askep kasus untuk riset

78
KEPERAWATAN ANAK LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE OLEH: TINGKAT II B KELOMPOK IV NAMA ANGGOTA NIM Ni Luh Putu Parwati Kp.05.12.091 Ni Kadek Juniantari Kp.05.12.092 Komang Ayu Juliastini Kp.05.12.093 Ni Kadek Sri Saskarani Kp.05.12.094 Bambang Sugih Arto Kp.05.12.095 Ni Luh Nyoman Triana Wulantari Kp.05.12.096

Upload: maniq-rahayu

Post on 26-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

uvty

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Kasus Untuk Riset

KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN DIARE

OLEH:

TINGKAT II B

KELOMPOK IV

NAMA ANGGOTA NIM

Ni Luh Putu Parwati Kp.05.12.091

Ni Kadek Juniantari Kp.05.12.092

Komang Ayu Juliastini Kp.05.12.093

Ni Kadek Sri Saskarani Kp.05.12.094

Bambang Sugih Arto Kp.05.12.095

Ni Luh Nyoman Triana Wulantari Kp.05.12.096

Ni Putu Aris Kumala Santi Kp.05.12.097

Mutia Ratna Purnama Dewi Kp.05.12.098

Pande Gede Kamajaya Kp.05.12.099

Ni Luh Putu Evi Pratiwi Kp.05.12.100

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IX/UDAYANA

TAHUN AKADEMIK

2013

Page 2: Askep Kasus Untuk Riset

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA ANAK DENGAN DIARE

A.DEFINISIDiare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti

biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari

dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lender darah. (A.Aziz Alimul, 2008)

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal ( > 3 kali/hari ),

serta perubahan isi/volume ( > 200 gr/hari) dan konsistensi feces cair (Brunner & Suddarth,

2002).

Diare adalah buang air besar dengan jumlah tinja lebih banyak dari biasanya (normal

100-200 ml perjam tinja). Terbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula di

sertai frekuensi defekasi yang meningkat. (Mansjoer, Arif, 1999).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah

cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-

200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).

B.ETIOLOGIFaktor penyebab diare yaitu :

1. Faktor infeksi

a) Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada

anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,

Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus,

dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).

b) Infeksi parenteral: merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat

menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia.

Page 3: Askep Kasus Untuk Riset

2. Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),

monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan

penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi

malabsorbsi lemak dan protein

3. Faktor Makanan:

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi

terhadap jenis makanan tertentu.

4. Faktor Psikologis

Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi

tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

C.MANIFESTASI KLINIS

Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, napsu makan berkurang

kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama

berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Daerah anus dan sekitarnya timbul luka

lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama

diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena

lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila

kehilangan cairan terus berlangsung tanpa penggantian yang memadai, gejala dehidrasi mulai

tampak yaitu: berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung

(pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit kering.

Bila dehidrasi terus berlanjut dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut

jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan lemah bahkan tidak teraba, tekanan darah menurun,

klien tampak lemah dengan kesadaran menurun. Karena kekurangan cairan, diuresis berkurang

(oliguria sampai anuria). Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat, pernapasan

cepat dan dalam (pernapasan Kussmaul). (Ngastiyah 2005)

Page 4: Askep Kasus Untuk Riset

D.PATHWAY

E.

Toksik tak dapat diserap

Berkembang di usus

Hipersekresi air &elektolit

MakananInfeksi

Hiperperistaltik

Penyerapan makanan di usus

menurun

Malabsorbsi KH, lemak, protein

Meningkatkan tekanan osmotik

Pergeseran air dan elektrolit ke usus

Diare

Frekuensi BAB meningkat

Hilang cairan &elektrolit berlebihan

Gangguan keseimbanagn cairan &elektrolit

Kekurangan volume cairan

Dehidrasi

Distensi abdomen

Mual/Muntah

Nafsu makan menurun

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Nyeri Akut

Isi usus

Page 5: Askep Kasus Untuk Riset

E. KLASIFIKASI

Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare akut, diare persisten dan

diare kronis.

1 . Diare Akut

Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung kurang dari 14 hari, dengan

pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai lendir dan darah.

2 . Diare Persisten

Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare

akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.

3. Diare kronis

Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi,

seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama

diare kronik lebih dari 30 hari. (Asnil, 2003).

F. KOMPLIKASI

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai

komplikasi sebagai berikut :

1.      Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)

2.      Rinjatan hipovolemik

3.      Hipokalemia (dengan gejala miteorismus, hipotoni otot, lemak, bradikardia, perubahan

elektrokardiagram).

4.      Hipoglikemia

5.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktasi.

6.      Kejang-kejang pada dehidrasi hipertonik

7.      Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

(Ngastiyah, 2005)

Page 6: Askep Kasus Untuk Riset

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Dasar pengobatan diare adalah :

1.      Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberianya.

2.      Dietetik (cara pemberian makanan)

3.      Obat-obatan.

1.      Pemberian cairan

Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat dehidrasinya dan

keadaan umum.

a.       Pemberian cairan

Pasien dengan dehidrasi rignan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang

berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa untuk diare akut dan karena pada anak

di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 ml g/L. pada anak dibawah 6 bulan dehidrasi

ringan / sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap sering disebut : oralit.

b.      Cairan parontenal

Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai engan kebutuhan pasien,

tetapi kesemuanya itu tergantugn tersedianya cairan stempat. Pada umumnya cairan

Ringer laktat (RL) diberikan tergantung berat / rignan dehidrasi, yang diperhitugnkan

dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan BB-nya.

-      Belum ada dehidrasi

Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap defekasi.

-      Dehidrasi ringan

1 jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB per oral

selanjutnya : 125 ml / kg BB / hari

-      Dehidrasi sedang

1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB per oral (sonde)

selanjutnya 125 ml / kg BB / hari

-      Dehidrasi berat

Tergantung pada umur dan BB pasien.

Page 7: Askep Kasus Untuk Riset

2.      Pengobatan dietetik

Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis

makanan :

-      Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak

jenuh, misalnya LLM, al miron).

-     Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila anak tidak mau minum

susu karena di rumah tidak biasa.

-     Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu dengan tidak

mengandung laktosa / asam lemak yang berantai sedang / tidak sejuh.

3.      Obat-obatan

Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan /

tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (gula,

air tajin, tepung beras,dsb).

- Obat anti sekresi

Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg.

Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari

-  Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak beladora, opium

loperamia tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti

kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak

diberikan lagi.

-   Antibiotik

Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas bila penyebabnya

kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg BB / hari.

Antibiotik juga diberikan bile terdapat penyakit seperti : OMA, faringitis, bronkitis /

bronkopneumonia.

Page 8: Askep Kasus Untuk Riset

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan atau minuman

(missalnya oralit).

2. Ajarkan menegenai tanda-tanda dehidrasi (ubun-ubun dan mata cekung, turgor kulit tidak

elastis, membrane mukosa kering) dan segera dibawa ke dokter.

3. Jelaskan obat-obatan yang diberikan, efek samping dan penggunaannya.

4. Asupan nutrisi harus diteruskan untuk mencegah atau meminimalkan gangguan gizi

yang terjadi.

5. Banyak minum air.

6. Hindari konsumsi minuman bersoda/minuman ringan yang banyak mengandung glukosa

karena glukosa/gula dapat menyebabkan air terserap ke usus sehingga memperberat

kondisi diare.

7. Biasakan cuci tangan seluruh bagian dengan sabun dan air tiap kali sesudah buang air

besar/kecil dan sebelum menyiapkan makanan untuk mencegah penularan diare.

8. Hindari produk susu dan makanan berlemak, tinggi serat atau sangat manis hingga gejala

diare membaik.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Hassan dan Alatas (1998) pemeriksaan laboratorium pada diare adalah:

a.       Feses

1)      Makroskopis dan Mikroskopis

2)     pH dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga

terdapat intoleransi gula.

3)     Biakan dan uji resisten.

b.      Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan

alkalin atau dengan analisa gas darah.

c.       Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

d.      Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam serium.

e.       Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit.

Page 9: Askep Kasus Untuk Riset

J. KONSEP DASAR KEPERAWATAN1. PENGKAJIAN

Adapun langkah-langkah dari pengkajian ini,yaitu:

a. Riwayat Keperawatan

Identitas pasien meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat rumah, suku

bangsa, agama, dan orang tua. Keluhan utama pasien biasanya mengeluh berak encer dengan

atau tanpa disertai lendir dan darah sebanyak lebih dari 3 kali sehari, berwarna kehijau-hijauan

dan berbau amis, biasanya disertai muntah, tidak nafsu makan, dan disertai dengan demam

ringan atau demam tinggi pada anak-anak yang menderita infeksi usus.

Riwayat penyakit sekarang meliputi lamanya keluhan. Akibat timbul keluhan: anak

menjadi rewel dan gelisah, badan menjadi lemah dan aktivitas bermain kurang. Faktor yang

memperberat adalah ibu menghentikan pemberian makanan, anak tidak mau makan dan minum,

tidak ada pemberian cairan tambahan (larutan oralit atau larutan gula garam).

Riwayat penyakit dahulu yang perlu ditanyakan yaitu riwayat yang pernah diderita oleh

anak maupun keluarga dalam hal ini orang tua. Apakah dalam keluarga mempunyai riwayat

penyakit keturunan atau pernah menderita penyakit kronis sehingga dirawat di rumah sakit.

Riwayat kehamilan dan kelahiran yang ditanyakan meliputi keadaan ibu saat hamil, gizi,

usia kehamilan, dan obat-obatan. Hal tersebut juga mencakup kesehatan anak sebelum lahir, saat

lahir dan keadaan anak setelah lahir.

Riwayat tumbuh kembang yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang berhubungan

dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia anak sekarang yang meliputi

motorik kasar, motorik halus, perkembangan kognitif atau bahasa dan personal sosial atau

kemandirian.

Imunisasi yang ditanyakan kepada orang tua adalah apakah anak mendapat imunisasi

secara lengkap sesuai usianya dan jadwal pemberian serta efek samping dari pemberian

imunisasi seperti panas, alergi, dan sebagainya.

Psikososial yang ditanyakan meliputi tugas perkembangan sosial anak, kemampuan

beradaptasi selama sakit, mekanisme koping yang digunakan oleh anak dan keluarga. Respon

emosional keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stres mencakup juga harapan-harapan

keluarga terhadap kesembuhan penyakit anak.

Page 10: Askep Kasus Untuk Riset

b. Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola Persepsi-Managemen Kesehatan

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Khususnya persepsi

orang tua untuk memelihara dan menangani kesehatan anaknya agar terhindar dari diare.

2) Pola Nutrisi dan Metabolik

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit. Nafsu makan, pola

makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakir, kesulitan menelan, mual/muntah.

3) Pola Eliminasi

Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih dan kulit. Kebiasaan defekasi, ada

tidaknya masalah defekasi, masalah miksi, penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi,

karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih.

4) Pola Latihan – Aktivitas

Menggambarkan pola latihan dan aktivitas. Fungsi pernapasan dan sirkulasi. Kemampuan

klien menata atau melaksanakan aktivitas.

5) Pola Kognitif Perseptual

Pola persepsi sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan,

pembau dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya mengandung

kemampuan daya ingat klien, kemampuan orientasi klien terhadap waktu, tempat dan nama.

Tingkat pendidikan dan persepsi nyeri.

6) Pola Istirahat dan Tidur

Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi tentang energi.

7) Pola Konsep Diri – Persepsi Diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.

8) Pola Peran dan Hubungan

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga

dan masyarakat tempat tinggal klien.

9) Pola Reproduksi/Seksual

Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan dengan seksualitas.

10) Pola Pertahanan Diri (Coping- Toleransi Stres)

Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan penggunaan sistem pendukung.

Page 11: Askep Kasus Untuk Riset

11) Pola Keyakinan dan Nilai

Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk spiritual.

c. Pengkajian Fisik

Keadaan umum klien

Pada anak terdapat keluhan dan kelainan yang perlu mendukung perlu dikaji adanya

tanda-tanda dehidrasi seperti mata cekung, ubun-ubun besar cekung, mukosa bibir kering, dan

turgor kulit berkurang keelastisannya, kemudian ditanyakan frekuensi BAB, adanya nyeri atau

distensi abdomen, demam dan terjadinya penurunan berat badan (Gunawan, 2009).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCULAdapun beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare,

yaitu:1. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi usus.2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan

intake makanan.4. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera atau akibat hiperperistaltik usus.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. DiagnosisPerencanaan

NOC NIC

1 Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi usus.

Bowel elimination

Fluid balance

Hydration

Electrolyte and acid

base balance

Kriteria Hasil :

Feses berbentuk,

BAB sehari tiga hari

Menjaga daerah

sekitar rectal dari iritasi

Tidak mengalami

Diarhea management

Ajarkan pasien untuk

menggunakan obat anti diare

Instruksikan pasien atau

keluarga untuk mencatat,

jumlah frekuensi dan

konsistensi dari feses

Evaluasi intake makanan yang

masuk

Indikasi factor penyebab dari

diare

Page 12: Askep Kasus Untuk Riset

diare

Menjelaskan

penyebab diare dan

rasional tindakan

Mempertahankan

turgor kulit

Monitor tanda dan gejala diare

Observasi turgor kulit secara

rutin

Ukur diare atau keluaran BAB

Hubungin dokter jika ada

kenaikan bising usus

Instruksijan pasien untuk

makan rendah serat, tinggi

protein dan tinggi kalori jika

memungkinkan

Instruksikan untuk menghindari

laksativ

Ajarkan tehnik menurunkan

stress

Monitor persiapan makanan

yang aman

2 Kekurangan volume

cairan berhubungan

dengan kehilangan

cairan aktif.

Fluid balance

Hydration

Nutritional status :

food and fluid intake

Kriteria Hasil :

Mempertahankan

urine output sesuai denagn

usia dan BB,BJ urine

normal,HT normal

Tekanan

darah,nadi,suhu tubuh

dalam batas normal

Tidak ada tanda-

tanda dehidrasi,elastisitas

turgol kulit baik,membrane

Fluid Management

Pertahankan catatan intake dan

output yang akurat

Monitor status

hidrasi(kelembabanmembran

mukosa,nadi adekuat,tekanan

darah ortostatik),jika diperlikan

Monitor vital sign

Monitor masukan makanan

atau cairan dan hitung intake

kalori harian

Kolaborasikan pemberia cairan

IV

Monitor status nutrisi

Dorong masukan oral

Page 13: Askep Kasus Untuk Riset

mukosa lembab,tidak ada

rasa haus yang berlebihan

Berikan penggantian

mesogatrik sesuai output

Dorong keluarga untuk

membantu pasien makan

Kolaborasi dengan dokter

Hypovolemia Management

Monitor status cairan termasuk

intake dan output cairan

Monitor tingkat Hb dan

hematokrit

Monitor tanda vital

Monitor respon pasien terhadap

penambahan cairan

Monitor berat badan

Dorong pasien untuk

menambah intake oral

Pemberian cairan lV monitor

adanya tanda dan gejala

kelebihan volume cairan

Monitor adanya tanda gagal

ginjal

3 Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

penurunan intake

makanan.

Nutritional status :

Nutrional status :

food and fluid intake

Nutritional status :

nutrient intake

Weight control

Kriteria Hasil :

Adanya peningkatan

berat badan sesuai dengan

tujuan

Kaji adanya alergi makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan pasien

Anjurkan pasien untuk

meningkatkan intake Fe

Berikan substansi gula

Berikan makanan yang terpilih

(sudah dikonsultasikan dengan

Page 14: Askep Kasus Untuk Riset

Berat badan ideal

sesuai dengan tinggi badan

Mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

Tidak ada tanda-

tanda malnutrisi

Menunjukan

peningkatan fungsi

pengecapan dari menelan

Tidak terjadi

penurunan berat badan

yang berarti

ahli gizi )

Monitor jumlah nutrisi dan

kandungan kalori

Kaji kemampuan pasien untuk

mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

Nutrition Monitoring

Monitoring adanya penurunan

BB

Monitor tipe dan jumlah

aktivitas yang biasa dilakukan

Monitor interaksi anak atau

orang tua selama makan

Monitor lingkungan selama

makan

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan rambut

kusam, dan mudah patah

Monitor mual dan muntah

Monitor kadar albumin, kadar

albumin, total protein, Hb,Ht

Monitor pertumbuhan dan

perkembangan

Monitor pucat kemerahan dan

kekeringan jaringan

konjungtiva

Monitor kalori dan intake

nutrisi

Catatan adanya edema,

hiperemik, hipertonik papilla

lidah dan cavitas oral

Page 15: Askep Kasus Untuk Riset

Catat jika lidah berwarna

magenta, skerlet

4 Nyeri akut

berhubungan dengan

agens cedera atau

akibat hiperperistaltik

usus.

Pain level

Pain control

Comfort level

Kriteria Hasil :

Mampu mengontrol

nyeri (tahu penyebab nyeri,

mampu menggunakan

tehnik nonfarmakologi

untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan )

Melaporkan bahwa

nyeri berkurang dengan

dengan menggunakan

menegament nyeri

Mampu mengenali

nyeri (skala, intensitas,

frekuensi dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa

nyaman setelah nyeri

berkurang

Pain management

Lakukanlah pengkajian nyeri

secara komprehensip termasuk

lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kwalitas dan factor

presipitasi

Observasi reaksi non verbal

dari ketidaknyamanan

Bantu pasien dan keluarga u

ntuk mencari dan menemukan

dukung

kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti

suhu ruangan, pencahayaan dan

kebisingan

pilih dan lakukan penanganan

nyeri (farmakologi,

nonfarmakologi, dan inter

personal )

kaji tipe dan sumber nyeri

untuk menentukan intervensi

ajarkan tentang tehnik non

farmakologi

berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Page 16: Askep Kasus Untuk Riset

Asnil P. Gastroenterologi anak praktis. Jakarta : Balai penerbit FKUI, 2003

Nursalam.2001.Proses-proses Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba Medika

Mansjoer, Arif. Et. All. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Hasan, R. 1997. Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Doenges, Marlynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC

NANDA NIC-NOC. 2013. Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jilid 1.

Yogyakarta: Mediaction Publishing

NANDA NIC-NOC. 2013. Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jilid 2.

Yogyakarta: Mediaction Publishing

http://jtstikesmuhgo-gdl-nurlalia-213-1-askepga-s.pdf (diakses tanggal 27 November 2013, jam: 15.00 wita)

KASUS:

An. A usia 8 tahun menderita diare. Keluarga mengatakan pasien mengalami diare sejak 4 hari yang lalu dan sempat diberikan oralit. Namun, kondisi pasien memburuk dengan adanya mual/muntah sehingga pada tanggal 25 November 2013, keluarga membawa pasien ke UGD

Page 17: Askep Kasus Untuk Riset

RSU Puri Kawan pada pukul 06.00 wita. Keluarga pasien mengeluh pasien mengalami BAB encer 4-8 kali per hari. Keluarga mengatakan BAB dari pasien lebih banyak air dari pada ampas, warna kuning tidak ada lendir maupun darah. Keluarga mengatakan kurang tahu penyebab dari penyakit pasien. Namun, keluarga mengatakan pasien sempat meminum susu formula sebelum sakit. Keluarga mengatakan pasien diare 3 kali sejak tadi pagi tetapi sedikit, BAB cair, ampas (+), berwarna kuning, tidak ada darah dan lendir. Hasil pemeriksaan di UGD, yaitu, keadaan pasien lemah, Mukosa bibir lembab dan pucat, kemerahan di sekitar anus. S: 370 C, N: 90 x/mnt, RR: 20 x/mnt. Kulit sekitar anus tampak kemerahan, benjolan tidak ada, lesi tidak ada, mukosa bibir kering, tidak ada sianosis.

Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 25 November 2013, yaitu:

NO NAMA HASIL SATUAN NILAI NORMAL

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

WBC

RBC

HGB

HCT

MCV

MCH

MCHC

RDW

PLT

MPV

19,5

4,73

12,7

40

81,0

26,8

33,2

12,4

331

4,2

103/µL

103/µL

g/dl

%

103/ µL

g/dl

g/dl

%

103/ µL

5,0-10,0

4,50-5,50

14,0-17,0

40,0-48,0

82,0-92,0

27,0-31,0

32,0-36,0

10,0-18,3

150-400

5,0-10,0

PENATALAKSANAAN TERAPI

Terapi yang diberikan kepada pasien di UGD dan di Ruang Anggrek pada tanggal 25 November 2013, yaitu:

Page 18: Askep Kasus Untuk Riset

1) Cefotaxime 3 x 100 mg (Injeksi IV)

2) IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt

3) Loperamid 2x 2 mg (tablet per oral)

4) Klorpromerazin 2x 25 mg (Injeksi IV)

5) Ketorolac 3x 10 mg (Injeksi IV)

6) Diet: Bubur

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An.A DENGAN DIARE DI RUANG ANGGREK

Page 19: Askep Kasus Untuk Riset

RUMAH SAKIT UMUM PURI KAWAN

TANGGAL 25 SAMPAI 27 NOVEMBER 2013

I. PENGKAJIAN

Pengkajian diambil tangggal : 25 November 2013 Jam :08.30 wita

Tanggal masuk : 25 November 2013 No. CM : 082603

Ruangan / kelas : Anggrek/II

No. Kamar : A 1

A. DATA DASAR

1. IDENTITAS PASIEN PENANGGUNG

Nama : An.A Tn. A

Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki

Usia : 8 tahun 30 tahun

Status Perkawinan : Belum menikah Menikah

Agama : Hindu Hindu

Suku Bangsa : Indonesia Indonesia

Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia

Pendidikan : - SMA

Pekerjaan : - Wiraswasta

Alamat : Jln. Seroja, Denpasar Jln. Seroja, Denpasar

Hubungan : Anak Ayah

Diagnosa Medis : Diare

Sumber Biaya : Umum

Sumber Informasi : Pasien , Keluarga dan Tim Medis Lain.

2. RIWAYAT KEPERAWATAN

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluarga mengatakan pasien mengalami diare sejak 4 hari yang lalu dan sempat

diberikan oralit. Namun, kondisi pasien memburuk dengan adanya mual/muntah

Page 20: Askep Kasus Untuk Riset

sehingga pada tanggal 25 November 2013, keluarga membawa pasien ke UGD

RSU Puri Kawan pada pukul 06.00 wita. Setelah diperiksa di UGD, dokter

menyarankan pasien untuk menjalani rawat inap. Pada pukul 08.00 wita pasien di

pindahkan ke Ruang Anggrek.

1) Alasan Masuk Rumah Sakit:

Keluarga pasien mengatakan pasien BAB encer sebanyak 4-8 kali per hari

sejak 4 hari yang lalu. Keluarga mengatakan pasien mengalami mual/muntah

sejak kemarin malam, badannya terasa hangat dan lemas sehingga pasien

dibawa ke UGD RSU Puri Kawan .

2) Keluhan Utama:

Keluarga pasien mengeluh pasien mengalami BAB encer 4-8 kali per hari

sejak 4 hari yang lalu.

3) Awitan

a) Tanggal awitan:

Keluarga mengatakan pasien mengalami diare sejak 4 hari yang lalu,

yaitu pada tanggal 21 November 2013 dan mual/ muntah sejak kemarin

malam, yaitu pada tanggal 24 November 2013.

b) Sifat awitan:

Keluarga mengatakan BAB dari pasien lebih banyak air dari pada ampas,

warna kuning tidak ada lendir maupun darah.

c) Faktor pencetus dan faktor predisposisi yang berkaitan dengan awitan:

Keluarga mengatakan kurang tahu penyebab dari penyakit pasien.

Namun, keluarga mengatakan pasien sempat meminum susu formula

sebelum sakit.

4) Karakteristik

a) Karakter:

Keluarga mengatakan BAB dari pasien lebih banyak air dari pada ampas,

warna kuning tidak ada lendir maupun darah. Pasien diare sebanyak 4-8

Page 21: Askep Kasus Untuk Riset

kali per hari, kurang lebih seperempat gelas setiap kali diare. Keluarga

mengatakan pasien diare 3 kali sejak tadi pagi tetapi sedikit, BAB cair,

ampas (+), berwarna kuning, tidak ada darah dan lendir.

b) Gejala yang berhubungan:

Hasil pemeriksaan di UGD, yaitu, keadaan pasien lemah, Mukosa bibir lembab dan pucat, kemerahan di sekitar anus. S: 370 C, N: 90 x/mnt, RR: 20 x/mnt. Keluarga mengatakan pasien mual/muntah, lemas, dan badannya terasa hangat.

5) Perjalanan sejak awitan

a) Insiden:

Pasien mengalami diare akut. Keluarga mengatakan pasien diare

sebanyak 4-8 kali per hari, kurang lebih seperempat gelas setiap kali

diare.

b) Kemajuan:

Keluarga pasien mengatakan keadaan pasien memburuk dan belum

melihat perubahan yang baik dari kondisi anaknya.

c) Terapi yang sudah dilakukan dan Efek terapi:

Keluarga mengatakan pasien sempat diberikan oralit. Namun kondisi

pasien tidak mengalami perubahan yang membaik.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1) Kehamilan (Ibu)

a) Jumlah (gravida): Ibu pasien mengatakan saat hamil anaknya yaitu kehamilan

pertama.

b) Hasil (paritas): Ibu mengatakan melahirkan anak hidup baru satu kali.

c) Kesehatan selama hamil: Ibu pasien mengatakan rutin memeriksakan

kehamilannya ke dokter dan mengikuti perawatan yang disarankan.

d) Obat-obatan yang digunakan: Ibu pasien mengatakan tidak mengkonsumsi

obat-obatan saat hamil.

2) Persalinan

Page 22: Askep Kasus Untuk Riset

a) Durasi persalinan: Ibu pasien mengatakan melahirkan anaknya selama ± 40

menit.

b) Tipe melahirkan: Ibu pasien mengatakan melahirkan anaknya dengan normal.

c) Tempat melahirkan: Ibu pasien mengatakan melahirkan anaknya di RSU.

d) Obat-obatan: Ibu mengatakan tidak menggunakan obat-obatan saat

melahirkan.

3) Kelahiran

a) Berat dan panjang badan: BB= 2600 gram dan PB= 50 cm.

b) Waktu peningkatan berat badan lahir: tidak terkaji.

c) Kondisi kesehatan: Ibu mengatakan anaknya pernah mengalami pilek saat

anaknya berusia beberapa bulan.

d) Skor Apgar: tidak terkaji.

e) Adanya anomali kongenital: tidak terkaji.

f) Tanggal keluar dari perawatan: tidak terkaji.

4) Penyakit, operasi, atau cedera sebelumnya

a) Awitan, gejala, perjalanan, terinasi: Ibu pasien mengatakan anaknya pernah

menderita penyakit pilek, demam,diare, dan tidak ada mengalami penyakit

yang parah.

b) Kekambuhan komplikasi: ibu pasien mengatakan kurang mengetahui kapan

kambuhnya penyakit anaknya.

c) Insiden penyakit pada anggota keluarga lain atau dikomunitas: Keluarga

mengatakan pernah mengalami penyakit yang sama seperti pasien. Namun,

tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit keturunan dan tidak ada anggota

keluarga yang menderita penyakit, seperti hipertensi, kencing manis, dan

sebagainya.

d) Respon emosi pada hospitalisasi sebelumnya: keluarga mengatakan pasien

baru pertama kali dirawat di RS.

e) Kejadian dan sifat cedera: Keluarga mengatakan pernah jatuh sehingga

mengalami luka lecet.

5) Alergi

Page 23: Askep Kasus Untuk Riset

Keluarga mengatakan pasien tidak mempunyai alergi terhadap makanan,

binatang ataupun obat-obatan.

6) Genogram

An. A(8 tahun )

Keterangan :

: Laki – Laki : Laki – Laki ( Meninggal )

: Perempuan : Perempuan ( Meninggal )

: Tinggal Serumah

: Ada Hubungan

: Pasien

An. A merupakan anak perempuan pertama berusia 8 tahun. Pasien tinggal serumah dengan ayah dan ibunya. Keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang mempuntai penyakit keturunan.

7) Obat-obatan

Page 24: Askep Kasus Untuk Riset

Keluarga mengatakan pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan untuk

menyembuhakan penyakitnya, seperti obat pilek, diare, dan demam. Namun,

keluarga mengatakan lupa dengan jenis dan dosis obat yang diberikan.

8) Imunisasi

Keluarga mengatakan pasien sudah mendapatkan imunisasi lengkap. Namun,

keluarga lupa dengan jenis imunisasi yang diberikan.

9) Pertumbuhan dan perkembangan

a) Berat badan lahir: 2600 gram, 6 bulan: tidak terkaji, 1 tahun: tidak terkaji, saat

ini: 26 kg

b) Gigi geligi: Pasien mengatakan giginya berlubang.

c) Tingkatan sekolah saat ini: Pasien mengatakan saat ini masih belajar di

bangku sekolah dasar.

d) Pemeriksaan perkembangan Denver: tidak terkaji.

3. POLA FUNGSIONAL KESEHATAN

a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan:

Keluarga mengatakan selalu menjaga kesehatan anaknya. Keluarga biasa

mengatasi kesehatannya sendiri dengan menggunakan obat tradisional dan kadang-

kadang ke PUSKESMAS. Keluarga mengetahui cara menangani diare dengan

memberi oralit, tetapi tidak tahu pasti penyebab dari diare anaknya, sehingga

membawa anaknya berobat ke Rumah Sakit.

b. Nutrisi/metabolic:

Keluarga mengatakan sebelum sakit, pasien biasa makan 3x sehari dan

habis 1 porsi tiap kali makan. Saat pengkajian pasien mengatakan nafsu makannya

berkurang karena mual dan muntah. Pasien mengatakan baru makan ½ porsi bubur

sejak tadi pagi. Keluarga mengatakan berat badan pasien sebelum sakit 26 kg.

Sebelum sakit pasien biasa minum 5 sampai 8 gelas sehari. Pasien

mengatakan baru minum 1 gelas air (200 cc) sejak tadi pagi dan merasa haus.

Keluarga mengatakan pasien muntah 3 kali sejak kemarin malam (± 1/4 gelas tiap

kali muntah). Pasien muntah 1 kali saat pengkajian (± 100 cc).

c. Pola eliminasi:

Page 25: Askep Kasus Untuk Riset

1) Eliminasi BAB:

Sebelum sakit, keluarga mengatakan pasien biasa BAB 1-2 kai sehari

dengan konsistensi lembek. Namun, sejak 4 hari yang lalu pasien mengeluh diare

sebanyak 4-8 kali per hari, kurang lebih seperempat gelas setiap kali diare.

Keluarga mengatakan pasien diare 3 kali sejak tadi pagi tetapi sedikit, BAB cair,

ampas (+), berwarna kehijau-hijuan, tidak ada darah dan lendir.

2) Eliminasi BAK:

Sebelum sakit, keluarga mengatakan kencing seperti biasa, yaitu 4-6 kali

sehari dan tidak mengalami keluhan saat kencing.

d. Pola aktivitas dan latihan:

1) Kemampuan ADL

- Kemampuan untuk makan : pasien mengatakan bisa makan sendiri tanpa bantuan.

- Kemampuan untuk mandi: pasien mengatakan bisa mandi sendiri tanpa bantuan.

Namun, saat sakit pasien hanya di lap oleh keluarga.

- Kemampuan untuk toileting: pasien mengatakan bisa ke toilet untuk BAB dan

kencing sendiri tanpa bantuan

- Kemampuan untuk berpakaian: pasien mengatakan bisa menggunakan pakaian

sendiri. Namun, karena terpasang infus, pasien memerlukan bantuan untuk

memakai pakaian.

2) Kemampuan untuk Mobilisasi

Pasien mengatakan bisa bergerak, berpindah, berjalan, dan duduk sendiri tanpa

bantuan.

3) Fungsi pernapasan: Pasien mengatakan sebelum maupun saat sakit tidak mengalami

gangguan atau hambatan saat bernafas.

e. Pola Kognitif Perseptual

Pola persepsi sensori:

Pasien juga merasa mual. Pasien merasa mules/nyeri setiap mau BAB. Pasien

tampak meringis dan lemah.

P: Pasien merasa mules/nyeri karena ingin BAB

Page 26: Askep Kasus Untuk Riset

Q: Nyeri seperti tergilas dan hilang timbul

R: Merasa nyeri pada perut

S: Skala nyeri 3 (skala FACES). Nyeri yang dirasakan menurun/hilang timbul

T: Nyeri setiap mau BAB, selama ± 3 menit.

Pola kognitif:

f. Keluarga mengatakan menangani diare yang dialami oleh anaknya dengan memberi

oralit saja. Keluarga mengatakan kurang tau penyebab dari diare anaknya dengan

pasti. Namun, keluarga mengatakan kemungkinan penyebab diare pada anaknya

karena anaknya meminum susu formula sebelum sakit.

g. Pola tidur dan istirahat:

Keluarga mengatakan pasien biasa tidur 8 sampai 10 jam sehari. Namun, keluarga

mengatakan sejak kemarin malam pasien terganggu saat tidur karena merasa mules/

nyeri dan mual muntah. Keluarga mengatakan kemarin malam tidur selama ± 7

jam.

h. Pola persepsi diri:

Saat ini pasien belajar di bangku Sekolah Dasar. Pasien merasa tidak mampu

mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya. Keluarga dan pasien mengatakan

sedikit cemas dengan kondisi pasien saat ini. Namun, keluarga dan pasien yakin

bahwa penyakitnya akan segera sembuh.

i. Pola seksual dan reproduksi:

Pasien berjenis kelamin perempuan dan masih dalam usia anak sekolah.

j. Pola peran hubungan:

Pasien berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dan berkomunikasi

dengan baik terhadap orang sekitarnya. Pasien bisa berinteraksi dengan baik pada

orang sekitarnya.

k. Pola manajemen koping stress:

Keluarga mengatakan apabila terjadi suatu masalah selalu dimusyawarahkan untuk

menyelesaikan masalah tersebut. Begitu pula dengan pasien selalu menceritakan

masalahnya kepada keluarga agar mengurangi stress.

l. System nilai dan keyakinan:

Page 27: Askep Kasus Untuk Riset

Pasien beragama hindu. Keluarga mengungkapkan penyakit yang diderita pasien

disebabkan oleh medis bukan non medis.

3. PENGKAJIAN FISIK

a. Keadaan Umum (KU)

1) Kesan umum : Lemah

2) Kesadaran : Compos mentis

3) Bentuk tubuh : Sedang

4) Antropometri :

TB = 110 cm Lingkar kepala= 51 cm

BB = 26 kg Lingkar lengan= 17 cm

5) Postur tubuh : Tegak

b. Gejala Kardinal

Suhu = 370 C Nadi = 92 x/mnt

Tekanan Darah = 100/60 mmHg RR =22 x/mnt

c. Keadaan Fisik

1) Kulit: warna= sawo matang, tekstur= kering/kasar, suhu= teraba hangat pada

badan dan dingin pada ekstremitas, turgor kulit= elastis.

2) Struktur aksesoria:

Rambut: panjang, warna hitam, tekstur halus, distribusi merata,

kebersihan: tidak ada ketombe dan bersih.

Kuku: warna merah muda (tidak ada sianosis), tekstur halus, dan tampak

bersih.

3) Nodus limfe: tidak teraba.

4) Kepala

Rambut: warna hitam, tekstur halus, distribusi merata, kebersihan: tidak ada

ketombe dan bersih.Nyeri tekan tidak ada. Lesi tidak ada.

5) Mata

Page 28: Askep Kasus Untuk Riset

Konjungtiva merah muda (tidak pucat), tidak terdapat kantung gelap di bawah

mata, sklera berwarna putih, bentuk simetris, pupil isokor.

6) Hidung

Bentuk simetris, tidak ada sekret, mukosa hidung lembab, tidak ada nafas

cuping hidung.

7) Muka

Warna pucat, bentuk simetris, tidak ada lesi.

8) Mulut dan gigi

Mukosa bibir kering, tidak ada sianosis, ginggiva kuat merah muda, gigi

berjumlah. Pada gigi tetap terdapat 32 gigi ( 8 gigi seri, 4 gigi taring, 8 gigi

geraham kecil (premolar), dan 12 gigi geraham (molar)).

9) Leher

Tidak ada lesi, pembesaran limfe dan bendungan vena jugularis tidak ada.

10) Thorak

Bentuk simetris, gerakan otot dada tidak ada, gerakan dada simetris, pola napas

vesikuler, ictus cordis teraba tapi tidak terlihat.,

11) Abdomen

Bentuk simetris, keadaan kulit/ turgor kulit elastis, bising usus = 16 x/mnt

12) Ekstremitas

a. Ekstremitas atas

Bentuk simetris, tidak ada lesi, pada tangan kanan terpasang IVFD NS 20

tts/mnt. Kekuatan otot: 555|555.

b. Ekstremitas bawah

Bentuk simetris, tidak ada lesi. Kekuatan otot: 555|555.

13) Genetalia

Keadaan normal, kebersihan terjaga.

14) Anus

Kulit sekitar anus tampak kemerahan, benjolan tidak ada, lesi tidak ada.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 29: Askep Kasus Untuk Riset

Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 25 November 2013, yaitu:

NO NAMA HASIL SATUAN NILAI NORMAL

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

WBC

RBC

HGB

HCT

MCV

MCH

MCHC

RDW

PLT

MPV

19,5

4,73

12,7

40

81,0

26,8

33,2

12,4

331

4,2

103/µL

103/µL

g/dl

%

103/ µL

g/dl

g/dl

%

103/ µL

5,0-10,0

4,50-5,50

14,0-17,0

40,0-48,0

82,0-92,0

27,0-31,0

32,0-36,0

10,0-18,3

150-400

5,0-10,0

5. PENATALAKSANAAN TERAPI

Terapi yang diberikan kepada pasien di UGD dan di Ruang Anggrek tanggal 25

November 2013:

1) Cefotaxime 3 x 100 mg (Injeksi IV)

Page 30: Askep Kasus Untuk Riset

2) IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt

3) Loperamid 2x 2 mg (tablet per oral)

4) Klorpromerazin 2x 25 mg (Injeksi IV)

5) Ketorolac 3x 10 mg (Injeksi IV)

6) Diet: Bubur

Denpasar, 25 November 2013

Pengkaji

ttd

(TEAM)

B. ANALISA DATA

No. Tanggal Data Penyebab Masalah

Page 31: Askep Kasus Untuk Riset

1. 25

November

2013

DS: Pasien merasa mules/nyeri

pada perutnya setiap mau

BAB. Pasien mengeluh diare

sebanyak 4-8 kali per hari,

kurang lebih seperempat gelas

setiap kali diare. Keluarga

mengatakan pasien diare 3 kali

sejak tadi pagi tetapi sedikit,

BAB cair, ampas (+),

berwarna kehijau-hijuan, tidak

ada darah dan lendir.

DO: Bising usus = 16 x/mnt.

Susu formula

Menimbulkan

toksin/ Inflamasi

pada usus

Hiperperistaltik

Penyerapan

makanan di usus

menurun

Diare

Diare

2. 25

November

2013

DS: Pasien mengatakan nafsu

makannya berkurang karena

mual dan muntah. Pasien

mengatakan baru makan ½

porsi bubur sejak tadi pagi.

Keluarga mengatakan pasien

muntah 3 kali sejak kemarin

malam (± 1/4 gelas tiap kali

muntah).

DO: Pasien muntah 1 kali saat

pengkajian (± 100 cc).

Susu formula

Menimbulkan toksin

Inflamasi pada usus

Diare

Distensi

abdomen/lambung

Mual/muntah

Mual

3. 25

November

2013

DS: Pasien mengatakan nafsu

makannya berkurang, pasien

mengeluh tidak bisa tidur

dengan tenang karena merasa

mules/nyeri pada perutnya dan

Susu formula

Menimbulkan

toksin/ Inflamasi

pada usus

Nyeri akut

Page 32: Askep Kasus Untuk Riset

ingin BAB.

P: Pasien merasa mules/nyeri

karena ingin BAB

Q: Nyeri seperti tergilas dan

hilang timbul

R: Merasa nyeri pada perut

S: Nyeri yang dirasakan

menurun/hilang timbul

T: Nyeri setiap mau BAB,

selama ± 3 menit.

DO: Pasien tampak meringis dan

lemah. Suhu = 370 C, Nadi= 92

x/mnt, Tekanan Darah =

100/60 mmHg , RR =22

x/mnt. Skala nyeri 3 (skala

FACES).

Hiperperistaltik

Nyeri akut

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Berdasarkan Prioritas)

No. Dx Tanggal

Muncul

Dx. Keperawatan Tanggal

Teratasi

TTD

1. 25 November

2013

Diare berhubungan dengan proses inflamasi

usus akibat toksin.

27

November

2013

Page 33: Askep Kasus Untuk Riset

2. 25 November

2013

Mual berhubungan dengan distensi lambung

akibat diare.

27

November

2013

3. 25 November

2013

Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera

kimia yang mengakibatkan hiperperistaltik

usus.

27

November

2013

III. PERENCANAAN

Hari/tanggal

No. Dx

Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi Rasional

25 November 2013

1 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan

NIC:1. Kaji frekuensi, warna,

konsistensi, dan jumlah (ukuran) feses

1. Karakteristik feses (frekuensi, warna, konsistensi, dan jumlah (ukuran)) menunjukkan keparahan dari diare yang diderita

Page 34: Askep Kasus Untuk Riset

NOC:- Eliminasi Fekal- Hidrasi- Kontinensia alur- Keseimbangan cairanDengan kriteria hasil:- Feses berbentuk lunak-lembek, BAB sehari sekali- tiga hari.- Diare terkendali atau hilang- Menjaga daerah sekitar rektal dari iritasi- Terhidrasi dengan baik (membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, tidak merasa haus)

2. Kaji adanya indikator dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, dan rasa haus)

3. Pantau adanya iritasi dan ulserasi kulit di area perianal

4. Berikan cairanManajemen diare:5. Anjurkan untuk

makan dalam porsi kecil, tapi sering

6. Delegasi pemberian antibiotik (Cefotaxime 3 x 100 mg (Injeksi IV))

7. Delegasi pemberian anti-motilitas (Loperamid 2x 2 mg (tablet per oral))

8. Delegasi pemberian IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt

9. Delegasi pemberian diet bubur

pasien.2. Balance cairan yang seimbang,

turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, dan tidak merasa rasa haus menunjukan status hidrasi yang baik.

3. Iritasi pada kulit di area perianal menunjukkan seberapa sering diare yang dialami pasien/ keparahan diare

4. Memenuhi kebutuhan cairan pasien menjadi adekuat sehingga status hidrasi terjaga.

5. Pada pasien yang mengalami diare bisa menyebabkan mual karena proses inflamasi usus. Pemberian makanan sedikit tapi sering dapat mengurangi rasa mual dan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

6. Pemberian antibiotik untuk mengatasi inflamasi/infeksi pada diare

7. Pemberian anti-motilitas usus untuk mengurangi beban kerja usus

8. Pemberian cairan parentral untuk menjaga status hidrasi

9. Diet pemberian makanan cair/lembek untuk mengurangi beban kerja usus.

Page 35: Askep Kasus Untuk Riset

25 November 2013

2 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkanNOC:Pengendalian mual dan muntahDengan kriteria hasil:- Pasien melaporkan mual dan muntah berkurang

- Status hidrasi tidak terganggu (membran mukosa lembap, turgor kulit elastis, tidak merasa haus, TD normal).-Melakukan tindakan yang dapat menurunkan mual.-Selera makan bertambah membaik

NIC:Manajemen cairan:1. Kaji TTV2. Pantau status hidrasi Manajemen mual:3. Pantau gejala

subjektif mual4. Tinggikan bagian

kepala tempat tidur atau ubah posisi pasien lateral

5. Ajarkan pasien menelan secara sadar atau napas dalam

6. Delegasi pemberian antiemetik (Klorpromerazin 2x 25 mg (Injeksi IV))

7. Delegasi pemberian IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt.

8. Delegasi pemberian diet bubur.

1. Untuk mengetahui tanda-tanda vital yang dapat menunjukkan status hidrasi.

2. Status hidrasi yang baik menandakan keadekuatan cairan yang tidak kurang akibat mual/muntah.

3. Mengetahui keefektifan intervensi untuk mengatasi mual.

4. Mencegah aspirasi bila terjadi muntah

5. Untuk menekan refleks muntah.

6. Antiemetik dapat mengurangi mual yang dirasakan pasien.

7. Pemberian cairan intravena dapat menambah asupan cairan sehingga status hidrasi terjaga dengan baik.

8. Menambah asupan nutrisi.

25 November 2013

3 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkanNOC:Nyeri terkendali

Dengan kriteria hasil:-Memperlihatkan teknik pereda nyeri nonfarmakologi secara individual-Selera makan bertambah-Skala 0 (tidak sakit), 1 (sedikit sakit), atau 2 (sedikit lebih sakit) dari skala FACES-Melaporkan nyeri yang dirasakan berkurang

NIC:Manajemen nyeri:1. Lakukan pengkajian

nyeri (meliputi: lokasi, skala, karakteristik, faktor yang mempropokasi, kualitas dan intensitas)

2. Kaji TTV3. Berikan teknik

nonfarmakologi pereda nyeri (teknik relaksasi napas dalam, kompres hangat, dan distraksi)

4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi pereda nyeri (teknik relaksasi napas dalam, distraksi, dan kompres

1. Pengawasan keefektifan intervensi dan pengaruh persepsi/ reaksi terhadap nyeri

2. Toleransi/ persepsi terhadap nyeri dapat mempengaruhi frekuensi pernapasan, jantung/ tekanan darah

3. Menurunkan sensasi nyeri dan meningkatkan kenyamanan

4. Memberikan informasi tentang cara pereda nyeri sehingga pasien bisa melakukan teknik tersebut dengan mandiri

5. Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri

Page 36: Askep Kasus Untuk Riset

- Tanda-tanda vital dalam batas normal

hangat)5. Delegasi pemberian

analgetik (Ketorolac 3x 10 mg (Injeksi IV))

III. PELAKSANAAN

Hari/

Tanggal

No

.

Dx

Jam Tindakan Keperawatan Respon Pasien TTD

Senin, 25

November

2013

2,3 10.00

wita

- Mengobservasi TTV Ds: Pasien mengatakan

badannya tidak terasa panas

dan tidak pusing.

Do: TTV: TD= 100/60

mmHg, N= 80 x/mnt, S=

36,70 C, RR= 24x/mnt.

Page 37: Askep Kasus Untuk Riset

2 10.10

wita

- Meninggikan bagian

kepala tempat tidur atau

ubah posisi pasien lateral

Ds: Pasien mengatakan

merasa nyaman dengan

posisinya.

Do: Tempat tidur bagian

kepala sudah ditinggikan.

2 11.00

wita

- Mengajarkan pasien menelan secara sadar atau napas dalam

- Memantau gejala subjektif mual

Ds: Pasien mengatakan

mengerti cara mengatasi mual

dengan cara menelan secara

sadar. Pasien mengatakan

mualnya sudah berkurang.

Do: Pasien tampak mengerti

dan melaksanakan dengan

benar cara mengatasi mual,

tidak ada muntah.

3 12.00

wita

- Mengajarkan

penggunaan teknik

nonfarmakologi pereda

nyeri (teknik relaksasi

napas dalam, distraksi,

dan kompres hangat)

- Memberikan teknik

nonfarmakologi pereda

nyeri (teknik relaksasi

napas dalam, distraksi,

dan kompres hangat)

Ds: Pasien mengatakan

mengerti dengan teknik

pereda nyeri yang diajarkan.

Pasien mengatakan nyerinya

sudah berkurang setelah

diberikan teknik tersebut.

Do: Pasien tampak mengerti

dan melaksanakan teknik

pereda nyeri dengan benar,

pasien sudah diberikan

kompres hangat pada bagian

perut (area yang sakit), pasien

tampak sedikit meringis.

2 13.00

wita

- Meninggikan bagian

kepala tempat tidur atau

ubah posisi pasien lateral

Ds: Pasien mengatakan

merasa nyaman dengan

Page 38: Askep Kasus Untuk Riset

posisinya.

Do: Tempat tidur bagian

kepala sudah ditinggikan.

1,

2

13.10

wita

- Menganjurkan untuk

makan dalam porsi kecil,

tapi sering

- Memberikan bubur

- Memberikan cairan (air

minum)

- Memantau gejala subjektif mual

Ds: Pasien mengatakan nafsu

makannya mulai membaik

dan merasa sedikit mual.

Pasien mengerti untuk

mengurangi mualnya bisa

dengan dalam porsi kecil tapi

sering.

Do: Pasien makan ½ porsi

bubur dan minum 1 gelas air

(± 200 cc), tidak ada muntah.

3 - Memberikan teknik

nonfarmakologi pereda

nyeri (teknik relaksasi

napas dalam, distraksi,

dan kompres hangat)

Ds: Pasien mengatakan

nyerinya sudah berkurang

setelah diberikan teknik

tersebut.

Do: Pasien tampak

melaksanakan teknik pereda

nyeri dengan benar, pasien

sudah diberikan kompres

hangat pada bagian perut

(area yang sakit), pasien

tampak sedikit meringis.

1 14.00

wita

- Mengkaji frekuensi, warna, konsistensi, dan jumlah (ukuran) feses

- Memantau adanya iritasi dan ulserasi kulit di area perianal

Ds: Pasien mengatakan perih

pada anusnya dan masih BAB

cair.

Do: Karakteristik feces:

frekuensi 1 kali, warna

kehijau-hijuan, konsistensi

Page 39: Askep Kasus Untuk Riset

cair, terdapat ampas, tidak

ada lendir, tidak ada darah ,

bau khas feses, jumlah ± 100

cc. Anus tampak kemerahan,

tidak ada ulserasi.

1 14.30

wita

- Memberikan cairan (air minum)

Do: pasien minum 1 gelas air

(± 200 cc).

1,2 14.40

wita

- Mengobservasi adanya indikator dehidrasi/hidrasi ( turgor kulit, membran mukosa, dan rasa haus)

Ds: Pasien mengatakan

merasa haus.

Do: membran mukosa

lembab, turgor kulit elastis.

1,2 16.00

wita

- Memberikan IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt

- Memberikan Cefotaxime 100 mg (Injeksi IV)

Do: IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt dan Cefotaxime 100 mg (Injeksi IV) sudah diberikan.

3 16.01

wita

- Memberikan Ketorolac

10 mg (Injeksi IV)

Ds: Pasien mengatakan

nyerinya sudah berkurang.

Do: ketorolac 10 mg sudah

diberikan.

2,3 17.00

wita

- Mengobservasi TTV Ds: Pasien mengatakan

badannya tidak terasa panas

dan tidak pusing.

Do: TTV: TD= 100/70

mmHg, N= 80 x/mnt, S=

36,50 C, RR= 23x/mnt.

2 19.00

wita

- Meninggikan bagian

kepala tempat tidur atau

Ds: Pasien mengatakan

merasa nyaman dengan

Page 40: Askep Kasus Untuk Riset

ubah posisi pasien lateral posisinya.

Do: Tempat tidur bagian

kepala sudah ditinggikan.

1,

2

19.10

wita

- Memberikan bubur

- Memberikan cairan (air

minum)

- Memantau gejala subjektif mual

Ds: Pasien mengatakan nafsu

makannya mulai membaik

dan merasa sedikit mual.

Do: Pasien makan ½ porsi

bubur dan minum 1 gelas air

(± 200 cc), tidak muntah.

1 20.02

wita

- Memberikan Loperamid 2 mg (tablet per oral)

Do: Loperamid 2 mg (tablet

per oral) sudah diberikan.

2 20.03

wita

- Memberikan Klorpromerazin 25 mg (Injeksi IV)

Ds: Pasien mengtakan

mualnya sudah berkurang.

Do: Klorpromerazin 25 mg (Injeksi IV) sudah diberikan.

1 21.00

wita

- Mengkaji frekuensi, warna, konsistensi, dan jumlah (ukuran) feses

- Memantau adanya iritasi dan ulserasi kulit di area perianal

Ds: Pasien mengatakan perih

pada anusnya dan masih BAB

cair.

Do: Karakteristik feces:

frekuensi 1 kali, warna

kehijau-hijauan, konsistensi

cair, terdapat ampas tidak ada

lendir, tidak ada darah, bau

khas feses, jumlah ± 100 cc.

Anus tampak kemerahan,

tidak ada ulserasi.

2 21.20 - Memberikan cairan (air Do: pasien minum 1 gelas air

Page 41: Askep Kasus Untuk Riset

wita minum) (± 200 cc).

1,2 24.00

wita

- Memberikan IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt

- Memberikan Cefotaxime 100 mg (Injeksi IV)

Do: IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt dan Cefotaxime 100 mg (Injeksi IV) sudah diberikan.

3 00.01

wita

- Memberikan Ketorolac

10 mg (Injeksi IV)

Do: ketorolac 10 mg sudah

diberikan.

Selasa, 26

November

2013

2,3 05.00

wita

- Mengobservasi TTV Ds: Pasien mengatakan

badannya tidak terasa panas

dan tidak pusing.

Do: TTV: TD= 100/60

mmHg, N= 79 x/mnt, S=

36,50 C, RR= 22x/mnt.

2 07.00

wita

- Meninggikan bagian

kepala tempat tidur atau

ubah posisi pasien lateral

Ds: Pasien mengatakan

merasa nyaman dengan

posisinya.

Do: Tempat tidur bagian

kepala sudah ditinggikan.

1,

2

07.10

wita

- Memberikan bubur

- Memberikan cairan (air

minum)

- Memantau gejala subjektif mual

Ds: Pasien mengatakan nafsu

makannya mulai membaik

dan merasa sedikit mual.

Do: Pasien makan ½ porsi

bubur dan minum 1 gelas air

(± 200 cc), tidak ada muntah.

1 07.30

wita

- Mengkaji frekuensi, warna, konsistensi, dan jumlah (ukuran) feses

- Memantau adanya iritasi dan ulserasi kulit di area

Ds: Pasien mengatakan

sedikit perih pada anusnya

dan BAB sudah agak lunak.

Page 42: Askep Kasus Untuk Riset

perianal Do: Karakteristik feces:

frekuensi 1 kali, warna

kuning, konsistensi lunak,

tidak ada darah, bau khas

feses, jumlah ± 50 cc. Anus

tampak kemerahan, tidak ada

ulserasi.

2 07.50

wita

- Memberikan cairan (air minum)

Do: pasien minum 1 gelas air

(± 200 cc).

1,2 08.00

wita

- Memberikan IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt

- Memberikan Cefotaxime 100 mg (Injeksi IV)

Do: IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt dan Cefotaxime 100 mg (Injeksi IV) sudah diberikan.

3 08.01

wita

- Memberikan Ketorolac

10 mg (Injeksi IV)

Ds: Pasien mengatakan

nyerinya sudah berkurang

setelah diberi obat.

Do: ketorolac 10 mg sudah

diberikan.

1 08.02

wita

- Memberikan Loperamid 2 mg (tablet per oral)

Do: Loperamid 2 mg (tablet

per oral) sudah diberikan.

2 08.03

wita

- Memberikan Klorpromerazin 25 mg (Injeksi IV)

Ds: Pasien mengtakan

mualnya sudah berkurang.

Do: Klorpromerazin 25 mg (Injeksi IV) sudah diberikan.

2,3 10.00

wita

- Mengobservasi TTV Ds: Pasien mengatakan

badannya tidak terasa panas

dan tidak pusing.

Do: TTV: TD= 100/70

mmHg, N= 70 x/mnt, S= 360

Page 43: Askep Kasus Untuk Riset

C, RR= 20x/mnt.

3 11.00

wita

-Melakukan pengkajian

nyeri (meliputi: lokasi,

skala, karakteristik, faktor

yang mempropokasi,

kualitas dan intensitas)

Ds: Pasien mengatakan

nyerinya sudah berkurang.

P: Pasien merasa

mules/nyeri karena ingin

BAB

Q: Nyeri seperti tergilas dan

hilang timbul

R: Merasa nyeri pada perut

S: Nyeri yang dirasakan

menurun/hilang timbul

T: Nyeri setiap mau BAB,

selama ± 3 menit.

DO: Pasien tampak meringis

dan lemah. Skala nyeri 2

(skala FACES).

2 13.00

wita

- Meninggikan bagian

kepala tempat tidur atau

ubah posisi pasien lateral

Ds: Pasien mengatakan

merasa nyaman dengan

posisinya.

Do: Tempat tidur bagian

kepala sudah ditinggikan.

1,

2

13.10

wita

- Memberikan bubur

- Memberikan cairan (air

minum)

- Memantau gejala subjektif mual

Ds: Pasien mengatakan nafsu

makannya mulai membaik

dan merasa tidak mual.

Do: Pasien makan 1 porsi

bubur dan minum 1 gelas air

(± 200 cc), tidak ada muntah.

1,2 16.00

wita

- Memberikan IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt

Do: IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt dan Cefotaxime 100 mg (Injeksi IV) sudah

Page 44: Askep Kasus Untuk Riset

- Memberikan Cefotaxime 100 mg (Injeksi IV)

diberikan.

3 16.01

wita

- Memberikan Ketorolac

10 mg (Injeksi IV)

Ds: Pasien mengatakan

nyerinya sudah berkurang.

Do: ketorolac 10 mg sudah

diberikan.

2,3 17.00

wita

- Mengobservasi TTV Ds: Pasien mengatakan

badannya tidak terasa panas

dan tidak pusing.

Do: TTV: TD= 100/70

mmHg, N= 70 x/mnt, S=

36,50 C, RR= 22x/mnt.

2 19.00

wita

- Meninggikan bagian

kepala tempat tidur atau

ubah posisi pasien lateral

Ds: Pasien mengatakan

merasa nyaman dengan

posisinya.

Do: Tempat tidur bagian

kepala sudah ditinggikan.

1,

2

19.10

wita

- Memberikan bubur

- Memberikan cairan (air

minum)

- Memantau gejala subjektif mual

Ds: Pasien mengatakan nafsu

makannya mulai membaik

dan merasa tidak mual.

Do: Pasien makan 1 porsi

bubur dan minum 1 gelas air

(± 200 cc), tidak ada muntah.

1 20.00

wita

- Memberikan Loperamid 2 mg (tablet per oral)

Do: Loperamid 2 mg (tablet

per oral) sudah diberikan.

2 20.01

wita

- Memberikan Klorpromerazin 25 mg (Injeksi IV)

Ds: Pasien mengatakan

mualnya sudah berkurang.

Do: Klorpromerazin 25 mg

Page 45: Askep Kasus Untuk Riset

(Injeksi IV) sudah diberikan.

2 21.20

wita

- Memberikan cairan (air minum)

Do: pasien minum 1 gelas air

(± 200 cc).

1,2 24.00

wita

- Memberikan IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt

- Memberikan Cefotaxime 100 mg (Injeksi IV)

Do: IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt dan Cefotaxime 100 mg (Injeksi IV) sudah diberikan.

3 00.01

wita

- Memberikan Ketorolac

10 mg (Injeksi IV)

Do: ketorolac 10 mg sudah

diberikan.

Rabu, 27

November

2013

2,3 05.00

wita

- Mengobservasi TTV Ds: Pasien mengatakan

badannya tidak terasa panas

dan tidak pusing.

Do: TTV: TD= 100/70

mmHg, N= 65 x/mnt, S=

36,50 C, RR= 22x/mnt.

2 07.00

wita

- Meninggikan bagian

kepala tempat tidur atau

ubah posisi pasien lateral

Ds: Pasien mengatakan

merasa nyaman dengan

posisinya.

Do: Tempat tidur bagian

kepala sudah ditinggikan.

1,

2

07.10

wita

- Memberikan bubur

- Memberikan cairan (air

minum)

- Memantau gejala subjektif mual

Ds: Pasien mengatakan nafsu

makannya mulai membaik

dan merasa tidak mual.

Do: Pasien makan 1 porsi

bubur dan minum 1 gelas air

(± 200 cc), tidak ada muntah.

1 07.30 - Mengkaji frekuensi, warna, konsistensi, dan

Ds: Pasien mengatakan

sedikit perih pada anusnya

Page 46: Askep Kasus Untuk Riset

wita jumlah (ukuran) feses- Memantau adanya iritasi

dan ulserasi kulit di area perianal

dan BAB sudah lunak.

Do: Karakteristik feces:

frekuensi 1 kali, warna

kuning, konsistensi lunak,

tidak ada darah, bau khas

feses, jumlah ± 50 cc. Anus

tampak kemerahan, tidak ada

ulserasi.

2 07.50

wita

- Memberikan cairan (air minum)

Do: pasien minum 1 gelas air

(± 200 cc).

1,2 08.00

wita

- Memberikan IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt

- Memberikan Cefotaxime 100 mg (Injeksi IV)

Do: IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt dan Cefotaxime 100 mg (Injeksi IV) sudah diberikan.

3 08.01

wita

- Memberikan Ketorolac

10 mg (Injeksi IV)

Ds: Pasien mengatakan

nyerinya sudah berkurang

setelah diberi obat.

Do: ketorolac 10 mg sudah

diberikan.

1 08.02

wita

- Memberikan Loperamid 2 mg (tablet per oral)

Do: Loperamid 2 mg (tablet

per oral) sudah diberikan.

2 08.03

wita

- Memberikan Klorpromerazin 25 mg (Injeksi IV)

Ds: Pasien mengtakan

mualnya sudah berkurang.

Do: Klorpromerazin 25 mg (Injeksi IV) sudah diberikan.

3 08.30

wita

- Memberikan teknik

nonfarmakologi pereda

nyeri (teknik relaksasi

Ds: Pasien mengatakan

nyerinya sudah berkurang

setelah diberikan teknik

Page 47: Askep Kasus Untuk Riset

napas dalam, distraksi,

dan kompres hangat)

tersebut.

Do: Pasien tampak

melaksanakan teknik pereda

nyeri dengan benar, pasien

sudah diberikan kompres

hangat pada bagian perut

(area yang sakit), pasien

tampak sedikit meringis.

2,3 10.00

wita

- Mengobservasi TTV Ds: Pasien mengatakan

badannya tidak terasa panas

dan tidak pusing.

Do: TTV: TD= 100/70

mmHg, N= 70 x/mnt, S= 360

C, RR= 20x/mnt.

3 10.10

wita

-Melakukan pengkajian

nyeri (meliputi: lokasi,

skala, karakteristik, faktor

yang mempropokasi,

kualitas dan intensitas)

Ds: Pasien mengatakan

nyerinya sudah berkurang. P:

Pasien merasa mules/nyeri

karena ingin BAB

Q: Nyeri seperti tergilas dan

hilang timbul

R: Merasa nyeri pada perut

S: Nyeri yang dirasakan

menurun/hilang timbul

T: Nyeri setiap mau BAB,

selama ± 1 menit.

DO: Pasien tampak sedikit

meringis dan lemah. Skala

nyeri 1 (skala FACES).

1,2 10.20

wita

- Mengobservasi adanya indikator

Ds: Pasien mengatakan

Page 48: Askep Kasus Untuk Riset

dehidrasi/hidrasi ( turgor kulit, membran mukosa, dan rasa haus)

merasa tidak haus.

Do: Membran mukosa

lembab, turgor kulit elastis.

IV. EVALUASI

No.Hari/

tanggal

No.

DxJam Evaluasi TTD

1 Rabu, 27

November

2013

1 10.30

wita

S: Pasien mengatakan sedikit perih

pada anusnya dan BAB sudah

lunak. Pasien mengatakan

merasa tidak haus.

O: Membran mukosa lembab,

turgor kulit elastis. Karakteristik

feces: frekuensi 1 kali sehari,

warna kuning, konsistensi

lunak, tidak ada darah, bau khas

feses, jumlah ± 50 cc. Anus

tampak kemerahan, tidak ada

Page 49: Askep Kasus Untuk Riset

ulserasi.

A: Tujuan tercapai

P: Pertahankan intervensi:

1. Kaji frekuensi, warna, konsistensi, dan jumlah (ukuran) feses

2. Kaji adanya indikator dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, dan rasa haus)

3. Pantau adanya iritasi dan ulserasi kulit di area perianal

4. Berikan cairan5. Delegasi pemberian antibiotik

(Cefotaxime 3 x 100 mg (Injeksi IV))

6. Delegasi pemberian anti-motilitas (Loperamid 2x 2 mg (tablet per oral))

7. Delegasi pemberian IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt

8. Delegasi pemberian diet bubur

2 Rabu, 27

November

2013

2 10.30

wita

S: Pasien mengatakan merasa tidak

haus. Pasien mengatakan

mengerti cara mengatasi mual

dengan cara menelan secara

sadar. Pasien mengatakan

mualnya sudah berkurang.

Pasien mengatakan nafsu

makannya membaik.

O: Membran mukosa lembab,

turgor kulit elastis. Pasien

tampak mengerti dan

melaksanakan dengan benar cara

mengatasi mual, tidak ada

Page 50: Askep Kasus Untuk Riset

muntah. TTV: TD= 100/70

mmHg, N= 70 x/mnt, S= 360 C,

RR= 20x/mnt.

A: Tujuan tercapai

P: Pertahankan intervensi:

1. Kaji TTV2. Pantau gejala subjektif mual3. Delegasi pemberian

antiemetik (Klorpromerazin 2x 25 mg (Injeksi IV))

4. Delegasi pemberian IVFD NS 500 ml 20 tts/mnt.

5. Delegasi pemberian diet

bubur.

3 Rabu, 27

November

2013

3 10.30

wita

S: Pasien mengatakan nyerinya

sudah berkurang dan nafsu

makannya membaik. P: Pasien

merasa mules/nyeri karena ingin

BAB, Q: Nyeri seperti tergilas

dan hilang timbul, R: Merasa

nyeri pada perut, S: Nyeri yang

dirasakan menurun/hilang

timbul, T: Nyeri setiap mau

BAB, selama ± 1 menit. Pasien

mengatakan mengerti dengan

teknik pereda nyeri yang

diajarkan. Pasien mengatakan

nyerinya sudah berkurang

setelah diberikan teknik tersebut.

O: Pasien tampak sedikit meringis

dan lemah. Skala nyeri 1 (skala

FACES). TTV: TD= 100/70

Page 51: Askep Kasus Untuk Riset

mmHg, N= 70 x/mnt, S= 360 C,

RR= 20x/mnt. Pasien tampak

mengerti dan melaksanakan

teknik pereda nyeri dengan

benar, pasien sudah diberikan

kompres hangat pada bagian

perut (area yang sakit), pasien

tampak sedikit meringis.

A: Tujuan tercapai

P: Pertahankan intervensi:

1. Lakukan pengkajian nyeri

(meliputi: lokasi, skala,

karakteristik, faktor yang

mempropokasi, kualitas dan

intensitas)

2. Kaji TTV

3. Berikan teknik

nonfarmakologi pereda nyeri

(teknik relaksasi napas dalam,

kompres hangat, dan

distraksi)

4. Delegasi pemberian analgetik

(Ketorolac 3x 10 mg (Injeksi

IV))

Page 52: Askep Kasus Untuk Riset