askep bayi sepsis

37
1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny. P DENGAN SEPSIS NEONATORUM DI RUANG HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI Disusun Oleh : 1. Malik Alfatah Puruhito P27220009 096 2. Nia Kumalasari P27220009 098 3. Nika Widasari P27220009 099 4. Ninik Prehatin Yunianti P27220009 100 5. Novik Dwiki Kusumastuti P27220009 101

Upload: novik-de-ka

Post on 05-Dec-2014

564 views

Category:

Documents


62 download

DESCRIPTION

sepsis bayi

TRANSCRIPT

Page 1: askep bayi sepsis

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny. P DENGAN

SEPSIS NEONATORUM DI RUANG HCU

NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI

Disusun Oleh :

1. Malik Alfatah Puruhito P27220009 096

2. Nia Kumalasari P27220009 098

3. Nika Widasari P27220009 099

4. Ninik Prehatin Yunianti P27220009 100

5. Novik Dwiki Kusumastuti P27220009 101

DIV KEPERAWATANPOLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

2013

Page 2: askep bayi sepsis

2

KONSEP DASAR SEPSIS NEONATUS

A. Pengertian

The International Sepsis Definition Conferences (ISDC,2001), sepsis adalah

sindrom klinis dengan adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)

dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS,

sepsis, sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian.

Sepsis ditandai dengan adanya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah

atau jaringan.

Sepsis neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat

infeksi selama satu bulan pertama kehidupan yang dapat disebabkan oleh bakteri,

virus, jamur, dan protozoa. Mikroorganisme ini dapat menyebabkan sepsis bayi baru

lahir (DEPKES, 2007; Surasmi, 2003). Sepsis neonatorum terjadi dalam 28 hari

pertama kelahiran dan dapat meninggal dalam waktu 24 sampai 48 hari (Mochtar,

2005)

Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala

sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum

dapat berlangsung cepat sehungga seringkali tidak terpantau, tanpa pengobatan yang

memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48jam.

Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama

empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500

atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).

B. Insiden

Sampai saat ini infeksi pada neonatus masih merupakan penyebab utama

mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Angka kejadian sepsis neonatal di

negara maju (1 – 5 / 1000 kelahiran), sedangkan di negara berkembang masih cukup

tinggi (1,8 – 18/1000 kelahiran hidup) dimana merupakan penyebab kematian neonatal

utama (42%). Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

2002 bahwa angka kelahiran bayi di Indonesia diperkirakan mencapai 4,6 juta jiwa per

Page 3: askep bayi sepsis

3

tahun, dengan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate) sebesar 48/1000 kelahiran

hidup (Depkes, 2007).

C. Klasifikasi

Berdasarkan umur dan onset / waktu timbulnya gejala-gejala, sepsis

neonatorum dibagi menjadi dua:

1. Early onset sepsis neonatal / sepsis awitan awal dengan ciri-ciri:

Umur saat onset → mulai lahir sampai 7 hari

Penyebab → organisme dari saluran genital ibu.

Organisme → grup B Streptococcus, Escherichia coli, Listeria non-typik,

Haemophilus influezae dan enterococcus.

Klinis → melibatkan multisistem organ (resiko tinggi terjadi pneumoni)

Mortalitas → mortalitas tinggi (15-45%).

2. Late onset sepsis neonatal / sepsis awitan lanjut dengan ciri-ciri:

Umur saat onset → 7 hari sampai 30 hari.

Penyebab → selain dari saluran genital ibu atau peralatan.

0rganisme → Staphylococcus coagulase-negatif, Staphylococcus aureus,

Pseudomonas, Grup B Streptococcus, Escherichia coli, dan Listeria.

Klinis → biasanya melibatkan organ lokal/fokal (resiko tinggi terjadi

meningitis).

Mortalitas → mortalitas rendah ( 10-20%).

D. Penyebab

Etiologi terjadinya sepsis pada neonatus adalah dari bakteri.virus, jamur dan

protozoa (jarang ). Penyebab yang paling sering dari sepsis awitan awal adalah

Streptokokus grup B dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Sepsis

awitan lanjut dapat disebabkan oleh SGB, virus herpes simplek (HSV), enterovirus

dan E.coli. Pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, Candida dan

Stafilokokus koagulase-negatif (CONS), merupakan patogen yang paling umum pada

sepsis awitan lanjut.

Jika dikelompokan maka didapat:

1. Bakteri gram positif

Streptokokus grup B → penyebab paling sering.

Page 4: askep bayi sepsis

4

Stafilokokus koagulase negatif → merupakan penyebab utama bakterimia

nosokomial.

Streptokokus bukan grup B.

2. Bakteri gram negatif

Escherichia coli Kl penyebab nomor 2 terbanyak.

H. influenzae.

Listeria monositogenes.

Pseudomonas

Klebsiella.

Enterobakter.

Salmonella.

Bakteria anaerob.

Gardenerella vaginalis.

Walaupun jarang terjadi,terhisapnya cairan amnion yang terinfeksi dapat

menyebabkan pneumonia dan sepsis dalam rahim, ditandai dengan distres janin atau

asfiksia neonatus. Pemaparan terhadap patogen saat persalinan dan dalam ruang

perawatan atau di masyarakat merupakan mekanisme infeksi setelah lahir.

E. Patofisiologi

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus

melalui beberapa cara yaitu:

1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir

Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus

masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Penyebab infeksi adalah

virus yang dapat menembus plasenta antara lain:virus rubella, herpes, sitomegalo,

koksaki, influenza, parotitis. Bakteri yang melalui jalur ini antara lain: malaria,

sipilis, dan toksoplasma.

2. Pada masa intranatal atau saat persalinan

Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks

naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadi amnionitis dan korionitis,

selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain yaitu pada

saat persalinan, kemudian menyebabkan infeksi pada janin dapat terjadi melalui

Page 5: askep bayi sepsis

5

kulit bayi atau port de entre, saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi

oleh kuman ( misalnya: herpes genetalia, candida albicans, gonorrhea).

3. Infeksi pascanatal atau sesudah melahirkan

Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi sesudah kelahiran, terjadi

akibat infeksi nasokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-

alat penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman

atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi, dapat menyebabkan

terjadinya infeksi nasokomial. Infeksi juga dapat melalui luka umbilikus.

(Surasmi, 2003)

4. Faktor predisposisi

Terdapat berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi

sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya

sepsis. Faktor predisposisi itu adalah: Penyakit yang di derita ibu selama

kehamilan, perawatan antenatal yang tidak memadai; Ibu menderita eklamsia,

diabetes mellitus; Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus

dengan tindakan; Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan. Adanya trauma

lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada neonatus; Tidak menerapkan rawat

gabung. Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak. Ketuban

pecah dini, amnion kental dan berbau; Pemberian minum melalui botol, dan

pemberian minum buatan.

F. Tanda dan Gejala

Penelitian WHO yang dipublikasikan tahun 2003, mengidentifikasikan

sembilan gambaran klinis yang bisa memprediksi infeksi bakteri berat pada neonatus,

yaitu:

1. Malas minum

2. Letargi atau malas bergerak

3. Suhu tubuh > 38oC

4. CRT memanjang (> 3 detik)

5. Tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam

6. Frekuensi nafas > 60 kali /menit

7. Merintih

8. Sianosis

Page 6: askep bayi sepsis

6

9. Kejang

Tabel. Gejala Klinik Spesifik

No. Gejala dan Tanda

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Keadaan Umum

Sistem Susunan Saraf

Sistem Saluran Nafas

Sistem Kardiovaskular

Sistem Saluran Pencernaan

Sistem Hematologi

Malas minum, tidak bugar,

hipotermi/hipertermi, Sklerema, edema

Pusat Hipotoni, iritabel, kejang, letargi,

tremor, ubun-ubun,cembung, high pitch cry

Pernafasan tidak teratur, apnea, takipnea,

(>60x/mnt), sesak nafas, sianosis

Takikardi (>160x/mnt), akral dingin, syok

Mencret, muntah, perut kembung

Kuning, pucat, splenomegali, ptekie,

purpura, pendarahan

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Hematologi

a) Pemeriksaan jumlah lekosit dan hitung jenis secara serial untuk menilai

perubahan akibat infeksi, adanya lekositosis atau lekopeni, netropeni,

peningkatan ratsio netrofil imatur/total/(I/T) lebih 0,2

b) Peningkatan protein fase akut, peningkatan Ig M

c) Ditemukan pada pemeriksaan kultur, pengecatan gram dalam darah, urin

dan cairan serebrospinal serta dilakukan uji kepekaan kuman

d) Analisa gas darah ditemukan hipoksia, asidosis metabolik, asidosis laktat

e) Pemeriksaan cairan serebrospinal ditemukan peningkatan jumlah lekosit

terutama PMN, jumlah lekosit 20/ml (umur < 7 hari) dan 10/ml (umur > 7

hari) meningkatkan kadar protein, penurunan ini sesuai dengan meningitis

yang sering terjadi pada sepsis

f) Gangguan metabolik hipoglikemia atau hiperglikemia, asidosis metabolik

g) Peningkatan kadar bilirubin

2. Pemeriksaan Radiologi

a) Pneumoni konginetal berupa konsolidai bilateral atau efusi pleura

Page 7: askep bayi sepsis

7

b) Pneumonia karena infeksi intra partum, berupa infiltrasi dan desrtuksi

jaringan bronkopulmoner, atelektasis segmental, atau lobaris, gambaran

retikulogranuler difus (seperti penyakit membran hialin) dan efusi pleura.

c) Pneumonia dan infeksi postnatal, gambaran sesuai dengan pola kuman

setempat.

3. Jika ditemukan gejala neurologis, bisa dilakukan CT Scan kepala, dapat

ditemuakan obstruksi aliran cairan serebrospinal, infark atau abses. Pada

ultrasonografi dapat ditemukan ventrikulitis.

4. Beberapa pemeriksaan lain dapat dilakukan sesuai dengan penyakit penyerta

H. Pengobatan

Prinsip pengobatan sepsis neonatorum adalah mempertahankan metabolisme

tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk

kebutuhan nutrisi.

1. Pemberian antibiotik

Menurut Yu Victor Y.H dan Hans E. Monintja pemberian antibiotik hendaknya

memenuhi kriteria efektif berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah, dan

mudah diperoleh, tidak toksik, dapat menembus sawar darah otak atau dinding

kapiler dalam otak yang memisahkan darah dari jaringan otak dan dapat diberi

secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau

ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalasporin atau obat lain sesuai

hasil tes resistensi. Dosis antibiotik untuk sepsis neonatorum : Ampisislin 200

g/kgBB/hari, dibagi 3 atau 4 kali pemberian; Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi

dalam 2 pemberian; Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 atau 4 kali

pemberian; Sefalasporin 100 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian;

Eritromisin500 mg/kg BB/hari,

2. Respirasi

Menjaga patensi jalan nafas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia. Pada

kasus tertentu mungkin dibutuhkan ventilator mekanik

3. Kardiovaskuler

Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan serta pemantauan tekanan

darah (bila tersedia fasilitas) dan perfusi jaringan untuk mendeteksi dini adanya

syok. Pada gangguan perfusi bida diberikan volume eksvander (NaCl Fisiologis,

Page 8: askep bayi sepsis

8

darah, dan albumin, tergantung kebutuhan) sebanyak 10 ml/kgBB dalam waktu

setengah jam, bisa diulang 1-2 kali. Jangan lupa untuk melakukan monitor

keseimbangan cairan. Pada beberapa keadaan mungkin diperlukan obat-obatan

inotropik seperti dopamin atau dobutamin

4. Hematologi

Transfusi komponen darah jika diperlukan, atasi kelainan yang mendasari.

I. Komplikasi

Komplikasi sepsis neonatorum antara lain:

1. Meningitis

2. Neonatus dengan meningitis dapat menyebabkan terjadinya hidrosefalus dan atau

leukomalasia periventrikular

3. Pada sekitar 60 % keadaan syok septik akan menimbulkan komplikasi acut

respiratory distress syndrome (ARDS).

4. Komplikasi yang berhubungan dengan penggunaan aminoglikosida, seperti ketulian

dan/atau toksisitas pada ginjal.

5. Komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari

gangguan perkembangan sampai dengan retardasi mental

6. Kematian

J. Pencegahan dan Pengendalian

1. Mencegah dan mengobati ibu demam dengan kecurigaan infeksi berat atau

infeksi intra uterin

2. Mencegah dan pengobatan dengan ibu dengan ketuban pecah dini’

3. Perawatan antenatal yang baik

4. Mencegah aborsi yang berulang , cacat bawaan.

5. Mencegah persalinan prematur

6. Melakukan pertologan persalinan yang bersih dan aman

7. Melakukan resusitasi yang benar dan aman

8. Melakukan tindakan pencegahan indeksi dengan mencuci tangan

9. Melakukan identifikasi awal terhadap faktor resiko sepsis pengelolaan yang

efektif

Page 9: askep bayi sepsis

9

K. Algoritma Transmisi Bakteri

Terlampir

DAFTAR PUSTAKA

Arif, mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC.

Behrman. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.

Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatn Maternitas. Jakarta: EGC.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Syah Iwan. 2012. Sepsis Neonatorum. http://www.sehatsakit.com/2012/07/laporan-

pendahuluan-sepsis-neonatorum.html. Diakses tanggal 27 Maret 2013.

Page 10: askep bayi sepsis

10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny. P DENGAN SEPSIS DI RUANG HCU

NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Maret 2013 pukul 09.00 WIB di ruang HCU

Neonatus Rumah Sakit Dr. Moewardi. Data diperoleh dari observasi langsung pada

pasien, keluarga, status pasien dan tim medis lain.

1. Kesadaran

Kesadaran : composmentis

GCS : E4M6V5

Keadaan Umum : lemah

2. Identitas

a. Identitas Pasien

Nama : By. Ny. P

Tanggal Lahir : 9 Maret 2013

Jenis Kelamin : ♀ (perempuan)

Alamat : Jelobo, Wonosari, Klaten

No. RM : 01183101

Tangal Masuk RS : 9 Maret 2013

Dx. Medis : Sepsis

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. H

Umur : 25 tahun

Jenis Kelamin : ♂ (Laki-laki)

Hub. dg Pasien : Ayah Kandung

Alamat : Jelobo, Wonosari, Klaten

3. Primery Survey

a. Airway : Ada sumbatan jalan nafas berupa sputum.

b. Breathing : Nafas spontan dengan support O2 5 liter/menit head box.

Suara nafas ronchi, pengembangan dada kanan kiri simetris, RR 45x/menit.

c. Circulation : HR : 165 x/ menit, RR : 45 x/ menit, SPO2 : 96 %, S : 36,2 0C. Akral hangat, konjungtiva anemis, capillary refill 2 detik.

Page 11: askep bayi sepsis

11

d. Disability : Keadaan umum lemah, kesadaran Composmentis, GCS E-

4M6V5.

e. Exposure : Tidak ada luka, terpasang infus D¼ S 246cc + D40% 40cc

+ kcl 4 meq + ca glukonas 10cc dengan kecepatan 10 cc/jam di ekstremitas

kanan bawah.

4. Secondary Survey

a. AMPLE

1) Alergi : pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat

atau makanan tertentu.

2) Medikasi : pasien langsung dibawa ke pusat pelayanan

kesehatan saat sakit

3) Post illness : pasien lahir di RSUD Dr. Moewardi dengan operasi

SC

4) Last meal : pasien diberikan nutrisi ASI dari ibu melalui ogt

5) Environment : pasien merupakan bayi baru lahir dengan berat

badan rendah, kelahiran dengan SC atas indikasi eklampsia.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama : sepsis

2) Riwayat Penyakit Sekarang : Pagi hari sebelum masuk RS, Ibu

mengeluh pusing, pandangan kabur, lemah. Oleh suami, ibu dibawa ke

Bidan swasta di Delanggu. Karena Tekanan darah ibu 180/100mmHg,

kemudian dirujuk ke RS di Klaten. RS tersebut menyarankan untuk

dilakukan SC, tetapi karena keterbatasan alat kemudian ibu dirujuk ke

RS dr.Muwardi. Jam 17.40 WIB di OK IGD RS muwardi, dilakukan

SC dengan BB bayi 2100gr, LK 31cm, PB 41cm, LD 28cm, LILA

10cm. Anus ada. APGAR score 8-6-8. Advis oleh residen anak, pasien

dirawat di HCU neonatus.

3) Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien belum pernah mondok di RS.

4) Riwayat Penyakit Keluarga : By Ny P merupakan anak pertama.

Sebelumnya tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama

dengan pasien.

5) Pengkajian Prenatal : Ibu pasien mengatakan saat hamil selalu

memeriksakan kehamilannya secara rutin ke bidan. Ibu pasien makan

Page 12: askep bayi sepsis

12

makanan yang bergizi selama hamil, ibu pasien tidak merokok maupun

mengkonsumsi alcohol selama hamil. Ibu hanya mengkonsumsi obat

dan vitamin dari pelayanan kesehatan.

6) Pengkajian Intranatal : pasien lahir di OK IGD RSUD Dr.

Moewardi dengan operasi SC atas indikasi eklampsia.

7) Pengkajian Postnatal : Ibu pasien mengatakan bahwa ini merupakan

kelahiran pertama bayinya. Pasien merupakan anak pertama. By Ny P

lahir pada usia kehamilan 32 minggu. Bayi lahir dengan operasi SC

pada tanggal 09 Maret 2013 jam 17.40. BB bayi 2100gr, LK 31cm, PB

41cm, LD 28cm, LILA 10cm. Anus ada. APGAR score 8-6-8

c. Pengkajian Persistem

1) Sistem Kardiovaskuler

HR : 165 x / menit

I : Ictus cordis terlihat

P : Ictus cordis teraba

P : bunyi pekak

A : Bunyi jantung S1 & S2 regular

2) Sistem Gastrointestinal

Pasien terpasang OGT. Anus paten, BAB 20cc, konsistensi lunak warna

kuning.

I : Simetris, tidak ada lesi,

A : Peristaltik usus 7 x / menit

P : Suara tympani

P : Tidak ada benjolan massa

3) Sistem integument

Turgor kulit jelek. Capilary refill 2 detik. Tidak ada oedema.

4) Sistem musculoskeletal

Tulang rawan telinga halus, tulang kepala dan ubun ubun masih lunak,

tidak ada pembengkakan pada persendian, tidak ada kelainan tulang

belakang, pasien dapat menggerakkan tangan dan kaki dengan lemah.

5) Sistem neurosensori

Reflek moro : Terjadi ketika pasien disentuh

Page 13: askep bayi sepsis

13

Reflek menggenggam : Tangan pasien menggenggam jari perawat

dengan lemah.

Reflek rooting : Pasien dapat menoleh aktif, pasien merespon ketika dot

didekatkan ke mulutnya saat akan diberikan minum.

Reflek menghisap : Reflek menghisap sangat lemah, sehingga dipasang

OGT.

6) Sistem urinary

Pasien memakai pampers, BAK ± 60 ml 6 jam terakhir, warna urine

kuning.

7) Sistem penginderaan

Konjungtiva anemis, pupil isokor, telinga luar tampak bersih, tidak ada

luka, hidung simetris, lubang hidung tidak terdapat perdarahan maupun

pembesaran polip.

8) Sistem pernafasan

I : Pengembangan dada simetris, terpasang O2 5 liter/menit head box.

RR 45x/mnt

P : Tidak ada nyeri tekan

P : Sonor

A : Bunyi nafas ronchi, irama regular, ada penggunaan otot bantu nafas.

d. Data tambahan

1) Pola aktifitas : Pasien sering menangis lemah.

2) Pemeriksaan tingkat perkembangan:

Bahasa : Pasien menangis lemah jika merasa haus.

Motorik halus : Pasien menggerakkan tangan dan kaki dengan lemah,

kadang berusaha menggenggam sesuatu yang ada di dekatnya.

Motorik kasar : Gerakan pasien lemah.

3) Pengkajian laktasi : Ibu selalu mengirimkan ASInya ke ruang perawatan,

kemudian ASI diberikan kepada pasien lewat OGT.

Page 14: askep bayi sepsis

14

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil Laboratrium tanggal 23 Maret 2013

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

HEMATOLOGI Rutin

Hemoglobin

Hematokrit

Leukosit

Trombosit

Eritrosit

Index Eritrosit

MCV

MCH

MCHC

RDW

HDW

MPV

PDW

Hitung Jenis

Eosinofil

Basofil

Netrofil

Limfosit

Monosit

LUC/AMC

Kimia Klinik

GDS

Albumin

Elektrolit

Natrium

Kalium

11,8 ↓

38 ↓

20,2 ↑

36 ↓

3,56 ↓

105.7↑

33.1↑

31.3↓

19.8↑

3.2

10.2

71↑

0.60↓

0.40

49.30

32.50↓

5.00

12.30

111↑

3,6 ↓

134

5.0

g/dl

%

Ribu/ul

Ribu/ul

Juta/ul

/um

pg

g/dl

%

g/dl

fl

%

%

%

%

%

%

%

mg/dl

g/dl

mmol/L

mmol/L

13,4 – 19,8

41 – 65

5.0 – 19.5

150 – 450

3.90 – 5.90

80.0 -96.0

28.0 – 33.0

33.0 – 36.0

11.6 – 14.6

2.2 – 3.2

7.2 – 11.1

25 - 65

1.00-2.00

0.00-1.00

18.00-74.00

60.00-66.00

0.00-6.00

-

50 – 80

3.8 – 5.4

129 – 147

3.6 – 6.1

Page 15: askep bayi sepsis

15

Klorida

Kalsium ion

100

1.15↓

mmol/L

mmol/L

96 – 106

1.17 – 1.29

b. Hasil Kultur tanggal 13 Maret 2013

Identification

informationAnalysis time : 3.25 hours Statis : final

Selected organism 99% probability

Bionumber :

Serratia marcescens

6125711551556220

Organism quantity

ID analysis messages

Suceptibility

InformationAnalysis : 7.50 hours Status : final

AntimicrobialMIC interpr

etationAntimicrobial

MIC interpretat

ion

ESBL Aztreonam >=64 R

Ampicillin >=32 R Ertapenem <=0.5 S

Ampicillin/Sulbactam >=32 R Meropenem <=0.25 S

Piperacilin/Tazobactam <=4 S Amikacin <=2 S

Cefazolin >=64 R Gentamicin >=16 R

Ceftemazole 4 S Ciprofloxacin <=0.25 S

Ceftazidime 16 I Levofloxacin <=0.12 S

Ceftriaxone >=64 R Tigecycline 1 S

Cefepime 16 I Trimethoprim/

Sulfamethjoxazole

<=20 S

*= deduced drug, *= AES modified, **= user modified

c. Hasil Pemeriksaan Radiologi tanggal 20 Maret 2013

RD 0017 – Thorax PA + Lat. Anak

Klinis : tersangka PJB asianotik

Page 16: askep bayi sepsis

16

Cor : membesar

Pulmo : tampak patchy. Infiltrat di paracardial kanan

Sinus costophrenicus kanan kiri anterior posterior tajam

Retrosternal dan retrocardiac space dbn

Diaphragma kanan-kiri normal

Trakhea ditengah

Sistema tulang baik

Kesan : Cardiomegali, bronkopneumonia

6. Terapi

a. Infus

D¼ S 246cc + D40% 40cc + kcl 4 meq + ca glukonas 10cc dengan

kecepatan 10 cc/jam

b. Injeksi intravena

Meropenem 40mg/8 jam

Amikacin 15mg/24jam

c. Tranfusi TC (Trombocyt Concentrate) 35cc selama 1x tanggal 25 Maret

2013

d. Diit

ASI / ASB 8 × 20 – 30 cc (dinaikkan secara bertahap)

e. O2 nasal kanul dengan head box 5 liter/menit

B. Analisa data

No. Data Fokus Problem Etiologi

1. DS : -

DO : Keadaan umum lemah

Ada sputum pada jalan nafas.

Suara nafas ronchii

RR : 45 x / menit

HR : 165 x/ menit

SPO2 : 96 %

Bersihan jalan

nafas tidak efektif

Penumpukan

secret

2. DS : - Ketidakseimbangan Intake nutrisi

Page 17: askep bayi sepsis

17

DO : Keadaan umum lemah

Respon menghisap lemah

Pasien minum dengan OGT

Turgor kulit jelek

Konjungtiva anemis

Hb : 11,8 g/dl

nutrisi : kurang dari

kebutuhan

tidak adekuat

3. DS : -

DO :

Pasien terpasang infus D¼ S

246cc + D40% 40cc + kcl 4 meq

+ ca glukonas 10cc dengan

kecepatan 10 cc/jam di kaki

kanan.

HR : 165 x/ menit

RR : 45 x/ menit

SPO2 : 96 %

S : 36.2 0 C

Hb : 11, 8 g/dl

Hematokrit : 38%

Leukosit : 20.2 ribu/ul

Trombosit : 36 ribu/ul

Eritrosit : 3.56 juta/ul

Infeksi Pertahanan

sekunder tidak

adekuat

C. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret

2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake

nutrisi tidak adekuat

3. Infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat

Page 18: askep bayi sepsis

18

D. Rencana keperawatan

No.Diagnosa

KeperawatanTujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Bersihan jalan

nafas tidak efektif

b.d penumpukan

secret

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 × 24

jam diharapkan pola nafas

bayi efektif, dengan kriteria

hasil :

- suara nafas vesikuler

- RR 20-30x/mnt

- SpO2 95-100%

- tidak terdapat sputum

- tidak ada penggunaan

otot bantu nafas

a. Menjaga kepatenan

jalan nafas

b. Memberikan support

O2 sesuai indikasi

c. Melakukan suction

d. Memonitor suara nafas

e. Memonitor vital sign

f. Mengamati penggunaan

otot bantu pernafasan

2. Ketidakseimbangan

nutrisi : kurang dari

kebutuhan b.d

intake nutrisi tidak

adekuat

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 × 24

jam diharapkan kebutuhan

nutrisi bayi terpenuhi,

dengan kriteria hasil :

- BB normal sesuai usia

- Turgor kulit baik

- Konjungtiva tidak

anemis

- Balance cairan

seimbang

a. Memberikan ASI/ASB

20-30cc per 2jam

b. Menimbang BB setiap

hari

c. Menkaji turgor kulit

d. Mengobservasi

konjungtiva

e. Mengobservasi Balance

cairan

3. Infeksi b.d

pertahanan

sekunder tidak

adekuat

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 × 24

jam diharapkan kondisi

infeksi mengalami

a. Memantau suhu tubuh

b. Kolaborasi melakukan

pemeriksaan

laboratorium secara

Page 19: askep bayi sepsis

19

perbaikan, dengan kriteria

hasil :

- Leukosit 5.0 – 19.5

ribu/ul

- Suhu tubuh 36.5-37.5oC

rutin

c. Menjaga prinsip

aseptic antiseptic

setiap melakukan

tindakan kepada

pasien.

E. Catatan Perkembangan

Tanggal

JamNo. Dx Implementasi Evaluasi Respon

25/03/2013

08.00

09.00

10.00

2

3

2

3

1

- Memandikan pasien

- Mengganti popok

- Mengganti linen yang

kotor

- Memberikan lingkungan

yang nyaman

- Melakukan perawatan

inkubator

- Memberikan minum ASI

via OGT

- Memberikan injeksi

Amikacin 15mg/24jam

i.v, Meronem 40mg/8jam

i.v

- Mengobservasi k/u

pasien

- Memonitor vital sign

DS : -

DO : pasien dimandikan oleh

perawat, popok diganti dengan

yang baru.

Posisi tidur pasien supine,

posisi kepala miring kanan-

kiri berkala.

Air temperatur : 31.6oC

Set temperatur : 31.5oC

DS : -

DO : ASI via OGT masuk

25cc.

Injeksi masuk via i.v

DS : -

DO : pasien lemah, tangis

lemah.

Vital sign → RR : 64 x/menit

N : 166 x/menit

Page 20: askep bayi sepsis

20

11.00

12.00

14.00

15.00

16.00

1

3

2

3

3

1

1

1

- Memberikan terapi O2

sesuai kebutuhan

- Memonitor perubahan

warna kulit, suhu dan

kelembaban.

- Memberikan minum ASI

via OGT

- Menjaga keamanan

pasien

- Mengganti popok

- Menghitung haluaran

urin dan feses

- Memonitor tanda- tanda

vital

- Memonitor k/u pasien

- Memberikan lingkungan

yang nyaman

- Menjaga keamanan

pasien

- Memberikan terapi O2

sesuai kebutuhan

- Melakukan nebulizer

- Memberikan injeksi

Meronem 40mg/8jam

- Memberikan ASI via

Suhu : 37,2 ° C

DS : -

DO : Pasien terpasang O2

nasal kanul (head box)

5lpm/menit.

Warna kulit kuning Cramer

III, kulit hangat, kelembaban

cukup.

DS : -

DO : ASI via OGT masuk

30cc.

Pasien dalam inkubator

dengan pintu selalu tertutup.

DS : -

DO : popok diganti dengan

yang baru.

Feses ± 40cc, urine ± 60cc.

DS : -

DO : k/u pasien lemah, tangis

lemah, nafas tersengal-sengal.

Vital sign → RR : 62 x/menit

N : 164 x/menit

Suhu : 36,8 ° C

SPO2 : 99 %

Pasien dilakukan perawatan

dalam inkubator.

DS : -

DO : Pasien terpasang O2 nasal

kanul (head box) 5lpm/menit.

Nebulizer Nacl 3cc

Injeksi masuk via i.v

DS : -

DO : ASI masuk via OGT

Page 21: askep bayi sepsis

21

18.00

24.00

2

1

2

3

OGT

- Memberikan lingkungan

yang nyaman

- Memonitor k/u pasien

- Memberikan injeksi

Meronem 40mg/8jam

25cc.

Pasien tidur posisi supine,

pasien dibedong.

DS : -

DO : pasien lemah, tangis

lemah.

Injeksi masuk via i.v

26/03/2013 - Memandikan pasien

- Mengganti popok

- Mengganti linen yang

kotor

- Menimbang BB pasien

DS : -

DO : pasien dimandikan oleh

perawat, linen yang kotor

diganti, popok diganti dengan

yang baru.

BB : 2200 gram

27/03/2013

F. Evaluasi

Tanggal/Jam No.Dx Evaluasi

27 Maret 2013 1 S : -

O : Tidak ada sputum. RR 40x/mnt. Suara nafas vesikuler.

Nebulizer dihentikan.

A : Masalah Teratasi Sebagian

P : Lanjutkan intervensi

2 S : -

O : ASI masuk lewat OGT 25cc/3jam. Turgor kulit baik.

BB 2300gr. Trombosit 237mg/dl (post TC)

A : Masalah teratasi sebagian

Page 22: askep bayi sepsis

22

P : Lanjutkan intervensi

3 S : -

O : Suhu 36.8oC. Leukosit 17.4ribu/ul

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

Page 23: askep bayi sepsis

23

AKTIFITAS 2

Interpretasi pada alat monitoring pasien :

1. Incubator

Suhu incubator selama 24 jam 31,5ºC, untuk menjaga kehangatan tubuh

pasien, untuk mencegah hipotermi. Selain untuk penghangat, incubator juga

berfungsi melindungi bayi dari infeksi.

Incubator merupakan alat yang dilengkapi dengan pengaturan suhu dan

kelembaban udara agar bayi selalu hangat. Bila bayi lahir dengan berat badan

dibawah 2000 gram maka suhu incubator harus berkisar sekitar 32ºC. bila bayi lahir

dengan berat badan dibawah 2500 gram maka suhu incubator berkisar sekitar 30ºC.

suhu incubator akan diturunkan secara bertahap setiap 10 -14 hari sebanyak 1ºC.

AKTIFITAS 3

Kegiatan dalam melaksanakan tata cara pengendalian infeksi nosokomial :

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

2. Memakai masker

3. Memakai sarung tangan

4. Mengganti linen pasien

5. Mengganti IV line, OGT, kateter setiap lebih dari 3 hari

6. Membuang sampah sesuai dengan jenis sampahnya

7. Menjaga kebersihan lingkungan bayi

AKTIFITAS 4

Identifikasi program terapi dan diet pada pasien :

1. Infus : D¼ S 246cc + D40% 40cc + kcl 4 meq + ca glukonas 10cc dengan

kecepatan 10 cc/jam

Untuk mengganti cairan tubuh

2. Program Terapi

a. Meropenem 40 mg / 8 jam

Anibiotik dengan aktivitas spectrum luas terhadap beberapa patogen.

b. Amikacin 15 mg / 24 jam

Antibiotik golongan aminoglycosides.

3. Tranfusi TC (Trombocyt Concentrate) 35cc selama 1x tanggal 25 Maret 2013

Page 24: askep bayi sepsis

24

4. Diit : ASI 8 × 20 – 30 cc / hari

5. O2 Nasal kanul ( head box) 5lpm/menit

AKTIFITAS 5

Identifikasi dan Interpretasi data :

1. Metode non invasive pada pemantauan hemodinamik :

a. Penilaian laju pernafasan

RR : 45 x/menit

b. Penilaian denyut dan EKG

HR : 166x/menit

c. Penilaian perfusi serebral

Kesadaran Composmentis, GCS E4M6V5

d. Penilaian perfusi kulit

CRT 2 detik

e. Penilaian curah urin

Urine : 220 cc/24 jam

f. Pengukuran tekanan darah arterial

Tidak dilakukan

2. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Intake : 180 cc

Output : 220 + IWL 33 : 253 cc

Balance cairan selama 24 jam : - 73

3. Keseimbangan asam basa

Pasien tidak dilakukan pemeriksaan analisa gas darah

4. Hasil pemeriksaan penunjang lainnya

Hasil kultur 13 Maret 2013 :

Identification

informationAnalysis time : 3.25 hours Statis : final

Selected organism 99% probability Serratia marcescens

Page 25: askep bayi sepsis

25

Bionumber : 6125711551556220

Organism quantity

ID analysis messages

Pasien mengalami sepsis

AKTIFITAS 6

Identifikasi dan deskripsi kebutuhan tindakan ALS, BLS serta resusitasi pada pasien :

Pasien akan dilakukan tindakan ALS, BLS, dan resusitasi/CPR jika mengalami henti nafas

dan henti jantung.

Tindakan resusitasi dimulai dengan penilaian secara tepat keadaan dan kesadaran pasien

kemudian dilanjutkan dengan pemberian bantuan hidup dasar / BLS untuk oksigenasi

darurat kemudian dengan ALS (Advance Life Suport) untuk memulai kembali sirkulasi

yang spontan.

Fase I : BLS yaitu prosedur pertolongan darurat dalam mengatasi obstruksi jalan nafas,

henti jantung dan bagaimana melakukan RJP secara benar. Terdiri dari langkah

Airway, Breathing, Circulation.

Airway (A) : menjaga jalan nafas tetap terbuka

Breathing (B) : ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat

Circulation (C): mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru

Fase II : Advance Life Suport (ALS), yaitu BLS ditambah dengan D (drug) dan E (EKG)

Drug (D) : pemberian obat-obatan termasuk cairan

EKG (E) : diagnosis elektrokardiografis secepat mungkin untuk

mengetahui fibrilasi ventrikel

Tindakan ALS dan BLS segera dilakukan jika pasien mendadak menurun kesadarannya

AKTIFITAS 7

Indikasi pasien masuk/dirawat di ruang HCU Neonatus :

1. Pasien membutuhkan pemantauan dan perawatan intensif