bab ii asp

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

Upload: okta-veia

Post on 02-Aug-2015

45 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II ASP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1

Page 2: BAB II ASP

2

Page 3: BAB II ASP

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa Standar Atau Pedoman dan bagaimana Sistem Akuntansi yang diterapkan

untuk pengelolaan keuangan RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar?

2. Bagaimana penganggaran RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar yang

diterapkan pada penyusunan anggaran tahun 2011?

3. Apa saja Laporan Keuangan yang dibuat oleh RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Kabupaten Blitar pada tahun 2010?

4. Bagaimana Pengukuran Kinerja di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten

Blitar pada tahun 2010?

5. Bagaimana Proses dan Bentuk Laporan Audit di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Kabupaten Blitar pada tahun 2010?

1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Standar atau Pedoman dan Sistem Akuntansi yang

diterapkan dalam pengelolaan keuangan RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Kabupaten Blitar.

2. Untuk mengetahui penganggaran RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten

Blitar yang diterapkan pada penyusunan anggaran tahun 2011.

3. Untuk mengetahui jenis-jenis Laporan Keuangan yang dibuat oleh RSUD

Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar pada tahun 2010.

4. Untuk mengetahui Pengukuran Kinerja di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Kabupaten Blitar pada tahun 2010.

5. Untuk mengetahui Proses dan Bentuk Audit di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Kabupaten Blitar pada tahun 2010.

3

Page 4: BAB II ASP

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Dapat memahami tentang berbagai macam dari bentuk laporan keuangan pada

Sektor Publik yang difokuskan pada RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten

Blitar.

2. Dapat sebagai bahan pengajaran Akuntansi Sektor Publik dalam rangka

memperkaya bahan pengajaran di Lembaga Pendidikan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Dapat membuka wawasan atau pengetahuan mengenai penerapan Akuntansi

Sektor Publik di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.

2. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas pada umumnya dan pada

khususnya masyarakat Kabupaten Blitar tentang penerapan Akuntansi Sektor

Publik di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar

4

Page 5: BAB II ASP

BAB II

PEMBAHASAN TEORITIS

2.1 Standar dan Sistem Akuntansi Sektor Publik

Istilah “sektor publik” dipakai pertama kali pada tahun 1952. Pada tahun

1970, muncul kritikan dan serangan yang mempertanyakan peran sektor publik.

Tahun 1980, reformasi sektor publik dilakukan di negara-negara industri maju

sebagai jawaban atas berbagai kritikan. Akuntansi sektor publik di negara-negara

berkembang juga sempat dianggap mengalami kebangkrutan. Namun, pada dua

darsawara terakhir ini, akuntansi sektor publik mengalami perkembangan yang

pesat.

Istilah sektor publik memiliki pengertian yang bermacam-macam. Hal

tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap

disiplin ilmu memiliki cara pandang yang berbeda-beda. Dari sudut pandang

ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya

berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik

dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.

Organisasi sektor publik bersifat heterogen dan dipengaruhi oleh faktor-

faktor ekonomi, politik, budaya, dan historis. Organisasi sektor pada saat ini

menghadapi tekanan untuk lebih efisien dalam memperhitungkan biaya ekonomi

dan biaya sosial, serta dampak negatif atas aktivitas yang dilakukan. Berbagai

tuntutan tersebut menyebabkan akuntansi dapat diterima dan diakui sebagai ilmu

yang dibutuhkan untuk mengelola urusan-urusan publik. Akuntansi sektor publik

pada awalnya merupakan aktivitas yang terspesialisasi dari suatu profesi yang

relatif kecil. Namun, pada saat ini akuntansi sektor publik sedang mengalami

proses untuk menjadi disiplin ilmu yang lebih dibutuhkan dan substansial

keberadaannya.

Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan

perlakuan akuntansi pada domain publik. Dimana domain publik ini mempunyai

keluasan wilayah yang lebih luass dan kompleks dibandingkan dengan sektor

swasta. Hal tersebut dikarenakan luasnya jenis dan bentuk organisasi yang berada

di dalamnya serta kompleks lingkungan yang mempengaruhi lembaga-lembaga

5

Page 6: BAB II ASP

publik tersebut. Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi: badan-

badan pemerintahan (pemerintah pusatdan daerah serta unit kerja pemerintah),

perusahaan milik negara (BUMN dan BUMD), yayasan, organisasi massa,

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), universitas, dan organisasi nirlaba lainnya.

Organisasi sektor publik mendapatkan sumber pembiayaan antara lain dari

pajak, retribusi, utang, obligasi, pemerintah, laba BUMN/BUMD, penjualan aset

negara, dan sebagainya. Selain itu, sektor publik memiliki pertanggungjawaban

manajemen dengan pola pertanggungjawaban yang bersifat vertikal

(pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,

misalnya: DPR/DPRD) dan horisontal (pertanggungjawaban kepada masyarakat

luas / publik).

Organisasi sektor publik memiliki tujuan yang spesifik dan unik. Tujuan

tersebut dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan kuantitatif dan

kualitatif tersebut masih dapat dipilah menjadi tujuan yang bersifat finansial dan

nonfinansial. Tujuan Kuantitatif misalnya: pencapaian laba maksimum,

penguasaan pangsa pasar, pertumbuhan organisasi, dan produktivitas. Sedangkan

tujuan kualitatif misalnya: efisiensi dan efektivitas organisasi, manajemen

organisasi yang tangguh, moral karyawan yang tinggi, reputasi organisasi,

stabilitas, pelayanan kepada masyarakat, corporate image, dan sebagainya.

Sedangkan tujuan akuntansi sektor publik adalah memberikan informasi yang

berguna untuk pengendalian manajemen dan pertanggungjawaban.

Akuntansi sektor publik merupakan alat informasi baik bagi pemerintah

sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Bagi pemerintah,

informasi akuntansi digunakan dalam proses pengendalian majajemen mulai dari

perencanaan strategik, pembuatan program, penganggaran, evaluasi kinerja, dan

pelaporan kinerja. Sedangkan Akuntabilitas yang harus dilakukan oleh organisasi

sektor publik terdiri atas empat dimensi (menurut Ellwood, 1993) yaitu:

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity

and legality);

2. Akuntabilitas proses (process accountability);

3. Akuntabilitas program (program accountability);

4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).

6

Page 7: BAB II ASP

Dengan demikian, akuntansi sektor publik memiliki keterkaitan pokok

dalam tiga hal, yaitu penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan

akuntabilitas.

2.11 Standar Akuntansi Sektor Publik

Dalam kaitannya dengan pertanggungjawaban, organisasi sektor publik

harus membuat Laporan Keuangan, Laporan kinerja dan beberapa laporan

pertanggungjawaban lainnya. Oleh karena itu, organisasi sektor publik harus

memiliki standar khusus untuk menjadi pedoman dalam pembuatan laporan-

laporan tersebut. Standar tersebut, biasanya disebut dengan PP (peraturan

pemerintah) tentang SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan). Adapun Peraturan

Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah digunakan

sebagai pedoman organisasi sektor publik sejak saat ini adalah Peraturan

Pemerintah RI No 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan

Perda masing-masing daerah. Sedangkan Peraturan Pemerintah tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan yang baru adalah Peraturan Pemerintah RI No 71 tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah RI No 71 tahun 2010 ini, diharapkan dapat

diterapkan oleh instansi-instansi sesuai dengan jangka waktu yang telah diatur

dalam Peraturan Pemerinyah RI No 71 tahun 2010 pada Lampiran II. Namun,

pada ketentuan penutup Peraturan Pemerinyah RI No 71 tahun 2010 juga

dijelaskan bahwa Peraturan Perundang-undangan yang mengatur mengenai

penyelenggaran akuntansi pemerintah sepanjang belum diubah dan tidak

bertentangan dengan Peraturan Pemerintah tersebut masih tetap berlaku. Jadi,

pedoman Sistem Akuntansi Pemerintahan yang mengacu pada Peraturan

Pemerinyah RI No 24 tahun 2005 masih diperbolehkan dengan catatan tidak

menyimpang/bertentangan dengan Peraturan Pemerintah RI No 71 tahun 2010.

2.1.2 Sistem Akuntansi Sektor Publik

Sistem akuntansi yang digunakan oleh organisasi sektor publik berbeda

dengan sektor swasta. Organisasi swasta menggunakan sistem akuntansi berbasis

akrul (accrual accounting), yaitu mengakui transaksi pada saat kejadian, bukan

pada saat kas/setara kas diterima/dibayar dan dicatat dalm periode bersangkutan.

Sedangkan pada organisasi sektor publik menggunakan sistem akuntansi

7

Page 8: BAB II ASP

Basis Kas (Cash accounting), yaitu mengakui pendapatan pada saat kas diterima.

Pada Peraturan Pemerinyah RI No 24 tahun 2005dijelaskan bahwa sistem basis

kas merupakan sistem akuntansi yang diterapkan hanya pada pengakuan

pendapatan, belanja, dan pembiayaan dan basis akrual digunakan pada pengakuan

aset, utang, dan ekuitas. Namun, pada Peraturan Pemerinyah RI No 71 tahun

2010 dijelaskan bahwa SAP berbasis Kas Menuju Akrual adalah SAP yang

pengakuannya masih berbasis kas dan pengakuan yang sudah berbasis akrual.

2.2 Penganggaran Sektor Publik

Anggaran merupakan estimasi kinerja yang hendak dicapai, sedangkan

Penganggaran merupakan proses mempersiapkan anggaran. Penganggaran pada

sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk program

dan aktivitas. Proses penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika

perumusan strategi dan perencanaan strategik telah dilakukan. Tahap

penganggaran sangat penting, karena anggaran yang tidak efektif dan berorientasi

pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Oleh

karena itu, penganggaran sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan,

pelaksanaan, dan pelaporan.

Anggaran publik adalah rencana kegiatan dalam bentuk perolehan

pendapatan dan belanja dalam satu moneter. Adapun alasan pentingnya anggaran

sektor publik antara lain: (1) sebagai alat bagi pemerintah untuk mengarahkan

pembangunan sosial-ekonomi kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup

masyarakat, (2) anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan

masyarakat; dan (3) anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah

telah bertanggung jawab terhadap rakyat. Sedangkan fungsi utama anggaran

sektor publik, yaitu: (1) sebagai alat perencanaan; (2) alat pengendalian; (3) alat

kebijakan fiskal; (4) alat politik; (5) alat koordinasi dan komunikasi; (6) alat

penilaian kinerja; (7) alat motivasi; dan (8) alat menciptakan ruang publik.

Anggaran sektor Publik dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Anggaran Operasional (operation/recurrent budget);

Yaitu Anggaran yang digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari

dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran yang dikategorikan dalam

8

Page 9: BAB II ASP

anggaran operasional adalah “Belanja Rutin” (pengeluaran yang manfaat hanya

untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi

pemerintah).

2. Anggaran Modal/Investasi (capital/invesment budget);

Yaitu Anggaran yang menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan

atas aktiva tetap, seperti gudang, peralatan, kendaraa, perabot, dan sebagainya.

Belanja Modal/Investasi adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung

melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan

pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya

operasional dan pemeliharaan.

Anggaran Pendapatan dan belanja Negara/daerah (APBN/APBD) yang

dipresentasikan setiap tahun oleh eksekutif, memberikan informasi rinci kepada

DPR/DPRD dan masyarakat tentang program-program apa yang direncanakan

pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat, dan bagaimana

program-program tersebut dibiayai. Pengelolaan keuangan sektor publik meliputi

aspek penganggaran, akuntansi, pengendalian, dan auditing. Siklus anggaran

meliputi empat tahap yang terdiri atas:

1. Tahap Persiapan Anggaran (budget preparation);

Pada tahap ini, dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan

yang tersedia. Uncertainly perlu diperhatikan dalam melakukan estimasi. Oleh

sebab itu, manajer keuangan publik harus memahami cara menentukan besarnya

suatu mata anggaran dan sistem anggaran yang digunakan. Di Indonesia, proses

perencanaan APBD menekankan pada pendekatan Bottom-Up Planning (dari

pemerintahan paling bawah menuju ke pemerintahan paling tinggi) dengan tetap

mengacu pada arah kebijakan pembangunan pemerintah pusat. Arahan kebijakan

pembangunan pemerintah pusat tertuang dalam dokumen perencanaan berupa

GBHN, Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), Rencana Strategis

(RENSTRA), dan Rencana Pembangunan Tahunan (REPETA).

2. Tahap Ratifikasi (approva/ratification);

Tahap ratifikasi anggaran melibatkan proses politik yang cukup rumit dan berat.

Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya mempunyai “manajerial skill” namun

juga mempunyai “political skill”, “salesmanship”, dan “coalition building”.

9

Page 10: BAB II ASP

3. Tahap Implementasi (implementation);

Dalam tahap ini diperlukan adanya sistem (informasi) akuntansi dan sistem

pengendalian manajemen yang memadai dan handal. Oleh karena itu, manajer

publik bertanggung jawab untuk menciptakan sistem tersebut dan juga membuat

sistem pengendalian intern yang memadai.

4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi (reporting and evaluation);

Tahap terakhir ini, berkaitan dengan aspek akuntabilitas. Sehingga diharapkan

tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemui banyak masalah jika

ketiga tahap sebelumnya dilakukan dengan manajemen yang baik.

Sistem anggaran sektor publik telah menjadi instrumen kebijakan

multifungsi. Pada dasarnya terdapat dua jenis pendekatan utama yang digunakan

dalam perencanaan dan penyusunan anggaran publik, yaitu:

1. Anggaran Tradisional

Anggran tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan di negara

berkembang. Ciri-ciri pendekatan ini, antara lain: Incrementalism

(menambah/mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sebelumnya

dengan mengkaji lebih dalam anggaran tahun sebelumya); Line-Item (tidak

memungkinkan untuk menghilangkan item-item yang sebenarnya tidak relevan);

Cenderung Sentralis; Spesifikasi; Tahunan; dan Anggaran Bruto

2. New Public Management

Pendekatan yang lebih sistematis dalam perencanaan anggaran. Ciri-ciri

pendekatan ini, antara lain: Komprehensif/komparatif; Terintegrasi dan lintas

departemen; Proses pengambilan keputusan yang rasional; Berjangka panjang;

Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas; Analisis total cost dan benefit

(termasuk opportunity cost); Berorientasi input, output, dan outcome; Adanya

pengawasan kinerja. Adapun yang termasuk dalam New Public Manageement

yaitu:

(1)Teknik Anggaran Kinerja, menekankan konsep “value for money” dan

pengawasan atas kinerja output;

(2)Zero Based Budgeting (ZBB), sistem ini mencangkup penyusunan program dan

tolok ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran; dan

10

Page 11: BAB II ASP

(3) Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS), teknik penganggaran

yang berorientasi pada output dan tujuan, penekanan utamanya adalah alokasi

sumber daya berdasarkan analisis ekonomi.

2.3 Laporan Keuangan Sektor Publik

Laporan keuangan organisasi sektor publik merupakan komponen yang

sangat penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik. Adanya tuntutan

yang besar terhadap akuntabilitas publik menimbulkan implikasi bagi manajemen

sektor publik untuk memberikan informasi kepada publik, salah satunya adalah

dengan membuat laporan keuangan. Dalam hal ini, terdapat tantangan yang

dihadapi oleh sektor publik. Tantangan tersebut adalah mampukah akuntansi

menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk monitor akuntabilitas

manajemen, akuntabilitas politik, dan akuntabilitas kebijakan? Dapatkah

akuntansi sebagai alat untuk merencanakan dan memetakan arah pembangunan

dan pertumbuhan sektor publik.

Akuntansi dan laporan keuangan mengandung pengrtian sebagai suatu

proses pengumpulan, pengolahan, pengkomunikasian informasi yang bermanfaat

bagi pembuatan keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi. Akuntansi secara

normatif memiliki tiga aspek, yaitu: (1) sistem informasi yang diberikan; (2)

kepada siapa informasi tersebut diberikan; (3) tujuan informasi. Sehingga, pada

PP No 24 tahun 2005 disebutkan bahwa organisasi sektor publik dituntut untuk

dapat membuat laporan keuangan setidak-tidaknya meliputi: Laporan Realisasi

Anggran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan (hanya

Lima Bentuk Laporan Keuangan). Sedangkan berdasarkan pada PP No 71 tahun

2010, organisasi sektor publik dianjurkan agar membuat Tujuh bentuk Laporan

Keuangan, diantaranya adalah Laporan Surplus/Defisit, Laporan Realisasi

Anggaran, Laporan Laba/Rugi, Laporan Aliran Kas, Neraca, Catatan atas

Laporan Keuangan, serta Laporan Kinerja yang dinyatakan dalam ukuran

finansial/nonfinansial.

Laporan keuangan sektor publik dibuat dengan tujuan dan fungsi sebagai

berikut: (a) Kepatuhan dan pengelolaan (compliance and stewardship); (b)

Akuntabilitas dan pelaporan restrospektif (accountability and restrospective

11

Page 12: BAB II ASP

reporting); (c) Perencanaan dan informasi otorisasi (planning and authorization

information); (d) Kelangsungan organisasi (viability); (e) Hubungan masyarakat

(public relation); (f) Sumber fakta dan gambaran (source of facts and figures);

Sedangkan bagi organisasi pemerintah, tujuan umum akuntansi dan laporan

keuangan adalah (a) untuk memberikan informasi yang digunakan dalam

pembuatan keputusan ekonomi, sosial, politik serta sebagai bukti

pertanggungjawaban dan pengelolaan; (b) untuk memberikan informasi yang

digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisional.

2.4 Pengukuran Kinerja

Tahap setelah operasional anggaran adalah pengukuran kinerja untuk

menilai prestasi manajer dan unit organisasi yang dipimpinnya. Pengukuran

kinerja yang handal merupakan salah satu kunci suksesnya organisasi sektor

publik. Pengukuran kinerja dilakukan untuk memenuhi tiga maksud, yaitu: (1)

Untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah; (2) Untuk pengalokasian

sumber daya dan pembuatan keputusan; (3) Untuk mewujudkan

pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

Sedangkan untuk legislatif, pengukuran kinerja digunakan untuk menentukan

kelayakan pelayanan yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik.

Penilaian laporan kinerja finansial dapat dilakukan dengan menganalisis

varians antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan. Secara garis besar, analisis

varians berfokus pada varians pendapatan dan varians pengeluaran (belanja

rutin/belanja modal). Setelah dilakukan analisis varians, maka dilakukan

identifikasi sumber penyebab terjadinya varians dengan menelusuri varians

tersebut hingga level manajemen paling bawah.

Penilaian laporan kinerja nonfinansial dapat diukur dengan menggunakan

Balanced Scorecard. Pengukuran dengan menggunakan Balanced Scorecard

melibatkan empat aspek, yaitu: (1) Perspektif finansial (financial perspective);

(2) Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective); (3) Perspekti efisiensi

proses internal (internal process effiency); dan (4) Perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan (learning and growth perspective).

12

Page 13: BAB II ASP

Jenis informasi nonfinansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel

kunci. Variabel kunci adalah variabel yang mengidentifikasikan faktor-faktor

yang menjadi sebab kesuksesan organisasi.

Dalam pengukuran kinerja, variabel kunci tersebut akan dikembangkan

menjadi indikator kinerja untuk unit yang bersangkutan. Indikator kinerja, dapat

berupa faktor keberhasilan utama organisasi (suatu area yang mengidentifikasi

kesuksesan kinerja unit kerja organisasi) dan indikator kinerja kunci (sekumpulan

indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci, baik bersifat finansial

maupun nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis).

Indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau

program telah dilakukan secara efektif dan efisien. Penentu indikator kinerja perlu

mempertimbankan biaya pelayanan (biaya unit palayanan); penggunaan

(perbandingan antara supply of service dengan public demand); kualitas dan

standar pelayanan (menyangkut pertimbangan yang bersifat subyektif); cangkupan

pelayanan; kepuasan (diukur melalui metode jajak pendapatan secara langsung).

Contoh Variabel Kunci dan Indikator Kinerja

Dinas/Unit Kerja Variansi Kunci Indikator Kinerja

Rumah sakit Tingkat hunin kamar (kamar yang

dipakai:jumlah kamar)

Biaya total rata-rata pasien yang masuk

Biaya rawat jalan, biaya pelayanan medis,

nonmedis, dan umum per pasien yang masuk

Penggunaan fasilitas, rata-rata masa tinggal

pasien di rumah sakit, dan proporsi hunian

Klinik kesehatan Jumlah pelanggan (masyarakat) yang

dilayani per hari

Jumlah pelanggan yang dilayani per jumlah total

penduduk untuk wilayah tertentu

Kepolisian Jumlah kriminalitas yang tertangani;

Jumlah kecelakaan/pelanggaran lalu lintas;

Jumlah pengaduan masyarakat yang

tertangani

% Jumlah kriminalitas yang tertangani;

% Penurunan kecelakaan/pelanggaran lalu lintas;

% Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani

DPR/DPRD Jumlah Pengaduan dan tuntutan masyarakat

yg tertangani;

Jumlah rapat yang dilakukan;

Jumlah undang-undang atau perda yang

dihasilkan;

Jumlah peserta rapat per total anggota.

% Jumlah Pengaduan dan tuntutan masyarakat

yg tertangani;

Jumlah rapat yang dilakukan;

Jumlah undang-undang atau perda yang

dihasilkan;

% Jumlah peserta rapat per total anggota

Dipenda Jumlah pendapatan yang terkumpul % Jumlah pendapatan yang terkumpul/potensi

13

Page 14: BAB II ASP

2.5 Audit Sektor Publik

Audit Kinerja pada dasarnya adalah perluasan dari audit keuangan. Audit

kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan dan kejadian ekonomi yang

menggambarkan kinerja organisasi. Dalam hal ini, terdapat dua audit yang

dilakukan, yaitu (1) audit internal (audit yang dilakukan oleh unit pemeriksaan

yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi. Auditor Internal antara lain:

Inspektorat Jenderal Departemen, Satuan Pengawasan Intern di lingkungan

BUMN/BUMD, Inspektorat Wilayah Propinsi, Inspektorat Wilayah

Kota/Kabupaten, dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan); (2) audit

eksternal (audit yang dilakukan oleh unit pemeriksaan yang berada di luar

organisasi yang diperiksa. Auditor Eksternal Pemerintah adalah Badan

PemeriksaKeuangan/BPK).

Dalam proses audit, terlebih dahulu perlu memahami struktur audit

kinerja, tahapan audit, dan kriteria atau indikator yang menjadi tolok ukur audit

kinerja. Pada dasarnya, struktur dari audit keuangan, audit kepatuhan, audit

menajemen, audit program atau jenis audit lainnya adalah sama. Hal yang

membedakan adalah pada tugas-tugas spesifik pada masing-masing tahap audit

yang menggambarkan kebutuhan audit.

Struktur audit, secara umum terdiri atas: (1) tahap-tahap audit; (2) elemen

masing-masing tahap audit; (3) tujuan umum masing-masing elemen; (4) tugas-

tugas tertentu yang diperlukan untuk setiap tujuan. Sedangkan Struktur audit

kinerja, terdiri atas: (1) tahap pengenalan dan perencanaan (Survei Pendahuluan

dan Review Sistem Pengendalian Manajemen); (2) tahap pengauditan (Review

Hasil-hasil Program, Ekonomi dan Kepatuhan); (3) tahap pelaporan (Persiapan

Laporan, Review dan Revisi, Pengiriman dan Penyajian Laporan) ; (4) tahap

penindaklanjutan (Desain Follow Up, Investigasi, dan Pelaporan).

14

Page 15: BAB II ASP

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Standar dan Sistem Akuntansi RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Kab. Blitar

Akuntansi dan Laporan Keuangan Bapelkesmas RSUD diselenggarakan

sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), sedangkan pada saat

dikonsolidasikan dengan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Blitar

disususn dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

3.1.1 Standar Akuntansi RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Kab. Blitar

Kebijakan akuntansi yang dianut dalam pelaksanaan pembukuan dan

penyusunan laporan keuangan Bapelkesmas RSUD merupakan interprestasi butir-

butir yang diatur dalam standar akuntansi keuangan (SAK), serta

mempertimbangkan ketentuan-ketentuan dalam:

a. Undang-undang nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

b. Peraturan Pemerintah RI No 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

c. Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan

d. Permendagri nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah

Adapun butir-butir dari standar akuntansi yang dianut, uraiannya terdapat

pada Pedoman Akuntansi Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Tahun 2007

dan dapat dilihat pada Lampiran-lampiran makalah ini.

3.1.2 Sistem Akuntansi RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar

Asumsi dasar akuntansi yang diterapkan pada RSUD Ngudi Waluyo

Wlingi Kab. Blitar adalah:

(1) Kelangsungan usaha (kesinambungan entitas)

Laporan keuangan disusun atas dasar asumsi bahwa RSUD akan terus melakukan

usahanya secara berkesinambungan tanpa ada maksud untuk dibubarkan atau

mengurangi secara material skala usahanya.

(2) Dasar akuntansi akrual

Laporan keuangan (neraca) disusun atas dasar akrual, hal ini dimaksudkan untuk

15

Page 16: BAB II ASP

memberikan informasi kepada pembaca bahwa laporan keuangan tidak hanya

berisi transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan kas dan pembayaran kas,

tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimas mendatang serta sumber daya yang

merepresentasikan kas yang akan diterima dimasa yang akan datang.

Untuk kepentingan penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah, RSUD/Bapelkesmas Wlingi Kab. Blitar mengacu kepada dasar

akuntansi yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Blitar dan untuk saat ini

dasar akuntansi yang digunakan adalah basis kas, yaitu mengakui pendapatan

daerah pada saat kas diterima dan belanja daerah diakui pada saat diterbitkan

surat/Lembar Pengesahan oleh bagian keuangan atas Surat Pertanggungjawaban

(SPJ) yang diajukan RSUD/satker lainnya.

(3) Kemandirian Entitas

RSUD sebagai unit kerja pemerintahan daeraah merupakan entitas akuntansi, oleh

karena itu mempunyai kewajiban untuk menyajikan Laporan Keuangan.

(4) Keterukuran dalam satuan uang

Laporan keuangan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat

dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar dapat dilakukan analisa dan

pengukuran dalam akuntansi.

RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar menggunakan basis

akuntansi Double entry (pencatatan pada jurnal harian berupa debet-kredit).

Sedangkan siklus pencatatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar membuat beberapa jurnal untuk

mempermudah proses pencatatan transaksi. Adapun jurnal yang dinuat oleh

RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar adalah Jurnal Umum dan Jurnal Khusus

(Jurnal Pengeluaran Kas dan Jurnal Penerimaan Kas). Contoh format dari semua

16

Buku Kendali Anggaran Pendapatan dan Belanja

Transaksi Dokumen Jurnal Harian

Neraca Lajur Dokumen

Laporan Keuangan

Buku Besar

Page 17: BAB II ASP

Laporan Keuangan dan Jurnal-jurnal yang seharusnya dibuat oleh RSUD Ngudi

Waluyo Wlingi Kab. Blitar dapat dilihat pada Lampiran Pedoman Akuntansi

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah tahun 2007 atau dalam lampiran-

lampiran makalah ini.

3.2 Penganggaran RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar

Dalam Penyusunan Anggaran Tahunan, RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Kab. Blitar melibatkan Kepala Bagian Unit; Bagian Keuangan dengan Sub Bagian

Penyusunan, Pengendalian Anggaran dan Verifikasi (Tim Anggaran); Direktur

RSUD; dan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Sedangkan Prosedur

Penyususnan Anggaran RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar adalah sebagai

berikut:

1. Pembuatan anggaran (berdasarkan program-program Badan Unit yang sudah

disepakati sebelumnya) yang dilakukan pada setiap Badan Unit yang akan

diajukan oleh Kepala Badan Unit kepada Tim Anggaran

2. Selanjutnya, anggaran setiap badan unit yang sudah terkumpul akan dibahas

dalam rapat oleh Tim Anggaran

3. Setelah Tim Anggaran menetapkan anggaran yang dibutuhkan, maka Tim

Anggaran akan membuat RKA (Rencana Keuangan Anggaran) yang

selanjutnya akan diserahkan kepada Direktur dan PPKD (Pejabat Pengelola

Keuangan Daerah)

4. Setelah RKA selesai, maka dibuatlah DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran)

yang akan diotorisasi oleh Penggunaan Anggaran (Direkutr RSUD Ngudi

Waluyo Wlingi Kab. Blitar/ Dr. Budi Winarno, M.M) dan Pejabat Pengelola

Keuangan Daerah (Drs. Palal Ali Santoso, M.M). Selanjutnya dokumen ini

akan menjadi pedoman dalam membuat Realisasi Anggaran.

Dalam Penyusunan Anggaran pada dasarnya RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Kab. Blitar menggunakan pendekatan Bottom-Up Planning (dari kebutuhan setiap

Badan Unit menjadi kebutuhan RSUD) dengan tetap mengacu pada arah

kebijakan peraturan pemerintah daerah Kabupaten Blitar. Dalam penyusunan

anggaran, RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar mengacu pada anggaran

tahun sebelumnya atau biasa disebut dengan Pendekatan Tradisional. Dalam hal

17

Page 18: BAB II ASP

ini, RSUD menggunakan pendekatan tradisional pada penyusunan anggaran

operasionalnya (anggaran belanja rutin) dan penyusunan anggaran modal/investasi

tetap dilakukan oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten Blitar.

Sedangkan dalam Penyusunan Pengukuran Kinerja RSUD Ngudi Waluyo

Wlingi Kabupaten Blitar menggunakan pendekatan New Public Managemen,

karena lebih berorientasi input, output, dan outcome; terdapat analisis total cost

dan benefit dan adanya pengawasan kinerja oleh Bapeda.

RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar membuat beberapa anggaran,

antara lain: Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah; Anggaran Pendapatan

Satuan Kerja Perangkat Daerah; Anggaran Belanja Tidak Langsung Satuan Kerja

Perangkat Daerah; Anggaran Belanja Langsung Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Adapun Rincian dari Anggaran-anggaran tersebut dapat dilihat dalam lampiran-

lampiran pada makalah ini.

3.3 Laporan Keuangan RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar

Dalam membuat Laporan Keuangan, RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab.

Blitar memakai Standar/Pedoman Akuntansi Keuangan Badan Layanan Umum

Daerah Tahun 2007 (Pedoman yang disusun berdasarkan Undang-undang No 1

tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah RI No 23 tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Peraturan

pemerintah RI No 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dan

Permendagri No 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah).

Pada Pedoman tersebut terdapat lima Laporan Keuangan Pokok RSUD meliputi:

(1) Neraca; (2) Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; (3)

Laporan Arus Kas; (4) Laporan Aktivitas (Pendapatan dan Beban); (5) Catatan

Atas Laporan Keuangan.

Pada Implementasinya, RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar pada

tahun 2010 hanya membuat tiga Laporan Keuangan, yaitu: (1) Laporan Realisasi

Anggaran tahun 2010; (2) Neraca per 31 Desember 2010; dan (3) Catatan Atas

Laporan Keuangan. Adapun rincian dari Laporan Keuangan tersebut, dapat dilihat

dalam lampiran-lampiran pada makalah ini.

18

Page 19: BAB II ASP

3.4 Pengukuran Kinerja RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar

RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar merupakan Badan Layanan

Umum, sehingga harus membuat laporan keuangan. Selain itu, RSUD Ngudi

Waluyo Wlingi Kab. Blitar juga membuat Laporan Pengukuran Kinerja yang

disebut “Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah RSUD Ngudi Waluyo

Wlingi Kabupaten Blitar 2010”. Penyusunan Laporan Kinerja ini perwujudan dari

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan

sumber daya pelaksanaan kebijaksanaan dalam mencapai misi dan tujuan Badan

Pelayanan Kesehatan Masyarakat RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar

sebagai amanat Instruksi RI No.7 Tahun 1999.

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah RSUD

Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar tahun 2010 dengan materi pokok yang berisi

Informasi Kinerja tentang Perencanaan Strategik dan Akuntabilitas Rumah Sakit,

menggunakan pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah No: 239/IX/6/8/2003 tanggal 25 Maret 2003.

Pada Laporan Kinerja RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar tahun

2010, terdapat empat aspek yang menjadi dasar penentuan sasaran pengukuran

kinerja RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar selama tahun 2010. Aspek-aspek

tersebut adalah: Pelayanan; Keuangan; Organisasi dan Sumber Daya Manusia;

dan Sarana dan Prasarana. Sedangkan sasaran pengukuran kinerja RSUD Ngudi

Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar, antara lain: (1) Pelayanan rutin jasa

perkantoran, pemeliharaan sarana dan prasarana, serta disiplin pegawai dan

kapasitas aparatur; (2) Kualitas pelayanan Rumah Sakit.

Pengukuran Kinerja RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar 2010

diukur dari tingkat pencapain sasaran. Format dari Pengukuran Kinerja RSUD

Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar 2010 telah ditentukan oleh BAPEDA

(Badan Pengawasan Daerah). Sedangkan Sasaran Pengukuran Kinerja ditentukan

sepenuhnya oleh Pihak RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar 2010 dan

Indikator juga dilakukan pihak RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar

2010 atas petunjuk BAPEDA (Badan Pengawasan Daerah).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) RSUD Ngudi

Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar 2010 disusun oleh Bagian Perencanaan dan

19

Page 20: BAB II ASP

Evaluasi dengan Sub Bagian Penyusunan Program Monitoring dan Evaluasi.

Kemudian LAKIP diotorisasi oleh Direktur RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab.

Blitar . LAKIP RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar tahun 2010, berisi

laporan kinerja yang berupa Laporan kinerja finansial dan nonfinansial RSUD

Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar selama tahun 2010. Adapun Rincian

lengkap dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) RSUD

Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar 2010 dapat dilihat dalam lampiran-

lampiran makalah ini.

3.5 Audit RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Kab. Blitar

Pada RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar 2010 audit dilakukan

oleh auditor internal (Inspektorat Wilayah Kabupaten dan Badan Pengawasan

Daerah) dan auditor eksternal (Badan Pemeriksa Keuangan/BPK). Namun RSUD

Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar 2010 tidak mempunyai bentuk maupun

hasil laporan audit yang dikeluarkan auditor eksternal atas nama RSUD Ngudi

Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar 2010 sendiri. Hasil dari audit RSUD Ngudi

Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar 2010 melainkan salah satu dari proses audit

Pemda Kabupaten Blitar. Sehingga, auditor eksternal hanya memberikan pendapat

dan mengeluarkan Laporan Audit untuk Pemda Kabupaten Blitar. Adapun hasil

dari audit/Pendapat yang dikeluarkan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) pada

tahun 2010 kepada Pemda Kabupaten Blitar adalah “Wajar dengan

Pengecualian”.

RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar merupakan salah satu

unit/instansi/ badan layanan umum daerah yang berada di bawah Pemda

Kabupaten Blitar. Pada proses audit, RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten

Blitar hanya menyiapkan beberapa Laporan Keuangan maupun Laporan Kinerja

untuk diperiksa oleh BPK. Selain itu, sesuai dengan proses audit, BPK juga

melakukan uji terhadap bukti-bukti, material, dan resiko pada laporan keuangan

yang telah dibuat dan di audit oleh auditor internal RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Kabupaten Blitar. Kemudian, hasil audit RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten

Blitar disatukan dengan hasil audit instansi-instansi/badan layanan umum lainnya

yang berada di bawah kontrol Pemda Kabupaten Blitar. Sehingga, laporan audit

20

Page 21: BAB II ASP

tersebut dikeluarkan atas nama Pemda Kabupaten Blitar dari hasil audit

keseluruhan kantor, instansi, maupun badan layanan umum lainnya yang berada di

bawah kontrol Pemda Kabupaten Blitar.

21

Page 22: BAB II ASP

BAB IV

REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan

Pada keseluruhan, penerapan Sistem Akuntansi Pemerintahan di RSUD

Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar telah dilaksanakan dengan baik. Sistem

Akuntansi yang diterapkan telah mengacu pada Pedoman Akuntansi Keuangan

Badan Layanan Umum Daerah Tahun 2007, dimana pedoman ini disusun sesuai

dengan Undang-undang nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

Peraturan Pemerintah RI No 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum; Peraturan Pemerintah RI No 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan; dan Permendagri nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Sedangkan Pengukuran Kinerja,

Penyusunan Anggaran dan Audit juga telah berjalan dengan baik dan sistematis

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku pada tahun tersebut.

4.2 Rekomendasi

Dalam hal ini, penulis hanya bisa memberikan beberapa rekomendasi

kepada RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar dengan/atau menggunakan

acuan dari Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan. Pada saat ini, pemerintah Indonesia telah membuat peraturan

pemerintah baru untuk mengatur Standar Akuntansi Pemerintah, dimana peraturan

ini harus diterapkan dengan segera oleh instansi-instasi.

4.2.1 Standar dan Sistem Akuntansi RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab.

Blitar

Rekomendasi dari kami kepada RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar

tentang standar dan sistem akuntansi untuk tahun berikutnya adalah agar segera

membuat Pedoman Akuntansi Keuangan Badan Layanan Umum Daerah yang

baru yang disempurnakan kembali atau direvisi sesuai dengan Peraturan

Pemerintah No 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Perda

maupun Undang-undang yang telah direvisi sesuai dengan PP No 71 tahun 2010.

22

Page 23: BAB II ASP

Sedangkan untuk basis pengakuan transaksi sebaiknya segera menggunakan basis

akrual dalam mencatat transaksi maupun mengakui pendapatan , belanja, dan

pembiayaan berbasis kas lainnya, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas dana

berbasis akrual.

4.2.2 Anggaran RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar

Dalam penyusunan anggaran, RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar

telah menggunakan prosedur yang baik; kombinasi dua pendekatan dalam

penyusunan anggaran; dan bentuk anggaran yang dibuat juga sudah sesuai.

Sehingga tidak ada rekomendasi khusus dari kami kepada RSUD Ngudi Waluyo

Wlingi Kab. Blitar tentang anggaran untuk tahun berikutnya. Namun, perlu

diperhatikan efisiensi dan efektifitas dari penggunaan anggaran tersebut.

4.2.3 Laporan Keuangan RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar

Rekomendasi dari kami kepada RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar

tentang anggaran adalah agar RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar segera

membuat Laporan Keuangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No 71 tahun

2010 tentang standar akuntansi pemerintahan, dimana tidak hanya tiga atau lima

laporan yang dibuat tetapi ada tujuh laporan keuangan yaitu: Laporan

Surplus/Defisit, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Laba/Rugi, Laporan Aliran

Kas, Neraca, Catatan atas Laporan Keuangan, serta Laporan Kinerja yang

dinyatakan dalam ukuran finansial/nonfinansial.

4.2.4 Pengukuran Kinerja RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar

Pengukuran kinerja pada RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar

telah dilaksanakan dengan baik. Terdapat dua macam pengukuran kinerja yaitu

berupa finansial dan nonfinansial. Sehinnga, rekomendasi dari kami kepada

RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar tidak banyak, karena menurut

hasil kinerja tahun 2010 sudah mencapai target. Adapun rekomendasi dari kami

adalah perlu ditambahkan beberapa sasaran atau sasaran lebih terperinci.

4.2.5 Audit RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kab. Blitar

Pendapat dari auditor eksternal atas hasil audit secara keseluruhan Pemda

Kabupaten Blitar sudah baik, yaitu “wajar dengan pengecualian”. Sehingga,

tidak menutup kemungkinan hasil audit dari RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Kabupaten Blitar adalah sudah baik pula. Namun, perlu diperhatikan dalam

23

Page 24: BAB II ASP

penyusunan Laporan Keuangan maupun LAKIP di tahun berikutnya, agar

pendapat yang dikeluarkan bisa lebih baik atau “wajar tanpa pengecualian”.

DAFTAR RUJUKAN

Mardiasmo, MBA, Ak. Dr. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:

Andi Yogyakarta

Pedoman Akuntansi Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Tahun

2007

Peraturan Pemerintah RI No 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan

Peraturan Pemerintah RI No 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan

www.Google.com

www.Google/Akuntansi Sektor Publik.com

www.Google/RSUD Ngudi Waluyo.com

24