati

pembuluh darah.

(Hutahean,Serri.2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta:Trans Info Media)

Page 2: Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi.docx

4. EtiologiFaktor resiko keganasan pada sistem reproduksi adalah:a. Lemak: merupakan resiko untuk kanker payudara, endometrium dan kolorectal,

(hasil riset ada hubungannya dengan obesitas)b. Pemanis buatan (sakarin): resiko untuk kanker kandung kemih dan pankreasc. Hormon estrogen: insiden untuk kanker endometriumd. Kanker vagina pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang mendapatkan terapi hormon

estrogen selama hamile. Alkohol: resiko untuk kanker payudaraf. Paparan radioaktif yang lama: resiko untuk kanker darah dan sumsum tulangg. Human papilomavirus: resiko kanker servik, kanker uterush. Hubungan seksual dibawah usia 20 dan multipartner: resiko untuk kanker serviksi. Kontrasepsi hormon: resiko untuk kanker serviksj. Genetikk. Paritas

(Mansjoer,dkk.2002.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius)

5. Gejala umumGejala yang paling umum kita temukan pada gangguan sistem reproduksi, yaitu:a. Nyeri perut bagian bawah terus-menerusb. Suhu tubuh meningkatc. Kembung, kram perutd. Pengeluaran vagina berlebihane. Perdarahan iregulerf. Serviks teraba kakug. Nyeri pada saat intercouse (dispareunia)h. Nyeri pada saat defeksi

(Mansjoer,dkk.2002.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius)

6. PenatalaksanaanPenatalaksanaan pada keganasan sistem reproduksi dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal dibawah ini, yaitu:a. Tergantung: jenis, tipe, asal, pola penyebaran, umur pasien, kondisi kesehatan.b. Jenis terapi modalitas:

1) Pembedahan2) Kemoterapi3) Radioterapi4) Imunoterapi5) Terapi biologi6) Terapi hormonal

Page 3: Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi.docx

c. Secara umum biasanya digunakan lebih dari satu macam cara pengobatan diatas misalnya: pembedahan diikuti kemoterapi

d. Kadang-kadang kombinasi: pembedahan, kemoterapi dan radoioterapie. Tujuan utama operasi adalah mengangkat kanker secara keseluruhan, kanker hanya

dapat disembuhkan secara tuntas dengan operasi bila belum metastase

(Mansjoer,dkk.2002.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius)

B. Kanker Ovarium1. Pengertian

Kanker ovarium adalah sekumpulan tanda dan gejala dari keganasan yang berkembang dari bagian-bagian tertentu dari ovarium dimana masing-masing tipe dari sel ovarium potensial untuk berkembang menjadi sel tumor. Ovarium merupakan organ yang mudah sekali menjadi tempat metastase kanker lain baik genital maupun ekstra genital.Klasifikasi stadium : FIGO (federation international de gynecologis obstetrics):a. Stadium I : pertumbuhan pada ovarium

1) Stadium Ia : pertumbuhan terbatas pada satu ovarium dan tidak ada asites2) Stadium Ib : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium3) Stadium Ic : tumor dengan stadium Ia atau Ib tetapi disertai asites

b. Stadium II : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium denganpelvik ekstensi

1) Stadium Iia : perluasan/metastase hanya ke uterus atau tuba uterina2) Stadium Iib : perluasan mengenai jaringan pelvik3) Stadium Iic : tumor dengan stadium Iia dan Iib tetapi disertai asites

c. Stadium III : pertumbuhan mengenai satu atau dua ovarium denganmetastase ke intra peritoneal yang tersebar luas ke abdomen

1) Pertumbuhan mengenai satu atau dua ovarium dengan metastase keluar cavum peritoneum

(Baradero,Mary dkk.2005.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.Jakarta:EGC)

2. Faktor resikoa. Pengaruh dari lingkungan seperti terpapar asbes dan penggunaan talk pada daerah

genitalb. Faktor hormonal pada wanita: status fungsi ovarium yang rendah seperti:

menarchea diatas usia 18 tahun, menapaouse sebelum usia 45 tahunc. Nullipara dan infertild. Pengaruh faktor genetike. Pengaruh gaya hidup (diet tinggi lemak, penggunaan bahan kimia atau karsinogen

pada area genital sebagai reabsorbsi toksin ke tubuh dan ovarium)f. Terpapar virus mumps

(Baradero,Mary dkk.2005.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.Jakarta:EGC)

Page 4: Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi.docx

3. MetastasePenyebaran dapat secara hematogen, limfogen melalui aortik dan cairan peritonial. Organ-organ sasaran metastase: usus (besar dan kecil, rektum), uterus, ginjal, dan paru-paru

(Baradero,Mary dkk.2005.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.Jakarta:EGC)

4. Tanda dan gejalaa. Masa diperut bagian bawah dan biasanya bagian-bagian organ tubuh lainnya sudah

terkena.b. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasic. Wanita post menapouse: nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi atau diare,

obstruksi usus dan acites

(Baradero,Mary dkk.2005.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.Jakarta:EGC)

C. Kanker Endometrium1. Epidemologi

a. 90% = adeno karsinomab. Penyebabke 3 kematian karena keganasanc. Insiden pada usia 50-70 tahun, dan meningkat pada menopause

2. Faktor resiko:a. Imblance hormonalb. Obesitasc. Nultipara atau infertility

3. Gejala:a. Menorhagia/metrorhagiab. Nyeri lumbosakralc. Perdarahan

4. Penatalaksanaan Diagnostik:a. USG b. Sitologic. Biopsi

5. Penatalaksanaan Medik:Tergantung stadium operatif histerektomi, kemoterapi atau radiasi

(Baradero,Mary dkk.2005.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.Jakarta:EGC)

Page 5: Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi.docx

D. MIOMA UTERI1. Pengertian

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot-otot uterus dan jaringan ikat, kadang disebut juga leiomioma atau fibroid. Jaringan tumor tumbuh pada dinding muskulus uterus dan berbentuk dari otot dan jaringan fibroid.

(Baradero,Mary dkk.2005.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.Jakarta:EGC)

2. Patofisiologia. Penyebabnya belum diketahuib. Dihubungkan dengan teori stimulasi estrogen, mioma sering kali tumbuh lebih

cepat pada masa kehamilan.c. Tidak pernah dijumpai sebelum menarchea.d. Biasanya atropi sebelum menapausee. Sering disertai dengan hiperplasia endometriumf. Teori cell nest atau genitoblast, adalah: terjadinya mioma tergantung pada sel-sel

otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dirangsang teru-menerus oleh estrogen.

(Baradero,Mary dkk.2005.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.Jakarta:EGC)

3. Faktor Resiko:a. Usiab. Gaya hidupc. Keturunand. Ras (ras Afrika-Ameriaka mengalami 2-3kali gejala insiden mioma terutama usia

muda, Ras Asia lebih rendah resikonya)e. Kelompok usia 35-50 tahun.f. Obesitasg. Konsumsi daging babih. Makanan karsinogenik : susu, hati,wortel, telur, minyak goreng, kopi,teh,

alkohol,dll.

(Baradero,Mary dkk.2005.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.Jakarta:EGC)

4. Lokasi/tempat mioma:

Tempat: korpus uteri (97%) dan serviks uteri (3%)

Jenis:

a. Mioma intramural (tumor tetap didalam dinding/otot uterus).b. Mioma submukosa (tumor tumbuh dan menonjol ke arah kavum uteri)c. Mioma subserosa (tumor tumbuh ke arah luar dan menonjol pada permukaan

uterus)

Page 6: Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi.docx

d. Mioma geburt (tumor tumbuh terus ke dalam kavum uteri dan berhubungan dengan dinding uterus dengan tangkai masuk ke dalam serviks dan keluar jalan lahir)

(Baradero,Mary dkk.2005.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.Jakarta:EGC)

5. Perubahan sekunder yang terjadi:

a. Atropi: sesudah manapause atau sesudah kehamilanb. Degenerasi hialin: pada penderita yang tua, struktur asli hilang menjadi homogen

Dn lebih putih.c. Degenerasi kistik: tumor melembek, jaringan yang mengalami hialinisasi menjadi

cair, membentuk ruangan-ruangan dengan dinding yang tidak licin yang berisi cairan seperti agar-agar.

d. Degenerasi calceorus: terjadi degenerasi kistik, calsium fostat mengendap dalam ruangan kistik, sehingga konsistensi menjadi keras.

e. Degenerasi merah: sering ditemukan pada kehamilan karena pengaruh estrogen, tumor cepat berkembang, vaskularisasi tidak dapat mengikuti kecepatan pertumbuhan tumor, sehingga terjadi trambosis, infark, perdarahan,nyeri, mual, suhu meningkat.

(Baradero,Mary dkk.2005.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.Jakarta:EGC)

6. Komplikasi:

a. Perdarahan (anemia)b. Berkembang leiomiosarkoma 0,6%. Tumor yang sudah lama tidak membesar,

tiba-tiba membesar (terjadi akut abdomen).

c. Torsi tangkai.

d. Dalam keadaan akut, terjadi gangguan aliran darah, mengakibatkan nekrosis,

yang kemudian timbul gejala-gejala akut abdomen.

e. Nekrosis dan infeksi

f. Infertilitas.

(Baradero,Mary dkk.2005.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.Jakarta:EGC)

Page 7: Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi.docx

7. Pencegahan Mioma Uterus

Konsumsi sayuran hijau, buah-buahan dan gizi yang seimbang dalam menu sehari-

hari.

(Baradero,Mary dkk.2005.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.Jakarta:EGC)

8. Tanda dan Gejala

a. Sebagian besar tanpa gejala

b. Tanda dan gejala tergantung letak mioma, besarnya perubahan sekunder dan

komplikasi serta hanya tehadap pada 35%-50% penderita.

c. Perdarahan abnormal: menorhagia, methorgia, karena meluasnya tumor pada

permukaan endometrium, gangguan kontraksi, vaskularisasi meningkat ke

miometrium.

d. Nyeri: karena kanalis servikalis menyempit, miomsubmukosa sedang dikeluarkan

dari kavum uteri, terdapat penyakit adneksa, terjadi degenerasi merah atau

putaran tangkai, sehingga timbul nyeri.

e. Gejala dan tanda penekanan vesika urinaria mengakibatkan gangguan miksi

(retensio urin, hidronefrosis), ureter (hidro ureter), rektum (obstipasi dan nyeri

defekasi), pembuluh darah (pembesaran vena, edema, dan nyeri pelvik)

f. Infertilisasi dan abortus spontan.

g. Mioma intramural dapat menutup atau menekan pars interstitialis tuba, sedangkan

mioma submukosa dapat mengakibatkan mudahnya terjadi abortus.

(Baradero,Mary dkk.2005.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.Jakarta:EGC)

9. Pemeriksaan penunjang:

a. USG Abdominal

b. Transvaginal USG

c. MRI

d. Laparskopi

e. Biopsi endometrium untuk mengetahui penyebab mioma tersebut.

(Baradero,Mary dkk.2005.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.Jakarta:EGC)

Page 8: Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi.docx

10. Dasar-Dasar penegakan diagnosa:

a. Klien datang dengan keluhan ada benjolan diperut bagian bawah, terasa berat,

perdarahan abnormal, retensio urin.

b. Pada pemeriksaan bimanual: didapatkan tumor padat dalam uterus, terdapat garis

tengah, yang sering teraba berbenjol-benjol atau bertangkai.

c. Pada pemeriksaan sonde, didapatkan kavum uteri lebih besar dan luas.

d. Diagnosa banding: kehamilan, inversio uteri, adenomiosis, koriokarsinoma,

karsinoma corpus uteri, kista ovarium, sarkoma uteri.

e. Tumor kecil: tidak ada keluhan, sehingga tidak dilakukan terapi. Perlu dilakukan

observasi 3-6bulan, dimana mioma akan mengecil saat menapause.

f. Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu.

g. Miomektomi yaitu pengangkatan atau pengambilan sarang tumor tanpa

mengangkat uterus.

h. Histektomi, yaitu pengangkatan uterus yang merupakan tindakan terpilih, bisa

perabdominal atau pervaginam. Biasanya tindakan ini dilakukan, karena:

1) Fungsi uterus tidak diperlukan lagi (sudah cukup keturunan)

2) Perumbuhan tumor harus dihentikan

3) Terjadi perdarahan yang membahayakan (untuk hemodtasis)

i. Radioterapi. Radioterapi ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga

penderitaan mengalami menapause. Tindakan ini dilakukan bila ada kontra

indikasi untuk tindakan operatif dan tidak ada keganasan pada uterus.

j. Terapi hormonal. Terapi ini diberikan untuk pasien setelah menapause (observasi

selama 6 bulan).

k. Pada keadaan-keadaan tertentu:

a. Wandering mioma, selalu dengan tindakan operatif.

b. Mioma disertai infertil, tergantung hasil pemeriksaan faktor-faktor penunjang

lain.

c. Mioma dengan kehamilan: tidak mengambil tindakan apa-apa kecuali terjadi

degenerasi merah dengan tanda-tanda peritonitis positif.

d. Mioma dalam persalinan: pimpin persalinan normal seperti biasa, kecuali mioma

menutup jalan lahir, harus melalui SC tidak dengan miomektomi, karena dapat

mengkibatkan bahaya perdarahan hebat kecuali mioma subserosa dengan tangkai

yang panjang.

Page 9: Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi.docx

(Baradero,Mary dkk.2005.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas.Jakarta:EGC)

E. Asuhan Keperawatan1. Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada gangguan sistem reproduksi adalah:a. Keluhan utama : perdarahan abnormal atau menorhargia pada wanita usia subur

atau wanita diatas usia 50 tahun dan sudah menapause.b. Manifestasi klinik : tidak disertai keluhan nyeri (biasanya hanya mules, adanya

tekanan pada pelvis, konstipasi dan retensio urin), ukuran abdomen membesar, dispareunia, infertilitas.

c. Pengkajian psikososial1) Perasaan takut, cemas berhubungan dengan perdarahan yang abnormal2) Takut dengan prosedur pembedahan, takut akibat pembedahan, rasa sakit dan

tidak bisa punya anak, gangguan dalam berhubungan seksual.d. Pemeriksaan diagnostik:

1) CT scan2) USG3) Culdoscopy4) Laparascopi5) Lab: darah dan urin, tes kehamilan, biopsi

(Hutahean,Serri.2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta:Trans Info Media)

2. Diagnosa Keperawatana. Takut dan cemas berhubungan dengan diagnosa penyakitb. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahanc. Nyeri berhubungan dengan penekanan miomad. Anticipatory: berduka atau disfungsi berhubungan dengan kehilangan uterus atau

fungsi reproduksie. Potensial gangguan seksualitas berhubungan dengan dispareuniaf. Tidak efektif koping individu berhubungan dengan depresi sekunder efek

pembedahan

(Hutahean,Serri.2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta:Trans Info Media)

3. Kriteria EvaluasiDibawah ini merupakan kriteria evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan pada gangguan sistem reproduksi, yaitu:a. Secara verbal mengerti tentang alasan dan penatalaksanaan gangguan pada organ

reproduksib. Individu dapat menggunakan koping yang positifc. Mendemonstrasikan berkurangnya kecemasan

Page 10: Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi.docx

d. Secara verbal menyatakan nyeri berkurange. Setiap tindakan yang dilakukan tanpa komplikasi

(Hutahean,Serri.2009. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta:Trans Info Media)