asli_ssj

57
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindrom Stevens-Johnson, biasanya disingkatkan sebagai SJS, adalah reaksi buruk yang sangat gawat terhadap obat. Efek samping obat ini mempengaruhi kulit, terutama selaput mukosa. Prediksi : mulut, mata, kulit, ginjal, dan anus. Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun, kebawah kemudian umurnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita dapat soporous sampai koma, mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodiomal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. Sindrom Steven Johnson ditemukan oleh dua dokter anak Amerika. A. M. Steven dan S.C Johnson, 1992 Sindrom Steven Johnson yang bisa disingkat SSJ merupakan reaksi alergi yang hebat terhadap obat-obatan. Angka kejadian Sindrom Steven Johnson sebenarnya tidak tinggi hanya sekitar 1-14 per 1 juta penduduk. Sindrom Steven Johnson dapat timbul sebagai gatal-gatal hebat pada mulanya, diikuti dengan bengkak dan kemerahan pada kulit. Setelah beberapa waktu, bila obat yang menyebabkan tidak dihentikan, serta dapat timbul demam, sariawan pada mulut, mata, anus, dan kemaluan serta dapat terjadi luka-luka seperti keropeng pada kulit. Namun pada keadaan-keadaan kelainan sistem imun seperti HIV dan AIDS angka kejadiannya dapat meningkat secara tajam. Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus Sindrom Steven Johnson karena Sindrom Steven Johnson sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Sindrom tidak menyerang anak dibawah 3 tahun, dan penyebab Sindrom Steven Johnson sendiri sangat bervariasi ada yang dari obat-obatan dan dari alergi yang hebat, dan ciri-ciri penyakit Steven Johnson sendiri gatal-gatal pada kulit dan badan kemerah- merahan dan Sindrom ini bervariasi ada yang berat dan ada yang ringan. ( Support, Edisi November 2008 ) 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Steven Johnson? 2. Apa etiologi dari Steven Johnson? 3. Apa tanda dan gejala Steven Johnson?

Upload: share-keperawatan

Post on 10-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

nurse

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1.Latar BelakangSindrom Stevens-Johnson, biasanya disingkatkan sebagai SJS, adalah reaksi buruk yang sangat gawat terhadap obat. Efek samping obat ini mempengaruhi kulit, terutama selaput mukosa.Prediksi : mulut, mata, kulit, ginjal, dan anus.Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun, kebawah kemudian umurnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita dapat soporous sampai koma, mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodiomal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.Sindrom Steven Johnson ditemukan oleh dua dokter anak Amerika. A. M. Steven dan S.C Johnson, 1992 Sindrom Steven Johnson yang bisa disingkat SSJ merupakan reaksi alergi yang hebat terhadap obat-obatan.Angka kejadian Sindrom Steven Johnson sebenarnya tidak tinggi hanya sekitar 1-14 per 1 juta penduduk. Sindrom Steven Johnson dapat timbul sebagai gatal-gatal hebat pada mulanya, diikuti dengan bengkak dan kemerahan pada kulit. Setelah beberapa waktu, bila obat yang menyebabkan tidak dihentikan, serta dapat timbul demam, sariawan pada mulut, mata, anus, dan kemaluan serta dapat terjadi luka-luka seperti keropeng pada kulit. Namun pada keadaan-keadaan kelainan sistem imun seperti HIV dan AIDS angka kejadiannya dapat meningkat secara tajam.Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus Sindrom Steven Johnson karena Sindrom Steven Johnson sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Sindrom tidak menyerang anak dibawah 3 tahun, dan penyebab Sindrom Steven Johnson sendiri sangat bervariasi ada yang dari obat-obatan dan dari alergi yang hebat, dan ciri-ciri penyakit Steven Johnson sendiri gatal-gatal pada kulit dan badan kemerah-merahan dan Sindrom ini bervariasi ada yang berat dan ada yang ringan.( Support, Edisi November 2008 )

1.2.Rumusan Masalah1.Apa pengertian Steven Johnson?2.Apa etiologi dari Steven Johnson?3.Apa tanda dan gejala Steven Johnson?4.Apa faktor predisposisi Steven Johnson?5.Bagaimana patofisiologi dari Steven Johnson?6.Apa komplikasi dari Steven Johnson?7.Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson?8.Bagaimana penatalaksanaan untuk sindromSteven Johnson?9.Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit Steven Johnson?

1.3.Tujuan1.Mengetahui pengertian Steven Johnson?2.Mengetahui etiologi dari Steven Johnson?3.Mengetahui faktor predisposisi Steven Johnson?4.Mengetahui tanda dan gejala Steven Johnson?5.Mengetahui patofisiologi dari Steven Johnson?6.Mengetahui komplikasi dari Steven Johnson?7.Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson?8.Mengetahui penatalaksanaan untuk SyndromSteven Johnson?9.Mengetahui asuhan keperawatan pada Syndrom Steven Johnson?

1.4.ManfaatAdapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi pembaca tentang Syndrom Steven Johnson.

BAB IILANDASAN TEORITIS MEDIS2.1 Pengertian1. Steven Johnson Adalah sindroma yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura( Mochtar Hamzah, 2005 : 147 )2. Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk.( Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 136 )3. Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata dengan keadaan umum berfariasi dari ringan sampai berat kelainan pada kulit berupa eritema vesikel / bula, dapat disertai purpura( Djuanda, Adhi, 2000 : 147 )4. Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari erupsi kulit, kelainan dimukosa dan konjungtifitis ( Junadi, 1982: 480 )5. Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk ( Mansjoer, A. 2000: 136 )6. Adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel atau bula disertai purpura, kelainan dimukosa dan konjung2.2 EtiologiEtiologi pasti Sindrom Stevens Johnson (SSJ) belum diketahui. Salah satu penyebabnya ialah alergi obat sistemik, diantaranya penisilin dan semisintetiknya, streptomisin, sulfonamide, tetrasiklin, antipiretik/analgetik (misalnya : derivate salisil/pirazolon, metamizol, metampiron, dan parasetamol), klorpromazin, karbamazepin, kinin, antipirin, dan jamu. Selain itu dapat juga disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit), neoplasma, psca vaksinasi, radiasi, dan makanan.

Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa factor yang dapat dianggap sebagai penyebab adalah:a) Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin, analgetik, anti piretik ) Penisilline Sthreptomicine Sulfonamide Tetrasiklinb)Anti piretik atau analgesic ( derifat, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron dan paracetamol ) Kloepromazin Karbamazepin Kirin Antipirin Tegretol c) Infeksi mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur dan parasit )d) Neoplasma dan factor endokrine) Factor fisik ( sinar matahari, radiasi, sinar-X, penyakit polagen, keganasan, kehamilan)f) Makanan (coklat)

2.3 KlasifikasiKulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat1. Lapisan Kulita. EpidermisEpidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler..Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) : Stratum Korneum,Stratum Lusidum,Stratum Granulosum,Stratum Spinosum,Stratum Basale (Stratum Germinativum),Fungsi Epidermis :Proteksi barier,Organisasi sel, Sintesis vitamin D dan sitokin, Pembelahan dan mobilisasi sel, Pigmentasi (melanosit), Pengenalan alergen (sel Langerhans),b. DermisDermis Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Fungsi Dermis : Struktur penunjang, Mechanical strength, Suplai nutrisi, Menahan shearing forces dan respon inflamasi.c. SubcutisSubkutan Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.Fungsi Subkutis / hipodermis : Melekat ke struktur dasar, Isolasi panas, Cadangan kalori, Kontrol bentuk tubuh, Mechanical shock absorber.3. Fisiologi kulitKulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.4. Fungsi ImunTerdapat dua macam tipe imunitas yaitu :a. Imunitas alami (natural)Imunitas alami akan memberikan respons nonspesipik terhadap setiap penterang asing tanpa memperhatikan komposisi penyerang tersebut. Dasar dari mekanisme pertahanan alami berupa kemampuan untuk membeda kan antara diri sendiri dan bukan diri sendiri. Sawar fisik mencakup kulit serta membrane mukosa yang utuh sehingga mikroorganisme pathogen dapat dicegah agar tidak masuk ke dalam tubuh, dan silia pada traktus respiratorius bersama respons batuk serta bersin yang bekerja sebagai filter dan membersihkan saluran nafas atas dari mikroorganisme pathogen sebelum mikroorganisme tersebut dapat menginvasi tubuh lebih lanjut. Sawar kimia seperti getah lambung yang sam, enzim dalam air mata serta air liur (saliva) dan substansi dalam secret kelenjar sebasea serta lakrimalis, bekerja dengan cara nonspesifik unuk menghancurkan bakteri dan jamur yang menginvasi tubuh. Sel darah putih atau leukosit turut serta dalam respons imun humoral maupun seluler. Leukosit granuler atau granulosit yang mencakup neutrofil, eusinofil, dan basofil. b. Imunitas didapat (akuisita)Imunitas yang didapat (acquired immunity) terdiri atas respons imunyang tidak dijumpai pada saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian dalam hidup seseorang. Imunitas ini didapat biasanya terjadi setelah seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respons imunyang bersifat protektif. Pada imunitas yang didapat aktif, pertahanan imunologo akan dibentuk tubuh orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut. Imunitas ini biasanya berlangsung selama bertahun tahun atau bahkan seumur hidup. Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang ditransmisikan dari sumber lain yang sudah memiliki kekebalan setelah penderita sakit atau menjalani imunisasi. Gama globulin dan antiserum yang didapat dari plasma darah rang yang memiliki imunitas didapatkan dalam keadaan darurat untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit ketika resiko terjangkit suatu penyakit tertentu cukup besar.c. Stadium Respons ImunTerdapat empat stadium yang batasnya jelas dalam suatu respons imun, keempat stadium tersebut yaitu :Stadium pengenalan, Stadium proliferasi, Stadium respons, Stadium efektor,faktor faktor yang memepengaruhi system imunUsia ,Jenis kelamin, Nutrisi, Penyakit, Faktor faktor psikoneuro-imunologi, Obat obatan.d. AntigenTerdapat beberpa teori tentang mekanisma yang digunakan limfosit B untuk mengenali antigen penyerang dan kemudian bereaksi dengan memproduksi antibody yang tepat. Sebagian antigen memiliki kemampuan untuk memicu pembentukan antibody secara langsung oleh limfosit B, sementara sebagian lainnya memerlukan bantuan sel sel T. sel T merupakan bagian dari system surveilans yang tersebar diseluruh tubuh, dengan bantuan makrofag maka limfosit T akan manganali antigen dari penyerang asing. Limfosit T mengambil pesan antigenic atau cetak biru (blueprint) antigen dan kemudian kembali ke nodus limfatikus yang terdekat dengan pesan tersebut.e. Antibody Limfosit B yang disimpan dalam nodus limfatikus, dibagi lagi menjadi ribuan klon yang masing masing bersifatrespnsif terhadap suatu kelompok tunggal antigen dengan karakteristik yang hamper identik. Pesan antigenic yang dibawa kembali ke nodus limfatikus akan menstimulasi kln spesifik limfosit B untuk membesar, membelah diri, dan memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi sel sel plasma yang dapat memproduksi antibody spesifik terhadap antigen.Antibody merupakan protein besar yang dinamakan immunoglobulin, setiap molekul antibody terdiri atas dua subunit yang mengandung rantai peptide ringan dan berat. Beberapa karakteristik immunoglobulin yaitu antara lain , Ig G (75 % dari total imunoglobulin), Ig A (15 % dari total imunoglobulin), Ig M (10 % dari total imunoglobulin), Ig D (0,2 % dari total imunoglobulin),Ig E (0,004 % dari total imunoglobulin)f. Respons Imun SelulerReaksi seluler dimulai leh pemhikatan antigen dengan reseptor antigen pada permukaan sel T. sel T akan membawa cetak biru atau pesan antigenic ke nodus limfatikus tempat produksi sel sel T yang lain distimulasi. Sebagian sel T tetap berada dalam nodus limfatikus dan mempertahankan memri untuk antigen tersebut. Sedangkan sebagian sel T lainnya akan bermigrasi dari nodus limfatikus ke dalam system sirkulasi umum dan akhirnya ke jaringan tempat sel tersebut berada. Terdapat dua klasifikasi utama sel T efektor yang turut serta dalam menghancurkan mikroorgansme asing. Sel T killer atau sitotoksik menyerang antigen sacara langsung dengan mengubah membrane sel dan menyebabkan lisis sel. Sel sel hipersensitifitas tipe lambat melindungi tubuh melalui produksi dan pelepasan limfosit. Limfokin yang termasuk dalam kelompok glikoprotein yang lebih besar dan dikenal dengan nama sitokin, dapat merekrut, mengaktifkan serta mengatur limfosit dan sel sel darah putih lainnya. Limfosit lain yang membantu dalam memerangi mikroorganisme yaitu limfosit null dan sel natural killer (NK). Limfosit null, merupakan subpolpulasi limfosit yang kurang mengandung cirri cirri khas dari limfosit B dan T. Sel NK yang mewakili suppulasi limfosit lainnya tanpa karakteristik sel B dan T yang akan mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme dan beberapa tipe sel malignan. Sel NK dapat membunuh langsung mikroorganisme penginvasi dan menghasilkan sitokin. 2.4 PatofisiologisPatogenesisnya belum jelas, kemungkinan disebabkan oleh reaksi hipersensitif tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibodi yang membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan jaringan pada organ sasaran (target organ). Reaksi hipersentifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali dengan antigen yang sama kemudian limfokin dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang (Djuanda, 2000: 147) . karena proses hipersensitivitas, maka terjadi kerusakan kulit sehingga terjadi Kegagalan fungsi kulit yang menyebabkan kehilangan cairan, Stres hormonal diikuti peningkatan resisitensi terhadap insulin, hiperglikemia dan glukosuriat, Kegagalan termoregulasi, Kegagalan fungsi imun, Infeksi.1. Reaksi Hipersensitif tipe IIIHal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibodi yang bersirkulasi dalam darah mengendap didalam pembuluh darah atau jaringan sebelah hilir. Antibodi tidak ditujukan kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap dalam jaringan kapilernya. Pada beberapa kasus antigen asing dapat melekat ke jaringan menyebabkan terbentuknya kompleks antigen antibodi ditempat tersebut. Reaksi tipe III mengaktifkan komplemen dan degranulasi sel mast sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kapiler ditempat terjadinya rekasi tersebut. Neutrofil tertarik ke daerah tersebut dan mulai memfagositosis sel-sel yang rusak sehingga terjadi pelepasan enzim-enzim sel serta penimbunan sisa sel. Hal ini menyebabkan siklus peradangan berlanjut (Corwin, 2000: 72).

2. Reaksi Hipersensitif Tipe IVPada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T penghasil Limfokin atau sitotoksik oleh suatu antigen sehingga terjadi penghancuran sel-sel yang bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel ini bersifat lambat (delayed) memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam untuk terbentuknya.

PATHWAY

Infeksi mikroorganismeNeoplasmaMakananfaktor fisikAlergi obat2an

Steven Johnson Syndrome

Reaksi Alergi Type IVReaksi Alergi Type III

Sel T Kompleks antigen & antibodi

Limfosit & sitotoksin terlepasTerperangkap dalam jar. Kapiler

Sel Mast

Jaringan kapiler rusak

Akumulasi neutrofil

Reaksi Radang

Kelainan pada mataJaringan kulit dan mucosa eritemaInflamasi dermal dan epidermalNyeri

ConjungtivitisKelainan selaput lendir dan ofisium

Persepsi sensori Kelainan penglihatanKesulitan menelan

Intake tidak adekuat

Kelemahan FisikIntegritas kulit

Intoleraksi aktivitasSupply Nutrisi ke jaringan otot Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh2.5 Tanda dan Gejala Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita dapat soporous sampai koma. Mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.

Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa:1. Kelainan kulitKelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan bula kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat juga terjadi purpura. Pada bentuk yang berat kelainannya generalisata.

2. Kelainan selaput lendir di orifisiumKelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut (100%) kemudian disusul oleh kelainan dilubang alat genital (50%) sedangkan dilubang hidung dan anus jarang (masing-masing 8% dan 4%). Kelainan berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga menjadi erosi dan ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam terbentuk pseudomembran. Di bibir kelainan yang sering tampak yaitu krusta berwarna hitam yang tebal.Kelainan dimukosa dapat juga terdapat difaring, traktus respiratorius bagian atas dan esopfagus. Stomatitis ini dapat menyebabkan penderita sukar tidak dapat menelan. Adanya pseudomembran di faring dapat menyebabkan keluhan sukar bernafas.3. Kelainan mataKelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus yang tersering ialah konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa kongjungtivitis purulen, perdarahan, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis. Disamping trias kelainan tersebut dapat pula terdapat kelainan lain, misalnya: nefritis dan onikolisis.

2.6 Penatalaksanaan 1. KortikosteroidBila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid merupakan tindakan file-saving dan digunakan deksametason intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-Johnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 65 mg intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit (K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid diberikan diet tinggi protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk dewasa (dosis untuk anak tergantung berat badan).

2. AntibiotikUntuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang dapat menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.

3. Infus dan tranfusi darahPengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus misalnya glukosa 5 % dan larutan Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut, terutama pada kasus yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik.

4. Topikal Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in oral base. Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine perak.2.7 KomplikasiBronkopneumonia (16%), sepsis, kehilangan cairan/darah, gangguan keseimbangan elektrolit, syok, dan kebutaan karena gangguan lakrimasi.Sindrom steven johnson sering menimbulkan komplikasi, antara lain sebagai berikut: Kehilangan cairan dan darah Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, Shock Oftalmologi ulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis, kebutaan Gastroenterologi - Esophageal strictures Genitourinaria nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile scarring, stenosis vagina Pulmonari pneumonia, bronchopneumoni Kutaneus timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, infeksi kulit sekunder Infeksi sitemik, sepsis2.8 Pemeriksaan Diagnostik1. Laboratorium Bila ditemukan leukositosis penyebab kemungkinan dari infeksi Bila eosinophilia penyebab kemungkinan alergiHistopatologi Infiltrasi sel ononuklear di sekitar pembuluh darah dermis superficial Edema dan extravasasi sel darah merah di dermis papilar. Degenerasi hidrofik lapisan absalis sampai terbentuk vesikel subepidermal Nekrosis sel epidermal dan kadang-kadang dianeksa Spongiosis dan edema intrasel di epidermisImunologi Deposit IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial dan pada pembulih darah yang mengalami kerusakan Terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA secara tersendiri atau dalam kombinasi

2.9 Prognosis penyakit

Tes SCORTEN adalah tes untuk menskoring derajat keparahan Sindroma Steven Johnson. Perhitungan dilakukan dalam 24 jam untuk memprediksi kematian. Adanya penampakan dari tiap hal dibawah ini mendapat skor 1, dan jumlah dari poin-poin inilah yang dinamakan angka SCORTEN dengan maksimum skor 7. Penampakan yang diukur : umur lebih dari 40 tahun, adanya keganasan, nadi lebih dari 120 kali per menit, kadar glukosa lebih dari 252 mEq/L5, luas permukaan tubuh yang terkena lebih dari 10 % (Gustiawan, 2010,

Menurut Siregar, RS (2005, hlm.142) prognosis umumnya baik, dapat sembuh secara sempurna bergantung pada perawatan dan cepatnya mendapat terapi yang tepat. Jika terdapat purpura, prognosisnya lebih buruk, angka kematian lebih kurang 5-15 % karena purpura dapat menyebabkan pendarahan kecil didalam kulit, membran mukosa, atau permukaan serosa tetapi dapat menyebabkan terjadinya lesi bercorak anular atau serpiginosa dan biasanya terjadi setelah penyakit menular yang ditandai dengan gejala demam, anemia, dan pendarahan kulit simetris yang timbul mendadakserta cepat meluas pada ekstrimitas bawah, sring ditandai dengan ganggren dan trombosis intravaskuler yang luas.

BAB IIILANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN3.1 Pengkajian1.IdentitasKaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.2.Riwayat Kesehatan-Keluhan UtamaKaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan-Riwayat Kesehatan SekarangKaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan Steven Johnson biasanya mengeluhkan dema, malaise, kulit merah dan gatal, nyeri kepala, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.-Riwayat Kesehatan DahuluKaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu, riwayat penyakit yang sebelumnya dialami klien.-Riwayat Kesehatan KeluargaKaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama.-Riwayat PsikososialKaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi sosial.

3.Pola Fungsional Gordon-Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan: pada pola ini kita mengkaji:a.Bagaimanakah pandangan klien terhadap penyakitnya?b.Apakah klien klien memiliki riwayat merokok, alkohol, dan konsumsi obat-obatan tertentu?c.Bagaimakah pandangan klien terhadap pentingnya kesehatan?: pada klien dengan Steven Johnson, biasanya penting dikaji riwayat konsumsi obat-obatan tertentu.

-Pola nutrisi - metabolik: pada pola ini kita mengkaji:a.Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama dirawat di rumah sakit?b.Kaji apakah klien alergi terhadap makanan tertentu?c.Apakah klien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit?d.Kaji makanan dan minuman kesukaan klien?e.Apakah klien mengalami mual dan muntah?f.Bagaimana dengan BB klien, apakah mengalami penurunan atau sebaliknya?: pada klien dengan Steven Johnson, biasanya mengalami penurunan nafsu makan, sariawan pada mulut, dan kesulitan menelan.

-Pola eliminasi: pada pola ini kita mengkaji:a.Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?b.Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?c.Kaji konsistensi BAB dan BAK kliend.Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?: Klien dengan Steven Johnson, biasanya akan mengalami retensi urin, konstipasi, membutuhkan bantuan untuk eliminasi dari keluarga atau perawat.

-Pola aktivitas - latihan: pada pola ini kita mengkaji:a.Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien ketika dirawat di rumah sakit?b.Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiric.Kaji tingkat ketergantungan klien0 = mandiri1 = membutuhkan alat bantu2 = membutuhkan pengawasan3 = membutuhkan bantuan dari orang lain4= ketergantungand.Apakah klien mengeluh mudah lelah?: Klien dengan Steven Johnson biasanya tampak gelisah dan merasa lemas, sehingga sulit untuk beraktifitas.

-Pola istirahat - tidur: pada pola ini kita mengkaji:a.Apakah klien mengalami gangguang tidur?b.Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang?c.Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur?: Klien dengan Steven Johnson, akan mengalami kesulitan untuk tidur dan istirahat karena nyeri yang dirasakan, rasa panas dan gatal-gatal pada kulit.

-Pola kognitif - persepsi: pada pola ini kita mengkaji:a.Kaji tingkat kesadaran klienb.Bagaimanakah fungsi penglihatan dan pendengaran klien, apakah mengalami perubahan?c.Bagaimanakah kondisi kenyamanan klien?d.Bagaimanakah fungsi kognitif dan komunikasi klien?: Klien dengan Steven Johnson akan mengalami kekaburan pada penglihatannya, serta rasa nyeri dan panas di kulitnya

-Pola persepsi diri - konsep diri: Pada pola ini kita mengkaji:a.Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit yang dialaminya?b.Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien?c.Apakah klien merasa rendah diri?: Dengan keadaan kulitnya yang mengalami kemerahan, klien merasa malu dengan keadaan tersebut, dan mengalami gangguan pada citra dirinya.

-Pola peran - hubungan: pada pola ini kita mengkaji:a.Bagaimanakah peran klien di dalam keluarganya?b.Apakah terjadi perubahan peran dalam keluarga klien?c.Bagaimanakah hubungan sosial klien terhadap masyarakat sekitarnya?

-Pola reproduksi dan seksualitas: Pada pola ini kita mengkaji:a.Bagaimanakah status reproduksi klien?b.Apakah klien masih mengalami siklus menstrusi (jika wanita)?

-Pola koping dan toleransi stress: Pada pola ini kita mengkaji:a.Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat ini?b.Bagaimanakah cara klien menghilangkan stress yang dialaminya?c.Apakah klien mengkonsumsi obat penenang?

-Pola nilai dan kepercayaan: Pada pola ini kita mengakaji:a.Kaji agama dan kepercayaan yang dianut klienb.Apakah terjadi perubahan pola dalam beribadah klien?

4.Pemeriksaan FisikInspeksi: Warna, suhu, kelembapan, kekeringanPalpasi: Turgor kulit, edema-Data fokus:DS: gatal-gatal pada kulit, sulit menelan, pandangan kabur, aktifitas menurunDO: kemerah-merahan, memegang tenggorokan, tampak gelisah, tampak lemas dalam beraktifitas.

5.Pemeriksaan Laboratorium dan PenunjangLaboratorium : leukositosis atau esosinefiliaHistopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal, spongiosis dan edema intrasel di epidermis.Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA

3.2 DIAGNOSA1.Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit2.Gangguan integritas kulit berhungan dengan kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit3.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan cairan dari intravaskuler ke dalam rongga interstisial, hilangnya cairan secara evaporasi, rusaknya jaringan kulit akibat luka.4.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.5.Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.6.Infeksi berhubungan dengan hilangnya barier/perlindungan kulit7.Gangguan citra tubuh : penampilan peran berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan, kejadian traumatic

3.3 Intervensi1.Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulitTujuan : Nyeri dapat dikontrol atau hilangKriteria hasil :Klien melaporkan nyeri berkurangSkala nyeri 0-2Klien dapat beristirahatEkspresi wajah rileksRR : 16 - 20 x/menitTD : 100-130/60-90 mmHgN : 60 90 x/menit

No Intervensi Rasional

1Kaji tingkat skala nyeri 1 10, lokasi dan intensitas nyeriUntuk mengetahui tingkat nyeri klien dan merupakan data dasar untuk memberikan intervensi

2Kaji tanda-tanda vital (TD, RR, N)Untuk memonitor keadaan klien dan mengetahui terjadinaya syok neurologik

3Anjurkan dan ajarkan klien tehnik relaksasi nafas dalam, distraksi, imajinasiUntuk mengurangi persepsi nyeri, meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot

4Tingkatkan periode tidur tanpa gangguanKekurangan tidur dapat meningkatkan persepsi nyeri

5Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamananLingkungan yang tenang dapat menjadikan pasien dapat istirahat.

6Kolaborasi dalam pemberian obat analgetikMembantu mengurangi atau menghilangkan nyeri

2.Gangguan integritas kulit berhungan dengan kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulitTujuan : integritas kulit menunjukkan regenerasi jaringanKriteria hasil :Luka mencapai penyembuhan tepat pada waktunya dan bebas dari purulenTidak ada tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, bengkak, panas, fungsio lesi)Kulit membaik/ terjadi regenerasi jaringanTD : 100-130/60-90 mmHgN : 60 90 x/menitSuhu : 36,5- 37, 4 C

No Intervensi Rasional

1Kaji ukuran, warna luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar lukaMemberikan informasi dasar tentang kondisi luka

2Berikan perawatan luka yang tepat dan tindakan kontrol infeksiMeningkatkan pemulihan dan menurunkan risiko infeksi

3Berikan lingkungan yang lembab dengan kompresLingkungan yang lembab memberikan kondisi optimum bagi penyembuhan luka

4Dorong klien untuk istirahatUntuk mendukung pertahanan tubuh

5Tingkatkan masukan nutrisi, protein dan karbiohidratUntuk meningkatkan pembentukan granulasi yang normal dan kesembuhan

6Kolaborasi pemberian obat sistemikMemperlancar terapi dan mempercepat proses penyembuhan

3.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan cairan dari intravaskuler ke dalam rongga interstisial dan rusaknya jaringan kulit akibat luka.Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairanKriteria hasil :Haluaran urine individu adekuat (0,5-1,0 mg/kg BB/jam)Turgor kulit baikUrin jernih dan berwarna kuningMembran mukosa lembabTD normal (100-130/60-90 mmHg)Denyut nadi (60-90 x/menit)Kadar elektrolit serum dalam batas normal

No Intervensi Rasional

1Kaji dan catat turgor kulitUntuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh

2Observasi tanda vitalUntuk memonitor keadaan umum klien

3Monitor dan catat cairan yang masuk dan keluarAgar keseimbangan cairan tubuh klien terpantau

4Timbang BB klien setiap hariPenggantian cairan tergantung pada BB klien

5Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albuminResusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan mencegah komplikasi

6Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb/Ht, natrium urine random)Mengidentifikasi kehilangan darah atau kerusakan sel darah merah, dan kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit

4.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhiKriteria hasil :Tidak terjadi penurunan BB/BB idealNafsu makan meningkatLesi di bibir atau mulut tidak adaMakanan yang disediakan 80% dihabiskan

No Intervensi Rasional

1Monitor intake dan output nutrisiUntuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran makanan

2Kaji terhadap malnutrisi dengan mengukur tinggi dan BBMemberikan pengukuran objektif terhadap status nutrisi

3Jaga kebersihan mulut untuk menambah nafsu makan pasienMulut yang bersih memungkinkan peningkatan nafsu makan

4Berikan makan sedikit tapi sering hingga jumlah asupan nutrisi tercukupiMakanan dalam porsi kecil mudah dikonsumsi oleh klien dan mencegah terjadinya anoreksia.

5Berikan makanan untuk pasien dalam bentuk hangat dan sedian lunak/buburMemudahkan pasien dalam menelan makanan

6Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutsi klienAgar kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

7Kolaborasi dengan tim medis tentang makanan pengganti (enteral /parenteral)Memberikan dukungan nutrisi bila klien tidak bisa mengkonsumsi jumlah yang cukup banyak peroral.

5.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan : Klien dapat bertoleransi terhadap aktivitasKriteria Hasil :Klien mengatakan peningkatan toleransi aktivitas

No Intervensi Rasional

1Kaji respon individu terhadap aktivitasUntuk mengetahui tingkat kemampuan individu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

2Bantu klien dalam memenuhi aktivitas sehari-hari dengan tingkat keterbatasan yang dimiliki klienEnergi yang dikeluarkan lebih optimal

3Jelaskan pentingnya pembatasan aktivitasPembatasan aktivitas penting untuk membatasi energi yang dikeluarkan, karena energi penting untuk membantu proses metabolisme tubuh

4Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas klienKlien mendapat dukungan psikologi dari keluarga

6.Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier/perlindungan kulitTujuan : Tidak terjadi infeksi lokal atau sistemikKriteria hasil :Tidak ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, fungsio lesi)Leukosit (5000 - 10000/mm3)Suhu tubuh dalam batas normal (36,5 - 37,4 C)RR : 16 20 x/menitTD : 100-139/60-96 mmHhN : 60 100 x/menitLuka mencapai penyembuhan tepat waktu, bebas dari purulen dan tidak demam

NoIntervensiRasional

1Monitor tanda-tanda vitalPerubahan tanda vital secara drastis merupakan komplikasi lanjut untuk terjadinya infeksi

2Observasi keadaan luka setiap hariUntuk mengidentifikasi adanya penyembuhan

3Jaga agar luka tetap bersih atau sterilMenurunkan resiko inspeksi dan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang

4Lakukan perawatan luka setiap hari (kompres luka dengan NaCl) dan bersihkan jaringan nekrotikUntuk mempercepat penyembuhan

5Berikan perawatan pada mataMata dapat membengkak oleh drainase luka

6Tingkatkan asupan nutrsisiNutrisi mempengaruhi sintesis protein dan fotositosis

7Batasi pengunjung dan anjurkan pada keluarga/pengunjung untuk mencuci tangan sebelum kontak langsung dengan klienUntuk mencegah terjadinya kontaminasi silang

8Pantau hitung leukosit, hasil kultur dan tes sensitivitasPeningkatan leukosit menunjukkan infeksi, pemeriksaan kultur dan sensitivitas menunjukkan mikroorganisme yang ada dan antibiotic yang tepat diberikan

9Kolaborasi berikan antibioticMengurangi jumlah bakteri

7.Gangguan citra tubuh : penampilan peran berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan, kejadian traumaticTujuan : terjadi perbaikan penampilan peranKriteria hasil :Klien tidak berperasaan negative tentang dirinyaKlien menyatakan penerimaan situasi diriKlien tidak takut/malu berinteraksi dengan orang lainKlien bicara dengan keluarga terdekat tentang situasi/ perubahan yang terjadiNoIntervensiRasional

1Kaji makna kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekatEpisode traumatic mengakibatkan perubahan tiba-tiba

2Terima dan akui ekspresi frustasi, ketergatnungan, marah, kedukaan. Perhatikan perilaku menarik diri dan penggunaan penyangkalanPenerimaan perasaan sebagai respons normal terhadap apa yang terjadi membantu perbaikan

3Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan kesehatan dan menyusun tujuan dalam keterbatasanMeingkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dan perawat

4Berikan harapan dalam parameter situasi individuMeningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusu tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realita

5Berikan penguatan positif terhadap kemajuan dan dorong usaha untuk mengikuti tujuan rehabilitasiKata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif

6Dorong interaksi keluarga dan dengan tim medis rehabilitasiMempertahankan /membuka garis komunikasi dan memberikan dukungan terus-menerus pada pasien dan keluarga

BAB IVTINJAUAN KASUSKASUSSeorang anak usia 5 Tahun di bawa ke RS. Sari Mutiara dengan Keluhan Sakit Kepala, batuk,Pilek dan demam dengan Temperatur 390C, sulit menelan dikarenakan adanya lesi di bibir dan nyeri tenggorokan, muncul bintik-bintik merah, eritema di seluruh tubuh dan wajah, tidak selera makan, mual dan muntah. TTV : RR 28 x/i, HR 80 x/i. Turgor Kulit Jele. Ibu mengatakan BB anak menurun dari 25 kg menjadi 22 kg dalam waktu 2 bulan dan anak tidak selesara makan.

4.1 PengkajianFORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATANPADA SISTEM INTEGUMEN PADAValen Zega

I.BIODATAA.Identitas PasienNama :Valen ZegaUmur :5TahunStatus Kesehatan : SakitAgama : Kristen ProtestanPendidikan :-Pekerjaan :-Alamat : Jln. Bhakti LuhurTanggal Masuk :1 desember 2014No. Register : 11112014Ruang/Kamar : II/RajawaliGolongan Darah : ABTanggal Masuk :1 desember 2014Tanggal Pengkajian :2desember 2014Diagnosa Medis : Sindrom Stevens Jhonson

B.Penanggung Jawab Pasien / Keluarga TerdekatNama : Jhon Irwan zegaPekerjaan : WiraswastaHubungan dengan pasien :AyahpasienAlamat : Jln. Bhakti Luhur

C.Keluhan Utama :Sakit kepala, batuk, pilek,demam, sulit menelan, nyeri tenggorokan,muncul bintik-bintik merah pada kulit, tidak selera makan, mual, muntah, berat badan menurun (sebelum 25kg, sesudah 22kg)

II.RESUMETTV :Temp : 390CNadi :80x/menitRR : 28x/menitBB :22kg

III.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG1.Faktor Pencentus :alergi obat2.Lamanya keluhan :2 bulan3.Bagaimana yang dirasakan :nyeri4.Bagaimana yang dilihat : adanya bintik-bintik merah5.Faktor yang memperberat : garukan6.Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya sendiri : mengaruk

7.Upaya yang dilakukan oleh orang lain : membawa ke rumah sakit

8.Pola nutrisi-Diet : Bubur-Nafsu makan : menurun-Mual : ada-Muntah : ada-Frekuensi makan : 2 kali/ hari-Jumlah makanan dan minuman :makan :1/2piring / makanMinum : 5 gelas (250 ml/gls)-Berat badan :22kg-Tinggi badan :100cm

D.Riwayat Kesehatan Masa Lalu1.Penyakit yang pernah dialamia.Masa kanan-kanak : flub.Riwayat kecelakaan : tidak adac.Pernah dirawat :tidakd.Pernah operasi : tidak2.Riwayat Alergia.Tipe alergi : alergi tipeIII dan IVb.Reaksi :nyeriyang hebatc.Tindakan : menggaruk3.Kebiasaan :main bola4.Imunisasi : imunisasi campak dan polio5.Pola nutrisi Diet : Nasi biasa Nafsu Makan :berkurang Mual : ada Muntah : ada Frekuensi makan :2kali/ hari Jumlah makanan dan minuman : Makan :1/2piring Minum :5gelas (250 ml/gls) Berat Badan :22kg Tinggi Badan :100cm

E.Riwayat Kesehatan Keluarga :1.Orang tua : tidak ada2.Saudara Kandung : tidak ada3.Penyakit keturunan yang ada : tidak ada4.Anggota keluarga yang meninggal :tidak ada

F.Pola Kebiasaan Sehari-hari :1.BiologisNoPOLASEBELUM MASUK RSSESUDAH MASUH RS

1Nutrisi :a.Makanan yang disukaib.Dietc.Nafsu makand.Lain-lainCoklatNasiMenurunTidak adaTidak adaBuburNormalTidak ada

2Minum :a.Pola minumb.Jenis minumanc.Banyaknyad.Minuman yang disukai5 gelasAir putih1,25 LThe7 gelasTeh, air putih,susu1,75 LTeh,susu

3Pola istirahat/tidur :a.Waktu tidurSiangMalamb.Lama tidurc.Kebiasaan tidur malamd.Kebiasaan tidur siange.Kesulitan tidurf.Cara mengatasinya

Tidak ada20.00 - 05.00 wib7 Jam/hariTergangguTerganggu(+)Tidak ada

13.00-14.00 Wib20.00 06.00 Wib9 jam/hariMulai bisa tidurBisatidurMenurunTidak ada

4Pola eliminasi fekal/BAB:a.Frekuensib.Konsistensic.Warnad.Waktu (pagi,siang,malam)

2 kali/ hariCairKuningPagi dan siang2 kali/ hariPadatKuningPagi dan siang

5Pola eliminasi urin/BAK :a.Frekuensib.Banyaknya/Jumlahc.Kejernihannya/Warnad.Baue.Kelainan3 kali/ hari800 ccKuningKhasTidak ada5 kali/ hari900 ccKuningKhasTidak ada

6Pola Aktivitas :a.Bekerja dib.Jarak tempat kerja dari rumahc.Kendaraan yang dipakaid.Jumlah jam kerja/hari

----Tidak adaTidak adaTidak adaTidak ada

7Kebersihan diri / personal hygienea.Kebiasaan mandib.Menggosok gigic.Mencuci rambutd.Memotong kuku1-2 x / hari2 kali/hari1/hari1x/2bulan3 x / hari3 Kali/ Hari3 Kali/hari1 kali/bulan

8Pola Rekreasi / Aktivitasa.Tempat hiburan/liburanb.Jenis olahragac.Frekuensi olahragad.Jenis pekerjaane.Jumlah jam kerjaTidak adaTidak adaTidak adaPelajar-Tidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada

G.Riwayat Lingkungana.Kebersihan lingkungan rumah : Kurang Bersihb.Bahaya : Penumpukan Sampahc.Polusi lingkungan rumah : Polusi Kendaraan

H.Riwayat / Keadaan Psikologis / Sosial / Spiritual1.Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia2.Persepsi terhadap penyakit : Tidak Sembuh3.Pola pikir dan persepsi kesulitan yang dialami : Negatif, tidak bisa sembuh

4.Pola koping :a.Harga diri : Menurunb.Ideal diri : Menurunc.Identitas diri : Menurund.Gambaran diri : Jarang ke luar rumah karena penyakit5.Suasana hati :Nyeri6.Kegemaran :Main bola7.Daya adaptasi : Kurang8.Hubungan / Komunikaksi :a.Bicara : Jarangb.Tempat tinggal : Kurangc.Kehidupan keluarga : Biasad.Keuangan : Mencukupi9.Pertahanan koping :a.Pengambilan keputusan :-b.Yang disukai tentang diri sendiri :-c.Yang ingin diubah dalam kehidupan :-d.Yang dilakukan bila stress :-e.Yang dilakukan perawat agar pasien merasa nyaman : Memberi Lingkungan Yang nyaman10.System nilai kepercayaan :a.Siapa atau apa sumber kekuatan : Tuhanb.Kepercayaan : pasti sembuhc.Kegiatan agama yang dilakukan selama di RS : tidak ada

I.Pemeriksaan Fisik1.Tanda-tanda vital (Tanggal :1 Maret)a.Keadaan umum : lemahb.Tingkat kesadaraan :sadarc.Suhu / Temp : 390Cd.Denyut Nadi / Pols :80X/menite.Pernafasan / RR : 28X/menit

2.Head to toe dan pengkajian systema.Kepala dan rambut dan wajah Kepala : Pasien mengeluh sakit Bentuk kepala : Bulat Ukuran : Simetris Posisi : Simetris Warna Rambut : Hitam Bentuk Rambut :keriting Kebersihan Kulit kepala : ada ketombe Warna : putih Struktur wajah : Oval

b.Mata Bentuk : Sipit (Simetris) Sclera : normal Konjungtiva :Ananemis Pupil : isokor Fungsi penglihatan : normal Retina : normal

c.Hidung / Penciuman Bentuk : simetris Peradangan : tidak ada Perdarahan : tidak ada Cairan : tidak ada Fungsi penciuman : baik Lubang hidung : simetris Polip : tidak ada Sinusitis : tidak ada Pernah mengalami flu : pernah

d.Telinga / PendegaranBentuk : normalPeradangan : tidak adaPerdarahan : tidak adaCairan : tidak adaFungsi pendegaran : baikAlat bantu pendengaran : tidak

e.Rongga mulut dan FaringKeadaan bibir :lesiMukosa gigi : keringKeadaan gusi dan gigi : keringKesulitan menelan : adaAlat bantu bicara : tidak adaGigi : kotorTonsil / faring : tidak ada (Normal)Peradangan : tidak adaPerdarahan : tidak adaLaring : NormalPeradangan : tidak adaFungsi pengecapan : baikf.LeherKelenjar getah bening : NormalKelenjar tiroid : NormalVena jugularis : normalKekakuan : Tidak ada

g.ThoraxBentuk rongga : simetrisBunyi nafas : tidak adaIrama pernafasan : NormalBunyi jantung : tidak adaNyeri dada : tidak ada

h.AbdomenBentuk : simetrisTurgor kulit : jelekMassa / cairan : tidak adaHepar : baikGinjal : normalBising usus : normal

i.Perineum / GenetaliaKebersihan perineum : bersihPerdarahan : tidak adaPeradangan : tidak adaHaemoroid : tidak adaAlat genetalia : bersih

j.SirkulasiSuara jantung : NormalSuara jantung tambahan : tidak adaPalpitasi : normalPerubahan warna kulit, kuku, bibir : adaEdema jaringan : tidak adaNadi :tidakNormalk.NeurologisMemori saat ini : NormalMemori yang lalu : NormalKeluhan pusing : adaLama tidur : 7 jamGangguan tidur : (+)Genggaman tangan kiri/kanan : melemah

l.MuskuloskletalPergerakan ekstremitas : lemahKekuatan otot : menurunFraktur : tidak adaKelainan tulang belakang : tidak adaTraksi / spalk/ gips : tidak ada

m.PencernaanMulut : kotor dan keringTenggorokan :nyeriAbdomen : normalNafsu makan : menurunPorsi makan :1/2piring

n.EliminasiPola BAB : 2 kali/HariKonstipasi : tidak adaDiare : tidak adaRiwayat perdarahan : tidak adaPola BAK : 5 kali/hariJumlah urin : 900 ccInkontinensia : mampuKarakter urin : bau ke kuning-kuninganHematuria : tidak adaPeradangan : tidak adaNyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK : ada

o.IntegumenTurgor kulit : jelekTekstur kulit :keringKelembapan : keringLesi : (+)Jaringan parut :tidakadaSuhu : 390CEdema :tidak adaEritema : Kemerahan

PENGKAJIANA. Analisa dataNo.DataEtiologiProblem

1.DS :DemamMual & muntahNyeri tenggorokanDOSuhu 390CRR 28 x/iTurgor kulit jelekEritema Seluruh tubuh

Tidak adekuat intake cairan, HipertermiKekurangan Volume Cairan

2.DS :oNyeri TenggorokanoSakit kepalaDO :Wajah meringisLesi di bibirEritemaRR 28x/i

Inflamasi pada kulitNyeri

3DS :mual dan muntahsulit menelantidak selera makan

DO :lesi di bibirNyeri Tenggorokan

Intake tidak adekuat karena adanya lesiNutrisi kurang dari kebutuhan

4DO :Bintik-bintik merah pada kulit dan wajahKulit keringeritemaGangguan integritas kulit

4.2 Diagnosa1.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit ditandai dengan suhu 390C, turgor kulit jelek,lesi di bibir,RR 28x/i, HR : 80x/i.2.Nyeri berhubungan denganinflamasi padakulit ditandai dengan wajah meringis,nyeri tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema, RR 28x/i3.Perubahan polanutrisikurang dari kebutuhanberhubungan denganintake tidak adekuat karena adanya lesiditandai dengan nyeri tenggorokan,sulit menelan,mual dan muntah,BB 25 kg menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan4.gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada kulit dan wajah, kulit kering

4.3.Prioritas Masalah1.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit ditandai dengan suhu 390C, turgor kulit jelek,lesi di bibir,RR 28x/i, HR : 80x/i.2.Nyeri berhubungan denganinflamasi padakulit ditandai dengan wajah meringis,nyeri tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema, RR 28x/i3.Perubahan polanutrisikurang dari kebutuhanberhubungan denganintake tidak adekuat karena adanya lesiditandai dengan nyeri tenggorokan,sulit menelan,mual dan muntah,BB 25 kg menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan4.gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada kulit dan wajah, kulit kering

4.4. Perencanaan Asuhan keperawatanNoTanggalDx.KeperawatanTujuan/KHIntervensiRasionalImplementasiEVALUASI

13/12/2014Kekurangan volume cairan tubuh b/d kerusakan jaringan kulit d/d suhu 390C, turgor kulit jelek,lesi di bibir.RR : 28x/iPols :80x/iTujuan: tidak terjadi kekurangan volume cairan

KH:keluaran urine individu adekuat (0,5-1,0 mg/kg BB/jam)Urin jernih dan berwarna kuningMembran mukosa lembabDenyut nadi (60-100 x/menit)

Observasi tanda-tanda vital

Monitor dan catat cairan yang masuk dan keluar

Kaji dan catat turgor kulitUntuk memonitor keadaan umum klien

Agar keseimbangan cairan tubuh klien terpantau

Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuhJam 09.00wibMengobservasi tanda-tanda vitalSuhu : 38,50CRR : 20x/mPols : 60x/mJam 10.00 wibMemonitor dan mencatat cairan yang masuk dan keluarCairan infus : RL20 tetes/menitJam11.00wibMengkaji dan mencatat turgor kulitTurgor : baikSubjek :Demam

Objek :lesi(+)turgor jelekRR 26x/mPols :80x/mTemp :38,50C

Assestment :BelumTeratasi

Planning :Intervensidilanjutkan (1-3)

23/12/2014Nyerib/d inflamasi padakulitd/dwajah meringis,nyeri tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema, RR 28x/i

Tujuan : nyeri dapat dikontrol/hilangKH :Klien melaporkan nyeri berkurang Skala nyeri 0-2Klien dapat beristirahatEkspresi wajah rileksRR : 16 -20 x/menitKaji tingkat skala nyeri 1 10, lokasi dan intensitas nyeri

Anjurkan dan ajarkan klien tehnik relaksasi nafas dalam

Tingkatkan periode tidur tanpa gangguanUntuk mengetahui tingkat nyeri klien dan merupakan data dasar untuk memberikan intervensiUntuk mengurangi persepsi nyeri, meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan ototKekurangan tidur dapat meningkatkan persepsi nyeriJam 12.00 wibMengkaji tingkat skala NyeriSkala :7

Jam13.30 wibMenganjurkan dan mengajarkan teknik relaksasiTeknik : tarik Napas dalam

Jam 15.15 wibMeningkatkan periode tidur tanpa gangguan.Caranya : Mengurangi batas kunjungan pasien

Subjek :Nyeri Tenggorokan

Objek :Lesi bibirWajahSkala nyeri 4

Assestment :BelumTeratasi

Planning :Intervensilanjutkan (1-3)

33/12/2014Nutrisi kurang dari kebutuhanb/dintake tidak adekuat karena adanya lesid/dnyeri tenggorokan,sulit menelan,mual dan muntah,BB 25 kg menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan

Tujuan :nutrisi klien terpenuhiKH :Tidak terjadi penurunan BB/BB idealNafsu makan meningkatMakanan yang disediakan 80% dihabiskan

Anjurkan keluarga untuk membersihkan mulut klien sebelum dan sesudah makanBerikan makan dan makanan sedikit tapi sering

Hidangkan makanan dalam keadaan hangat

Untuk meningkatkan nafsu makan dan memberikan rasa

Membantu mencegah distensi gaster danmeningkatkan pemasukanMeningkatkan nafsu makanJam 09.00 wibMenganjurkan keluarga untuk membersihkan mulut klien.Mengajarkan cara membersihkan mulutJam 10.00 wibMemberikan makanan sedikit tapi sering

Jam 11.30 wibMemberikan makanan hangat

Subjek :Nyeri tenggorokanSulit menelanMualmuntahObjek :Ansietas (+)BB turun 3 kgAssestment :BelumTeratasi

Planning :Intervensi1-3 diulangi

43/12/2014Gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada kulit dan wajah, kulit kering,Turgor Jelek,

Kulit Kemabali NormalKH :Tidak ada bintik-bintik merah pada kulit dan wajahTurgor membaikKulit lembabPertahankan seprei bersih, kering dan tidak berkerut

Kaji Kulit Setiap hari. Catat warna, turgor sirkulasi dan sensasi. Gambarkan lesi dan amatiKolaborasiBerikan matras atau tempat tidur busa /flotasiFriksi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksiMenentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi tepat.Menurunkan iskemia jaringan, mengurangi tekanan pada kulit, jaringan dan lesiJam 09.50 wibMengganti seprei lama dengan seprei baru

Jam 09.55 wib

Jam 09.50Memberikan matrasSubjek:--ObjekTurgor mulai membaikBintik-bintik merah pada kulit dan wajahKulit melai membaikAssestment :Belum teratasiPlanning :Ulangi intervensi 1-3

BAB VPENUTUPA.KesimpulanSistem imunitas atau Pertahanan dalam tubuh manusia yang berfungsi melindungi tubuh manusia dari masuknya infeksi baik itu virus, bakteri, protozoa maupun penyakit. Apabila pertahanan tubuh manusia tidak dapat mengenali antigen yang masuk kedalam tubuh maka akan meyebabkan penyakit sistem imun dan hematologi seperti salah satunya Syndrom Steven Johnson atau yang biasanya disebut dengan penyakit kulit yang sangat parah atau akut berat. Penyakit ini disebabkan oleh adanya reaksi hipersensitivitas terhadap obat, infeksi virus, bakteri, radiasi, makanan dan sebagainya. Apabila mengalami penyakit ini maka akan mengalami tanda dan gejala seperti adanya eritema, vesikel, bula, selaput lendir orifisium, dan kelainan pada mata. Sedangkan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan tiga (3) cara yaitu dengan penatalaksanaan umum, khusus sistemik dan topikal.Adapun asuhan keperawatan yang akan dilakukan mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan dan evaluasi. Pengkajian yang dapat kita lakukan adalah mencakup inspeksi kulit, inspeksi mulut, kemampuan menelan, TTV, sistem pernafasan, nutrisi / berat badan, dan tingkat nyeri. Berdasarkan pengkajian diatas maka dapat diangkat empat (4) diagnosa sekaligus menyusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa ini yaitu gangguan integritas kulit yang b.d dengan inflamasi dermal dan epidermal, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan, gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi pada kulit, gangguan intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik, dan gangguan persepsi sensori; kurang penglihatan b.d konjungtivitis.B.SaranBerdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam rangak meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Adapun saran-saran adalah sebagai berikut :

1.PasienApabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit steven johnson hendaknya segera membawa pasien kerumah sakit agar dapat dilakukan tindakan keperawatan.2.PerawatBagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara teoritis maupun praktek tentang penyakit steven johnson agar dapat melakukan tindakan keperawatan.3.Rumah SakitBagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada penderita steven johnson mendapatkan ruangan dan fasilitas medis yang seharusnya ada sehingga dapat melakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi dari gejala dan komplikasi penyakit steven johnson.

DAFTAR PUSTAKA

Askep Pasien Dengan Gangguan Sistem Integumen, Sister School Program Dinas Kesehatan Propinsi Jateng Semarang, 2004Carpenito, Lynda Jual, 2004 Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGCCorwin, Elizabeth. J. 2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC.Doenges, Marilyn E, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III, Jakarta : EGCDoenges. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta: EGC.Hamzah, Mochtar. 2005.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.Price dan Wilson. 1991.Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi 2.Jakarta: EGC.Price, Sylvia Anderson 1995, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Edisi IV, Jakarta : EGSmeltzer, Suzanne C. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, volume 3.Buku Kedokteran EGC : Jakarta.Tim Penyusun. 1982.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta: Media Aesculapius.Tim Penyusun. 2000.Kapita Selekta Kedokteran 2.Jakarta: Media Aesculapius.Mansjoer, Arif. 2000.Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid 2.MediaAesculapius : Jakarta