asma attack

18
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA A. LAPORAN PENDAHULUAN 1. Pengertian Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti sel mast, eosinofil, dan limfosit-T terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001). Pendapat serupa juga menyatakan bahwa asma merupakan reaksi hiperresponsif saluran napas yang berbeda- beda derajatnya dan menimbulkan fluktuasi spontan terhadap obstruksi jalan napas (Lewis et al., 2000). Faktor Pencetus Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma yaitu Pemicu Asma (Trigger) dan Penyebab Asma (Inducer). Sedangkan Lewis et al (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah: Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi. Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan anggur yang mengandung sodium

Upload: m-syaiful-islam

Post on 25-Sep-2015

24 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

fghsfghhg

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANASMA

A. LAPORAN PENDAHULUAN1. PengertianAsma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti sel mast, eosinofil, dan limfosit-T terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001). Pendapat serupa juga menyatakan bahwa asma merupakan reaksi hiperresponsif saluran napas yang berbeda-beda derajatnya dan menimbulkan fluktuasi spontan terhadap obstruksi jalan napas (Lewis et al., 2000). Faktor PencetusMenurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma yaitu Pemicu Asma (Trigger) dan Penyebab Asma (Inducer). Sedangkan Lewis et al (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah: Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi. Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin). Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma. Olahraga Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi beberapa saat setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan. Infeksi bakteri pada saluran napas Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial. Stres Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. Gangguan pada sinus Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan inflamasi membran mukus.2. Manifestasi KlinikMenurut Jones dan Barlett (2001) ada beberapa gejala serangan asma, yaitu: Batuk. Batuk adalah respon tubuh terhadap iritasi pada saluran napas. Pada penderita asma akan membatukkan lender untuk melonggarkan jalan napas. Batuk akan meningkat jika berbaring. Mengi. Bunyi ini disebabkan oleh menyempitnya jalan napas daan terdengar pada saat menghirup dan menghembuskan napas. Sesak dada dan napas pendek. Ini terutama terjadi pada latihan yang keras. Selama serangan yang parah, cuping hidung mengembang dan otot bantu pernapasan digunakan. Peningkatan denyut nadi dan kecepatan pernapasan Kulit pucat Keletihan Gelisah

3. KlasifikasiAsma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang. Semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan (Depkes RI, 2007). Pengklasifikasian asma dapat dilakukan dengan pengkajian terhadap gejala dan kemampuan fungsi paru. Semakin sering gejala yang dialami, maka semakin parah asma tersebut. Begitu juga dengan kemampuan fungsi paru yang diukur dengan Peak Flow Meters untuk mengetahui Peak Expiratory Flow (PEF) dan Spyrometers untuk mengukur Force Expiratory Volume dalam satu detik (FEV1) disertai dengan Force Vital Capacity (FVC). Semakin rendah kemampuan fungsi paru, maka semakin parah asma tersebut (GINA, 2004). Menurut Somantri (2008), berdasarkan etiologinya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:1. Ekstrinsik (alergik) Tipe asma ini merupakan jenis asma yang ditandai dengan reaksi alergi oleh karena faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan asma. Gejala asma umumnya dimulai saat kanak-kanak.

2. Intrinsik (idiopatik atau non alergik) Tipe asma ini merupakan jenis asma yang ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernapasan, emosi dan aktivitas. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronik dan emfisema. Pada beberapa pasien, asma jenis ini dapat berkembang menjadi asma gabungan.

3. Asma gabungan Jenis asma ini merupakan bentuk asma yang paling umum dan sering ditemukan. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergi maupun bentuk idiopatik atau nonalergik.

4. PatofisiologiTiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

5. PathwayKelemahann Kekurangan O2 dalam tubuhMK : gangguan pertukaran gas

Intoleransi aktifitas

6. Komplikasi1. Pneumotoraks2. Pneumonediatinum3. Gagal napas4. Bronkitis5. Chronic persisten bronhitis6. Pneumonia7. Emphysema8. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu yang lebih berat, yang disebut status asmatikus, kondisi ini mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002).

7. Pemeriksaan Diagnostik SpirometriUntuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. Tes provokasi : Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus. Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri. Tes provokasi bronkial seperti : Tes provokasi histamine Metakolin Alergen Kegiatan jasmani Hiperventilasi dengan udara dingin Inhalasi dengan aqua destilata. Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah. Pemeriksaan sputum.

8. Penatalaksanaan1. Penatalaksanaan serangan asma akut : Faktor pencetus sedapat mungkin dihilangkan. Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral. Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20 menit sampai 3 kali. Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini(per oral):a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme : Efedrin : 0,5 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jamEfeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat.b. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan meningkatkan bersihan jalan nafas. Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit. Efek samping tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering.c. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison : 0,5 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat)

B. ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian Identitas Klien Riwayat kesehatan masa lalu : Riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin Riwayat kesehatan sekarang :Keluhan sesak napas, keringat dingin. Status mental : Lemas, takut, gelisah Pernapasan : Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan. Gastro intestinal :adanya mual, muntah. Pola aktivitas :Kelemahan tubuh, cepat lelah Pemeriksaan Fisik Dada Contour, Confek, tidak ada defresi sternum Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal Keabnormalan struktur Thorax Contour dada simetris Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata RR dan ritme selama satu menit. Palpasi Temperatur kulit Premitus : fibrasi dada Pengembangan dada Krepitasi Massa Edema Auskultasi Vesikuler Broncho vesikuler Hyper ventilasi Rochi Wheezing Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya. Pemeriksaan Penunjang Spirometri Tes provokasi Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah. Pemeriksaan sputum.

2. Diagnosaa) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan akumulasi mukus.b) Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat kekurangan energi oksigend) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan makanane) Kurang pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus asma.

3. Intervensi Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan akumulasi mukus.Tujuan :Dalam asuhan keperawatan 1 x 24 jam, Jalan nafas kembali efektifKriteria Hasil : Sesak berkurang Batuk berkurang Klien dapat mengeluarkan sputum Wheezing berkurang/hilang Vital dalam batas normal Keadaan umum baik.Intervensi : Observasi system pernafasan klienRasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat). Berikan Air HangatRasional : penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Beritahu tentang batuk efektifRasional : Batuk efektif akan sangat membantu dalam mengurangi akumulasi mukus Kolaborasi obat sesuai indikasiRasional : Membebaskan spasme jalan nafas akan sangat membantu keefektifan bersihan jalan nafas klien.

Pola nafas Tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.Tujuan : Dalam asuhan keperawatan 1 x 24 jam, pola nafas klien kembali efektifKriteria Hasil : Pola nafas efektif dengan perbandingan inspirasi dan ekspirasi 1 : 2 Bunyi nafas normal atau bersih TTV dalam batas normal Batuk berkurang Ekspansi paru mengembang.Intervensi : Observasi frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru optimal dan memudahkan dalam pernafasan. Beritahu tentang batuk efektifRasional : Batuk efektif akan sangat membantu dalam mengurangi akumulasi mukus Kolaborasikan pemberian humidifikasiRasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat kekurangan energi oksigenTujuan :Dalam asuhan keperawatan 1 x 24 jam, klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Kriteria Hasil : KU klien baik Badan tidak lemas Klien dapat beraktivitas secara mandiri Kekuatan otot terasa pada skala sedangIntervensi : Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.Rasional : menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.Rasional : posisi yang nyaman dalam beristrirahat mampu meningkatkan kualitas istirahat yang dijalani pasien Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. Kolaborasikan tentang pemberian krukRasional : pemberian kruk akan membantu keseimbangan pasien yang mengalami kelemahan fisik dalam beraktifitas

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan makananTujuan :Dalam asuhan keperawatan 3 x 24 jam, klien kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi. Kriteria Hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Tidk ada tanda tanda malnutrisi Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan Tidak terjadi penurunan berat badan yang berartiIntervensi : Monitor adanya penurunan berat badanRasional : menilai kekurangan pemasukan nutrisi Monitor interaksi anak atau orangtua selama makanRasional : membantu anak untuk tetap makan Monitor mual dan muntahRasional : mengetahui ketidak adekuatan input nutrisi Monitor makanan kesukaanRasional : membantu meningkatkan nafsu makan Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisiRasional : agar mengetahui pentingnya nutrisi Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.Rasional : memberikan nutrisi yang tepat bagi kondisi klien

Kurang pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus asma. Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, pengetahuan keluarga tentang penyakit anaknya meningkat:Kriteria Hasil : Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnyaIntervensi : Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifikRasional Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.Rasional Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepatRasional Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepatRasional Hindari harapan yang kosongRasional Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakitRasional Diskusikan pilihan terapi atau penangananRasional

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8, Jakarta : EGC.Lewis , Heitkemper, Dirksen. (2000). Medical Surgical Nursing fifth edition, St Louis Missouri : Mosby.Jones and Barlett. (2001). Pertolongan Pertama Dan RJP Pada Anak Ed. 4. Jakarta: ArcanBrashers, Valentina L. (2008). Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan & Manajemen Edisi 2. Jakarta: EGCMuttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba MedikaDoegoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC