asma

17
MANIFESTASI KLINIS Keluhan utama pasien asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase inspirasi yang lebih pendek, dan diikuti bunyi mengi (wheezing) terutama waktu ekspirasi, batuk yang disertai serangan sesak napas yang kumat-kumatan. Pada beberapa pasien asma keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak napas pasien timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih berat. Hal ini sering terjadi terutama pada pasien dengan rhinitis alergika atau radang saluran napas bagian atas (Mansjoer, 2007). Suara mengi ini sering kali dapat didengar dengan jelas tanpa menggunakan stetoskop. Keadaan ini tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar-masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernapasan, mengi (wheezing) akan terdengar lemah atau tidak terdengar sama sekali. Sedang batuk hampir selalu ada, bahkan sering kali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak akan memberikan keluhan sesak napas yang lebih berat, apalagi pasien mengalami dehidrasi (Mansjoer, 2007). Dalam keadaan sesak napas hebat, pasien lebih menyukai posisi duduk membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Tanda lain yang menyertai

Upload: m-maulana-shofri

Post on 09-Apr-2016

28 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

asma

TRANSCRIPT

Page 1: asma

MANIFESTASI KLINIS

Keluhan utama pasien asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase

inspirasi yang lebih pendek, dan diikuti bunyi mengi (wheezing) terutama waktu

ekspirasi, batuk yang disertai serangan sesak napas yang kumat-kumatan. Pada

beberapa pasien asma keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak

napas pasien timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-

tiba menjadi lebih berat. Hal ini sering terjadi terutama pada pasien dengan

rhinitis alergika atau radang saluran napas bagian atas (Mansjoer, 2007).

Suara mengi ini sering kali dapat didengar dengan jelas tanpa

menggunakan stetoskop. Keadaan ini tergantung cepat atau lambatnya aliran

udara yang keluar-masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot

pernapasan, mengi (wheezing) akan terdengar lemah atau tidak terdengar sama

sekali. Sedang batuk hampir selalu ada, bahkan sering kali diikuti dengan dahak

putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak akan memberikan keluhan sesak

napas yang lebih berat, apalagi pasien mengalami dehidrasi (Mansjoer, 2007).

Dalam keadaan sesak napas hebat, pasien lebih menyukai posisi duduk

membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Tanda lain

yang menyertai sesak napas berat ialah pergerakan cuping hidung yang sesuai

dengan irama pernapasan, otot bantu pernapasan ikut aktif, dan pasien tampak

gelisah. Frekuensi pernapasan terlihat meningkat (takipneu), selain karena sesak

napas mungkin pula karena rasa takut. Pada fase permulaan sesak napas akan

diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik.

Selanjutnya hipoventilasi akan menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta

meningkatkan PaCO2 darah sehingga memperberat keluhan sesak napas. Selain itu

terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi sampai 110-130 kali/menit, karena

peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah. Bila tanda-tanda hipoksemia

tetap ada (PaO2 <60 mmHg) diikuti dengan hiperkapnia (PaCO2 >45 mmHg),

asidosis respiratorik, sianosis, gelisah, kesadaran menurun, papil edema, dan

pulsus paradoksus, berarti asma makin memberat (Mansjoer, 2007).

Pada perkusi dada, suara napas normal sampai hipersonor. Pada asma

ringan letak diafragma masih normal, dan menjadi datar serta rendah pada asma

Page 2: asma

berat. Suara vesikuler meningkat, disertai ekspirasi memanjang. Kalau ada sekret,

terdengar ronki kasar waktu inspirasi dan tumpang tindih dengan wheezing waktu

inspirasi. Suara napas tambahan yang bersifat lokal, mungkin menunjukkan ada

bronkiekstasis atau pneumonia dan kadang-kadang karena atelektasis ringan

(Mansjoer, 2007).

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang (GINA, 2011; PDPI, 2004).

Anamnesis

Diagnosis asma ditegakkan bila dapat dibuktikan adanya obstruksi jalan

nafas yang reversibel. Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat penyakit/gejala :

- bersifat episodik, reversibel dengan atau tanpa pengobatan.

- gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa berat di dada, dan berdahak.

- gejala timbul/memburuk di malam hari.

- respons terhadap pemberian bronkodilator.

Selain itu melalui anamnesis dapat ditanyakan mengenai riwayat keluarga

(atopi), riwayat alergi/atopi, penyakit lain yang memberatkan, perkembangan

penyakit dan pengobatan (GINA, 2011; PDPI, 2004).

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum tampak sesak nafas, gelisah, dan takikardi. Biasanya

pasien lebih nyaman dalam posisi duduk. Pada inspeksi, dinding thorak tampak

mengembang, diafragma terdorong ke bawah. Pada auskultasi terdengar wheezing

(mengi) dan ekspirasi memanjang (PDPI, 2004).

Pada serangan asma berat, pasien tampak sianosis dengan nadi > 120

X/menit, “Silent Chest” (suara mengi melemah). Sedangkan gambaran klinis

status asmatikus adalah pasien tampak sakit berat, sianosis, sesak nafas, bicara

terputus-putus, banyak berkeringat. Bila kulit kering menunjukkan kegawatan,

sebab pasien sudah jatuh dalam dehidrasi berat. Pada keadaan awal kesadaran

pasien mungkin masih cukup baik, tetapi lambat laun dapat memburuk yang

diawali dengan rasa cemas, gelisah kemudian jatuh ke dalam koma (PDPI, 2004).

Page 3: asma

Pemeriksaan Penunjang

Pengukuran faal paru dilakukan untuk menilai obstruksi jalan nafas,

reversibiliti kelainan faal paru, dan variabiliti faal paru sebagai penilaian tidak

langsung hiper-responsif jalan nafas. Pemeriksaan faal paru yang standar adalah

pemeriksaan spirometri dan peak expiratory flow meter (arus puncak ekspirasi)

(PDPI, 2004).

Pada pemeriksaan spirometri pengukuran volume ekspirasi paksa detik

pertama (VEP1) dan kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver

ekspirasi paksa melalui prosedur yang standar. Obstruksi jalan napas diketahui

dari nilai rasio VEP1/KVP <75% atau VEP1 <80%. Selain itu, dapat dilakukan uji

provokasi bronkus. Jika terdapat reversibiliti, yaitu perbaikan VEP1 ≥15% secara

spontan atau setelah uji bronkodilator maka dapat membantu penegakan diagnosis

asma. Pemeriksaan lain yang berperan untuk diagnosis asma adalah pengukuran

status alergi. Komponen alergi pada asma dapat diidentifikasi melalui

pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE spesifik serum, namun cara ini tidak

terlalu bernilai dalam mendiagnosis asma, hanya membantu dalam

mengidentifikasi faktor pencetus (Gina, 2011; PDPI, 2004).

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding asma antara lain sebagai berikut :

Dewasa

Penyakit Paru Obstruksi Kronik

Bronkitis kronik

Gagal Jantung Kongestif

Batuk kronik akibat lain- lain

Disfungsi laring

Obstruksi mekanis (misal tumor)

Emboli paru

Anak

Benda asing pada saluran napas

Laringotrakeomalasia

Page 4: asma

Pembesaran kelenjar limfe

Tumor

Stenosis trakea

Bronkhiolitis

((Mansjoer, 2007; PDPI, 2004)

KLASIFIKASI ASMA (PDPI, 2004)

Klasifikasi Derajat Berat Asma Berdasarkan Gambaran Klinis

(Sebelum Pengobatan)

Derajat

asma

Gejala Gejala malam Faal paru

I. Intermiten Bulanan APE ≥ 80%

Gejala < 1x/minggu

Tanpa gejala diluar serangan

Serangan singkat

≤ 2x/bulan VEP1 ≥ 80% nilai prediksi

APE ≥ 80% nilai terbaik

Variabilitas APE < 20%

II. Persisten

Ringan Mingguan APE ≥ 80%

Gejala > 1x/minggu, tapi <

1x/hari

Serangan dapat mengganggu

aktivitas dan tidur

Membutuhkan bronkodilator

setiap hari

> 2x/bulan VEP1 ≥ 80% nilai prediksi

APE ≥ 80% nilai terbaik

Variabilitas APE 20-30%

III.

Persisten

Sedang

Harian APE 60-80%

Page 5: asma

Gejala setiap hari

Serangan menggangu

aktivitas dan tidur

Membutuhkan bronkodilator

setiap hari

>1x/minggu VEP1 60-80% nilai

prediksi

APE 60-80% nilai terbaik

Variabilitas APE > 30%

IV.

Persisten

Berat

Kontinyu APE ≤ 60%

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Aktivitas fisik terbatas

Sering VEP1 ≤ 60% nilai prediksi

APE≤ 60% nilai terbaik

Variabilitas APE > 30%

Klasifikasi Derajat Asma pada Pasien dalam Pengobatan

Tahapan pengobatan yang digunakan saat penilaian

Gejala dan faal paru dalam pengobatan

Tahap 1

Intermiten

Tahap 2

Pesisten ringan

Tahap 3

Persisten

sedang

Tahap I: Intermiten

Gejala < 1x/mggu

Serangan singkat

Gejala malam < 2x/bln

Faal paru normal diluar serangan

Intermiten Persisten ringan Persisten

sedang

Tahap II: Persisten Ringan

Gejala >1x/mggu, tapi <1x/hari

Gejala malam >2x/bln, tapi <1x/mggu

Faal paru normal diluar serangan

Persisten ringan Persisten

sedang

Persisten

berat

Tahap III: Persisten Sedang

Gejala setiap hari

Serangan mempengaruhi tidur dan

aktivitas

Persisten

sedang

Persisten berat Persisten

berat

Page 6: asma

Gejala malam >1x/mggu

60%<VEP1<80% nilai prediksi

60%<APE<80% nilai terbaik

Tahap III: Persisten Berat

Gejala terus menerus

Serangan sering

Gejala malam sering

VEP1≤60% nilai prediksi, atau

APE≤60% nilai terbaik

Persisten berat Persisten berat Persisten

berat

Klasifikasi Berat Serangan Asma Akut

Gejala dan

Tanda

Berat Serangan Akut Keadaan

Mengancam

Jiwa

Ringan Sedang Berat

Sesak nafas Berjalan Berbicara Istirahat

Posisi Dapat tidur terlentang Duduk Duduk

membungkuk

Cara

berbicara

Satu kalimat Beberapa kata Kata demi kata

Kesadaran Mungkin gelisah Gelisah Gelisah Mengantuk,

gelisah,

kesadaran

menurun

Frekuensi

nafas

< 20/menit 20-30/menit > 30 menit

Nadi < 100 100-120 > 120 Bradikardia

Pulsus

paradoksus

-

10 mmHg

±

10-20 mmHg

+

> 25 mmHg

-

kelelahan

otot

Otot bantu

nafas dan

- + + Torakoabdo

minal

Page 7: asma

retraksi

suprasternal

paradoksal

Mengi Akhir ekspirasi paksa Akhir ekspirasi Inspirasi dan

ekspirasi

Silent chest

APE > 80% 60-80% < 60%

PaO2 > 80 mmHg 80-60 mmHg < 60 mmHg

PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg

SaO2 > 95% 91-95% < 90%

PENATALAKSANAAN ASMA

Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma

terkontrol. Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan.

Beberapa penatalaksanaan asma antara lain:

1. Edukasi

2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala

3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus

4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang

5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut

6. Kontrol secara teratur

7. Pola hidup sehat (GINA, 2011; PDPI, 2004)

Medikasi asma (Obat-obatan)

A. Pengontrol (Controllers)

Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol

asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan

asma terkontrol pada asma persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang

termasuk obat pengontrol adalah:

Glukokortikosteroid inhalasi

Glukokortikosteroid sistemik

Kromolin (sodium kromoglikat dan nedokromil sodium)

Metilsantin

Agonis β2 kerja lama

Page 8: asma

Leukotriene modifiers (GINA, 2011; PDPI, 2004)

B. Pelega (Reliever)

Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos,

memperbaiki dan atau menghambat bronkokonstriksi yang berkaitan dengan

gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki

inflamasi jalan napas atau menurunkan hiperesponsif jalan napas. Termasuk

pelega adalah:

Agonis β2 kerja singkat

Metilsantin

Antikolinergik

Adrenalin (GINA, 2011; PDPI, 2004)

Asma Terkontrol

1. Gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala malam

2. Tidak ada keterbatasan aktiviti termasuk exercise

3. Kebutuhan bronkodilator (agonis b2 kerja singkat) minimal (idealnya  tidak

diperlukan)

4. Variasi harian APE kurang dari 20%

5. Nilai APE normal atau mendekati normal

6. Efek samping obat minimal (tidak ada)

7. Tidak ada kunjungan ke unit darurat gawat

Pengobatan Sesuai Berat Asma

Semua tahapan : ditambahkan agonis β2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak > 3-

4x/hari

Berat Asma Medikasi Pengontrol

Harian

Alternatif/Pilihan Lain Alternatif Lain

Asma

Intermiten

Tidak perlu - -

Asma

Persisten

Ringan

Glukokortikosteroid

inhalasi (200-400ug

BD/hari atau

Teofilin lepas lambat

Kromolin

-

Page 9: asma

equivalennya) Leukotrien modifiers

Asma

Persisten

Sedang

Kombinasi inhalasi

glukokortikosteroid (400-

800ug BD/hari atau

equivalennya) dan agonis

β2 kerja lama

Kombinasi inhalasi

glukokortikosteroid

(400-800ug BD/hari atau

equivalennya) ditambah

teofilin lepas lambat,

atau

Kombinasi inhalasi

glukokortikosteroid

(400-800ug BD/hari atau

equivalennya) ditambah

agonis β2 kerja lama

oral, atau

Glukokortikosteroid

inhalasi dosis tinggi

(>800ug BD atau

equivalennya) atau

Glukokortikosteroid

inhalasi (400-800ug BD

atau equivalennya)

ditambah leukotriene

modifiers

Ditambah agonis

β2 kerja lama

oral, atau

Ditambahkan

teofilin lepas

lambat

Asma

Persisten

Berat

Kombinasi inhalasi

glukokortikosteroid

(>800ug BD/hari atau

equivalennya) dan agonis

β2 kerja lama, ditambah

≥1 dibawah ini:

- teofilin lepas lambat

- leukotriene modifiers

- glukokortikosteroid oral

Prednisolon/ metil

prednisolon oral selang

sehari 10 mg ditambah

agonis β2 kerja lama oral,

ditambah teofilin lepas

lambat

Page 10: asma

Semua tahapan : bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan,

kemudian diturunkan bertahap sampai mencapai terapi seminimal mungkin dengan kondisi

asma tetap terkontrol

Rencana Pengobatan Serangan Asma Berdasarkan Berat Serangan

dan Tempat Pengobatan

Serangan Pengobatan Tempat pengobatan

Ringan

Aktivitas relatif normal

Berbicara satu kalimat dalam 1

nafas

Nadi < 100

APE > 80%

Terbaik:

Inhalasi agonis β2

Alternatif:

Kombinasi oral agonis β2 dan

teofilin

Di rumah

Di praktek dokter/ klinik/

puskesmas

Sedang

Jalan jarak jauh timbulkan gelaja

Berbicara beberapa kata dalam 1

nafas

Nadi 100-120

APE 60-80%

Terbaik:

Nebulasi agonis β2 @ 4 jam

Alternatif:

- Agonis β2 subkutan

- Aminofilin iv

- Adrenalim 1/1000 0,3 mL sc

Oksigen bila mungkin

Kortikosteroid sistemik

Darurat gawat/RS

Klinik

Praktek dokter

Puskesmas

Berat

Sesak saat istirahat

Berbicara kata perkata dalam 1

nafas

Nadi > 120

APE < 60% atau 100 L/dtk

Terbaik:

Nebulasi agonis β2 @ 4 jam

Alternatif:

- Agonis β2 sc/iv

- Adrenalim 1/1000 0,3 mL sc

Aminofilin bolus dilanjutkan

drip

Darurat gawat/RS

Klinik

Page 11: asma

Oksigen

Kortikosteroid iv

Mengancam jiwa

Kesadaran berubah /menurun

Gelisah

Sianosis

Gagal nafas

Seperti serangan akut berat

Pertimbangkan intubasi dan

ventilasi mekanik

Darurat gawat/RS

ICU

DAFTAR PUSTAKA

1. GINA (2011). Pocket Guide for Asthma Management and Prevention.

http://benhviennhi.org.vn/upload/files/GINA%202014.pdf - Diakses Juni

2015.

2. Mansjoer A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 FKUI.

Jakarta: Media Aesculapius.

3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2004). Asma: Pedoman diagnosis

dan penatalaksanaan di indonesia. Jakarta: PDPI