aspek perpajakan joint venture

5
AspekPerpajakan Joint Venture Istilah Joint Venture tidak dikenal secara tegas dalam peraturan perpajakan di Indonesia saat ini. Dalam pelaksanaannya, terdapat dua bentuk usaha yang dapat dikategorikan sebagai Joint Venture, yaitu: 1. Joint Operation / KerjaSamaOperasi Berdasakan pasal 2 ayat (1) UU PPh tentang yang menjadi subjek pajak, Joint Operation / Kerja Sama Operasi tidak secara spesifik termasuk dalam subjek pajak. Kecuali Kontrak Investasi Kolektif,penjelasan pasal 2 ayat (1) huruf b tidak menyebutkan secara rinci bentuk apa saja yang termasuk dalam pengertian Bentuk Badan Lainnya sebagai Subyek Pajak. Namun dalam surat- surat penegasan yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak dinyatakan bahwa JO bukan merupakan Subyek PPh Badan sehingga tidak diwajibkan menyampaikan SPT PPh Badan. Meskipundemikian, JO/KSO tetap memiliki aspek perpajakan lainnya yang harus dipenuhi. Perlakuan pajak terhadap JO/KSO mengikuti isi perjanjian yang telah ditetapkan dalam kontrak JO/KSO tersebut. Secara garis besar perlakukan pajak atas JO/KSO dibedakan menjadi dua yaitu: a. JO/KSO Administratif JO/KSO Administratif merupakan JO/KSO dimana kontrak dengan pihak pemberikerja atau Project Owner ditandatangani atas nama JO/KSO tersebut, bukan atas nama masing-masing anggotanya. Dalam hal ini JO/KSO seolah-olah dianggap merupakan entitas tersendiri yang terpisah dari perusahaan para anggotanya. Tanggungjawab pekerjaan terhadap pemberi kerja tidak berada pada masing-masing anggota JO, melainkan pada JO/KSO tersebut. Terkait pembagian pembagian hasil (profit sharing), modal kerja atau pembiayaan proyek, pengadaan peralatan, tenagakerja ,dan biaya bersama sehubungan dengan pelaksanaan

Upload: slamet-raharjo

Post on 04-Dec-2015

356 views

Category:

Documents


40 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: Aspek Perpajakan Joint Venture

AspekPerpajakan Joint Venture

Istilah Joint Venture tidak dikenal secara tegas dalam peraturan perpajakan di Indonesia saat ini. Dalam pelaksanaannya, terdapat dua bentuk usaha yang dapat dikategorikan sebagai Joint Venture, yaitu:

1. Joint Operation / KerjaSamaOperasi

Berdasakan pasal 2 ayat (1) UU PPh tentang yang menjadi subjek pajak, Joint Operation / Kerja Sama Operasi tidak secara spesifik termasuk dalam subjek pajak. Kecuali Kontrak Investasi Kolektif,penjelasan pasal 2 ayat (1) huruf b tidak menyebutkan secara rinci bentuk apa saja yang termasuk dalam pengertian Bentuk Badan Lainnya sebagai Subyek Pajak. Namun dalam surat-surat penegasan yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak dinyatakan bahwa JO bukan merupakan Subyek PPh Badan sehingga tidak diwajibkan menyampaikan SPT PPh Badan. Meskipundemikian, JO/KSO tetap memiliki aspek perpajakan lainnya yang harus dipenuhi. Perlakuan pajak terhadap JO/KSO mengikuti isi perjanjian yang telah ditetapkan dalam kontrak JO/KSO tersebut. Secara garis besar perlakukan pajak atas JO/KSO dibedakan menjadi dua yaitu:

a. JO/KSO Administratif

JO/KSO Administratif merupakan JO/KSO dimana kontrak dengan pihak pemberikerja atau Project Owner ditandatangani atas nama JO/KSO tersebut, bukan atas nama masing-masing anggotanya. Dalam hal ini JO/KSO seolah-olah dianggap merupakan entitas tersendiri yang terpisah dari perusahaan para anggotanya. Tanggungjawab pekerjaan terhadap pemberi kerja tidak berada pada masing-masing anggota JO, melainkan pada JO/KSO tersebut.

Terkait pembagian pembagian hasil (profit sharing), modal kerja atau pembiayaan proyek, pengadaan peralatan, tenagakerja ,dan biaya bersama sehubungan dengan pelaksanaan proyek didasarkan pada bagian pekerjaan masing-masing anggota yang disepakati dalam kontrak pembentukan JO/KSO tersebut.

JO/KSO administrative tersebut wajib mempunyai NPWP tersendiri dengan status Wajib Pajak Non Subjek PPh Badan. Wajib Pajak yang tidak berkewajiban menghitung dan melaporkan PPh Badan dalam SPT Tahunan PPh Badan karena yang berkewajiban menghitung dan melaporkan SPT Tahunan PPh Badan adalah pihak yang menjadi anggota JO/KSO tersebut.

Adapun kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi JO/KSO ini terbatas pada:1) PPh 21

JO/KSO mempunyai kewajiban untuk memotong PPh 21 karyawan yang bekerja pada JO/KSO tersebut.

2) PPh 23/26

Page 2: Aspek Perpajakan Joint Venture

JO/KSO menpunyai kewajiban untuk memotong PPh 23/26 apabila ada transaksi yang berhubungan dengan pihak ketiga.

3) PPNBerdasarkan pasal 1 angka 13 UU PPN jopasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 143 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2002 diatur bahwa dalam rangka pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak, bentuk Kerjasama Operasi  termasuk dalam kategori Bentuk Badan Lainnya. Hal ini menyebabkan JO/KSO Administratif wajib mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) sehingga wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN.

4) PembukuanBerdasarkan Pasal 5 Keputusan Dirjen Pajak No.KEP-214/PJ./2001 diatur bahwa WP JO/KSO harus melampirkan Laporan Keuangan atas kegiatan kerjasama operasi pada saat menyampaikan SPT PPh pasal 21. Laporan Keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pembukuan maka dapat diambil kesimpulan bahwa JO/KSO Administratif wajib menyelenggarakan pembukuan.

b. JO/KSO Non Administratif

JO/KSO Non Administratif merupakan JO/KSO dimana kontrak dengan pihak pemberi kerja atau Project Owner ditandatangani atas nama masing-masing anggotanya. Dalam hal ini JO/KSO bukanlah entitas tersendiri yang terpisah dari perusahaan para anggotanya. Tanggung jawab pekerjaan terhadap pemberi kerja tetap berada pada masing-masing anggota JO/KSO. JO/KSO Non Administratif tidak wajib memiliki NPWP dan tidak wajib menyelenggarakan pembukuan karena pemenuhan perpajakannya langsung dilakukan oleh masing-masing anggota. Pendapatan dan biaya proyek dibukukan oleh masing-masing anggota JO/KSO. Pemenuhan kewajiban PPN pun menjadi tanggung jawabmasing-masing anggota.

Terkait dokumen transaksi seperti tagihan ke pemberi kerja atau project owner dapat diajukan sendiri oleh masing-masing anggota JO/KSO atau dapat juga diajukan melalui JO/KSO namun tagihan, faktur pajak dan bukti potong PPh tetap atas nama perusahaan masing-masing anggota JO/KSO.

2. Modal Ventura

Berdasarkan Pasal 4 ayat 3 huruf k UU PPh Nomor 7 Tahun 1983 jo Nomor 36 Tahun 2008 dijelaskan bahwa perusahaan modal ventura adalah suatu perusahaan yang kegiatan usahanya membiayai badan usaha (sebagaipasanganusaha) dalam bentuk penyertaan modal untuk suatu jangka waktu tertentu.

Page 3: Aspek Perpajakan Joint Venture

Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia bukan merupakan objek pajak penghasilan, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

a. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

Berdasarkan ketentuan ini, bagian laba yang diterima atau diperoleh dari perusahaan pasangan usaha tidak termasuk sebagai objek pajak, dengan syarat perusahaan pasangan usaha tersebu tmerupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dalam sektor-sektor tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan saham perusahaan tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

Apabila pasangan usaha perusahaan modal ventura memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf f UU PPh yang berbunyi:

“Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: 1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan2. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik Negara dan badan usaha milik

daerah yang menerim adividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (duapuluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;”

Maka dividen yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura tersebut bukan merupakan objek pajak.

Pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 250/KMK.04/1995 tentang perusahaan kecil dan menengah pasangan usaha dari perusahaan modal ventura dan perlakuan perpajakan atas penyertaan modal perusahaan modal ventura, diatur secara lebih rinci yaitu:

a. Perusahaan kecil dan menengah pasangan usaha perusahaan modal ventura adalah perusahaan yang penjualan bersihnya setahun tidak melebihi Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

b. Penyertaan modal perusahaan modal ventura pada setiap perusahaan pasangan usaha dilakukan selama perusahaan pasangan usaha tersebut belum menjual saham di bursa efek dan untuk jangka waktu tidak melebihi 10 (sepuluh) tahun.

c. Penghasilan berupa bagian laba yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura dan penyertaan modal pada perusahaan pasangan usaha bukan merupakan Obyek Pajak Penghasilan.

d. Apabila perusahaan pasangan usaha menjual sahamnya di bursa efek, perusahaan modal ventura harus menjual sahamnya pada perusahaan pasangan usaha selambat-lambatnya 36 (tigapuluhenam) bulan sejak perusahaan pasangan usaha tersebut diizinkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal menjual sahamnya di bursa efek.

Page 4: Aspek Perpajakan Joint Venture

e. Penghasilan berupa bagian laba yang diterima atau diperoleh perusahaan modal venturea dari penyertaan modal pada perusahaan pasangan usaha yang melebihi jangka waktu 10 tahun atau telah memiliki izin menjual saham di bursa efek lebih dari 36 bulan merupakan Obyek Pajak Penghasilan.

f. Perusahaan modal ventura wajib membukukan secara terpisah penghasilan yang merupakan Obyek Pajak penghasilan, dan penghasilan yang bukan merupakan Obyek Pajak Penghasilan.