asma

20
Asma DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL Ketidakefekti fan bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkhokonstr iksi, bronkhospasme , edema mukosa dan dinding bronkhus, serta sekresi mukus yang kental Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan bersihan jalan napas kembali efektif Kriteria hasil : Dapat mendemonstr asikan batuk efektif Dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi Tidak ada suara napas tambahan dan wheezing (-) Pernapasan klien normal (16- 20x/m) tanpa ada penggunaan otot bantu 1. Kaji warna dan kekentalan sputum 2. Atur posisi semi fowler 3. Ajarkan cara batuk efektif 4. Bantu klien napas dalam 5. Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan 6. Kolaborasi dengan melakukan fisioterapi dada dengan tehnik postural drainase, perkusi dan fibrasi dada. 7. Kolaborasi pemberian obat : Bronkodilator golongan B2 Nebuler (via inhalasi) dengan golongan terbutaline 0.25 mg, fenoterol HBr 1. karateristik sputum dapatmenunjuk kan berat ringannya obstruksi. 2. Meningkatkan ekspansi dada 3. Batuk yang terkontrol dan efektif dapat memudahkan pengeluaran sekret yang melekat pada jalan napas. 4. Ventilasi maksimal membuka lumen jalan napas dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan. 5. Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan sekret dan mengefektifka n pembersihan

Upload: indah-keyens

Post on 10-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

knknknk

TRANSCRIPT

AsmaDIAGNOSATUJUANINTERVENSIRASIONAL

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkhokonstriksi, bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkhus, serta sekresi mukus yang kentalDalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan bersihan jalan napas kembali efektif

Kriteria hasil :

Dapat mendemonstrasikan batuk efektif

Dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi

Tidak ada suara napas tambahan dan wheezing (-)

Pernapasan klien normal (16-20x/m) tanpa ada penggunaan otot bantu napas.1. Kaji warna dan kekentalan sputum

2. Atur posisi semi fowler

3. Ajarkan cara batuk efektif

4. Bantu klien napas dalam

5. Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan

6. Kolaborasi dengan melakukan fisioterapi dada dengan tehnik postural drainase, perkusi dan fibrasi dada.

7. Kolaborasi pemberian obat :

Bronkodilator golongan B2

Nebuler (via inhalasi) dengan golongan terbutaline 0.25 mg, fenoterol HBr 0.1% solution, orciprenaline sulfur 0.75 mg.

Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine (Aminofilin) bolus IV 5-6 mg/kgBB.

Agen mukolitik dan ekspektoran

kortikosteroid1. karateristik sputum dapatmenunjukkan berat ringannya obstruksi.

2. Meningkatkan ekspansi dada

3. Batuk yang terkontrol dan efektif dapat memudahkan pengeluaran sekret yang melekat pada jalan napas.

4. Ventilasi maksimal membuka lumen jalan napas dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.

5. Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan sekret dan mengefektifkan pembersihan jalan napas.

6. Fisioterapi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret.

7.

Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkhus yang mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi

Pemberian secara intravena merupakan usaha pemeliharaaan agar dilatasi jalan napas dapat optimal.

Agen mukolitik menurunkan kekntalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan. Agen ekspektoran akan memudahkan sekret lepas dari perlengketan jalan napas.

Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan menurunkan reaksi inflamasi akibat edema mukosa dan dinding bronkhus.

Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan serangan asma menetapDalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi, pertukaran gas membaik

Kriteria hasil :

Frekuensi napas 16-20x/menit, nadi 70=90x/m, sianosis (-), dispnea (-).

GDA dalam batas normal1. Kaji kefektifan jalan napas

2. Kolaborasi untuk pemberian bronkodilator secara aerosol

3. Lakukan fisioterapi dada

4. Kolaborasi untuk pemantauan analisa gas arteri

5. Kolaborasi pemberian oksigen via nasal1. Bronkhospasme di deteksi ketika terdengar mengi saat di askultasi dengan stetoskop. Peningkatan pembentukan mukus sejalan dengan oenurunan aksi mukosiliaris menunjang penurunan lebih lanjut diameter bronkhi dan mengakibatkan penurunan aliran udra serta penurunan pertukaran gas, yang diperburuk oleh kehilangan daya elastisitas paru.

2. Terapi aerosol membantu mengencerkan sekresi sehingga dapat dibuang. Bronkhodilator yang dihirup sering ditambahkan ke dalam nebulizer untuk memberikan aksi bronkhodolator langsung pada jalan napas, dengan demikiam memperbaiki pertukaran gas. Tindakan inhalasi atau aerosol harus diberikan sebelum waktu makan untuk memperbaiki ventilasi paru dengan demikian mengurangi keletihan yang menyertai kativitas makan.

3. Setelah inhalasi bronkhodilator nebuliser, klien disarankan untuk meminum air putih untuk lebih mengencerkan sekresi. Kemudian membatukkan dengan ekpulsif atau postural drainase akan membantu dalam pengeluaran sekresi. Klien dibantu untuk melakukan hal ini dengan cara yang tidak membuatnya keletihan.

4. Sebagai bahan evaluasi setelah melakukan intervensi.

5. Oksigen diberikan ketika terjadi hipoksemia. Perawat harus memantau kemanjuran terapi oksigen dan memastikan bahwa klien patuh dalam menggunakan alat pemberi oksigen. Klien diinstruksikan tentang penggunaan oksigen yang tepat dan tentang bahay peningkatan laju aliran oksigen tanpa ada arahan yang eksplisit darp perawat.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhDalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan intake nutrisi klien terpenuhi

Kriteria hasil :

Klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula kurang menjadi adekuat.

Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya1. Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan diare.

2. Pantau intake output, timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu)

3. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan peroral.

4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis yang tepat

5. Fasilitasi pemberian diet berikan dalam porsi kecil tapi sering.

6. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium khususnya BUN, protein serum dan albumin.

7. Kolaborasi untuk pemberian multivitamin.1. Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan piihan intervensi yang tepat.

2. Berguna dalam mengukur kefektifan intake gizi dan dukungan cairan.

3. Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa sputum atau obat pada pengobatan sistem pernapasan yang dapat merangsang pusat muntah.

4. Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik klien.

5. Memaksimalkan intake nutrisi tanpa kelelahan dan energi besar serta menurunkan iritasi saluran cerna.

6. Menilai kemajuan terapi diet dan membantu perencanaan intervensi selanjutnya.

7. Multivitamin bertujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang tinggi sekunder dari rosres pemkeberhasilan peningkatan laju metabolisme umum.

Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian (kesulitan bernapas)Dalam waktu 1x24 jam klien mampu memahami dan menerima keadaanya sehingga tidak terjadi kecemasan.

Kriteria hasil :

Klien terlihat mampubernapas secara normal dan mapu beradaptasi dengan keadaannya.

Respon nobverbal klien tampak lebih rileks dan santai.1. Bantudalam mengidentifikasi sumber koping yang ada

2. Ajarkan tehnik relaksasi

3. Pertahankan hubungan saling percaya antara klien dengan perawat

4. Kaji faktor yang menimbulkan rasa cemas

5. Bantu klien mengenali dan mengakui rasa cemasnya1. Pemanfaatan sumber koping yang ada secara konstruktif sangat bermanfaat dalam menagatasi stres.

2. Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan

3. Hubungan saling percaya membantu memperlancar proses teraupetik

4. Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi kecemasan.

5. Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah teridentifikasi dengan baik, maka perasaan yang nenganggu dapat diketahui.

Appendik

Nyeri abdomen berhubungan dengan obstruksi dan peradangan appendik.

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam tingkat kenyamanan klien meningkat dan nyeri terkontrol.

Kriteria hasil:

a. Klien melaporkan nyeri berkurang sampai hilang

b. Klien terlihat tenang dan mampu beristirahat

c. Tanda-tanda vital dalam batas normal

Rencana tindakan:

Tindakan/IntervensiRasional

Observasi tanda tanda vital, suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah. mengetahui keadaan umum pasien

Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (0 10), selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan cepatBerguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan. Perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya abses/peritonitis, memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi

Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowlerGravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang.

Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stresMeningkatkan istirahat

Ajarkan teknik nafas dalam bila rasa nyeri datangTeknik nafas dalam menurunkan konsumsi abdomen akan O2, menurunkan frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan ketegangan otot yang menghentikan siklus nyeri.

Kolaborasi dengan pemberian analgetik sesuai indikasi

Menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi lain, contoh ambulasi, batuk.

8.2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah pre operasi.

Tujuan:

Mempertahankan keseimbangan cairan

Kriteria Hasil:

a. Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan dengan kelembaban membran mukosa,

b. Turgor kulit baik,

c. Tanda vital stabil,

d. Secara individual haluaran urine adekuat.

Tindakan/IntervensiRasional

Awasi Tekanan Darah (TD) dan nadiTanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler

Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapilerIndikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

Awasi masukan dan haluan, catat warna urine/konsentrasi, berat jenisPenurunan haluan urine pekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan.

Auskultasi bising usus. Catat kelancaran flaktus, gerakan usus.Indikator kembalinya peristatik, kesiapan untuk pemasukan oral

Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan oral dimulai, dan dilanjutkan dengan diet sesuai toleransiMenurunkan iritasi gaster/muntah untuk menimimalkan kehilangan cairan

Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus pada perlindungan bibirMenghindari adanya dehidrasi yang dapat mengakibatkan bibir dan mulut kering dan pecah-pecah

Berikan cairan IV dan elektrolitPeritonium bereaksi terhadap iritasi/infeksi dengan menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia. Dehidrasi dan dapat terjadi ketidakseimbangan elektrolit.

Dispepsia

DAFTAR MASALAHNo.Diagnosa keperawatanTanggal munculTanggal teratasi

1.2.3.Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung ditandai dengan :DS : Klien mengatakan nyeri pada perut.DO : - Klien terlihat meringis- Skala nyeri 2 (nyeri sedang) - TTV : TD : 110/60 mmHg R : 24x/ menit Pols : 80x/ menit T : 36,5 CKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan :DS : Klien mengatakan mual, muntah dan tidak nafsu makanDO : - Klien tampak lemah - Klien muntah 2-3x- Klien hanya menghabiskan makanan porsi dari yang disediakan.Risiko ketidak seimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake cairan yang kurang ditandai dengan :DS : -DO : - Mukosa bibir kering- Klien tampak lemah- Muntah 2-3x- Cairan peroral hanya 2-3 gelas/ hari- Output cairannya 600 ltr7-08-20067-08-20067-08-2006-9-08-20069-08-2006

XI. INTERVENSI KEPERAWATANNo.Hari/tanggal/jamDiagnosa KeperawatanTujuanIntervensiRasional

1.2.3.Senin/4-7-2012Jam : 11.00 WiBSELASA/5-7-2012Jam : 11.00 WiBSenin/6-7-2012Jam : 11.00 WitaIIIIIISetelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam dengan kriteria evaluasi :- Klien tidak lagi mengeluh rasa nyeri.Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria evaluasi :-Keadaan umun tampak segar-Pola makan kembali normal.Tidak terjadi kekurangan cairan dan elektrolit dalam 3x24 jam perawatan dengan kriteria evaluasi :-TTV stabil.-Membran mukosa lembab.-Tidak muntah lagi.1.Kaji tingkat nyeri ;- Lokasi- Durasi- Penyeba- ran2.Monitor TTV.3.Atur posisi klien senyaman mungkin.4.Kolabo- rasi dengan dokter untuk pemberian obat anti nyeri.1.Beri penjelasan tentang pentingnya makan.2.Monitor intake dan output nutrisi.3.Ciptakan lingkungan yang bersih4.Kolaborasi dengan ahli gizi.1.Kaji TTv.2.Monitor intake dan output cairan.3.Anjurkan klien untuk banyak minum.4.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti muntah dan infus.1.Untuk mengetahui tingkat nyeri.2.Mengetahui keadaan klien.3.Diharap- kan klien dapat memfokuskan pemikir-an.4.Dengan pemberian obat diharap- kan rasa nyeri hilang.1.Mening katkan pengetahuan klien tentang pentingnya makan.2.Mengetehui status nutrisi.3.Merang- sang nafsu makan.4.Perawa- tan yang lebih konprehensif terhadap klien.1.Mengetahui keadaan umum klien.2.Mengetahui status cairan.3.Untuk memenuhi cairan tubuh.4.Mencegah terjadinya muntah.