resus bayi lahir dg ibu tbc

31
1 REFLEKSI KASUS PENANGANAN BAYI LAHIR DENGAN IBU TBC Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Pediatrik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun Oleh Wahid Nur Arifin 20100310193 Diajukan Kepada : dr. H. Heru Wahyono, Sp. A

Upload: saul-juarez

Post on 15-Sep-2015

22 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

mari belajar

TRANSCRIPT

11

REFLEKSI KASUS

PENANGANAN BAYI LAHIR DENGAN IBU TBCDisusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik

Bagian Pediatrik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

Wahid Nur Arifin 20100310193Diajukan Kepada :

dr. H. Heru Wahyono, Sp. ABAGIAN PEDIATRIRSUD SETJONEGORO WONOSOBO

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015HALAMAN PENGESAHANREFLEKSI KASUSPENANGANAN BAYI LAHIR DENGAN IBU TBCDisusun Oleh:

Wahid Nur Arifin 20100310193Disetujui oleh:

Dokter Pembimbing Kepaniteraan Klinik

Bagian PediatriRSUD KRT Setjonegoro Wonosobodr. H. Heru Wahyono., Sp.AKATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan refleksi kasus yang berjudul penanganan bayi lahir dengan ibu tbc sebagai syarat mengikuti ujian akhir program pendidikan profesi kedokteran di bagian Pediatri.

Dalam penyusunan refleksi kasus ini telah melibatkan banyak pihak, sehingga penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. H. Heru Wahyono, Sp.A selaku dokter pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing dalam menjalani stase Anak serta dalam penyusunan refleksi kasus ini.

2. dr. Handayani, Sp.A atas bimbingan dan bantuanya selama menjalani kepanitraan klinik di bagian Anak RSUD Setjonegoro Wonosobo.

Penulis berharap bahwa refleksi kasus ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Wonosobo, 21 Mei 2015PenulisDAFTAR ISI2HALAMAN PENGESAHAN

3KATA PENGANTAR

4DAFTAR ISI

5DAFTAR GAMBAR

61.Latar Belakang

72. TUBERKULOSIS PARU PADA KEHAMILAN

72.1 Pengaruh kehamilan pada tuberkulosis

72.2 Pengaruh tuberkulosis pada kehamilan

82.3 Pengaruh tuberkulosis pada persalinan

82.4 Pengobatan tuberkulosis dalam kehamilan

93.PATOGENESIS PENYEBARAN TUBERKULOSIS PADA BAYI

93.1 Tuberkulosis kongenital

103.2 Tuberkulosis perinatal

123.3 Manifestasi klinis

124.PENANGANAN BAYI DARI IBU DENGAN TUBERKULOSIS

124.1 Bayi baru lahir sehat dari ibu tuberkulosis aktif

134.2 Tuberkulosis kongenital

134.3 Bayi dari ibu dalam pengobatan tuberkulosis paru

144.4 Bayi dari ibu yang telah selesai pengobatan tuberkulosis paru

154.5 Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak

174.6 Pemberian ASI pada bayi dari ibu dengan tuberkulosis

18KESIMPULAN

19DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Patogenesis penyebaran infeksi tuberkulosis neonatal.............................11

Gambar 2. Algoritme penanganan bayi dari ibu tuberculosis.....................................161. Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan penyakit yang sudah sangat lama dikenal oleh manusia. Kuman Mycobacterium tuberculosis penyebab tuberkulosis telah ditemukan oleh Robert Koch lebih dari 100 tahun yang lalu.1 Walaupun telah dikenal lama dan telah lama ditemukan obat-obat antituberkulosis, hingga saat ini tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang, karena penyebaran tuberkulosis berkaitan dengan kemiskinan, perawatan kesehatan yang buruk, lingkungan yang padat, dan keadaan imunodefisiensi. Dengan demikian sebagian besar kasus tuberkulosis terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.1,2 Di Amerika Serikat secara keseluruhan tuberkulosis sudah berkurang pada dekade sekarang. Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia maka jumlah penderita tuberkulosis cenderung meningkat kembali.2,3 Di Indonesia, kasus baru tuberkulosis hampir separuhnya adalah wanita, dan menyerang sebagian besar wanita pada usia produktif. Kira-kira 1-3% dari semua wanita hamil menderita tuberkulosis. Di Amerika Serikat sejak tahun 1985-1990 tercatat angkat tuberkulosis dalam kehamilan adalah 12 kasus per 100.000 kelahiran, dan meningkat pada periode 1991-1992 menjadi 95 per 100.000 kelahiran. Terdapat 16 wanita hamil dengan tuberkulosis aktif, dan 7 dari 11 yang diperiksa menderita positif HIV.3 Pada kehamilan terdapat perubahan-perubahan pada sistem humoral, imunologis, peredaran darah, sistem pernafasan, seperti terdesaknya diafragma ke atas, sehingga paru-paru terdorong ke atas dan volume residu pernafasan berkurang. Sedangkan pada kehamilan pemakaian oksigen bertambah kira-kira 25% dibandingkan di luar kehamilan. Apabila penyakitnya berat atau prosesnya luas dapat menyebabkan hipoksia sehingga hasil konsepsi dapat mengalami partus prematurus, bahkan kematian janin. Proses kehamilan, persalinan, masa nifas, dan laktasi mempunyai pengaruh kurang menguntungkan terhadap jalannya penyakit dan daya tahan tubuh yang menurun akibat kehamilan.22. TUBERKULOSIS PARU PADA KEHAMILANTerdapat empat perjalanan penyakit tuberkulosis paru pada kehamilan, yaitu pengaruh kehamilan pada tuberkulosis, pengaruh tuberkulosis pada kehamilan, pengaruh tuberkulosis pada persalinan, dan pengaruh tuberkulosis pada bayi.22.1 Pengaruh kehamilan pada tuberkulosis

Tidak selalu mudah untuk mengenal ibu hamil dengan tuberkulosis paru, terutama jika penderita tidak menunjukkan gejala yang khas seperti badan kurus, batuk menahun, atau hemoptoe. Tuberkulosis aktif dapat tidak membaik atau memburuk dengan adanya kehamilan. Kehamilan juga bisa meningkatkan resiko tuberkulosis aktif terutama pada periode post partum.3 2.2 Pengaruh tuberkulosis pada kehamilan

Sebenarnya pengaruh utama tuberkulosis pada kehamilan adalah mencegah terjadinya konsepsi, dimana banyak diantara penderita tuberkulosis yang mengalami infertilitas. Sistem genitalia dapat menjadi fokus primer dari tuberkulosis paru, umumnya mengenai tuba fallopii. Infeksi biasanya dimulai dari distal, kemudian menyebar ke bagian proksimal dan akhirnya mengenai uterus, tetapi jarang mengenai serviks atau bagian bawah dari sistem genitalia. Infeksi tuberkulosis pada sistem genitalia seringkali tidak menunjukkan gejala sampai bertahun-tahun dan baru terlihat ketika sudah terjadi perlengketan dengan alat dalam rongga panggul. Walaupun pada beberapa wanita dengan tuberkulosis dapat menjadi hamil, seringkali hasil konsepsi sering berimplantasi pada tuba fallopii dari pada uterus.Jika bayi lahir dari ibu tuberkulosis, umumnya mempunyai berat badan lahir rendah, kecil masa kehamilan, resiko persalinan prematur menjadi dua kali lipat, dan kematian perinatal meningkat enam kali lipat. Resiko ini berhubungan dengan keterlambatan diagnosis, pengobatan yang tidak teratur, dan luasnya kelainan paru. Tidak cukup bukti bahwa tuberkulosis paru meningkatkan kejadian abortus spontan atau kelainan kongenital.3

2.3 Pengaruh tuberkulosis pada persalinan

Setengah dari jumlah kasus yang dilaporkan selama proses persalinan terjadi infeksi pada bayi yang disebabkan karena teraspirasi sekret vagina yang terinfeksi kuman tuberkulosis.32.4 Pengobatan tuberkulosis dalam kehamilanPengobatan tuberkulosis dalam kehamilan dibedakan menjadi pengobatan medis dan penanganan obstetri. Pengobatan Medis

Pengobatan tuberkulosis aktif pada kehamilan hanya berbeda sedikit dengan penderita yang tidak hamil. Obat primer yang telah diketahui efektif dan dapat ditoleransi yaitu isoniazid, rifampisin dan ethambutol.3,6,12 Streptomisin adalah satu-satunya obat telah yang terbukti memiliki efek merugikan pada janin berupa efek ototoksik, yang menyebabkan tuli sensorineural pada bayi, sehingga tidak boleh diberikan pada ibu hamil dengan tuberkulosis. Terdapat satu laporan ethionamide ditemukan menyebabkan efek teratogenik, sedangkan ethambutol dan rifampisin juga telah dihubungkan dengan peningkatan insiden keterlambatan pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan malformasi. Efek yang merugikan dari isoniazid yaitu terdapat sedikit peningkatan resiko pada sistem saraf pusat, tetapi tidak meningkatkan resiko kelainan kongenital atau abortus.3,12

Walaupun beberapa penelitian tidak menunjukkan efek teratogenik dari isoniazid pada wanita post partum, tetapi beberapa rekomendasi menunda pengobatan ini sampai persalinan bahkan 3-6 bulan post partum. Alternatif lain dapat ditunda sampai 12 minggu pada penderita asimptomatik. Sedangkan pada penderita yang simptomatik dimana tuberkulosis paru bisa berbahaya baik bagi ibu ataupun janin, maka harus diberikan terapi. 3,6Pengobatan Obstetri

Pemeriksaan antenatal care yang teratur, termasuk istirahat, makanan bergizi, pengobatan anemia, dan dukungan keluarga. Pengobatan obstetri yang optimal didasarkan pada pertimbangan ibu dan janin. Berikan isolasi yang memadai selama persalinan dan pasca persalinan. Bayi harus diperiksa untuk mengetahui adanya tuberkulosis. Walaupun infeksi transplasental jarang, bayi memiliki resiko terinfeksi melalui kontak dengan ibu dengan tuberkulosis aktif. 3. PATOGENESIS PENYEBARAN TUBERKULOSIS PADA BAYI

3.1 Tuberkulosis kongenital

Tuberkulosis kongenital sebenarnya jarang terjadi. Hal ini disebabkan pada umumnya wanita dengan tuberkulosis dapat menjadi infertil karena tuberkulosis organ genitalia. Selain itu tuberkulosis kongenital lebih sering terjadi pada infeksi primer ibu dibandingkan pada keadaan reaktivasi dari penyakit pada waktu lampau. Infeksi tuberkulosis neonatal juga tidak mungkin terjadi jika ibu yang menderita tuberkulosis paru aktif telah berobat minimal 2 minggu sebelum bersalin.6-9Transmisi kongenital dapat terjadi melalui infeksi pada plasenta karena bakteremia selama kehamilan, sehingga janin dapat terinfeksi. Pada setengah kasus infeksi didapatkan penyebaran hematogen pada hati atau paru melalui vena umbilikalis (Gambar 1). Penyebaran hematogen dapat menyebabkan pembentukan kompleks primer di berbagai organ terutama hati dan paru. Basil di paru biasanya tetap dormant sampai bayi lahir, ketika terdapat oksigenasi paru dan sirkulasi paru meningkat. Pada kasus yang terinfeksi melalui aspirasi atau ingesti cairan amnion yang terinfeksi umumnya menyebabkan kompleks primer di saluran cerna. 3,6,7

3.2 Tuberkulosis perinatal

Pada setengah kasus lainnya, infeksi disebabkan aspirasi atau ingesti cairan amnion yang terinfeksi atau aspirasi sekret vagina yang terinfeksi selama proses persalinan (Gambar 1). Bayi yang lahir dari ibu tuberkulosis aktif yang tidak berobat serta tuberkulosis milier dianjurkan dipisahkan dari ibunya. Jika tidak, resiko bayi baru lahir menjadi tuberkulosis sebesar 50% pada tahun pertama, yang disebut sebagai tuberkulosis perinatal.3,6 Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan histopatologis plasenta. Jika ditemukan tuberkel pada plasenta, maka dilakukan juga pemeriksaan pada bayi. Jika tidak ditemukan kelainan pada plasenta, maka pada bayi resiko tinggi dilakukan pemeriksaan pulasan dan kultur dari aspirasi lambung. Jika kuman positif maka bayi harus diobati dengan baik sesuai dengan hasil kultur.3,6 Pemeriksaan penunjang tersebut perlu dilakukan karena manifestasi klinis maupun radiologis toraks tidak khas.7,8

3.3 Manifestasi klinis Bayi dengan tuberkulosis perinatal bisa tanpa gejala (asimptomatik) atau disertai gejala (simptomatik). Bayi seringkali hanya menunjukkan gejala tidak khas seperti demam, kesulitan minum, muntah, hepatosplenomegali serta distress pernafasan. Gejala ini sering dianggap karena prematuritas atau sepsis neonatal. Namun kecurigaan perlu ditegakkan jika suatu keadaan infeksi tidak menunjukkan respon terhadap antibiotika konvensional, terutama pada daerah endemis tuberkulosis atau ibu yang dicurigai tuberkulosis.8 Manifestasi tuberkulosis kongenital lainnya yang jarang antara lain otitis, parese saraf fasialis, dan tuberkulosis di tulang belakang.84. PENANGANAN BAYI DARI IBU DENGAN TUBERKULOSIS

Pencegahan yang terbaik terhadap infeksi dan penyakit tuberkulosis pada bayi dari ibu tuberkulosis adalah dengan evaluasi dan penanganan penyakit ibu dan anggota keluarga lain. 4.1 Bayi baru lahir sehat dari ibu tuberkulosis aktif

Lima puluh persen bayi baru lahir dari ibu tuberkulosis menderita tuberkulosis aktif pada 1 tahun pertama kehidupannya, sehingga bayi baru lahir yang sehat dari ibu tuberkulosis harus dipisahkan dengan segera setelah lahir sampai pemeriksaan bakteriologi ibu negatif dan bayi sudah mempunyai daya tahan tubuh yang cukup. Bayi harus dievaluasi yang teliti dengan pemeriksaan rontgen toraks, pembiakan cairan lambung dan urin, pembiakan cairan serebrospinal, dan sensitivitas obat. Test tuberkulin mungkin tidak menunjukkan hasil positif sampai usia bayi 3-5 minggu, sehingga didapati negatif palsu. Bayi harus dipisahkan dari ibu. Jika bayi tidak menunjukkan manifestasi tuberkulosis kongenital maka diberikan INH profilaksis dengan dosis 10 mg/kg/hari (sekurang-kurangnya selama 1 tahun), sebelum menyerahkan bayi kepada ibuya. Bayi dari ibu tuberkulosis reaktif tanpa gambaran klinis dan radiologis yang jelas seharusnya tidak memerlukan pengobatan profilaksis. Bayi sebaiknya di test tuberkulin setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama, dan setiap tahun setelah itu. Jika didapati test tuberkulin positif, harus diberikan isoniazid dengan dosis 15 mg/kg/hari selama 1 tahun.4.2 Tuberkulosis kongenital

Basilemia tuberkulosis selama kehamilan dapat menyebabkan infeksi pada plasenta dan janin, yang disebut sebagai tuberkulosis kongenital. Walaupun jarang, kejadiannya dapat mematikan dan harus dikenali segera. Kadangkala infeksi tuberkulosis pada ibu tidak diketahui sampai dicurigai adanya tuberkulosis kongenital pada saat bayi telah lahir. Jika bayi menunjukkan manifestasi klinis (simptomatik) maka perlu diberikan terapi seperti pengobatan infeksi tuberkulosis yang didapat. Regimen yang diberikan yaitu INH dengan dosis 10-15 mg/kg/hari selama 1 tahun, rifampisin (10-20 mg/kg/hari), pyrazinamid (15-30 mg/kg/hari) dan streptomisin (20-30 mg/kg/hari) atau ethambutol (15-25 mg/kg/hari). Dua bulan pertama diberikan 4 macam obat (RHZE/S), dilanjutkan INH dan rifampisin selama 4-10 bulan kemudian. 3,5,74.3 Bayi dari ibu dalam pengobatan tuberkulosis paruKasus yang lebih banyak ditemukan sebenarnya adalah bayi dari ibu yang sedang dalam pengobatan tuberkulosis paru. Kejadian infeksi neonatus kecil kemungkinannya terjadi apabila ibu tuberkulosis aktif telah mendapat terapi sebelum persalinan dan hasil biakan sputum negatif.3,5 Jika hasil biakan sputum negatif dan ibu mendapat obat secara teratur maka sebenarnya tidak diperlukan pemisahan bayi dari ibu. Tetapi jika ada resiko bayi mendapat infeksi dari lingkungannya, maka bayi tetap dianjurkan mendapat terapi INH profilaksis dan vaksinasi BCG. Sedangkan jika hasil biakan sputum ibu positif dimana berarti resiko infeksi menjadi lebih besar, maka sebaiknya bayi dipisahkan dari ibu sampai hasil biakan menjadi negatif.54.4 Bayi dari ibu yang telah selesai pengobatan tuberkulosis paru

Kasus yang juga banyak ditemukan adalah bayi dari ibu hamil dengan riwayat telah selesai pengobatan tuberkulosis paru pada waktu lampau. Akan tetapi, resiko aktivasi penyakit ibu lebih besar dibandingkan populasi normal. Resiko aktivasi tuberkulosis ibu dengan riwayat tuberkulin positif 10 kali lebih besar dibandingkan populasi dengan tuberkulin negatif; dan 9 kali lebih besar pada ibu dengan gejala klinis dibandingkan populasi dengan tuberkulin positif tanpa gejala klinis. Kemungkinan aktivasi menjadi lebih besar jika penyakit hanya tenang kurang dari 5 tahun.

Dengan demikian, resiko infeksi bayi tergantung pada keadaan serta kecenderungan ibu mengalami reaktivasi penyakit. Ibu harus mendapat pemeriksaan dan pemantauan yang hati-hati ketika hamil dengan uji tuberkulin.5,6 Beberapa penulis menyatakan, jika hasil uji tuberkulin positif maka dilanjutkan dengan rontgen toraks dengan penutup abdomen yang baik. Jika hasil rontgen toraks negatif dan ibu secara klinis baik, maka tidak diperlukan pemisahan dari ibu.6 Jika bayi tetap asimptomatik maka tidak diperlukan evaluasi khusus.5,6 Pada ibu dicurigai tuberkulosis pada saat persalinan, maka bayi sebaiknya dipisahkan dari ibu sampai dilakukan rontgen toraks. Jika hasil rontgen toraks menunjukkan ada kelainan, maka bayi tetap dipisahkan dari ibu sampai dilakukan evaluasi secara lengkap. Jika hasil evaluasi secara keseluruhan tidak menunjukkan tuberkulosis aktif, maka bayi dikatakan resiko rendah infeksi. Namun jika evaluasi ibu menunjukkan tuberkulosis aktif, maka bayi harus ditatalaksana lebih lanjut. Bayi sebaiknya mendapat INH profilaksis paling tidak sampai hasil biakan sputum ibu menjadi negatif selama 3 bulan berturut-turut. Kemudian dilanjutkan uji tuberkulin. Jika hasilnya positif maka pemberian INH harus dilanjutkan selama 9-12 bulan. Jika hasilnya negatif INH tidak perlu dilanjutkan.64.5 Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak

Penanganan bayi dari ibu tuberkulosis menurut Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak adalah sebagai berikut:10a. Ibu berobat teratur dengan BTA (-)

Dilakukan rawat gabung dan foto toraks serta test Mantoux segera setelah lahir diulang pada umur 6 minggu. Bila hasil negatif, dilakukan vaksinasi BCG; bila hasil positif, diberikan INH profilaksis dengan dosis 10 mg/kg/hari.b. Ibu tidak berobat/berobat tidak teratur dan BTA (+)

Bayi diisolasi dari ibu dan dilakukan foto toraks dan test Mantoux segera setelah lahir. Selanjutnya diulang setiap 6 bulan. Bila hasil ulangan BTA negatif diberikan vaksinasi BCG, isolasi sampai 6 minggu setelah pengobatan ibu dan hasil BTA negatif; bila hasil ulangan BTA positif diberikan INH 10 mg/kg/hari.

c. Ibu dengan tuberkulosis milier:

1. Anak secara klinis baik

Isolasi dari ibu

Foto toraks dan test Mantoux segera lahir

Aspirasi cairan lambung untuk dilakukan pengecatan dan kultur

INH 10 mg/kg/hari selama 3 bulan

2. Anak secara klinis tampak sakit

Isolasi dari ibu

Foto toraks dan test Mantoux segera setelah lahir

Aspirasi cairan lambung untuk dilakukan pengecatan dan kultur

INH 15-20 mg/kg/hari selama 1 tahun

4.6 Pemberian ASI pada bayi dari ibu dengan tuberkulosisKuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh menyusu.11 Pemisahan ibu tuberkulosis dari bayinya tidak mutlak diperlukan. Ibu yang menderita TBC dapat menyusui bayinya dengan menggunakan masker untuk mencegah penularan pada bayi.2,4,11 Kecuali jika ibu dalam kondisi sakit sehingga memerlukan perawatan inap, begitu pula ibu yang menderita TBC payudara tidak dianjurkan menyusui bayinya.3-6 Namun demikian, ibu diberi pengobatan dan bayi diberi INH profilaksis. Sedangkan vaksinasi BCG tidak langsung terbentuk efek proteksinya. Setelah 3 bulan pengobatan secara adekuat biasanya ibu sudah tidak menularkan lagi dan setelah itu pada bayi dilakukan uji tuberculin. Bila hasilnya negative terapi INH dihentikan dan bayi diberi vaksinasi BCG.11KESIMPULANPenatalaksanaan bayi dari ibu tuberkulosis memerlukan pendekatan dan pertimbangan individual sesuai kondisi penyakit dan pengobatan ibu, adanya tuberkulosis kongenital, serta resiko lanjutan pada bayi. Jika tuberkulosis ibu aktif dan hasil biakan sputum positif, maka diberikan vaksinasi BCG dan dipisahkan dari ibu sampai hasil biakan sputum ibu menjadi negatif atau hasil uji tuberkulin bayi menjadi positif.

Jika hasil biakan sputum ibu negatif dan diketahui ibu mendapat pengobatan secara teratur, atau jika ibu dengan riwayat tuberkulosis yang telah menyelesaikan terapi secara adekuat, maka sebaiknya ibu dievaluasi dengan rontgen toraks menjelang persalinan serta 3 dan 6 bulan setelah persalinan, dan bayi dilakukan uji tuberkulin setiap 3 bulan.Kuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh menyusu.11 Pemisahan ibu tuberkulosis dari bayinya tidak mutlak diperlukan. Ibu yang menderita TBC dapat menyusui bayinya dengan menggunakan masker untuk mencegah penularan pada bayi.DAFTAR PUSTAKA

1. UKK Pulmonologi. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. Jakarta: PP IDAI, 2005

2. Warouw NN. Tuberkulosis Paru pada Kehamilan. Dalam: Buku Ajar Fetomaternal. Surabaya: Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI, 2004: 704-21

3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Penyakit paru. Dalam: Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2005: 1387-94. Sibuea D. problema ibu menyusui bayi. Medan: Bagian Obstetri-Ginekologi FK USU, 2003 5. Avery ME, Wolfsdorf J. Diagnosis and Treatment: Approach to Newborn Infants of Tuberculous Mothers. Pediatrics 1968; 42; 519-226. Starke JR, Munoz F. Tuberculosis. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, eds. Nelson Textbook of Pediatrics. 16th ed. Philadelphia: WB Saunders Company, 2000: 885-97

7. Cantwell MF, Shehab ZM, Costello AM, Sands L, Green WF, Ewing EP, Valway SE, Onorato IM. Congenital Tuberculosis. NEJM.

8. NN. Congenital Pulmonary Tuberculosis Associated with Maternal Cerebral Tuberculosis. MMWR 2005; 54: 249-509. Wong RMS, Wong KY, Lam BBC. Atypical Presentation of Congenital Tuberculosis in a Preterm Infant. HK J Pediatr 2007; 12: 133-610. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak. Palembang, Departemen Kesehatan Anak FK Unsri, 200611. Sidi IP, Suradi R, Masoara S, Boediharjo SD, Marnoto W. Masalah-masalah dalam Menyusui. Dalam: Suradi R, Tobing HKP, ed. Manajemen Laktasi. Edisi 2. Jakarta; Perkumpulan Perinatologi Indonesia 2004: 1-13

12. Beckman DA, Fawcett LB, Brent RL. The Effect of Maternal Drugs on the Developing Fetus. In: MacDonald MG, Mullett MD, Seshia MMK, eds. Averys Neonatology Pathophysiology and Management of the Newborn. 6th ed. Philadelphia; Lippincott Williams and Wilkins, 2005: 224-51WANITA - TBC AKTIF

FOKUS PRIMER TBC PADA GENITALIA INTERNA

TUBERKULOSIS

HAMIL

INFERTIL

BEROBAT TERATUR

TIDAK BEROBAT

TBC MILIER

REAKTIVASI

PENYEBARAN INFEKSI KE BAYI

NON-INFEKTIF

Gambar 1.

Patogenesis penyebaran infeksi tuberkulosis neonatal

FOKUS PRIMER DI BERBAGAI ORGAN TERUTAMA HATI DAN PARU

TBC KONGENITAL

TBC PERINATAL

FOKUS PRIMER DI SALURAN CERNA

HEMATOGEN VIA VENA UMBILIKALIS

BAKTEREMIA TBC

INGESTI CAIRAN AMNION

ASPIRASI SEKRET JALAN LAHIR

KONTAK

POST PARTUM

PERSALINAN

IN UTERO

Bayi dari ibu tuberkulosis

Bayi simptomatik/ TBC kongenital

Bayi lahir sehat/ asimptomatik

Dari ibu TBC aktif

Dari ibu TBC reaktif

Ibu telah selesai pengobatan

Ibu berobat teratur

Ibu dievaluasi: Ro-toraks dan Biakan sputum

Regimen terapi yang diberikan:

INH 10-15 mg/kg/hari

Rifampisin (10-20 mg/kg/hari)

Pyrazinamid (15-30 mg/kg/hari)

Streptomisin (20-30 mg/kg/hari) atau

Ethambutol (15-25 mg/kg/hari)

Lama terapi:

RHZE/S = 2 bulan

R = 6 bulan

H = 1 tahun

Hasil (+)

Hasil (-)

Bayi dipisahkan dari ibu

Gambar 2. Algoritme penanganan bayi dari ibu tuberkulosis

Bayi sebaiknya di test tuberkulin setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama, dan setiap tahun setelah itu

Rawat gabung

INH 10-15 mg/kg/hari selama 1 tahun

Test tuberkulin (+)

Test tuberkulin (-)

Vaksinasi BCG

Bayi dievaluasi:

Ro- toraks

Biakan cairan lambung, urin, CSS

Test tuberkulin saat lahir diulang 6 minggu

INH 10 mg/kg/hari 3 bulan berturut2

Rawat gabung