askep leukimia
DESCRIPTION
wahhh,,,,bagus bowwwTRANSCRIPT
ASKEP LEUKEMIA PADA ANAK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
ABSEN 13-24
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM
REGULER
2009/2010
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan atas rahmat dan izin Allah SWT, kami selaku tim
penyusun makalah ini, dapat menyelesaikannya tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Leukimia.
Membahas mengenai bagaimana memberikan asuhan keperawatan yang tepat, bagaimana
gangguan tersebut dapat terjadi. Tidak lupa kami selaku tim penyusun mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang mendukung Makalah ini, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan.. ‘’ Tak ada Gading yang tak Retak ‘’
kami menyadari Makalah ini masih memiliki kesalahan, untuk itu kami harapkan kritik dan
saran dai semua pihak demi kesempurnaan pada makalah-makalah selanjutnya.
Mataram, 31 Desember 2009
Wassalam
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
Bab I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ......................................................................................... 1 b. Tujuan ...................................................................................................... 1
Bab II PEMBAHASAN
a. Definisi Leukimia ............................................................................... 2 b. Etiologi Terjadinya Leukimia ............................................................. 2 c. Patofisiologi ....................................................................................... 3 d. Klasifikasi .......................................................................................... 3 e. Tanda & Gejala ................................................................................... 3 f. Gambaran Klinis ................................................................................ 4 g. Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................... 4 h. Penatalaksanaan .................................................................................. 6 i. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................. 7
Bab III PENUTUP
Kesimpulan ....................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Acute lympobastic leukemia adalah bentuk akut dari leukemia yang diklasifikasikan menurut cell yang lebih banyak dalam sumsum tulang yaitu berupa lymphoblasts.
Pada keadaan leukemia terjadi proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian.
Faktor penyebab ALL tidak diketahui, tapi dimungkinkan karena interaksi sejumlah faktor :Neoplasia,Infeksi,Radiasi,Keturunan,Zat kimia,Murasi gen.
Leukemia akut cepat terjadi dan lambat penyembuhannya, dapat diakhiri dengan kematian bila tidak segera diobati. ALL sering ditemukan pada anak-anak (82 %) daripada umur dewasa dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
B.TUJUAN
1. Untuk mengetahui keseluruhan mengenai leukimia pada anak
2. Mengetahui asuhan keperawatan leukimia pada anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam
sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur
atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Proliferasi juga terjadi di hati, limpa, dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ non
hematologis seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Leukemia limfositik akut (LLA) sering terjadi pada anak-anak. Leukemia tergolong
akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari sumsum tulang. Leukemia
akut merupakan keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen
darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran
organ-organ lain. Leukemia tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel
tua dan sel muda (Tejawinata, 1996).
Selain akut dan kronik, ada juga leukemia kongenital yaitu leukemia yang ditemukan
pada bayi umur 4 minggu atau bayi yang lebih muda.
B. Etiologi
Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar karena virus
(virus onkogenik).
Faktor lain yang berperan antara lain:
1. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat
sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
2. Faktor endogen seperti ras
3. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang dijumpai kasus
leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).
Faktor predisposisi:
1. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell
leukimia-lymphoma virus/HTLV)
2. Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti
neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur
6. Kelainan kromosom
Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah masuk ke
dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan struktur antigen
manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh
terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh
WHO, antigen jaringan ditetapkan dengan istilah HL-A (human leucocyte locus A). Sistem
HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehingga peranan faktor ras dan
keluarga sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan.
C. Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena
terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering
disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel
darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak
pertumbuhan sel darah normal.
Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia, yaitu:
1. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering ditemukan pada
leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini diakibatkan karena produksi yang
dihasilkan adalah sel yang immatur.
2. Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan
vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian dari
konsekuensi kompetisi untuk mendapatkan elemen makanan metabolik.
D. Klasifikasi Leukimia
1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid;
monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok
usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namu lebih banyak sel
normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang
menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi
dengan tanda dan gejala yang lebih ringan. Pasien menunjukkan tanpa gejala selama
bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa
membesar.
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun. Manifestasi klinis
pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau
penanganan penyakit.
4. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-
laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15
tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan
jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
E. Tanda dan Gejala
1. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum
tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi
hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita
leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan
daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan
tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
3. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa
seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia.
Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit
sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
5. Penurunan nafsu makan
6. Kelemahan dan kelelahan fisik
F. Gambaran Klinis
1. Anak kelihatan pucat.
2. Demam.
3. Anemia.
4. Perdarahan: ptekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi.
5. Kelemahan.
6. Nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan.
7. Purpura.
8. Pembesaran hepar dan lien.
9. Gejala tidak khas: sakit sendi atau tulang karena infiltrasi sel-sel ganas.
10. Jika terdapat infiltrasi ke dalam susunan saraf pusat, dapat ditemukan tanda meningitis.
11. Peningkatan cairan cerebrospinal mengandung protein.
12. Penurunan glukosa.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat adalah adanya pansitopenia, limfositosis
yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan terdapat sel blast
(menunjukkan gejala patogonomik untuk leukemia).
Pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran monoton yaitu hanya terdiri dari
sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder).
Pemeriksaan biopsi limfa memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limfa yang terdesak seperti: limfosit normal, RES, granulosit, pulp cell.
70 – 90% dari kasus leukemia Mielogenus Kronis (LMK) menunjukkan kelainan
kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Ph 1).
50 – 70% dari pasien Leukemia Limfositik Akut (LLA), Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
mempunyai kelainan berupa:
- Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid
- Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang diploid
(2n+a)
- Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion)
- Terdapat marker kromosom yaitu elemen yang secara morfologis bukan merupakan
kromosom normal, dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil.
Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis kelainan yang
ditemukan. Pada leukemia biasanya didapatkan dari hasil darah tepi berupa
limfositosis lebih dari 80% atau terdapat sel blast. Juga diperlukan pemeriksaan
dari sumsum tulang dengan menggunakan mikroskop elektron akan terlihat
adanya sel patologis.
H. Penatalaksanaan
o Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
1. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
- Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi.
Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³,
maka diperlukan transfusi trombosit.
- Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
2. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya
tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering
disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud
untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun
intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak
memperbanyak diri lagi.
- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
3 fase Pelaksanaan Kemoterapi:
1. Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan
berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum
tulang ditemukan jumlah sel muda kuurang dari 5%.
2. Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortison melalui
intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial
dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
3. Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan
mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan
sementara atau dosis obat dikurangi.
o Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien
dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus
menerus.
ASKEP LEUKIMIA PADA ANAK
I.PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas.
b. Keluhan utama.
c. Riwayat kesehatan sekarang.
d. Riwayat kesehatan yang lalu.
e. Riwayat kesehatan keluarga.
2. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan.
Tanda : kelemahan otot, somnolen.
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi.
Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat.
c. Eliminasi
Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urine.
d. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia.
Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi (infiltrasi gusi mengindikasikan leukemia monositik akut).
e. Integritas ego
Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.
Tanda : depresi, ansietas, marah.
f. Neurosensori
Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi, pusing, kesemutan.
Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot.
Tanda : gelisah, distraksi.
h. Pernafasan
Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.
Tanda : dispnea, takipnea, batuk.
i. Keamanan
Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan pengihatan, perdarahan spontan, tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe, limpa atau hati.
.II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b.d pembesaran organ / nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemik.
2. Resiko tinggi perdarahan b.d trombositopenia.
3. Resiko tinggi infeksi b.d sel leukosit yang abnormal.
4. Kelelahan / kelemahan umum b.d anemia.
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Dx. Keperawatan: Nyeri Akut b.d pembesaran organ / nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemik.
Tujuan:
· Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24jam, nyeri dapat berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil:
· Nyeri terkontrol.
· Menunjukkan perilaku penanganan nyeri.
· Tampak dan mampu istirahat atau tidur.
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya nyeri.
2. Observasi TTV.
3. Posisikan nyaman dan sokong sendi ekstremitas dengan bantal.
4. Evaluasi dan dukung mekanisme koping pasien.
5. Bantu / berikan aktivitas terapeutik, teknik relaksasi.
6. Berikan obat sesuai indikasi: analgesic, contoh: asematinofen (tylenol).
7. Narkotik, misal: kodein, meperdin (demetol), morfin, hidromorfan (dilaudis).
1. Mengindikasikan terjadinya komplikasi.
2. Dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi.
3. Dapat menurunkan ketidaknyamanan tulang dan sendi.
4. Penggunaan persepsi diri / perilaku untuk menghilangkan nyeri dapat membantu pasien mengatasinya lebih efektif.
5. Membantu manajemen nyeri dengan perhatian langsung.
6. diberikan untuk nyeri ringan yang tidak hilang dengan tindakan kenyamanan.
7. Digunakan bila nyeri hebat.
2. Dx. Keperawatan: Resiko tinggi perdarahan b.d trombositopenia.
Tujuan:
· Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24jam, resiko perdarahan berkurang atau tidak terjadi perdarahan.
Kriteria Hasil:
· TD dan nadi Stabil.
· HB dalam batas normal (>10 g / 100 ml).
· Trombosit dalam batas normal (> 50.000 / ml).
Intervensi Rasional 1. Kaji keadaan kulit / membran
mukosa.
2. Pantau TD dan Nadi.
3. Hindari tindakan yang dapat membuat cidera jaringan / perdarahan.
4. Anjurkan klien untuk diet makanan halus.
5. Awasi pemeriksaan lab, misal: trombosit, HB / HT.
6. Berikan SDM, trombosit.
1. Untuk mengetahui adanya resiko perdarahan dengan menemukan adanya ptieke, perdarahan gusi.
2. Perubahan dapat menunjukkan sebagai efek hipovolemia (perdarahan).
3. Jaringan rapuh dan trombositopenia meningkatkan resiko perdarahan meskipun trauma minor.
4. dapat mengurangi iritasi gusi.
5. Penurunan jumlah trombosit dan HB / HT mengindikasikan adanya perdarahan.
6. Memperbaiki atau menormalkan jumlah SDM dan kapasitas pembawa O2 untuk memperbaiki anemia, berguna untuk mencegah atau mengobati perdarahan.
3. Dx. Keperawatan: Resiko tinggi infeksi b.d sel leukosit yang abnormal.
Tujuan:
· Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24jam, kondisi klien baik dan resiko infeksi berkurang atau tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil:
· Suhu dalam batas normal (365-375 oC).
· Leukosit dalam batas normal.
· Pasien dapat mengetahui tindakan yang dapat mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya nyeri tekan pada area eritema.
2. Observasi suhu tubuh.
3. Berikan mandi kompres.
4. Berikan periode istirahat tanpa gangguan.
5. Berikan makanan tinggi protein dan cairan.
6. Awasi pemeriksan lab: DL terutama SDP, kultur gram / sensitifitas.
7. Berikan obat sesuai indikasi ex: antibiotik.
8. Kaji ulang foto thorak.
1. Mengindikasikan infeksi lokal.
2. Hipertermia terjadi pada beberapa tipe infeksi.
3. Membantu menurunkan demam.
4. Menghemat energi untuk penyembuhan, regenerasi seluler.
5. Meningkatkan pembentukan antibodi dan mencegah dehidrasi.
6. Penurunan jumlah SDP matur menunjukkan peningkatan resiko infeksi.
7. Mengobati infeksi khusus.
8. Indikator terjadinya atau penyembuhan komplikasi paru.
4. Dx. Keperawatan: Kelelahan / kelemahan umum b.d anemia.
Tujuan:
· Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24jam, kondisi klien membaik (kelemahan / kelelahan berkurang).
Kriteria Hasil:
· Keadaan umum membaik.
· Mampu beraktifitas.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kelemahan klien.
2. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan.
3. Jadwalkan makan sekitar
1. Efek leukemia, anemia dan kemoterapi.
2. Menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler.
3. Dapat meningkatkan pemasukan
kemoterapi.
4. Kolaborasikan dengan tim medis mengenai pengobatan antiemetik dan penambah darah.
dan menurunkan mual.
4. Untuk menurunkan mual setelah dilakukan kemoterapi, dan meningkatkan HB sehingga mengurangi kelelahan atau kelemahan.
BAB III
PENUTUP
1. Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa.
2. Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang norma
3.Asuhan keperawatan pada anak yang mengalami leukemia tidak hanya perawat yang berperan tapi peran orang tua juga sangat penting sebagai pemotivasi hidup bagi anak.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.
http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-anak-leukimia/