askep morboli

Upload: doraemon-tembem

Post on 07-Apr-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 askep morboli

    1/39

    KATA PENGANTAR

    Assalaamualaikum Wr.Wb

    Alhamdulillah dengan rasa syukur ke hadirat Allah SWT karena hanya

    dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini

    dengan judul MORBILI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

    KEPERAWATAN ANAK II pada perguruan tinggi ilmu kesehatan STIKES NU

    Tuban .

    Tentunya dalam penyusunan makalah ini telah banyak mendapatkan bantuan

    dari berbagai pihak baik bantuan moril maupun materiil, oleh karena itu dalam

    kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya dan

    disertai doa semoga Beliau mendapatkan imbalan yang layak dari Allah SWT

    kepada :

    1. NURUS SYAFAAH MM,KES selaku kaprodi S I Keperawatan Nu Tuban.

    2. Teman-teman Prodi S-1 Keperawatan STIKES NU Tuban yang senantiasa

    memberikan bantuan, semangat dan dukungannya.

    Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa makalah ini

    masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

    demi kesempurnaan makalah ini. Semoga karya yang sederhana ini bermanfaat bagi

    penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

    Wassalamualaikum Wr.Wb

    Tuban, 15 Maret

    2011

    Penulis

    BAB I

  • 8/3/2019 askep morboli

    2/39

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Campak adalah endemik pada sebagian besar dunia. Campak sangat menular,

    sekitar 90% kontak keluarga yang rentan mendapat penyakit. Campak jarang

    subklinis. Sebelum penggunaan vaksin campak, puncak insiden pada umur 5-10

    tahun, kebanyakan orang dewasa imun.Sekarang di Amerika Serikat, campak

    terjadi paling sering pada anak umur sekolah yang belum di imunisasi dan pada

    remaja dan orang dewasa muda yang telah di imunisasi . Biasanya penyakit ini

    timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup.

    Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat

    kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah

    umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita

    morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan,

    maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada

    trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan

    kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang

    kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

    Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengantiga

    stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Nama

    lain penyakit ini adalah campak, measles, atau rubeola.

    Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien. Virus

    morbili terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama stadium kataral

    sampai 24 jam setelah timbul bercak di kulit. Banyak kesamaan antara tanda-

    tanda biologis campak dan cacar memberi kesan kemungkinan bahwa campak

    dapat diberantas. Tanda-tanda ini adalah :

    ruam khas

    tidak ada reservoir binatang

    tidak ada vector

    kejadian musiman dengan masa bebas penyakit

  • 8/3/2019 askep morboli

    3/39

    virus laten tidak dapat ditularkan

    satu serotip

    vaksin efektif.

    Upaya Pencegahan yang di lakukan dalam menangani masalah campak adalah :

    1) Imunisasi pasif : tidak banyak dianjurkan karena resiko terjadinya

    ensefalitis dan aktivasi tuberkulose

    2) Imunisasi aktif : Vaksin yang diberikan adalah " Live Attenuated Measles

    Vaccine "

    I.2 Rumusan Masalah

    - Bagaimanakah penyakit Morbili ini terjadi ?

    - Bagaimanakah pengkajian pada kasus anak dengan Morbili?

    - Bagaimanakah perumusan diagnosa pada kasus anak dengan Morbili ?

    - Bagaimanakah perumusan intervensi pada kasus anak dengan Morbili?

    - Bagaimanakah perumusan implementasi pada kasus anak dengan Morbili?

    - Bagaimanakah evaluasi pada kasus anak dengan Morbili?

    I.3 TUJUAN

    I.3.1 TUJUAN UMUM

    - Mengetahui penatalaksanaan kasus anak dengan Morbili

    1.3.2 TUJUAN KHUSUS

    - Memahami proses terjadinya penyakit Morbili

    - Memahami penkajian kasus anak dengan Morbili

    - Memahami perumusan diagnosa pada penyakit Morbili

    - Memahami perumusan intervensi pada penyakit Morbili

    - Memahami perumusan implementasi pada penyakit Morbili

    - Memahami evaluasi pada penyakit Morbili

  • 8/3/2019 askep morboli

    4/39

    I.4 MANFAAT

    a. Bagi Penulis

    Menambah pengetahuan tentang penyakit Morbili (Campak) dan perencanaan

    untuk aplikasi nyata.

    b. Bagi Institusi Pendidikan

    Dapat menambah informasi tentang penyakit Morbili (Campak) di institusi

    tersebut. Serta diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan kurikulum

    dan meningkatkan kualitas para anak didiknya.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Teori

    2.1.1 Definisi

  • 8/3/2019 askep morboli

    5/39

    Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,

    yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang

    dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatann

    Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).

    Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan

    gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet,

    pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)

    2.1.2 Patofisiologi

    - Droplet Infection (virus masuk)

    - Berkembang biak dalam RES

    - Keluar dari RES keluar sirkulasi Pirogen : pengaruhi termostat dalam hipotalamus,

    Titik setel termostat meningkat

    - Suhu tubuh meningkat, pengaruhi nervus vagus , pusat, muntah di medula

    oblongata.

    Muntah, anorexia, malaise

    -Mengendap pada organ-organ yang secara embriologis berasal dari ektoderm seperti

    pada : Mukosa mulut infiltrasi sel-sel radang mononuklear pada kelenjar sub mukosa

    mulut

    - Koplik`s spot, Kulit , Ploriferasi sel-sel endotel kalpiler di dalam korium, Terjadi

    eksudasi serum dan kadang-kadang eritrsit dalam epidermis, Rash/ ruam kulit ,

    Konjunctiva

    terjadi reaksi peradangan umum

    -Konjuctivitis

    - Fotofobia mukosa nasofaring dan broncus infiltrasi sel-sel sub epitel dan sel raksasa

    berinti banyak

    - Reaksi peradangan secara umum

  • 8/3/2019 askep morboli

    6/39

    - Pembentukan eksudat serosa disertai proliferasi sel monokuler dan sejumlah kecil

    pori morfonuklear

    - Coriza/ pilek, cough/ batuk

    - Sal. Cerna

    - Hiperplasi jaringan limfoid terutama pada usus buntu , mukosa usus teriritasi ,

    kecepatan sekresi bertambah , pergerakan usus meningkat , diare

    2.1.3 Etiologi :

    Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan

    darah sealma masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini

    berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus.

    Cara penularan dengan droplet infeksi.

    2.1.4 Manifestasi klinis

    Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan

    kemidian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium

    1. Stadium kataral (prodormal)

    Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringa

    hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis.

    Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul

    bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai.

    Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh

  • 8/3/2019 askep morboli

    7/39

    eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapandengan molar dibawah,

    tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski

    jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-

    langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan

    cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat

    karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni.

    Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.

    2. Stadium erupsi

    Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum

    durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula

    disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga

    dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.

    Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka

    bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan

    didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai

    diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah Black Measles

    yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus

    digestivus.

    3. Stadium konvalesensi

    Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua

    (hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak

    Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini

    merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain

    dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi.

    Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi

    2.1.5 Komplikasi

    - Otitis media akut

  • 8/3/2019 askep morboli

    8/39

    - Pneumonia / bronkopneumoni

    - Encefalitis

    - Bronkiolitis

    - Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis

    2.1.6 Pencegahan

    1. Imunusasi aktif

    Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah

    dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston

    B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa

    perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin

    tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung

    lama.

    Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai

    mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin

    tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15

    bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena

    masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat

    secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.

    2. Imunusasi pasif

    Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum

    stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin

    plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk

    pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum

    imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5

    hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.

    2.1.7 Pengobatan

  • 8/3/2019 askep morboli

    9/39

    Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam

    tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin

    diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan

    lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.

    Pemeriksaan Diagnostik

    Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan Darah

    Penetalaksanaan Teraupetik

    Pemberian vitamin A

    Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik

    Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi

    Pemberian obat batuk dan sedativum

    2.2 Tinjauan Keperawatan

    Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Penderita Morbili

    I.Pengkajian

    A.Identitas diri :

    B.Pemeriksaan Fisik :

    1.Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia

    2.Kepala : sakit kepala

    3.Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza,

    perdarahan hidung (pada stad eripsi).

    4.Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa

    pahit.

    5.Kulit : Permukaan kulit (kering ), turgor kulit, rasa gatal,

    ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi),

    evitema, panas (demam).

    6.Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi,

  • 8/3/2019 askep morboli

    10/39

    sputum

    7.Tumbang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.

    8.Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare

    9.Status Nutrisi : intake output makanan, nafsu makanan

    C.Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

    II.Nursing Care Plan

    A.Dx. Kep yang mungkin muncul

    1.Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh b.d proses inflamasi

    2.Resiko kurang volume cairan b.d kehilangan sekunder terhadap demam

    3.Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh : asupan

    makanan yang kurang b.d. anorexia

    4.Gangguan pola nafas b.d inflamasi saluran nafas

    5.Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan umum

    6.Gangguan persepsi sensori b.d radang konjungtiva

    7.Gangguan integritas kulit b.d rash pada seluruh tubuh

    8.Gangguan istirahat tidur b.d. rash pada seluruh tubuh, deskuamasi rasa gatal

    B.Perencanaan Asuhan Keperawatan

    Diagnosa Keperawatan

    Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi

    Data Subjektif : -Pasien mengeluh pusing

    -Pasien mengeluh panas

    Data Objektif :

    . Suhu tubuh meningkat

    Pasien tampak gelisah

    Mukosa mulut kering

    Keringat berlebihan

    Frekuensi pernafasan meningkat

    Kejang

  • 8/3/2019 askep morboli

    11/39

    Takikardi

    Kulit terasa panas

    Tujuan

    Suhu tubuh normal dalam jangka waktu.

    Kriteria Hasil

    -Suhu tubuh 36,6 37,4 0C

    - Bibir lembab

    - Nadi normal

    - Kulit tidak terasa panas

    - Tidak ada gangguan neurologis ( kejang )

    - Aktivitas sisi kemampuan

    Intervensi Keperawatan

    Identifikasi penyebab atau factor yang dapat menimbulkan peningkatan suhu

    tubuh: dehidrasi, infeksi, efek obat, hipertiroid.

    Observasi fungsi neurologis : status mental, reaksi terhadap stimulasi dan reaksi

    pupil.

    Observasi cairan masuk dan keluar, hitung balance cairan

    Observasi tanda kejang mendadak

    Beri cairan sesuai kebutuhan bila tidak kontraindikasi

    Berikan kompres air hangat

    Berikan cairan dan karbohidrat yang cukup untuk meningkatkan

    hipermetabolisme akibat peningkatan suhu.

    Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan bila suhu naik /

    bedrest total.

    Anjurkan dan bantu pasien menggunakan pakaian yang mudah menyerap

    keringat.

    Kolaborasi :

    Pemberian anti piretik

    Pemberian anti biotic

  • 8/3/2019 askep morboli

    12/39

    Pemeriksaan penunjang

    Diagnosa Keperawatan

    Resiko kekurangan volume cairan tubuh B. D kehilangan sekunder terhadap demam.

    Data Subjektif :

    Pasien mengeluh haus

    Pasien mengeluh lemas

    Pasien mengeluh mencret .x/hr

    Pasien mengeluh muntah x/hr

    Data Objektif : TDmmttg, N..x/mnt, 0S.. C, RRx/mnt

    Turgor kulit jelek

    Perubahan produksi urinecc/ 24 jam

    Penurunan pengisian vena ( capillary refill )

    Volume dan tekanan nadi menurun

    Denyut nadi meningkat

    Demam

    Kulit kering

    Bibir kering

    Mata cekung

    Akral dingin

    Tujuan

    Tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh dalam jangka waktu .

    Kriteria Hasil

    -Turgor baik

    - Produksi urine cc/jam

  • 8/3/2019 askep morboli

    13/39

    - Tidak haus

    - Hb, Ht, dbn

    Intervensi Keperawatan

    -Observasi penyebab kekurangan cairan : muntah, diare, kesulitan menelan,

    kekurangan darah aktif, diuretic, depresi, kelelahan

    - Observasi TNSR

    - Observasi tanda tanda dehidrasi

    - Observasi keadaan turgon kulit, kelembaban, membran mukosa

    - Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan bila kekurangan cairan terjadi secara

    mendadak, ukur produksi urine setiap jam, berat jenis dan observasi warna urine.

    Catat dan ukur jumlah dan jenis cairan masuk dan keluar per.

    - Perhatikan : cairan yang masuk, kecepatan tetesan untuk mencegah edema paru,

    dispneu, bila pasien terpasang infus

    - Timbang BB setiap hari

    - Pertahankan bedrest selama fase akut

    - Ajarkan tentang masukan cairan yang adekuat, tanda serta cara mengatasi kurang

    cairan

    - Kolaborasi :

    - Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi

    - Pemberian obat sesuai indikasi

    -Observasi kadar elektronik, Hb,Ht

    Diagnosa Keperawatan

    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh : Asupan makanan yang kurang b.d

    anorexia.

    Data Subjektif : Pasien mengatakan mual

    Pasien mengatakan tidak nafsu makan

    Data Objektif : Bising usus.x/mnt

    Mukosa mulut kering

    Vomitus .cc

  • 8/3/2019 askep morboli

    14/39

    Porsi makan : ..porsi

    Hb ., Albumin..

    Konjungtiva dan selaput lendir pucat

    Terdapat bercak bercak merah pada mukosa mulut

    Tujuan

    Pasien dapat memperbaiki status gizi (nutrisi ) dalam jangka waktu

    Kriteria Hasil

    -BB meningkat

    - Mual berkurang / hilang

    - Tidak ada muntah

    - Pasien menghabiskan makan 1 porsi

    - Nafsu makan meningkat

    - Pasien menyebutkan manfaat nutrisi

    - Pasien mengungkapkan kesediaan mematuhi diit

    - Tidak ada tanda tanda malnutrisi

    - Nilai Hb, Protein dalam batas normal

    Intervensi Keperawatan

    -Kaji pola makan pasien

    - Observasi mual dan muntah

    - Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat untuk kesembuhan

    - Kaji kemampuan untuk mengunyah dan menelan

    - Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan atau hilangnya bising usus.

    - Beri posisi semi fowler / fowler saat makan

    - Identifikasi factor pencetus mual , muntah , diare, nyeri abdomen

    - Kaji makanan yang disukai dan tidak disukai sesuai diit

    - Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik

    - Bantu pasien untuk makan , catat jumlah makanan yang masuk

    - Hindari makanan dan minuman yang merangsang

    - Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.

  • 8/3/2019 askep morboli

    15/39

    - Kolaborasi :

    -Penatalaksanaan diit yang sesuai (dengan ahli gizi)

    - Pemberian nutrisi parenteral

    -Pemberian anti emetik

    - Pemberian multivitamin, cara pemberian makanan / tambahan.

    Diagnosa Keperawatan

    Gangguan pola nafas b.d inflamasi saluran nafas

    Subjektif : -Dispnea

    -Napas pendek

    Objektif :

    -Perubahan gerakan dada

    -Mengambil posisi tiga titik

    -Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi

    -Penurunan ventilasi semenit

    -Penurunan kapasitas vital

    -Napas dalam (dewasa VT 500 mL pada saat istirahat, bayi 6-8

    mL/k)

    -Peningkatan diameter anterior-posterior.

    -Napas cuping hidung

    -Kecepatan respirasi (usia dewasa 14 tahun atau lebih

  • 8/3/2019 askep morboli

    16/39

    -Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status pernapasan yang

    tidak berbahaya: ventulasi dan status tanda vital.

    - Menunjukkan status pernapasan: Ventilasi tidak terganggu, diotandai dengan

    indikator gangguan sebagai berikut (dengan ketentuan 1-5L ekstrem, kuat, sedang,

    ringan , tidak).

    - Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas.

    - Ekspansi dada simetris.

    - Tidak ada penggunaan itot bantu.

    - Bunyi napas tambahan tidak ada.

    - Napas pendek tidak ada.

    - Menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasnag ventilator mekanis;

    - Mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal;

    - Mempunyai fungsi paru vatas normal untuk pasien;

    - Membutuhkan bantuan pernapasan sata dibutukan;

    - Mampu menggambarkan rencana untuk perawatan di rumah.

    Intervensi Keperawatan

    -Pantau adanya pucat dan sianosis

    - Pantau efek obat pada status respirasi.

    - Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi di tulang dada.

    - Kaji kebutuhan insersi jalan napas.

    - Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien dengan

    ventilator.

    - Pemantauan Pernapasan :

    - Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan suaha respirasi; perhatikan pergerakan

    dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot suprakla

    vikular dan interkostal; pantau respirasi yang berbunyi, seperti mendengar;

    - Pantau pola pernapasa: bradip nea; takipnea; hiperventilasi; pernapasan Kussmaul;

    pernapasan Cheyne-Stokes; dan apneastik. Biot dan pola ataksik;

    - Perhatikan lokasi trakea;

  • 8/3/2019 askep morboli

    17/39

    - Auskultasi bunyi napas, perhatikan area penurunan /tidak adanya ventilasi dan

    adanya bunyi napas tambahan ;

    - Pantau peningkatan kegelisahan, ansietasm dan tersengal-sengal; catat perubahan

    pada SaO2, SvO2, CO2 akhir-tidak, dan nilai gas darah arteri (GDA), dengan tepat.

    - Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk

    meningkatkan pola pernapasan. Spesifikasikan teknik.

    - Ajarkan cara batuk secara efektif.

    - Informasikan kepada pasien/ keluarga bahwa tidak boleh merokok di ruangan

    - Instruksikan kepada pasien/keluarga bahwa mereka harus memberitahu perawat

    pada saat terjadi ketidakefektifan pola pernapasan.

    - Rujuk kepada ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadaan fungsi ventilator

    mekanis.

    - Laporkan perubahan sensori, bunyi napas, dan pernapasan, nilai GDA, sputum, dan

    seterusnya, sesuai dengan kebutuhan atau protokol.

    - Berikan tindakan (misalnya, bronkodilator) sesuai dengan priogram atau protokol.

    - Berikan tindakan nebulizer ultrasonik dan udara pelembap atau oksigen sesuai

    dengan program protokol institusi.

    - Berikan obat nyeri untuk pengoptimalkan pola pernapasan. Spesifikkan jadwal.

    - Hubungkan dan dokumentasikan semua data pengkajian (misalnya, sensori, bunyi

    naoas, pola pernapasan, nilai Gda, sputum, dan efek obat pada pasien).

    - Bantu pasien untuk menggunakan spirometer insentif, sesuai dengan kebutuhan.

    - Yakinkan kembali pasien selama periode distres pernapasan.

    - Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode distres pernapasan.

    - Lakukan pengisapan sesuai dengan kebutuhan untuk membersihkan sekresi.

    - Minta pasien untuk berpindah, batuk dan napas dalam setiap

    - Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur yang dimaksudkan, untuk

    menurunkan ansietas dan meningkatkan perasaan kontrol.

    - Pertahankan oksigen aliran rendah kanula nasal, masker, sungkup, atau tenda.

    Spesifikkan kecepatan aliran.

  • 8/3/2019 askep morboli

    18/39

    - Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan. Spefikkan posisi.

    - Sinkronisasikan antara pola pernapasan klien dan kecepatan ventilasi.

    Diagnosa Keperawatan

    Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan umum

    Subjektif :

    -ketidaknyamanan atau dispnea yang membutuhkan pengeragan tenaga.

    - Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal.

    Objektif

    -Denyut jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respons terhadap aktivitas.

    - Perubahan EKG selama aktivitas yang menunjukkan aritmia atau iskemia.

    - Faktor yang Berhubungan

    - Tirah baring/imobilitas

    - Nyeri kronis

    - Kelemahan umum

    - Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

    - Gaya hidup menoton

    - Tujuan/ Kriteria Evaluasi

    - Contoh Penggunaan Bahasa NOC

    - Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukkan dengan Daya tahan,

    penghematan energi, dan perawatan diri: aktivitas kehidupan sehari-hari (dan AKSI).

    - Menunjukkan Penghematan energi, ditandai dengan indikator sebagai berikut

    (dengan ketentuan 1-5: tidak sama sekali, ringan, sedang, berat , atau sangat berat ).

    - Menyadari keterbatasan energi

    - Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat.

    - Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas.

    Contoh lain

    -Pasien akan :

    - Mengidentifikasi aktivitas dan/atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang

    berkonsetribusi oada intoleransi aktivitas;

  • 8/3/2019 askep morboli

    19/39

    - Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibuthhkan dengan peningkatan yang

    memadai pada denwyut jantung, frekuensi respirasi, dan tekanan darah dan pola yang

    dipantu dalam batas normal;

    - Mengungkapkan secara verbal pema haman tentang kebiutuhan oksigen,

    pengobatan, dan / atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap

    aktivitas;

    - Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari (aks0 dengan beberapa bantuan

    (mislanya, eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi);

    - Menanmpilakn pengelolaan pemeliharaan di rumah dengan beberapa bantuan

    (misalnya, membutuhkan bantuan untuk kebersihan stiap minggu)

    Intervensi Prioritas NIC

    -Terapi Aktivitas: saran tentang dan bantuan dalama aktivitas fisik, kognitif, sosial

    dan spritual yang spesifiik untuk meningkatkan rentang, frekuensiu atau durasi

    aktivitas individu (atau kelompok). Pengelolaan Energi: Pengurangan penggunmaan

    energi untuk merawat atau mencegah kelelahan dan mengoptiomalkan fungsi.

    Aktivitas Keperawatan

    Pengakajian

    -Kaji respons emosi, sosial, dan spritual terhadap aktivitas.

    - Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas.

    - Pengelolaan Energi (NIC):

    - Tentukan penyebab keletihan (misalnya, karena perawatan, nyeri, dan pengobatan);

    - Pantau respons kardiorespi ratori terhadap aktivitas (mislanya, takikardia, distrimia

    lain, diaforesis , pucat, tekanan hemadinamik, dan frekuensi respirasi);

    - Pantau respons oksigen (misalnya, nadi, irama, jantung, dan frekuensji respirasi)

    terhadap aktivitas perawatan diri; pantau asupan nutrisi untuk memastikan

    keadekuatan sumber-sumber energi;

    - Pantau / dokumentasikan pola istirajat pasien dan lamanya waktu tidur.

    - Pendidikan untuk Pasien / keluarga

    - Instruksikan kepada pasien/keluarga dalam:

  • 8/3/2019 askep morboli

    20/39

    - Penggunaan peralatan, seperti oksigen, selama aktivitas;

    - Penggunaan teknik relaksasi (misalnya, distraksi, visualisasi) selama aktivitas.

    - Pengelolaan Energi (NIC):

    - Ajarkan kepada pasien dan orang yang penting bagi pasien tentang teknik

    perawatan diri yang akan meminimalkan konsumsi oksigen (misalnya, memantau

    diri dan teknik berjalan untuk melakukan AKS);

    Aktivitas Kolaboratif

    -Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivita s.

    - Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik dan/atau rekreasi untuk

    merencanakan dan memantau program aktivitas, sesuai dengan kebutuhan.

    - Rujuk pada pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan tentang

    bantuan perawatan rumah, sesuai dengan kebutuhan.

    - Rujuk pada ahli gizi unmtuk merencanakan makanan untuk meningkatkan asupan

    makanan yang tinggi energi.

    Aktivitas lain

    -Hindari menjadwalkan aktivitas perawatyan selama periode istirahat.

    - Bantu pasien untuk mengibah posisi secara berkala, bersandar, dudul, berdiri, dan

    ambulasi yang dapat ditoleransi.

    - Rencanakan aktivitas dengan pasien/keluarga yang meningkatkan kemandirian dan

    daya tahan. Misalnya :

    - Anjurkan periode alternatif untuk istirahat dan aktivitas;

    - Simpan objek yang sering digunakan pada tempat yang mudah dijangkau;

    - Buat tujuan yang sederhana, realistis, dan dapat dicapai oleh pasien yang

    meningkatkan kemandirian dan harga diri.

    - Rencana keperawatan untuk bayi/anak untuk meminimalkan kebutuhan oksigen

    bagi tubuh:

    - Antisipasi kenbutuhan makanan, cairan, kenyamanan, digendong, dan stimulasi

    untuk mencegah tangisan yang tidak perlu:

  • 8/3/2019 askep morboli

    21/39

    - Hindari lingkungan yang mempunyai konsentrasi oksigen rendah (mislanya, pada

    daerah dataran tinggi, pesawat terbang yang bertekanan tidak normal);

    - Minimalkan ansietas dan stres;

    - Cegah hipertemia dan hipotermia;

    - Cegah infeksi;

    - Berikan instirahat yang adekuat.

    - Pengelolaan Energi (NIC):

    - Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas; rencanakan aktivitas pada

    periode pasien mempunyai energi paling banyak;

    - Bantu dengan aktivitas fisik teratur (misalnya, ambulasi, transfer, posisi, dan

    perawatan personal) sesuai kebutuhan;

    - Batasi rangsangan lingkungan (seperti cahaya dan kebisingan) untuk memfasilitasi

    relaksasi;

    - Bantu pasien untuk memantau diri dengan membuat dan menggunakan

    dokumentasi tentang CATATAN asupan kalori dan energi, sesuai kebutuhan.

    .

    BAB III

    TINJAUAN KASUS

    3.1 KASUS

    Seorang anak perempuan berusia 4 thun dengan inisial Ks datang ke RSUD

    dengan ibu dan bapaknya dengan keluhan pusing, Gejala demam, batuk, pilek,

    konjungtivitis, rash pada kulit yang terasa gatal. ibu px mengatakan sudah 2hari ini

  • 8/3/2019 askep morboli

    22/39

    anaknya mengalami kesulitan tidur karena adanya rash pada seluruh tubuh. Dari

    hasil pemeriksaan di dapatkan

    TTV : N:90x/mnt

    RR : 36x/mnt

    TD ; 140/100 mmHg

    S : 37,9 C

    PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN ANAK

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN

    PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM UMUM (A)

    JL. LETDA SECIPTO NO. 211 TUBAN TELP. 0356-325789 FAX. 333237 Email :

    [email protected]

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 8/3/2019 askep morboli

    23/39

    LEMBAR PENGKAJIAN KEPERAWATAN

    Tanggal MRS : 11 maret 2011 Jam Masuk

    :14.00

    Tanggal Pengkajian : 11 maret 2011 No. RM :

    Jam Pengkajian : 14.30 Diagnosa Masuk

    :

    IDENTITAS

    Identitas anak Identitas Orang Tua

    Nama : An. Ks Identitas Orang Tua :

    Umur/Tgl lahir : 4 tahun Nama ibu : Ny. Lr

    Pendidikan : Paud Pekerjaan ayah/ibu :

    Wiraswasta

    Jenis kelamin : Perempuan Pendidikan ayah/ibu : SMA

    Suku/Bangsa : Jawa Pekerjaan ayah/ibu :

    Pedagang

    Alamat : Mondokan, Tuban Pendidikan ayah/ibu : SMP

    Sumber informasi :

    :RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

    1.Keluhan Utama : px mengatakan demam

    2. Riwayat Penyakit Saat ini : Px di bawa ke RSNU dengan keluhan pusing, ,Gejala

    demam, batuk, pilek, konjungtivitis, dan rash pada kulit yang terasa gatal. ibu px

    mengatakan sudah 3hari ini anaknya mengalami kesulitan tidur karena adanya rash

    pada seluruh tubuh. Dari hasil pemeriksaan di dapatkan

    TTV : N:90x/mnt

    RR : 36x/mnt

  • 8/3/2019 askep morboli

    24/39

    TD ; 100/70 mmHg

    S : 37,9 C

    RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

    Riwayat Kesehatan Sebelumnya : ibu px mengatakan sebelumnya anaknya pernah

    demam dan batuk pilek

    Riwayat Kesehatan yang lalu : beberapa bulan yang lalu ibu PX mengatakan anaknya

    demam dan batuk pilek

    1. Penyakit yang pernah di derita:

    Demam, Kejang, Batuk pilek, Mimisan,

    Lain-lain.

    2. Operasi : Ya, Tidak Tahun........

    3. Alergi : Makanan, Obat, Udara, Debu, lainnya,

    sebutkan

    4. Imunisasi : BCG (Umur 1 bulan), Polio 3x (Umur 1 ,5,12 bulan)

    DPT 3x (Umur 2, 5, 12 bulan), Hep.B 3x (Umur 0, 1, 3 bulan), Campak

    (Umur..bln)

    Riwayat kesehatan keluarga

    1. Penyakit yang pernah diderita keluarga : ibunya pernah menderita campak saat

    masih kecil

    2. Lingkungan rumah dan komunitas : lingkungan sekitar rumahnya bersih

    3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan :

    Persepsi keluarga terhadap penyakit anak : cobaan tuhan

    Riwayat nutrisi

    Nafsu makan : Baik, Tidak, Mual, Muntah

    Pola makan : 2x/hari, 3x/hari, > 3x/hari

  • 8/3/2019 askep morboli

    25/39

    Minum : Jenis....., jumlah.cc/hari

    Pantangan makanan : Ya, Tidak,

    Menu makanan :

    Riwayat pertumbuhan

    1. BB saat ini :kg, TBcm, LK.cm, LD.cm, LLAcm

    2. BB lahir :kg, BB sebelum sakit..kg

    3. Panjang badan lahir :..cm

    Riwayat perkembangan

    1. Pengkajian perkembangan (DDST) :

    2. Tahap perkembangan psikososial :

    3. Tahap perkembangan psikoseksual :

    OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

    1. Tanda tanda vital

    Keadaan Umum :

    Tanda Vital : S : 38,5 C N :120x/ menit TD :100/70 mmHg RR :

    36 x/ menit

    Kesadaran Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor

    Koma

    2. Sistem Pernafasan B1

    a. Keluhan : sesak nyeri waktu nafas

    Batuk produktif tidak produktif

    Sekret :Ada Konsistensi :......................

    Warna :.......... Bau :..................................

    Masalah Keperawatan :

    Takikardi

    Hipertermi

    Gx kesaadaran

    Masalah Keperawatan :

    Gangguan pola nafas

    (Dipsnoe)

  • 8/3/2019 askep morboli

    26/39

    b. Irama nafas teratur tidak teratur

    c. Jenis Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes

    d. Suara nafas Vesikuler Bronko vesikuler

    Ronki Wheezing

    e. Alat bantu napas ya tidak

    Jenis................... Flow..............lpm

    Lain-lain :

    3. Sistem Kardio vaskuler B2

    a. Keluhan nyeri dada ya tidak

    b. Irama jantung reguler ireguler

    S1/S2 tunggal ya tidak

    c. Suara jantung normal murmur

    gallop lain-lain.....

    d. CRT : 2 detik

    e. Akral hangat panas dingin kering

    basah

    f. JVP normal meningkat menurun

    Lain-lain :

    4. Sistem Persyarafan B3

    a. GCS : 345

    b. Refleks fisiologis patella triceps biceps

    c. Refleks patologis babinsky budzinsky kernig

    d. Keluhan pusing ya tidak

    e. Pupil Isokor Anisokor Diameter..

    f. Sclera/Konjunctiva anemis ikterus

    g. Gangguan pandangan ya tidak Jelaskan:

    konjungtivitis dan fotofobia

    h. Gangguan pendengaran ya tidak Jelaskan..

    Masalah Keperawatan :

    Gangguan integritas kulit

    Masalah Keperawatan :

    Gangguan rasa

    nyaman (Pusing)

    Gangguan pola

    istirahat tidur

  • 8/3/2019 askep morboli

    27/39

    i. Gangguan penciuman ya tidak Jelaskan..

    j. Isitrahat/Tidur :. 5-6 Jam/Hari Gangguan tidur : adanya rash di

    seluruh tubuh

    3. Sistem perkemihan B4

    a. Kebersihan Bersih Kotor

    b. Keluhan Kencing Nokturi Inkontinensia

    Gross hematuri Poliuria

    Disuria Oliguria

    Retensi Hesistensi

    Anuria

    c. Produksi urine : .. ml/hari Warna

    Bau..

    d. Kandung kemih : Membesar ya tidak

    Nyeri teka ya tidak

    e. Intake cairan oral : cc/hari parenteral : cc/hari

    f. Alat bantu kateter ya tidak

    Jenis :............. Sejak tanggal : .........

    Lain-lain :

    3. Sistem pencernaan B5

    a. Mulut bersih kotor berbau

    b. Mukosa lembab kering stomatitis

    c. Tenggorokan sakit menelan kesulitan menelan

    pembesaran tonsil nyeri tekan

    d. Abdomen tegang kembung ascites

    Nyeri tekan ya tidak

    Luka operasi ada tidak Tanggal operasi : .............

    Masalah Keperawatan :

    Tidak ada

    Masalah Keperawatan:

    Asupan makan

    kurang

    Anoreksia

    Diare

  • 8/3/2019 askep morboli

    28/39

    Jenis operasi :.............. Lokasi : ................

    Keadaan : Drain ada tidak

    Jumlah :........... Warna :...................

    Kondisi area sekitar insersi :...............

    e. Peristaltik :.............. x/menit

    f. BAB : 6-7x/hari Terakhir tanggal : 10 maret 2011

    Konsistensi keras lunak cair lendir/darah

    g. Diet padat lunak cair

    h. Nafsu makan baik menurun Frekuensi:2x/hari

    i. Porsi makan habis tidak Keterangan : adanya bercak koplik

    Lain-lain:

    3. Sistem muskulo skeletal dan integumen B6

    a. Pergerakan sendi bebas terbatas

    b. Kekuatan otot 2 2

    2 2

    c. Kelainan ekstremitas ya tidak

    d. Kelainan tulang belakang ya tidak

    e. Fraktur ya tidak

    f. Traksi / spalk /gips ya tidak

    g. Kompartemen syndrome ya tidak

    h. Kulit ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi

    i. Turgor baik kurang jelek

    j. Luka jenis :........... luas : ......... bersih kotor

    Lain-lain:

    4. Sistem Endokrin

    Pembesaran kelenjat tyroid ya tidak

    Pembesaran Kelenjar getah bening ya tidak

    Masalah Keperawatan :

    Gangguan

    integritas kulit

    Masalah Keperawatan :

    Tidak ada

  • 8/3/2019 askep morboli

    29/39

    Hipoglikemia ya tidak

    Hiperglikemia ya tidak

    Luka gangren ya tidak

    Lain-lain:

    PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL-SPIRITUAL

    Ekspresi afek dan emosi : Senang, Sedih, Menangis, Cemas

    Marah, Diam, Takut,

    Lainnya.

    Hubungan dengan keluarga : Akrab, Kurang akrab

    Dampak hospitalisasi bagi anak :

    Cemas

    Takut

    Dampak hospitalisasi bagi orang tua :

    PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN

    a. Mandi :2 x/hari f. Ganti pakaian :2x/hari

    b. Keramas :.1x/hari g. Sikat gigi : 0/hari

    c. Memotong kuku :1x/ minggu

    d. Merokok : ya tidak

    e. Alkohol : ya tidak

    PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG )

    Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopenia ringan.

    Terapi

    Masalah keperawatan :

    Gangguan rasa

    nyaman (Cemas)

    Masalah Keperawatan :

    Kebersihan diri kurang

  • 8/3/2019 askep morboli

    30/39

    Morbili merupakan suatu penyakit self-limiting, sehingga pengobatannya hanya

    bersifat simptomatis, yaitu :

    Memperbaiki keadaan umum

    Antipiretik bila suhu tinggi

    Sedativum

    Obat batuk

    Antibiotik diberikan bila terdapat infeksi sekunder

    Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan pada penderita morbili dengan

    ensefalitis yaitu :

    Nama Obat Dosis Nama Obat Dosis

    Prednison 2 mg/kgBB/hr

    selama 1 minggu

    Hidrokortison 100-200 mg/hr

    selama 3-4 hari

    DATA TAMBAHAN LAIN :

    TINDAKAN OPERASI :

    Tuban, ,......

    ..2009

  • 8/3/2019 askep morboli

    31/39

    ()

    ANALISA DATA

    DATA ETHIOLOGI MASALAH

    DS :

    -Px mengeluh pusing

    -Px mengeluh sesak nafas

    DO :

    TTV : N: 120x/mnt

    RR : 36x/mnt

    TD ; 100/70 mmHg

    S : 37,9 C

    -Pasien tampak gelisah

    -Mukosa mulut kering

    -Keringat berlebihan

    -Kejang

    -Kulit terasa panas

    Virus Morbili

    Droplet infeksi

    Eksudat yang serius,

    proliferasi sel

    mononukleus

    Reaksi inflamasi :

    Demam, suhu naik,

    metabolism naik, RR

    naik

    Gangguan rasa

    nyaman :

    Peningkatan suhu

    tubuh

    DS : Virus Morbili Gangguan

  • 8/3/2019 askep morboli

    32/39

    -Pasien mengatakan mual

    -Pasien mengatakan tidak nafsu

    makan

    DO :

    TTV : N:120x/mnt

    RR : 36x/mnt

    TD ; 100/70 mmHg

    S : 37,9 C

    -Bising usus.x/mnt

    -Mukosa mulut kering

    -Vomitus 10 cc

    -Porsi makan : porsi

    -Konjungtiva dan selaput lendir

    pucat

    -Terdapat bercak bercak

    merah pada mukosa mulut

    Droplet infeksi

    Eksudat yang serius,

    proliferasi sel

    mononukleus

    Reaksi inflamasi :

    Demam, suhu naik,

    metabolism naik, RR

    naik

    Penyebaran ke

    berbagai organ melalui

    hematogen

    Saluran cerna

    Terdapat bercak koplik

    berwarna kelabu

    dikelilingi eritema pada

    mukosa bukalis,

    berhadapan pada

    molar, palatum durum,

    mole

    kebutuhan nutrisi

    kurang dari

    kebutuhan

  • 8/3/2019 askep morboli

    33/39

    DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1.Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi

    2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh : Asupan makanan yang kurang b.d

    anorexia

    EVALUASI KEPERAWATAN

    NO. DIAGNOSA TGL. SOAP TTD

    1

    .

    Gangguan rasa

    nyaman :

    peningkatan

    suhu tubuh bd

    proses inflamasi

    11

    maret

    2011

    S : - Px tidak mengeluh

    pusing lagi

    - Px tidak mengeluh sesak

    nafas lagi

    O :

    KU : Baik

    TTV : TD :100/67 mmHg

  • 8/3/2019 askep morboli

    34/39

    N :90 x/ menit

    S : 37,2C

    RR : 20-30 x/menit

    -Pasien tampak tenang

    -Mukosa mulut lembab

    -Keringat sudah berkurang

    -Kejang, tidak ada

    -Kulit kembali normal

    A : Masalah teratasi

    P : Tindakan di hentikan

    2

    .

    Perubahan

    nutrisi kurang

    dari kebutuhan

    tubuh : Asupan

    makanan yang

    kurang b.d

    anorexia

    11

    maret

    2011

    S : - Pasien mengatakan mual

    -Pasien mengatakan tidak

    nafsu makan

    O :

    KU : Baik

    TTV : TD :100/67 mmHg

    N :90 x/ menit

    S : 37,2C

    RR : 20-30 x/menit

    -Bising usus.x/mnt (normal)

    -Mukosa mulut lembab

    -Vomitus tidak ada

  • 8/3/2019 askep morboli

    35/39

    -Porsi makan : 1 porsi

    -Konjungtiva dan selaput

    lendir kembali nomal

    - bercak bercak merah pada

    mukosa mulut sudah hilang

    A : Masalah teratasi

    P : Tindakan di hentikan

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

  • 8/3/2019 askep morboli

    36/39

    Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,

    yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang

    dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatann

    Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ). Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat

    dalam sekret nasofaring dan darah sealma masa prodormal sampai 24 jam setelah

    timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili

    Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Cara penularan dengan droplet infeksi.

    Komplikasi

    - Otitis media akut

    - Pneumonia / bronkopneumoni

    - Encefalitis

    - Bronkiolitis

    - Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis

    4.2 Kritik dan Saran

    Kami harap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca. Kami

    mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terjadi suatu kekeliruan yang

    disengaja atau tidak. Dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangan, untuk

    itu kami mengharap kritik dan saran dari pembaca sekalian, karena dengan kritik dan

    saran pembaca sekalian yang membangun nantinya akan menjadikan kami lebih baik

    dalam penyusunan makalah ini. Demikian makalah kami, kami mengucapkan terima

    kasih

  • 8/3/2019 askep morboli

    37/39

    DAFTAR PUSTAKA

    Betz, Cecity L., Linda A. Sowden.2002. Buku Saku Keperawan Pediatri.

    Jakarta:EGC

    Carpenito, LJ. 2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta: EGC

    Doenges, Marilynn E,dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan E/3. Jakarta: EGC

    Hartanto, Huriawati, dr., dkk.2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi Dua

    Sembilan. Jakarta : EGC

  • 8/3/2019 askep morboli

    38/39

    Nelson W. 2000.Ilmu Kesehatan Anak, Ahli Bahasa A, Samik Wahab. Jakata: EGC

  • 8/3/2019 askep morboli

    39/39