askep hiv

24
ASKEP HIV / AIDS KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Penderita AIDS” dengan sebaik- baiknya. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ilmu keperawatan dasar III serta sebagai syarat menempuh ujian semester. Dalam penyusunan makalah ini,penulis telah mengalami berbagai hal baik suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah ini. Pangkajene, Oktober 2013 Penyusun

Upload: alistia-andini

Post on 05-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ILMU KESEHATAN

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP HIV

ASKEP HIV / AIDS

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Asuhan Keperawatan pada Penderita AIDS” dengan sebaik-baiknya.

Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas ilmu keperawatan dasar III serta sebagai syarat menempuh ujian

semester.

Dalam penyusunan makalah ini,penulis telah mengalami berbagai hal

baik suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah

ini  tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya

bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa

syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis

sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan

saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan

pembuatan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu

permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah ini.

Pangkajene,    Oktober 2013

Penyusun

Page 2: ASKEP HIV

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan

gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem

kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human

Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada

tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap

infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan

yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun

penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan

melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau

aliran darah,  dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah,

air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan

dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi

darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama

kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan

cairan-cairan tubuh tersebut.

Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan

menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh

lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini

membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada

sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah

baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan

2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari

setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4

dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan

Page 3: ASKEP HIV

6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS

meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun

1981.

Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai

dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL,

Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS

sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan

106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430

kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an

kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di

Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia

menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan

kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

2.      Tujuan penulisan

1.      Untuk mengetahui definisi AIDS.

2.      Untuk mengetahui etiologi/penyebab AIDS

3.      Untuk mengetahui cara penularan AIDS

4.      Untuk mengetahui manifestasi klinis pada klien AIDS

5.      Untuk mengetahui patofisiologi AIDS

6.      Untuk mengetahui pathway AIDS

7.      Untuk mengetahui komplikasi klien dengan AIDS

8.      Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada klien AIDS

9.      Untuk mengetahui penatalaksanaan medis, keperawatan dan diet

pada klien AIDS

Page 4: ASKEP HIV

BAB II

PEMBAHASAN

A.      DEFINISI

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan

gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem

kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS

menurut beberapa ahli antara lain:

1.    AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana

mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200

atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)

2.    AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan

hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)

                                

B.       ETIOLOGI

HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-

III) atau virus limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia

sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya

(RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel

pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi

penyebab utama AIDS diseluruh dunia.

Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek

siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki

Page 5: ASKEP HIV

perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1, Vpu, yang membantu pelepasan

virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan

infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain,

Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama

kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika barat (warga

senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya

kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Sylvia, 2005)

1.        Cara Penularan

Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :

a.       Hubungan seksual, dengan risiko  penularan 0,1-1% tiap hubungan

seksual

b.      Melalui darah, yaitu:

·         Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%

·         Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,03%

·         Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan 0,0051%

·         Transmisi dari ibu ke anak :

a.    Selama kehamilan

b.    Saat persalinan, risiko penularan 50%

c.    Melalui air susu ibu(ASI)14%

C.      PATOFISIOLOGI

Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS

diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50%

orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun

pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS.

Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat,

virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi

infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang

disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang

terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya

menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel

Page 6: ASKEP HIV

virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan

menghancurkannya.

Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein

yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah

marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih

manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4

biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong

berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem

kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang

kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.

Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi

kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan

kanker.

Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T

penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang

yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada

beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun

sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV

kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam

darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu

meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam

darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita.

Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus

berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang

rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko

tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit

CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah,

maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.

Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B

(limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi

antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan

HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak

membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada

Page 7: ASKEP HIV

saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan

berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali

organisme dan sasaran baru yang harus diserang.

Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6

bulan sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut “periode

jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang

selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya

terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun

kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan

sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi

AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari

10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012)

D.      TANDA DAN GEJALA

Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui

pada penderita AIDS  :

Panas lebih dari 1 bulan,

Batuk-batuk, 

Sariawan dan nyeri menelan,

Badan menjadi kurus sekali,

Diare ,

Sesak napas, 

Pembesaran kelenjar getah bening, 

Kesadaran menurun, 

Penurunan ketajaman penglihatan, 

Bercak ungu kehitaman di kulit.

Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena

dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia,

misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tipus atau tuberkulosis

paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada seseorang dan ia

mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka

dianjurkan ia tes darah HIV.

Page 8: ASKEP HIV

Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada

infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 –

2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi

imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat

dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam

kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.

Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS

(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat

gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii

(PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain

termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal

1.Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) 

Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti

demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit

leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.

2.Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala

Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV)

dalam darah akan diperoleh hasil positif.

3.Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala

pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3

bulan.

E.       MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom

retroviral akut, demensia HIV), infeksi ofortunistik, atau kanker yang terkait

AIDS. Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan

keadaan klinis dan jumlah CD4.( Arif Mansjoer, 2000 )

1.      Infeksi retroviral akut

Frekuensi gelaja infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis

menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri

tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili, ulkus pada mukokutan, diare,

leukopenia, dan limfosit atipik. Sebagian pasien mengalami gangguan

Page 9: ASKEP HIV

neorologi seperti mrningitis asepik, sindrom Gillain Barre, atau psikosis

akut. Sindrom ini biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan.

2.      Masa asimtomatik

Pada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi

limfadenopati umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga

masa jendela (window period).

3.      Masa gejala dini

Pada masa ini julah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul adalah

akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped

zoster, leukoplakia, ITP, dan tuberkolosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS

Related Complex(ARC)

4.      Masa gejala lanjut

Pada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya tahan ini

menyebabkan risiko tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat atau

keganasan

.

F.       KOMPLIKASI

Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara lain

:

1.      Pneumonia pneumocystis (PCP)

2.      Tuberculosis (TBC)

3.      Esofagitis

4.      Diare

5.      Toksoplasmositis

6.      Leukoensefalopati multifocal prigesif

7.      Sarcoma Kaposi

8.      Kanker getah bening

9.      Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)

G.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Page 10: ASKEP HIV

Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah

1.    Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait

dengan AIDS.

2.    Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.

3.    Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker

terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan

funduskopi.

4.    Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi

HIV, dan pemeriksaan Rontgen.

Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan jumlah

CD4,protein purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma, serologi

sitomegalovirus, serologi PMS, hepatitis, dan pap smear.

Sedangkan pada pemeriksaan follow up  diperiksa jumlah CD4. Bila

>500 maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya

200-500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi

pneumoniapneumocystis carinii. Pemberian profilaksi INH tidak tergantung

pada jumlah CD4.

Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal

pemberian obat antiretroviral dan memantau hasil pengobatan.

Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop

fluoresensi atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus

CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8.

H.      PENATALAKSANAAN MEDIS

1.        Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya

yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :

a.       Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi

opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang

aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis

harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.

        b.      Terapi AZT (Azidotimidin)

Page 11: ASKEP HIV

Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif

terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human

Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik

traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .

Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency

Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

        c.       Terapi Antiviral Baru

Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan

menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada

prosesnya. Obat-obat ini adalah :

– Didanosine

– Ribavirin

– Diedoxycytidine

– Recombinant CD 4 dapat larut

         d.      Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti

interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan

keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang

pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

2.      Diet

Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalah

a.       Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:

·           Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan

seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.

·           Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang

diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass).

·           Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.

·           Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi.

b.      Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:

·           Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.

·           Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat

pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan

kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan menelan.

Page 12: ASKEP HIV

·           Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.

·           Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan

otot).

·           Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat

sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.

c.       Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:

·           Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor

stres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak

13% untuk setiap kenaikan Suhu 1°C.

·           Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti

jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada

kelainan  ginjal dan hati.

·           Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak

disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak,

digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang (Medium Chain

Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan bersama

minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.

·           Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi

yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium,

Magnesium, Seng dan Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin

berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena  dapat menekan

kekebalan tubuh.

·           Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.

·           Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan

gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan

bertahap dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa

cairan kental (thick fluid), semi kental (semi thick fluid) dan cair (thin fluid).

·           Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti

(natrium, kalium dan klorida).

·           Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini

sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan perorangan, dengan melihat

kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi penurunan berat badan yang

Page 13: ASKEP HIV

cepat, maka dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde

sebagai makanan utama atau makanan selingan.

·           Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.

·            Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik,

termik, maupun kimia.

d.      Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu

kepada pasien dengan:

a.       Infeksi HIV positif tanpa gejala.

b.      Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan

menelan, sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening).

c.       Infeksi HIV dengan gangguan saraf.

d.      Infeksi HIV dengan TBC.

e.       Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.

Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara

oral, enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral

sebaiknya dievaluasi secara rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan

pemberian makanan enteral atau parental sebagai tambahan atau sebagai

makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.

1)      Diet AIDS I

Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala

panas tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut,

kesadaran menurun, atau segera setelah pasien dapat diberi

makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa

hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada

kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam

bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat

dibuat sendiri  atau menggunakan makanan enteral komersial energi dan

protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C.

bila dibutuhkan lebih banyak energy dapat ditambahkan glukosa polimer

(misalnya polyjoule).

2)      Diet AIDS II

Page 14: ASKEP HIV

Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap

akut teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3

jam. Makanan ini rendah nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi

kebutuhan energy dan zat gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde

sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.

3)      Diet AIDS III

Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau

kepada pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau

biasa, diberikan dalam porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein,

vitamin dan mineral. Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas dan

masih terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian makanan

sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama.

Page 15: ASKEP HIV

I.         ASUHAN KEPERAWATAN

1.        Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah

1.      Aktivitas / istirahat.

Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise

2.      Sirkulasi.

Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.

3.      Integritas ego.

Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah,

menangis.

4.      Elimiinasi.

Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, abses

rektal.

5.      Makanan / cairan.

Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan

gigi / gusi yang buruk, dan edema.

6.      Neurosensori.

Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon

melambat.

7.      Nyeri / kenyamanan.

Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan

rentang gerak, dan gerak otot melindungi pada bagian yang sakit.

8.      Pernafasan.

Batuk, Produktif  / non produktif, takipnea, distres pernafasan.

2.    Diagnosa, Intervensi dan Rasional Tindakan Keperawatan.

Diagnosa, intervensi dan rasional tindakan keperawatan (Doenges, 1999)

adalah

1.      Diagnosis Keperawatan : nyeri berhubungan dengan inflamasi/

kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi,

kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah.

Page 16: ASKEP HIV

Hasil yang diharapkan  :  keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah

rileks,dapat tidur atau beristirahat secara adekuat.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji keluhan nyeri, perhatikan

lokasi, intensitas, frekuensi

dan waktu. Tandai gejala

nonverbal misalnya gelisah,

takikardia, meringis.

Mengindikasikan kebutuhan

untuk intervensi dan juga tanda-

tanda perkembangan  komplikasi.

Instruksikan pasien untuk

menggunakan visualisasi atau

imajinasi, relaksasi progresif,

teknik nafas dalam.

Meningkatkan relaksasi dan

perasaan sehat.

Dorong pengungkapan

perasaan

Dapat mengurangi ansietas dan

rasa sakit, sehingga persepsi

akan intensitas rasa sakit.

Berikan analgesik atau

antipiretik narkotik. Gunakan

ADP (analgesic yang dikontrol

pasien) untuk memberikan

analgesia 24 jam.

M,emberikan penurunan

nyeri/tidak nyaman, mengurangi

demam. Obat yang dikontrol

pasien berdasar waktu 24 jam

dapat mempertahankan kadar

analgesia darah tetap stabil,

mencegah kekurangan atau

kelebihan obat-obatan.Lakukan tindakan paliatif misal pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit.

Meningkatkan relaksasi atau menurunkan tegangan otot.

2.      Diagnosis keperawatan     : perubahan nutrisi yang kurang dari

kebutuhan tubuh dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan

Page 17: ASKEP HIV

penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus

hiperaktif, keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.

Hasil yang harapkan             :  mempertahankan berat badan atau

memperlihatkan peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan yang

diinginkan, mendemostrasikan keseimbangan nitrogen po;sitif, bebas dari

tanda-tanda malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energy.

INTERIVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji kemampuan untuk

mengunyah, perasakan dan

menelan.

Lesi mulut, tenggorok dan

esophagus dapat

menyebabkan disfagia,

penurunan kemampuan

pasien untuk mengolah

makanan dan mengurangi

keinginan untuk makan.

Auskultasi bising usus Hopermotilitas saluran

intestinal umum terjadi dan

dihubungkan dengan

muntah dan diare, yang

dapat mempengaruhi

pilihan diet atau cara

makan.

Rencanakan diet dengan orang

terdekat, jika memungkinakan

sarankan makanan dari rumah.

Sediakan makanan yang sedikit

tapi sering berupa makanan padat

nutrisi, tidak bersifat asam dan

juga minuman dengan pilihan

yang disukai pasien. Dorong

konsumsi makanan berkalori

Melibatkan orang terdekat

dalam rencana member

perasaan control lingkungan

dan mungkin meningkatkan

pemasukan. Memenuhi

kebutuhan akan makanan

nonistitusional mungkin

juga meningkatkan

pemasukan.

Page 18: ASKEP HIV

tinggi yang dapat merangsang

nafsu makan

Batasi makanan yang

menyebabkan mual atau muntah.

Hindari menghidangkan makanan

yang panas dan yang susah untuk

ditelan

Rasa sakit pada mulut atau

ketakutan akan mengiritasi

lesi pada mulut mungkin

akan menyebabakan pasien

enggan untuk makan.

Tindakan ini akan berguna

untuk meningkatakan

pemasukan makanan.

Tinjau ulang pemerikasaan

laboratorium, misal BUN, Glukosa,

fungsi hepar, elektrolit, protein,

dan albumin.

Mengindikasikan status

nutrisi dan fungsi organ,

dan mengidentifikasi

kebutuhan pengganti.

Berikan obat anti emetic misalnya

metoklopramid.

Mengurangi insiden muntah

dan meningkatkan fungsi

gaster

      3.      Diagnosa keperawatan   : resiko tinggi kekurangan volume cairan

berhubungan dengan diare berat

Hasil yang diharapkan            : mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh

membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik,

keluaran urine adekuat secara pribadi.

INTERVESI KEPERAWATAN RASIONAL           

Pantau pemasukan oral dan

pemasukan cairan sedikitnya

2.500 ml/hari.

Mempertahankan

keseimbangan cairan,

mengurangi rasa haus dan

melembabkan membrane

mukosa.

Buat cairan mudah diberikan

pada pasien; gunakan cairan

yang mudah ditoleransi oleh

Meningkatkan pemasukan

cairan tertentu mungkin terlalu

menimbulkan nyeri untuk

Page 19: ASKEP HIV

pasien dan yang menggantikan

elektrolit yang dibutuhkan,

misalnya Gatorade.

dikomsumsi karena lesi pada

mulut.

Kaji turgor kulit, membrane

mukosa dan rasa haus.

Indicator tidak langsung dari

status cairan.

Hilangakan makanan yang

potensial menyebabkan diare,

yakni yang pedas, berkadar

lemak tinggi, kacang, kubis,

susu. Mengatur kecepatan atau

konsentrasi makanan yang

diberikan berselang jika

dibutuhkan

Mungkin dapat mengurangi

diare

Nerikan obat-obatan anti diare

misalnya ddifenoksilat (lomotil),

loperamid Imodium, paregoric.

Menurunkan jumlah dan

keenceran feses, mungkin

mengurangi kejang usus dan

peristaltis.

4.      Diagnosa keperawatan   : resiko tinggi pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak seimbangan muskuler

(melemahnya otot-otot pernafasan)

Hasil yang diharapkan            : mempertahankan pola nafas efektif dan

tidak mengalami sesak nafas.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

 Auskultasi bunyi nafas, tandai

daerah paru yang mengalami

penurunan, atau kehilangan

ventilasi, dan munculnya bunyi

adventisius. Misalnya krekels,

mengi, ronki.

Memperkirakan adanya

perkembangan komplikasi

atau infeksi pernafasan,

misalnya pneumoni,

Catat kecepatan pernafasan, Takipnea, sianosis, tidak

Page 20: ASKEP HIV

sianosis, peningkatan kerja

pernafasan dan munculnya

dispnea, ansietas

dapat beristirahat, dan

peningkatan nafas,

menuncukkan kesulitan

pernafasan dan adanya

kebutuhan untuk

meningkatkan pengawasan

atau intervensi medis

Tinggikan kepala tempat tidur.

Usahakan pasien untuk berbalik,

batuk, menarik nafas sesuai

kebutuhan.

Meningkatkan fungsi

pernafasan yang optimal dan

mengurangi aspirasi atau

infeksi yang ditimbulkan

karena atelektasis.

Berikan tambahan O2 Yng

dilembabkan melalui cara yang

sesuai misalnya kanula, masker,

inkubasi atau ventilasi mekanis

Mempertahankan oksigenasi

efektif untuk mencegah atau

memperbaiki krisis

pernafasan

      5.      Diagnose keperawatan          : Intoleransi aktovitas berhubungan

dengan penurunan produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan

energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk

mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan

kemampuan untuk berkonsentrasi.

Hasil yang diharapkan                   : melaporkan peningkatan energy,

berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan dalam tingkat

kemampuannya.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

Kaji pola tidur dan catat

perunahan dalam proses

berpikir atau berperilaku

Berbagai factor dapat

meningkatkan kelelahan,

termasuk kurang tidur, tekanan

emosi, dan efeksamping obat-

obatan

Rencanakan perawatan untuk Periode istirahat yang sering

Page 21: ASKEP HIV

menyediakan fase istirahat. Atur

aktifitas pada waktu pasien

sangat berenergi

sangat yang dibutuhkan dalam

memperbaiki atau menghemat

energi. Perencanaan akan

membuat pasien menjadi aktif

saat energy lebih tinggi,

sehingga dapat memperbaiki

perasaan sehat dan control diri.

Dorong pasien untuk melakukan

apapun yang mungkin, misalnya

perawatan diri, duduk dikursi,

berjalan, pergi makan

Memungkinkan penghematan

energy, peningkatan stamina,

dan mengijinkan pasien untuk

lebih aktif tanpa menyebabkan

kepenatan dan rasa frustasi.

Pantau respon psikologis

terhadap aktifitas, misal

perubahan TD, frekuensi

pernafasan atau jantung

Toleransi bervariasi tergantung

pada status proses penyakit,

status nutrisi, keseimbangan

cairan, dan tipe penyakit.

Rujuk pada terapi fisik atau

okupasi

Latihan setiap hari terprogram

dan aktifitas yang membantu

pasien mempertahankan atau

meningkatkan kekuatan dan

tonus otot

Page 22: ASKEP HIV

BAB III

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

      1.      AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul

karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.

      2.      Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah

lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh

dunia.

      3.      Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual, melalui darah (

transfuse darah, penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang

mengandung AIDS), transmisi dari ibu ke anak yang mengidap AIDS.

.

B.  SARAN

Berdasarkan simpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran,

diantaranya adalah :

1.      Agar pembaca dapat mengenali tentang pengertian AIDS.

2. Agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan AIDS pada

klien AIDS.