assignment pengaruh tidur terhadap tumbuh kembang anak
TRANSCRIPT
Pengaruh Tidur terhadap Tumbuh Kembang serta
Kecerdasan Anak
BAB I
PENDAHULUAN
Tidur adalah normal, proses alamiah dan merupakan kondisi istirahat yang
diperlukan oleh manusia secara reguler. Keadaan tidur ini ditandai oleh
berkurangnya gerakan tubuh dan penurunan kewaspadaan terhadap lingkungan
sekitarnya. Meskipun banyak ahli yang mengerti mengenai mekanisme tidur dan
apa yang terjadi pada otak dan tubuh selama tidur, tetapi masih belum diketahui
dengan pasti mengapa kita perlu tidur. Beberpa ahli percaya bahwa tidur akan
memberikan ketenangan dan memulihkan stamina atau energinya (energy
conservation), yang lain percaya, tidur merupakan proses pemulihan fungsi otak
dan tubuhnya (restorative function), dan yang lainya lagi beranggapan bahwa
tidur merupakan proses penyesuaian (adaptive) untuk mempertahankan
kelangsungan hidup.
Perubahan yang terjadi selama tidur tidak menyebabkan semua aktivitas
susunan saraf berkurang, melainkan terjadi perubahan keseimbangan antara
aktivitas dan inaktivitas dari berbagai sistem saraf di otak. Beberapa fungsi saraf
menjadi inaktif, sementara sistem yang lain aktif, sebagai contoh sel-sel saraf di
korteks otak tidak seluruhnya menjadi inaktif selama tidur. Perubahan ini
menyimpulkan bahwa tidur bukan proses pasif, tetapi merupakan aktivitas yang
dapat dibangkitkan. Tidur merupakan prioritas utama bagi bayi. Bayi perlu
banyak tidur. Pertumbuhan dan perkembangannya sangat tergantung dari tidur,
tanpa tidur bayi tidak akan tumbuh secara optimal, karena pada saat inilah terjadi
1
perbaikan (repair) sel-sel otak dan kurang lebih 75% hormon pertumbuhan
diproduksi. Telah dibuktikan tidur mempunyai efek yang besar terhadap
kesehatan mental, emosi dan fisik, dan sistem imunitas tubuh. Adanya
abnormalitas pada otak juga dapat diketahui dari bagaimana pola tidur anak
tersebut. Dan gangguan tidur akan mengakibatkan efek yang sebaliknya.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai tidur dan pengaruh tidur
terhadap tumbuh kembang serta kecerdasan anak
Tidur merupakan interaksi yang kompleks dari multiple sistem
neurotransmitter,dan sistem regulasi tidur dengan mekanisme lain,sebagai contoh
mekanisme yang mengatur temperature,pola pernapasan dan tekanan darah. Kira-
kira 2/3 kehidupan bayi baru lahir digunakan untuk tidur. Seluruh kejadian selama
tidur merupakan refleksi dari aktivitas neuron tertentu di susunan saraf pusat yang
berubah secara dramatis sesuai dengan perkembangan bayi.oleh karena itu tidur
sangat berhubungan dengan perkembangan anak,dan sekaligus merupakan jendela
dari perkembangan otak anak selanjutnya.
Tidur yang sering pada waktu menderita sakit infeksi,dapat membantu
mempercepat proses penyembuhan.hal Ini karena pengaruh meningkatnya sistem
imunitas tubuh yang memproduksi protein tertentu untuk merespon infeksi.oleh
karena itu tidur berperan juga meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
2.1. Fisiologi Dasar Tidur
Tahapan tidur pada anak dan orang dewasa ternyata terdapat pula pada
bayi baru lahir yaitu, tidur tenang atau nonREM (non rapid eye movement) dan
tidur aktif atau REM. Pada bayi normal, anak dan orang dewasa mempunyai
periode REM dan nonREM yang berubah-ubah beberapa kali selama tidur malam
2
hari. Pada masa bayi, terjadi beberapa perubahan. Pola siklus tidur-bangun baru
jelas terlihat pada umur 3-4 bulan, dimana proporsi tidur mulai lebih banyak pada
malam hari. Umumnya morning naps berhenti pada umur 1 tahun dan afternoon
naps terus berlangsung hingga umur 3 tahun. Pada akhirnya jumlah total tidur
menurun bertahap selama periode anak-anak.
2.1.1 Kebutuhan Tidur untuk Anak
2.1.1.1 Kebutuhan tidur untuk Usia 0-2 bulan
Jumlah tidur yang dibutuhkan : 10,5 – 18 jam / hari
Sifat tidur
Pola tidur yang tidak teratur (hingga usia 6-8 minggu) yang berhubungan
dengan rasa lapar
Periode tidur yang multipel pada siang dan malam hari
Tidurnya bersifat aktif : tersenyum, menghisap, pergerakan badan
2.1.1.2 Kebutuhan tidur untuk Usia 2-12 bulan
Jumlah tidur yang dibutuhkan : 14-15 jam/hari
Sifat tidur:
Jumlah tidur malam bertambah
Pola tidur mulai terlihat
Tidur siang yang awalnya berjumlah 3-4 kali berubah menjadi 1-2 kali di
akhir tahun pertama
2.1.1.3 Kebutuhan tidur untuk Usia 1-3 tahun
Jumlah tidur yang dibutuhkan : 12-14 jam (Tidur siang 1,5 – 3,5 jam) / harinya
Sifat tidur:
Tidur di pagi hari semakin berkurang pada usia + 18 bulan
Kebanyakan dapat tidur sepanjang malam dengan jadwal tidur yang teratur
3
2.1.1.4 Kebutuhan tidur untuk Usia 3-5 tahun
Jumlah tidur yang dibutuhkan : 11-13 jam / hari
Sifat tidur:
Tidur siang biasanya tidak ditemukan lagi pada akhir tahun kelima
Mungkin dapat timbul ketakutan di malam hari
2.1.1.5 Kebutuhan tidur untuk Usia 5-12 tahun
Jumlah tidur yang dibutuhkan : 10-11 jam/ hari
Sifat tidur :
Semakin meningkatnya kegiatan anak dapat mengakibatkan berkurangnya
tidur
Pengaruh televisi, komputer, kafein, dan keadaan medis dapat
mengganggu tidur
2.1.2 Tahapan Tidur
Tahapan tidur terdapat tidur tenang atau nonREM (non rapid eye movement) dan
tidur aktif atau REM, dengan penjelasan sebagai berikut :
2.1.2.1 Tidur NonREM
Tahap 1. Tidur tahap I terjadi bila merasakan ngantuk dan mulai tertidur. Jika
telepon berbunyi atau ada sesuatu sampai terbangun, sering kali tidak merasakan
bahwa sebenarnya kita telah tertidur. Gelombang listrik otak memperlihatkan
‘gelombang alfa’dengan penurunan voltase. Tahap I ini berlangsung 30 detik
sampai 5 menit pertama dari siklus tidur.
Tahap 2. Selama tidur tahap dua, seluruh tubuh kita seperti berada pada tahap
tidur yang lebih dalam. Tidur masih mudah dibangunkan, meskipun kita benar-
benar berada dalam keadaan tidur. Gambaran EEG memperlihatkan gelombang
berfrekuensi 14-18 siklus per detik, dan ini dinamakan gelombang tidur (sleep
4
spindle). Periode tahap 2 berlangsung dari 10 sampai 40 menit. Kadang-kadang
selama tahap tidur 2 seseorang dapat terbangun karena sentakan tiba-tiba dari
ekstremitas tubuhnya. Ini normal. Kejadian sentakan ini, sebagai akibat masuknya
tahapan REM.
Tahap 3 dan 4. Tahap ini merupakan tahap tidur dalam. Pada tahap 3, Orang
yang tertidur cukup pulas, rileks sekali karena tonus otot lenyap sama sekali, dan
EEG memperlihatkan gelombang lambat delta (20-50%). Tahap 4 adalah tidur
paling nyenyak, tanpa mimpi dan sulit dibangunkan, dan orang akan binggung
bila terbangun langsung dari tahap ini, dan memerlukan waktu beberapa menit
untuk meresponnya. EEG memperlihatkan dominasi gelombang delta (>50%) dan
gelombang tidur (sleep spindle) sulit didapat. Orang yang tidur pada ke dua tahap
ini, pola pernafasan dan denyut jantungnya teratur. Kadang-kadang pada bayi
timbul keringat banyak. Setelah periode ini, suatu saat kembali ke tidur tahap 2
sebelum masuk ke periode tidur REM. Pada tahap ini, diproduksi hormon
pertumbuhan guna memulihkan tubuh, memperbaiki sel, membangun otot dan
jaringan pendukung. Perasaan enak dan segar setelah tidur nyenyak, setidak-
tidaknya disebabkan karena hormon pertumbuhan bekerja baik.
2.1.2.2 Tidur REM
Tahap tidur REM sangat berbeda dari tidur nonREM. Tidur REM adalah
tahapan tidur yang sangat aktif. Pola nafas dan denyut jantung tak teratur dan
tidak terjadi pembentukan keringat. Selama tahap tidur nonREM bola mata tidak
bergerak secepat tahap tidur REM, oleh karena itu tahap tidur ini disebut tidur
REM. Kadang-kadang timbul twitching pada tangan, kaki, atau muka, dan pada
laki-laki dapat timbul ereksi pada periode tidur REM. Walaupun ada aktivitas
demikian orang masih tidur lelap dan sulit untuk dibangunkan. Sebagian besar
anggota gerak tetap lemah dan rileks. Tahap tidur ini diduga berperan dalam
memulihkan pikiran, menjernihkan rasa kuatir dan daya ingat dan
mempertahankan fungsi sel-sel otak.
5
Siklus tidur pada orang dewasa biasanya terjadi setiap 90 menit. Pada 90
menit pertama seluruh tahapan tidurnya adalah NonREM. Setelah 90 menit, akan
muncul periode tidur REM, yang kemudian kembali ke tahap tidur NonREM.
Setelah itu hampir setiap 90 menit tahap tidur REM terjadi. Pada tahap awal tidur,
periode REM sangat singkat, berlangsung hanya beberapa menit. Bila terjadi
gangguan tidur, periode REM akan muncul lebih awal pada malam itu, setelah
kira-kira 30-40 menit. Orang itu akan mendapatkan tidur tahap3 & 4 lebih banyak.
Selama tidur, tahapan tidur akan berpindah-pindah dari satu tahap ke tahapan
yang lain, tanpa harus menuruti aturan yang biasanya terjadi. Artinya suatu
malam, mungkin saja tidak ada tahap 3 atau 4. Tapi malam lainnya seluruh
tahapan tidur akan didapatkannya
Karakteristik tidur REM meliputi : mata cepat tertutup dan terbuka, kejang
otot kecil, otot besar imobilisasi, pernapasan tidak teratur, kadang dengan apnea,
nadi cepat dan ireguler, tekanan darah meningkat atau fluktuasi, sekresi gaster
meningkat, metabolisme meningkat, temperatur tubuh naik, siklus tidur : sulit di
bangunkan
Pada saat tidur REM, aliran darah ke sel otak meningkat sehingga otak
akan tumbuh secara cepat, yang pada akhirnya akan mempengaruhi
perkembangan intelektual dan emosi. Sedangkan pada saat tidur non REM terjadi
perbaikan sel dan meningkatkan hormon pertumbuhan.
Pola tidur bayi sangat berbeda dengan tidur pada anak, remaja, dan orang
dewasa. Pola tidur pada bayi dimulai sejak di dalam kandungan, sebelum lahir.
Fetus berumur 6 – 7 bulan masa gestasi, mengawali tidur dengan REM, segera
kemudian diikuti tidur nonREM. Bayi dapat segera mulai tidur dengan REM,
yang tidak biasa terjadi pada orang dewasa. Empat tahapan tidur nonREM pada
bayi, baru terlihat jelas dengan teratur pada umur 6 bulan. Sedangkan ke empat
tahapanya sendiri telah ada sebelum umur 3 bulan.
2.1.3 Mekanisme Tidur-Bangun di Otak
Tidur merupakan aktivitas dari area tertentu di otak yang menyebabkan
tidur, daripada masukan sensorik yang menurun di korteks serebri. Stimulasi pada
6
area ini akan menghasilkan tidur, sebaliknya kerusakan akan mengakibatkan
gangguan tidur.
Siklus tidur-bangun dikontrol oleh aktivitas neuron di dalam sistem
reticular activating system (RAS). RAS terdiri dari sistem retikularis batang otak,
posterior hipotalamus dan basal otak depan. Mekanisme tidur-bangun ini
sesungguhnya belum diketahui secara pasti. Aktivitas neuron di pons, mid brain,
dan posterior hipotalamus penting untuk keadaan bangun. Sedangkan aktivitas di
medulla sangat penting untuk stimulasi keadaan tidur. Siklus tidur-bangun ini
mungkin terintegrasi di basal otak depan.
Terdapat pula mekanisme spesifik otak, yang dapat membangkitkan tidur
nonREM dan tidur REM. Lesi di anterior hipotalamus dan area yang berdekatan
dengan otak depan (basal otak depan) akan mengakibatkan insomnia yang
berkepanjangan. Sebaliknya stimulasi kimia atau elektrik di basal otak depan akan
menghasilkan tidur nonREM. Aktivitas neuron di area ini maksimal selama tidur
nonREM, dan sangat kurang selama tidur REM dan keadaan bangun. Area lain
yang diduga sebagai regulator tidur nonREM adalah nukleus traktus solitarius.
Lateral pons dan area retikularis di medial medulla merupakan area yang
sangat aktive selama periode tidur REM dan sangat kurang active pada tidur
nonREM. Sel-sel neuron di medula yang mengontrol tidur REM, diduga
berpengaruh supresi terhadap tonus otot pada waktu tidur REM, yaitu melalui
aktivasi neuron di batang otak dan inhibisi motorneuron di medula spinalis.
Secara farmakologik, kini sudah ada bukti bahwa tidur nonREM sangat
berhubungan dengan mekanisme serotoninergik dan tidur REM dipengaruhi oleh
mekanisme adrenergik. Sebagai contoh, pemberian serotonin dapat mengurangi
latensi mula tidur secara bermakna, sebaliknya kerusakan area serotonin di pons
akan menyebabkan insomnia. Injeksi asetilkolin ke dalam pons akan
menimbulkan tidur REM. Sistem katekolamin (noradrenalin dan dopamine) juga
mempunyai peran penting pada keadaan bangun dan tidur REM. Konsentrasi
norepineprin dan serotonin di korkteks mencapai puncak pada waktu bangun,
terendah dalam tidur REM dan intermediet pada tidur nonREM. Sebaliknya
7
neuron kolinergik melepaskan asetilkolin dengan kadar yang tinggi pada tidur
REM dan waktu bangun; dan terendah pada waktu tidur nonREM
2.1.4 Fungsi Endokrin Selama Tidur
Siklus tidur ini mempunyai kaitan-kaitan dengan hormon tubuh, seperti
hormon pertumbuhan (growth hormon), prolaktin, dan kortisol. Hormon
pertumbuhan disekresi pada awal periode tidur lelap, tahap 3 & 4 dan dihambat
selama tidur REM. Hormon ini berfungsi merangsang pertumbuhan tulang
panjang, tulang rawan dan jaringan lunak. Selain berperan juga mengatur
metabolisme tubuh termasuk otak. Penting diketahui bahwa sekresi hormon ini
mencapai puncaknya pada usia 5 tahun pertama, saat terjadi pacu tumbuh otak
(brain growth spurts). Kadar prolaktin mencapai puncaknya antara jam 05.00 dan
07.00 pagi. Sekresi kortikosteroid yang biasanya terjadi selama malam hari, dapat
berubah sesuai dengan siklus tidur-bangunnya. Bila pola tidur berubah, sekresi
kortisol pada awalnya seperti semula, tetapi secara bertahap melakukan
penyesuaian atau resinkronisasi dengan siklus yang baru. Fluktuasi hormon
selama tidur bergantung pada 3 faktor utama, yaitu irama sirkadian, siklus tidur-
bangun dan tahapan tidur nonREM dan REM. Penyebab dari variasi ini masih
belum diketahui dengan jelas. Sekresi horman kortisol dan adrenokortikotropik
(ACTH) mengikuti irama sirkadian, dengan puncaknya di pagi hari (6-8 jam tidur
sampai 1 jam setelah bangun tidur) dengan titik terendah pada larut malam.
Thyrotropin-stimulating hormon juga berhubungan dengan irama sirkadian
dengan puncaknya pada larut malam dan awal dari siklus tidur.
Meskipun puncak kadar aldosteron terjadi selama periode tidur lelap,
namun tidak barkaitan secara khusus dengan tahapan tidur nonREM atau REM.
Renin, meningkat selama tidur, tetapi menurun secara relatif selama tidur REM.
Hormon pertumbuhan, prolaktin, luteinizing hormon (LH), dan testosteron
berhubungan dengan tidur dan tahapan tidur. Kadar prolaktin pada laki-laki dan
perempuan mencapai puncaknya selama siklus nonREM, dengan titik terendah
pada tidur REM. Jika waktu tidur berubah, maka kadar puncak prolaktin segera
berubah pula, dan mengikuti dengan pola tidur baru. Siklus sirkadian LH sangat
8
berhubungan dengan tingkat maturitas seks pada kedua jenis kelamin. Pada anak
prepubertal dan pubertal, sekresi LH meningkat selama periode tidur, dan
puncaknya terjadi pada periode tidur REM. Oleh karena itu makin tinggi
presentase tidur nonREM, makin rendah kadar LH nya.
Melatonin atau hormon tidur, dapat membantu mengontrol ritme tubuh
dan siklus tidur-bangun. fluktuasi hormon ini bergantung pada irama sirkadian
(terang atau gelap). Adanya cahaya akan menghambat pelepasan melatonin dari
kelenjar Pineal, oleh karena itu sekresi hormon ini lebih banyak pada malam hari
daripada siang hari. Hormon ini disekresi secara teratur sebelum bayi umur 6
bulan .
2.1.5 Gangguan Tidur Pada Anak
Perkembangan gangguan tidur sebagai tiga proses yang terpisah, yaitu
terjadi gangguan saat bayi perlu belajar untuk memulai berangkat tidur sendiri
tanpa kehadiran orangtua, gangguan tidur primer, gangguan tidur sekunder yang
disebabkan karena sakit atau adanya gangguan lain. Faktor budaya memiliki
pengaruh kuat terhadap pola tidur, misalnya mengenai kebiasaan tidur bersama,
kebiasaan memberi susu di malam hari yang berkelanjutan, dan pentingnya tidur
sebagai suatu perilaku sehat. Budaya inilah yang mempengaruhi cara, tempat dan
jadwal tidur bayi. Pola asuh orangtua, pengetahuan tentang perkembangan anak
turut mempengaruhi perkembangan tidur anak.
Kualitas tidur pada anak dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya suara
bising, kepadatan rumah tangga, penggunaan obat-obatan/alkohol, penyakit kronis
seperti asma, dan alergi yang bisa bermanifestasi pada saluran pernafasan maupun
kulit. Interaksi sosial dan karakteristik temperamen individu memegang peran
penting dalam kualitas tidur, begitu pula dengan interaksi anak-orangtua.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam menentukan anak
mengalami gangguan tidur atau tidak. Gangguan tidur merupakan keadaan kronik,
bukan gangguan sesaat, dan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu, dalam periode
satu bulan. Gangguan tidur ini menyebabkan keluhan kelelahan, ketidakstabilan
emosi, dan lain-lain.
9
Gangguan tidur ada beberapa jenis, ada yang dinamakan disomnia yaitu
kesulitan untuk tidur, mempertahankan tidur di malam hari, dan mengalami rasa
kantuk berlebihan di siang hari. Jadi disomnia terkait dengan kualitas tidur.
Disomnia dapat disebabkan karena sering menunda tidur, adanya rasa takut di
malam hari sehingga sulit untuk memulai tidur, adanya sumbatan jalan nafas, atau
adanya rasa kantuk yang berlebihan di siang hari. Sumbatan jalan nafas biasanya
terjadi pada anak-anak dan remaja, sumbatan tersebut menyebabkan terbangun
karena kekurangan oksigen dan secara tidak langsung akan mempengaruhi
kualitas tidur.
Jenis lain adalah parasomnia, yakni keadaan terbangun malam hari yang
tidak biasa/kejadian tidak normal yang terjadi selama tidur. Parasomnia juga dapat
disebabkan beberapa hal. Yang umumnya terjadi pada anak usia 3-6 tahun dapat
terjadi mimpi buruk karena kecemasan, stress dan kejadian traumatik. Anak akan
memperlihatkan perilaku ketakutan seperti menangis, berteriak, dan waktu tidur
berkurang.
Insomnia adalah kesulitan tidur dan/atau mempertahankan tidur, termasuk
bangun tidur di pagi hari. Hal ini terjadi karena gabungan faktor-faktor yang
mempengaruhi baik faktor psikologis, faktor pencetus seperti keadaan stress berat
dan faktor-faktor lain yang memang sudah lama terjadi seperti kebiasaan tidur
yang buruk, penggunaan kafein, dan kesadaran yang salah tentang tidur.
2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Dalam ilmu kesehatan anak istilah pertumbuhan dan perkembangan
menyangkut semua aspek kemajuan yang dicapai oleh jazad manusia dari
konsepsi sampai dewasa. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam aspek fisis
akibat multiplikasi sel dan bertambahnya jumlah zat interseluler. Oleh karena itu
pertumbuhan dapat diukur dalam sentimeter atau incih dan dalam kilogram atau
pound. Selain itu dapat pula diukur dalam keseimbangan metabolik, yaitu retensi
kalsium dan nitrogen oleh badan.
Pertumbuhan tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan, namun
perkembangan itu sendiri mempunyai pengertian tersendiri. Perkembangan ialah
10
bertambahnya kemampuan fungsi-fungsi organ tubuh seseorang. Misalnya organ
jantung yang pada masa embrio merupakan sekumpulan sel, kemudian menjadi
organ yang mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Demikian pula
organorgan lainnya, seperti otak, mata, telinga, paru-paru, alat-alat pencernaan
dan lain-lain, dulunya tak lebih dari sekelompok sel yang kemudian
berdiferensiasi dan pada akhirnya membentuk organ yang mempunyai fungsi.
Perkembangan digunakan untuk menunjukkan bertambahnya keterampilan dan
fungsi kompleks. Seseorang berkembang dalam pengaturan neuromoskuler,
berkembang dalam mempergunakan tangan kanannya dan terbentuk pula
kepribadiannya. Maturasi dan diferensiasi sering dipergunakan sebagai sinonim
untuk perkembangan.
Tumbuh kembang yang normal pada seorang individu sangat dipengaruhi
oleh interaksi yang kompleks antara pengaruh hormonal, respons jaringan dan
gizi. Tingkat perkembangan yang dicapai seorang anak sangat bergantung kepada
banyak faktor. Faktor penentu kualitas tumbuh kembang anak adalah faktor
genetik yang sangat berhubungan erat dengan faktor lingkungan. Faktor lain yang
juga mempengaruhi tumbuh kembang adalah gizi, sosio-ekonomi, emosi dan lain-
lain. Hal lain lagi yang juga berpengaruh adalah kualitas hubungan antara anak
dan orangtua, pola pengasuhan anak dan perhatian pribadi serta kebutuhan orang
tua.
Akhir-akhir ini beberapa kalangan tertentu lebih menyukai istilah potensi
genetik heredokonstitusional (intrinsik) dan peran lingkungan (ekstrinsik) sebagai
faktor yang berperan dalam tumbuh kembang. Faktor intrinsik yang dimaksud
adalah faktor yang berada dalam tubuh si anak itu sendiri sejak masa konsepsi.
Faktor tersebut antara lain faktor genetik, familial, penyakit yang mengenai janin
atau selama kehamilan dan lain-lain. Yang termasuk dalam faktor lingkungan
(ekstrinsik) yaitu :
1. Lingkungan mikro yaitu ibu atau pengganti ibu yang merupakan lingkungan
pertama dan paling erat.
2. Lingkungan mini yaitu lingkungan yang terdiri dari keluarga dekat anak seperti
ayah, kakak, adik, nenek dan status sosial keluarga.
11
3. Lingkungan meso yaitu lingkungan di luar rumah seperti sanitasi lingkungan,
polusi, tetangga, teman main, sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan
formal dan non formal, adat budaya dll.
4. Lingkungan makro termasuk di dalamnya adalah program pemerintah,
organisasi profesi, perguruan tinggi, LSM, kebijakan internasional WHO, Unicef
dll . Keempat lingkungan tersebut terutama lingkungan mikro dan mini, sangat
berpengaruh terhadap perkembangan bayi dan anak. Sementara itu disebutkan
pula bahwa faktor intrinsik dan ekstrinsik saling berinteraksi.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena
pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan
berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan
moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Pada masa
periode kritis ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar
potensinya berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi
diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya,
bahkan sejak bayi masih dalam kandungan.
Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan
perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi
penyimpangan dari perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam
menilai perkembangan anak adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara spontan).
4.Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya)
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi
menjadi 3 kebutuhan dasar yaitu:
12
1. Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”)
Meliputi:
- pangan/gizi
- perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan yang teratur, pengobatan
- pemukiman yang layak
- kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan
- pakaian
- rekreasi, kesegaran jasmani
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (”ASIH”)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan
dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, atau
psikososial.
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”)
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.
Anak yang mendapat ASUH, ASIH, dan ASAH yang memadai akan
mengalami tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang
dimilikinya.
2.3 Pengaruh Tidur Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Tidur pagi ternyata lebih banyak komponen REMnya dibandingkan tidur
siang hari. Studi terakhir menunjukkan bahwa tingginya komponen tidur REM,
dengan kadar melatonin yang rendah, sangat membantu proses maturasi otak bayi.
Hal serupa didapat pada orang dewasa bahwa tidur REM penting sekali untuk
restorasi emosional atau spikologis, sedangkan tidur nonREM lebih penting untuk
restorasi fisik. Tingginya kadar hormon pertumbuhan yang diproduksi selama
tidur dalam nonREM sangat berhubungan dengan status kesehatan fisik,
13
sementara meningkatnya aliran darah ke otak selama tidur REM berperan penting
untuk kesehatan mental, aktivitas otak sehingga memungkinkan otak dapat
tumbuh optimal.
Menurut theory autostimulation tingginya komponen tidur REM pada
bayi, merupakan cara dimana otak menstimulasi sendiri. Dan stimulasi ini sangat
vital bagi pertumbuhan sistem susunan saraf pusat. Dukungan teori ini terlihat
pada fetus dan bayi prematur yang mempunyai tidur REM lebih banyak, dan
kurang dapat beradaptasi dengan stimulasi eksternal dibandingkan bayi cukup
bulan. Sehingga aktivitas gelombang listrik otak pada tidur REM berperan sebagai
safeguards susunan saraf pusat, sementara gerakan mata cepat (REM) berfungsi
melindungi kesehatan mata. Pada keadaan tidur dalam nonREM mata dan cairan
mata (vitreous humor) tidak bersirkulasi sehingga aliran darah dan oksigen tidak
terjadi, penglihatan rentan terhadap anoksia karena mata tidak dapat memberikan
darah sendiri.
2.4 Pengaruh Tidur terhadap Kecerdasan Anak
Tidur juga berpengaruh pada proses pembelajaran, intelegensia dan
penampilan di sekolah. Banyak penelitian yang setuju dengan butir-butir diatas
yang dilakukan pada anak dari berbagai umur. Studi di University of Connecticut
memperlihatkan hubungan yang kuat antara lamanya tidur REM dengan lamanya
bayi dalam keadaan ‘quiet alert’. Pada kondisi ini, bayi terlihat cerah, matanya
cerdas, rileks, sangat responsif, meskipun tubuhnya relatif kurang aktif, yang
sering disebut dengan ‘alooker dan a thinker’. Studi perkembangan tidur di
Stanford University menunjukkan bahwa proporsi tidur REM bayi tidak saja
karena proses maturitas otak , tetapi juga karena pengaruh faktor lingkungan
meskipun belum jelas, namun peran orang tua diduga berpengaruh. Bayi yang
irritable mungkin disebabkan karena ketidak seimbangan faktor kimiawi seperti
progesterone atau kortisol. Tingginya konsentrasi kortisol pada bayi ternyata
berhubungan dengan penurunan lamamya tidur nonREM. Jadi ada kaitannya
antara faktor kimiawi, pola tidur dan perilaku pada saat bangun. Studi yang
14
dilakukan pada bayi umur 2-3 bulan memperlihatkan bahwa makin irritable dan
impersisten bayi tersebut, makin lambat kecepatan belajarnya.
Tidur pagi dan atau siang (naps) ternyata mempunyai pengaruh tersendiri
terhadap proses tumbuh – kembang anak, begitu pula antara tahapan tidur
nonREM dan REM. Penelitian memperlihatkan hubungan yang kuat antara tidur
siang dengan lamanya atensi, lamanya berada dalam keadaan ‘quiet alert’, dan
cepatnya proses pembelajaran.
Studi lain memperlihatkan anak berumur 3 tahun yang tidur siang akan
lebih adaptatif , artinya anak akan mudah menyesuaikan dengan keadaan
lingkungan yang baru. Adaptasi adalah proses yang sangat penting untuk
keberhasilan sekolahnya. Anak yang tidak tidur siang, dan tidak adaptif ternyata
lebih sering mengalami sulit tidur malam. Penelitian tahun 1925,yang dilakukan
terhadap 600 anak dengan IQ > 140 memperlihatkan bahwa anak yang mendapat
penghargaan ternyata tidurnya lebih lama. Hasil yang sama juga diperlihatkan
pada 5500 anak sekolah di Jepang. Temuan ini dikonfirmasi pada tahun 1983 di
pusat tidur Canada, bahwa anak dengan IQ superior mempunyai total tidur lebih
lama kira-kira 30-40 menit setiap malamnya dibandingkan rata-rata anak pada
umur yang sama. Studi lain juga mengatakan bahwa tidur dapat meningkatkan
pergaulan anak dan penampilan di sekolah. Pada orang dewasa efek gangguan
tidur lebih mengarah pada faktor emosi, sedangkan pada bayi dan anak lebih pada
kognitif, pertumbuhan, penampilan motoriknya dan perkembangan otaknya.
2.5 Dampak Kurang Tidur bagi Anak
Bayi dan anak yang tidak dapat tidur dengan baik akan menjadi
overaroused dan menjadi lebih sulit untuk memulai tidur. Berbagai manifestasi
dari bayi atau anak yang kualitas tidurnya tidak adekuat dapat berupa mengantuk
sampai hiperaktif. Mereka cenderung iritabel, inatensi, kurang kooperatif dan sulit
dikontrol. Untuk usia pra-sekolah, terlambat tidur selama 30 menit saja akan
mempengaruhi emosi mereka pada keesokan harinya. Bayi normal umumnya
mempunyai perilaku rewel antara umur 3-14 minggu, hal ini karena immaturitas
sistim susunan saraf pusatnya terlalu dipenuhi oleh berbagai rangsangan. Bayi
15
yang rewel dan sering terganggu tidur malamnya cenderung kurang mampu
memfokuskan perhatiannya atau berkonsentrasi. Akibatnya mereka mengalami
keterlambatan dalam ketrampilan motoriknya. Bila sulit tidur ini berlanjut, maka
anak akan menjadi kurang motivasi, rasa keingintahuannya hilang, daya tangkap
dan ingat berkurang sehingga proses belajar dan perkembangan mentalnya
terganggu.
Defisit tidur yang berkepanjangan tidak hanya berdampak pada bayi atau
anak itu sendiri seperti perubahan fisik, emosi, spikologis, sosial dan status
kesehatanya, tetapi juga berdampak pada orang tua, keluarga dan bahkan tetangga
Tidur yang tidak berkualitas selain mengganggu pengeluaran hormon
sewaktu tidur, membuat fungsi imun anak menurun, dapat menyebabkan juga
obesitas karena regulasi metaboliknya terganggu. Namun memenuhi kualitas tidur
si kecil memang dibutuhkan usaha lebih lanjut, karena banyak faktor yang
mempengaruhi kualitas tidur pada anak.
16
BAB III
PENUTUP
Tidur yang berkualitas bagi bayi dan anak adalah momen pertumbuhan
otak dan tubuh. Setelah seharian mendapatkan stimulasi bersama ibu dan asupan
nutrisi pada malam hari, tubuh bayi mulai mencerna dan berkembang. Sekitar 175
persen perkembangan otak bayi terjadi pada usia 36 bulan pertama. Pada saat ini
dibutuhkan stimulasi optimal dan nutrisi seimbang.
Saat REM atau tidur aktif, aliran darah ke otak meningkat dan terjadi
autostimulasi fungsi otak sehingga pertumbuhan sel-sel otak lebih cepat. Pada
fase ini juga terjadi penataan ulang atau konsolidasi pengalaman yang akan
mendukung perkembangan emosi dan kognitif anak. Sedangkan saat non-REM
atau tidur tenang, terjadi konservasi energi dan perbaikan sel-sel tubuh, serta
pengeluaran hormon yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fisik. Semakin tua usia
anak, fase tidur tenangnya makin lama.
Adapun untuk tidur siang, sebaiknya disarankan selama 30 menit; karena
berdasarkan penelitian, jika seseorang melakukan tidur siang maka akan
mengurangi risiko penyakit jantung serta emosi lebih terkendali. Mulai umur 3-4
tahun, anak sudah tidak harus tidur siang.
17
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, Harold I, dkk. 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis (Dalam: Dr. Widjaja Kusuma). Tangerang:
Binarupa Aksara Publisher.
Staf pengajar IKA.1998.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta: Infomedika
Guyton, Arthur C. 1997. Buku ajar fisiologi kedokteran ed.9. Jakarta: EGC
Japardi, I. (2002). Gangguan tidur (online),
(http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi12.pdf
diakses tanggal 21 Februari 2010)
Wordpress.2009. Tidur untuk Bayi dan Orang Dewasa (online),
(http://puskesmassimpangempat.wordpress.com/2009/10/16/kumpulan-
artikel-tentang-tidur-ubtuk-bayi-dan-orang-dewasa/ diakses pada tanggal
25 Februari 2010)
Maharani. 2010. Kebutuhan Tidur untuk Anak (online), (http://dr-anak.com/
diakses pada tanggal 25 Februari 2010)
Bimbel “Yabes”. 2009. Pengaruh Tidur bagi Tumbuh Kembang Bayi (0nline),
(http://yabes-education.blogspot.com/2009/10/pengaruh-tidur-bagi-
tumbuh-kembang-bayi_21.html diakses pada tanggal 25 Februari 2010)
Mother and Baby. 2009. Ingin Anak Cerdas? Ajaklah Bermain (online),
(http://hidupgaya.com/index.php?action=content&id=2009113010452635
diakses pada tanggal 25 Februari 2010)
18
Dr. Nia Kania. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak untuk Mencapai Tumbuh
Kembang yang Optimal (online),
(http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/02/stimulasi_tumbuh
_kembang_anak_optimal.pdf diakses pada tanggal 26 Februari 2010)
Wordpress. 2009. Tidur untuk Bayi dan Orang Dewasa (online),
(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/tidur-untuk-bayi-dan-orang-
dewasa/ diakses pada tanggal 25 Februari 2010)
Harahap, Heryudarini. 2004. Masalah Gizi Mikro Utama dan Tumbuh Kembang
Anak di Indonesia (online),
(http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/heryudarini_harahap.pdf
diakses pada tanggal 26 Februari 2010)
Rhyana,Nuna. 2010. Pola Tidur dan Kecerdasan Bayi (online),
(http://riana90.blogspot.com/2010/01/pola-tidur-dan-kecerdasan-bayi.html
diakses pada tanggal 25 Februari 2010)
Jahja, N Erica. 2009. Evaluasi Kualitas Tidur Anak Anda (online),
(http://www.surya.co.id/2009/12/14/evaluasi-kualitas-tidur-anak-anda.html
diakses pada tanggal 25 Februari 2010)
Parents Guide. 2008. Lelapkan Tidurku dengan Sentuhanmu , Bunda (online),
(http://www.parentsguide.co.id/dsp_content.php?
kat=3&pg=atg&&emonth=05&eyear=2008 diakses pada tanggal 25
Februari 2010)
19