askep leukemia
DESCRIPTION
asuhan keperawatanTRANSCRIPT
Askep Leukemia 085241226240
Pengertian etiologi patofisiologi komplikasi pemeriksaan penunjang pengkajian,diagnose kept intervensi daftar pustaka
I. PENDAHULUAN
Leukemia mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847sebagai darah
putih. Suatu leukemia dapat dikenal dariu suatu proliferasi yang terganggu dari
myeloida, limfoida atau sel-sel fungsional tertentu yang kurang berharga di
dalam sumsum darah, darah, kelenjar limpa, hati,, timus dan berbagai organ
lainnya.
Apabila populasi sel abnormal tidak matang (blastair),maka kita namakan
leukemia kronis.Jenis sel yang menguasai,yang dapat menentukan apakah hal
itu suatu leukemia myeloida,monositer,limfatik dll.Apabila populasi sel
abnormal yang merangsang itu hanya terdapat didalam sumsum tulang saja dan
tidak ada di dalam darah yang beredar,maka kita katakana tentang bentuk
leukemia yang aleukemik.
Kelainan pertumbuhan suatu populasi ssel tertentu selalu merugikan
eritropoesa, myelosa, limfopoesa, dan trombopoesa yang normal. Sehingga
hampir selalu trjadi anemia dan trombopenia dan tidak adanya granulopoesa
atau limfopoesa normal. Populasi hematopoetik yang abnormal sering
mempunyai sifat-sifat “mobil” yang khas dari sel darah.
Disemua tempat di sum-sum tulang atau disemua organ limfa, secara berturut
pada bentuk myeloida atau bentuk limfatik. Dalam stadium akhir dari penyakit
ini karena adanya perong-rongan lokal, dapat menimbulkan terjadinya bentuk
tumor yang sesungguhnya di dalam organ tersebut.
Dalam kejadian-kejadian lain timbul sejak permulaan justru suatu rong-rongan
dari suatu unsur darah seperti pada maligna limfoma (maligna lymfocytair
lymfoom, maligna histocytair lymfoom) pada myelom (plasmocytoom) atau
khloom (rong-rongan dari promyelosit/myeloblast).
II. PATOFISIOLOGI
Pengertian
Menurut Kapita Selekta Kedokteran, 2007
Leukimia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh
proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai
bentuk leukosit yang tidak normal, jumlah berlebihan, dapat
menyebabkan anemia, trombosipenia, penyakit neoplastik yang
beragam atau tranformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah
di sum-sum tulang dan jaringan limfoid dan diakhiri dengan
kematian.
Menurut Carbone, P.T., 2003
Leukimia adalah neoplasma ganas sel asal hematopoetik timbul di
sum-sum tulang yang menyebar ke darah sirkulasi atau organ
lain.
Diklasifikasikan berdasarkan tipe sel yang terlibat (myeloid
versus limfoid) dan tingkat maturitas sel leukimia.
Menurut Hoffbrand, 2005
Sel abnormal ini keluar dari sum-sum dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukimia mempengaruhi
hematopoesis/proses pembentukan sel darah normal dan
imunitas tubuh penderita.
Menurut http://id.wikipedia.org/wiki/leukimia
Leukimia berarti “darah putih” karena penderita ditemukan
banyak sel darah putih sebelum diterapi.
Etiologi
Sebagian kerusakan DNA yang pada akhirnya menyebabkan onset
leukimia yang dipengaruhi oleh interaksi antara gen, umur, dan berbagai faktor
lingkungan dan gaya hidup seperti nutrisi dan paparan terhadap bahan kimia.
Usia
Kasus leukimia terjadi sampai 70% pada orang berusia diatas 50
tahun. Maka usia bisa dianggap sebagai faktor resiko terbesar
berkembangnya leukimia kromosom sel darah putih pada orang
berusia lanjut lebih rentan daripada dewasa muda dan lebih mudah
mengalami kerusakan DNA yang menyebabkan leukimia.
Kemoterapi
Kemoterapi yang digunakan untuk mengobati kanker bisa
menyebabkan kerusakan DNA dan menngkatkan resiko
berkembangnya beberapa jenis leukimia.
Radiasi
Paparan terhadap radiasi dosis besar menyebabkan leukimia yang
menginduksi kerusakan DNA melalui translokasi. Leukimia yang
disebabkan radiasi secara tipikal muncul 10 tahun setelah paparan.
Bahan kimia
Paparan jangka panjang terhadap benzena dapat menyebabkan
leukemza akut. Paparan jangka panjang terhadap herbisida,
pestisida dan bahan kimia pertanian, berhubugan dengan
meningkatnya resiko leukimia.
Merokok
Menghisap rokok dapat menyebaabkan leukimia, terlebih bila
mengandung senyawa penyebab leukimia seperti benzena. Merokok
pada usia remaja muda menyebabkan peningkatan yang relatif tidak
terlalu besar berkembangnya leukimia.
Genetik
Ditandai dengan ketidakstabilan genetik dan ketidakmampuan
memperbaiki kerusakan DNA yang berhubungan dengan
menngkatnya resiko leukimia.
Virus pada pasien yang terinfeksi
Protein HTLV (Human T Cell Leukimia Virus) melekat pada protein
lymphosit yang bertanggung jawab di dalam mengatur
pertumbuhan sel.
Klasifikasi
Menurut perjalanan penyakit dapat dibagi atas leukimia akut dan kronik.
Dengan kemajuan pengobatan akhir-akhir ini pasien leukimia
lumfoblastik akut dapat hidup lebih lama daripada pasien leukimia
granulositik kronik. Dengan demikian pembagian akut dan kronik tidak
lagi mencerminkan lamanya harapan hidup. Namun pembagian ini masih
menggambarkan kecepatan timbulnya gejala dan komplikasi (Kapita
Selekta Kedokteran, 2007). Leukimia dapat diklasifikasikan atas dasar :
Perjalanan alamiah penyakit yaitu akut dan kronik
Tipe sel predominan yang terlibat yaitu limfoid dan mieloid
Jumlah leukosit dalam darah yaitu 5000-10.000 mikro liter
Basofil 0-1
Eosinofil 1-3
Neutrofil batang 2-6
Neutrofil segmen 50-70
Limfosit 20-40
Monosit 2-8
Dengan mengkombinasi dua klasifikasi pertama, maka leukimia dapat
dibagi menjadi:
Leukimia Limfosit Akut (LLA) merupakan tipe leukimia paling sering
terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa
yang terutama telah berumur 60 tahun atau lebih.
Leukimia Mielositik Akut (LMA) lebih sering terjadi pada anak-anak.
Tipe ini dahulunya disebut leukimia non limfositik akut.
Leukimia Limfositik Kronik (LLK) sering diderita oleh orang dewasa
yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga di derita
oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak.
Leukimia Mielositik Kronik (LMK) sering terjadi pada orang dewasa.
Dapat juga terjadi pada anak-anak namun sangat sedikit.
Tipe yang sering pada orang dewasa adalah LMA dan LLK, sedang LLA sering
terjadi pada anak-anak (dr. Sumanto Simon, 2003). Menurut jenisnya,
leukimia dapat dibagi atas leukimia mieloid dan limfoid. Masing-masing
ada yang akut dan kronik. Secara garis besar pembagian leukimia adalah
sebagai berikut :
Mieloid, jenisnya :
Leukimia Granulositik Kronik (leukimia mieloid/mielositik/mielogenous
kronik).
Leukimia Mieloblastik Akut / LMA
Limfoid, jenisnya :
Leukimia Limfoid Akut
Leukimia Limfositik Kronik (Anonim, 2005)
Leukimia Granulositik Kronik (LGK)
LGK merupakan suatu penyakit mieloproliferatif yang ditandai
dengan produksi berlebihan seri granulositik yang relatif matang.
Leukimia Mieloblastik Akut / LMA
Insidens LMA kira-kira 2-3/100.00 penduduk. LMA sering ditemukan
pada unsur dewasa (85%) daripada anak-anak (15%). Ditemukan
lebih sering pada laki-laki daripada wanita. LMA dapat ditemukan
disekitar 40% dari seluruh insidens leukimia. Mieloblastik Leukimia.
Sel utama pada darah dan sum-sum tulang adalah mieloblastik
dengan “round nuclei”.
Leukimia Limfoblastik Kronik (LLK)
Merupakan 25% dari seluruh leukimia di negara barat, amat
jarang ditemukan di jepang, cina, dan indonesia. Lebih sering
ditemukan pada laki-laki daripada wanita (2:1) dan jarang
ditemukan pada kurang dari 40 tahun.
Leukimia Limfoblastik Akut (LLA)
Insidens LLA berkisar 2-3/100.000 penduduk. Lebih sering
ditemukan pada anak-anak (82%) daripada usia dewasa (18%)
dan lebih sering ditemukan pada laki-laki dibanding wanita.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis leukimia akut sangat bervariasi, tetapi pada umumnya
timbul cepat, dalam beberapa hari sampai minggu. Gejala leukimia
akut dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar :
Gejala kegagalan sum-sum tulang yaitu :
Anemia menimbulkan gejala pucat dan lemah
Nefropenia menimbulkan infeksi yang ditandai oleh demam,
infeksi rongga mulut, tenggorok, kulit, saluran nafas, dan
sepsis sampai syok septik.
Trombositopenia menimbulkan easy bruising, pendarahan
kulit, perdarahan mukosa, seperti perdarahan gusi dan
epitaksis.
Nyeri
Sel leukimia sum-sum tulang bisa bereproduksi begitu
hebat sehingga mereka menginvasi tulang sekelilingnya.
Keadaan hiperkatabolik ditandai oleh :
Kaheksia
Keringat malam
Hiperurikemia yang dapat menimbulkan gout dan gagal ginjal
Infiltrasi kedalam organ menimbulkan organomegali dan gejala
lain, seperti :
Nyeri tulang dan sternum
Limfadenopati superfisial
Splenomegali/hapatomegali, biasanya ringan
Hipertrofi gusi dan infiltrasi kulit
Sindrome meningeal : sakit kepala, mual, muntah, mata kabur,
kaku kuduk.
Gejala klinis leukimia kronik tergantung pada fase yang kita jumpai
pada penyakit tersebut yaitu :
Gejala hiperkatabolik : berat badan menurun, lemah, anoreksia,
berkeringat malam.
Splenomegali hampir selalu ada, sering masif.
Hematomegali lebih jarang dan lebih ringan
Gejala gout, gangguan penglihatan, dan priapismus.
Anemia pada fase awal sering hanya ringan
Kadang-kadang asimtomatik, ditemukan secara kebetulan
Perubahan terjadi pelan-pelan dengan prodromal selama 6 bulan,
disebut sebagai fase ekselerasi. Timbul keluhan baru :demam,
lelah, nyeri tulang (sternum) yang semakin progresif. Respon
terhadap kemoterapi menurun, leukositosis meningkat dan
trombosit menurun dan akhirnya menjadi gambaran leukimia
akut.
Pada sekitar sepertiga penderita, perubahan teerjadi secara
mendadak, tanpa didahului masa prodromal, keadaan ini
disebut krisis blastik (blast crisis). Tanpa pengobatan adekuat
penderita-penderita sering meninggal dalam 1-2 bulan.
Gejala yang paling menonjol adalah pembesaran kelenjar getah
bening (limfadenopati) superfisial yang sifatnya simetris dan
volumenya bisa cukup besar. Kelenjar bersifat tidak melekat
kompak(discrete) dan tidak nyeri.
Patogenesis
Leukimia akut merupakan penyakit dengan transformasi. Maligna dan
perluasa klon-klon sel hematopoetik yang terhambat pada tingkat
diferensiasi dan tidak berkembang menjadi bentuk yang lebih matang.
Sel darah berasal dari sel induk hematopoesis pluri poten yang kemudian
berdiferensiasi menjadi induk limfoid dan induk mieloid multi poten. Sel
induk limfosit akan membentuk sel T & B, sel induk mieloid akan
berdiferensiasi menjadi sel eritrosit granulosit, monosit, dan mega
kariosit. Pada tiap stadium diferensiasi dapat terjadi perubahan menjadi
suatu klon leukemik yang belum diketahui penyebabnya. Bila hal ini
terjadi maturasi dapat terganggu, sehingga jumlah sel muda akan
meningkat dan menenkan sel darah normal dalam sum-sum tulang. Sel
leukemik tersebut dapat masuk dalam sirkulasi arah dan kemudian
menginfiltrasi organ tubuh sehingga menyebabkan gangguan
metabolisme sel dan fungsi organ. Kematian penderita biasanya karena
penekanan sum-sum tulang yang cepat dan hebat tapi bisa jadi karena
infiltrasi sel leukemik tersebut ke organ tubuh penderita.
Patofisiologi
Proses patofisiologi leukimia akut dimulai dari transformasi ganas sel
induk hematologik atau turunannya. Proliferasi sel ganas induk ini
menghasilkan sel leukimia akan mengakibatkan :
Penekanan hemopoeisis normal sehingga terjadi bone marrow failure.
Infiltrasi sel leukimia ke dalam organ sehingga menimbulkan
organomegali.
Katabolisme sel meningkat sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik
Skema patofisiologi timbulnya gejala-gejala klinik pada leukimia akut dapat dilihat pada gambar .
Faktor predisposisiFakor etiologi
Faktor pencetus
Mutasi somatik sel induk
kaheksia Proliferasi neoplastik & differentiation arrest
katabolisme Akumulasi sel-sel muda dalam sum-sum tulang
Gagal sum-sum tulang
hiperkatabolik Anemia, perdarahan & infeksi
Sel leukimia Inhibisi hemopoeisis normal
diaforesis Asam urat
GOUT Infiltrasi ke organGagal ginjal
Tempat ekstra
Tulang Darah RES meduler lain Nyeri tulang sindroma limfadenopati meningitis, hiperviskositas hepatomegali lesi kulit,splenomegali pembesarantestis. Keterangan gambar :
Faktor etiologi terdiri dari sinar radiasi, genetik, virus sehingga mengakibatkan
mutasi genetik somatik sel induk dimana kerusakan terjadi pada bagian epitel
sel induk kemudian menyebar kejaringan yang lebih dalam mengakibatkan sel
neoplastik menjadi abnormal.
Setelah itu terjadi pertumbuhan sel-sel muda di dalam sum-sum tulang. Karena
banyaknya pertumbuhan sel-sel muda di dalam sum-sum tulang bisa
mengakibatkan:
Hiperkatabolik (terjadi pemecahan yang berlebihan)
Hiperkatabolik yaitu terjadi pemecahan protein yang berlebihan bisa
menyebabkan:
Asam urat
Asam urat bisa menjadi gout dan gagal ginjal
Katabolisme meningkat
Katabolisme yang meningkat bisa menjadikan :
Kaneksia (kurus/kekurangan gizi berat)
Keringat
Gagal ginjal
Gagal sum-sum tulang
Didalam sum-sum tulang terjadi pertumbuhan sel-sel darah putih yang
berlebihan dan dengan trombosit sehingga menyebabkan jumlah
leukosit lebih banyak daripada jumlah trombosit sehingga didalam tubuh
bisa terjadi anemia. Anemia yang sudah terlalu berat bisa menyebabkan
banyak pembuluh darah yang pecah maka terjadilah perdarahan.
Banyaknya trombosit yang rusak 7 mati menyebabkan infeksi.
Sel leukimia
Akibat dari sel-sel muda yang tumbuh dengan cepat dan berlebihan
maka bisa menyebabkan leukimia yaitu sekumpulan penyakit yang
ditandai oleh adanya proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang tidak normal, jumlah berlebihan, dapat
menyebabkan anemia, trombositopenia, penyakit neoplastik yang
beragam. transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sum-sum
tulang dan jaringan limfoid dan diakhiri dengan kematian. Kekurangan
trombosit yang berlebihan bisa menyebakan inhibisi hemopoeisis
normal sehingga dapat terjadi anemia / perdarahan dan infeksi karena
leukimia sehingga terjadi kegagalan penyaringan di organ-organ lain.
Misalnya :
Tulang
Karena tekanan leukosit yang meningkat dan trombosit dibutuhkan
berkurang sehingga menyebabkan nyeri tulang.
Darah
Sindroma hiperfiskositas
RES
- limfadenopati
- hepatomegali
- splenomegali
Tempat ekstra meduler lain
Meningitis
Lesi kulit
Pembesaraan testis
Prognosis
Faktor prognosis dapt memprediksikan keberhasilan pengobatan
dengan nyata. Faktor tersebut dapat dikategorikan menjadi temuan
laboratorium dan klinis karakteristik molekuler dan respon terhadap
pengobatan awal bahwa faktor prognosis sangat mempengaruhi
keberhasilan pengobatan. Banyak temuan laboratorium dan klinis
dinilai memiliki signifikansi prognosis kemungkinan yang paling
penting adalah usia, jumlah sel darah putih, jenis kelamin dan ras. Balita
di bawah 1 tahun beresiko sangat tinggi kegagalan pengobatan,
sementara anak-anak berumur 1-9 tahun cenderung memiliki
keberhasilan pengobatan yang baik. Pasien dengan jumlah sel darah
putih tinggi cenderung memiliki keberhasilan pengobatan yang buruk.
Perempuan penderita ALL memiliki prognosis yang lebih baik daripada
anak laki-laki. Respon pengobatan awal dijadikan penilaian
keberhasilan pengobatan. Respon awal telah dievaluasi dengan
pemeriksaan sum-sum tulang selama terapi induksi (yaitu 7/14 hari
setelah awal pemberian terapi) atau dengan membersihkan limfolasts
yang bersirkulasi dari darah periferal setelah 7/10 hari pengobatan
dengan kortikosteroid tunggal atau obat-obatan lain yang digunakan
dalam terapi induksi. Pasien yang mengalami penurunan sel leukimia
dengan cepat di sum-sum tulang atau pasien yang mengalami
pembersihan blast leukimia yang bersirkulasi dengan cepat, dapat
memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien yang mengalami
penurunan sel leukimia lebih lamban.
Penatalaksanaan
Pencegahan perdarahan harus dilakukan setiap peningkatan petekia dan
setiap adanya darah dalam tinja/urine (melena, hematuria) atau
perdarahan hidung harus dilaporkan, injeksi harus dihindari dan
keamanan harus dijaga untuk menghindari trauma. Lebih baik digunakan
asetaminofen daripada aspirin sebagai analgetik. Perdarahan ditangani
dengan tirah baring dan transfusi sel darah merah dan trombosit.
Pemberian analgetik dapat membantu mengurangi nyeri akibat infiltrasi
dan pembesaran organ abdominal nodus limfa, tulang, dan sendi.
Penyuluhan pasien dan pendekatan asuhan di rumah :
Pasien dan keluarga harus memahami penyakit dan prognosisnya
Perawat bertindak sebagai penasehat untuk memastikan bahwa
informasi ini telah diberikan
Bagi pasien yang tidak berespon terhadap terapi, kita harus
mmenghormati pilihan pasien mengenai penanganan yang
diinginkan, termasuk upaya untuk memperpanjang hidup
Arah yang jelas dan kemauan hidup yang kuat memungkinkan pasien
mengontrol diri selama fase akhir penyakit
Cara pengobatan :
Pengobatan leukimia bersifat spesifik, suportif, dan kuratif.
Pengobatan spesifik:
Yaitu berbentuk kemoterapi yang mempunyai tahapan sebagai
berikut :
Fase induksi remisi
Berupa kemoterapi intensif untuk mencapai remisi yaitu supaya
keadaan dimana gejala klinis hilang, disertai blast dalam sum-sum
tulang kurang dari 5%. Dengan pemeriksaan morfologik tidak
dapat dijumpai sel leukimia dalam sum-sum tulang dan darah
tepi.
Fase post remisi
Suatu fase pengobatan untuk memperlahan remisi selama
mungkin yang pada akhirnya akan menuju kesembuhan. Hal ini
dicapai dengan :
Kemoterapi lanjutan terdiri dari :
Terapi konsolidasi
Terapi pemeliharaan (maintenance)
Late intencification
Transplantasi sum-sum tulang
Mnerupakan terapi konsolidasi yang memberikan
penyembuhan permanen pada sebagian penderita, terutama
penderita yang berusia dibawah 40 tahun.
Terapi suportif
Terapi suportif yang diberikan adalah :
Terapi untuk mengatasi anemia
Transfusi darah untuk mempertahankan Hb sekitar 9-10 g/dl.
Untuk calon transplantasi sum-sum tulang, transfusi darah
sebaiknya dihindari.
Terapi untuk mengatasi infeksi:
Antibiotika adekuat
Transfusi konsentrat granulosit
Perawatan khusus (isolasi)
Terapi untuk mengatasi perdarahan yang terdiri dari :
Transfusi konsentrat trombosit untuk mempertahankan
trombosit minimal 10 x10 /ml darah, idealnya diatas
20 x10 /ml darah.
Bisa diberukan heparin untuk mengatasi DIC
Terapi untuk mengatasi hal-hal lain yaitu :
Pengelolaan leukopheresis : dilakukan dengan hindari
intravenous dan leukopheresis. Segera lakukan
individu remisi untuk menurunkan jumlah leukosit.
Pengelolaan sindrom lisis tumor dengan hidrasi yang
cukup, pemberian alopurinol dan alkalisasi urine.
Terapi kuratif
Meliputi :
Steroduksi dengan obat sitostatika mulai dari kombinasi
stostika yang ringan hingga yang agresif dengan
membutuhkan “rescue” sel induk darah penderita dari
darah perifer untuk menyelamatkan pada ablasi sum-sum
tulang.
Transplantasi sel induk darah alogeni atau autologus dari
sum-sum tulang, darah perifer atau tali pusar.
Komplikasi
Splenomegali
Hepatomegali
Nyeri tekan sternal
Pembesaran ringan getah bening
Organomegali
Infiltrasi sel-sel leukemik.
Trombositopenia
Ulkus peptikum
Kadar histamin yang dilepas sel-sel basofil yang jumlahnya
meningkat.
Hiperurisemia
Meningkatnya produksi asam urat akibat meningkatnya turnover
asam nukleat karena pemecahan sel dan hematopoeisis yang tidak
efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi:Konsep. Klinik
Proses-Proses Penyakit: EGC
Bruner & Suddarth’s. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Semi Jurnal Farmasi & Kedokteran ETHICAL DIGEST. No 26. Th. IV. April
2006
Bakta I Made Prof. Dr. Hematologik Klinik Ringkas, 2006. Jakarta: EGC