askep sc aph

31
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI ANTE PARTUM HEMORAGIC A. Pengertian Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. B. Jenis – jenis operasi sectio caesarea l. Abdomen (sectio caesarea abdominalis) 1. Sectio caesarea transperitonealis a. SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri) Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihan : a.1 Mengeluarkan janin dengan cepat

Upload: danisaputra999

Post on 01-Dec-2015

129 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Sc Aph

ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA

DENGAN INDIKASI ANTE PARTUM HEMORAGIC

A. Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi

untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

B. Jenis – jenis operasi sectio caesarea

l. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

1. Sectio caesarea transperitonealis

a. SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus

uteri)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri

kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

a.1 Mengeluarkan janin dengan cepat

a.2 Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih

tertarik

a.3 Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan

Page 2: Askep Sc Aph

a.1 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena

tidak ada reperitonealis yang baik

a.2 Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi

rupture uteri spontan

b. SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen

bawah rahim)

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada

segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm

Kelebihan :

b.1 Penjahitan luka lebih mudah

b.2 Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

b.3 Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk

menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum

b.4 Perdarahan tidak begitu banyak

b.5 Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau

lebih kecil

Kekurangan :

b.1 Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga

dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga

mengakibatkan perdarahan banyak

b.2 Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

c. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis

dengan demikian tidak membuka cavum abdominal

Page 3: Askep Sc Aph

2. Vagina (section caesarea vaginalis)

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Sayatan memanjang ( longitudinal )

2. Sayatan melintang ( Transversal )

3. Sayatan huruf T ( T insicion )

C. Indikasi

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan

menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-

hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses

persalinan normal ( Dystasia )

a. Fetal distress

b. His lemah / melemah

c. Janin dalam posisi sungsang atau melintang

d. Bayi besar ( BBL 4,2 kg )

e.Plasenta previa

f. Kalainan letak

g. Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan

panggul )

h. Rupture uteri mengancam

i. Hydrocephalus

j. Primi muda atau tua

k. Partus dengan komplikasi

l. Panggul sempit

Page 4: Askep Sc Aph

m.Problema plasenta

D. Komplikasi

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :

a. Infeksi puerperal ( Nifas )

1. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

2. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan

perut sedikit kembung

3. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

b. Perdarahan

1. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

2. Perdarahan pada plasenta bed

c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

peritonealisasi terlalu tinggi

d. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya

E. POST PARTUM

a. DEFINISI PUERPERIUM / NIFAS

Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu.

(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)

adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali

alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)

Page 5: Askep Sc Aph

b. PERIODE

Masa nifas dibagi dalam 3 periode:

1. Early post partum

Dalam 24 jam pertama.

2. Immediate post partum

Minggu pertama post partum.

3. Late post partum

Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.

F. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat.

4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

G. TANDA DAN GEJALA

1. Perubahan Fisik

a. Sistem Reproduksi

Uterus

Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.

No Waktu TFU Konsistensi After pain Kontraksi

Page 6: Askep Sc Aph

1.

2.

3.

4.

Segera setelah

lahir

1 jam setelah

lahir

12 jam setelah

lahir

setelah 2 hari

Pertengahan simpisis

dan umbilikus

Umbilikus

1 cm di atas pusat

Turun 1 cm/hari

Lembut

Terjadi

Berkurang

Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.

- Lochea

Komposisi

Jaringan endometrial, darah dan limfe.

Tahap

a. Rubra (merah) : 1-3 hari.

b. Serosa (pink kecoklatan)

c. Alba (kuning-putih) : 10-14 hari

Lochea terus keluar sampai 3 minggu.

Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.

Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.

- Siklus Menstruasi

Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu

tidak menyusui akan kembali ke siklus normal.

- Ovulasi

Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi

pada bulan ke-3 atau lebih.

Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi

mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk

mencegah kehamilan.

- Serviks

Page 7: Askep Sc Aph

Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari,

struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar

dan tampak bercelah.

- Vagina

Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran

seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar,

produksi mukus normal dengan ovulasi.

- Perineum

Episiotomi

Penyembuhan dalam 2 minggu.

Laserasi

TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot

TK II : Meluas sampai dengan otot perineal

TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter

TK IV : melibatkan dinding anterior rektal

b. Payudara

Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement

(bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada

payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam

2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak

menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.

c. Sistem Endokrin

- Hormon Plasenta

HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma

tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus

menstruasi.

- Hormon pituitari

Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama,

menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH,

tidak ditemukan pada minggu I post partum.

d. Sistem Kardiovaskuler

Page 8: Askep Sc Aph

- Tanda-tanda vital

Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena

dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.

- Volume darah

Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4

minggu

Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.

- Perubahan hematologik

Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.

- Jantung

Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3

minggu.

e. Sistem Respirasi

Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan

asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.

f. Sistem Gastrointestinal

- Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.

- Nafsu makan kembali normal.

- Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.

g. Sistem Urinaria

- Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius

terjadi karena trauma.

- Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.

- Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.

h. Sistem Muskuloskeletal

Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat

hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post

partum.

i. Sistem Integumen

Hiperpigmentasi perlahan berkurang.

j. Sistem Imun

Page 9: Askep Sc Aph

Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.

H. ANTE PARTUM HEMORAGI

1.  PengertianHemoragi antepartum adalah perdarahan pada trisemester terakhir

dari kehamilan. (Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Obstetric

Patologi, 83: 2002)

Hemoragi antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah

kehamilan 28 minggu. (Prof Dr. Rustam Mochtar MPH, Sinopsis Obstetri,

269 : 2002)

Pendarahan antepartum adalah pendarahan yang terjadi setelah

kehamilan 28 minggu.

Pendarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus

genitalis yang terjadi antara kehamilan minggu ke 28 awal partus.

2. Etiologi

Pendarahan antepartum dapat disebabkan oleh :Bersumber dari kelainan plasenta :a. Plasenta previa

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta

berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim

sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir

( osteum uteri internal ).

Plasenta previa diklasifikasikan menjadi 3 :a.1 Plasenta previa totalis                   : seluruhnya ostium internus

ditutupi plasenta.

a.2 Plasenta previa lateralis                : hanya sebagian dari ostium

tertutup oleh plasenta.

a.3 Plasenta previa marginalis            : hanya pada pinggir ostium

terdapat jaringan plasenta.

Page 10: Askep Sc Aph

Plasenta previa dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :

a.1 Endometrium yang kurang baik.

a.2 Chorion leave yang peresisten.

a.3 Korpus luteum yang berreaksi lambat.

b. Solusi plasentaSolusi plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya

normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya

dihitung kehamilan 28 minggu.

Solusi plasenta dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan tingkat

gejala klinik antara lain :

a.       Solusi plasenta ringan

·         Tanpa rasa sakit

·         Pendarahan kurang 500cc

·         Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian

·         Fibrinogen diatas 250 mg %

b.      Solusi plasenta sedang

·         Bagian janin masih teraba

·         Perdarahan antara 500 – 1000 cc

·         Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian

c.       Solusi plasenta berat

·         Abdomen nyeri-palpasi janin sukar

·         Janin telah meninggal

·         Plasenta lepas diatas 2/3 bagian

·         Terjadi gangguan pembekuan darah

Tidak bersumber dari kelainan plasenta, biasanya tidak begtu berbahaya,

misalnya kelainan serviks dan vagina ( erosion, polip, varises yang

pecah ).

3. KlasifikasiPerdarahan antepartum dapat berasal dari :

1.      Kelainan plasenta

Page 11: Askep Sc Aph

a.       Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi

pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga

menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (atrium

uteri internal). Implantasi yang normal ialah pada dinding depan,

dinding belakang rahin atau fundus uteri.

Klasifikasi dari plasenta previa adalah :

a.1 Plasenta previa totalis yaitu seluruh ostium internum

tertutup oleh plasenta.

a.2 Plasenta previa lateralis yaitu sebagian dari ostium

tertutup oleh plasenta.

a.3 Plasenta previa marginalis yaitu hanya terdapat pada

pinggir terdapat jaringan plasenta.

b. Solusio plasenta adalah keadaan dimana plasenta yang letaknya

normal terlepas dari perlekatan sebelum janin lahir. Biasanya

dihitung sejak kehamilan 28 minggu.

Klasifikasi solusio plasenta menurut derajat lepasnya plasenta

adalah :

b.1 Solusio plasenta parsialis yaitu bila hanya sebagian saja

plasentaterlepas dari tempat perlekatannya.

b.2 Solusio plasenta totalis (komplit) yaitu bila seluruh plasenta

sudah terlepas dari tempat perlekatannya.

b.3 Kadang-kadang plasenta ini turun kebawah dan dapat

teraba pada pemeriksaan dalam disebut prolaps plasenta.

c.       Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya seperti

insersio velamentosa, rupture sinus marginalis, prasenta sirkum

valata.

2. Bukan dari kelainan plasenta biasanya tidak begitu berbahaya misalnya

serviks vagian (erosion polip, varisa yang pecah) dan trauma.

4. Patofisiologi

a. Plasenta previa

Page 12: Askep Sc Aph

Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-

kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah

uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena

segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan

persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak,

pemisahan plasenta dari dinding usus sampai tingkat tertentu tidak

dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.

b. Solusi plasentaPerdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau

uterus yang membentuk hematom pada desisua, sehingga plasenta

terdesak akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematom yang

kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah

antara uterus dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya

pun tidak jelas.

Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir yang pada

pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya

dengan bekuan darah lama yang warnanya kehitam-hitaman.

Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena

otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mempu untuk

lebih berkontraksi menghentikan pendarahannya. Akibatnya, hematom

retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya

seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.

5. Tanda dan Gejalaa. Plasenta previa

a.1 Perdarahan tanpa nyeri hal ini disebabkan karena perdarahan

sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari

abortus dan perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan

antara plasenta dan dinding rahim.

a.2 Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada

kutub bawah rahim sehingga bagian terrendah tidak dapat mendekati

pintu atas panggul.

Page 13: Askep Sc Aph

a.3 Pada plasenta previa ukuran panjang rahim berkurang maka pada

plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan

disebabkan oleh plasenta previa lateral dan marginal serta

robekannya marginal sedangkan plasenta letak rendah, robekannya

beberapa sentimeter dari tepi plasenta.

b. Solusio plasentab.1 Perdarahan yang disertai nyeri.

b.2 Anemi dan syok.

b.3 Rahim keras seperti papan dan nyeri pinggang.

b.4 Palpasi sukar karena rahim keras.

b.5 Fundus uteri makin lama makin naik.

b.6 Bunyi jantung biasanya tidak ada.

6. Komplikasi

a. Plasenta previa

a.1 Prolaps tali pusat

a.2 Prolaps plasenta

a.3 Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu

dibersihkan dengan kerokan

a.4 Robekan-robekan jalan lahir

a.5  Perdarahan post partum

a.6 Infeksi karena perdarahan yang banyak

a.7 Bayi prematuritas atau kelahiran mati

b. Solusio plasenta

a.       Komplikasi Langsung

a.1 Perdarahan

a.2 Infeksi Emboli dan obstetrik syok

b.      Komplikasi tidak langsung

b.1 Couvelair uterus kontraksi tak baik, menyebabkan pendarahan post

partum.

b.2 Adanya hipo fibrinogenemia dengan perdarahan post jartum.

b.3 Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia.

Page 14: Askep Sc Aph

G.    Penatalaksanaan

1.      Plasenta previa

a.       Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show

(perdarahan inisial harus dikirim ke rumah sakit tanpa melakukan

suatu manipulasi apapun baik rectal apalagi vaginal).

b.      Apabila ada penilaian yang baik, perdarahan sedikt janin masih

hidup, belum inpartus. Kehamilan belum cukup 37 minggu atau

berat badan janin di bawah 2500 gr. Kehamilan dapat ditunda

dengan istirahat. Berikan obat-obatan spasmolitika, progestin

atau progesterone observasi teliti.

c.       Sambil mengawasi periksa golongan darah, dan siapkan donor

transfusi darah. Kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya

janin terhindar dari premature.

d.      Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil yang disangka

dengan plasenta previa, kirim segera ke rumah sakit dimana

fasilitas operasi dan tranfuse darah.

e.       Bila ada anemi berikan tranfuse darah dan obat-obatan.

2. Solusio plasenta

a.       Terapi konservatifPrinsip : tunggu sampai paerdarahan berhenti dan partus

berlangsung spontan. Perdarahan akan berhenti sendiri jika

tekanan intra uterin bertambah lama, bertambah tinggi sehingga

menekan pembuluh darah arteri yang robek.

Sambil menunggu atau mengawasi berikan :

a.1 Morphin suntikan subkutan.

a.2 Stimulasi dengan kardiotonika seperti coramine, cardizol, dan

pentazol.

a.3 Tranfuse darah.

b.      Terapi aktif

Page 15: Askep Sc Aph

Prinsip : melakukan tindakan dengan maksud anak segera diahirkan

dan perdarahan segera berhenti.

Urutan-urutan tindakan pada solusio plasenta :

b.1 Amniotomi ( pemecahan ketuban ) dan pemberian oksitosin

dan dan diawasi serta dipimpin sampai partus spontan.

b.2 Accouchement force : pelebaran dan peregangan serviks diikuti

dengan pemasangan cunam villet gauss atau versi

Braxtonhicks.

b.3 Bila pembukaan lengkap atau hampir lengkap, kepala sudah

turun sampai hodge III-IV :

·         Janin hidup                : lakukan ekstraksi vakum atau

forceps

·         Janin meninggal         : lakukan embriotomi

b.4 Seksio cesarea biasanya dilakukan pada keadaan :

·         Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil.

·         Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak

banyak, pembukaan masih kecil.

·         Solusio plasenta dengan panggul sempit.

·         Solusio plasenta dengan letak lintang.

b.5 Histerektomi dapat dikerjakan pada keadaan :

·         Bila terjadi afibrinogenemia atau hipofibrino-genemia

kalau persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau

tidak cukup.

·         Couvelair uterus dengan kontraksi uterus yang tidak

baik.

b.6 Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol tetapi

fungsi reproduksi ingin dipertahankan.

b.7 Pada hipofibrinogenemia berikan :

Page 16: Askep Sc Aph

·         Darah segar beberapa botol

·         Plasma darah

c.       Fibrinogen

I. Pengkajian

a. Sirkulasi

Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler

perifer atau stasis vaskuler ( peningkatan resiko pembentukan thrombus )

b. integritas ego

perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress

multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda

tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis

c. Makanan / cairan

Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi

insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis

d. Pernafasan

Adanya infeksi, kondisi yang kronik/ batuk, merokok

e. Keamanan

i. Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan

larutan

ii. Adanya defisiensi imun

iii. Munculnya kanker/ adanya terapi kanker

iv. Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/ reaksi anestesi

v. Riwayat penyakit hepatic

Page 17: Askep Sc Aph

vi. Riwayat tranfusi darah

vii. Tanda munculnya proses infeksi

J. Proritas Keperawatan

Mengurangi ansietas dan trauma emosional

Menyediakan keamanan fisik

Mencegah komplikasi

Meredakan rasa sakit

Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan

Menyediakan informasi mengenai proses penyakit

K. Diagnosa Keperawatan

Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat

diperkirakan

Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri

Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas

Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan untuk

penyembuhan luka, penurunan masukan ( sekunder akibat nyeri, mual,

muntah )

L. Intervensi

DP Tujuan Intervensi Rasional

Ansietas b.d

pengalaman

pembedahan

dan hasil

Ansietas berkurang

setelah diberikan

perawatan dengan

kriteria hasil :

-

pendekatan diri

pada pasien supaya

pasien merasa

-

akan

menumbuhkan

rasa tenang,

Page 18: Askep Sc Aph

tidak dapat

diperkirakan

Resti infeksi

b.d

destruksi

pertahanan

terhadap

bakteri

-

traumatik pada saat

membicarakan

pembedahan

-

-

untuk dilakukan

pembedahan yang

sama

-

Infeksi tidak terjadi

setelah perawatan selama

24 jam pertama dengan

kriteria hasil :

-

luka yang jauh dari

kategori infeksi

-

normal

-

dalam keadaan

normal, tidak demam

nyaman

-

pembedahan

merupakan jalan

terbaik yang harus

ditempuh untuk

menyelamatkan

bayi dan ibu

-

adekuat

-

untuk menjaga

daya tahan tubuh,

kebersihan luka,

serta tanda-tanda

infeksi dini pada

luka

tidak cemas

serta

kepercayaan

pada perawat.

-

adekuat akan

menghasilkan

daua tubuh

yang optimal

-

partisipasi dari

pasien, maka

kesembuhan

luka dapat

lebih mudah

terwujud

Page 19: Askep Sc Aph

Nyeri akut

b.d insisi,

flatus dan

mobilitas

Resti

Nyeri dapat berkurang

setelah perawatan 1x 24

jam dengan kriteria :

-

nyeri / mengatakan

bahwa nyeri sudah

berkurang

Mendemontrasikan berat

-

nyeri

-

nyeri

-

insisi luka post

operasi

-

yang

memungkinkan

tiap jam sekali

-

-

memiliki

managemen

yang berbeda

-

akibat luka

post operasi

-

akibat luka

post operasi

-

merangsang

peristaltik usus

sehingga

mempercepat

flatus

-

kesempatan

untuk

mengobservasi

penyimpangan

Page 20: Askep Sc Aph

perubahan

nutrisi b.d

peningkatan

kebutuhan

tubuh untuk

penyembuh

an

luka,penuru

nan

masukan

(sekunder

akibat nyeri,

mual,

muntah

badan stabil atau

penambahan berat badan

progresif kearah tujuan

dengan normalisasi nilai

laboratorium dan bebas

dari tanda malnutrisi

secara continue

selama perawatan

tiap hari,

perhatikan tingkat

energi, kondisi,

kulit, kuku,

rambut, rongga

mulut

-

pentingnya

trasnsisi pada

pemberian makan

per oral dengan

tepat

-

mengunyah,

menelan, beri

sosialisasi dan

bantuan makan

sesuai dengan

indikasi

dari norma/

dasar pasien

dan

mempengaruhi

pilihan

intervensi

-

pemberian

makan oral

lebih disukai

-

bantuan untuk

menghadapi

masalah

anoreksia,

kelelahan,

kelemahan otot

Page 21: Askep Sc Aph

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC

Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC

Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo