askep osteoporosis.doc

62
Asuhan keperawatan lanjut usia dengan osteoporosis I. Pendahuluan A. Latar Belakang Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat atau populasi osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah populasi lanjut usia yang terdapat pada kelompok di atas usia 85 tahun, terutama terdapat pada kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap osteoporosis. Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan pada wanita proses ini akan semakin cepat pada masa menopause. Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini. Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Dapat dibayangkan betapa besar jumlah penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis.

Upload: doni-luter

Post on 24-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

Page 1: askep osteoporosis.doc

Asuhan keperawatan lanjut usia dengan osteoporosis

I. Pendahuluan

A. Latar BelakangOsteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat atau populasi osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah populasi lanjut usia yang terdapat pada kelompok di atas usia 85 tahun, terutama terdapat pada kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap osteoporosis. Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan pada wanita proses ini akan semakin cepat pada masa menopause.Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Dapat dibayangkan betapa besar jumlah penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis.

Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis berdasar Studi di Indonesia:• Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%.• Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. (Yayasan Osteoporosis Internasional)• Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun. (Yayasan Osteoporosis Internasional)• Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. (Yayasan Osteoporosis Internasional)• Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. (depkes, 2006)Berdasar data Depkes, jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan merupakan Negara dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara Cina.B. TujuanAdapun tujuan yang dapat diambil yaitu :masyarakat Indonesia dapat mengetahui dampak berbahaya dari penyakit osteoporosis

Page 2: askep osteoporosis.doc

sehingga dapat dilakukan pencegahan sebelum terjadinya penyakit .Manfaat yang diharapkan yaitu :dengan dilakukan pencegahan dan penanganan yang tepat diharapkan angka kejadian penyakit osteoporosis dapat ditekan.

Factor penting yang mempengaruhi kejadian osteoporosis dapat

berasal dari factor diet, fisik, social, medis, iatrogenic dan factor genetic.

Kalsium yang tidak memadai, fosfat/protein yang belebihan dan juga

masukan vitamin yang tidak memadai pada orang tua. Factor risiko yang

merupakan factor fisik yaitu imobilisasi dan gaya hidup duduk terus-

menerus (sedentary). Kebiasaan menggunakan alcohol, sigaret dan kafein

adalah factor social yang memicu terjadinya osteoporosis.

Selain factor diatas, kelainan kronis, endoskrinopati (lihat

osteoporosis sekunder), penggunaan kortikosteroid, penggantian

hormaon tiroid yang berlebihan, kemoterapi, loop deuretik,

antikonvulsan, tetrasiklin dan terapi radiasi merupakan factor medis dan

iatrogenic. Genetic/familial, biasanya berhubungan dengan massa tulang

suboptimal pada maturitas.

II. IsiA. Konsep Dasar Penyakit1. Definisia. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang (wikipedia.org).b. Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan masa tulang total. (buku ajar medikal bedah vol 3)

2. KlasifikasiAdapun klasifikasi osteoporosis yaitu :a. Osteoporosis primer1) Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause2) Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita.b. Osteoporosis sekunder. Di sebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif (misalnya mieloma multiple, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme) dan akibat obat-obatan yang toksik untuk tulang (misalnya glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada kurang lebih 2-3 juta klien.c. Osteoporosis idiopatik adalah osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan pada :1) Usia kanak-kanak (juvenil)

Page 3: askep osteoporosis.doc

2) Usia remaja (adolesen)3) Pria usia pertengahan3. EtiologiFaktor-faktor risiko penyebab osteoporosis antara lain :a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah1) Usia. Lebih sering terjadi pada lansia2) Jenis kelamin, tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil.3) Ras. Kulit putih mempunyai resiko lebih tinggi.4) Riwayat keluarga/keturunan.Sejarah keluarga juga mempengaruhi penyakit ini. Pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya cenderung mempunyai penyakit yang sama.5) Bentuk tubuh.Adanya kerangka tubuh yang lemah dan skoliosis vertebra menyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia 50-60 tahun dengan densitas tulang yang rendah dan di atas usia 70 tahun dengan BMI( body mass index) [ BB dibagi kuadrat TB] yang rendah.6) Tidak pernah melahirkan.

b. Faktor risiko yang dapat diubah1. Merokok2. Defisiensi vitamin dan gizi( antara lain protein), kandungan garam pada makanan, perokok berat, peminum alkohol dan kopi yang berat. Nikotin dalam rokok menyebabkan melemahnya daya serat sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. Oleh karena itu, proses pembentukan tulang oleh osteoblas menjadi melemah. Dampak konsumsi alkohol pada osteoporosis berhubungan dengan jumlah alkohol yang dikonsumsi. Konsumsi alkohol yang berlebihan akan menyebabkan melemahnya daya serat sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. Mengkonsumsi atau minum kopi lebih dari tiga cangkir per hari menyebabkan tubuh ingin berkemih. Keadaan tersebut menyebabkan kalsium banyak terbuang bersama air kencing. Kekurangan protein dan kalsium pada masa kanak-kanak dan remaja menyebabkan tidak tercapainya massa tulang yang maksimal pada waktu dewasa.3. Gaya hidup. Aktifitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorpsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak massa tulang.4. Gangguan makan ( anoreksia nervosa)5. Menopause dini ( menopause yang terjadi pada usia 46 tahun) dan hormonal, yaitu kadar esterogen plasma yang kurang/menurun. Dengan menurunnya kadar esterogen, resorpsi tulang menjadi lebih cepat sehingga akan terjadi penurunan massa tulang yang banyak. Bila tidak segera diintervensi, akan cepat terjadi osteoporosis.Penggunaan obat-obatan tertentu seperti diuretik, glukokortikoid, anti konvulsan, hormon tiroid berlebihan, kortikosteroid).

4. EpidemiologiSekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita

Page 4: askep osteoporosis.doc

ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat.5. Manifestasi KlinisPenyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala. Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti: patah tulang, punggung yang semakin membungkuk, hilangnya tinggi badan dan nyeri punggung.6. PatofisiologiMekanisme yang mendasari dalam semua kasus osteoporosis adalah ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Dalam tulang normal, terdapat matrik konstan remodeling tulang; hingga 10% dari seluruh massa tulang mungkin mengalami remodeling pada saat titik waktu tertentu. Tulang diresorpsi oleh sel osteoklas (yang diturunkan dari sumsum tulang), setelah tulang baru disetorkan oleh sel osteoblas.7. PathwayTerlampir

8. PenatalaksanaanTujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.Penanganan yang dapat di lakukan pada klien osteoporosis meliputi :a. Dietb. Pemberian kalsium dosis tinggic. Pemberian vitamin D dosis tinggid. Pemasangan penyangga tulang belakang (spina brace) untuk mengurangi nyeri punggung.e. Pencegahan dengan menghindari faktor resiko osteoporosis (mis. Rokok, mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktifitas fisik).f. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.

Page 5: askep osteoporosis.doc

9. PencegahanPencegahan osteoporosi meliputi:a. Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukupMengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium.b. Melakukan olah raga dengan bebanOlah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.c. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang. Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.10. Pemeriksaan DiagnostikPada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya yang bisa diatasi, yang bisa menyebabkan osteoporosis.Untuk mendiagnosis osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Pemeriksaan yang paling akurat adalah DXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini aman dan tidak menimbulkan nyeri, bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit. DXA sangat berguna untuk: wanita yang memiliki resiko tinggi menderita osteoporosis, penderita yang diagnosisnya belum pasti, penderita yang hasil pengobatannya harus dinilai secara akurat.B. Konsep Asuhan Keperawatan1. Pengkajiana. Anamnesis1). Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis. Kadang- kadang keluhan utama mengarahkan ke diagnosa ( mis., fraktur colum femoris pada osteoporosis). Faktor lain yang diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfat dan vitamin D, latihan yang teratur dan bersifat weight bearing.Obat-obatan yang diminum pada jangka panjang harus diperhatikan seperti kortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan, antasid yang mengandung aluminium, natrium flourida dan etidronat bifosfonat, alkohol dan merokok merupakan faktor risiko terjadinya osteoporosis.Penyakit lain yang harus dipertanyakan dan berhubungan dengan osteoporosis adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin, dan insufiensi pankreas.

Page 6: askep osteoporosis.doc

Riwayat haid, usia menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga diperhatikan. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan karena ada beberapa penyakit tulang metabolik yang bersifat herediter.2). Pengkajian psikososial. Gambaran klinis pasien dengan osteoporosis adalah wanita pascamenopause dengan keluhan nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi adanya fraktur multiple karena trauma. Perawat perlu mengkaji konsep diri klien terutama citra diri, khususnya klien dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi sosial karena perubahan yang tampak atau keterbatasan fisik, tidak mampu duduk di kursi, dan lain-lain. Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri atau tidak nyaman selama posisi interkoitus. Osteoporosis dapat menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji perasaan cemas dan takut pada klien.3). Pola aktifitas sehari-hari. Pola aktifitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olah raga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olah raga dapat membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu, olah raga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan aktifitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan muskulosekeletal. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak persendian adalah agility (kemampuan gerak cepat dan lancar) menurun, stamina menurun, koordinasi menurun dan dexterity (kemampuan memanipulasi ketrampilan motorik halus) menurun.

2. Pemeriksaan fisika. B1 (Breathing).Inspeksi: ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.Palpasi : taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.Perkusi: cuaca resonan pada seluruh lapang paru.Auskultasi: pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki.b. B2 ( Blood). Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat.c. B3 ( Brain). Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.a. Kepala dan wajah: ada sianosisb. Mata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.c. Leher: Biasanya JVP dalam normalNyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebrad. B4 (Bladder). Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan.e. B5 ( Bowel). Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.f. B6 ( Bone). Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis sering menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.Adapun data yang mungkin muncul pada pasien osteoporosis yaitu :Data subjektif :- os mengeluh nyeri punggung

Page 7: askep osteoporosis.doc

- os mengatakan sulit BAB- os mengatakan mudah lelah- Adanya riwayat jatuhData objektif- kekuatan otot menurun- kekakuan sendi- deformitas- kifosis- fraktur baru- ketidakseimbangan tubuh- keletihan

2. Diagnosa Keperawatana. Nyeri kronis berhubungan dengan dampak sekunder dan fraktur vertebrab. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.c. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangn tubuhd. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik(ketidakseimbangan mobilisasi) serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.e. Ansietas berhubungan dengan perubahan postural dan kurang pengetahuan

http://wayanpuja.blinxer.com/?page_id=239

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

TINJAUAN TEORI

1. Definisi

—-Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang sehingga meningkatkan risiko fraktur oleh karena fragilitas tulang meningkat.

-

2. Epidemiologi

—-Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki dan merupakan problem pada wanita pascamenopause. Osteoporosis di klinik menjadi penting karena problem fraktur tulang, baik fraktur yang disertai trauma yang jelas maupun fraktur yang terjadi tanpa disertai trauma yang jelas.

—-Penelitian Roeshadi di Jawa Timur, mendapatkan bahwa puncak massa tulang dicapai pada usia 30-34 tahun dan rata-rata kehilangan massa tulang pasca menopause adalah 1,4% per tahun. Penelitian yang dilakukan di klinik Reumatologi RSCM mendapatkan faktor resiko osteoporosis yang meliputi usia, lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah, sedangkan faktor proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi, riwayat barat badan lebih atau obesitas dan latihan yang teratur.

Page 8: askep osteoporosis.doc

-

3. Etiologi

—-Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause. Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur formasi dan resorpsi tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam keadaan seimbang dan disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas formasi tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12 minggu pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut. Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per tahun.

—-Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation – Resorption – Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang berasal dari tulang yang merangsang preosteoblas supaya membelah membelah menjadi osteoblas akibat adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang mempengaruhi proses remodelling adalah faktor hormonal. Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon paratiroid, hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat proses remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid. Proses-proses yang mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.

—-Selain gangguan pada proses remodelling tulang faktor lainnya adalah pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat. Walaupun terdapat variasi asupan kalsium yang besar, tubuh tetap memelihara konsentrasi kalsium serum pada kadar yang tetap. Pengaturan homeostasis kalsium serum dikontrol oleh organ tulang, ginjal dan usus melalui pengaturan paratiroid hormon (PTH), hormon kalsitonin, kalsitriol (1,25(OH)2 vitamin D) dan penurunan fosfat serum. Faktor lain yang berperan adalah hormon tiroid, glukokortikoid dan insulin, vitamin C dan inhibitor mineralisasi tulang (pirofosfat dan pH darah). Pertukaran kalsium sebesar 1.000 mg/harinya antara tulang dan cairan ekstraseluler dapat bersifat kinetik melalui fase formasi dan resorpsi tulang yang lambat. Absorpsi kalsium dari gastrointestinal yang efisien tergantung pada asupan kalsium harian, status vitamin D dan umur. Didalam darah absorpsi tergantung kadar protein tubuh, yaitu albumin, karena 50% kalsium yang diserap oleh tubuh terikat oleh albumin, 40% dalam bentuk kompleks sitrat dan 10% terikat fosfat.

-

4. Faktor Resiko Osteoporosis

1. Usia o Tiap peningkatan 1 dekade, resiko meningkat 1,4-1,8

2. Genetik o Etnis (kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia)o Seks (wanita > pria)

Page 9: askep osteoporosis.doc

o Riwayat keluarga3. Lingkungan, dan lainnya

o Defisiensi kalsiumo Aktivitas fisik kurango Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin)o

o Merokok, alkoholo Resiko terjatuh yang meningkat (gangguan keseimbangan, licin,

gangguan penglihatan)o Hormonal dan penyakit kronik

Defisiensi estrogen, androgen Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer, hiperkortisolisme Penyakit kronik (sirosis hepatis, gangguan ginjal, gastrektomi)

o Sifat fisik tulang Densitas (massa) Ukuran dan geometri Mikroarsitektur Komposisi

—-Selain itu ada juga faktor resiko faktur panggul yaitu,:

1. Penurunan respons protektif o Kelainan neuromuskularo Gangguan penglihatano Gangguan keseimbangan

2. Peningkatan fragilitas tulang o Densitas massa tulang rendaho Hiperparatiroidisme

3. Gangguan penyediaan energi o Malabsorpsi

-

5. Klasifikasi Osteoporosis

—-Dalam terapi hal yang perlu diperhatikan adalah mengenali klasifikasi osteoporosis dari penderita. Osteoporosis dibagi 2 , yaitu :

Osteoporosis primer

Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia dekade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena daripada pria dengan perbandingan 6-8: 1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.

Osteoporosis sekunder

Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain di luar tulang.

Page 10: askep osteoporosis.doc

Osteoporosis idiopatik

Osteoporosis idiopatik terjadi pada laki-laki yang lebih muda dan pemuda pra menopause dengan faktor etiologik yang tidak diketahui.

-

6. Patogenesis

—-Pembentukan ulang tulang adalah suatu proses yang terus menerus. Pada osteoporosis, massa tulang berkurang, yang menunjukkan bahwa laju resorpsi tulang pasti melebihi laju pembentukan tulang. Pembentukan tulang lebih banyak terjadi pada korteks

Proses Remodelling Tulang dan Homeostasis Kalsium

—-Kerangka tubuh manusia merupakan struktur tulang yang terdiri dari substansi organik (30%) dan substansi mineral yang paling banyak terdiri dari kristal hidroksiapatit (95%) serta sejumlah mineral lainnya (5%) seperti Mg, Na, K, F, Cl, Sr dan Pb. Substansi organik terdiri dari sel tulang (2%) seperti osteoblas, osteosit dan osteoklas dan matriks tulang (98%) terdiri dari kolagen tipe I (95%) dan protein nonkolagen (5%) seperti osteokalsin, osteonektin, proteoglikan tulang, protein morfogenik tulang, proteolipid tulang dan fosfoprotein tulang.

—-Tanpa matriks tulang yang berfungsi sebagai perancah, proses mineralisasi tulang tidak mungkin dapat berlangsung. Matriks tulang merupakan makromolekul yang sangat bersifat anionik dan berperan penting dalam proses kalsifikasi dan fiksasi kristal hidroksi apatit pada serabut kolagen. Matriks tulang tersusun sepanjang garis dan beban mekanik sesuai dengan hukum Wolf, yaitu setiap perubahan fungsi tulang akan diikuti oleh perubahan tertentu yang menetap pada arsitektur internal dan penyesuaian eksternal sesuai dengan hukum matematika. Dengan kata lain, hukum Wolf dapat diartikan sebagai “bentuk akan selalu mengikuti fungsi”.

Patogenesis Osteoporosis primer

—-Setelah menopause maka resorpsi tulang akan meningkat, terutama pada dekade awal setelah menopause, sehingga insidens fraktur, terutama fraktur vertebra dan radius distal meningkat. Estrogen juga berperan menurunkan produksi berbagai sitokin oleh bone marrow stromal cells dan sel-sel mononuklear, seperti IL-1, IL-6 dan TNF-α yang berperan meningkatkan kerja osteoklas, dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat menopause akan meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut sehingga aktivitas osteoklas meningkat.

—-Untuk mengatasi keseimbangan negatif kalsium akibat menopause, maka kadar PTH akan meningkat pada wanita menopause, sehingga osteoporosis akan semakin berat. Pada menopause, kadangkala didapatkan peningkatan kadar kalsium serum, dan hal ini disebabkan oleh menurunnya volume plasma, meningkatnya kadar albumin dan bikarbonat, sehingga meningkatkan kadar kalsium yang terikat albumin dan juga kadar kalsium dalam bentuk garam kompleks. Peningkatan bikarbonat pada

Page 11: askep osteoporosis.doc

menopause terjadi akibat penurunan rangsang respirasi, sehingga terjadi relatif asidosis respiratorik.

Patogenesis Osteoporosis Sekunder

—-Selama hidupnya seorang wanita akan kehilangan tulang spinalnya sebesar 42% dan kehilangan tulang femurnya sebesar 58%. Pada dekade ke-8 dan 9 kehidupannya, terjadi ketidakseimbangan remodeling tulang, dimana resorpsi tulang meningkat, sedangkan formasi tulang tidak berubah atau menurun. Hal ini akan menyebabkan kehilangan massa tulang, perubahan mikroarsitektur tulang dan peningkatan resiko fraktur.

—-Defisiensi kalsium dan vitamin D juga sering didapatkan pada orang tua. Hal ini disebabkan oleh asupan kalsium dan vitamin D yang kurang, anoreksia, malabsorpsi dan paparan sinar matahari yang rendah. Defisiensi vitamin K juga akan menyebabkan osteoporosis karena akan meningkatkan karboksilasi protein tulang misalnya osteokalsin. Penurunan kadar estradiol dibawah 40 pMol/L pada laki-laki akan menyebabkan osteoporosis, karena laki-laki tidak pernah mengalami menopause (penurunan kadar estrogen yang mendadak), maka kehilangan massa tulang yang besar seperti pada wanita tidak pernah terjadi. Dengan bertambahnya usia, kadar testosteron pada laki-laki akan menurun sedangkan kadar Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) akan meningkat. Peningkatan SHBG akan meningkatkan pengikatan estrogen dan testosteron membentuk kompleks yang inaktif.

—-Faktor lain yang juga ikut berperan terhadap kehilangan massa tulang pada orang tua adalah faktor genetik dan lingkungan (merokok, alkohol, obat-obatan, imobilisasi lama). Resiko fraktur yang juga harus diperhatikan adalah resiko terjatuh yang lebih tinggi pada orang tua dibandingkan orang yang lebih muda. Hal ini berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, gangguan keseimbangan dan stabilitas postural, gangguan penglihatan, lantai yang licin atau tidak rata, dll.

-

7. Gambaran Klinis

—-Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini disebabkan karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala fraktur tulang. Beberapa fraktur osteoporosis dapat terdeteksi hingga beberapa tahun kemudian. Tanda klinis utama dari osteoporosis adalah fraktur pada vertebra, pergelangan tangan, pinggul, humerus, dan tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus vertebra adalah nyeri pada punggung dan deformitas pada tulang belakang. Nyeri biasanya terjadi akibat kolaps vertebra terutama pada daerah dorsal atau lumbal. Secara khas awalnya akut dan sering menyebar kesekitar pinggang hingga kedalam perut. Nyeri dapat meningkat walaupun dengan sedikit gerakan misalnya berbalik ditempat tidur. Istirahat ditempat tidaur dapat meringankan nyeri untuk sementara, tetapi akan berulang dengan jangka waktu yang bervariasi. Serangan nyeri akut juga dapat disertai oleh distensi perut dan ileus

—-Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan osteoporosis bila didapatkan :

Page 12: askep osteoporosis.doc

Patah tulang akibat trauma yang ringan. Tubuh makin pendek, kifosis dorsal bertambah, nyeri tulang. Gangguan otot (kaku dan lemah) Secara kebetulan ditemukan gambaran radiologik yang khas.

-

8. Diagnosis

—-Diagnosis osteoporosis umumnya secara klinis sulit dinilai, karena tidak ada rasa nyeri pada tulang saat osteoporosis terjadi walau osteoporosis lanjut. Khususnya pada wanita-wanita menopause dan pasca menopause, rasa nyeri di daerah tulang dan sendi dihubungkan dengan adanya nyeri akibat defisiensi estrogen. Masalah rasa nyeri jaringan lunak (wallaca tahun1981) yang menyatakan rasa nyeri timbul setelah bekerja, memakai baju, pekerjaan rumah tangga, taman dll. Jadi secara anamnesa mendiagnosis osteoporosis hanya dari tanda sekunder yang menunjang terjadinya osteoporosis seperti :

-          Tinggi badan yang makin menurun.

-          Obat-obatan yang diminum.

-          Penyakit-penyakit yang diderita selama masa reproduksi, klimakterium.

-          Jumlah kehamilan dan menyusui.

-          Bagaimana keadaan haid selama masa reproduksi.

-          Apakah sering beraktivitas di luar rumah , sering mendapat paparan matahari cukup.

-          Apakah sering minum susu? Asupan kalsium lainnya.

-          Apakah sering merokok, minum alkohol?

-

Pemeriksaan Fisik

—-Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita osteoporosis. Demikian juga gaya berjalan penderita osteoporosis, deformitas tulang, nyeri spinal. Penderita dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus dan penurunan tinggi badan.

-

Pemeriksaan Radiologis

Page 13: askep osteoporosis.doc

—-Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.

-

Pemeriksaan Densitas Massa tulang (Densitometri)

Densitas massa tulang berhubungan dengan kekuatan tulang dan resiko fraktur . untuk menilai hasil pemeriksaan Densitometri tulang, digunakan kriteria kelompok kerja WHO, yaitu:

1. Normal bila densitas massa tulang di atas -1 SD rata-rata nilai densitas massa tulang orang dewasa muda (T-score)

2. Osteopenia bila densitas massa tulang diantara -1 SD dan -2,5 SD dari T-score.

3. Osteoporosis bila densitas massa tulang -2,5 SD T-score atau kurang.4. Osteoporosis berat yaitu osteoporosis yang disertai adanya fraktur.

-

9. Penatalaksanaan

—-Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang. Dengan cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam pencegahan osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain itu juga menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.

—-Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi seperti kalsium serta senam beban.

—-Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila terjadi fraktur panggul.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Promosi kesehatan untuk mengidentifikasi individu yang beresiko mengalami osteoporosis dan penemuan masalah yang berhubungan dengan osteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan.

Wawancara meliputi : pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause, dan penggunaan kortikosteroid selain asupan alcohol, rokok dan kafein. Setiap gejala

Page 14: askep osteoporosis.doc

yang dialami pasien seperti nyeri pingang, konstipasi, atau gangguan citra diri, harus digali.

Pemeriksaan fisik….

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan osteomielitis adalah :

1. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur dan spasme otot2. Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi atau terjadinya ileus (obtruksi

usus)3. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi4. Resiko cedera berhubungan dengan tulang osteoporosik

http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/12/askep-osteoporosis/

A. PENGKAJIAN

Untuk mengidentifikasi resiko pasien dan pengenalan masalah-masalah yang berkaitan dengan osteporosis, wawancara pasien mengenai riwayat keluarga, fraktur yang terjadi sebelumnya, kebiasaan diet, pola olah raga, awitan menopause dan penggunaan steroid

Amati terhadap fraktur, kifosis thorakal atau pemendekan batang tubuh saat melakukan pemeriksaan fisik

Riwayat dislokasi pada wanita post menopouse atau kondisi yang diketahui sebagai penyebab sekunder osteoporosis. Pasien (biasanya wanita tua) mungkin melaporkan penurunan kemampuan untuk mengangkat . Pasien mengatakan nyeri beberapa lama sampai beberapa tahun. Jika pasien mempunyai kolab vertebra, pasien merasakan nyeri punggung dan nyeri menjalar ke tubuh. Selain itu didapatkan :

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA

1. Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi nutrisi dan pencegahan.

2. Potensial Komplikasi (fraktur, kifosis, paralitik ileus)

3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

4. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus

5. Resiko terhadap cedera; fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Page 15: askep osteoporosis.doc

1. Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi nutrisi dan pencegahan.

Kriteria Pengkajian FokusMakna klinis

1. Pengetahuan atau pengalaman dengan osteoporosis

2. Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi

1. Pengkajian ini membantu perawat merencanakan strategi penyuluhan

2. Klien atau keluarga yang gagal untuk memenuhi tujuan belajar memerlukan rujukan untuk bantuan pasca pulang.

KRITERIA HASIL :

Klien atau keluarga akan :

Menyebutkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi atau dihilangkan

Menggambarkan modifikasi diet

Menyebutkan tanda dan gejala yang harus dilaporkan pada profesioal pelayanan kesehatan

Sasaran utama yang lain mencakup peredaan nyeri, perbaikan eliminasi usus dan tidak terdapat fraktur tambahan.

INTERVENSI KEPERAWATAN :

1. Diskusikan osteoporosis dengan menggunakan alat bantu pengajaran yang sesuai dengan tingkat pengertian klien dan keluarga (mis; gambar, slide, model). Jelaskan hal-hal berikut :

a. Penurunan densitas tulang

b. Peningkatan insiden fraktur vertebral, panggul dan pergelangan

2. Jelaskan faktor resiko dan yang mana dapat dihilangkan atau diubah.

a. Gaya hidup menoton

b. Kerangka tubuh kecil, kurus

c. Diet rendah kalsium dan vitamin D dan fosfor tinggi

d. Menopause atau ooforektomi

e. Obat-obatan

f. Meminum alkohol

Page 16: askep osteoporosis.doc

g. Kafein

h. Kadar natrium florida rendah

i. Merokok

3. Rujuk ke sumber komunitas seperti kelompok berhenti merokok, yayasan artritis dan kelompok yang terkait.

4. Ajarkan untuk memantau dan melaporkan tanda dan gejala fraktur :

a. Nyeri hebat tiba-tiba pada punggung bawah, terutama setelah mengangkat atau membungkuk

b. Spasme otot paravertebral nyeri

c. Kolaps vertebral bertahap (dikaji dengan perubahan tinggi badan atau pengukuran tanda khiposis)

d. Nyeri punggung kronik

e. Keletihan

f. Konstipasi

5. Pertegas penjelasan untuk terapi nutrisi, konsul dengan ahli diet bila ada indikasi :

a. perbanyak masukan kalsium 1000 sampai 1500 mg/hari

b. Identifikasi makanan tinggi kalsium, mis; sardin, salmon, tahu produk dari susu dan sayuran berdaun hijau

c. Pantau tanda dan gejala intoleransi laktosa, seperti; diare, flatulens dan kembung

d. Rekomendasikan multivitamin yang mengandung 400 sampai 800 IU vitamin D setiap hari

e. Identivikasi makanan yang menjadi sumber vitamin D, mis; susu diperkaya sereal, kuning telur, hepar dan ikan laut

f. Dorong masukan protein adekuat tetapi tidak berlebih, kurang lebih 44 g/hari pada kebanyakan klien

6. Jelaskan kebutuhan peningkatan aktivitas fisik dan pembatasan tertentu :

a. Dorong latihan yang menghasilkan gerakan, tarikan dan tekanan pada tulang panjang, mis; berjalan, bersepeda statis dan mendayung

Page 17: askep osteoporosis.doc

b. Instruksikan klien untuk latihan sedikitnya tiga kali seminggu selama 30 sampai 60 menit setiap bagian, sesuai kemampuan

c. Hindari latihan fleksi spina dan membungkuk tiba-tiba dan tersentak, mengangkat beban berat

d. Rencanakan periode istirahat adekuat, berbaring pada posisi terlentang selama sedikitnya 15 menit saat nteri punggung meningkat atau interval tertentu selama siang hari

e. Instruksikan klien dalam menggunakan sabuk punggung, korset, belat bila perlu

f. Dorong anggota keluarga atau pemberi perawatan lain untuk memberikan latihan rentang gerak pasif pada klien yang diimobilisasi di tempat tidur

7. Jelaskan pentingnya kewaspadaan keamanan seperti berikut ini :

a. Menyangga punggung dengan matras kuat, penyokong tubu dan mekanika tubuh yang baik

b. Lindungi terhadap kecelakaan jatuh dengan menggunakan sepatu dengan tumit rendah; menyingkirkan bahaya lingkungan, seperti rak laci, lantai licin, kabel listrik dijalan dan pencahayaan yang kurang baik dan menghindari alkohol, hipnotik dan tranquilizer

c. Menggunakan alat bantu sesuai kebutuhan, mis; tongkat atau kruk

d. Hindari gerakan fleksi, seperti menunduk, membungkuk dan mengangkat. Jelaskan bahwa fraktur kompresi vertebral dapat diakibatkan dari trauma minimal karena membuka jendela, menggendong anak, batuk atau menunduk.

8. Jelaskan terapi obat yang ditentukan, ditekankan pentingnya mematuhi rencana dan mengerti kemungkinan efek samping. Sesuai keperluan, pertaegas tentang hal berikut

a. Sumplemen kalsium : 1000 sampai 1500 mg/hari, 1500 mg/hari setelah menopause, disertai dengan peningkatan masukan cairan

b. Suplemen vitamin D : 100 sampai 500 IU/hari. (catatan; bila vitamin D digunakan dalam hubungannya dengan kalsitrio, kadar kalsium plasma harus dipantau setiap minggu selama 4 sampai 6 minggu dan kemudian frekuensinya menurun)

c. Terapi estrogen dosis rendah; 0,3 sampai 0,625 mg/hari unuk wanita pasca menopausal, disertai pemeriksaan payudara mandiri setiap bulan, pemeriksaan payudara klinis regular dan mamografi dengan Pap smear untur memonitor efek samping

Page 18: askep osteoporosis.doc

d. Kalsitonin Salmon parenteral; dosis yang disetujui FDA adalah 100IU setiap hari. Seringkali 100IU/hari, tiga kali seminggu pada awalnya; kemudian setelah pemeriksaan rontgen dan evaluasi kalsium serum, dosis dapat menurun sampai 50 IU/hari setiap 1-3 hari

e. Natrium florida; biasanya 60 mg/hari pada waktu yang berbeda dari pemberian kalsium.

2. Masalah Kolaboratif : Potensial Komplikasi (fraktur, kifosis, paralitik ileus)

INTERVENSI KEPERAWATAN :

1. Pantau tanda dan gejala fraktur (vertebral, panggul atau pergelangan tangan)

a. Nyeri pada punggung bawah atau leher

b. Nyeri tekan terlokalisasi

c. Nyeri menyebar pada abdomen dan pinggang

d. Spasme otot para vertebral

2. Pantau kifosis dari spina dorsal, ditandai dengan penurunan tinggi badan. Dikatakan kifosis bila jarak antara kaki dan simfisis pubis lebih dari 1 cm

3. Pantau tanda dan gejala paralitik ileus :

a. Tak terdengar bising usus

b. Ketidak nyamanan abdomen dan distensi

INTERVENSI PROGRAM DOKTER YANG BERHUBUNGAN :

Obat-obatan :

Kalsium, suplemen vitamin D

Kalsitonin salmon

Terapi pengganti estrogen dalam konjungsi dengan progresteron

Pemeriksaan Laboratorium :

Kalsium dan fosfat serum

Fosfat alkalin

Hidroksiprolin

Ekskresi kalsium urine

Page 19: askep osteoporosis.doc

Hematokrit

Osteokalsin serum

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan sinar x

Absorpsimetri foton tunggal

Absorpsimetri sinar x energi ganda

Absorpsimetri foton ganda

Tomografi komputer kuantit

3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

INTERVENSI KEPERAWATAN :

1. Ajarkan cara menghilangkan nyeri punggung melalui tirah baring dan pengunaan matras yang keras dan tidak menggulung

2. Instruksikan pasien untuk menggerakkan trunkusnya sebagai satu unit dan hindari memutar ; berikan dorongan untuk melakukan postur tubuh yang baik dan melanik tubuh yang baik

3. Pasang korset lumbosakral untuk menyangga sementara ketika turun dari tempat tidur

4. Berikan analgesik narkotik oral saat awitan nyeri punggung ; gati menjadi analgesik non narkotik setelah beberapa hari

4. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus

INTERVENSI KEPERAWATAN :

1. Berikan dorongan untuk mengkonsumsi diet tinggi serat, tingkatan masukan cairan dan gunakan pelunak feces yang telah diresepkan

2. Pantau masukan pasien, bising usus dan aktivitas usus (defekasi); ileus dapat terjadi jika kolaps vertebra mengenai tulang vertebra T10-12.

5. Resiko terhadap cedera; fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang

INTERVENSI KEPERAWATAN :

1. Tingkatkan aktivitas fisik untuk menguatkan otot, mencegah atropi disuse, dan hambat demineralisasi tulang progresif.

Page 20: askep osteoporosis.doc

2. Berikan dorongan untuk melakukan latihan isometrik untuk menguatkan otot-otot trunkus

3. Berikan dorongan untuk berjalan, penggunaan mekanik tubuh yang baik, dan postur tubuh yang benar

4. Hindari membungkuk tiba-tiba, gerakan mendadak, dan mengangkat berat

5. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas diluar rumah di bawah sinar matahari untuk meningkatkan kemampuan tubuh memproduksi vitamin D

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOPOROSISOleh : Km Ita Wirasadi

a. PengertianOsteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang, peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah (buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system musculoskeletal)Penyakit osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis (www.mediacastore.com)

b. Penyebab osteoporosisAda 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu :• Pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause.Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur formasi dan resorpsi tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam keadaan seimbang dan disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas formasi tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12 minggu pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut. Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per tahun. Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation – Resorption – Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang berasal dari tulang yang merangsang preosteoblas supaya membelah membelah menjadi osteoblas akibat adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang mempengaruhi proses remodelling adalah faktor hormonal. Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon paratiroid, hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat proses remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid. Proses-proses yang mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.• Gangguan pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat.

Page 21: askep osteoporosis.doc

Gangguan metabolisme kalsium dan fosfat dapat dapat terjadi karena kurangnya asupan kalsium, sedangkan menurut RDA konsumsi kalsium untuk remaja dewasa muda 1200mg, dewasa 800mg, wanita pasca menopause 1000 – 1500mgmg, sdangkan pada lansia tidak terbatas walaupun secara normal pada lansia dibutuhkan 300-500mg. oleh karena pada lansia asupan kalsium kurang dan ekskresi kalsium yang lebih cepat dari ginjal ke urin, menyebabkan lemahnya penyerapan kalsium. Selain itu, ada pula factor risiko yang dapat mencetuskan timbulnya penyakit osteoporosis yaitu :Faktor resiko yang tidak dapat diubah :- usia, lebih sering terjadi pada lansia- jenis kelamin, tiga kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh factor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil- Ras, kulit putih mempunyai risiko paling tinggi- Riwayat keluarga/keturunan, pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis, anak-anakyang dilahirkan juga cenderung mempunyai penyakit yang sama-Bentuk tubuh, adanya kerangka tubuh yang lemah dan scoliosis vertebramenyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutam trejadi pada wanita antara usia 50-60tahundengan densitas tulang yang rendah dan diatas usia 70tahun dengan BMI yang rendah.Factor risiko yang dapat diubah :- Merokok- Defisisensi vitamin dan gizi (antara lain protein), kandungan garam pada makanan, peminum alcohol dan kopi yang berat. Nikotin dalam rokok menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsiumdari darah ke tulang sehingga pembentukan tulang oleh osteoblast menjadi melemah. Mengkonsumsi kopi lebih dari 3 cangkir perhari menyebabkan tubuh selalu ingin berkemih. Keadaan tersebut menyebabkan banyak kalsium terbuang bersama air kencing.- Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyangga beratbadan merupakan stimulus penting bagi resorspi tulang. Beban fisik yang terintegrasimerupakan penentu dari puncak massa tulang- Gangguan makan (anoreksia nervosa)- Menopause dini, menurunnya kadar estrogen menyebabkan resorpsi tulang menjadi lebihcepat sehingga akan terjadi penurunan massa tulang yang banyak.- Penggunaan obat-obatan tertentu seperti diuretic, glukokortikoid, antikonvulsan, hormonetiroid berlebihan, dan kortikosteroid.

c. Epidemiologi/insiden kasusPenyakit ini 2-4 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Dari seluruh klien, satu diantara tiga wanita yang berusia diatas 60 tahun dan satu diantara enam pria yang berusia diatas 75tahun akan mengalami patah tulang akibat kelainan ini. Namun tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam. Menurut penelitian, 24% dari wanita umur 40-59tahun sudah mengalami osteoporosis dan 62% wanita berumur 60-70tahun mengalami osteoporosis (www.medicastore.com).Di Indonesia prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita

Page 22: askep osteoporosis.doc

sebanyak 18-36% sedangkan pria 20-27%, untuk umur diatas 70 tahun untuk wanita 53,6% sedangkan pria 38%.Dan menurut yayasan osteoporosis internasional, lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang diseluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050, mereka yang terserang rata-rata berusia diatas 50 tahun.Sedangkan menurut Depkes, 2006, dua dari lima orang di Indonesia memiliki resiko terkena penyakit osteoporosis.Hasil penelitian Persatuan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) tahun 2006 menemukan bahwa sebanyak 38% pasien yang datang untuk memeriksakan densitas tulang mereka di Makmal Terpadu FKUI Jakarta ternyata terdeteksi menderita osteoporosis sebanyak 14,7% sedangkan di Surabaya sebanyak 26% pasien dinyatakan positif osteoporosis.

d. Patofisiologi Osteoforosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara factor genetic dan factor lingkungan.Factor genetic meliputi:- usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan.Factor lingkungan meliputi:- merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi, Gaya hidup, Mobilitas, anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan.Kedua factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulag, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.

e. Klasifikasi • Osteoporosis primer- Tipe 1 adalah tipe yang terjadi pada wanita pascamenopause- Tipe 2 adalah tipe yang terjadi pada orang usia lanjut baik pria maupun wanita• Osteoporosis sekunderOsteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif misalnya mieloma multiple, hipertirodisme, hiperparatiroidisme dan akibat obat-obatan yang toksik untuk tulang (misalnya ; glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada kurang lebih 2-3 juta klien.• Osteoporosis IdiopatikOsteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada :- Usia kanak-kanak (juvenile)- Usia remaja (adolesen)- Wanita pra-menopause- Pria usia pertengahan

f. Gejala klinis/manifestasi klinis • Nyeri tulang akut.. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat dengan atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak.• Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur• Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas• Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi

Page 23: askep osteoporosis.doc

paraparesis.• Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua) biasanya datang dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause sedangkan gambaran klinis setelah terjadi patah tulang, klien biasanya datang dengan keluhan punggung terasa sangat nyeri (nyeri punggung akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak pada pergelangan tangan setelah jatuh.• Kecenderungan penurunan tinggi badan• Postur tubuh kelihatan memendek

g. Pemeriksaan fisik• B1 (breathing )Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakangPalpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiriPerkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paruAuskultasi : pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki• B2 (blood)Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan pusing, adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat• B3 (brain)Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien dapat mengeluh pusing dan gelisah• B4 (Bladder)Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan padasistem perkemihan• B5 (bowel)Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu dikaji juga frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses• B6 (Bone)Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3

h. Pemeriksaan diagnostic/penunjang• Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum, fosfatase alkali, eksresi kalsium urine,eksresi hidroksi prolin urine, LED)• Pemeriksaan x-ray• Pemeriksaan absorpsiometri• Pemeriksaan Computer Tomografi (CT)• Pemeriksaan biopsii. Diagnosis/criteria diagnosisDiagnosis osteoporosis dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan :• Radiology• Pengukuran massa tulang• Pemeriksaan lab kimiawi• Pengukuran densitas tulang• Pemeriksaan marker biokemis• Biospi• Dan memperhatikan factor resiko (wanita, umur, ras, dsb)

Page 24: askep osteoporosis.doc

j. Terapi/penatalaksanaan• Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi tulang• Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkan.• Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat• Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri punggung

k. Komplikasi Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan

l. PrognosisKondisi kronis merupakan salah satu penyebab utama kecacatan pada pria dan wanita. Kompresi fraktur pada tulang belakang menyebabkan rasa tidak nyaman dan mengganggu pernafasan.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIAN1. Anamnesis• Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis. Kadang keluhan utama (missal fraktur kolum femoris pada osteoporosis). Factor lain yang perlu diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, kurang asupan kalasium, fosfat dan vitamin D. obat-obatan yang diminum dalam jangka panjang, alkohol dan merokok merupakan factor risiko osteoporosis. Penyakit lain yang juga harus ditanyakan adalah ppenyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin dan insufisiensi pancreas. Riwayat haid , usia menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi, serta riwayat keluarga yang menderita osteoporosis juga perlu dipertanyakan.

• Pengkajian psikososial. Perlu mengkaji konsep diri pasien terutama citra diri khususnya pada klien dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi social karena perubahan yang tampak atau keterbatasan fisik, misalnya tidak mampu duduk dikursi dan lain-lain. Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selama posisi interkoitus. Osteoporosis menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji perasaan cemas dan takut pada pasien.

• Pola aktivitas sehari-hari. Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, mandi, makan dan toilet. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan dengan menurunnya gerak dan

Page 25: askep osteoporosis.doc

persendian adalah agility, stamina menurun, koordinasi menurun, dan dexterity (kemampuan memanipulasi ketrampilan motorik halus) menurun.

Adapun data subyektif dan obyektif yang bisa didapatkan dari klien dengan osteoporosis adalah : • Data subyektif : - Klien mengeluh nyeri tulang belakang- Klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun- Klien mengatakan membatasi pergaulannya karena perubahan yang tampak dan keterbatasan gerak- Klien mengatakan stamina badannya terasa menurun- Klien mengeluh bengkak pada pergelangan tangannya setelah jatuh- Klien mengatakan kurang mengerti tentang proses penyakitnya- Klien mengatakan buang air besar susah dan keras• Data obyektif ;- tulang belakang bungkuk- terdapat penurunan tinggi badan- klien tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)- terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular- klien tampak gelisah- klien tampak meringis2. Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B(Breathing, blood, brain, bladder, bowel dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan ketidaksimetrisan rongga dada, apakah pasien pusing, berkeringat dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan nyeri punggung yang disertai pembatasan gerak dan apakah ada penurunan tinggi badan, perubahan gaya berjalan, serta adakah deformitas tulang3. Pemeriksaan diagnostic- Radiology- CT scan- Pemeriksaan laboratorium

B. DIAGNOSA KEPERAWATANMasalah yang biasa terjadi pada klien osteoporosis adalah sebagai berikut :1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringis2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang terlihat bungkuk4. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular5. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ditandai dengan klien

Page 26: askep osteoporosis.doc

mengatakan membatasi pergaulan dan tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)6. Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan kompresi saraf pencernaan ileus paralitik ditandai dengan klien mengatakan buang air besar susah dan keras7. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah.

C. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringis

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang dengan criteria hasil klien dapat mengekspresikan perasaan nyerinya, klien dapat tenang dan istirahat, klien dapat mandiri dalam penanganan dan perawatannya secara sederhana.

Intervensi : • Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik termasuk intensitas (skala 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/prilaku) R/ Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi• Ajarkan klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinyaR/ alternative lain untuk mengatasi nyeri misalnya kompres hangat, mengatur posisi untuk mencegah kesalahan posisi pada tulang/jaringan yang cedera• Dorong menggunakan teknik manajemen stress contoh relaksasi progresif, latihan nafasa dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan teraupetikR/ Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri yang mungkin menetap untuk periode lebih lama• Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasiR/ diberikan untuk menurunkan nyeri.

2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik dengan criteria hasil klien dapat meningkatkan mobilitas fisik, berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan, klien mampu melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri

• Kaji tingkat kemampuan klien yang masih adaR/ sebagai dasar untuk memberikan alternative dan latihan gerak yang sesuai dengan kemampuannya• Rencanakan tentang pemberian program latihan, ajarkan klien tentang aktivitas hidup sehari-hari yang dapat dikerjakanR/ latihan akan meningkatkan pergerakan otot dan stimulasi sirkulasi darah

Page 27: askep osteoporosis.doc

• Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas /perawatan diri secara bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhanR/ kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba, memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas

4. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang terlihat bungkuk

Tujuan : cedera tidak terjadi dengan criteria hasil klien tidak jatuh dan tidak mengalami fraktur, klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur• Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya missal : tempatkan klien pada tempat tidur rendah, berikan penerangan yang cukup, tempatkan klien pada ruangan yang mudah untuk diobservasiR/ menciptakan lingkungan yang aman mengurangi risiko terjadinya kecelakaan• Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan,tidak naik tangga dan mengangkat beban beratR/ pergerakan yang cepat akan memudahkan terjadinya fraktur kompresi vertebra pada klien osteoporosis• Observasi efek samping obat-obatan yang digunakanR/ obat-obatan seperti diuretic, fenotiazin dapat menyebabkan pusing, mengantuk dan lemah yang merupakan predisposisi klien untuk jatuh

5. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri klien terpenuhi dengan criteria hasil klien mampu mengungkapkan perasaan nyaman dan puas tentang kebersihan diri, mampu mendemonstrasikan kebersihan optimal dalam perawatan yang diberikan• Kaji kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktifitas perawatanR/ untuk mengetahui sampai sejauh mana klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri• Beri perlengkapan adaptif jika dibutuhkan misalnya kursi dibawah pancuran, tempat pegangan pada dinding kamar mandi, alas kaki atau keset yang tidak licin, alat pencukur, semprotan pancuran dengan tangkai pemegangR/ peralatan adaptif ini berfungsi untuk membantu klien sehingga dapat melakukan perawatan diri secara mandiri dan optimal sesuai kemampuannya• Rencanakan individu untuk belajar dan mendemonstrasikan satu bagian aktivitas sebelum beralih ke tingkatan lebih lanjutR/ bagi klien lansia, satu bagian aktivitas bisa sangat melelahkan sehingga perlu waktu yang cukup untuk mendemonstrasikan satu bagian dari perawatan diri

5. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau

Page 28: askep osteoporosis.doc

terapi ditandai dengan klien mengatakan membatasi pergaulan dan tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace) Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat menunjukkan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri dengan criteria hasil klien mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negative, mengungkapkan dan mendemonstrasikan peningkatan perasaan positif• Dorong klien mengekspresikan perasaannya khususnya mengenai bagaimana klien merasakan, memikirkan dan memandang dirinyaR/ ekspresi emosi membantu klien mulai meneerima kenyataan• Hindari kritik negativeR/ kritik negative akan membuat klien merasa semakin rendah diri• Kaji derajat dukungan yang ada untuk klienR/ dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu proses adaptasi

6. Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan kompresi saraf pencernaan ileus paralitik ditandai dengan klien mengatakan buang air besar susah dan keras

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan eleminasi klien tidak terganggu dengan criteria hasil klien mampu menyebutkan teknik eleminasi feses, klien dapat mengeluarkan feses lunak dan berbentuk setiap hari atau 3 hari• Auskultasi bising ususR/ hilangnya bising usus menandakan adanya paralitik ileus• Observasi adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau berkurangR/ Hilangnya peristaltic(karena gangguan saraf) melumpuhkan usus, membuat distensi ileus dan usus• Catat frekuensi, karakteristik dan jumlah fesesR/ mengidentifikasi derajat gangguan/disfungsi dan kemungkinan bantuan yang diperlukan• Lakukan latihan defekasi secara teraturR/ program ini diperlukan untuk mengeluarkan feses secara rutin• Anjurrkan klien untuk mengkonsumsi makanan berserat dan pemasukan cairan yang lebih banyak termasuk jus/sari buahR/meningkatkan konsistensi feses untuk dapat melewati usus dengan mudah

7. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah

Tujuan : setelsh diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien memahami tentang penyakit osteoporosis dan program terapi dengan criteria hasil klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak tenang• Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datingR/ memberikan dasar pengetahuan dimana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi

Page 29: askep osteoporosis.doc

• Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosisR/ Informasi yang diberikan akan membuat klien lebih memahami tentang penyakitnya• Berikan pendidikan kepada klien mengenai efek samping penggunaan obatR/ suplemen kalsium ssering mengakibatkan nyeri lambung dan distensi abdomen maka klien sebaiknya mengkonsumsi kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut dan memperhatikan asupan cairan yang memadai untuk menurunkan resiko pembentukan batu ginjal.

D. EVALUASIHasil yang diharapkan meliputi : • Nyeri berkurang• Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik• Tidak terjadi cedera• Terpenuhinya kebutuhan perawatan diri• Status psikologis yang seimbang• Menunjukkan pengosongan usus yang normal• Terpeneuhinya kebutuhan pengetahuan dan informasi

http://ppnikarangasem.blogspot.com/2010/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan_28.html

A. PENGKAJIAN

Untuk mengidentifikasi resiko pasien dan pengenalan masalah-masalah yang

berkaitan dengan osteporosis, wawancara pasien mengenai riwayat keluarga,

fraktur yang terjadi sebelumnya, kebiasaan diet, pola olah raga, awitan

menopause dan penggunaan steroid

Amati terhadap fraktur, kifosis thorakal atau pemendekan batang tubuh saat

melakukan pemeriksaan fisik

Riwayat dislokasi pada wanita post menopouse atau kondisi yang diketahui

sebagai penyebab sekunder osteoporosis. Pasien (biasanya wanita tua)

mungkin melaporkan penurunan kemampuan untuk mengangkat . Pasien

mengatakan nyeri beberapa lama sampai beberapa tahun. Jika pasien

mempunyai kolab vertebra, pasien merasakan nyeri punggung dan nyeri

menjalar ke tubuh. Selain itu didapatkan :

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA

Page 30: askep osteoporosis.doc

1. Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan

dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi

nutrisi dan pencegahan.

2. Potensial Komplikasi (fraktur, kifosis, paralitik ileus)

3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

4. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus

5. Resiko terhadap cedera; fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan

dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi

nutrisi dan pencegahan.

Kriteria Pengkajian Fokus Makna klinis

1. Pengetahuan atau pengalaman

dengan osteoporosis

2. Kesiapan dan kemampuan untuk

belajar dan menyerap informasi

1. Pengkajian ini membantu perawat

merencanakan strategi penyuluhan

2. Klien atau keluarga yang gagal untuk

memenuhi tujuan belajar

memerlukan rujukan untuk bantuan

pasca pulang.

Page 31: askep osteoporosis.doc

KRITERIA HASIL :

Klien atau keluarga akan :

Menyebutkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi atau dihilangkan

Menggambarkan modifikasi diet

Menyebutkan tanda dan gejala yang harus dilaporkan pada profesioal

pelayanan kesehatan

Sasaran utama yang lain mencakup peredaan nyeri, perbaikan eliminasi usus

dan tidak terdapat fraktur tambahan.

INTERVENSI KEPERAWATAN :

1. Diskusikan osteoporosis dengan menggunakan alat bantu pengajaran yang

sesuai dengan tingkat pengertian klien dan keluarga (mis; gambar, slide,

model). Jelaskan hal-hal berikut :

a. Penurunan densitas tulang

b. Peningkatan insiden fraktur vertebral, panggul dan pergelangan

2. Jelaskan faktor resiko dan yang mana dapat dihilangkan atau diubah.

a. Gaya hidup menoton

b. Kerangka tubuh kecil, kurus

c. Diet rendah kalsium dan vitamin D dan fosfor tinggi

d. Menopause atau ooforektomi

e. Obat-obatan

f. Meminum alkohol

g. Kafein

Page 32: askep osteoporosis.doc

h. Kadar natrium florida rendah

i. Merokok

3. Rujuk ke sumber komunitas seperti kelompok berhenti merokok, yayasan artritis

dan kelompok yang terkait.

4. Ajarkan untuk memantau dan melaporkan tanda dan gejala fraktur :

a. Nyeri hebat tiba-tiba pada punggung bawah, terutama setelah mengangkat atau

membungkuk

b. Spasme otot paravertebral nyeri

c. Kolaps vertebral bertahap (dikaji dengan perubahan tinggi badan atau

pengukuran tanda khiposis)

d. Nyeri punggung kronik

e. Keletihan

f. Konstipasi

5. Pertegas penjelasan untuk terapi nutrisi, konsul dengan ahli diet bila ada indikasi :

a. perbanyak masukan kalsium 1000 sampai 1500 mg/hari

b. Identifikasi makanan tinggi kalsium, mis; sardin, salmon, tahu produk dari

susu dan sayuran berdaun hijau

c. Pantau tanda dan gejala intoleransi laktosa, seperti; diare, flatulens dan

kembung

d. Rekomendasikan multivitamin yang mengandung 400 sampai 800 IU vitamin

D setiap hari

e. Identivikasi makanan yang menjadi sumber vitamin D, mis; susu diperkaya

sereal, kuning telur, hepar dan ikan laut

Page 33: askep osteoporosis.doc

f. Dorong masukan protein adekuat tetapi tidak berlebih, kurang lebih 44 g/hari

pada kebanyakan klien

6. Jelaskan kebutuhan peningkatan aktivitas fisik dan pembatasan tertentu :

a. Dorong latihan yang menghasilkan gerakan, tarikan dan tekanan pada tulang

panjang, mis; berjalan, bersepeda statis dan mendayung

b. Instruksikan klien untuk latihan sedikitnya tiga kali seminggu selama 30

sampai 60 menit setiap bagian, sesuai kemampuan

c. Hindari latihan fleksi spina dan membungkuk tiba-tiba dan tersentak,

mengangkat beban berat

d. Rencanakan periode istirahat adekuat, berbaring pada posisi terlentang selama

sedikitnya 15 menit saat nteri punggung meningkat atau interval tertentu

selama siang hari

e. Instruksikan klien dalam menggunakan sabuk punggung, korset, belat bila

perlu

f. Dorong anggota keluarga atau pemberi perawatan lain untuk memberikan

latihan rentang gerak pasif pada klien yang diimobilisasi di tempat tidur

7. Jelaskan pentingnya kewaspadaan keamanan seperti berikut ini :

a. Menyangga punggung dengan matras kuat, penyokong tubu dan mekanika

tubuh yang baik

b. Lindungi terhadap kecelakaan jatuh dengan menggunakan sepatu dengan tumit

rendah; menyingkirkan bahaya lingkungan, seperti rak laci, lantai licin, kabel

listrik dijalan dan pencahayaan yang kurang baik dan menghindari alkohol,

hipnotik dan tranquilizer

c. Menggunakan alat bantu sesuai kebutuhan, mis; tongkat atau kruk

Page 34: askep osteoporosis.doc

d. Hindari gerakan fleksi, seperti menunduk, membungkuk dan mengangkat.

Jelaskan bahwa fraktur kompresi vertebral dapat diakibatkan dari trauma

minimal karena membuka jendela, menggendong anak, batuk atau menunduk.

8. Jelaskan terapi obat yang ditentukan, ditekankan pentingnya mematuhi rencana

dan mengerti kemungkinan efek samping. Sesuai keperluan, pertaegas tentang hal

berikut

a. Sumplemen kalsium : 1000 sampai 1500 mg/hari, 1500 mg/hari setelah

menopause, disertai dengan peningkatan masukan cairan

b. Suplemen vitamin D : 100 sampai 500 IU/hari. (catatan; bila vitamin D

digunakan dalam hubungannya dengan kalsitrio, kadar kalsium plasma harus

dipantau setiap minggu selama 4 sampai 6 minggu dan kemudian frekuensinya

menurun)

c. Terapi estrogen dosis rendah; 0,3 sampai 0,625 mg/hari unuk wanita pasca

menopausal, disertai pemeriksaan payudara mandiri setiap bulan, pemeriksaan

payudara klinis regular dan mamografi dengan Pap smear untur memonitor

efek samping

d. Kalsitonin Salmon parenteral; dosis yang disetujui FDA adalah 100IU setiap

hari. Seringkali 100IU/hari, tiga kali seminggu pada awalnya; kemudian

setelah pemeriksaan rontgen dan evaluasi kalsium serum, dosis dapat menurun

sampai 50 IU/hari setiap 1-3 hari

e. Natrium florida; biasanya 60 mg/hari pada waktu yang berbeda dari pemberian

kalsium.

2. Masalah Kolaboratif : Potensial Komplikasi (fraktur, kifosis, paralitik ileus)

INTERVENSI KEPERAWATAN :

1. Pantau tanda dan gejala fraktur (vertebral, panggul atau pergelangan tangan)

a. Nyeri pada punggung bawah atau leher

Page 35: askep osteoporosis.doc

b. Nyeri tekan terlokalisasi

c. Nyeri menyebar pada abdomen dan pinggang

d. Spasme otot para vertebral

2. Pantau kifosis dari spina dorsal, ditandai dengan penurunan tinggi badan.

Dikatakan kifosis bila jarak antara kaki dan simfisis pubis lebih dari 1 cm

3. Pantau tanda dan gejala paralitik ileus :

a. Tak terdengar bising usus

b. Ketidak nyamanan abdomen dan distensi

INTERVENSI PROGRAM DOKTER YANG BERHUBUNGAN :

Obat-obatan :

Kalsium, suplemen vitamin D

Kalsitonin salmon

Terapi pengganti estrogen dalam konjungsi dengan progresteron

Pemeriksaan Laboratorium :

Kalsium dan fosfat serum

Fosfat alkalin

Hidroksiprolin

Ekskresi kalsium urine

Hematokrit

Osteokalsin serum

Pemeriksaan Diagnostik

Page 36: askep osteoporosis.doc

Pemeriksaan sinar x

Absorpsimetri foton tunggal

Absorpsimetri sinar x energi ganda

Absorpsimetri foton ganda

Tomografi komputer kuantit

3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

INTERVENSI KEPERAWATAN :

1. Ajarkan cara menghilangkan nyeri punggung melalui tirah baring dan

pengunaan matras yang keras dan tidak menggulung

2. Instruksikan pasien untuk menggerakkan trunkusnya sebagai satu unit dan

hindari memutar ; berikan dorongan untuk melakukan postur tubuh yang baik

dan melanik tubuh yang baik

3. Pasang korset lumbosakral untuk menyangga sementara ketika turun dari

tempat tidur

4. Berikan analgesik narkotik oral saat awitan nyeri punggung ; gati menjadi

analgesik non narkotik setelah beberapa hari

4. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus

INTERVENSI KEPERAWATAN :

1. Berikan dorongan untuk mengkonsumsi diet tinggi serat, tingkatan masukan

cairan dan gunakan pelunak feces yang telah diresepkan

2. Pantau masukan pasien, bising usus dan aktivitas usus (defekasi); ileus dapat

terjadi jika kolaps vertebra mengenai tulang vertebra T10-12.

Page 37: askep osteoporosis.doc

5. Resiko terhadap cedera; fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis

tulang

INTERVENSI KEPERAWATAN :

1. Tingkatkan aktivitas fisik untuk menguatkan otot, mencegah atropi disuse, dan

hambat demineralisasi tulang progresif.

2. Berikan dorongan untuk melakukan latihan isometrik untuk menguatkan otot-

otot trunkus

3. Berikan dorongan untuk berjalan, penggunaan mekanik tubuh yang baik, dan

postur tubuh yang benar

4. Hindari membungkuk tiba-tiba, gerakan mendadak, dan mengangkat berat

5. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas diluar rumah di bawah sinar

matahari untuk meningkatkan kemampuan tubuh memproduksi vitamin D

1. Dasar pengkajian keperawatan

meliputi promosi kesehatan, identifikasi individu dengan resiko

mengalami osteoporosis, dan penemuan masalah yang berhubungan

dengan osteoporosis. Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya

osteoporosis dalam keluarga, terjadi fraktur sebelumnya, diet konsumsi

kalsium harian, pola aktivitas latihan harian, awitan menopause,

penggunaan obat kortikosteroid, asupan alcohol, rokok dan kafein.

Perawat perlu mengkaji gejala yang dialami klien, seperti sakit pinggang,

konstipasi, dan gangguan citra diri.

Page 38: askep osteoporosis.doc

Riwayat keperawatan. Dalam pengkajian riwayat keperawatan,

perawat perlu mengidentifikasi adanya :

a. Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang

b. Berat badan menurun

c. Biasanya diatas 45 tahun

d. Jenis kelamin sering pada wanita

e. Pola latihan dan aktivitas

f. Keadaan nutrisi (mis : kurang vitamin D dan C, serta kalsium)

g. Merokok, mengkonsumsi alcohol dan kafein

h. Adanya penyakit endokrin : diabetes mellitus, hipertiroid,

hiperparatiroid, sindrom cushing, akromegali, hipogonadisme.

2. Pada pemeriksaan fisik

a. Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau

nyeri pergerakan

b. Periksa mobilitas pasien

c. Amati posisi pasien yang Nampak membungkuk

sering ditemukan adanya fraktur, kifosis vertebra torakalis atau

pengurangan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernapasan dapat

terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot. Inaktivitas dapat

menyebabkan terjadinya konstipasi.

3. Riwayat psikososial

Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul

kecemasan, takut melakukan aktivitas dan perubahan konsep diri. Perawat

perlu mengkaji masalah-masalah psikologis yang timbul akibat proses

ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.

4. Dampak psikologis

Dampak psikologis osteoporosis pada wanita, merupakan bahasan

yang banyak disampaikan dan akan diuraikan secara singkat pada buku ini.

Menurut dharmono S ( 2008 ), fraktur osteoporosis menimbulkan banyak

kesulitan bagi penderitanya. Perubahan bentuk tubuh ( deformitas, kifosis ),

kehilangan kemampuan aktifitas mandiri, gangguan nyeri kronis, dan

keterbatasan aktifitas. Depresi, ansietas, gangguan tidur, dan ketakutan akan

jatuh, adalah masalah psikologis yang sering timbul pada klien osteoporosis.

Page 39: askep osteoporosis.doc

Beberapa penelitian membuktikan, terdapat hubungan erat antara

depresi dan osteoporosis, sifat hubungannya timbal balik.ketidakmampuan

klien osteoporosis memiliki mekanisme koping yang rasional dalam

menghadap keterbatasannya, akan memicu timbulnya depresi. Sebaliknya,

semakin sering seseorang mengalami stress dan depresi, akan memicu

disregulasi hormone tubuh, khususnya kortisol yang berpengaruh buruk

terhadap osteophenia dan osteoporosis.

Ansietas dan gangguan tidur, termasuk masalah yang sering dijumpai

pada klien osteoporosis. Ansietas bila muncul dalam bentuk berat berupa

serangan panik akut, atau kecemasan berlebihan terhadap masa depan.

Gangguan tidur sering terkait dengan nyeri kronis, atau BAK yang frekuen.

Ansietas biasanya timbul dalam bentuk ketakutan yang berlebihan dan kadang

tidak masuk akal. Klien menjadi sangat hati – hati, mengurangi secara drastic

kegiatan olahraganya.

A. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien fraktur

vertebra spontan akibat osteoporosis ( Smeltzer, 2002 ), antara lain kurang

pengetahuan tentang proses osteoporosis dan program terapi, nyeri

berhubungan dengan fraktur dan spasme otot, konstipasi berhubungan

dengan imobilitas atau terjadinya ileus ( obstruksi usus ), dan resiko terjadi

cedera ( fraktur berhubungan dengan tulang osteoporosis ). Sedangkan

diagnosis keperawatan untuk osteoporosis secara umum menurut carpenito

( 1995 ) adalah resiko tinggi regimen terapeutik tidak efektif berhubungan

dengan insufisiensi pengetahuan, factor – factor resiko, terapi nutrisi, dan

prevensi.

Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan diagnosis

keperawatan pada klien osteoporosis adalah sebagai berikut.

1. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.

2. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus

( obstruksi usus ).

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan proses penyakit.

4. Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri berhubungan

dengan proses penyakit.

Page 40: askep osteoporosis.doc

5. Resiko terjadi cedera : fraktur berhubungan dengan tulang osteoporosis.

6. Kurang pengetahuan tentang proses osteoporosis dan program terapi.

B. Intervensi dan Rasional

Rencana asuhan keperawatan pada klien osteoporosis dibawah ini

disusun meliputi diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan dan criteria

keberhasilan tindakan (criteria evaluasi).

1. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

Criteria evaluasi :

Klien dapat menunjukkan peredaran nyeri :

Mengadakan nyeri reda saat istirahat

Rasa ketidaknyamanan minimal selama aktivitas sehari-hari

Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur.

Intervensi :

a. Fleksikan selama selama istirahat

b. Berikan kompres hangat dan pijatan punggung

c. Pasang korset lumbosakral, untuk menyokong dan imobilisasi sementara

ketika klien turun dari tempat tidur.

d. Ajarkan klien untuk menggerakkan ekstremitasnya, namun tidak boleh

melakukan gerakan memuntir

e. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur dengan posisi terlentang atau miring

kesamping.

f. Berikan opiod oral padda hari-hari pertama setelah nyeri punggung.

2. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi

usus)

Criteria evaluasi :

Klien menunjukkan pengosongan usus yang normal

Bising usus aktif

Gerakan usus teratur.

Intervensi :

Page 41: askep osteoporosis.doc

a. Pantau asupan klien, bising usus dan aktivitas usus

b. Berikan diet tinggi serat

c. Anjurkan banyak minum sesuai kebutuhan

d. Berikan obat pelunak feses sesuai order.

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan proses penyakit.

Criteria evaluasi :

Dapat meningkatkan mobilitas dan aktivitas fisik

Intervensi :

a. Gunakan matras dengan tempat tidur papan untuk membantu memperbaiki

posisi tulang belakang.

b. Bantu pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat

c. Bantu dan ajarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan fungsi

persendian dan mencegah kontraktur.

d. Anjurkan menggunakan brace punggung atau korset, pasien perlu dilatih

menggunakannya dan jelaskan tujuannya.

e. Kolaborasi dalam pemberian analgesic, estrogen, kalsium dan vitamin D.

f. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam program diet tinggi kalsium serta

vitamin C dan D.

g. Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam memantau kadar

kalsium….

4. Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri berhubungan

dengan proses penyakit.

Criteria evaluasi :

Dapat menggunakan koping yang positif

Intervensi :

a. Identifikasi bersama pasien tentang alternative pemecahan masalah yang

positif, hal ini akan dapat mengembalikan rasa percaya diri.

b. Klasifikasi jika terjadi kesalahpahaman tentang proses penyakit dan

pengobatan yang telah diberikan. Klarifikasi ini dapat meningkatkan

koordinasi pasien selama perawatan.

c. Bantu pasien mengekeksperisikan perasaan dan dengarkan dengan penuh

perhatian. Perhatian sungguh-sungguh dapat meyakinkan pasien bahwa

Page 42: askep osteoporosis.doc

perawat bersedia membantu mengatasi masalahnya dan akan

terciptahubungan yang harmonis sehingga timbul koordinasi.

d. Bantu pasien mengedentifikasi pengalaman masa lalu yang menimbulkan

kesuksesan atau kebanggan saat itu. Ini dapat membantu upaya mengenal

diri dan menerima diri kembali.

e. Bantu untuk meningkatkan komunikasi dengan keluarga dan teman.

5. Resiko terjadi cedera : fraktur berhubungan dengan tulang osteoporosis

Criteria evaluasi :

Klien tidak mengalami fraktur baru :

Mempertahankan postur tubuh yang bagus

Mempergunakan mekanika tubuh yang baik

Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D

Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan (berjalan-jalan

setiap hari)

Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari

Berpartisipasi dalam aktivitas diliuar rumah

Menciptakan lingkungan rumah yang nyaman

Menerima bantuan dan supervisi kebutuhan.

Intervensi :

a. Latihan isometric, untuk memperkuat otot batang tubuh

b. Dorong klien untuk latihan memperkuat otot, mencegah atrofi, dan

menghambat demineralisasi tulang progresif

c. Jelaskan kepada klien pentingnya menghindari membungkuk mendadak,

melenggok dan mengangkat beban lama

d. Berikan informasi bahwa aktivitas diluar rumah penting untuk memperbaiki

kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D.

6. Kurang pengetahuan tentang proses osteoporosis dan program terapi.

Criteria evaluasi :

Klien menunjukkan pemahaman terhadap program terapi.

Page 43: askep osteoporosis.doc

Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa

tulang

Mengkonsumsi diet kalsium dengan jumlah mencukupi

Meningkatkan tingkat latihan

Menggunakan terapi hormone yang diresepkan

Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran

Intervesi :

a. Jelaskan kepada klien tentang factor yang mempengaruhi terjadinya

osteoporosis, intervensi dan upaya mengurangi gejala.

b. Menjelaskan manfaat asupan kalsium

c. Jelaskan efek samping konsumsi kalsium yaitu nyeri lambung dan distensi

abdomen

d. Jelaskan pentingnya pemeriksaan berkala terhadap indikasi kanker

payudara dan endometrium, bila mengkomsumsi HRT

e. Anjurkan banyak minum untuk mencegah pembentukan batu ginjal

f. Anjurkan modifikasi gaya hidup seperti mengurangi kafein, berhenti

merokok, dan alcohol

g. Konsultasikan latihan pembebanan teratur

h. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk pemberian kalsium yang cukup.