askep tbc pada anak dan bayi

13
Bloger: [email protected] , facebook: [email protected] , Ym: latifurrofii ASUHAN KEPERAWATAN TBC PADA ANAK DAN BAYI OLEH: MUHAMMAD LATTIIFUR ROOFII AKADEMI KEPERAWATAN PERINTAH KABUPATEN PONOROGO 2009

Upload: ony

Post on 02-Jul-2015

858 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Bloger: [email protected], facebook: [email protected], Ym: latifurrofii

ASUHAN KEPERAWATAN

TBC PADA ANAK DAN BAYI

OLEH:

MUHAMMAD LATTIIFUR ROOFII

AKADEMI KEPERAWATAN PERINTAH KABUPATEN PONOROGO

2009

Bloger: [email protected], facebook: [email protected], Ym: latifurrofii

TBC PADA ANAK DAN BAYI

PENGERTIAN

Tuberculosis (sering dikenal sebagai “TB”) adalah penyakit yang disebabkan

oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya menginfeksi paru-paru,

walaupun dapat pula menginfeksi organ tubuh lainnya

(seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening

dll).

Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat

khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan.

Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam

(BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan

hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman

ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

PENULARANNYA

Bloger: [email protected], facebook: [email protected], Ym: latifurrofii

TBC tidak hanya menyerang orang dewasa, tuberkolosis juga bisa menyerang

bayi. Penyebabnya bakteri Mycobacterium tuberculosis ini yang diidap ibunya selama

kehamilan ternyata menular kepada bayinya. Seperti tuberkolosis pada orang dewasa,

mycobacterium tuberculosis juga menyerang berbagai organ, terutama paru-paru

bayi.

Sumber penularan TBC ke anak adalah orang dewasa, karena TBC pada anak

tidak menular. Penderita TBC bisa berasal dari keluarga penderita BTA positif

(kontak serumah), masyarakat (kunjungan Posyandu), atau pembantu atau pengasuh

anak.dari penderita-penderita yang berkunjung ke Puskesmas maupun yang langsung

ke Rumah Sakit.

Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman

ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di

paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Namun jika

seseorang berhubungan dengan penderita TB belum pasti tertular

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya infeksi TB.

Faktor sumber penularan, lingkungan, dan faktor daya tahan tubuh.

Tingkat eratnya hubungan (kontak) juga sangat berperan. Makin erat kontak

(dose contact) dan makin lama, makin besar risiko tertular.

Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk seseorang menjadi terinfeksi

setelah tertular) bervariasi antara mingguan hingga tahunan, tergantung dari orang itu

sendiri dan jenis infeksinya, apakah primer, progresif, atau reaktivasi.

GEJALA

Gejala umum TBC pada anak:

1. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, dan

tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah mendapatkan penanganan gizi yang

baik (failure to thrive).

Bloger: [email protected], facebook: [email protected], Ym: latifurrofii

2. Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak

naik (failure to thrive) dengan adekuat.

3. Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau

infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.

4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit. Biasanya multipel,

paling sering didaerah leher, ketiak dan lipatan paha (inguinal).

5. Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari

(setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri

dada.

6. Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh

dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda

cairan dalam abdomen

DIAGNOSA TBC PADA ANAK

Untuk memastikan apakah anak terkena TB perlu dilakukan beberapa tahapan atau

cara untuk menemukan kuman TBC.

1. Tes Mantoux

Uji TBC, yang biasa disebut sebagai tes Mantoux, merupakan tes tuberkulin

pada kulit (penyuntikan intra kutan) dengan menggunakan 5 unit derifatif protein

termurnikan (purified protein derivative, PPD).Uji TBC dalam bentuk lain tidak

dianjurkan.

Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Uji tuberkulin positif bila:

1. indurasi > 10 mm (pada gizi baik),atau

2. > 5 mm pada gizi buruk.

2. Foto Rontgen

3. Untuk melihat apakah ada kemungkinan proses TBC. Tapi karena TBC pada

anak tidak terlalu khas maka hasil rontgen ini tidak bisa dijadikan patokan.

4. Memeriksa dahak anak di laboratorium, jika terdapat kuman TBC berarti anak

positif terkena TB.

Bloger: [email protected], facebook: [email protected], Ym: latifurrofii

PENGOBATAN

Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan tahap

lanjutan. Lama pengobatan , tergantung berat ringannya penyakit.

Dokter biasanya menganjurkan rawat inap untuk evaluasi awal dan

pengobatan TBC, terutama jika:

- Penderita adalah anak kecil

- Adanya reaksi obat yang parah

- Adanya penyakit lain selain TB

Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:

1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian

INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan

(ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).

2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan

pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4

bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).

Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis

maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.

Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus

TB tidak berat

INH : 5 mg/kgbb/hari

Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari

TB berat (milier dan meningitis TBC)

INH : 10 mg/kgbb/hari

Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari

Dosis prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)

Bloger: [email protected], facebook: [email protected], Ym: latifurrofii

AKIBAT BILA MINUM OBAT TIDAK TERATUR

Penyakit tidak akan sembuh atau bahkan menjadi lebih berat.

Penderita (anak) dapat terganggu perkembangan dan pertumbuhannya

Penyakit menjadi makin sukar diobati karena ada kemungkinan kuman TBC menjadi

kebal, sehingga diperlukan obat yang lebih kuat dan lebih mahal. Obat untuk kuman

yang kebal tidak tersedia di semua fasilitas kesehatan.

Perlu waktu lebih lama untuk sembuh.

Penderita dapat juga menularkan kuman yang sudah kebal obat pada orang lain.

PENCEGAHAN

Pencegahan TB tergantung pada:

1. Menghindari kontak dengan penderita aktif TBC

2. Menggunakan obat-obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus berisiko

tinggi

3. Menjaga standar hidup yang baik

Bloger: [email protected], facebook: [email protected], Ym: latifurrofii

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Riwayat Perjalanan Penyakit

a. Pola aktivitas dan istirahat

Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit

tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.

Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut;

infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.

b. Pola nutrisi

Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.

Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

c. Respirasi

Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.

Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid

kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi

basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru

dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.),

perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran

bronkogenik).

d. Rasa nyaman/nyeri

Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa

timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.

Bloger: [email protected], facebook: [email protected], Ym: latifurrofii

e. Integritas ego

Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada

harapan.

Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

2.Data Penunjang

a. Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.

b. Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72

jam).

c. Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak

gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas

bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat

dengan densitas tinggi.

d. Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB

paru.

e. Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).

f. Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

2. Gangguan pertukaran gas

3. Resiko Infeksi

4. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi,pengobatan,pencegahan

Bloger: [email protected], facebook: [email protected], Ym: latifurrofii

C.INTERVENSI

1. Bersihan jalan napas tidak efektif

Tujuan: Mempertahankan jalan napas pasien. Mengeluarkan sekret tanpa

bantuan. Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.

Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi. Mengidentifikasi potensial

komplikasi dan melakukan tindakan tepat.

• Intervensi:

a. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, imma, kedalaman dan penggunaan

otot aksesori..

b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter,

jumlah sputum, adanya hemoptisis.

c. Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan

napas dalam.

d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu..

e. Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.

f. Lembabkan udara/oksigen inspirasi..g. Berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator,

kortikosteroid sesuai indikasi.

2. Gangguan pertukaran gas

Tujuan: Melaporkan tidak terjadi dispnea. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan

oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal. Bebas dari gejala

distress pernapasan.

Intervensi

a. Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi,

keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.

b. Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan

warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku.

3. Resiko infeksi

Tujuan: Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran

infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan

lingkungan yang. aman.

• Intervensi

a. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi melalui bronkus

Bloger: [email protected], facebook: [email protected], Ym: latifurrofii

pada jaringan sekitarnya atau aliran darah atau sistem limfe dan resiko infeksi melalui

batuk, bersin, meludah, tertawa., ciuman atau menyanyi.

b. Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti anggota keluarga,

teman, orang dalam satu perkumpulan.

c. Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di tempat penampungan

yang tertutup jika batuk.

d. Gunakan masker setiap melakukan tindakan.

e. Monitor temperatur.

f. Identifikasi individu yang berisiko tinggi untuk terinfeksi ulang Tuberkulosis paru,

seperti: alkoholisme, malnutrisi, operasi bypass intestinal, menggunakan obat

penekan imun/ kortikosteroid, adanya diabetes melitus, kanker.

g. Tekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani.

Rasional: Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah permulaan kemoterapi

jika sudah terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

h. Pemberian terapi INH, etambutol, Rifampisin.

i. Pemberian terapi Pyrazinamid (PZA)/Aldinamide, para-amino salisik (PAS),

sikloserin, streptomisin.

Rasional: Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.

j. Monitor sputum BTA

Rasional: Untuk mengawasi keefektifan obat dan efeknya serta respon pasien

terhadap terapi.

4. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan: Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai

laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi. Melakukan perubahan pola hidup

untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat.

• Intervensi:

a. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa

mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.

b. Kaji pola diet pasien yang disukai/tidak disukai..c. Monitor intake dan output

secara periodik. d. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada

hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air

Besar (BAB).

Bloger: [email protected], facebook: [email protected], Ym: latifurrofii

e. Anjurkan bedrest.

f. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.

g. Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.

h. Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.

i. Konsul dengan tim medis untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan.

j. Awasi pemeriksaan laboratorium. (BUN, protein serum, dan albumin).

k. Berikan antipiretik tepat.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan.

Tujuan: Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan

pengobatan. Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki

kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru.

Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi. Menerima perawatan

kesehatan adekuat.

• Intervensi

a. Kaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan,

tingkat partisipasi, lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media, orang dipercaya.

b. Identifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya: hemoptisis,

nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo.

c. Tekankan pentingnya asupan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan intake

cairan yang adekuat.

d. Berikan Informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya: jadwal minum

obat.

e. jelaskan penatalaksanaan obat: dosis, frekuensi, tindakan dan perlunya terapi dalam

jangka waktu lama. Ulangi penyuluhan tentang interaksi obat Tuberkulosis dengan

obat lain.

f. jelaskan tentang efek samping obat: mulut kering, konstipasi, gangguan

penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah

g. Anjurkan pasien untuk tidak minurn alkohol jika sedang terapi INH.

h. Rujuk perneriksaan mata saat mulai dan menjalani terapi etambutol.. k. Anjurkan

untuk berhenti merokok.

Bloger: [email protected], facebook: [email protected], Ym: latifurrofii

D.EVALUASI

a. Keefektifan bersihan jalan napas.

b. Fungsi pernapasan adekuat untuk mernenuhi kebutuhan individu.

c. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.

d. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.

e. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan

perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan

Bloger: [email protected], facebook: [email protected], Ym: latifurrofii

DAFTAR PUSTAKA

www.rumahkusorgaku.wordpress.com

www.tbcindonesia.or.id

www.sehatgroup.web.id

http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/457-sekilas-mengenal-tuberkolosi

http://www.childparentingskills.info/2009/06/mengenali-tbc-pada-anak-sejak-

dini.htm