asp kelompok 3
DESCRIPTION
RMK Akuntansi Sektor PublikTRANSCRIPT
![Page 1: ASP Kelompok 3](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/55cf8f69550346703b9c1b5e/html5/thumbnails/1.jpg)
REGULASI DAN STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Regulasi berasal dari bahasa Inggris, yakni regulation atau peraturan. Kata peraturan
mengandung arti kaidah yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu
dengan aturan, dan ketetuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi publik adalah ketentuan
yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi
pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan atau tempat
peribadatan, maupun organisasi sosial masyarakat lainnya.
Standar akuntansi sektor publik memberikan kerangka demi berjalannya fungsi-fungsi tahapan
siklus akuntansi sektor publik, yaitu perencanaan, panganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang
dan jasa, pelaporan, audit, dan pertanggungjawaban publik. Sementara itu, standar akuntansi yang telah
digunakan dalam praktik keuangan publik di Indonesia seperti International Public Sector Accounting
Standards (IPSAS), Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), PSAK nomor 45, Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN), PP 24/2005, dan PP 71/2010 merupakan panduan bagi pemakainya dalam
melaksanakan fungsi terkait.
Berikut penjelasan dari masing-masing standar akuntansi tersebut:
1. International Public Sector Accounting Standards (IPSAS)
International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) adalah standar akuntansi untuk entitas
sektor publik yang dikembangkan oleh International Public Sector Accounting Standards Board
(IPSASB). IPSASB merupakan badan yang bernaung di bawah International Federation of
Accountants (IFAC), organisasi profesi akuntansi di tingkat internasional yang didirikan tahun 1977.
Keberadaan IPSASB bermula dari kesadaran akan manfaat nyata informasi keuangan yang konsisten
dan terbandingkan (comparable) lintas-jurisdiksi. IPSAS, sebagai standar internasional akuntansi
sektor publik, diharapkan memainkan peran kunci untuk merealisasikan manfaat tersebut.
Dalam mengembangkan standar akuntansi sektor publik, IPSASB sangat mendorong keterlibatan
pemerintah dan penyusun standar di berbagai negara melalui penyampaian tanggapan/komentar atas
proposal-proposal IPSASB yang dinyatakan dalam exposure draft.
IPSAS yang diterbitkan oleh IPSASB terkait dengan pelaporan keuangan sektor publik, baik
untuk yang masih menganut basis kas (cash basis) maupun yang telah mengadopsi basis akrual
(accrual basis). IPSAS yang berbasis akrual dikembangkan dengan mengacu kepada International
1
![Page 2: ASP Kelompok 3](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/55cf8f69550346703b9c1b5e/html5/thumbnails/2.jpg)
Financial Reporting Standards (IFRS), standar akuntansi bisnis yang diterbitkan oleh International
Accounting Standards Board (IASB), sepanjang ketentuan-ketentuan di dalam IFRS dapat diterapkan
di sektor publik. Meskipun demikian, IPSASB tetap memperhatikan isu-isu yang spesifik di sektor
publik yang tidak tercakup di dalam IFRS.
Diadopsinya IPSAS oleh pemerintah di berbagai negara diharapkan akan meningkatkan kualitas
dan daya banding informasi keuangan yang dilaporkan entitas-entitas sektor publik di seluruh dunia.
Dalam mendorong pengadopsian dan harmonisasi ketentuan-ketentuan akuntansi sektor publik di
berbagai negara dengan IPSAS, IPSASB menghormati hak pemerintah dan penyusun standar di tingkat
nasional dalam menetapkan standar dan pedoman pelaporan keuangan di dalam jurisdiksi mereka
masing-masing.
Meskipun demikian, laporan keuangan sektor publik hanya boleh mengklaim telah mematuhi
IPSAS jika laporan keuangan itu memenuhi semua ketentuan yang berlaku di dalam masing-masing
standar.
Standar akuntansi sektor publik yang telah dihasilkan oleh IPSASB hingga tahun 2010 ini adalah:
1. IPSAS 1—Presentation of Financial Statements
2. IPSAS 2—Cash Flow Statements
3. IPSAS 3—Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors
4. IPSAS 4—The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates
5. IPSAS 5—Borrowing Costs
6. IPSAS 6—Consolidated and Separate Financial Statements
7. IPSAS 7—Investments in Associates
8. IPSAS 8—Interests in Joint Ventures
9. IPSAS 9—Revenue from Exchange Transactions
10. IPSAS 10—Financial Reporting in Hyperinflationary Economies
11. IPSAS 11—Construction Contracts
12. IPSAS 12—Inventories
13. IPSAS 13—Leases
14. IPSAS 14—Events After the Reporting Date
15. IPSAS 15—Financial Instruments: Disclosure and Presentation
16. IPSAS 16—Investment Property
17. IPSAS 17—Property, Plant, and Equipment
2
![Page 3: ASP Kelompok 3](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/55cf8f69550346703b9c1b5e/html5/thumbnails/3.jpg)
18. IPSAS 18—Segment Reporting
19. IPSAS 19—Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
20. IPSAS 20—Related Party Disclosures
21. IPSAS 21—Impairment of Non-Cash-Generating Assets
22. IPSAS 22—Disclosure of Information about the General Government Sector (IFAC, 2010)
23. IPSAS 23—Revenue from Non-Exchange Transactions (Taxes and Transfers)
24. IPSAS 24—Presentation of Budget Information in Financial Statements
25. IPSAS 25—Employee Benefits
26. IPSAS 26—Impairment of Cash-Generating Assets
27. IPSAS 27—Agriculture
28. IPSAS 28—Financial Instruments: Presentation
29. IPSAS 29—Financial Instruments: Recognition and Measurement
30. IPSAS 30—Financial Instruments: Disclosures
31. IPSAS 31—Intangible Assets. (IFAC, 2010)
2. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
a. Latar Belakang terbitnya PP SAP
Gagasan perlunya standar akuntansi pemerintahan sebenarnya sudah lama ada, namun baru pada
sebatas wacana. Seiring dengan berkembangnya akuntansi di sector komersil yang dipelopori
dengan dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (1994),
kebutuhan standar akuntansi pemerintahan kembali menguat. Oleh karena itu Badan Akuntansi
Keuangan Negara (BAKUN), Departemen Keuangan mulai mengembangkan standar akuntansi.
Bergulirnya era reformasi memberikan sinyal yang kuat akan adanya transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Salah satunya adalah PP 105/2000 yang secara eksplisit
menyebutkan perlunya standar akuntansi pemerintahan dalam pertanggungjawaban keuangan
daerah. Pada tahun 2002 Menteri Keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah
Pusat dan Daerah yang bertugas menyusun konsep standar akuntansi pemerintah pusat dan daerah
yang tertuang dalam KMK 308/KMK.012/2002.
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa laporan
pertanggungjawaban APBN/APBD harus disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
Pemerintahan, dan standar tersebut disusun oleh suatu komite standar yang indenden dan ditetapkan
3
![Page 4: ASP Kelompok 3](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/55cf8f69550346703b9c1b5e/html5/thumbnails/4.jpg)
dengan peraturan pemerintah. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharan Negara kembali mengamanatkan penyusunan laporan pertanggungjawaban
pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan, bahkan
mengamanatkan pembentukan komite yang bertugas menyusun standar akuntansi pemerintahan
dengan keputusan presiden. Dalam penyusunan standar harus melalui langkah-langkah tertentu
termasuk dengar pendapat (hearing), dan meminta pertimbangan mengenai substansi kepada BPK
sebelum ditetapkan dalam peraturan pemerintah.
b. Proses Penyusunan SAP
Komite standar yang dibentuk oleh Menteri Keuangan sampai dengan tahun pertengahan tahun
2004 telah menghasilkan draf SAP yang terdiri dari Kerangka konseptual dan 11 pernyataan standar,
kesemuanya telah disusun melalui due procees. Proses penyusunan (Due Process) yang digunakan
ini adalah proses yang berlaku umum secara internasional dengan penyesuaian terhadap kondisi
yang ada di Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan kebutuhan yang
mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami dan melaksanakan standar yang ditetapkan.
Tahap-tahap penyiapan SAP adalah sebagai berikut:
a) Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
b) Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
c) Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
d) Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja
e) Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
f) Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan
g) Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)
h) Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public Hearings)
i) Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
j) Finalisasi Standar
c. Penetapan SAP
Sebelum dan setelah dilakukan publik hearing, Standar dibahas bersama dengan Tim Penelaah
Standar Akuntansi Pemerintahan BPK. Setelah dilakukan pembahasan berdasarkan masukan-
masukan KSAP melakukan finalisasi standar kemudian KSAP meminta pertimbangan kepada BPK
melalui Menteri Keuangan. Namun draf SAP ini belum diterima oleh BPK karena komite belum
ditetapkan dengan Keppres. Suhubungan dengan hal tersebut, melalui Keputusan Presiden Nomor
4
![Page 5: ASP Kelompok 3](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/55cf8f69550346703b9c1b5e/html5/thumbnails/5.jpg)
84 Tahun 2004 dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite ini segera bekerja untuk
menyempurnakan kembali draf SAP yang pernah diajukan kepada BPK agar pada awal tahun 2005
dapat segera ditetapkan.
Draf SAP pun diajukan kembali kepada BPK pada bulan Nopember 2004 dan mendapatkan
pertimbangan dari BPK pada bulan Januari 2005. BPK meminta langsung kepada Presiden RI untuk
segera Menetapkan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Peraturan Pemerintah (PP). Proses
penetapan PP SAP pun berjalan dengan Koordinasi antara Sekretariat Negara, Departemen
Keuangan, dan Departemen Hukum dan HAM, serta pihak terkait lainnya hingga penandatanganan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan oleh Presiden
pada tanggal 13 Juni 2005.
d. Kandungan PP SAP
PP SAP akan digunakan sebagai pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah pusat dan daerah berupa:
a) Neraca,
b) Laporan Realisasi Anggaran,
c) Laporan Arus Kas, dan
d) Catatan atas Laporan Keuangan.
Dengan adanya SAP maka laporan keuangan pemerintah pusat/daerah akan lebih berkualitas
(dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan). Dan laporan tersebut akan diaudit
terlebih dahulu oleh BPK untuk diberikan opini dalam rangka meningkatkan kredibilitas laporan,
sebelum disampaikan kepada para stakeholder antara lain: pemerintah (eksekutif), DPR/DPRD
(legislatif), investor, kreditor dan masyarakat pada umumnya dalam rangka tranparansi dan
akuntabilitas keuangan negara.
e. Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan
Entitas akuntasi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/barang dan oleh karenanya wajib
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas
pelaporan. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
Pada pemerintah pusat yang merupakan entitas pelaporan adalah seluruh kementerian
negara/lembaga dan Pemerintah Pusat sendiri yaitu laporan konsolidasi dari laporan keuangan
5
![Page 6: ASP Kelompok 3](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/55cf8f69550346703b9c1b5e/html5/thumbnails/6.jpg)
seluruh departemen lembaga yang ada di Departemen Keuangan. Sedangkan pada pemerintah
daerah yang menjadi entitas pelaporan adalah Seluruh pemerintah provinsi (33), seluruh kabupaten
dan kota. Sehingga akan terdapat lebih dari 500 entitas pelaporan di Republik ini, yang semuanya
akan menyusun laporan keuangan dan diaudit oleh BPK.
f. Konsekwensi Ditetapkannya PP SAP
Dengan ditetapkan PP SAP, diharapkan akan adanya transparansi, partisipasi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangn negara guna mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance).
Sehingga diperlukan langkah-langkah strategis yang perlu segera diupayakan dan diwujudkan
bersama dalam rangka implementasi Standar akuntansi Pemerintahan.
Salah satu langkah yang akan dilakukan pemerintah adalah menyusun sistem akuntansi yang
mengacu pada SAP. Sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah akan diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan. Saat ini telah dikeluarkan PMK 59/PMK.06/2005 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat
pemerintah daerah diatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota, mengacu pada Perda tentang
pengelolaan keuangan daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Untuk implementasi pada pemerintah daerah, Departemen Dalam Negeri telah membuat
serangkai kebijakan/strategi implementasi SAP. Antara lain:
a) Omnibus Regulation : Revisi PP 105/2000 dan Kepmendagri 29/2002
b) Melakukan identifikasi terhadap hal-hal yang memerlukan revisi (antara lain jenis laporan
keuangan, penyesuaian beberapa kode rekening, perubahan sistem dan prosedur akuntansi,
perubahan peran organisasi keuangan daerah).
c) Penerapan PP SAP disesuaikan dengan kondisi Pemda dalam penerapan sistem
pertanggungjawaban sesuai Kepmendagri 29/2002.
d) Revisi dilaksanakan secara bertahap dan selektif.
e) Melakukan pendampingan kepada pemerintah daerah dalam implementasi standar akuntansi.
f) Pelaksanaan Daerah media Inkubator (DMI) secara sukarela dalam penerapan PP SAP. DMI
adalah salah satu program Depdagri melalui Ditjen BAKD dalam rangka menegakkan pilar
good governance: akuntabilitas, partisipasi masyarakat, dan transparansi, melalui pemberian
pedoman, pembinaan, bimbingan, diklat, konsultasi dan pengawasan. Implementasi
dilaksanakan sesuai dengan kemampuan daerah, dan perlu adanya sosialisasi dan penyamaan
persepsi kepada para stakeholders (auditor, pemda dan pihak terkait lainnya).
6
![Page 7: ASP Kelompok 3](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/55cf8f69550346703b9c1b5e/html5/thumbnails/7.jpg)
g) Evaluasi dan monitoring secara berkala dari pihak-pihak yang berwenang.
3. PSAK Nomor 45 (Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba)
Organisasi nirlaba pada umumnya memilih pemimpin, pengurus atau penanggungjawab yang
menerima amanat dari para stakeholdernya, terkait dengan konsep akuntabilitas, akuntansi sebagai
sarana pertanggungjawaban akuntabilitas merupakan bagian yang integral dengan organisasi nirlaba,
sehingga suatu laporan keuangan perlu disajikan oleh organisasi nirlaba untuk menilai entitas
organisasi nirlaba dalam memberikan pelayanannya dan keberlanjutan dalam pemberian pelayanan
serta menilai pertanggungjawaban dari pengurus/manajemen atas tugas, kewajiban dan kinerja yang
diamanatkan kepadanya.
IAI menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 tentang Pelaporan
Keuangan Organisasi Nirlaba , dalam PSAK tersebut antara lain menguraikan tentang:
a. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan utama laporan keuangan organisasi nirlaba pada dasarnya memiliki kesamaan dengan
tujuan laporan keuangan organisasi komersial, yaitu menyajikan informasi yang relevan atas
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi tersebut. Namun, dikarenakan adanya
perbedaan tujuan organisasi, menyebabkan adanya perbedaan pada kalangan pemakai laporan
keuangan dan isi dari laporan keuangan tersebut. PSAK Nomor 45 memberikan pengertian tujuan
laporan keuangan organisasi nirlaba adalah untuk menyediakan informasi yang relevan untuk
memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota organisasi, kreditur, dan pihak lain yang
menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba.
b. Sifat Pembatasan Dana
Menurut PSAK Nomor 45 Laporan keuangan untuk organisasi nirlaba terdiri dari laporan
posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Dalam
melakukan penyusunan laporan keuangan memperhatikan sifat pembatasan dana, menurut PSAK
Nomor 45 mendefinisikan sebagai berikut:
Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh
penyumbang agar sumber daya tersebut dipertahankan secara permanen, tetapi organisasi
diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi
lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut.
7
![Page 8: ASP Kelompok 3](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/55cf8f69550346703b9c1b5e/html5/thumbnails/8.jpg)
Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang
yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai dengan periode
tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu.
Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan
tertentu oleh penyumbang. Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.
Sumbangan tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk
tujuan tertentu oleh penyumbang.
c. Komponen Laporan Keuangan
Menurut PSAK Nomor 45 menjelaskan bahwa komponen laporan keuangan organisasi nirlaba
meliputi :
Laporan Posisi Keuangan,
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva,
kewajiban, dan aktiva bersih dan informasi mengenai hubungan di antara Universitas-
Universitas tersebut pada waktu tertentu.
Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan dan
informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota
organisasi , kreditur, dan pihak-pihak lain untuk menilai:
Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan; dan
Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan
kebutuhan pendanaan eksternal.
Laporan posisi keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, menyediakan informasi
yang relevan mengenai likuiditas, fleksibilitas keuangan, dan hubungan antara aktiva dan
kewajiban. Informasi tersebut umumnya disajikan dengan pengumpulan aktiva dan
kewajiban yang memiliki karakteristik serupa dalam suatu kelompok yang relatif homogen.
Laporan keuangan mencakup organisasi secara keseluruhan dan harus menyajikan total
aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih.
Laporan Aktivitas,
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai:
Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih.
Hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain.
Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.
8
![Page 9: ASP Kelompok 3](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/55cf8f69550346703b9c1b5e/html5/thumbnails/9.jpg)
Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan
informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota
organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk:
Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode.
Menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa.
Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.
Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aktiva bersih terikat permanen, terikat
temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode. Laporan aktivitas juga menyajikan
keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aktiva lain (atau kewajiban)
sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya
dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang aktiva bersih tidak
terikat.
Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat permanen, atau
terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalam hal sumbangan terikat
yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai
sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai
kebijakan akuntansi.
Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto. Namun demikian
pendapatan investasi, dapat disajikan secara neto dengan syarat beban-beban terkait, seperti
beban penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan informasi mengenai
beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut kelompok program jasa utama dan
aktivitas pendukung. Di samping itu, organisasi nirlaba dianjurkan untuk menyajikan
informasi tambahan mengenai beban menurut sifatnya. Misalnya, berdasarkan gaji, sewa,
listrik, bunga, penyusutan.
Laporan Arus Kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang
Laporan Arus Kas, dengan tambahan berikut ini:
a) Aktivitas pendanaan:
9
![Page 10: ASP Kelompok 3](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/55cf8f69550346703b9c1b5e/html5/thumbnails/10.jpg)
(1) Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka
panjang.
(2) Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya
dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan aktiva tetap, atau
peningkatan dana abadi (endowment).
(3) Bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
b) Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas:
sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi.
4. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, disebut juga sebagai Standar Pemeriksaan, memuat
persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan
pemeriksaan yang profesional. Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada Standar Pemeriksaan
akan meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa
melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara obyektif. Apabila pemeriksa melaksanakan
pemeriksaan dengan cara ini dan melaporkan hasilnya sesuai dengan Standar Pemeriksaan maka hasil
pemeriksaan tersebut akan dapat mendukung peningkatan mutu pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara serta pengambilan keputusan Penyelenggara Negara. Pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara juga merupakan salah satu unsur penting dalam rangka terciptanya
akuntabilitas publik.
Standar Pemeriksaan disusun untuk memenuhi Pasal 5 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Pasal 9 ayat (1) huruf e
Undang21 undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Tujuan Standar Pemeriksaan adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan
organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
5. PP 24/2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
PP No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan persyaratan
yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas penyajian laporan keuangan
pemerintah di Indonesia. Standar Akuntansi pemerintahan adalah prinsip-prinsip atau konsep-konsep
10
![Page 11: ASP Kelompok 3](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/55cf8f69550346703b9c1b5e/html5/thumbnails/11.jpg)
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Dikembangkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP). SAP ini hanya mengatur
pengakuan, penilaian, dan pengungkapan. Sedangkan untuk sistem dan prosedur akan diatur oleh
masing-masing pemerintah (pemerintah pusat oleh Departemen Keuangan dan pemerintah daerah oleh
masing-masing pemerintah daerah dengan arahan dari Departemen Dalam Negeri).
PP No. 24 Tahun 2005 terdiri dari Pengantar, Kerangka Konseptual, dan 11 Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (PSAP), yaitu:
1) PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan
2) PSAP 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran
3) PSAP 03 tentang Laporan Arus Kas
4) PSAP 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan
5) PSAP 05 tentang Akuntansi Persediaan
6) PSAP 06 tentang Akuntansi Investasi
7) PSAP 07 tentang Akuntansi Aset Tetap
8) PSAP 08 tentang Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
9) PSAP 09 tentang Akuntansi Kewajiban
10) PSAP 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar
Biasa
11) PSAP 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian
6. PP 71/2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010, maka PP Nomor 24
Tahun 2005 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010,
penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap. Pemerintah dapat menerapkan
SAP Berbasis Kas Menuju Akrual paling lambat Tahun Anggaran 2015. Selain mengatur SAP Berbasis
Akrual, PP Nomor 71 Tahun 2010 juga mengatur SAP Berbasis Kas Menuju Akrual yang saat ini
masih digunakan oleh seluruh entitas.
Basis Akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi
diakui, dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa
memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan. Pendapatan diakui pada saat hak telah diperoleh
dan beban diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi.
11
![Page 12: ASP Kelompok 3](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082323/55cf8f69550346703b9c1b5e/html5/thumbnails/12.jpg)
Manfaat basis akrual antara lain:
1) Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah
2) Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban pemerintah
3) Bermanfaat dalam mengevalkuasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi dan
pencapaian tujuan.
Struktur SAP berbasis akrual (Lampiran I PP 71 tahun 2010):
1) PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
2) PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
3) PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
4) PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
5) PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
6) PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
7) PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
8) PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pekerjaan;
9) PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
10) PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Peristiwa
Luar Biasa;
11) PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
12) PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
Komponen Laporan Keuangan berdasarkan PP 71 tahun 2010 yaitu:
1) Laporan Realisasi Anggaran
2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
3) Neraca
4) Laporan Arus Kas
5) Laporan Operasional
6) Laporan Perubahan Ekuitas
7) Catatan atas Laporan Keuangan
Dengan diberlakukannya SAP Berbasis Akrual, peraturan pelaksanaan dan sistem akuntansi sudah
pasti akan berubah, karena SAP Berbasis Akrual memang memberikan informasi keuangan yang lebih
baik tetapi implementasinya lebih rumit dibandingkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual.
12