askep hipopituitarisme =)

Upload: nurullailatul

Post on 02-Jun-2018

437 views

Category:

Documents


44 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    1/24

    MAKALAH KEPERAWATAN ENDOKRIN II

    ASUHAN KEPERAWATAN HIPOPITUITARISME

    Oleh :

    Kelompok 3

    Nama Kelompok :

    1.

    Binta Nurzahrotin (01214006)

    2.

    Dadyo Mulya P. (01214007)

    3. Hidayatus Safitri (01214019)

    4.

    M. Rofiul Huda (01214024)

    5.

    Nur Indah Maulida (01214027)

    6. Nurul Lailatul B. (01214028)

    Dosen Pembimbing :

    Ns. Maslichah, S.Kep

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    INSAN CENDEKIA HUSADA

    BOJONEGORO

    2014-2015

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    2/24

    ii

    KATA PENGANTAR

    Syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah SWT, karena rahmatNya kami

    dapat menulis asuhan keperawatan yang berjudul Hipopituitarisme dengan baik.

    Asuhan keperawatan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari beberapa pihak, oleh

    karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Ns. Maslichah, S.Kep sebagai dosen mata kuliah Keperawatan Sistem Endokrin II

    yang telah membimbing dalam proses menulis asuhan keperawatan ini.

    2.

    Teman-teman kelompok 3 yang telah bekerja sama untuk menulis asuhan

    keperawatan ini.

    Kami menyadari bahwa dalam asuhan keperawatan ini, banyak kekurangan yang

    terdapat didalamnya. Sehubung dengan itu kami mengharapkan kritik dan saran yang

    membangun demi kesempurnaan penulisan asuhan keperawatan yang akan datang dan

    semoga ini bermafaat bagi pembaca.

    Bojonegoro, 16 Oktober 2014

    Penulis

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    3/24

    iii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul ......................................................................................................... i

    Kata pengantar ........................................................................................................ iiDaftar isi ................................................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang ............................................................................................. 1

    1.2

    Rumusan masalah ........................................................................................ 1

    1.3 Tujuan .......................................................................................................... 1

    1.4 Manfaat ........................................................................................................ 2

    BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI

    2.1

    Definisi ........................................................................................................ 3

    2.2

    Fungsi .......................................................................................................... 3

    BAB III KAJIAN TEORI

    3.1 Definisi ........................................................................................................ 5

    3.2

    Klasifikasi .................................................................................................... 5

    3.3 Etiologi ........................................................................................................ 6

    3.4 Patofisiologi................................................................................................. 6

    3.5 Pathway ....................................................................................................... 8

    3.6

    Manifestasi Klinis........................................................................................ 9

    3.7

    Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 10

    3.8 Penatalaksanaan........................................................................................... 11

    3.9 Komplikasi .................................................................................................. 12

    BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN HIPOPITUITARISME

    4.1 Pengkajian ................................................................................................... 13

    4.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 15

    4.3 Intervensi ..................................................................................................... 15

    4.4 Evaluasi ....................................................................................................... 19

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 20

    5.2

    Saran ............................................................................................................ 20

    Daftar Pustaka ......................................................................................................... 21

    Lampiran Handout PowerPoint ............................................................................. 22

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    4/24

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisis

    mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa

    hormone hipofisis memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana

    mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan

    balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya dalam darah

    memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau mempercepat

    pelepasan hormonnya. Jenisnya ada kelenjar hipofisis anterior dan posterior.

    Hipofungsi kelenjar hipofisis (Hipopituitarisme) dapat terjadi akibat

    penyakit pada kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus; namun demikian,

    akibat kedua keadaan ini pada hakikatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat

    kerusakan lobus anterior kelenjar hipofisis. Panhipopituitarisme (penyakit simmond)

    merupakan keadaan tidak adanya seleruh sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang

    dijumpai. Microsisi hipofisis pasca partus (syndrome Sheehan) merupakan penyebab

    lain kegagalan hipofisis anterior yang jarang. Keadaan ini lebih cenderung terjadi

    pada wanita yang mengalami kehilangan darah, hipovolemia dan hipotensi pada saat

    melahirkan.

    1.2 RUMUSAN MASALAH

    1.2.1 Bagaimana konsep hipopituitarisme?

    1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang menderita

    hipopituitarisme?

    1.3

    TUJUAN

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan konsep dan asuhan

    keperawatan pada penderita hipopituitarisme.

    1.3.2

    Tujuan Khusus

    1. Mengidentifikasikan definisi dari hipopituitarisme

    2. Mengidentifikasikan etiologi, patofisiologi dan manifestasi

    hipopituitarisme serta segala hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut.

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    5/24

    2

    3.

    Mengidentifikasikan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien penderita

    hipopituitarisme.

    1.4 MANFAAT

    1.4.1 Manfaat bagi institusi

    Makalah ini dapat bermanfaat atau berguna sebagai pembaharuan buku-buku

    diperpustakaan STIKES Insan Cendekia Husada Bojonegoro.

    1.4.2 Manfaat bagi penulis

    Untuk menambah ilmu pengetahuan atau wawasan tentang asuhan

    keperawatan dengan hipopituitarisme.

    1.4.3 Manfaat bagi pembaca

    Untuk memberikan tambahan pengetahuan seputar masalah hipopituitarisme.

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    6/24

    3

    BAB II

    ANATOMI DAN FISIOLOGI

    2.1 DEFINISI

    Kelenjar hipofisis terletak dalam rongga dinding tulang, sella tursika tulang

    sphenoid, yang terletak berdekatan dengan kiasma optikum dan sinus kavernosus.

    Kelenjar hipofisis memiliki dua komponen yaitu adhenohipofisis (lobus anterior)

    berasal dari kantong Rathke dan neurohipofisis (lobus posterior) yahng merupakan

    perluasan bagian ventral hipotalamus.

    Berbagai jenis sel hipofisis anterior memproduksi tujuh jenis hormone yang

    berbeda yaitu adenocorticotropic hormone (ACTH), melanocyte stimulating

    hormone (MSH), thyrotropin (TSH), growth hormone (GH), follicle stimulating

    hormone (FSH), luteinizing hormone (LH) dan prolaktin (PRL).

    2.2 HORMON-HORMON KELENJAR HIPOFISIS

    Berikut fungsi dari hormone-hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior:

    1. Growth Hormon meningaktkan pertumbuhan binatang

    dengan mempengaruhibanyak fungsi metabolisme di seluruh tubuh.

    2. MSH merupakan unsure pokok dari proopiomelanokortin. Hormone ini

    meningkatkan pigmentasi kulit dengan merangsang disperse granula-granula

    melanin dalam melanosit.

    3. Adrenokortikotropin mengatur sekresi beberapa hormon korteks adrenal yang

    selanjutnya mempengaruhi metabolisme glukosa, protein dan lemak. ACTH

    (Adrenocorticotropic Hormon) merangsang biosintesis dan pelepasan kortisol

    oleh korteks adrenal.

    4. TSH merangsang pertumbuhan dan fungsi kelenjar tiroid. TSh menyebabkan

    pelepasan tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3). TSH (Thyroid Stimulating

    Hormon : tirotropin) merangsang uptake yodida dan sintesis serta pelepasan

    hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.

    5. Prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan

    susu.

    6. Gonadotropin

    a. Hormon perangsang folikel / FSH (Follicte Stimulating Hormon)

    merangsang perkembangan folikel de graaf dan sekresi hormoneesterogendan ovarium serta spermatogenesis pada testis.

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    7/24

    4

    b.

    Hormon Luteinisasi (LH) mendorong ovulasi dan luteinasi folikel yang sudah

    masak di dalam ovarium. Pada lakilaki hormon ini, yang dahulunya disebut

    hormon perangsang sel interstisialis (ICSH=Interfisial Cell Stimulating

    Hormon), merangsang produksi dan pelepasan testosteron oleh sel sel

    leydig di testis.

    Hipofisis posterior menghasilkan dua jenis hormone yaitu antidiuretik

    hormone (ADH) dan oksitosin. Berikut fungsi hormone hipofisis posterior:

    1. Antidiuretik hormone (ADH):

    a.

    Mengatur osmolaritas dan volume air dalam tubuh

    b. Meningkatkan permeabilitas tubula ginjal terhadap air sehingga lebih banyak

    air yang di reabsorbsi.

    c. Menstimulasi rasa haus.

    2. Oksitosin:

    a. Mengkonsentrasikan alveolus payudara, sehingga mambantu mengalirkan

    susu dari kelenjar mammae ke puting susu salama penghisapan.

    b. Meningkatkan kontraksi uterus bila sudah ada his

    Insufisiensi hipofisis biasanya mempengaruhi semua hormone yang

    normalnya disekresi oleh hipofisi anterior yang disebut sebagai pan

    hipopituitarisme. Gangguan pada hipofisis juga dapat mengakibatkan

    hipersekresi dari hormone yang dihasilkan seperti GH yang menyebabkan

    gigantisme dan akromegali.

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    8/24

    5

    BAB III

    KAJIAN TEORI

    3.1 DEFINISI

    Hipopituitarisme adalah keadaan yang timbul sebagai akibat hipofungsi

    hipofisis. Hipopituitarisme merupakan defisiensi hormon tiroid, adrenal, gonadal dan

    hormon pertumbuhan akibat penyakit hipofisis. Pada setiap pasien dengan defisiensi

    hormonal ini, kemungkinan adanya defisiensi lain harus dicari. Kadang-kadang

    timbul akut berupa apopleksi hipofisis dimana terdapat infark hemoragik pad atumor

    hipofisis, biasanya disertai nyeri disertai kepala berat mendadak dan seringkali

    bersama dengan defek lapanng pandang. Hipopituitarisme memilki prevalensi

    30/100.000. (Gledle Jonathan, 2005:143)

    Hipopituitarisme adalah suatu gambaran penyakit akibat insufisiensi

    kelenjar hipofisis, terutama bagian anterior. Gangguan ini menyebabkan munculnya

    masalah dan manifestasi klinis yang berkaitan dengan defisiensi hormon-hormon

    yang dihasilkannya.

    3.2 KLASIFIKASI

    1. Hypophyseal Cachexia (Penyakit Simmonds) :

    a.

    Dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa.

    b. Lebih sering pada wanita dengan perbandingan 2 : 1

    c. Penderita dapat hidup bertahun-tahun dengan penyakitnya, kadang-kadang

    sampai 30-40 tahun.

    Gejala-gejala klinik biasanya disebabkan oleh insufiensi adrenal, thyroid atau

    gonad, yang terjadi sekunder akibat hipopituitarisme. Kombinasi kelenjar yang

    mengalami insufiensi itu bisa berbagai macam ; yang paling sering ialah

    kombinasi hipothyroidisme dan hipoadrenalisme.

    2. Hypophyseal Dwarfism ( Jenis Lorain-Levi ):

    a. Pada anak yang sedang tumbuh

    b. Terjadi dwarfisme yang simetrik.

    Penyebab yang paling sering ialah ; craniopharyngioma. Kadang-kadang juga

    disebabkan juga oleh : nekrosis iskhemik, kista, atau radang.

    3. Sindrom Froehlich ( Dystrophia Adiposogenitalis ):

    a.

    Obesitas jenis eunuchoid.b. Pertumbuhan yang tidak sempurna daripada gonad dan genital.

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    9/24

    6

    c.

    Ciri-ciri sex sekunder tidak ada, disfungsi seksual, dan kulit yang halus.

    d. Terjadi pada usia muda.

    e. Dapat menyerang baik laki-laki maupu wanita dengan perbandingan yang

    sama. (dr. Sutisna Himawan, 1994)

    3.3 ETIOLOGI

    1.

    Penyakit pada kelenjar hipofisis atau pada hipotalamus

    2. Kraniokaringoma (tumor pada hipofisis serebri) dan tumor hipofisis non

    secreting

    3.

    Perubahan iskemik karena perdarahan pascapartum (sindrom sheena) atau akibat

    syok septik, menimbulkan infrak pada hipofisis

    4.

    Infeksi : ensefalitis viral dan bakteremia

    5. Kerusakan pada hipofisis akibat terapi radiasi

    6. Trauma termasuk pembedahan atau benturan

    3.4 PATOFISIOLOGI

    Infusiensi hipofisis pada umumnya memengaruhi semua kelenjar hormon

    yang secara normal disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. Oleh karena itu,

    manifestasi klinis daripanhipopituitarisme merupakan gabungan pengaruh

    metabolic akibat kekurangan sekresi masing-masing hormon hipofisis.

    Beberapa proses patologik dapat mengakibatkan infusiensi hipofisis dengan

    cara merusak sel-sel hipofisis normal: (1) tumor hipofisis, (2) thrombosis vascular

    yang mengakibatkan nekrosis kelenjar hipofisis normal, (3) penyakit granulomaltosa

    infiltrative, dan (4) idiopatik atau mungkin penyakit yang bersifat autoimun.

    Sindrom klinis yang diakibatkan oleh panhipopituitarisme pada anak-anak

    dan orang dewasa berbeda. Pada anak-anak, terjadi gangguan pertumbuhan somatic

    akibat defisiensi pelepasan GH.Dwarfisme hipofisis(kerdil) merupakan

    kosenkuensi dari defisiensi tersebut. Ketika anak-anak tersebut mencapai pubertas,

    maka tanda-tanda seksual sekunder dan genetalia eksterna gagal berkembang. Selain

    itu sering pula ditemukan berbagai derajat infusiensi adrenal dan hipotiroidisme;

    mereka mungkin akan mengalami kesulitan di sekolah dan memperlihatkan

    perkembangan intelektual yang lamban; kulit biasanya pucat karena tidak adanya

    MSH.

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    10/24

    7

    Kalau hipopituitarisme terjadi pada orang dewasa, kehilangan fungsi

    hipofisis sering mengikuti kronologi sebagai berikut: defisiensi GH, hipogonadisme,

    hipotiroidisme dan insufisiensi adrenal. Karena orang dewasa telah menyelesaikan

    pertumbuhan somatisnya, maka tinggi tubuh pasien dewasa dengan hipopituitarisme

    adalah normal. Manifestasi defisiensi GH mungkin dinyatakan dengan timbulnya

    kepekaan yang luar biasa terhadap insulin dan terhadap hipoglikemia puasa.

    Bersamaan dengan terjadinya hipogonadisme, pria menunjukkan penurunan libido,

    impotensi dan pengurangan progresif pertumbuhan rambut dan bulu di tubuh,

    jenggot dan berkurangnya perkembangan otot. Pada wanita, berhentinya siklus

    menstruasi atau amenorea, merupakan tanda awal dari kegagalan hipofisis.

    Kemudian diikuti oleh atrofi payudara dan genetalia eksterna. Baik laki-laki maupun

    perempuan menunjukkan berbagai tingkatan hipotiroidisme dan infusiensi adrenal.

    Kurangnya MSH akan mengakibatkan kulit pasin ini kelihatan pucat. Kadang kala

    pasien memperlihatkan kegagalan hormon hipofisis saja. Dalam keadaan ini,

    penyebab defisiensi agaknya terletak pada hipotalamus dan mengenai hormon

    pelepasan yang bersangkutan. Pada pasien dengan panhipopituitarisme, tingkat dasar

    hormon tropic ini rendah, sama dengan tingkat produksi hormon kelenjar target yang

    dikontrol oleh hormon-hormon tropik ini.

    Pasien dengan hipopituitarisme, selain memiliki tingkat hormon basal yang

    rendah, juga tidak merespons terhadap pemberian hormon perangsang sekresi. Uji

    fungsi hipofisis kombinasi dapat dilakukan pada pasien ini dengan menyuntikkan

    (1)insulin untuk menghasilkan hipoglikemia, (2) CRH, (3) TRH, dan (4) GnRH.

    Hipoglikemia dengan kadar serum glukosa yang kurang dari 40 mg/dl, normalnya

    menyebabkan pelepasan GH, ACTH, dan kortisol; CRH merangsang pelepasan

    ACTH dan kortisol; TRH merangsang pelepasan TSH dan prolaktin; sedangkan

    GnRH merangsang pelepasan FSH dan LH. Pasien dengan panhipopitutarisme gagal

    untuk merespon empat perangsang sekresi tersebut. Selain studi biokimia, juga

    disarankan pemeriksaan radiografi kelenjar hipofisis pada pasien yang diperkirakan

    menderita hipofisis, karena tumor-tumor hipofisis seringkali menyebabkan

    gangguan-gangguan ini.

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    11/24

    8

    3.5 PATHWAY

    Trauma, tumor, radiasi pada kepala dan leher

    Terjadi gangguan pada jaringan dan kelenjar di sekitar

    Produksi hormon terganggu

    Mal fungsi kelenjar hipofisis anterior

    HIPOPITUITARISME

    Defisiensi

    kortiokotropinPerubahan status kesehatan

    Perubahan struktur tubuh

    dan fungsi tubuh

    Menurunnya kelemahan

    otot

    INTOLERANSIAKTIVITAS

    Kurangnya informasi

    Koping individu tidakefektif

    ANSIETAS

    Perubahan penampilan

    GANGGUAN CITRA

    TUBUH

    Defisit hormon

    gonadotropin

    GANGGUAN POLASEKSUAL

    Produksi LH dan FSH

    DEFISIT

    PERAWATAN DIRI

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    12/24

    9

    3.6 MANIFESTASI KLINIS

    Hipopituitarisme mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin yang dirangsang

    oleh hormon-hormon hipofisa anterior, karena itu gejala bervariasi tergantung

    kepada jenis hormon apa yang kurang. Gejala-gejalanya biasanya timbul secara

    bertahap dan tidak disadari selama beberapa waktu, tetapi kadang terjadi secara

    mendadak dan dramatis.

    Bisa terjadi kekurangan satu, beberapa atau semua hormon hipofisa

    anterior.

    a. Kekurangangonadotropin(LHdanFSH) pada wanita pre-menopause bisa

    menyebabkan:

    1) Terhentinya siklus menstruasi (amenore)

    2) Kemandulan

    3) Vagina yang kering

    4) Hilangnya beberapa ciri seksual wanita.

    b. Pada pria, kekurangan gonadotropin menyebabkan:

    1) Impotensi

    2) Pengkisutan buah zakar

    3) Berkurangnya produksi sperma sehingga terjadi kemandulan

    4) Hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya pertumbuhan badan dan

    rambut wajah).

    c. Kekurangan gonadotropin juga terjadi padasindroma Kallmann, yang juga

    menderita:

    1) Celah bibir atau celah langitlangit mulut

    2) Buta warna

    3) Tidak mampu membaui sesuatu.

    d.

    Kekurangan hormon pertumbuhan pada dewasa biasanya menyebabkan sedikit

    gejala atau tidak menyebabkan gejala; tetapi pada anak-anak bisa menyebabkan

    lambatnya pertumbuhan, kadang-kadang menjadi cebol (dwarfisme).

    e. Kekurangan TSHmenyebabkan hipotiroidisme, yang menimbulkan gejala

    berupa :

    1) Kebingungan

    2) Tidak tahan terhadap cuaca dingin

    3) Penambahan berat badan4) Sembelit

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    13/24

    10

    5) Kulit kering.

    f. Kekurangan kortikotropinsaja jarang terjadi, bisa menyebabkan kurang

    aktifnya kelenjar adrenal, yang akan menimbulkan gejala berupa:

    1) Lelah

    2) Tekanan darah rendah

    3) Kadar gula darah rendah

    4) Rendahnya toleransi terhadap stres (misalnya trauma utama, pembedahan

    atau infeksi).

    g. Kekuranganprolaktinyang terisolasi merupakan keadaan yang jarang terjadi,

    tetapi bisa menjelaskan mengapa beberapa wanita tidak dapat menghasilkan air

    susu setelah melahirkan.

    h.

    Sindroma Sheehanmerupakan suatu komplikasi yang jarang terjadi, dimana

    terjadi kerusakan sebagian kelenjar hipofisa. Gejalanya berupa lelah, rontoknya

    rambut kemaluan dan rambut ketiak serta ketidakmampuan menghasilkan air

    susu.

    3.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Pemeriksaan Laboratorik ditemukan Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi

    kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.

    2. Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis ditemukan Sella Tursika.

    a. Foto polos kepala.

    b. Poliomografi berbagai arah (multi direksional).

    c. Pneumoensefalografi.

    d. CTScan.

    e. Angiografi serebral.

    3.

    Pemeriksaan Lapang Pandang.

    a. Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan.

    b. Adanya tumor hipofisis yang menekankiasma optik.

    4. Pemeriksaan Diagnostik.

    a.

    Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron.

    b. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH.

    c. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan

    dengan melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum.d. Tes provokatif.

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    14/24

    11

    3.8 P ENATALAKSANAAN

    Pengobatan hipopituitarisme mencakup penggantian hormon-hormon yang

    kurang. GH manusia, hormon yang hanya efektif pada manusia, dihasilkan dari

    tehnik rekombinasi asam deoksiribonukleat (DNA), dapat digunakan untuk

    mengobati pasien dengan defesiensi GH dan hanya dapat dikerjakan oleh dokter

    spesialis.

    GH manusia jika diberikan pada anak-anak yang menderita dwarfisme

    hipofisis, dapat menyebabkan peningkatan tinggi badan yang berlebihan. GH

    manusia rekombinan juga dapat digunakan sebagai hormon pengganti pada pasien

    dewasa dengan panhipopituitarisme. Hormon hipofisis hanya dapat diberikan dengan

    cara disuntikan. Sehingga, terapi harian pengganti hormon kelenjar target akibat

    defesiensi hipofisis untuk jangka waktu yang lama, hanya diberikan sebagai

    alternatif.

    1. Kausal Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan radiasi, bila gejala-

    gejala tekanan oleh tumor progresif dilakukan operasi.

    2. Terapi substitusi

    a. Hidrokortison Antara 20-30 mg selama 5 hari, diberikan per-Or, umumnya

    dengan siklus harian sekresi steroid, yaitu 10-15mg waktu pagi

    dan 10mg waktu malam. Cairan perinfus NaCl, glukosa, steroid dan

    vasoreses.

    b. Puluis tiroid / tiroksin diberikan setelah terapi dengan hidrokortison.

    c. Testosteron pada penderita laki laki berikan suntikan testosteron enantot

    atau testosteron siprionat 200 mg intramuskuler tiap 2 minggu. Dapat juga

    diberikan fluoxymestron 10 mg per-os tiap hari.

    d. Esterogen diberikan pada wanita secara siklik untuk mempertahankan siklus

    haid. Berikan juga androgen dosis setengah dosis pada laki laki hentikan

    bila ada gejala virilisasi growth hormonebila terdapat dwarfisme.

    3. Tumor hipofisis, diobati dengan pembedahan radioterapi atau obat (misal :

    akromegali dan hiperprolaktinemia dengan hymocriptine).

    4.

    Defisiensi hormon hos diobati sebagai berikut : penggantian GH untuk defisiensi

    GH pada anak anak, tiroksin dan kortison untuk defisiensi TSH dan ACTH,

    penggantian androgen atau esterogen untuk defisiensi gonadotropin sendiri

    (isolated) dapat diobati dengan penyuntikan FSH atau HCG.5. Desmopressin dengan insuflasi masal dalam dosis terukur

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    15/24

    12

    3.9 KOMPLIKASI

    1. Kardiovaskuler: hipertensi, tromboflebitis, tromboembolisme, percepatan

    aterosklerosis

    2.

    Imunologi: peningkatan risiko infeksi dan penyamaran tanda-tanda infeksi

    3. Perubahan mata: glaucoma, lesi kornea

    4. Musculoskeletal: pelisutan otot, kesembuhan luka yang jelek, osteoporosis

    dengan fraktur kompresi vertebra, fraktur patologik tulang panjang, nekrosis

    aseptic kaput femoris.

    5. Metabolic: perubahan pada metabolism glukosa sindrom penghentian steroid

    6.

    Perubahan penampilan: muka seperti bulan (moonface), pertambagan berat

    badan, jerawat.

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    16/24

    13

    BAB IV

    ASUHAN KEPERAWATAN HIPOPITUITARISME

    4.1. Pengkajian

    Ruangan :

    Tanggal Pengkajian :

    1. IDENTITAS DIRI KLIEN

    N a m a : Tgl. Masuk RS :

    Tempat/Tgl.Lahir : Sumber Informasi :

    Umur : Keluarga yg didapat dihub. :

    Jenis Kelamin : Pendidikan :

    Alamat : Pekerjaan :

    Sts. Perkawinan : Alamat :

    Agama : Lain-lain :

    Pendidikan :

    Pekerjaan :

    Lama kerja :

    2. RIWAYAT PENYAKIT

    a. Keluhan utama

    Nyeri, Pertumbuhan lambat, Ukuran otot dan tulang kecil, Tanda tanda seks

    sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan rambut axila, payudara

    dan penis tidak berkembang, tidak mengalami haid, Interfilitas, Impotensi,

    Libido menurun, Nyeri senggama pada wanita.

    b.

    Riwayat penyakit masa lalu

    Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien,

    serta riwayat radiasi pada kepala.

    c. Riwayat kesehatan keluarga

    Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit

    hipopituitarisme.

    3.

    POLA FUNGSI KESEHATAN

    a. Aktivitas/istirahat

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    17/24

    14

    1)

    Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan melakukan

    aktivitas

    2)Tanda : kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur

    b.

    Eliminasi

    1)Gejala : penurunan pengeluaran urin dan feses

    c. Integritas ego

    1)

    Gejala : perasaan tak berdaya

    2)Tanda : ansietas, takut

    d. Makanan/cairan

    1)

    Gejala : muntah, mual, penurunan berat badan

    e.Neurosensori

    1)

    Gejala : pusing, sakit kepala

    f.Nyeri/kenyamanan

    1)Gejala : sakit kepala

    2)Tanda : gelisah, perilaku berhati-hati

    g. Keamanan

    1)Gejala : riwayat jatuh

    h. Seksualitas

    1)

    Gejala : perubahan libido, perubahan aliran menstruasi

    4. PEMERIKSAAN FISIK

    a. B1 : vesikuler, tidak terjadi sesak napas. RR : 20-24x/menit

    b. B2 : hipotensi

    c. B3 : normal

    d. B4 : poliuri

    e.

    B5 : konstipasi

    f. B6 : lemah, cepat lelah

    g. Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran

    buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula

    pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis).

    h. Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar. Tergantung pada

    penyebab hipopituitary,perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti

    bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadapfungsi serebrum danfungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    18/24

    15

    i.

    Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam memenuhi

    kebutuhan dasarnya.

    j. Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti :

    a)

    Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika.

    b)Pemeriksaan serta serum darah : LH dan FSH GH, androgen, prolaktin,

    testosteron, kartisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi

    insulin dan stimulasi tiroid releasing hormone.

    4.2. Diagnosa

    1.

    Gangguan pola seksual berhubungan dengan defisit hormon gonadotropin.

    2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kelemahan otot.

    3.

    Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif.

    4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot.

    5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi

    tubuh.

    4.3. Intervensi

    No. Diagnosa

    Tujuan dan

    KH Intervensi Rasional

    1. Gangguan

    pola seksual

    berhubungan

    dengan

    defisit

    hormon

    gonadotropin.

    Tujuan :

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    1x24 jam

    diharapkan

    pola seksual

    kembali

    normal

    Kriteria Hasil :

    Mengungkapk

    an dan

    1. Pertahankan privasi

    dan kerahasiaan.

    2. Observasi pasien

    mengenai pola

    seksualitas yang

    biasa dilakukan dan

    bagaimana diagnosis

    saat ini dapat

    mempengaruhi pola

    tersebut.

    3. Dorong pasien untuk

    berbagi pikiran atau

    masalah dengan

    1.Menjaga privasi sangat

    penting agar klien tidak

    malu

    2.Agar perawat dapat

    mengetahui

    perkembangan pola

    seksualitas terhadap

    jalannya penyakit

    3.Komunikasi terbuka

    dapat mengidentifikasi

    area penyesuaian /

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    19/24

    16

    No. DiagnosaTujuan dan

    KHIntervensi Rasional

    mendiskusikan

    perasaan

    terkait

    seksualitas

    bersama

    pasangan.

    keluarga.

    4.

    Membangun

    kepercayaan dengan

    pasien.

    masalah dan

    meningkatkan diskusi

    dan resolusi

    4.

    Untuk membuat klien

    nyaman dengan perawat

    saat pengkajian

    2. Intoleransi

    aktivitas

    berhubungan

    dengan

    menurunnya

    kelemahan

    otot.

    Tujuan :

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    1x24 jam

    diharapkan

    mengalami

    peningkatan

    aktivitas.

    Kriteria Hasil :

    Klien

    beraktifitas

    secara mandiri,

    klien tidak

    lemah

    1. Observasi tingkat

    toleransi aktivitas

    klien

    2. Berikan lingkungan

    tenang dan perlu

    istirahat

    3.

    Anjurkan klien

    untuk beristirahat

    bila pasien merasa

    lelah dan nyeri

    4. Observasi

    kemampuan untuk

    berpartisipasi pada

    aktifitas yang

    diinginkan atau

    dibutuhkan

    5.

    Batasi aktivitas

    dengan

    penghematan energi

    1. Untuk melakukan

    intervensi selanjutnya

    2. Menghemat energi untuk

    aktivitas dan regenerasi

    seluler atau

    penyambungan jaringan

    3.

    Mengurangi rasa nyeri

    yang di rasakan klien

    4. Mengidentifikasi

    kebutuhan individual

    5.

    Untuk memaksimalkan

    energi

    3. Ansietas

    berhubungan

    dengan

    koping

    individu tidak

    Tujuan :

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    1. Observasi sejauh

    mana klien

    mengetahui tentang

    penyakitnya

    2.

    Beri kesempatan

    1. Untuk menentukan

    intervensi selanjutnya

    2.

    Di harapkan dapat

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    20/24

    17

    No. DiagnosaTujuan dan

    KHIntervensi Rasional

    efektif. 1x24 jam

    diharapkan

    ansietas

    teratasi.

    Kriteria Hasil :

    Klien tidak

    cemas lagi.

    klien untuk

    mengekspresikan

    perasaanya

    3. Jelaskan pada klien

    tentang penyakitnya

    dan prosedur

    pengobatanya

    4. Kolaborasikan

    dengan tim medis

    dengan pemberian

    obat anti ansietas,

    misal diazepam

    memberikan gambaran

    sejauh mana klien

    mengetahui tentang

    penyakitnya

    3. Agar klien mengetahui

    penyakitnya dan

    prosedur pengobatanya

    4. Meningkatkan relaksasi

    dan menurunkan

    kecemasan

    4. Defisit

    perawatan

    diri

    berhubungan

    dengan

    menurunnya

    kekuatan

    otot.

    Tujuan :

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    1x24 jam

    diharapkan

    klien dapat

    aktif dalam

    aktivitas

    perawatan diri.

    Kriteria Hasil :

    1. Mengidenti

    fikasi

    kemampua

    n aktifitas

    perawatan.

    1.

    Tingkatkan

    partisipasi optimal.

    2.

    Evaluasi

    kemampuan untuk

    berpartisipasi dalam

    setiap aktivitas

    perawatan.

    3. Beri dorongan untuk

    mengekspresikan

    perasaan tentang

    kurang perawatan

    diri.

    1.

    Partisipasi optimal dapat

    memaksimalkan

    perawatan diri.

    2.

    Dapat menumbuhkan

    rasa percaya diri klien.

    3. Dapat memberikan

    kesempatan pada klien

    untuk melakukan

    perawatan diri.

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    21/24

    18

    No. DiagnosaTujuan dan

    KHIntervensi Rasional

    2.

    Melakukan

    kebersihan

    optimal

    setelah

    bantuan

    dalam

    perawatan

    diberikan

    5. Gangguan

    citra tubuh

    berhubungan

    dengan

    perubahan

    struktur

    tubuh dan

    fungsi tubuh.

    Tujuan :

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    1x24 jam

    diharapkan

    klien memiliki

    kembali citra

    tubuh yang

    positif.

    Kriteria Hasil :

    Klien dapat

    menerima

    perubahan.

    1. Observasi perasaan

    klien tentang

    gambaran dan harga

    diri

    2. Motivasi individu

    untuk bertanya

    mengenai masalah,

    penanganan,

    perkembangan dan

    prognosa kesehatan

    3. Tingkatkan

    komunikasi terbuka,

    hindari

    kritik/penilaian

    terhadap perilaku

    klien

    4. Berikan dukungan

    klien untuk

    mengungkapkan

    kekhawatirannya

    1. Mengkaji sejauh mana

    tingkat penolakan

    terhadap kenyataan akan

    kondisi fisik tubuh untuk

    mempercepat teknik

    penyembuhan

    2.pengetahuan tentang

    proses perjalanan

    penyakit memudahkan

    klien secara bertahap

    menerima keadaannya

    3. membantu tiap individu

    untuk memahami area

    dalam program sehingga

    salah pemahaman tidak

    terjadi.

    4. Mengidentifikasi

    kekhawatirannya

    merupakan satu tahapan

    penting dalam

    mengatasinya

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    22/24

    19

    4.4. Evaluasi

    1. Klien dapat mengungkapkan pengertian tentang efek dari diagnosis terhadap pola

    seksual

    2.

    Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

    3. Kecemasan klien dapat teratasi.

    4. Klien dapat aktif dalam aktivitas perawatan diri.

    5.

    Klien dapat menerima perubahannya.

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    23/24

    20

    BAB V

    PENUTUP

    4.1. Kesimpulan

    Hipopituitarisme adalah insupisiensi hipofisis akibat kerusakan lobus

    anterior kelenjar hipofise. Panhipopituitarisme (penyakit simmond) adalah tidak

    terdapatnya sekresi semua hipofisis secara total dan merupakan kondisi yang jarang

    terjadi. Nekrosis hipofisis post partum (sindrom Sheehan) adalah penyebab tidak

    umum dari gagal hipofisis anterior.

    Kondisi lebih sering terjadi pada wanita dengan kelainan darah hebat,

    hipovolemia, dan hipotennsi saat melahirkan. Hipopituitarisme merupakan

    komplikasi radiasi pada kepala dan leher. Kerusakan kelenjar hipofise total oleh

    trauma, tumor atau lesi vaskuler menghilangkan semua stimuli yang normmalnya

    diterima oleh tiroid, kelenjar gonad, dan kelenjar adrenal

    4.2. Saran

    Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat

    mengharapkan saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan

    makalah ini,karna dari saran yang kami terima dapat mengkoreksi makalah yang

    kami buat ini.atas saran dari teman-teman kami ucapkan terima kasih.

  • 8/10/2019 ASKEP HIPOPITUITARISME =)

    24/24

    DAFTAR PUSTAKA

    Baradero, Mary. 2009.Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.

    Ganong, W.F. 1995.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 14. Jakarta: EGC.

    Michael, T. McDermott. 2005. Secret Series Endocrinology. Colorado: Mosby-Year Book.

    Noer, Sjaifoelah. 1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi ketiga.Jakarta: Balai

    Penerbit FKUI.

    Price, Sylvia Anderson. 2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta

    : EGC.

    Rumoharbo, Hotma. 1999.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

    Endokrin. Jakarta: EGC.

    Scanlon, Valerie C. 2006.Essentials of Anatomy and Physiology Fifth edition.New York:

    F.A. Davis Company.

    Smeltzer, Suzane. 2001.Buku Ajar Keperawatan Brunner & Suddarth Edisi ke 8. Jakarta:

    EGC

    Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

    Brunner and Suddarth, (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, volume 2.

    Jakarta : EGC

    Doenges Marilynn E, Moorhouse Mary Frances.Geissler Alice C. 1999.Rencana Asuhan

    Keperawatan(Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan

    Pasien), Edisi 3,.Jakarta .EGC