asuhan kebidanan pada infertil ( hand out )

16
HAND OUT MATA KULIAH : ASKEB IV ( Patologi ) TOPIK : Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Infertil SUB TOPIK : XIII. ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTIL 8.1. Pengertian Infertil 8.2. Etiologi 8.3. Pemeriksaan Infertilitas 8.4. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Infertil 8.5. Masalah yang Timbul pada Infertil 8.6. Manajemen Kebidanan pada Infertil 8.7. Penanganan dan Pengobatan pada Infertil WAKTU : 2 x 50 menit OBJEK PERILAKU MAHASISWA Setelah selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat dengan benar melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Infertilitas. DAFTAR PUSTAKA 1

Upload: nuniksulanjar8138

Post on 03-Jul-2015

95 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

HAND OUT

MATA KULIAH : ASKEB IV ( Patologi )

TOPIK : Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Infertil

SUB TOPIK : XIII. ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTIL

8.1. Pengertian Infertil

8.2. Etiologi

8.3. Pemeriksaan Infertilitas

8.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Infertil

8.5. Masalah yang Timbul pada Infertil

8.6. Manajemen Kebidanan pada Infertil

8.7. Penanganan dan Pengobatan pada Infertil

WAKTU : 2 x 50 menit

OBJEK PERILAKU MAHASISWA

Setelah selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat dengan benar

melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Infertilitas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawirohardjo. Yayasan Bina Pustaka. Ilmu Kandungan. Jakarta,

2002.

2. Sylvia Verallis. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta,

1997.

3. Manuaba, I.B.G. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta, 1999.

PENDAHULUAN

Apabila banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari

banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup,

maka menurut Sensus Penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota, atau kira

– kira 3 juta pasangan infertil di Indonesia.

1

Page 2: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertil

memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuhnya lagi terpaksa

menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak ( adopsi ), poligini, atau bercerai.

Berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan telah dimungkinkan

memperoleh anak dengan cara inseminasi buatan donor, “ bayi tabung “, atau

membesarkan janin di rahim wanita lain.

2

Page 3: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

URAIAN MATERI

XIII. Asuhan Kebidanan pada Infertil

8.1. Pengertian Infertil

Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan

melahirkan anak hidup dengan suami yang mampu menghamilkannya. Jadi,

infertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan

dan kelahiran anak hidup. Agar seorang istri dapat hamil dilakukan

penyelidikan pada pasangan infertil.

Lamanya waktu penyelidikan yang diperlukan untuk menghasilkan

kehamilan menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam 1 bulan pertama, 57,0%

dalam 3 bulan, 72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam 12 bulan dan 93,4% dalam

24 bulan. Waktu median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah

2,3 bulan sampai 2,8 bulan. Makin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan,

makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru

menganggap ada masalah infertilitas kalau pasangan yang ingin punya anak itu

telah dihadapkan pada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan.

8.2. Etiologi

Penyebab infertilitas pada perempuan dan laki – laki adalah sebagai berikut :

1. Penyebab kemandulan pada perempuan.

Gangguan yang paling sering dialami perempuan mandul adalah gangguan

ovulasi. Bila ovulasi tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa

dibuahi. Salah satu tanda wanita yang mengalami gangguan ovulasi adalah

haid yang tidak teratur dan haid yang tidak ada sama sekali.

Gangguan lain yang bisa menyebabkan kemandulan pada wanita adalah :

a. Tertutupnya lubang saluran tuba yang disebabkan oleh karena infeksi,

endometriosis dan operasi pengangkatan kehamilan ektopik.

b. Gangguan fisik rahim.

c. Umur.

3

Page 4: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

d. Stress.

e. Kurang gizi.

f.Terlalu gemuk dan terlalu kurus.

g. Merokok.

h. Alkohol.

i. Penyakit menular seksual.

j. Gangguan kesehatan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan

hormon.

2. Penyebab Kemandulan pada Laki – Laki

a. Gangguan pada pabrik sperma, sehingga sel sperma yang dihasilkan

sedikit atau tidak sama sekali.

b. Gangguan pada sel sperma untuk mencapai sel telur dan membuahinya.

Masalah ini biasanya disebabkan oleh karena bentuk sperma yang tidak

normal sehingga pergerakannyapun tidak normal.

Penyebab risiko kemandulan pada laki – laki :

a.Suka minum alkohol.

b. Suka menggunakan narkoba.

c.Polusi udara.

d. Merokok.

e.Masalah kesehatan lainnya.

f. Obat – obatan yang tidak jelas.

g. Penggunaan radiasi dan kemoterapi untuk pengobatan kanker.

h. Umur.

4

Page 5: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

8.3. Pemeriksaan Infertilitas

Pemeriksaan infertilitas dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan, yaitu :

1. Uji Pascasenggama

Walaupun uji Sims – Huhner atau uji pascasenggama telah lama dikenal di

seluruh dunia, tetapi ternyata nilai kliniknya belum diterima secra seragam.

Salah satu penyebabnya adalah karena belum adanya standarisasi cara

melakukannya. Kebanyakan peneliti sepakat untuk melakukannya pada

tengah siklus haid, yang berarti 1 - 2 hari sebelum meningkatnya suhu basal

badan yang diperkirakan. Akan tetapi, belum ada kesepakatan berapa hari

abstinensi harus dilakukan sebelumnya, walaupun kebanyakan

menganjurkan 2 hari. Demikian pula belum terdapat kesepakatan kapan

pemeriksaan itu dilakukan setelah senggama. Menurut kepustakaan, ada

yang melakukannya setelah 90 detik sampai setelah 8 hari. Sebagaimana

telah diuraikan, spermatozoa sudah dapat dampai pada lendir serviks segera

setelah senggama, dan dapat hidup di dalamnya sampai 8 hari. Menurut

Denezis uji pascasenggama baru dapat dipercaya kalau dilakukan dalam 8

jam setelah senggama. Perloff melakukan penelitian pada golongan fertil

dan infertil, dan berkesimpulan tidak ada perbedaan hasil yang antara kedua

golongan itu kalau pemeriksaannya dilakukan lebih dari 2 jam setelah

senggama. Jika kesimpulan ini benar, maka uji pascasenggama dilakukan

secepatnya setelah senggama. Davajan menganjurkan 2 jam setelah

senggama, walaupun penilaian secepat itu tidak akan sempat menilai

ketahanan hidup spermatozoa dalam lendir serviks.

2. Histeroskopi

Histeroskopi adalah peneropongan kavum uteri yang sebelumnya telah

digelembungkan dengan media dekstran 32%, glukosa 5%, garam

fisiologik, atau gas CO2.

5

Page 6: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

Dalam infertilitas, pemeriksaan histeroskopi dilakukan apabila terdapat :

a. Kelainan pada pemeriksaan histerosalpingografi.

b. Riwayat abortus habitualis.

c. Duaan adanya mioma atau polip submukosa.

d. Perdarahan abnormal dari uterus.

e. Sebelum dilakukan bedah plastik tuba, untuk menempatkan kateter

sebagai splint pada bagian proksirnal tuba.

3. Pemeriksaan Hormonal

Hasil pemeriksaan hormonal dengan RIA harus selalu dibandingkan dengan

nilai normal masing – masing laboratorium.

Pemeriksaan FSH berturut – turut untuk memeriksa kenaikan FSH tidak

selalu mudah, karena perbedaan kenaikannya tidak sangat nyata, kecuali

pada tengah – tengah siklus haid ( walaupun masih kurang nyata

dibandingkan dengan puncak LH ). Pada fungsi ovarium tidak aktif, nilai

FSH yang rendah sampai normal menunjukkan kelainan pada tingkat

hipotalamus atau hipofisis. Sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan

kelainan primernya pada ovarium.

4. Sitologi Vaginal Hormonal

Sitologi vagina hormonal menyelidiki sel – sel yang terlepas dari selaput

lendir vagina, sebagai pengaruh hormon – hormon ovarium (estrogen dan

progesteron). Pemeriksaan ini sangat sederhana, mudah dan tidak

menimbulkan nyeri, sehingga dapat dilakukan secara berkala pada seluruh

siklus haid.

Tujuan pemeriksaan sitologi vagina hormonal ialah :

a. Memeriksa pengaruh estrogen dengan mengenal perubahan sitologik

yang khas pada fase proliferasi.

b. Memeriksa adanya ovulasi dengan mengenal gambaran sistologik pada

fase luteal lanjut.

6

Page 7: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

:

c. Menentukan saat ovulasi dengan mengenal gambaran sitologik ovulasi

yang khas.

d. Memeriksa kelainan fungsi ovarium pada siklus haid yang tidak

berovulasi.

8.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Infertil

1. Pada Perempuan

a. Hormonal

Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang

menyebabkan :

1. Kegagalan ovulasi.

2. Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.

3. Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma.

4. Kegagalan gerakan ( motilitas ) tuba falopii yang menghalangi

spermatozoa mencapai uterus.

b. Sumbatan

Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira– kira

sepertiga dari penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan

1. Kelainan kongenital.

2. Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendisitis dan peritonitis.

3. Infeksi tractus genitalis yang naik, misalnya gonore.

c. Faktor Lokal

Keadaan – keadaan seperti :

1. Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovum.

2. Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak

sperma.

3. Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menhalangi

pertemuan sperma ayau ovum.

7

Page 8: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

2. Pada Laki – Laki

a. Gangguan Spermatogenesis

Analisis cairan seminal dapat mengungkapkan :

1. Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter cairan seminel.

2. Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa

defek kepala ( caput ) atau ekor ( cauda ) yang spesifik. Keadaan ini

mungkin karena adanya aplasia sel germinal, pengelupasan, atau

suatu defek kongenital, atau beberapa penyebab yang tidak dapat

ditetapkan.

3. Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dr 2 ml.

4. Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar

glukosa, kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH –

nya terlalu tinggi atau terlalu rendah.

b. Obstruksi

1. Sumbatan ( oklusi ) kongenital duktus atau tubulus.

2. Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit

peradangan ( inflamasi ) akut atau kronis yang mengenai membran

basalais atau dinding otot tubulus seminiferus, misalnya orkitis,

infeksi prostat, infeksi gognokokus. Penyakit ini merupakan

penyebab yang paling umum pada infertilitas pria.

c. Ketidakmampuan Koitus atau Ejakulasi

1. Faktor – faktor fisik, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi penis

sperti pada priapismus atau penyakit Peyronie.

2. Faktor – faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan

untuk mencapai atau mempertahankan ereksi.

3. Alkoholisme kronik.

8

Page 9: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

d. Faktor Sederhana

Kadang – kadang faktor – faktor sederhana seperti memakai celana jeans

ketat, mandi dengan air terlalu panas, atau berganti lingkungan ke iklim

tropis dapat menyebabkan keadaan luar ( panas ) yang tidak menguntungkan

untuk produksi sperma yang sehat.

8.5. Masalah yang Timbul pada Infertilitas

1. Masalah air mani pada laki – laki

Air mani ditampung dengan jalan masturbasi langsung ke dalam tabung

gelas bersih yang bermulut lebar ( atau gelas minum ), setelah abstinensi 3 –

5 hari. Sebaiknya penampungan air mani itu dilakukan di rumah pasien

sendiri, kemudian dibawa ke laboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan.

Air mani yang dimasukkan ke dalam kondom dahulu, yang biasanya

mengandung zat spermatisid, akan mengelirukan penilaian motilitas

spermatozoa.

Karakteristik air mani :

a. Koagulasi dan likuefaksi.

b. Viskositas.

c. Rupa dan bau.

d. Volume.

e. PH.

f. Fruktosa.

2. Masalah Serviks pada Perempuan

Walaupun serviks merupakan sebagian dari uterus, namun artinya dalam

reproduksi manusia harus diakui pada abad kesembilan belas. Sims pada

tahun 1868 adalah orang pertama yang menghubungkan serviks dengan

infertilitas, melakukan pemeriksaan lendir serviks pascasenggama, dan

melakukan inseminasi buatan. Baru beberapa lama kemudian Huhrer

9

Page 10: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

memperkenalkan uji pasca senggama yang dilakukan pada pertengahan

siklus haid.

Serviks biasanya mengarah ke bawah – belakang, sehingga berhadapan

langsung dengan dinding belakang vagina. Kedudukannya yang demikian

itu memungkinkannya tergenang dalam air mani yang disampaikan pada

forniks posterior.

Kanalis servikaslis yang dilapisi lekukan – lekukan seperti kelenjar yang

mengeluarkan lendir, sebagian dari sel – sel epitelnya mempunyai silia yang

mengalirkan lendir serviks ke vagina. Bentuk servikalis seperti itu

memungkinkan ditimbun dan dipeliharanya spermatozoa motil dari

kemungkinan fagositosis, dan juga erjaminnya penyampaian spermatozoa ke

dalam kanalis servikalis secara terus menerus dalam jangka waktu lama.

8.6. Manajemen Kebidanan pada Infertil

1. Air Mani yang Abnormal

Air mani disebut abnormal kalau pada tiga kali pemeriksaan berturut – turut

hasilnya tetap abnormal. Nasihat terbaik bagi pasangan dengan air mani

abnormal adalah melakukan senggama berencana pada saat – saat subur

istri.

Adapun air mani abnormal yang masih dapat diperbaiki itu kalau

disebabkan oleh varikokel, sumbatan, infeksi, defisiensi gonadotropin atau

hiperprolaktinemia.

2. Verikokel

Motilitas spermatozoa yang kurang hampir selalu terdapat pada pria dengan

varikokel. Menurut McLeod, motilitas spermatozoa yang kurang itu dapat

ditemukan pada 90% pria dengan verikokel, sekalipun hormon gonad dan

varikokelektomi tidak berhubungan dengan besar kecilnya varikokel.

Adanya varikokel disertai motilitas spermatozoa yang kurang hampir selalu

dianjurkan untuk dioperasi. Kira – kira dua pertiga pria dengan varikokel

yang dioperasi akan mengalami perbaikan dlaam motilitas spermatozoanya.

10

Page 11: Asuhan Kebidanan Pada Infertil ( HAND OUT )

3. Sumbatan Vasdifferen

Pria yang tersumbat vasnya akan mempertunjukkan azoospermia, dengan

besar testikel dan kadar FSH yang normal. Dua tanda terakhir ini sangat

konsisten untuk spermatogenesis yang normal. Operasi vasoepididimostomi

belum memuaskan hasilnya. Walaupun 90% dari ejakulasinya mengandung

spermatozoa, akan tetapi angka kehamilannya berkisar 5 – 30%.

4. Infeksi

Infeksi akut traktus genitalis dapat menyumbat vas atau merusak jaringan

testis, sehingga pria yang bersangkutan menjadi steril. Akan tetapi infeksi

yang menahun mungkin hanya menurunkan kualitas spermatozoa \, dan

masih dapat diperbaiki menjadi seperti semula dengan pengobatan. Air mani

yang selalu mengandung banyak lekosit, apalgi kalau disertai gejala disuria,

nyeri pada waktu ejakulasi, nyeri punggung bagian bawah, patut diduga

karena infeksi menahun traktus genitalis.

11