asthma.doc

9
ASTHMA DIAGNOSA 1. Klinis : o Sesak nafas disertai mengi yang timbul mendadak dan kumat-kumatan. o Batuk dengandahak kental. 2. Pemeriksaan fisis : o Hyperventilasi. o Tachycardia. o Dada tampak hyperinflasi. o Hypertropi otot bantu pernafasan. o Wheezing atau mengi pada saat inspirasi maupun ekspirasi yang bersifat menyeluruh. o Ekspirasi memanjang. 3. Laboratorium : o Kadar serum Ig E, Ig A, Ig M meningkat, Ig G dapat menurun. o Eosiniphilia meningkat. o Analisa gas darah, pada saat serangan mulai PaO 2 masih dalam keadaan normal, PaCO 2 mulai meninggi. Pada saat serangan memasuki ritme kedua PaO 2 menurun disertai peningkatan PaCO 2 , pH normal atau sedikit menurun. 23

Upload: dantevermillion

Post on 15-Dec-2014

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

asthma.doc

TRANSCRIPT

Page 1: asthma.doc

ASTHMA

DIAGNOSA

1. Klinis :

o Sesak nafas disertai mengi yang timbul mendadak dan kumat-kumatan.

o Batuk dengandahak kental.

2. Pemeriksaan fisis :

o Hyperventilasi.

o Tachycardia.

o Dada tampak hyperinflasi.

o Hypertropi otot bantu pernafasan.

o Wheezing atau mengi pada saat inspirasi maupun ekspirasi yang bersifat

menyeluruh.

o Ekspirasi memanjang.

3. Laboratorium :

o Kadar serum Ig E, Ig A, Ig M meningkat, Ig G dapat menurun.

o Eosiniphilia meningkat.

o Analisa gas darah, pada saat serangan mulai PaO2 masih dalam keadaan

normal, PaCO2 mulai meninggi.

Pada saat serangan memasuki ritme kedua PaO2 menurun disertai peningkatan

PaCO2 , pH normal atau sedikit menurun.

4. Foto thorax :

o Tampak paru hyperinflasi.

o Perlu diperhatikan apakah ada gambaran pneumothorax, atelektase,

pneumomediastinum serta gambaran lainnya.

5. Test provokasi :

23

Page 2: asthma.doc

o Penurunan PEFR lebih dari 20%.

6. Test allergi kulit :

o Positif terhadap beberapa alergen.

7. Test faal paru :

o FEV1/FVC kurang dari 75%, reversible terhadap brochodilator.

o PEFR kurang dari 150 l/menit.

KLASIFIKASI

1. ASTHMA DALAM SERANGAN

Derajat serangan berdasarkan indeks Fischl dibagi :

a. Asthma ringan : score kurang dari 3.

b. Asthma sedang : score 3.

c. Asthma berat : score 4 atau lebih.

Sistem skoring indeks Fischl :

Faktor Nilai 0 Nilai 1

- denyut nadi kurang 120 120 atau lebih

- frekwensi pernafasan kurang 30 30 atau lebih

- pulsus paradoksus kurang 28 28 atau lebih

- A P E (L/menit) lebih 120 120 atau kurang

- sesak nafas tidak ada sedang – berat

ringan

- otot bantu nafas tidak ada sedang – berat

ringan

- mengi tidak ada sedang – berat

24

Page 3: asthma.doc

Sistem Parameter Subjektif :

a. Keluhan sesak nafas :

Derajat Sesak Nafas :

0 : tidak ada

skor 0

1 : sesak nafas ringan

2 : sesak nafas sedang

skor 1

3 : sesak nafas berat.

b. Penggunaan otot bantu nafas :

Terutama M.Sternokleidomastoideus.

0 : tidak ada

skor 0

1 : ringan

2 : sedang

skor 1

3 : berat

c. Bising mengi (wheezing)

0 : tidak ada

skor 0

1 : ringan

2 : sedang

skor 1

3 : berat

Sistem Parameter Obyektif (klinis)

a. Frekwensi nadi

o denyut nadi kurang 120 kali/menit : skor 0

25

Page 4: asthma.doc

o denyut nadi lebih 120 kali/menit : skor 1

b. Frekwensi nafas

o frekwensi nafas kurang 30 kali/menit : skor 0

o frekwensi nafas lebih 30 kali/menit : skor 1

c. Pulsus Paradoksus

o pulsus pardoksus kurang 18 mmHg : skor 0

o pulsus paradoksus : skor 1

Sistem Parameter Fisiologik :

Memaklai alat Mini wright peak flow meter dengan mengukur Arus Puncak Ekspirasi

(APE)

o APE lebih 120 lt/m : skor 0

o APE kurang 120 lt/m : skor 1

2. ASTHMA TIDAK DALAM SERANGAN

Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan faal paru dibagi dalam :

a. Asthma (kronis) ringan :

o Gejala sesak ringan kurang dari 1-2 kali/minggu.

o Gejala nokturnal kurang dari 2 kali/bulan.

o Tak ada gejala yang timbul bila tidak dalam serangan.

o A P E kurang dari 80%.

o Variasi A P E kurang dari 20%.

o A P E normal setelah pemberian bronchodilator.

b. Asthma (kronis) sedang :

o Serangan asthma lebih dari 1-2 kali/minggu.

o Gejala nokturnal lebih dari 2 kali/bulan.

o Perlu pemakaian agonis tiap hari.

o A P E 60-80%.

26

Page 5: asthma.doc

o Variasi A P E 20-30%.

o A P E normal setelah pemberian bronchodilator.

c. Asthma (kronis) berat :

o Sering serangan asthma.

o Gejala asthma terus menerus timbul.

o Sering timbul gejala nokturnal.

o Aktivitas fisik terbatas karena gejala asthma.

o Pernah menjalani perawatan di Rumah Sakit akibat serangan asthma.

o Pernah mendapat serangan berat yang mengancam jiwa.

o A P E kurang dari 60%.

o Variasi A P E lebih dari 30%.

o A P E tetap dibawah normal meskipun sudah diberikan bronchodilator.

TERAPI

1. Asthma ringan :

o Bila perlu 1-2 puff agonis, dapat diulang tiap 3-4 jam.

o Bila kurang atau tidak membaik lanjutkan ke pengobatan asthma sedang.

2. Asthma sedang :

o Inhalasi agonis, bila perlu 1-2 puff, 2 kali/hari.

o Inhalasi steroid 2-4 puff, 2 kali/hari.

o Teofilin lepas lambat 240, 48 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 1-2 dosis.

o Bila respon kurang dapat diberikan agonis.

o Bila masih kurang atau tidak membaik, lanjut ke pengobatan asthma berat.

3. Asthma berat :

o Inhalasi agonis 1-2 puff, 4 kali/hari, ditambah ekstra 2-4 puff.

o Inhalasi steroid 2-6 puff, 3-4 kali/hari.

o Teofilin lepas lambat 240, 48 mg/kgBB/hari.

27

Page 6: asthma.doc

o Steroid oral 40 mg/hari, dibagi dalam 1-3 dosis selama 1 minggu, kemudian

tappering off dalam 1 minggu.

4. Asthma eksaserbasi akut :

A. Di UGD/Poliklinik :

o Bila terjadi gagal nafas (PaCO2 > 40mg %) masuk ICU.

o Bila gagal nafas belum terjadi

Inhalasi agonis 2 puff dalam 60-90 menit atau epinephrin 3 x 0,3 mg

subcutan dalam 60-90 menit.

O2 mulai 1-2 L/menit, atau hingga 6 L/menit.

Dapat diberikan steroid sistemik :

Metilprednison 60-80 mg bolus/6-8 jam atau

Hidrokortison 2 mg/kgBB IV bolus/4 jam.

Dilanjutkan dengan 0,5 mg/kgBB/hari.

Bila respon kurang maka 2 agonis diberikan setiap jam, boleh

ditambahkan dengan epinephrin subcutan.

Bila dalam 4 jam sejak pemberian terapi awal respon tidak ada pasien

harus dirawat di ruangan.

B. Di Ruangan :

o Inhalasi 2 agonis tiap 1-2 jam.

o Steroid sistemik dosis sama dengan di UGD.

o Aminophilin IV : 6 mg/kgBB bolus, dilanjutkan 0,6 mg/kgBB/jam, perinfus

atau teofilin oral 240, 48 mg/kgBB/hari.

o O2 mulai 2-6 L/jam.

o Bila dalam 24 jam perbaikan tidak ada pasien masuk ke ICU.

C. Di ICU :

28

Page 7: asthma.doc

o Nebuhaler 2 agonis tiap 30-60 menit, boleh ditambahkan epinephrin subcutan

0,3 mg.

o Steroid sistemik dilanjutkan.

o Aminophilin sistemik dilanjutkan.

o O2 4-6 L/jam, bila diperlukan pemasangan ventilator dengan persentase O2

dimulai 30-40%, dengan tekanan dan volume yang disesuaikan.

29