tugas kelompok asp edit

37
BAB 1 1.1 Latar Belakang Anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumen kebijakan yang multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Hal tersebut terutama tercermin pada komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan. Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam satuan moneter sekaligus dapat digunakan sebagai alat pengendalian, agar fungsi pengendalian dan pengawasan dapat berjalan dengan baik, maka sistem anggaran serta pencatatan atas penerimaan dan pengaluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis. Menyadari akan pentingnya penganggaran yang bertujuan mensejahterakan masyarakat maka oleh pemerintah, ditebitkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, juga Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Konsekuensi logis dari pelaksanaan kedua undang-undang ini memberikan pengaruh perubahan

Upload: fatwa-kasipahu

Post on 17-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas Kelompok ASP

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Kelompok ASP Edit

BAB 1

1.1 Latar Belakang

Anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi

instrumen kebijakan yang multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk

mencapai tujuan organisasi. Hal tersebut terutama tercermin pada

komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung merefleksikan

arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan. Anggaran sebagai

alat perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam satuan moneter

sekaligus dapat digunakan sebagai alat pengendalian, agar fungsi

pengendalian dan pengawasan dapat berjalan dengan baik, maka sistem

anggaran serta pencatatan atas penerimaan dan pengaluaran harus

dilakukan dengan cermat dan sistematis.

Menyadari akan pentingnya penganggaran yang bertujuan

mensejahterakan masyarakat maka oleh pemerintah, ditebitkan Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi menjadi Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, juga Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah. Konsekuensi logis dari pelaksanaan kedua undang-undang ini

memberikan pengaruh perubahan terhadap tata laksana manajemen

keuangan di daerah baik dari proses penyusunan, pengesahan,

pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran. Perubahan tersebut yaitu

perlu dilakukan budgeting reform atau reformasi anggaran.

Aspek utama budgeting reform adalah perubahan dari pendekatan

anggaran tradisional ke pendekatan baru yang dikenal dengan anggaran

kinerja. Anggaran tradisional didominasi dengan penyusunan anggaran

yang bersifat line-item dan incrementism yaitu proses penyusunan

anggaran yang hanya mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun

sebelumnya, akibatnya tidak ada perubahan mendasar atas anggaran baru.

Pemerintah atasan selalu dominan perananya terhadap pemerintah di

daerah yang ditandai dengan adanya petunjuk pelaksanaan dan petunjuk

Page 2: Tugas Kelompok ASP Edit

teknis dari pemerintah pusat. Anggaran kinerja merupakan sistem

penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada

pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut mencerminkan efisiensi,

efektivitas pelayanan kepada publik yang berorientasi kepada kepentingan

publik. Artinya peran pemerintah daerah sudah tidak lagi merupakan alat

kepentingan pemerintah pusat tetapi untuk memperjuangkan aspirasi dan

kepentingan daerah.

Untuk dapat membuat APBD berbasis kinerja pemda harus

memiliki perencanaan strategik. Perencanaan strategik disusun secara

obyektif dan melibatkan seluruh komponen di dalam pemerintahan.

Dengan adanya sistem tersebut pemda akan dapat mengukur kinerja

keuangannya yang tercermin dalam APBD. Salah satu aspek yang diukur

dalam penilaian kerja pemerintah daerah adalah aspek keuangan berupa

anggaran berbasis kinerja. Untuk melakukan suatu pengukuran kinerja

perlu ditetapkan indikator-indikator terlebih dahulu antara lain indikator

masukan berupa dana, sumber daya manusia, dan metode kerja. Agar input

dapat diinformasikan dengan akurat dalam suatu anggaran,maka perlu

dilakukan penilaian terhadap kewajarannya. Dalam menilai kewajaran

input dengan keluaran yang dihasilkan peran Analisa Standar Belanja

(ASB) sangat diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran atas beban

kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.

Untuk memenuhi pelaksanaan otonomi di bidang keuangan dengan

terbitnya berbagai peraturan pemerintah yang baru, diperlukan sumber

daya manusia yang mampu untuk menyusun APBD berbasis kinerja.

Menyadari akan keterbatasan daerah dalam hal sumber daya

manusia yang mampu untuk menyusun anggaran berbasis kinerja seperti

apa yang diharapkan tersebut maka diperlukannya suatu mekanisme

penyusunan anggaran yang dapat membantu pemerintah daerah dalam

penyusunan APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Proses pengganggaran merupakan sebuah proses penting yang

menjadi perhatian bagi setiap unit usaha. Begitu juga bagi sektor publik

Page 3: Tugas Kelompok ASP Edit

terutama pemerintah. Tidak seperti untuk sector swasta yang

menempatkan pengganggaran sebagai sesuatu yang optional, proses

penganggaran bagi sektor publik khususnya pemerintah adalah sesuatu

yang mutlak.

Sebagai salah satu indicator yang digunakan untuk penganggaran

dalam sektor kinerja dilakukan untuk menilai prestasi manajer dan unit

organisasi yang dipimpinnya. Pengukuran kinerja juga dipakai untuk

menilai akuntabilitas organisasi dalam menghasilkan pelayanan public

yang lebih baik. Akuntabilitas disini bukan hanya bagaimana uang dapat

dibelanjakan/dihabiskan, tetapi lebih menunjukkan bagaimana uang

tersebut dibelanjakan secara ekonomis, efisien, efektif (value for money).

Memiliki sistem pengukuran kinerja yang handal merupakan salahsatu

kunci suksesnya organisasi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dilihat betapa pentingnya

Penggaran Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja di terapkan

pada instansi sektor publik untuk mengukur kinerja dalam pencapaian

tujuan dan sasaran pelayanan publik. Oleh karena itu pada makalah ini

kami akan membahas lebih lanjut mengenai Penggaran Sektor Publik

Menggunakan Pendekatan Kinerja

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Penganggaran Sektor publik Menggunakan Pendekatan

Kinerja

2. Bagaimana sistem pengukuran kinerja sector public

1.3 Manfaat dan Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami lebih lanjut tentang Penggaran

Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Kinerja.

Page 4: Tugas Kelompok ASP Edit
Page 5: Tugas Kelompok ASP Edit

BAB II

PEMBAHASAN

2.2. Sistem Penganggaran Berdasarkan Kinerja

Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa Anggaran merupakan

pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode

waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial dan penganggaran

merupakan proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran.

Anggaran berbasis kinerja pada instansi pemerintah di Indonesia

dicanangkan melalui pemberlakuan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003

tentang keuangan negara dan diterapkan secara bertahap mulai tahun

anggaran 2005.

Secara yuridis, definisi anggaran berbasis kinerja dirujuk pada

pasal 7 ayat (1) PP Nomor 21 tahun 2004, yakni penyusunan anggaran

dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan

hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan

keluaran tersebut. Dalam penganggaran berbasis kinerja diperlukan sektor

indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja dari setiap program

dan jenis kegiatan. Sedangkan dalam pasal 7 ayat (2) menentukan tujuan

dan indikator kinerja yang jelas untuk mendukung perbaikan efisiensi dan

efektifitas dalam pemanfaatan sumber daya, serta memperkuat proses

pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam jangka menengah.

Menurut Mardiasmo (2009) performance budget pada dasarnya

adalah sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran yang berorientasi

pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut mencerminkan

efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, yang berarti berorientasi pada

kepentingan publik. Selanjutnya Mardiasmo (2009) menyatakan

pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas.

Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara

output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output).

Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk

atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya

Page 6: Tugas Kelompok ASP Edit

dan dana yang serendah-rendahnya (spending well). Pengertian efektivitas

pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target

kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran

dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional

dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran

akhir kebijakan (spending wisely).

Dalam penjelasan PP nomor 105 tahun 2000 dinyatakan bahwa

anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem anggaran yang

mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari alokasi biaya

atau input yang ditetapkan. Berdasarkan pengertian tersebut, setiap input

yang ditetapkan dalam anggaran harus dapat diukur hasilnya dan

pengukuran hasil bukan pada besarnya dana yang telah dihabiskan

sebagaimana yang dilaksanakan pada sistem penganggaran tradisional

(line-item & incremental budget) tetapi berdasarkan pada tolok ukur

kinerja yang telah ditetapkan.

Menurut Permendagri Nomor 13 tahun 2006 pengertian anggaran

berbasis kinerja adalah :

1. Suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil

kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang

ditetapkan.

2. Didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja. Anggaran dipandang

sebagai alat untuk mencapai tujuan.

3. Penilaian kinerja didasarkan pada pelaksanaan value for money dan

efektivitas anggaran.

4. Anggaran kinerja merupakan sistem yang mencakup kegiatan

penyusunan program dan tolok ukur (indikator) kinerja sebagai

instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program.

Anggaran dengan pendekatan kinerja merupakan suatu sistem

anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output

dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Anggaran

kinerja yang efektif lebih dari sebuah objek anggaran program atau

organisasi dengan outcome yang telah diantisipasi. Hal ini akan

Page 7: Tugas Kelompok ASP Edit

menjelaskan hubungan biaya dengan hasil (result). Ini merupakan kunci

dalam penanganan program secara efektif. Sebagai variasi antara

perencanaan dan kejadian sebenarnya, manajer dapat menentukan input-

input resource dan bagaimana input-input tersebut berhubungan dengan

outcome untuk menentukan efektivitas dan efisiensi program.

Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai

instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau lembaga untuk mencapai

sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan

masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Aktivitas

tersebut disusun sebagai cara untuk mencapai kinerja tahunan. Dengan

kata lain, integrasi dari rencana kerja tahunan yang merupakan rencana

operasional dari perencanaan strategik dan anggaran tahunan merupakan

komponen dalam penganggaran berbasis kinerja.

Elemen-elemen yang penting untuk diperhatikan dalam

penganggaran berbasis kinerja adalah:

o Tujuan yang telah disepakati dan ukuran pencapaiannya.

o Pengumpulan informasi yang sistematis atas relisasi pencapaian kinerja

dapat diandalkan dan konsisten, sehingga dapat diperbandingkan antara

biaya dengan pretasinya. Penyediaan informasi secara terus-menerus

sehingga dapat digunakan dalam manajemen perencanaan,

pemrograman, penganggaran dan evaluasi.

Kondisi yang harus dipersiapkan sebagai faktor pemicu

keberhasilan implementasi penggunaan anggaran berbasis kinerja:

o Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi

o Fokus penyempurnaan administrasi secara terus-menerus.

o Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut

(uang, waktu, dan orang).

o Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas.

o Keinginan yang kuat untuk berhasil.

Page 8: Tugas Kelompok ASP Edit

Ciri-ciri anggaran berbasis kinerja:

Anggaran berbasis kinerja memilikin ciri-ciri antara lain:

1. Secara umum sistem ini mengandung tiga unsur pokok yaitu:

a. Pengeluaran pemerintah diklasifikasikan menurut program dan

kegiatan.

b. Pengukuran hasil kerja (Performance Measurement).

c. Pelaporan program (Program Reporting).

2. Titik perhatian lebih ditekankan pada pengukuran hasil kerja, bukan

pada pengawasan.

3. Setiap kegiatan harus dilihat dari sisi efisiensi dan memaksimalkan

output.

4. Bertujuan untuk menghasilkan informasi biaya dan hasil kerja yang

dapat digunakan untuk penyusunan target dan evaluasi pelaksanaan

kerja.

5. Keterkaitan yang erat antara tujuan, sasaran dan proses penganggaran

Keunggulan dan kelemahan dari anggaran berbasis kinerja

Kunggulan anggaran berbasis kinerja:

Memungkinkan pendelegasian wewenang dalam pengambilan

keputusan.

Merangsang partisipasi dan memotivasi satuan kerja melalui proses

pengusulan dan penilaian anggaran yang bersifat faktual.

Membantu fungsi perencanaan dan mempertajam pembuatan

keputusan pada semua tingkat.

Memungkinkan alokasi dana secara optimal dengan didasarkan

efisiensi satuan kerja.

Menghindari pemborosan. Dapat digunakan untuk mengukur

keberhasilan setiap satuan,lebih efektif dalam mencapai sasaran.

Kelemahan anggaran berbasis kinerja:

Tidak semua kegiatan dapat distandarisasikan.

Tidak semua hasil kerja dapat diukur secara kuantitatif.

Tidak ada kejelasan mengenai siapa pengambil keputusan dan siapa

yang menanggung beban atas keputusan

Page 9: Tugas Kelompok ASP Edit

Karakteristik Anggaran berbasis kinerja

APBD dengan pendekatan kinerja harus memuat beberapa hal:

1. Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja.

2. Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan

komponen kegiatan yang bersangkutan.

3. Persentase dari jumlah pendapatan APBD yang mendanai pengeluaran

administrasi umum, operasi, dan pemeliharan serta belanja modal atau

pembangunan.

Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja:

Dalam menyusun anggaran berbasis kinerja ada hal yang perlu

diperhatikan yaitu prinsip-prinsip penganggaran, aktivitas semua dalam

penyusunan anggaran berbasis kinerja, peranan legislatif, siklus

perencanaan anggaran daerah, struktur APBD, dan penggunaan anggaran

berbasis kinerja.

Prinsip-prinsip penganggaran

1. Transparansi dan akuntabilitas anggaran

APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan,

sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh dari masyarakat dari suatu

kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki

hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena

menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat terutama pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat.

2. Disiplin anggaran

Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian

tersedianya penerimaan dalam jumlah cukup dan tidak dibenarkan

melaksanakan kegiatan/proyek yang belum atau tidak tersedia

anggarannya dalam APBD atau perubahan APBD.

3. Keadilan anggaran

Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya

secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat

tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan karena pendapatan

daerah pada hakekatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat.

Page 10: Tugas Kelompok ASP Edit

4. Efisiensi dan efektivitas anggaran

Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan azas

efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya

dapat dipertanggung jawabkan. Dana yang tersedia harus

dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan

dan kesejahteraan untuk kepentingan masyarakat.

5. Disusun dengan pendekatan kinerja

APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu mengutamakan upaya

pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi

biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan

atau lebih besar dari biaya atau input yang ditetapkan.

Selain prinsip-prinsip secara umum seperti apa yang telah

diuraikan di atas, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

mengamanatkan perubahan-perubahan kunci tentang penganggaran

sebagai berikut:

1. Penerapan pendekatan penganggaran dengan perspektif jangka

menengah.

Pendekatan dengan perspektif jangka menengah

memberikan kerangka yang menyeluruh, meningkatkan keterkaitan

antara proses perencanaan dan penganggaran, mengembangkan

disiplin fiskal, mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih

rasional dan strategis, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat

kepada pemerintah dengan pemberian pelayanan yang optimal dan

lebih efisien.

2. Penerapan anggaran secara terpadu

Dengan pendekatan ini, semua kegiatan instansi pemerintah

disusun secara terpadu, termasuk mengintegrasikan anggaran

belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan. Hal tersebut

merupakan tahapan yang diperlukan sebagai bagian upaya jangka

panjang untuk membawa penganggaran menjadi lebih transparan,

dan memudahkan penyusunan dan pelaksanaan anggaran yang

berorientasi kinerja.

Page 11: Tugas Kelompok ASP Edit

3. Penerapan penganggaran berdasarkan kinerja.

Pendekatan ini memperjelas tujuan dan indikator kinerja

sebagai bagian dari pengembangan sistem penganggaran

berdasarkan kinerja. Hal ini akan mendukung perbaikan efisiensi

dan efektifitas dalam pemanfaatan sumber daya dan memperkuat

proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam kerangka

jangka menengah.

Aktivitas Utama dalam Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja

Aktivitas Utama dalam Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja

adalah mendapatkan data kuantitatif dan membuat keputusan

penganggarannya. Proses mendapatkan data kuantitatif bertujuan

untuk memperoleh informasi dan pengertian tentang berbagai program

yang menghasilkan output dan outcome yang diharapkan. Sedangkan

proses pengambilan keputusannya melibatkan setiap level dari

manajemen pemerintahan. Pemilihan dan prioritas program yang akan

dianggarkan tersebut akan sangat tergantung pada data tentang target

kinerja yang diharapkan dapat dicapai.

Peranan Legislatif dalam Penyusunan Anggaran

Alokasi anggaran setiap program di masing-masing unit kerja

pada akhirnya sangat dipengaruhi oleh kesepakatan antara legislatif

dan eksekutif. Prioritas dan pilihan pengalokasian anggaran pada tiap

unit kerja dihasilkan setelah melalui koordinasi diantara bagian dalam

lembaga legislatif dan eksekutif. Dalam usaha mencapai kesepakatan,

seringkali keterkaitan antara kinerja dan alokasi anggaran menjadi

fleksibel dan longgar namun dengan adanya analisa standar belanja,

alokasi anggaran menjadi lebih rasional. Berdasarkan kesepakatan

tersebut pada akhirnya akan ditetapkanlah Perda APBD.

Siklus Perencanaan Anggaran Daerah

Perencanaan anggaran daerah secara keseluruhan yang

mencakup penyusunan kebijakan umum APBD sampai dengan

disusunnya rancangan APBD terdiri dari beberapa tahapan proses

perencanaan anggaran daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 17

Page 12: Tugas Kelompok ASP Edit

Tahun 2003 serta Undang-Undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004,

tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun

anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan rancangan

APBD paling lambat pada pertengahan bulan Juni tahun berjalan.

Kebijakan umum APBD tersebut berpedoman pada RKPD. Proses

penyusunan RKPD tersebut dilakukan antara lain dengan

melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan yang selain

diikuti oleh unsur-unsur pemerintahan juga mengikutsertakan dan

atau menyerap aspirasi masyarakat terkait antara lain asosiasi

profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pemuka

adat, pemuka agama, dan kalangan dunia usaha.

2. DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang

disampaikan oleh pemerintah daerah dalam pembicaraan

pendahuluan RAPBD tahunan anggaran berikutnya.

3. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan

DPRD pemerintah daerah bersama DPRD membahas prioritas dan

plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap

SKPD.

4. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA-SKPD

tahun berikutnya dengan mengacu pada prioritas dan plafon

anggaran sementara yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah

bersama DPRD.

5. RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk

dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.

6. Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat

pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan rancangan

perda tentang APBD tahun berikutnya.

7. Pemerintah daearah meng ajukan rancangan perda tentang APBD

disertai dengan penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya

kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktoberb tahun

sebelumnya.

Page 13: Tugas Kelompok ASP Edit

8. Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda

tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum

tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

Siklus APBD

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan

Standar Akuntansi Pemerintahan, struktur APBD merupakan satu

kesatuan yang terdiri dari: Anggaran pendapatan, Anggaran belanja,

Transfer, dan Pembiayaan.

Penggunaan Analisis Standar Belanja dalam Penyusunan

Anggaran Berbasis Kinerja.

Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan

belanja daerah sebagimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 Pasal 167 (3) adalah Analisa Standar Belanja (ASB).

Alokasi belanja ke dalam aktivitas untuk menghasilakan output

seringkali tanpa alasan dan justifikasi yang kuat. ASB mendorong

penetapan biaya dan pengalokasian anggaran kepada setiap aktivitas

unit kerja menjadi lebih logis dan mendorong dicapainya efisiensi

secara terus-menerus karena adanya pembandingan biaya per unit setiap

output dan diperoleh praktik-parktik terbaik dalam desain aktivitas.

Dalam membuat ASB terdapat beberapa pertimbangan yang

dapat dipergunakan yaitu:

o Pemulihan biaya

Keputusan-keputusan pada tingkat penyediaan jasa

Keputusan-keputusan berdasarkan benefit atau cost.

Keputusan investasi

Metode penyusunan anggaran berbasis kinerja

Pengelolaan anggaran daerah telah menjadi perhatian utama bagi

para pengambil keputusan dipemerintahan, baik ditingkat pusat maupun

daerah. Sejauh ini perundang-undangan dan produk hukum telah

dikeluarkan dan diberlakukan dalam upaya untuk menciptakan sistem

pengelolaan anggaran yang mampu memenuhi berbagai tuntutan dan

kebutuhan masyarakat, yaitu terbentuknya semangat desentralisasi,

Page 14: Tugas Kelompok ASP Edit

demokratisasi, transparasi, akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan

pemerintahan pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah

pada umumnya.

Untuk menghasilkan penyelenggaraan anggaran daerah yang

efektif dan efisien, tahap persiapan atau perencanaan anggaran merupakan

salah satu faktor penting dan menentukan dan keseluruhan siklus anggaran

daerah. Namun demikian tahap persiapan atau perencanaan anggaran harus

diakui memang hanyalah salah satu tahap penting dalam keseluruhan

siklus atau proses anggaran daerah. Dengan kata lain, sebaik apa pun

perencanaan yang telah disusun oleh pemerintah daerah tidak akan

memberikan ari apa-apa manakala dalam tahap pelaksanaan dan tahap

pengendaliannya tidak berjalan dengan secara tidak baik.

Anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan amanat rakyat

kepada pemerintah daerah untuk mewujudkan aspirasi dan kebutuhan

mereka. Anggaran merupakan refleksi aspirasi dan kebutuhan masyarakat

dalam satu tahun fiskal tertentu yang dinyatakan dalam satuan mata uang.

Di sisi pemerintah daerah, perwujudan amanat rakyat ini dinyatakan dalam

bentuk rencana kerja yang akan dilaksanakan pemerintah daerah dengan

menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Dengan demikian,

penyusunan anggran daerah harus berorientasi pada kepentingan

masyarakat atau publik.

Sejalan dengan hal itu, pengelolaan anggaran daerah (APBD) di

era reformasi ini, ditekankan perlunya perubahan paradigma yang

mempertimbangkan hal berikut:

1. Adanya keterkaitan yang erat dan jelas antara proses pengambilan

keputusan politis DPRD, perencanaan operasional di eksekutif, dan

penganggaran di masing-masing unit organisasi atau satuan kerja

teknis

2. APBD harus berorientasi pada kepentingan publik.

3. APBD disusun berdasarkan pendekatan kinerja.

4. Didukung oleh sistem dan prosedur akuntansi yang memadai.

Sistem Anggaran Berbasis Kinerja

Page 15: Tugas Kelompok ASP Edit

Sistem anggaran kinerja pada dasarnya mencakup dua hal yaitu

struktur (bentuk dan susunan) anggaran, proses (mekanisme) penyusunan

anggaran.

a. Struktur anggaran kinerja

Struktur anggaran kinerja terdiri atas elemen-elemen

pendapatan, belanja, dan pendanaan daerah yang memberikan

gambaran antara lain mengenai:

• Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja.

• Standar pelayanan yang diharapkan dan perkiraan biaya satuan

komponen kegiatan yang bersangkutan.

• Bagian APBD yang mendanai belanja administrasi umum,

belanja operasi dan pemeliharaan dan belanja modal atau

investasi untuk pelayanan publik dan aparatur.

b. Proses penyusunan anggaran kinerja

Proses penyusunan anggaran kinerja meliputi beberapa

tahap yaitu:

• Penyusunan arah dan kebijakan umum APBD berdasarkan

hasil penjaringan aspirasi masyarakat dan dokumen

perencanaan daerah.

• Berdasarkan arah dan kebijakan umum APBD dengan

mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah disusun

strategi dan prioritas APBD.

• Strategi dan prioritas APBD selanjutnya menjadi dasar

penyusunan program dan kegiatan.

• Anggaran disusun berdasarkan program dan kegiatan yang

telah direncanakan

2.2. Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah sistem yang

bertujuan untuk membantu manjer menilai pencapaian strategi melalui alat

ukur finansial dan non finansial, dapat dijadikan sebagai alat pengendalian

Page 16: Tugas Kelompok ASP Edit

organisasi karena kinerja diperkuat dengan menetapkan reward dan

punishment system.

Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk memenuhi

tiga hal:

1) Untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah.

2) Untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan

3) Untuk memwujudkan pertanggung jawaban publik dan memperbaiki

komunikasi kelembagaan

Tujuan sistem pengukuran kinerja:

1) Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebh baik

2) Untuk mengukur kinerja finansial dan nonfinansial secara berimbang

sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi

3) Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level

menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencappaii good

governace

4) Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan

individual dan kemampuan kolektif yang rasional

Manfaat dari pengukuran kinerja adalah:

1) Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk

menilai kinerja manajemen

2) Memberikan arah target kinerja yang telah ditetapkan

3) Unttuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan

membandinggkan dengan target kinerja serta melakukan penghargaan

dan hukuman

4) Sebagai alat komunikasi bagi bawahan dan atasan untuk memperbaiki

organisasi

5) Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah

terpenuhi

6) Membantu memahami proses kegiatan iinstansi pemerintah

7) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

Page 17: Tugas Kelompok ASP Edit

Dalam melakukan pengukuran kinerja, informasi yang digunakan

adalah informasi finansial dan nonfinansial.

1) Informasi finansial dilakukan untuk menganalisis varians antara kinreja

actual dengan yang telah dianggarkan. Analisis varian secara garis besar

berfokus pada varians pendapatan dan varian pengeluaran

2) Informasi nonfinansial digunakan untuk dapat menambah keyakinan

terhadap kualitas proses pengendalian manajemen. Jenis informasi

nonfinansial ini dapat dinyakan dalam bentuk variable kunci yaitu

variable yang mengindikasikan factor-faktor yang menjadi sebab

kesuksesan organisasi. Jika terjadi perubahan yang tidak diinginkan,

maka variable kunci ini dapat segera disesuaikan.

Indikator kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi

yang telah ditetapkan. Indikator kinerja dapat berbentuk factor-faktor

keberhasilan utama dan indikator kinerja kunci.

Faktor keberhasilan utama adalah area yang mengindikasikan

kesuksesan kinerja unit kerja organisasi, sedangkan indikator kinerja kunci

adalah sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja

kunci baiik yang bersifat finansial dan nonfinansial untuk melaksanakan

operasi dan kinerja unit bisnis.

Pengembangan indikator kinerja dapat mempetimbangkan hal-hal

berikut ini:

1) Biaya Pelayanan (cost of service), biasanya dikur dalam bentuk unit

cost

2) Penggunaan (utilization), membandingkan antara jumlah pelayanan

yang ditawarkan dengan permintaan publik. Biasanya diukur dalam

bentuk volume, persentase

3) Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards), merupakan

indikator yang sulit diukur karena bersifat subjektif.

4) Cakupan pelayanan (coverage), perlu dipertimbangkan apabila terdapat

kebijakan atau pperaturan perundangan yang mensyaratkan untuk

Page 18: Tugas Kelompok ASP Edit

memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal yang telah

ditetappkan

5) Kepuasan (satisfaction), biasanya diukur melalui jajak pendapat secara

langsung.

Indikator Kinerja dan pengukuran value for money. Value for

money merupakan inti pengukuran kinerja bagi pemerintahan. Kinerja

pemerintah tidak hanya diukur dari sisi output saja, tetepi dari sisi input,

output dan outcome secara bersama-sama. Permasalahan yang sering

dihadapi pemerintah dalam pengukuran kinerja adalah mengukur output,

karena output tidak selalu berupa output yang berwujud, tetapi juga lebih

kepada intangible output.

Ukuran kinerja berbeda dengan indikator kinerja. Ukuran kinerja

mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, sedangkan indikator

kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu lebih

kepada yang sifatnya indikasi-indikasi kinerja.

Mekanisme dalam menentukan indikator kinerja memerlukan hal-

hal sebagai berikut yaitu:

1) Sistem Perencanaan dan Pengendalian, meliputi proses, prosedur, dan

struktur yang memberi jaminan bahwa tujuan organisasi telah

dijelaskan dan dikomunikasikan keseluruh bagian organisasi dengan

menggunakan rantai komando yang jelas didasarkan pada speseifikasi

tugas pokok dan fungsi, kewenangan dan tanggung jawab.

2) Spesifikasi teknis dan standarisasi, tujuannya untuk memberikan

jaminan bahwa spesifikasi teknis tersebut dijadikan sebagai standar

penilaian.

3) Kompetensi teknis dan profesionalisme,

4) Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar. Mekanisme ekonomi

terkait dengan pemberian penghargaan dan hukuman yang bersifat

finansial, sedangkan mekanisme pasar terkait dengan penggunaan

sumber daya yang menjamin terpenuhinya value for money.

Page 19: Tugas Kelompok ASP Edit

5) Mekanisme sumber daya manusia.

Peran Indikator kinerja pemerintah antara lain:

a. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi

b. Untuk mengevaluasi target akhir yang dihasilkan

c. Sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manajerial

d. Memungkinkan bagi jasa pemakai jasa layanan pemerintah untuk

melakukan pilihan

e. Untuk menunjukkan standar kinerja

f. Unttuk menunjukkan efektifitas

g. Untuk membantu melakukan aktifitas yang memiliki efektifitas biaya

yang paling baik untuk mencapai target sasaran

h. Untuk menunjukkan wilayah, bagian atau proses yang masih potensial

untuk dilakukan penghentian biaya.

Permasalahan yang dihadapi saat pengukuran value for money

adalah bagaimana membandingkan input dengan output untuk

menghasilkan ukuran efesiensi yang memuaskan jika output yang

dihasilakan tidak dapat dinilai dengan harga pasar. Solusinya adalah

dengan membandingkan input finansial dengan output nonfinansial. Ini

disebut Unit Cast Stasistics. Unit cost statistics digunakan sebagai benang

merah untuk mengukur kinerja. Bagi Pemerintah, angka-angka statistic

tersebut dapat digunakan untuk membandingkan kinerja, menilai tingkat

efisiensi dan efektifitas unit kerja, untuk mengetahui sebab inefisiensi dan

ketidak efektivan unit kerja yang bersangkutan.

Pengukuran value for money dapat diukur ketika tujuan yang

dikehendaki masyarakat mencakup pertanggung jawaban penggunaan

value for money adalah ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan

alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaannya

diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan, serta efektif (berhasil guna)

dalam arti mencapai tujuan dan sasaran. Ukuran lain terkait dengan

Page 20: Tugas Kelompok ASP Edit

konsistensi dan kepuasan publik dalam arti semakin rendahnya complain

dari masyarakat.

Indikator kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal

untuk dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan serta efisiensi

biaya dan pihak eksternal untuk dijadikan control sekaligus informasi

dalam rangka mengukur tingkat akuntabilitas publik. Selain itu indikator

kinerja dapat digunakan oleh pihak legislative untuk dapat mengawasi

alokasi dan penggunaan anggaran. Indikator value for money dibagi

menjadi dua yaitu:

1) Indikator alokasi biaya (ekonomi dan efesiensi)

2) Indikator kualitas pelayanan.

Pengembangan value for money memusatkan pada tiga hal yaitu

ekonomi, efektif dan efisiensi. Ekonomi berhubungan erat dengan pasar

dan masukan (cost of input). Dimana praktik pembelian barang dan jasa

input dengan tingkat kualitas tertentu pada tingkat harga yang

memungkinkann (spending less). Ekonomi juga sering dikaitkan dengan

penghematan yang mencakup kehati-hatian, cermat dan tidak melakukan

pemborosan. Jika terjadi peningkatan biaya mestinya terkait dengan

peningkatan manfaat yang lebih besar.

Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas.

Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara

output yang dihasilkan dengan input yang digunakan. Proses kerja

dikatakan efisien jika suatu produk atau hasil kerja dapat tercapai dengan

penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnyya.

Efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target

kebijakan. Efektivittas merupakan hubungan antara keluaran dengan

sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila

proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending

wisely). Indikator efektifitas menggambarkan jangkauan akibat dan

dampak (outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan

program. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap

pencapaian tujuan maka semakin efektif pula prose kerja suatu organisasi.

Page 21: Tugas Kelompok ASP Edit

Jika suatu program efektif dan efisien, maka program tersebut dikatakan

cost-effectiveness. Indikator cost-effectiveness merupakan kombinasi

informasi efisiensi dan efektivitas yang memberikan ukuran kinerja bottom

line dalam sektor publik analog dengan pelayan masyarakat.

Langkah-langkah pengukuran value for money:

a) Pengukuran efisensi. Diukur dengan rasio output dengan input. Artinya

jika semakin besar output dibandingka dengan input, maka semakin

tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.

b) Pengukuran efektivitas. Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa

efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah

dikeluarkan untuk mencapai tujuan. Biaya boleh jadi melebihi apa yang

telah dianggarkan. Efektifivitas hanya melihat apakah suatu program

telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

c) Pengukuran outcome. Outcome adalah dampak suatu program terhadap

masyarakat. Outcome nilainya lebih tinggi dari output, karena output

hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap

masyarakat, sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak

yang dihasilkan (Smith, 1996). Pengukuran outcome memiliki dua

peran yaitu peran retrospektif dan prospektif. Retrospektif terkait

dengan penilaian kinerja masa lalu sedangkan prospektif terkait dengan

kinerja dimasa yang dating. Sebagai peran prospektif, pengukuran

outcome digunakan untuk mengarahkan keputusan alokasi sumber daya

publik. Analisa retrospektif memberikan bukti terhadap praktik yang

baik (good management)

Estimasi Indikator Kierja dilakukan dengan menggunakan:

1) Kinerja tahun lalu. Hal ini merupakan perbandingan bagi unit untuk

dapat melihat seberappa besar kinerja yang telah dilakukan. Alasan lain

adalah terdapatnya time lag antara aktivitas yang telah dilakukan

dengan dampak yang tibul dari aktivitas tersebut. Ini terjadi larena

Page 22: Tugas Kelompok ASP Edit

dampak yang dihasilkan dalam tahun ini baru akan dirasakan di tahun-

tahun mendatang.

2) Expert Judgment. Digunakan untuk melakukan estimasi kinerja, karena

kinerja tahun lalu akan sangant mempengaruhi terhadap kinerja

beriikutnya. Teknik ini menggunakan pengetahuan dan pengalaman

dalam mengestimasi indikator kinerja. Selain penggunaannya sederhana

dan murah, tetapi kelemahan dar teknik ini adalah karena adanya

pandangan subjektifitas para pengambil keputusan. Disamping itu

dampak adanya pencapaian tujuan kinerja tidak secara otoomatis data

dikatakan bahwa unit tersebut mengalami peningkatan kinerja.

3) Trend. Trend digunakan karena adanya pengauh waktu dalam

pencapaian kinerja unit kerja. Y= a + bt.

4) Regresi. Regresi menggunakan rumus

Y = a + b1x1 + b2x2 + e. hal ini dilakukan untuk menentukan seberapa

besar pengaruh variable independen mampu mempengaruhi varibel

dependen (kinerja unit).

Page 23: Tugas Kelompok ASP Edit

BAB III

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran

bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan

dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan

termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.

Dalam pencapaian akuntabilitas kinerja dan penilaian kinerja

pemerintahan daerah maka penyusunan anggaran kinerja sangat diperlukan

dalam penyusunan APBD. Penyusunan anggaran berbasis kinerja akan

memberikan penetapan ukuran atau indikator keberhasilan dalam

pencapaian sasaran dan tujuan dari suatu organisasi pemerintahan daerah

sesuai visi, misi dan tujuannya yang telah ditetapkan. Mekanisme

penganggaran yang baik melalui siklus perencanaan anggaran dan

penyesuaiannya terhadap struktur APBD merupakan proses yang harus

diperhatikan dalam penyusunan anggaran serta diperlukan kerjasama yang

baik antara para legislatif dan birokrasi.

Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja mengutamakan

pada pencapaian hasil (outcome/output) dengan tidak menyampingkan

prinsip-prinsip anggaran yakni transparansi dan akuntabilitas anggaran,

disiplin anggaran, keadilan anggaran, efisiensi dan efektifitas anggaran.

Penggunaan Analisa Standar Belanja (ASB) oleh pemerintah daerah akan

meminimalkan penyerapan APBD dan mendorong penetapan biaya dan

pengalokasian anggaran kepada setiap unit kerja menjadi lebih logis dan

pencapaian efisiensi secara terus-menerus karena adanya perbandingan

biaya per unit output juga diperoleh praktik-praktik terbaik dalam desain

aktivitas. Untuk menghasilkan penyelenggaraan anggaran daerah yang

efektif dan efisien, tahap persiapan atau perencanaan anggaran merupakan

salah satu faktor penting dan menentukan dan keseluruhan siklus anggaran

daerah.

Page 24: Tugas Kelompok ASP Edit

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2006, Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan

Daerah di Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Halim, Abdul dkk. 2007, Pengelolaan Keuangan Daerah, Penerbit Sekolah

Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.

Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas, Hertianti, 2010. Akuntansi Sektor

Publik. Salemba Empat, Jakarta.

Mardiasmo, Prof. 2009, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi,

Yogyakarta.

Internet dengan alamat :

http:// Indraachnadi.blogspot.com/2013/penyusuanan anggaran berbasis

kinerja.html

(diakses 18 Januari 2015)