askep pheochromocytoma

6
UNIVERSITAS JAMBI- PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PHEOCHROMOCYTOMA Khairani Putri Utami G1B113007 5/20/2015 DOSEN PEMBIMBING : YOSI OKTARINA, S.Kep., Ners., M.Kep

Upload: rani

Post on 16-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PHEOCHROMOCYTOMA

UNIVERSITAS JAMBI- PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANDIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PHEOCHROMOCYTOMAKhairani Putri Utami

G1B1130075/20/2015

DOSEN PEMBIMBING : YOSI OKTARINA, S.Kep., Ners., M.Kep

1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral b.d. Gangguan Aliran Arteri Atau Vena di Otak d.d. Nyeri Kepala, Hipertensi.

a. Tujuan dan Kriteria HasilSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, aliran darah ke otak akan adekuat. Kriteria Hasil : Tidak mengalami sakit kepala.b. Intervensi Kaji dan dokumentasikan tanda-tanda vital : suhu tubuh, tekanan darah, nadi dan penapasan. Kaji dan dokumentasikan PO2, PCO2, pH dan kadar bikarbonat. Kaji dan dokumentasikan PaCO2, SaO2, dan kadar hemoglobin untuk menentukan pengiriman oksigen ke jaringan. Kaji nyeri kepala klien. Kaji tingkat kesadaran dan orientasi. Pantau TIK dan respon neurologis pasien terhadap aktivitas keperawatan. Pantau tekanan perfusi serebral. Perhatikan perubahan pasien sebagai respon terhadap stimulus, Pertahankan parameter hemodinamika (misalnya, tekanan arteri sistemik) dalam rentang yang dianjurkan. Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskular, sesuai program Induksi hipertensi untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral, sesuai program. Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0-45 derajat, bergantung pada kondisi pasien dan program dokter. Minimalkan stimulus lingkungan. Beri interval setiap asuhan keperawatan untuk meminimalkan peningkatan TIK.

2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d. Kebutuhan Metabolik Tinggi d.d. Penurunan Berat Badan dan Nyeri Abdomen.

a. Tujuan dan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien akan memperlihatkan status gizi yang adekuat. Kriteria Hasil : Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal.

b. Intervensi Pantau nilai laboratorium khususnya transferin, albumin, dan elektrolit. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan. Timbang pasien pada interval yang tepat. Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan bergizi dan tidak mahal. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya. Tentukan, dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, jika diperlukan, jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (khususnya untuk pasien dengan kebutuhan energi tinggi ). Buat perencanaan makanan dengan paasien yang masuk dalam jadwal makan, lingkungan makan, kesukaan dan ketidaksukaan pasien, serta suhu makanan.

3. Nyeri Akut b.d. Agens-agens Penyebab Cidera (Biologis) d.d. Nyeri Dada, Nyeri Abdomen, Nyeri Kepala.

a. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, skala nyeri klien berkurang dari level 7 ke level 2. Kriteria Hasil : Melaporkan bahwa nyeri telah berkurang. Ekspresi wajah lebih rileks. Tidak gelisah.

b. Intervensi Minta pasien untuk menyebutkan skala nyeri yang dideritanya dari level 0-10 (0=tidak ada nyeri 10= nyeri hebat). Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesik dan kemungkinan efek sampingnya. Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif yang meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnnya, umpan-balik biologis, hipnosis, relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas, akupresur, kompres hangat atau dingin, dan masase) sebelum, setelah dan jika memungkinkan, selama aktivitas yang menimbulkan nyeri ; sebelum nyeri terjadi ataumeningkat, dan bersama tindakan peredaan nyeri yang lain. Kolaborasikan dengan tim medis lainnya tentang tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih hebat. Libatkan pasien dalam modalitas peredaan nyeri, jika memungkinkan. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya, suhu ruangan, pencahayaan, dan kegaduhan). Pastikan pemberian analgesia terapi atau stratergi non farmakologis sebelum melakukan prosedur yang menimbulkan nyeri. 4. Intoleransi Aktivitas b.d. Ketidakseimbangan Suplai dan Kebutuhan Oksigen d.d. Takikardi, Palpitasi, Diaforesis.

a. Tujuan dan Kriteria HasilSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien akan dapat menunjukan toleransi aktivitas. Kriteria Hasil : Saturasi oksigen saat beraktivitas normal. Frekuensi pernapasan saat beraktivitas baik. Kemampuan berbicara saat beraktivitas baik.

b. Intervensi Pantau respon kardioreseptori terhadap aktivitas (misalnya, takikardia, disritmia, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik, dan frekuensi pernapasan) Pantau respon oksigen pasien (misalnya, denyut nadi, irama jantung, dan frekuensi pernapasan) terhadap aktivitas perawatan diri atau aktivitas keperawatan. Instruksikan kepada pasien dan keluarga tentang: penggunana teknik napas terkontrol selama aktivitas. penggunaan teknik relaksasi (misalnya distraksi, visualisasi) selama aktivitas. Penggunaan peralatan , seperti oksigen, selama aktivitas. Mengenali tanda dan gejala intoleran aktivitas, termasuk kondisi yang perlu dilaporkan kepada dokter. Ajarkan kepada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri yang akan meminimalkan konsumsi oksigen ( misalnya pemantauan mandiri dan teknik langkah untuk melakukan AKS) Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik menejemen waktu untuk mencegah kelelahan. Kolaborasikan dengan tim medis untuk merujuk pasien ke pusat rehibilitasi jantung. Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama dan setelah beraktivitas. Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki energi paling banyak.